Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

Teori Kepribadian dalam Konteks

Tema-Tema Kunci
 Asal dari kepribadian
 Teori implisit mengenai kepribadian
 Definisi kepribadian
 Tujuan pembelajaran tentang kepribadian
 Pendekatan dalam mempelajari kepribadian
 Mendeskripsikan kepribadian
 Perbedaan yang dibuat dalam penelitian kepribadian
 Pengukuran masalah
 Alur teorisasi
 Membaca dengan kritis dan mengevaluasi teori

Hasil Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab ini Anda harus:

 Mengapresiasi mengapa ahli psikologi mempelajari kepribadian


 Mengetahui berbagai macam definisi kepribadian
 Memahami komponen definisi psikologi kepribadian
 Mengembangkan pemahaman akar dari teori kepribadian
 Memahami pertanyaan utama yang dituju oleh teori kepribadian
 Memahami kriteria yang dapat dievaluasi dalam teori kepribadian
Pengenalan
Salah satu dari kami baru-baru ini mendengarkan dua orang siswi yang sedang berdiskusi tentang
kebaikan dari pacar teman mereka. Satu siswi menyimpulkan, “aku tidak tahu apa yang dia lihat
darinya, dia tidak punya kepribadian” siswi lainnya setuju dengan pendapat tersebut. Seperti apakah
sebenarnya laki-laki malang ini? Ini bukan komentar yang asing, dan Anda mungkin saja pernah
melakukannya juga. Bisa kah seseorang tidak memiliki kepribadian? Bagaimana Anda
membayangkan seseorang yang digambarkan ‘tidak memiliki kepribadian’? Coba pikirkan sejenak.
Kami telah mencoba ini pada sekelompok siswa dan bertanya apa yang mereka pikirkan tentang
seseorang yang digambarkan tidak memiliki kepribadian. Mereka dengan mudahnya mengatakan
beberapa deskripsi seperti pendiam, tidak seru, sulit ditebak, tidak bisa bersosialisasi, tidak punya
rasa humor dan membosankan. Beberapa siswa bahkan menyatakan bahwa orang seperti itu
tampaknya tidak bahagia, dan beberapa siswa juga menyatakan bahwa orang seperti itu berpakaian
membosankan.

Sangat jelas bahwa deskripsi tentang ‘tidak memiliki kepribadian’ secara harfiah bukan
berarti bahwa seseorang tersebut tidak memiliki karakter yang sewajarnya kita pikir sebagai bagian
dari kepribadian seseorang; tetapi ini berarti hanya pada orang tertentu saja. Hal ini akhirnya
memunculkan masalah yang kita sebut kepribadian. Pertama, dari contoh tadi, kita akan mulai
dengan melihat bagaimana non-ahli psikologi yang bertentangan dengan ahli psikologi, berkaitan
dengan kepribadian. Lalu kita akan mencari tahu apa yang dimaksud kepribadian menurut para ahli
psikologi. Pada titik tersebut, berbagai kesulitan dalam topik ini akan mulai terlihat.

Perspektif populasi umum: teori implisit mengenai kepribadian


Dari contoh pembuka tadi sudah sangat jelas bahwa menggambarkan seseorang ‘tidak memiliki
kepribadian’ menyampaikan satu makna pada hampir semua orang, dan juga untuk siswa saya,
setidaknya ada persetujuan umum tentang apa artinya hal tersebut. Ini adalah contoh dimana para
ahli psikologi menyebutnya sebagai teori implisit tentang kepribadian . Hal ini secara intuitif
berdasarkan teori tingkah laku manusia yang kita buat untuk membantu kita memahami diri kita
maupun orang lain. Kita mendengar gambaran individu, dan kita mengobservasi bagaimana orang
berbisnis, berbicara dengan kita dan orang lainnya, dan kemudian kita menggunakan informasi ini
untuk membantu kita memutuskan orang seperti apakah yang kita pikirkan. Kita sering kali tidak
menyadari bahwa kita melakukan ini, ini terjadi sangat sering sampai akhirnya menjadi respon
otomatis. Dalam hal ini, kami para ahli psikologi mengumpulkan data berdasarkan observasi kami
mengenai situasi sosial. Manusia sepertinya memiliki rasa ingin tahu yang alamiah tentang mengapa
orang-orang bertingkah laku dengan cara mereka. Kita menggunakan observasi untuk membangun
teori implisit mengenai kepribadian ini. Teori implisit ini kemudian digunakan untuk menjelaskan
tentang tingkah laku.

Sebagai contoh, bagaimana tentang siswa dalam suatu kelompok yang tidak pernah ikut
bekerja sama dalam diskusi? Apakah itu karena rasa malu, kebodohan atau kemalasan? Bagaimana
Anda akan memutuskannya? Kita membuat observasi dan kemudian kita menyimpulkan penyebab
dan dampaknya. Kita melihat siswa tersebut dikelilingi banyak orang, pastinya menjadi pusat
perhatian, mengobrol dan tertawa, dan kita mungkin menyimpulkan bahwa orang tersebut tidak
merasa malu. Terkadang kita mendiskusikannya dengan teman kita untuk membandingkan
observasi kita dengan mereka. Mungkin seseorang pernah memberitahu Anda bahwa siswa yang
pendiam bisa memenangkan kesempatan untuk masuk ke universitas. Anda mungkin berkesimpulan
bahwa ini terjadi karena tingkah laku mereka dimotivasi oleh kebodohan. Apa mereka malas?
Mungkin kita berpikir bahwa mereka terlalu sombong untuk bergabung dalam diskusi, bahwa
mereka menganggap mereka menemukan level debat yang jauh dibawah mereka secara intelektual.
Oleh karena itu, kita mungkin berpikir mereka itu malas atau sombong, dan kita mencari informasi
pada tingkah laku mereka selanjutnya dalam diskusi. Dalam hal ini, kita membuat apa yang disebut
kesimpulan penyebab tingkah laku. Ini berarti kita mengasumsikan bahwa orang bertingkah laku
dengan cara mereka karena mereka memang begitu; tergantung pada kepribadiannya. Kebanyakan
orang merasa sulit untuk mengetahui bagaimana mereka membuat penilaian seperti ini. Pikirkan
bagaimana Anda melakukannya, jika Anda merasa ini sulit dipercaya.

Masalah dengan teori implisit


Menilai seperti apa orang lain adalah kemampuan yang berharga. Pikirkan seberapa sering Anda
mendengar orang berkata, ‘aku pintar menilai karakter.’ Kita semua suka berpikir bahwa kita tahu
tentang orang, dan sering kali teori implisit mengenai kepribadian kita berhasil dalam kehidupan
sehari hari, tetapi teori-teori ini gagal dalam berbagai hal. Anda mungkin tahu bahwa kita
mengatakan teori implisit ini sepertinya berhasil dengan baik, tapi kesulitan yang paling utamanya
adalah bahwa kita jarang memiliki kesempatan untuk mengecek teori ini dengan benar. Kita
memutuskan untuk berbagi kamar dengan Sarah dan bukan dengan Joanne, dan maka dari itu kita
tidak pernah ada kesempatan untuk mencari tahu apakah Joanne teman sekamar yang baik atau
tidak. Jika kita bisa cocok dengan Sarah sebagai teman sekamar, kita merasa senang karena kita
adalah penilai karakter yang baik. Padahal Joanne mungkin saja jauh lebih baik, namun kita tidak
akan pernah tahu. Maka dalam hal ini, kita telah gagal dalam mengevaluasi situasi.

Teori implisit juga berdasarkan pada observasi individu secara acak dan sederhana. Dengan
kata lain teori-teori ini tidak berdasarkan pada observasi tingkah laku yang sudah dipilih secara
sistematis untuk menggambarkan bagaimana seseorang menjalani hidupnya. Kita mempunyai
kesempatan untuk mengobservasi orang-orang. Kita bisa lihat dari contoh diskusi siswa. Kita
mengambil contoh dari sedikit bagian tingkah laku mereka, sehingga kita harus membuat keputusan
apakah kita akan menjalin pertemanan dengan mereka, memberikan mereka pekerjaan atau
menjauhi mereka nantinya. Jika kita memutuskan untuk tidak menjalin hubungan lebih lanjut
dengan individu tersebut, biasanya itu merupakan akhir dari ceritanya. Teori implisit bukanlah teori
ilmiah tentang kepribadian. Teori ilmiah tentang kepribadian sebenarnya akan dijelaskan nanti
dalam bab ini. Namun, dari contoh-contoh ini, harus diketahui dengan jelas bahwa beberapa cara
yang bisa diandalkan untuk memahami tingkah laku individu dan mengklasifikasikannya itu akan
bermanfaat. Para ahli psikologi telah melakukan teori ini, dan kita harus lihat, mereka juga telah
mengembangkan berbagai teori untuk memenuhi kebutuhan ini.

Bagaimana mendefinisikan kepribadian?


Para ahli psikologi harus sangat jelas tentang apa yang sebenarnya mereka pelajari dan
mendefinisikannya dengan tepat jika mereka ingin mengukurnya dengan efektif. Satu kesulitan yang
sering kali muncul yaitu banyak perkataan yang digunakan oleh ahli psikologi merupakan bagian dari
bahasa kita sehari-hari atau sudah diadopsi dalam penggunaan bahasa normal. Akan tetapi, masih
sangatlah penting untuk mempertimbangkan apa yang publik pikirkan sehingga komunikasi yang
akurat bisa terjalin. Pada kebanyakan contoh di publik, definisi kepribadian cenderung sangat luas
dan tidak cukup spesifik bagi tujuan penelitian para ahli psikologi untuk mendefinisikan apa yang
sedang mereka uji. Namun, definisi awam memberikan permulaan yang bagus untuk
mengembangkan definisi psikologis.

