Anda di halaman 1dari 2

Ketika seseorang mengatakan workaholic apa yang akan terlintas

difikiran anda? Wah wah admin yakin benernih kalau temen-temen pasti udah
gak asing lagi mendengar kata yang satu ini ya...
workaholic...
mendengar kata ini apasih kira-kira yang terlintas difikiran anda? Kalau admin
sendiri ketika mendengar istilah ini membayangkan kantor,laptop, laporan, kopi,
lembur, dan lain sebagainya mengenai pekerjaan ataupu orang-orang yang
menggilai pekerjaan itu pastinya ya..
Yess, this is reality! Workaholic adalah orang-orang yang memiliki
semangat yang tinggi dalam bekerja, yang mampu lembur berlebihan untuk
pekerjaan, atau biasa orang menyebutnya dengan si penggila kerja.
Namun temen-temen, ternyata semangatnya orang-orang workholic ini tidak
dianggap baik oleh para pakar psikologi, dan malah sebaliknya hal seperti ini
dianggap sebagi suatu hal yang negatif atau sebagai hal yang memiliki dampak
buruk untuk si workaholic itu sendiri.
Mengapa demikian? Mengapa kerajinan si workholic dianggap negatif?
Nah, ternyata menurut para pakar psikologi, workaholisme adalah suatu obsesi
yang berlebihan terhadap pekerjaan, dimana obsesi ini mampu membuat
seseorang yang mengidapnya kehilangan keseimbangan antara pekerjaan dan
kehidupan pribadinya.
Workalisme adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut perilaku kerja
yang ekstrem atau dapat dikatakan berlebihan. Dan karna ke-ekstremannya
inilah , si pengidap workaholisme mengalami banyak kerugian terhadap dirinya
sendiri bahkan terhadap lingkungannya.
Lalu, apasih yang membuat seseorang ini dapat mengidap workaholisme?
Asal punya asal, masih berpatok pada pendapat pakar psikologi, salah satu
penyebab seseorang mengidap workalisme ternyata adalah mindset mereka
sendiri, yang menekankan ketika kita ingin memiliki uang yang berlebih, maka
kita harus bekerja keras. Semakin keras kita bekerja, maka semakin banyak pula
uang yang akan kita hasilkan.
Selain mindset yang kita miliki, ternyata perilaku workalisme itu dapat dipicu
oleh beberapa faktor lain. Seorang ahli terapi psikologi sekaligus seorang
penulis, Bryan Robinson membagi workalisme kedalam 4 kategori menurut
penyebabnya, yaitu:
Bulimic Workaholic Style
Dimana orang-orang yang tergolong dalam kategori ini merupakan seseorang
yang perfeksionis. Mereka senantiasa terobsesi dengan kesempurnaan, sehingga
obsesi itu tadi mencapai level yang berlebihan,
saya harus mengerjakan tugas saya dengan sempurna, dan apabila tidak, lebih
baik saya tidak mengerjakannya sama sekali. Nah, orang-orang dalam kategori
ini selalu berfikir seperti ini. Sehingga iya selalu merasa cemas serta takut, jadi
dengan begitu waktu yang mereka miliki pun tidak ter-manage lagi, karna yang
mereka inginkan pekerjaan mereka harus selesai dengan sempurna, tidak
memiliki celah sedikitpun.
Relentless workaholic style
Faktor yang menyebabkan seseorang menjadi workaholic dalam kategori ini
adalah ketergantungan yang berlebihan pada peniaian orang. Dengan kata lain,
seseorang mengidap workaholic lantaran ia tak memiliki kemandirian emosional.
Si pengidap workaholic memiliki kecemasan yang berlebihan terhadap penilaian
seseorang kepada perilakunya sendiri. Ia takut kalau-kalau perilakunya tidak
berkenaan dihati orang lain dan dengan begitu orang lain tersebut tidak akan
mengakui serta menghargai keberadaannya. Si pengidap workaholic dalam
kategori ini kerap kali melakukan apapun kemauan orang lain, demi
mendapatkan pengakuan.
Attention- Deficit Workaholic Style
Dalam kategori yang ketiga ini, seseorang dapat mengidap workaholic lantaran
tidak dapat fokus pada satu pekerjaan. Perhatiannya mudah teralihkan oleh
berbagai hal. Dalam sehari ia bisa mengerjakan banyak pekerjaan. Cara ia dalam
menyelesaikan tugasnyalah yang menbuat ia mengidap workaholic,
Ketika ia bosan dalam menyelesaikan pekerjaan yang satu, maka ia akan beralih
ke pekerjaan yang lain. Saat pekerjaan yang lain belum diselesaikan ia beralih
lagi pekerjaan yang lain, begitu seterusnya, yang akhirnya berdampak ia
kesulitan dalam menyelesaikan semua pekerjaannya. Namun karena dorongan
akan kewajiban ia menyelesaikan pekerjaanya, maka ia pun harus bekerja keras
untuk itu.
Savoring Workaholic Style
Kategori ini memiliki kemiripan pada kategori yang pertama, dimana workaholic
disebabkan oleh seseorang yang memiliki rasa perfeksionis yang sangat besar.
Namun dalam kategori ini, perilaku workaholic itu sendiri disebabkan oleh
perasaan bahwa pekerjaan belumlah sempurna, sehingga yang ia lakukan adalah
terus-menerus memeriksa pekerjaannya (yang telah ia selesaikan). Penderita
workaholic pada kasus ini tidaka akan pernah merasa puas dengan hasil
kerjanya.

Jadi pada dasarnya, workaholic adalah penyakit atau perilaku yang didasari oleh
mindset seseorang itu sendiri, yang akhirnya menyebabkan kerugian pada
dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai