BAB I
PENDAHULUAN
sebagai denyut jantung yang bermula dari lokasi normal yakni bukan bermula dari
SA node2.
Atrial flutter merupakan salah satu jenis aritmia yang paling sering terjadi
dan menduduki urutan kedua dibandingkan aritmia lainnya. Keempat bilik jantung
seharusnya berdenyut secara teratur mengikuti suatu pola yang ritmik. Namun,
pada atrial flutter, atrium berdenyut terlalu cepat melebihi kecepatan denyut
ventrikel di bawahnya. Atrial flutter terjadi ketika arus listrik jantung tidak
melalui jalur yang seharusnya. Pada atrial flutter, arus listrik tersebut terus
menjalar secara melingkar di dalam atrium kanan dan tidak diteruskan menuju ke
nodus AV yang akhirnya menyebabkan atrium berdenyut lebih cepat dari
ventrikel. Hal dapat terjadi akibat perlukaan jantung yang biasanya disebabkan
oleh penyakit jantung atau operasi jantung dan dapat terjadi tanpa penyebab yang
jelas. Atrial flutter ditandai dengan denyut atrial rata-rata 250 hingga 350 kali per
menit2,3,5.
Insidensi atrial flutter mencapai 0.09%, dimana sebanyak 58% diantaranya
juga pernah memiliki riwayat atrial fibrilasi sebelumnya. Atrial flutter muncul
sebanyak 0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67
tahun dan laki-laki lebih sering mengalami kejadian ini dari pada wanita dengan
rasio 2:13. Sumber lainnya menyebutkan bahwa angka kejadian atrial flutter sekitar
2-5 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita dan meningkat secara dramatis
bila dikaitkan dengan usia. Angka kejadian atrial flutter pada mereka yang berusia
kurang dari 50 tahun adalah sekitar 5/100.000 dan mengalami peningkatan yang
signifikan hingga mencapai 587/100.000 pada mereka yang berusia lebih dari 80
tahun. Disamping jenis kelamin dan usia, faktor risiko lainnya yang
mempengaruhi terjadinya atrial flutter adalah gagal jantung, penyakit paru kronik,
riwayat stroke, dan infark miokardium. Atrial flutter juga dapat terjadi pada
individu yang sama sekali tidak memiliki masalah jantung. Sebagai tambahan,
operasi atau tindakan invasif pada jantung merupakan penyebab meningkatnya
resiko kejadian atrial flutter karena perlukaan jantung dapat menjadi efek dari
tindakan invasif tersebut. Saat atrial flutter terjadi pada individu yang sehat,
keadaan ini disebut dengan lone atrial flutter2,4.
3
Tanda dan simptom atrial fluter bisa berupa palpitasi, takikardi, nyeri dada,
susah bernapas, lemas dan hipotensi. Meskipun demikian, atrial fluter bisa hadir
tanpa gejala klinis (asimptomatis)3,6.
Pada dasarnya, atrial flutter bukan merupakan keadaan yang mengancam
nyawa. Tetapi jika tidak ditangani, efek samping atrial flutter dapat mengancam
nyawa3. Individu dengan atrial fluter memiliki resiko mengalami stroke.
Perlambatan aliran darah yang terjadi di atrium akan mengakibatkan proses
pembekuan yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke. Faktor resiko stroke
pada pasien atrial fluter yakni riwayat stroke sebelumnya, gagal jantung, penyakit
katup jantung rematik, hipertensi, penyakit jantung koroner dan lanjut usia6.
Tujuan penatalaksanaan atrial flutter yakni menormalkan denyut jantung,
menurunkan resiko stroke dan mengkonversi serta mempertahankan irama sinus6.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Atrial flutter merupakan bentuk aritmia berupa denyut atrium yang terlalu
cepat akibat aktivitas listrik atrium yang berlebihan ditandai dengan denyut atrial
rata-rata 250 hingga 350 kali per menit5.
2.2 Epidemiologi
Insidensi atrial flutter mencapai 0.09%, dimana sebanyak 58% diantaranya
juga pernah memiliki riwayat atrial fibrilasi sebelumnya. Atrial flutter muncul
sebanyak 0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67
tahun dan laki-laki lebih sering mengalami kejadian ini dari pada wanita dengan
rasio 2:1. Sumber lainnya menyebutkan bahwa angka kejadian atrial flutter sekitar
2-5 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita dan meningkat secara dramatis
bila dikaitkan dengan usia. Angka kejadian atrial flutter pada mereka yang berusia
kurang dari 50 tahun adalah sekitar 5/100.000 dan mengalami peningkatan yang
signifikan hingga mencapai 587/100.000 pada mereka yang berusia lebih dari 80
tahun4,6.
Atrial flutter lebih sering terjadi pada individu yang memiliki penyakit
jantung seperti gagal jantung kongestif, penyakit jantung rematik, gangguan katup
jantung dan penyakit jantung bawaan atau penyakit paru seperti emfisema atau
hipertensi. Atrial flutter juga dapat terjadi pada individu yang sama sekali tidak
memiliki masalah jantung. Sebagai tambahan, operasi atau tindakan invasif pada
jantung merupakan penyebab meningkatnya resiko kejadian atrial flutter karena
perlukaan jantung dapat menjadi efek dari tindakan invasif tersebut. Kejadian
atrial flutter juga meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan terjadi 2-5
lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita. Saat atrial flutter terjadi pada
individu yang sehat, keadaan ini disebut dengan lone atrial flutter2.
5
2.3 Etiologi
Atrial flutter mengenai 88 dari 10.000 pasien baru setiap tahunnya,
menjadikannya aritmia kedua terbanyak setelah atrial fibrilasi. Atrial flutter
merupakan suatu bentuk aritmia supraventrikular yang dapat dicetuskan oleh satu
atau lebih faktor presipitasi seperti asupan kafein yang berlebihan, konsumsi
alkohol (konsumsi yang berlebihan atau konsumsi rutin), nikotin, obat-obatan,
hipertiroidisme, stress, menstruasi, gangguan elektrolit, hipovolemik, demam,
infeksi atau kurang tidur3,6.
Umumnya, atrial fluter disebabkan oleh mekanisme reentri pada sebuah area
anatomi yang berada didekat annulus katup trikuspid, depolarisasi berulang akan
meningkatkan impuls di septum interatrial kemudian melewati atap dan dasar
dinding atrium kanan dan akhirnya melewati pintu atrium kanan diantara annulus
katup trikuspid dan vena kava inferior. Akibat terdapat sebuah area besar
mengalami depolarisasi diluar fisiologis, gelombang P akan tampak sebagai
sinusoid atau gambar gigi gergaji6.
Beberapa kondisi medis tertentu meningkatkan risiko terjadinya atrial
flutter, di antaranya3:
Gagal jantung kongestif
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung structural
Hipertensi
Tindakan invasif (operasi) pada jantung
Disfungsi tiroid
Penyakit paru kronik
Diabetes
alkoholisme
Penyakit akut serius lainnya
2.4 Patogenesis
6
Atrial flutter adalah gangguan pada denyut jantung yang mirip dengan atrial
fibrilasi. Pada atrial fibrilasi, denyut jantung terjadi sangat cepat dan bersifat
ireguler atau denyut yang tidak beraturan. Sedangkan pada atrial flutter, denyut
jantung terjadi sangat cepat tetapi memiliki irama yang teratur. Pada gambaran
elektrokardiografi, dijumpai gambaran sawtooth atau gigi gergaji6.
8
2.5 Klasifikasi
Secara klinis, atrial flutter diklasifikasikan menjadi first diagnosed,
paroksismal, persisten, long-standing persistent dan permanen4.
Atrial fluter khasnya terjadi secara paroksismal, biasanya dapat bertahan
beberapa detik hingga hitungan jam, dan pada beberapa keadaan dapat bertahan
hingga lebih hitungan jam. Dalam keadaan lebih berat, atrial flutter dapat terjadi
persisten4:
2.7 Diagnosis
Pemeriksaan elektrokardiografi dengan menggunakan 12 sadapan dapat
bermanfaat dalam menegakkan diagnosis atrial flutter. Meskipun demikian,
terkadang pemeriksaan elektrokardiografi tidak dapat membedakan atrial flutter
dengan jenis atrial takikardi lainnya atau takikardi supraventrikular yang memiliki
patogenesis dan tatalaksana yang berbeda6.
Atrial flutter biasanya atrium berkontraksi sebanyak 300 kali per menit
sedangkan ventrikel berkontraksi sebanyak 150 kali per menit. Stimulasi vagal,
adenosine atau beta bloker dapat meningkatkan derajat A-V blok dan gelombang
flutter klasikakan tampak pada elektrokardiografi sebagai gelombang atrial yang
positif di V1 dan gelombang negatif yang mirip seperti gigi gergaji di lead III dan
aVF6.
10
2. Atrial Flutter
3. Atrial Fibrilation
2.9 Tatalaksana
Berdasarkan keadaan klinisnya, ada empat pilihan terapi yang dapat
dilakukan pada kasus atrial flutter, yaitu
1). Electrical cardioversion dengan DC shocks,
2). Chemical cardioversion dengan obat anti aritmia,
3). rapid atrial pacing for overdrive termination,
4). Pemakaian obat yang bekerja memperlambat conduksi nodus AV dan respon
ventrikel4.
Pada keadaan hemodinamik tidak stabil atau terdapat gejala yang signifikan
(misalnya nyeri dada, congestive heart failure), DC cardioversion diindikasikan.
Electrical cardioversion terbukti aman dan mempunyai tingkat keberhasilan lebih
dari 90%. Pengembalian irama jantung kembali menjadi sinus ritem dapat
13
Golongan Calcium
channel blockers:
IV 0 0 0
Diltiazem,
Verapamil
Klasifikasi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970 dan terus
mengalami penelitian ulang. Pembagian klasifikasi Vaughan-Williams didasarkan
pada efek obat-obat tertentu pada kecepatan konduksi ventrikular, repolarisasi
(refractoriness), dan mekanisme otomatisasi jantung.
Obat-obat yang masuk kelas I bekerja utamanya untuk menghambat /
menurunkan kecepatan konduksi. Obat kelas satu ini masih dibagi lagi menjadi 3
sub kelas yaitu IA, IB dan IC. Kelas IC memiliki potensi yang terbesar, IA
potensinya sedang dan yang paling rendah adalah potensi sub-kelas IB.
Pada beberapa pasien dengan atrial flutter, terapi awal yang dapat
dilakukan mencakup penggunaan agen yang dapat menghambat nodus AV (AV
nodal blocking agents). Agen-agen tersebut mencakup beta blockers, calcium
channel blockers, digoksin dan amiodaron4.
17
2.10 Komplikasi
Atrial flutter pada dasarnya bukanlah keadaan yang mengancam nyawa
(not-life threatening). Namun jika tidak ditangani, efek samping atrial flutter dapat
mengancam nyawa. Atrial flutter mengakibatkan ketidakfektifan jantung
memompa darah. Hal ini mengakibatkan darah dipompa secara lemah sehingga
mengalir lambat didalam pembuluh darah dan memicu terjadinya pembekuan.
Bekuan darah ini dapat berjalan di pembuluh darah di berbagai organ dan dapat
menyebabkan penyumbatan. Sumbatan pada pembuluh darah otak dapat
mengakibatkan terjadinya stroke dan sumbatan pada pembuluh darah koroner
dapat mengakibatkan serangan jantung6.
2.11 Prognosis
Atrial flutter yang tidak tertangani akan menyebabkan takikardi dalam
waktu lama. Hal ini dapat menyebabkan keadaan kardiomiopati yaitu kelemahan
pada otot jantung akibat ventrikel berdenyut terlalu cepat dalam jangka waktu
yang lama. Keadaan ini dapat memicu terjadinya gagal jantung6.
Atrial flutter juga dapat menyebabkan aritmia jenis lainnya seperti atrial
fibrilasi jika tidak ditangani. Atrial fibrilasi juga merupakan salah satu bentuk
aritmia yang sering dijumpai6.
18
BAB III
KESIMPULAN
Atrial flutter merupakan salah satu jenis aritmia berupa denyut atrium
yang terlalu cepat akibat aktivitas listrik atrium yang abnormal. Pada atrial flutter,
sinyal listrik seperti terperangkap di atrium kanan sehingga menyebabkan impuls
atau denyutan yang berulang-ulang di atrium sehingga denyut atrium akan lebih
banyak dibandingkan denyut ventrikel. Gambaran klinis yang paling sering terjadi
pada atrial flutter adalah palpitasi dan atau rasa tidak enak di dada. Pemeriksaan
elektrokardiografi dengan menggunakan 12 sadapan dapat bermanfaat dalam
menegakkan diagnosis atrial flutter.
Terapi farmakologi menggunakan beta blockers atau calcium channel
blockers yang diberikan secara intravenous dapat memperlambat denyut jantung
dan pada beberapa pasien keadaan aritmia. Atrial flutter berulang atau atrial flutter
yang dialami untuk pertama kali pada individu dengan gangguan struktur jantung
adalah merupakan indikasi perlunya diberikan anti-koagulan oral jangka panjang.
Pada dasarnya, atrial flutter bukan merupakan keadaan yang mengancam nyawa.
Tetapi jika tidak ditangani, atrial flutter akan menyebabkan takikardi dalam waktu
lama. Hal ini dapat menyebabkan keadaan kardiomiopati.
19
DAFTAR PUSTAKA