Definisi awam tentang kepribadian


Definisi awam tentang kepribadian sering kali melibatkan penilaian dalam hal ketertarikan sosial
individu. Terkadang penekanannya pada aspek penampilan fisik individu, dan mungkin dengan
beberapa komentar terhadap gaya sosial mereka. Pandangan ini memunculkan deskripsi kepribadian
sebagai berikut: ‘Richard tinggi dan cukup menarik, tapi tidak pernah bisa mendeskripsikan dirinya
sendiri walaupun dia bisa sangat menyenangkan jika dia sedang bersama orang yang dia kenal.’
Definisi seperti itu merupakan evaluasi suatu individu dan termasuk dalam penilaian relatif, pada
contoh ini yaitu tentang tinggi badan dan ketertarikan. Definisi ini juga mengandung beberapa
penilaian tentang bagaimana Richard berinteraksi dengan orang lain: ‘tidak pernah bisa
mendeskripsikan dirinya sendiri walaupun dia bisa sangat menarik jika dia sedang bersama orang
yang dia kenal.’ Aspek deskripsi atau penilaian ini, dibuat ketika mereka dalam lingkungan sosialnya,
ini merupakan aspek umum. Definisi awam ini umumnya berhubungan dengan teori implisit tentang
kepribadian yang telah kita diskusikan di awal Bab ini. Terkadang definisi awam ini memuat tentang
cerita rakyat dalam kebudayaan tertentu. Ini bisa menjadi asumsi kecocokan antara ciri fisik dan ciri
kepribadian. Contoh-contoh umumnya seperti bahwa orang yang berambut merah itu mudah marah
atau bahwa orang yang gendut itu periang.

Dari definisi awam tentang kepribadian ini, sepertinya kepribadian dinilai dari suatu konteks
sosial, yaitu, ada beberapa aspek tentang seberapa baik suatu individu bergaul dengan yang lainnya
dan bagaimana gaya mereka dalam berinteraksi serta mengomentari penampilannya. Apakah ini
berarti bahwa kepribadian kita hanya terlihat dalam situasi sosial? Ini tentu bukan masalahnya.
Ketika orang sedang sendirian, mereka masih menunjukan perbedaan individu dalam hal bagaimana
mereka mengatasi kesendirian tersebut dan bagaimana sikap mereka. Untuk kebanyakan orang,
kepribadian adalah bagian utuh dari diri mereka, yang ada baik ketika mereka sedang sendiri
ataupun ketika mereka sedang bersama orang lain.

Definisi psikologis tentang kepribadian


Definisi psikologis tentang kepribadian berbeda dari definisi awam dari cara mereka mendefinisikan
kepribadian yang berkaitan dengan karakteristik, atau kualitas suatu individu. Gordon Allport, sosok
yang terkemuka dalam psikologi kepribadian, mempopulerkan istilah ‘kepribadian’ dan memberikan
definisinya pada tahun 1961. Ia mendefinisikan kepribadian sebagai ‘organisasi dinamis, di dalam diri
seseorang, berdasarkan sistem psikologis yang membuat pola karakteristik, tingkah laku, pikiran dan
perasaan seseorang’ (Allport, 1961, hal.11).

Definisi yang padat ini perlu dibongkar. Organisasi dinamis, di dalam diri seseorang mengacu
pada suatu proses yang secara kontinu mengatur, beradaptasi dalam pengalaman yang kita miliki,
memberikan perubahan dalam kehidupan kita, penuaan dan penampilan fisiknya. Dengan kata lain,
kepribadian dikonsepkan sebagai sistem yang aktif dan responsif. Kepribadian dikonsepkan sebagai
sesuatu yang diatur dalam struktur sistem internal, detailnya belum terlalu jelas – walaupun
hipotesanya sudah banyak, seperti yang akan anda lihat dalam Bab-bab selanjutnya. Sistem
psikologis mengacu pada termasuknya tubuh dan pikiran kita dengan apa yang kita maksud dengan
kepribadian. Secara sederhana, terkadang aspek psikologis dalam pikiran berinteraksi dengan tubuh
untuk menghasilkan suatu tingkah laku. Pola karakteristik seseorang menyatakan bahwa sesuatu
yang stabil relatif dihasilkan sehingga menjadi ciri khas dari seseorang tersebut. Stabilitas yang
dimaksud tersebut penting, karena tanpa stabilitas tersebut, segala macam percobaan untuk
mengukur kepribadian seseorang akan sia-sia. Tingkah laku, pikiran dan perasaan mengacu pada
fakta bahwa kepribadian adalah komponen utama yang berpengaruh dan dapat terlihat dalam
banyaknya pengalaman dan aktifitas manusia.

Ini bukan hanya salah satu dari banyaknya definisi, ini juga mencakup beberapa aspek
penting yang bisa dipahami. Para ahli teori kepribadian masih berusaha untuk menghasilkan definisi
kepribadian yang dapat diterima secara keseluruhan. Konsep ini memunculkan masalah yang
menjadi besar, yang menjadikannya sulit untuk dijadikan konsep yang ringkas. Harus menyatukan
perbedaan individual diantara manusia, warisan genetis mereka, dan proses internal yang terjadi
dalam individu, membuat mereka bertingkah laku sebagaimana karakteristik mereka. Walaupun ada
persetujuan yang kurang mengenai definisi tersebut, beberapa kesepakatan telah dibuat tentang
apa yang membentuk kepribadian. Ada kesepakatan umum bahwa ‘kepribadian’ menggambarkan
gagasan psikologis, yaitu sebuah konsep mental yang mempengaruhi tingkah laku melalui interaksi
antara tubuh dan pikiran. Karena pemahaman tentang apa yang membentuk gagasan psikologis dan
bagaimana identifikasinya penting bagi pemahaman anda terhadap teori psikologis, deskripsi lebih
lengkap diberikan dalam Berhenti dan Pikirkan: mendefinisikan dan menguji gagasan psikologis.

Berhenti dan Pikirkan


Menguji dan mendefinisikan gagasan psikologis

Gagasan psikologis mengacu pada konsep yang tidak bisa diobservasi secara langsung tapi dihipotesa
berpengaruh dalam menentukan atau menjelaskan tingkah laku. Kita tidak mengobservasi
kepribadian secara langsung, contohnya, tetapi teori kita yang mengatakan bahwa kepribadian
memegang peranan penting dalam menentukan tingkah laku. Observasi kita adalah tentang tingkah
laku, dan dari observasi ini, kita menyimpulkan bahwa individu tersebut memiliki karakteristik
kepribadian tertentu. Dalam hal ini kepribadian merupakan gagasan psikologi. Untuk menentukan
bahwa fenomena tertentu adalah gagasan psikologi dan bukan sekedar kesempatan observasi, perlu
dilakukan demonstrasi sehingga gagasan tersebut dapat diukur dan stabil diantara hal lainnya.

Lee J. Cronbach (1916-2001), Profesor Pendidikan di Universitas Stanford di Amerika Serikat,


menghabiskan hampir sepanjang karirnya menguji masalah-masalah yang berkaitan dengan
identifikasi dan pengukuran konsep psikologis. Pada tahun 1955 ia dan Paul Meehl mencetak buku
seminar klasik tentang psikologi. Penulis tersebut mengajukan sebuah metode untuk mendapatkan
keabsahan dari gagasan psikologi dalam tes kepribadian. Paul Meehl (1920-2003) merupakan
Profesor Psikologi di Universitas Minnesota di Amerika Serikat dan sama seperti Lee Cronbach, ia
juga berfokus menginvestigasi seberapa terpercayanya ahli psikologi dapat memprediksi tingkah
laku. Gabungan karya tulis dari Cronbach dan Meehl sering kali dijadikan kutipan dalam karya ilmiah
psikologis. Berikut ini adalah tiga langkah penting untuk mendapatkan keabsahan gagasan psikologi
menurut Cronbach dan Meehl:
 Deskripsikan karakteristik yang menjadi gagasan dan nyatakan bagaimana karakter tersebut
berkaitan satu sama lain berdasarkan beberapa spekulasi teoritis. Sebagai contoh, ambil gagasan
tentang extraversion. Individu yang extrovert digambarkan sebagai seseorang yang ramah, baik
hati dan hangat. Ini semua adalah karakter yang diciptakan untuk memicu interaksi sosial.
Spekulasi teoritisnya adalah bahwa individu yang extrovert menyukai dan membutuhkan level
interaksi sosial yang lebih tinggi.
 Cara-cara mengukur karakteristik gagasan yang disarankan kemudian berkembang. Untuk
contoh kita akan melibatkan perkembangan dari pengukuran ‘keramahan’, kebaikan dan
kehangatan.
 Terakhir, hubungan yang telah dihipotesis kemudian diuji. Dalam contoh tadi kita akan berharap
menemukan bahwa individu yang nilai keramahannya tinggi juga mendapat nilai tinggi dalam
segi kebaikan dan kehangatan serta bahwa individu tersebut juga senang berinteraksi dengan
orang lain. Penemuan tentang keterkaitan ini akan menjadi hasil dalam konsep yang valid.
Cronbach dan Meehl cenderung menekankan bahwa menciptakan keabsahan gagasan psikologis
merupakan proses yang terus berkelanjutan yang harus dikaji kembali untuk mengembangkan
pengetahuan.

Tujuan dari mempelajari kepribadian


Ahli psikologi tertarik untuk meneliti seperti apakah manusia, mengapa mereka bertingkah dengan
cara mereka dan bagaimana mereka menjadi seperti itu. Dari masalah-masalah sederhana yang
terlihat ini ditemukan beberapa masalah mengenai manusia sebagai spesies, yang akan kita bahas
nanti dalam buku ini. Agar bahasanya lebih akademis, ahli teori kepribadian akan menjelaskan
motivasi dasar dari suatu tingkah laku. Mengapa seseorang bertingkah dengan caranya? Apa yang
terjadi setiap pagi? Mengapa anda belajar untuk mendapatkan nilai? Pada dasarnya, ahli teori
kepribadian harus membahas asal-usul dari terbentuknya tingkah laku kita. Pertanyaan mengenai
motivasi ini harus menyentuh masalah utama tentang watak dasar manusia. Apakah kita bertingkah
laku tertentu karena kita tidak ada pilihan lagi? Sebagai suatu spesies, apakah kita secara lahiriah
agresif dan cenderung merusak diri sendiri? Apa saja yang membentuk tingkah laku manusia?
Beberapa ahli teori kepribadian seperti psikoanalis Sigmun Freud (Bab 2) memberikan pandangan
bahwa watak manusia sebenarnya secara lahiriah cenderung merusak diri dan agresif. Ahli teori
lainnya seperti Carl Rogers, orang Amerika yang sering dipandang sebagai penemu bimbingan
psikologi (Bab 6), memandang bahwa watak manusia itu ramah. Rogers menyatakan bahwa watak
manusia dibentuk oleh alasan positif terhadap pertumbuhan dan penerimaan diri. Kita akan mencari
tahu tentang hal ini lebih lanjutnya nanti dan melihat beberapa pandangan lainnya. Bagaimanapun,
kualitas watak manusia adalah pertanyaan mendasar yang harus dibahas oleh para ahli teori
kepribadian. Sebagai spesies apakah kita ramah atau jahat? Belum ada jawaban pasti tentang hal ini.

Sambil membahas masalah motivasi manusia dan wataknya, ahli teori kepribadian bertujuan
untuk memberikan deskripsi atau kategorisasi tentang bagaimana individu bertingkah laku. Hal ini
dibahas dengan cara-cara yang berbeda, namun tujuannya adalah untuk memahami mengapa
seseorang bertingkah laku dengan caranya. Secara tersirat ada beberapa tingkatan penerimaan diri,
tapi tidak semua, teori bahwa ada tingkah laku yang mungkin muncul dan bahwa beberapa pola
tingkah laku terjadi pada beberapa kepribadian yang sama. Oleh karena itu, kategori kepribadian
digarisbawahi sebagai bagian dari banyak teori. Ini berkaitan dengan gagasan klasifikasi kepribadian
yang merupakan masalah tentang mengukur kepribadian.
Berkaitan erat dengan pertanyaan tentang seperti apakah seseorang adalah masalah
tentang bagaimana seseorang tersebut bisa menjadi seperti demikian. Beberapa teori secara
berbeda memandang masalah ini dengan beberapa pendekatan teoritis yang meliputi teori
perkembangan yang mendetil sementara teori yang lain lebih skematis membahas bagaimana
perkembangan kepribadian. Dalam teori perkembangan terdapat pandangan-pandangan yang
beragam tentang usia dimana kepribadian terbentuk. Apakah kepribadian anda terbentuk di usia 2
tahun, 5 tahun atau lebih, atau apakah perubahan selalu mungkin terjadi?

Terdapat pandangan-pandangan yang berbeda dalam aspek ini. Walaupun dalam beberapa
teori klinis, seperti teori psikoanalisis yang memandang perkembangan kepribadian terjadi di awal
masa kanak-kanak, perubahan tetap saja dianggap mungkin terjadi namun diasumsikan sebagai
sesuatu yang sulit dicapai. Seperti yang anda lihat, beberapa ahli teori menyatakan bahwa campur
tangan seperti psikoterapi atau konseling dapat memfasilitasi perubahan ini. Campur tangan
konseptualisasi terapis dalam hal ini menjadikannya lebih mudah untuk memahami mengapa banyak
sekali teori kepribadian dihasilkan oleh ahli psikologi dan ahli psikoterapi yang praktiknya secara
klinis. Ketertarikan mereka ada pada pemahaman individu dimana campur tangan dilibatkan
sehingga perubahan tingkah laku bisa dikembangkan.

Yang berkaitan erat dengan perkembangan kepribadian adalah masalah warisan genetik
dan lingkungan. Apakah perkembangan kepribadian lebih ditentukan oleh warisan genetik atau
pengaruh lingkungan, atau apakah perkembangan kepribadian itu dampak dari kegiatan
berinteraksi? Seperti yang akan kita lihat dalam buku ini, teori-teori membedakan istilah peranan
yang mereka berikan masing-masing, dan beberapa teori lainnya benar-benar tidak membahas
masalah ini. Ahli teori sifat dan ahli teori biologis cenderung memilih pengaruh genetik pada
kepribadian.

Teori kepribadian berkembang dalam psikologi pada dasarnya untuk membantu kita
memahami penyakit mental dan tingkah laku yang tidak normal. Kita akan menguji upaya ini lebih
detail nanti, ketika ada beberapa ahli teori. Pada titik ini, cukup untuk mengetahui apa saja yang
harus dipelajari dan mengklasifikasikan pengalaman orang-orang yang terganggu secara psikologi,
diperlukan sebuah konsep tentang apa yang dimaksud normal dalam tingkah laku manusia. Tanpa
beberapa gagasan tentang apa yang membentuk normalnya tingkah laku manusia, tidaklah mungkin
bisa membuat penilaian tentang apa yang tidak normal (abnormal). Dari penelitian awal ini, semakin
terlihat bahwa ada perbedaan individual yang sangat besar dalam tingkah laku manusia. Namun,
beberapa ahli teori kepribadian mulai memandang bahwa terdapat pola dalam tingkah laku manusia
dan mungkin saja untuk mengklasifikasikan jenis kepribadian manusia. Ini mengarah pada kuesioner
pengukuran dan perkembangan kepribadian. Hal ini akan diuji lebih detail pada bab selanjutnya.
Seperti yang anda ketahui, ahli psikologi mempunyai banyak alasan untuk mempelajari kepribadian,
kami telah merangkum tujuan-tujuan ini dalam Gambar 1.1 untuk membantu anda mengingat
tujuan-tujuan tersebut.

 Menjelaskan motivasi dasar dari tingkah laku


 Memastikan watak dasar dari manusia
 Memberikan deskripsi/kategorisasi tentang bagaimana manusia bertingkah laku
 Mengukur kepribadian
 Memahami bagaimana kepribadian berkembang
 Menggali pemahaman lebih dalam tentang manusia untuk ikut serta membantu dalam
perkembangan untuk memfasilitasi perubahan tingkah laku
 Menilai dampak dari warisan genetik dan lingkungan

Gambar 1.1. Ringkasan tujuan mempelajari kepribadian

Sumber istilah ‘kepribadian’


Kata ‘kepribadian’ berasal dari bahasa Latin persona, yang berarti ‘topeng’ (Kassin, 2003). Ini adalah
yang paling terkenal dan awal, ahli psikologi Amerika Gordon Allport yang mempopulerkan istilah
tersebut dengan mencetak buku Personality: A Psychological Interpretation pada tahun 1937. Selain
istilah tersebut, istilah lain seperti ‘karakter’ atau ‘watak’ juga umum digunakan. Allport memberikan
survey cara dimana konsep dari kepribadian telah didefinisikan, ia mengidentifikasi lebih dari 50
cara. Hal tersebut beragam dari pemahaman umum yang awam tentang definisi sosiologis, filosofis,
etis dan legal. Allport menyatakan bahwa banyaknya dari istilah yang ada bernilai tertentu
tergantung bagaimana istilah tersebut digunakan. Contohnya, deskripsi bahwa seorang wanita
memiliki karakter yang baik dan lelaki memiliki karakter buruk. Dalam suatu lingkungan kebudayaan
tertentu, deskripsi ini akan membawa makna spesifik yang sudah diketahui secara umum. Allport
merasa perlu untuk mengembangkan kesepakatan umum untuk menggunakan kata yang akan
menggambarkan keunikan individu tanpa menyatakan evaluasi dari keunikan tersebut. Sebagai
hasilnya, pengaruh Allport, kata ‘kepribadian’ dengan pesat menjadi istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perbedaan individu. Beberapa ahli teori, yang utamanya ahli psikometrik,
menggunakan istilah ‘perbedaan individu’, dan istilah ini berlanjut digunakan secara luas. Ahli
psikometrik berfokus pada perkembangan dan pengukuran perbedaan individu yang baik dan
akurat. Pada contoh ‘perbedaan individu’ ini, sering kali istilah tersebut menjadi ‘perbedaan individu
dalam hal kepribadian’ atau variabel lainnya yang berkaitan dengan kepribadian. Anda akan tahu
bahwa terdapat bermacam-macam pendekatan untuk mempelajari dan meneliti kepribadian; kita
akan lihat beberapa pendekatan itu sekarang.

Pendekatan untuk mempelajari kepribadian: idiografis dan nomotetik


Perbedaan yang sangat penting dibuat oleh Allport dalam karya ilmiahnya tentang kepribadian yaitu
antara pendekatan idiografis dan nomotetik terhadap kepribadian. Pendekatan idiografis fokus pada
individu dan mendeskripsikan variabel kepribadian dalam individu tersebut. Istilah ini berasal dari
Yunani Kuno, idios, yang berarti ‘sendiri atau pribadi’. Ahli teori yang mengadopsi pendekatan ini
pada intinya hanya tertarik dalam mempelajari individu sekali saja. Mereka melihat individu memiliki
struktur kepribadian yang unik. Perbedaan antar individu dipandang lebih besar daripada
kesamaannya. Perbedaan yang mungkin ada itu tidak terbatas jumlahnya. Pendekatan idiografis
menghasilkan suatu pemahaman yang unik tentang kepribadian individu tersebut.

Metode penelitian suatu masalah umumnya merupakan metode penelitian tentang pilihan
untuk pendekatan idiografis terhadap teori kepribadian. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
pemahaman yang mendalam tentang satu individu. Sebagai contoh, Freud menggunakan
pendekatan idiografis untuk meneliti pasiennya. Ia mengembangkan deskripsi yang mendetail dari
setiap pasien berdasarkan observasinya terhadap pasien tersebut selama perawatan. Ia akan
membuat catatan tentang pasien tersebut setelah sesi perawatan, mengkaji ulang dan merevisi
catatan sebelumnya karena pengetahuannya tentang pasien tersebut sudah bertambah. Ia
kemudian menulis catatan tersebut sebagai sebuah studi kasus klinis yang menggambarkan pasien
tertentu.

Pendekatan idiografis pada utamanya menggunakan metodologi penelitian kualitatif, seperti


wawancara, buku harian, sesi terapi atau naratif, untuk mengumpulkan data satu individu. Beberapa
ahli teori kepribadian tidak fokus meneliti hal ini dari individu, karena mereka benar-benar
menganggap setiap orang itu unik dan menentang adanya tipe kepribadian. Ahli teori lainnya akan
membuat beberapa generalisasi tentang tingkah laku manusia berdasarkan pembelajaran dari
sejumlah studi kasus. Mereka mungkin mengobservasi dari sejumlah studi kasus bahwa terdapat
kesamaan dalam cara beberapa individu bertingkah laku. Freud, misalnya, membuat teori
kepribadiannya berdasarkan observasinya terhadap selusin studi kasus pasien. Pendeketan studi
kasus klinis sudah digunakan oleh para peneliti kepribadian idiografis.

Sebaliknya, pendekatan nomotetik berasal dari istilah ‘hukum’ di Yunani Kuno dan
berdasarkan pada asumsi bahwa terdapat satu set variabel yang terbatas yang bisa digunakan untuk
mendeskripsikan kepribadian manusia. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi variabel
kepribadian tersebut atau sifat yang terjadi secara konsisten diantara beberapa kelompok orang.
Setiap individu kemudian dapat disimpan dalam set variabel tersebut. Dengan mempelajari
sekelompok orang tentang variabel tertentu, kita dapat membuat level rata-rata dari variabel
tersebut dalam kelompok dengan usia tertentu, atau pada laki-laki dan wanita, dan rata-rata
kelompok yang dihasilkan ini secara umum disebut dengan norma variabel. Individu kemudian
dapat dideskripsikan berada diatas atau dibawah rata-rata atau norma dalam variabel tertentu. Lalu
ketika seorang teman yang sangat ramah dan bersahabat dinilai sebagai seseorang yang extrovert
pada tes kepribadiannya, itu berarti nilainya lebih tinggi daripada rata-rata pada variabel yang
disebut extraversi. Variabel ‘extraversion’ tersebut diukur dengan menanyakan pertanyaan tentang
seberapa kemampuannya dalam bersosialisasi orang tersebut. Pendekatan ini, memberikan
informasi bahwa setiap orang akan memiliki tingkatan berbeda dalam sifat kepribadian tertentu,
tergantung pada kesamaan dalam kepribadian manusia. Satu tujuan dari pendekatan nomotetik
adalah untuk mengidentifikasi keseluruhan satu set variabel yang akan menjadi struktur dasar dari
kepribadian manusia. Kita akan bahas konsep ini dengan lebih detail ketika kita lihat ahli teori sifat
pada Bab 7.

Terdapat keuntungan dan kelemahan dari setiap pendekatan, dan kita sudah
merangkumnya dalam Gambar 1.2.

Debat panjang tentang ciri-ciri relative dari pendekatan idiografis dan pendekatan nomotetik
pun terjadi, ini berdampak pada banyak bidang didalam psikologi, bukan hanya pada teori
kepribadian. Namun, masalah umum bagi para siswa adalah bagaimana mengingat istilah. Anda
dapat mengingat huruf ‘I’ untuk Idiografis dan Individu agar terasa lebih mudah.

Dua orang peneliti kepribadian, Charles Carver dan Michael Scheier, telah membahas
masalah ini. Carver dan Scheier (2000) menyatakan bahwa dalam teori kepribadian, perbedaan
antara idiografis dan nomotetik belum terlalu jelas. Mereka menyatakan bahwa para ahli psikologi
mengadopsi pendekatan nomotetik masih menerima keunikan individu. Namun, mereka tidak
menerima bahwa terdapat jumlah variabel kepribadian yang tidak terbatas. Mereka memandang
bahwa ada struktur umum pada kepribadian dengan variabel kepribadian yang terbatas. Keunikan
individu berasal dari gabungan variabel terbatas tertentu. Itulah bagaimana variabel kepribadian ini
digabungkan sehingga menciptakan keunikan individu. Beberapa peneliti idiografis juga hanya fokus
pada individu. Mereka mengumpulkan sejumlah studi kasus, misalnya, dan kemudian
mengidentifikasi tema umum yang berlawanan dengan studi kasus tersebut. Dengan cara ini,
mereka bisa mendapatkan teori dan membuat perkiraan yang dapat diuji, yang seringnya
menggunakan pendekatan nomotetik.

Ciri-ciri Idiografis Nomotetik


Strategi Menekankan keunikan individu Fokus pada kesamaan antar
kelompok individu. Keunikan individu
hanya jika sifat mereka dipadukan.

Tujuan Untuk mengembangkan pemahaman Untuk mengidentifikasi struktur dasar


mendalam tentang individu kepribadian dan jumlah sifat
minimum yang dibutuhkan untuk
menggambarkan kepribadian secara
keseluruhan.

Metodologi Metodologi kualitatif untuk Metode kuantitatif untuk:


penelitian menghasilkan studi kasus pada  Mencari tahu struktur
utamanya. Beberapa generalisasi kepribadian
sejumlah studi kasus yang berlawanan  Membuat ukuran kepribadian
juga mungkin terjadi.  Mencari tahu keterkaitan
antar variabel di kelompok
yang berlawanan.

Pengumpulan Wawancara, buku harian, naratif, data Kuesioner tentang kepribadian diri
data sesi perawatan sendiri

Keuntungan Pemahaman yang mendalam tentang Penemuan prinsip umum yang


individu. memiliki fungsi prediktif

Kelemahan Sulit untuk membuat generalisasi dari Dapat mengarah pada pemahaman
data. yang cukup terhadap satu individu.
Pelatihan diperlukan untuk
menganalisis profil kepribadian
dengan akurat.

Gambar 1.2. Perbandingan Pendekatan Idiografis dan Nomotetik untuk mempelajari kepribadian

Mendeskripsikan kepribadian
Individu dideskripsikan memiliki tingkatan tertentu dalam aspek kebahagiaan, aktifitas, ketegasan,
emosi, kehangatan, impulsif dan sebagainya. Berbeda dari definisi awam, gambaran psikologi jarang
dicakupkan dalam definisi psikologi. Fokusnya adalah untuk mengidentifikasi psikologi bukan
karakter psikologi yang dibedakan oleh individu. Karakteristik ini diukur dalam populasi spesifik, dan
level rata-rata dari kejadiannya dihitung. Tes ini bisa dilakukan secara terpisah untuk laki-laki dan
perempuan dan untuk kelompok dengan usia yang berbeda. Sebagai contoh, satu penelitian
mungkin memberikan level rata-rata tentang kegelisahan secara terpisah untuk laki-laki dan
perempuan berusia antara 20 sampai 29 tahun, laki-laki dan perempuan lainnya berusia antara 30
sampai 39 dan selanjutnya. Penghitungan ini memberikan norma populasi untuk karakter tertentu
tadi.

Norma populasi mewakili nilai rata-rata dari kelompok individu tersebut bahwa mereka
mendapatkan nilai dalam tes spesifik tertentu. Contohnya, mereka membolehkan anda untuk
membandingkan nilai tes kegelisahan untuk perempuan berusia antara 20 sampai 29 tahun dengan
level rata-rata untuk perempuan dikelompok seusianya. Anda dapat menyimpulkan bahwa nilai
kegelisahannya diatas atau dibawah rata-rata untuk kelompok seusianya serta membandingkan ia
dengan individu lainnya dalam sampel anda. Informasi ini memberikan profil perbedaan individu
yang sering kali digunakan untuk mendefinisikan tipe-tipe kepribadian. Seperti yang akan kita lihat di
Bab 7, ahli teori sifat sering mengembangkan norma populasi.

Perbedaan dan pernyataan tegas dalam penelitian kepribadian


Kepribadian dianggap relatif stabil, abadi, dan aspek yang penting untuk diri. Orang bisa saja
bertingkah berbeda di situasi yang berbeda, namun kepribadian memiliki pengaruh utama pada
tingkah laku mereka. Contohnya, seseorang diklasifikasikan sebagai extrovert yang akan bertingkah
laku lebih ramah daripada orang yang introvert, yaitu tidak menghargai situasi sosial. Perbedaan
dalam tingkah laku sosial diantara keduanya akan dapat diobservasi baik ketika mereka ada di pesta
maupun ketika mereka ada di upacara pemakaman. Karakteristik kepribadian dalam hal ini adalah
pikiran untuk mendesak pengaruh konsisten pada tingkah laku secara relatif di situasi yang berbeda.
Karakteristik kepribadian dalam hal ini yaitu abadi dalam konteks sosial yang berbeda.

Sementara itu, telah diakui bahwa individu bisa dan melakukan perubahan sepanjang waktu,
terdapat anggapan bahwa kepribadian relatif stabil. Orang-orang bisa belajar dari kesalahan
mereka dan merubah tingkah laku mereka; namun semakin ditemukan perubahan, semakin lama
juga itu berlangsung. Merubah aspek dalam diri kita adalah bukan hal yang mudah, seperti yang
dilakukan konselor dan ahli terapi. Cenderung memakan waktu dan upaya yang lama bagi individu
untuk merubah aspek dalam dirinya, sebaliknya jika ia berhasil. Bantuan dari ahli sering kali
dibutuhkan dari konselor atau ahli terapi sebelum perubahan tersebut bisa tercapai.

Berkaitan dengan anggapan ini yaitu fakta bahwa tidak semua perbedaan antar individu
dianggap sama pentingnya oleh para ahli teori kepribadian. Bahasa inggris membuat kita dapat
menciptakan perbedaan antar individu. Kontribusi lainnya dibuat oleh Gordon Allport yang
mengindentifikasi jumlah kata dalam sebuah kamus Bahasa Inggris yang menggambarkan area
dimana perbedaan individu mungkin terjadi. Allport dan rekannya Odbent pada tahun 1963
mendaftar ada 18.000 kata, yang 4.500 diantaranya mendeskripsikan tentang aspek kepribadian.
Tentu saja, kebanyakannya merupakan persamaan kata (sinonim). Ahli psikologi, melalui
peneilitiannya, sudah mengidentifikasi karakter kepribadian yang bisa dinilai dengan terpercaya,
dimana perbedaan sangat berdampak pada tingkah laku dan juga yang paling konsisten sepanjang
waktu. Ini dianggap sebagai karakter kepribadian yang penting, dan semuanya ada di Gambar 1.3.
Gambar tersebut mencakup apa saja yang dipertimbangkan sebagai struktur kepribadian yang paling
utama dan juga subdivisi utamanya. Pembaca yang penuh pengamatan mungkin menyadari setelah
mencatat huruf pertama dari struktur utama, semuanya membentuk satu kata ‘OCEAN’, singkatan
yang mudah diingat. Anda akan mempelajari lebih lanjut tentang karakteristik dan struktur
kepribadian nanti di Bab 7.

Keterbukaan terhadap pengalaman Ketelitian: Kompetensi, pencapaian


baru: perasaan, ide, nilai, tindakan, prestasi, disiplin diri, keteraturan,
imajinasi, keindahan kepatuhan, pertimbangan

Extraversi: Kecocokan:
keakraban,kepercayaan,
tingkat rasa terus
aktifitas, ketegasan, kegembiraan, kerendahan
terang, penyesuaian,
emosi positif,hati,
kehangatan
kelembutan berpikir

Neurotisme: Kegelisahan, kesadaran


diri, tekanan, mudah terluka,
kebencian, amarah

Gambar 1.3. Pembagian utama kepribadian yang bisa dinilai dengan handal

Ahli teori kepribadian membuat perbedaan lebih lanjut antara aspek yang terbuka, yang bisa
diamati dan yang tidak dapat diamati dari kepribadian seperti pengalaman, kenangan, dan
impian. Perbedaan ini sudah disebutkan sebelumnya. Sekolah psikoanalitik teoritis bahkan
menjelaskannya lebih jauh, membuat perbedaan antara aspek kepribadian sadar dan tidak sadar.
Mekanisme spesikif dimana individu yang tidak sadar dianggap berpengaruh dalam menentukan
kepribadian. Dari contoh tingkah laku spesifik atau gaya perilakunya, keberadaan karakter
kepribadian ini kemudian disimpulkan. Contohnya, wanita muda yang kelihatannya selalu
mempunyai pacar yang jauh lebih tua darinya, dengan istilah Freud akan disimpulkan bahwa ia
termotivasi oleh keinginan secara tidak sadarnya untuk mempunyai pacar yang mirip dengan sosok
ayahnya. Dia ingin seseorang yang mengejar-ngejarnya. Secara kepribadian, dia kekurangan rasa
percaya diri. Dalam hal ini beberapa teori fokus pada pengaruh kepribadian yang tidak bisa diamati,
seperti yang akan Anda temukan dalam buku ini.

Perbedaan lebih lanjut sering dibuat antara apa yang disebut persona pribadi dan persona
public individu. Persona pribadi dikonseptualisasikan sebagai orang dalam ‘sesungguhnya’,
sedangkan persona publik adalah cara dimana individu mempresentasikan dirinya kepada dunia luar.
Pengukuran kepribadian dan penjelasan teoritis dianggap mendefinisikan persona. Artinya, mereka
menggambarkan tipe seperti apa individu tersebut, meskipun berbagai lingkungan sosial menekan
mereka untuk berperilaku dengan cara tertentu. Tekanan sosial ini lah yang melibatkan persona
publik. Kepribadian menliputi penampilan fisik dan perilaku (persona publik) dan mengacu pada
esensi dari individu.

Pengaruh kepribadian terhadap efek situasional


Ini adalah titik yang tepat untuk mengingatkan Anda tentang kurangnya kesepakatan antar ahli
psikologi tentang konsep kepribadian. Beberapa ahli psikologi sosial, terutama dekonstruksionis
sosial, mengklaim bahwa ini adalah situasi yang sebagian besarnya menentukan bagaimana kita
berperilaku, sedangkan teori kepribadian berpendapat kepribadian individu memainkan peranan
penting dalam membentuk perilaku kita apapun situasinya. Individu berperilaku berbeda dalam
situasi yang berbeda. Kita mungkin percaya diri dan bisa ramah dalam beberapa situasi dan kurang
yakin akan diri kita sendiri dan lebih pendiam dalam situasi lain, tetapi tidak hanya situasi yang
mempengaruhi perilaku kita. Bahkan dalam apa yang digambarkan sebagai situasi yang sangat
terlarang secara sosial - yaitu, situasi dimana pilihan perilaku terbuka untuk individu dibatasi karena
ada aturan yang harus diikuti - perbedaan perilaku individu dapat diamati. Sebuah contoh yang baik
disini adalah acara wisuda mahasiswa.

Sebagian besar universitas menentukan cara berpakaian, dan siswa diperintahkan untuk
mengikuti prosedur yang sudah dilatih dengan baik. Mereka memasang platform saat nama mereka
disebut, berjalan diatas panggung, berjabat tangan dengan Rektor universitas dan seterusnya.
Sepertinya tidak sedikit kesempatan bagi munculnya perbedaan perilaku individu, tapi ternyata hal
itu mungkin saja terjadi. Seorang siswa bergegas dengan semangat naik ke atas panggung, menoleh
ke penonton dan menyapa keluarga dan teman-temannya, tersenyum pada rektor dan menyalami
staf dipanggung. Mahasiswa berikutnya ragu-ragu untuk menaiki panggung, kepalanya terus
tertunduk dan gugup di panggung, tidak berhenti berjabat tangan dengan rektor dan sebagainya.
Kami mengamati siswa pertama sebagai seorang yang ramah, percaya diri, seseorang yang
menikmati menjadi pusat perhatian. Siswa kedua dipandang kurang percaya diri, pemalu dan agak
cemas dalam situasi sosial. Perbedaan-perbedaan dalam perilaku ini bahkan terjadi dalam situasi
yang sangat terstruktur yang dipandang karena perbedaan kepribadian dari dua individu.
Kebanyakan ahli psikologi akan menerima bahwa sebagian besar perilaku adalah hasil dari interaksi
antara efek dari kepribadian dan diktatsituasi. Kita akan kembali ke perdebatan ini dengan mendetail
dalam Bab 4, ketika kita mempertimbangkan karya Walter Mischel.

Masalah pengukuran
Metode pengukuran karakteristik kepribadian penting harus dapat diandalkan. Ini jelas penting jika
anda akan menggunakan tes kepribadian untuk menilai individu dalam pelatihan atau pendidikan
lanjutan atau sebagai alat untuk membantu rekrutmen staf dalam suatu organisasi. Dengan
organisasi misalnya, anda perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan dengan kinerja dalam
konteks organisasi tertentu, apakah ini dapat diukur secara konsisten dan dengan handal, dan
apakah mereka relatif stabil dari waktu ke waktu. Ini bukanlah latihan yang sederhana, sebagai
contoh pada pengujian jabatan dalam Berhenti dan Pikirkan: Menunjukkan pengujian jabatan. Kita
akan kembali ke masalah penilaian nanti dalam buku ini, karena ini adalah area yang penting
dijelaskan oleh ahli psikologi.

Berhenti dan Pikirkan


Pengujian Jabatan

Banyak organisasi sekarang menggunakan tes psikometri sebagai bagian untuk menseleksi
karyawan. Prinsip-prinsip yang mendasarinya sederhana. Jika kita mengetahui tuntutan yang dibuat
oleh pekerjaan dalam hal kepribadian dan kemampuan, maka kita dapat menguji individu dan
mencocokan mereka dengan persyaratan kerjanya. Diperkirakan bahwa antara 50 dan 70 persen
perusahaan menggunakan beberapa bentuk pengujian untuk memilih karyawan mereka. Pengujian
seharusnya membantu meningkatkan pilihan pekerjaan, tetapi ternyata terdapat bahaya.
Pertimbangkan contoh berikut.

Sebuah rumah sakit swasta yang sudah tua ditutup. Pasien dipindahkan ke rumah sakit swasta yang
baru dibangun didekatnya. Sayangnya, tidak ada cukup pekerjaan di rumah sakit baru tersebut untuk
semua perawat dirumah sakit tua untuk ditawari pekerjaan. Senior Manager diminta untuk
memutuskan mana perawat yang harus ditawarkan pekerjaan di rumah sakit baru itu dan yang mana
yang akan dipecat. Dalam rangka untuk memastikan proses yang adil, dan perekrutan staf terbaik, ia
memutuskan untuk menggunakan tes psikometri. Dia sendiri baru-baru ini menjalani tes psikometri
ketika ia dipromosikan. Dia menempatkan tes di Internet untuk mengukur emosi positif, ketegasan,
kehangatan, tingkat aktivitas dan kebaikan. Ini tampaknya menjadi kualitas mengagumkan untuk
perawat. Penyelenggaraan tes terbukti kompleks, tetapi karena ia tinggal cukup dekat dengan rumah
sakit, dia datang ke rumah sakit setiap pagi. Dia berhasil menguji pekerja shift malam ketika mereka
menyelesaikan shift mereka dan pekerja shift siang sebelum mereka memulai shiftnya. Beberapa staf
telah terpilih, jadi dia memberikan mereka kuesioner untuk diselesaikan di rumah dan dikirim
kembali melalui pos.

Berdasarkan skor tinggi mereka pada kuesioner, beberapa perawat ditawarkan pekerjaan di rumah
sakit baru tersebut dan yang lainnya tidak dipilih. Beberapa perawat yang tidak dipilih kemudian
mengangkat masalah ini dengan serikat pekerja mereka, yang mencari saran dari ahli psikolog kerja
dan pengacara. Keluhan dibuat dengan alasan bahwa manajer tersebut bukan penguji yang terlatih,
tes ini sangat tidak pantas karena tidak menilai karakteristik yang diperlukan, dan kondisi
pengujiannya berbeda untuk perawat yang berbeda. Beberapa perawat diuji saat mereka lelah, di
akhir shift malam, sementara tes lainnya diberikan pada awal shift. Perawat lainnya menerima tes
melalui pos dan selesai tanpa pengawasan.

Rumah sakit ini juga tidak tahu apakah mereka sudah memilih untuk mempertahankan staf yang
paling mampu. Tes yang digunakan oleh manager tersebut adalah ukuran dari sifat kepribadian
extraversion, dan relevansinya dengan peran perawat belum diciptakan. Akibat buruk yang
dikandung dalam pengujian kepribadian ini bisa sangat serius.

Alur teorisasi kepribadian


Ada dua alur yang berbeda untuk teorisasi tentang kepribadian, yang berasal dari penelitian asli
pada topik ini. Yang pertama adalah alurklinis yang telah dikembangkan dari studi tentang penyakit
mental. Yang kedua adalah alur perbedaan individu, yang awalnya berfokus pada perbedaan
mendokumentasikan. Kemudian pendekatan ini menyebabkan analisis statistik perbedaan individu.

Pendekatan klinis dan sejarahnya


Freud sering diperhitungkan sebagai penemu dari alur klinis teori kepribadian. Namun, minat dalam
mempelajari kepribadian manusia sudah ada sebelum Freud. Yunani Kuno membuat wacana
pertama yang mencatat tentang karakteristik kepribadian manusia pada abad keempat sebelum
masehi. Beberapa kontribusi besar dari ahli filsafat ini dijelaskan dalam Berhenti dan Pikirkan:
Teorisasi kepribadian dari Yunani kuno (lihat halaman 13).

Karya awal ini sebagian besar didasarkan pada pemikiran ahli filsafat tentang proses perilaku
dan pemikiran mereka sendiri, metode introspeksi diuraikan dalam kotak Berhenti dan Pikirkan. Ahli
filsafat terus berspekulasi tentang sifat manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan sepanjang
Abad Pertengahan.

Dalam hal penelitian psikologi kepribadian, di area klinis lah dimana perkembangan pertama
kali terjadi. Sebagai hasil dari revolusi ilmiah dari akhir abad tujuhbelas dan delapan belas, kemajuan
besar dalam pengetahuan kita dalam bidang fisiologi terjadi dengan kemajuan paralel dalam
pengobatan. Ada ketertarikan yang besar terhadap kajian tentang apa yang disebut kegilaan, dan
metode pengobatan yang berbeda yang sedang dicoba.

Franz Anton Mesmer (1734-1815), seorang dokter dari Wina, mengembangkan pengobatan
yang pada awalnya berdasarkan kekuatan magnet. Dia percaya bahwa semua makhluk hidup
memiliki magnetfluida yang mengalir dalam diri mereka dan bahwa dari waktu ke waktu aliran
tersebut akan terganggu. Penyumbatan aliran bisa tampak dalam penyakit fisik atau mental. Dengan
menerapkan magnet untuk bagian tubuh yang berbeda, Mesmer mengklaim, akan membebaskan
aliran tersebut dan mengembalikan kesehatan yang baik untuk individu. Kemudian, sementara
masih menggunakan magnet, Mesmer mengklaim bahwa beberapa individu memiliki magnet alami
yang lebih besar daripada makhluk yang lain dan bahwa magnet ini sendiri dapat digunakan untuk
menyembuhkan orang-orang lainnya. Ia menempatkan orang-orang dalam kelompok di dalam
ruangan dengan pencahayaan remang-remang dan berkarpet. Para pasiennya berpegangan tangan
dalam lingkaran di sekitar bak berisi air yang dimagnetisasi, disebut baquet. Mesmer, mengenakan
jubbah panjang, memasuki ruangan secara dramatis dengan melambaikan pedang. Ia mengklaim
bahwa daya tariknya sudah cukup untuk menyembuhkan pasiennya. Banyak pasien melaporkan
bahwa pengobatannya berhasil. Apa yang sekarang kita ketahui bahwa Mesmer telah menggunakan
setting drama, dan kekuatannya sendiri dalam memberikan sugesti, dengan cara yang rumit untuk
mempengaruhi psikologis pasiennya. Ini adalah, pada kenyataannya, cikal bakal hipnosis, dan
Mesmer dipandang sebagai tokoh penting dalam sejarah hipnosis. Kita berhutang istilah 'terpesona'
kepadanya. Dia juga mengakui bahwa ada perbedaan individu dalam magnetisme dan juga dalam
kemampuan individu untuk menjadi terpesona.

Dalam perjalanan berbagai perkembangan tersebut dalam penyakit mental, sebuah bahasa
babru yang lebih teknis dari pikiran mulai berkembang. Para ahli fisiologi dan petugas medis, dengan
melabeli fenomena yang mereka identifikasi, mulai membuat beberapa hal yang kemudian menjadi
bahasa psikologi seperti yang kita kenal sekarang. Mereka juga menciptakan kultur yang membuat
studi ilmiah tentang pikiran manusia semakin diterima dan bahkan diinginkan.

Perkembangan dalam kesehatan mental juga menciptakan tuntutan untuk mengetahui lebih
lanjut tentang cara mendefinisikan individu sehingga mereka bisa diatur lebih baik dalam lingkungan
kelembagaan seperti rumah sakit jiwa dan penjara. Ini berasal dari tradisi dimana Freud dan sekolah
psikoanalitik muncul. Kita akan melanjutkan alur dari teorisasi ini dalam bab berikutnya.
Berhenti dan Pikirkan
Teorisasi kepribadian dari Yunani Kuno

Ahli filsafat Yunani Kuno dan guru Aristoteles (384-23 SM) adalah orang pertama yang menulis
tentang perbedaan karakter individu dan bagaimana hubungannya dengan perilaku. Dia menyatakan
bahwa karakteristik kepribadian, seperti kerendahan hati, kesombongan dan ketakutan ditentukan
bagaimana moral atau tidak bermoralnya individu tersebut.

Seorang mahasiswa Aristoteles yang bernaman Theophrastus (371-287 SM) selangkah lebih
jauh dalam mendeskripsikan karakteristik kepribadian dengan menjelaskan 30 jenis kepribadian.

Salah satu ahli filsafat Stoic Yunani, Epictetus (55-135 Setelah Masehi), menulis secara ekstensif
tentang karakteristik dan tindakan yang mengarah pada pencapaian kehidupan yang bahagia. Dia
menulis tentang pentingnya karakteristik seperti ketenangan, tidak memiliki sifat bergairah,
termotivasi dan sebagainya. Dia sangat tertarik tentang bagaimana manusia bisa menjadi marah,
dan ia menyimpulkan bahwa 'Pria terganggu bukan oleh suatu hal, tetapi mereka terganggu karena
persepsinya tentang suatu hal '. Kutipan ini masih relevan dalam teorisasi kepribadian klinis saat ini,
seperti yang akan kita lihat.

Penekanan perbedaan kepribadian individu dan sejarahnya


Perkembangan dalam hal pengobatan berkaitan dengan revolusi ilmu pengetahuan membuktikan
sekali lagi bahwa dorongan untuk meneliti perbedaan individu adalah kepribadian. Seorang pastor di
Swiss yang bernama Johann Casper Lavater, bekerja di paruh kedua abad kedelapan belas,
menggambarkan teori yang menghubungkan bentuk wajah dengan karakter. Dia menyebutnya
dengan teori fisiognomi. Dia membuat beberapa prediksi mendetail, yang mencakup 'seperti
halnya bibir begitu juga dengan karakter' dan 'semakin memiliki dagu, semakin menjadi manusia '.
Dr. Gall, seorang dokter dari Wina, mengembangkan lebih lanjut ide Lavater ini. Selama tahun 1790-
an Dr. Gall melaksanakan penelitian di rumah sakit dan rumah sakit jiwa di Wina, dimana dia
mengembangkan apa yang disebut craniology (kemudian diberi label frenologi). Teori tersebut
menyatakan fungsi yang berbeda pada berada dalam struktur yang berbeda dalam otak. Dijelaskan
bahwa ukuran relatif struktur atau daerah ini tercermin dalam bentuk tempurung kepala. Gall
mengklaim bahwa karakter individu dapat ditentukan dari bentuk tempurung kepala mereka.

Hal ini dapat dikonseptualisasikan sebagai teori kepribadian pertama dari revolusi ilmiah,
meskipun istilah 'kepribadian' belum ada saat itu. Teori ini menjadi sangat populer di Victoria,
Inggris. Ada banyak ceramah dan demonstrasi publik, yang disajikan untuk memperkenalkan banyak
bagian dari masyarakat Inggris kepada ide psikologis baru tentang perbedaan karakter. Namun,
perkembangan dalam fisiologi tidak memberikan dukungan frenologi; meskipun pendekatan ini
tetap populer untuk waktu yang lama, terutama dengan masyarakat. Masyarakat Frenologi Inggris
dibubarkan pada tahun 1967, karena kurangnya minat.

Kemajuan besar dalam penelitian psikologis tentang perbedaan individu ini disebabkan oleh
karya Francis Galton diakhir abad kesembilan belas; karyanya diuraikan dalam kotak Profil pada
halaman 14. Galton diakui sebagai pendiri penelitian tentang perbedaan. Dia mengembangkan
berbagai langkah kecerdasan individu, bakat dan sikap dan yang paling krusial adalah teknik statistik
yang dapat digunakan untuk menganalisis data ini. Galton juga mengembangkan kuesioner pertama
dan menguraikan metode statistik untukmemastikan kehandalan mereka. Dengan mengumpulkan
set data yang sangat besar dari sampel populasi umum, ia menghasilkan standar nilai-nilai normatif
untuk berbagai tindakan. Karya Galton memberikan alat analisis statistik yang memungkinkan
penyelidikan ilmiah dan analisis perbedaan individu. Dari karya awal ini, studi perbedaan individu
yang modern dikembangkan.

Kedua alur sejarah penelitian kepribadian terus tercermin dalam pendekatan terhadap
kepribadian saat ini. Kisaran teori kepribadian bisa tampak membingungkan dan juga kurang rasa
kontinuitas perkembangan, tapi kesadaran divisi ini antara teori-teori klinis dan penelitian yang lebih
statistik tentang perbedaan kepribadian individu sangat membantu dalam mengkategorikan teori.

Konsekuensi lebih lanjut yang timbul dari pengaruh pengobatan pada awal perkembangan
psikologi yaitu berfokus pada individu. Teori-teori klinis, seperti yang kita telah lihat, menggunakan
metode studi kasus terutama individu sebagai dasar pengembangan teorinya. Beriringan dengan
pengembangan teori juga pengembangan pengobatan. Hal ini mendorong konsentrasi pada individu.
Masyarakat Kapitalis Barat juga cenderung untuk mendorong perspektif individualistis ini. Hal ini
sering sulit bagi mereka yang telah tumbuh dalam budaya Barat untuk membuat konsep masyarakat
dimana tidak ada keasyikan dengan individu dan jiwa mereka. Fokus terhadap individu dan
kebutuhan individu ini sebagian besar berlanjut sampai saat ini dalam psikologi. Untuk alasan inilah
sosiolog sering mengkritik psikolog karena mengabaikan konteks sosial di mana fungsi individu
berada. Fokus pada individualisme ini lazim dalam perkembangan teori kepribadian.

Profil
Francis Galton

Francis Galton lahir di Birmingham pada tahun 1822, ia lahir di lingkungan keluarga makmur kelas
menengah. Dia dilatih pada awalnya sebagai dokter di Birmingham dan London dan kemudian pergi
ke Universitas Cambridge untuk studi lebih lanjut. Ia unggul dalam banyak bidang, menghabiskan
beberapa tahun sebagai seorang penjelajah di Afrika dan mengembangkan minat dalam antropologi
serta geografi. Selanjutnya ia mengembangkan minat dalam meteorologi yang ia pertahankan
sepanjang hidupnya. Dia memperkenalkan grafis pemetaan cuaca, pelopor dari sistem ini masih
digunakan sampai sekarang, dan ia memperkenalkan istilah 'anticyclone'. Dia juga menerbitkan
penelitian tentang genetika, pengembangan teknik statistik yang kemudian diterapkan pada
penelitian tentang perbedaan individu. Baginya kita berutang persentil, median, kuartil dan metode
lain untuk mengukur dan menggambarkan distribusi data.

Dia telah menemukan metode korelasional, yang sering digunakan untuk mengeksplorasi hubungan
antara penelitian karakteristik kepribadian. Dari hal ini ia mengembangkan regresianalisis, yang
digunakan untuk mengeksplorasi hubungan antara variabel kepribadian secara lebih rinci. Dia
menerapkan prinsip pengukuran untuk varietas daerah, melakukan terobosan kerja pada
pengembangan sistem sidik jari dan sidik jari pengakuan.

Mempelajari kepribadian sebagai pengalaman pribadi


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dalam mempelajari kepribadian kita tertarik pada seperti
apa orang-orang, mengapa mereka berperilaku seperti yang mereka lakukan dan bagaimana mereka
menjadi seperti itu. Poin pertama kami dalam perbandingan penelitian ini adalah diri kita sendiri.
Apakah suatu tulisan teori benar cocok dengan pengalaman hidup kita? Siswa sering kali
memberitahu saya bahwa mereka benar-benar menyukai teori Jung atau bahwa Adler begitu
berkesan bagi mereka atau bahwa mereka tidak menyukai teori tersebut. Sementara, penting untuk
menunjukan bahwa psikologi adalah tentang pengujian teori, tidak intuitif karena tertarik atau tidak
menyukai teori tertentu, akan sangat membantu jika kita berpikir tentang apa yang terjadi dalam
situasi ini.

Banyak buku, termasuk yang satu ini, termasuk biografi detail tentang teori yang mereka
bahas, memberikan wawasan pengalaman perkembangan teori sendiri. Anda mungkin bertanya-
tanya mengapa hal ini relevan, seperti umumnya bila anda menulis esai untuk dosen anda, anda
diberitahu untuk tidak menyertakan biografi detail. Namun, jika anda berpikir tentang proses yang
terlibat dalam pengembangan teori, maka materi biografi tentang penulis teori sangatlah relevan
untuk pemahaman kita tentang teori psikologi tersebut. Didalam teori kepribadian, ahli teori
kepribadian meneliti dirinya sendiri diwaktu yang sama saat mereka mengumpulkan data dari orang
lain. Salah satu penilaian pertama yang mungkin dibuat adalah apakah teori tersebut cocok dengan
pengalaman seseorang. Dengan memeriksa biografi setiap ahli teori, mungkin terdapat banyak
kesempatan untuk melihat mengapa mereka memilih mempelajari karakteristik tertentu.

Hal yang sama tampaknya terjadi ketika individu diperkenalkan dengan teori kepribadian
baru. Kita cenderung menilai apakah teori tersebut masuk akal, paling tidak pada awalnya, dengan
menilai apakah itu cocok denga pengalaman kita. Contoh yang bagus dari tanggapan ini terjadi
ketika siswa diperkenalkan dengan teorisasi psikoanalis Alfred Adler tentang urutan kelahiran. Pada
dasarnya, Adler menunjukkan bahwa anak sulung berbeda dari anak kedua, yang berbeda dari anak
ketiga dan seterusnya, karena dinamika keluarga berubah setiap penambahan anak baru. Kita akan
memeriksa gagasan ini secara rinci dalam Bab 3. Ketika siswa pertama kali bertemu teori ini, guru
sering mendengar referensi apakah teori tersebut cocok dengan pengalaman mereka. Anda boleh
belajar cukup banyak tentang diri anda sendiri dengan mencatat tanggapan awal anda untuk masing-
masing teori setelah anda pertama kali membacanya. Berkaca pada teori yang awalnya menarik
untuk kita dapat membantu kita untuk mengeksplorasi teori implisit kepribadian kita yang dibahas
dalam pendahuluan Bab ini. Yang membuat teori kepribadian menarik untuk dipelajari adalah
adanya kemungkinan untuk merefleksikan diri kita dengan pengalaman hidup orang lain. Anda
mungkin menemukan bahwa pemahaman anda tentang perilaku akan berubah atau menjadi luas.
Ingat bahwa teori-teori kepribadian berusaha untuk menjawab 'Mengapa' dari tingkah laku. Ketika
Anda mengasimilasi teori yang berbeda, Anda benar-benar meningkatkan pengetahuan Anda
tentang kemungkinan penyebab dari suatu perilaku. Pemahaman anda tentang atribusi kausal dari
suatu perilaku tertentu akan jauh lebih besar. (Lihat Berhenti dan Pikirkan: latihan reflektif mengenai
atribusi kausal.)

Masuknya banyak konsep psikologi yang berasal dari teori kepribadian dalam bahasa sehari-
hari kita membuktikan keberhasilan teori kepribadian dalam mengidentifikasi dan melabeli
pengalaman umum ini.

Berhenti dan Pikirkan


Latihan reflektif mengenai atribusi kausal

Teman seapartemen Anda lupa untuk mengirimi ibunya kartu ucapan pada hari ibu dan mengatakan
bahwa dia benar-benar lupa. Anda mungkin berpikir ini murni kesalahan karena tidak mungkin
mengingat semua publisitas tentang hari ibu namun faktanya semua teman anda juga mengirim
kartu. Teman seapartemen Anda mengklaim bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan ibunya.
Bagaimana Anda menjelaskan perilakunya?

Catat jawaban Anda, dan ulangi latihan ini setelah Anda selesai mempelajari kepribadian
Anda. Anda mungkin menemukan bahwa daftar kemungkinan penyebab yang Anda buat sudah jauh
berkembang.

Membaca kritis dan mengevaluasi teori


Untuk mendapatkan hasil maksimal dari pembelajaran kepribadian, anda harus dapat bergerak dari
tempat dimana anda pada awalnya suka atau tidak suka suatu teori, dalam hal apakah teori tersebut
cocok dengan pengalaman pribadi anda. Anda harus mampu menjauhkan diri dari teori tersebut.
Miliki seperangkat kriteria yang bisa anda gunakan untuk menilai teori dan memungkinkan anda
untuk melakukan hal ini. Tahu bagaimana mengevaluasi teori juga memungkinkan Anda untuk
menjadi pembaca kritis sebagaimana anda menyerap informasi tentang masing-masing teori. Hal ini
juga memudahkan kita untuk membandingkan teori, karena anda sudah merasa cukup jelas tentang
kriteria yang akan digunakan. Dengan mengadopsi pendekatan ini, anda jauh lebih mungkin untuk
jatuh ke dalam perangkap untuk membuat esai deskriptif tentang teori kepribadian.

Pendekatan tradisional untuk mengevaluasi teori dengan memeriksa bobot bukti penelitian
untuk mendukung seringkali terasa sulit di area mengenai kepribadian. Banyak konsep yang
berpengaruh muncul dari teorisasi kepribadian yang belum dievaluasi, sering kali karena konsep-
konsep tersebut sulit untuk didefinisikan dan diukur bukti penelitiannya secara akurat. Dimana bukti
penelitian tersedia untuk mendukung atau menyangkal aspek teori yang disajikan dalam teks ini,
bimbingan melalui literatur ini akan diberikan. Namun, ketika harus mengevaluasi teori kepribadian
sebagai totalitas, sayangnya bukti penelitian tersebut kurang. Berikut ini kami menyajikan beberapa
kriteria umum yang dapat digunakan untuk mengevaluasi teori.

Sangatlah berguna untuk mulai dengan memikirkan apa tujuan dari suatu teori, karena hal ini dapat
membantu kita untuk menentukan kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh teori kepribadian
(Gambar 1.4). Kriteria ini diuraikan tanpa urutan tertentu pentingnya evaluasi pasti akan dipengaruhi
oleh sifat teori yang sedang dievaluasi, dan kriteria yang berbeda mungkin dianggap lebih besar atau
lebih kecil kepentingannya.

Kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh teori kepribadian

Konsep yang
dapat diuji
Penjelasan Kehematan Nilai terapan

Deskripsi Validitas empiris Kelengkapan Nilai heuristik

Gambar 1.4. Kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh teori kepribadian

 Deskripsi - Sebuah teori harus teratur dalam kompleksitas perilaku yang telah diamati dan /
atau diukur. Ini akan membantu untuk menyederhanakan, mengidentifikasi dan
mengklarifikasi isu-isu penting yang perlu ditangani.
 Penjelasan - Sebuah teori harus membantu dalam memahami 'mengapa' dari suatu perilaku.
Apakah teori menyediakan penjelasan yang meyakinkan yang umumnya diamati contoh
kategori perilaku? Apakah teori menjelaskan bagaimana dan mengapa perbedaan individu
dalam contoh umum tentang perilaku yang diamati terjadi?
 Validitas empiris - Sebuah teori yang baik akan menghasilkan prediksi sehingga dapat secara
empiris diuji dan ditunjukkan validitasnya. Bisakah memprediksi peristiwa atau perilaku
masa depan dalam situasi tertentu?
 Konsep yang dapat diuji – berkaitan dengan prediksi adalah pertanyaan apakah konsep yang
termasuk dalam teori bisa dioperasionalkan sehingga mereka dapat diuji. Dengan
mengoperasionalkannya, dapatkah konsep tersebut didefinisikan secara tepat dan cukup
memungkinkan untuk diukur secara andal? Sebagaimana Anda akan temukan dalam bab-
bab berikutnya, beberapa konsep kunci dalam teori kepribadian terbukti sulit jika tidak
mungkin untuk dioperasionalkan seperti buruknya konsep tersebut didefinisikan.
 Kelengkapan - Sebuah teori yang baik harus dapat mencakup dan menjelaskan baik berbagai
perilaku normal maupun perilaku abnormal. Namun, karena berbagai macam perilaku
manusia, tidak mungkin bahwa teori kepribadian bisa menjelaskan semua perilaku. Dalam
hal ini, keputusan harus dibuat tentang pentingnya perilaku sehingga batasnya dapat diatur.
Pembuatan keputusan tentang apa yang membentuk suatu perilaku penting tentu saja tidak
memerlukan pertimbangan nilai yang dibuat, dan masalah etika bisa juga timbul tentang
sifat keputusan yang dibuat. Apa yang cenderung terjadi dalam prakteknya adalah bahwa
kesepakatan muncul dari peneliti, dan sering didukung oleh penilaian statistik tentang
seberapa umumnya perilaku tertentu.
 Kehematan - Sebuah teori yang baik harus ekonomis dalam hal jumlah konsep jelas itu
termasuk. Semua konsep yang termasuk didalamnya harus dibuktikan untuk menjelaskan
fenomena yang diteliti. Sebuah teori mungkin juga terlalu pelit jika terlalu sedikit konsep
yang disertakan untuk menjelaskan data.
 Nilai heuristik - Sebuah teori yang baik harus merangsang minat dan meneliti di daerah.
Namun kriteria ini tidak perlu memenuhi syarat. Kadang-kadang, seperti yang kita lihat dari
mesmerisme, sebuah teori dapat menciptakan minat yang sangat besar namun memiliki
sedikit hal ilmiah. Kadang-kadang teori mungkin sangat tidak memadai untuk merangsang
banyak penelitian juga, sebagai penyidik bersemangat untuk membantahnya. Ini telah
terjadi pada penelitian di Amerika pada tahun 1970-an dan 1980-an mengenai ras dan
kecerdasan. Psikolog A. R. Jensen (1973) mengemukakan bahwa ada perbedaan genetik
dalam kecerdasan antara orang kulit hitam Afrika Amerika dan orang kulit putih Amerika.
Psikolog lain tertarik untuk membantah apa yang tampaknya mengarah pada sifat rasis, dan
tanggapan ini merangsang banyak penelitian.
 Nilai Terapan - Kriteria ini menetapkan teori dalam yang konteksnya lebih luas. Di bawah
kriteria ini, kegunaan praktis dari teori tersebut dinilai. Apakah itu menyebabkan perubahan
yang bermanfaat dalam lingkungan, misalnya, atau mengendalikan perilaku yang tidak
diinginkan dengan lebih baik? Atau, apakah itu memberikan lompatan kualitatif dalam
pengetahuan pada bidang tertentu? Apakah teori tersebut mengarahkan pendekatan baru
untuk memecahkan masalah? Sebagai contoh, pemahaman yang lebih besar mengenai
penyakit jiwa yang berasal dari karya Freud dan lain-lain berpengaruh dalam membawa
perubahan pada kondisi dimana pasien gangguan jiwa diperlakukan. Sebelum itu, pasien
gangguan jiwa yang terkunci dari masyarakat, biasanya di pinggiran kota-kota, di mana
kondisi mereka memprihatinkan. Di banyak tempat, masyarakat bisa membayar untuk
masuk dan mengamati perilaku orang 'gila'. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai
penyakit jiwa ini muncul lah panggilan untuk memberikan pengobatan yang lebih
manusiawi; gerakan reformasi menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk pasien dalam
rumah sakit jiwa. ini adalah tempat yang lebih baik dengan kebutuhan pasien yang tepat,
serta kegiatan dan hiburan disediakan pula untuk mereka. Karya Freud ini juga memancing
pengobatan baru dan memperkenalkan ide-ide baru, seperti yang akan kita lihat dalam bab
berikutnya.

Satu syarat mungkin diperlukan dalam kaitannya dengan evaluasi teori dan perbandingan
teori. Tidak semua bagian dari setiap teori mungkin berlaku sama. Berbagai teori mungkin
memberikan penjelasan yang meyakinkan sebagai bagian dari totalitas kepribadian, yang membuat
perbandingan dan evaluasi teori menjadi sulit. Untuk beberapa alasan, perselisihan antara teori juga
mungkin sulit untuk diselesaikan. Sebagai contoh, jika kita kembali teori Mesmer, salah jika kita
mengatakan bahwa karyanya tidak ada nilai yang membuktikan bahwa ia adalah pelopor dari
hipnosis. Air yang dimagnetisasi dan gagasan magnetismenya muncul tanpa didukung oleh adanya
bukti dan nilai. Namun, Mesmer sendiri, dengan cara dan pesona karismatiknya sendiri, memang
memberikan suatu efek pada individu. Ia membuat individu tersebut lebih bisa diberikan sugesti.
Dengan menunjukan bahwa manusia secara psikologis dapat dipengaruhi dan dapat dimasukkan ke
dalam alam lain, ia memberikan energy bagi orang lain untuk mengeksplorasi fenomena ini secara
lebih sistematis. Dari studi lebih lanjut ini, hipnosis telah muncul.

Evaluasi teori kepribadian juga perlu mempertimbangkan filosofis pandangan manusia yang
melekat dalam setiap teori. Apakah teori tersebut membuat konsep manusia secara alamiah sebagai
makhluk yang agresif dan merusak, atau sebagai makhluk yang penuh kasih dan baik? Kita juga perlu
mempertimbangkan apakah ada bukti untuk pandangan tentang sifat manusia ini.

Pertimbangan lain adalah pengaruh relatif dari faktor-faktor penentu eksternal dan internal
dari teori tingkah laku tersebut. Apakah faktor kesadaran dalam teori tersebut berfungsi sebagai
faktor penentu internal, atau kah sebagai faktor penentu eksternal? Ini merupakan perbedaan yang
penting, karena jika kita berpikir bahwa banyak motivasi kita untuk berperilaku dengan cara tertentu
tanpa disadari, apakah itu berarti ada batasan untuk pengendalian kesadaran yang kita miliki saat
kita bertingkah laku? Contoh yang sangat sederhana yaitu tentang seseorang yang ingin berhenti
merokok. Freud melihat salah satu penjelasan mengapa orang tersebut memilih untuk merokok
adalah bahwa individu memiliki kebutuhan untuk stimulasi oral, yang disebabkan oleh kurangnya
rangsangan oral saat bayi. Saat individu masih bayi mereka tidak tahu apa-apa, tidak diperbolehkan
ada kesempatan untuk menghisap ibu jari mereka atau hal serupa lainnya. Individu tidak menyadari
bahwa ini adalah alasan sebenarnya mengapa mereka merokok; motivasi yang sebenarnya mereka
tidak sadari.

Pertanyaan tentang seberapa erat kaitan antara teori dengan pengaruh masa lalu, masa kini
dan masa depan pada perilaku manusia pasti muncul. Beberapa teori, seperti yang Anda akan lihat,
menganggap bahwa masa lalu tidak relevan karena meskipun tidak diragukan lagi bahwa masa lalu
mempengaruhi siapa kita, kita tetap tidak bisa mengubahnya. Contohnya yaitu tentang seorang
wanita yang mengalami pelecehan seksual saat ia masih anak-anak. Satu set teori memandang
penting bagi wanita ini untuk mengeksplorasi pelecehan seksual di masa lalunya dengan harapan
bahwa ia bisa memahaminya dengan lebih baik, ia bisa mengatasinya. Pendekatan teoritis lainnya
menyarankan bahwa dengan menghidupkan kembali pengalaman masa lalu wanita tersebut adalah
sia-sia dan hanya akan mengganggu hidupnya lebih lanjut. Pendekatan kedua ini sebaliknya akan
membantu wanita tersebut untuk mengatasi saat dia sedang stres dan mencoba untuk melupakan
masa lalu nya.

Penilaian juga perlu dibuat tentang seberapa baik teori menjelaskan integrasi atau integrasi
tingkah laku yang nampak. Sebagai individu kita tidak selalu berperilaku secara konsisten. Oleh
karena itu, kita perlu menilai apakah suatu teori dapat mengatasi inkonsistensi tersebut. Sebagai
contoh, kita pasti memiliki tujuan jangka panjang yang ingin kita capai dengan sungguh-sungguh.
Untuk melakukan hal ini, kita tahu bahwa kita perlu fokus belajar dan bekerja keras. Meskipun sudah
memiliki tujuan ini, kita kadang melewatkan kuliah karena kita tidur terlalu larut malam sebelumnya,
atau kita tidak pergi ke perpustakaan untuk mempersiapkan penilaian dan khawatir penilaiannya
terlambat. Sebagaimana yang akan kita lihat dalam buku ini, teori bervariasi sesuai dengan seberapa
baik mereka dapat menjelaskan inkonsistensi yang tampak dalam tingkah laku.

Konteks budaya dari teori kepribadian


Isu penting lainnya dalam evaluasi teori kepribadian yang jarang muncul; menyangkut konteks
budaya dari kebanyakan teori. Satu penelitian lintas budaya oleh Curt Hoffman, Ivy Laudan David
Johnson (1986) membandingkan jenis kepribadian yang dapat diidentifikasi melalui nama dalam
budaya Barat dengan budaya Cina. Di Barat ada sesuatu yang diakui sebagai artistik kepribadian. Ini
menjelaskan seseorang yang kreatif, emosional dan bersemangat. Namun, di Cina tidak ada label
yang menggambarkan seperti individu tersebut, walaupun ada kata-kata yang setara dengan
karakteristik yang mirip dengan artistic watak Barat tersebut. Cina juga memiliki tipe kepribadian,
seperti individu shi gu, yang tidak ada dalam budaya Barat. Seorang individu shi gu digambarkan
sebagai seseorang yang memiliki sifat duniawi, terampil secara sosial, berbakti kepada keluarga
mereka dan cukup pendiam. Kita lihat dari contoh ini bahwa sementara karakteristik kepribadian
yang sama bisa diidentifikasi di seluruh budaya, sehingga cara ini kemudian dinyatakan sebagai tipe
kepribadian yang dipengaruhi oleh budaya. Budaya juga akan mempengaruhi tipe kepribadian yang
mana yang akan dihargai dalam suatu budaya tertentu. Pada budaya kapitalis Barat dalam hal
mengemudi, individualis yang ambisius sering dihargai, sementara dalam masyarakat yang lebih
kooperatif, tipe pemain tim mungkin lebih dihargai.

Perspektif individualistik dalam psikologi Barat telah dibahas sebelumnya dalam Bab ini, dan
perspektif ini meresapi kajian tentang kepribadian. Psikologi orang Barat kadang-kadang mempunyai
sesuatu yang disebut 'kultus individu'. Teori-teori kepribadian yang merupakan psikologi Barat
semua berfokus pada fungsi masing-masing. Ada anggapan bahwa individu akan berperilaku atau
setidaknya ingin berperilaku dengan cara mengedepankan kebutuhan mereka terlebih dahulu.
Kebanyakan dari kita akan mengalami sikap ini secara langsung. Seberapa sering kita mengatakan
atau mendengar orang lain mengatakan, "Ini hidup saya dan saya akan melakukan apa yang saya
inginkan di hidup saya’? Kata-kata seperti ini tidak aneh lagi dalam perselisihan keluarga antara
orang tua dan anak-anak mereka. Demikian pula, dalam perawatan klinis terkait dengan beberapa
teori kepribadian, fokusnya adalah pada pengobatan individu dan memenuhi kebutuhan individu
tersebut. Konsep diri merupakan inti dari teorisasi ini. Seringkali tidak ada anggapan nyata dari apa
yang mungkin cocok dengan keluarga, terutama jika hal itu bertentangan dengan apa yang
tampaknya terbaik bagi individu tersebut.

Hampir tidak ada pengakuan bahwa teori kepribadian yang akan kita pelajari itu terikat
secara budaya. Banyak dari teori-teori ini akan memiliki penerapan yang terbatas dalam kolektivis
budaya, dimana keputusan dibuat pada tingkatan kelompok atau komunitas untuk memajukan
kesejahteraan kelompok yang bertentangan dengan individu konstituen. Salah satu contohnya
mungkin tentang seorang siswa yang berpikir untuk mendapatkan gelar PhD setelah menyelesaikan
gelar pertamanya. Dia sangat mampu, sangat termotivasi dan pendanaannya juga tersedia. Namun,
Dia membatalkannya. Ditanya tentang hal ini, dia mengatakan bahwa setelah diskusi dengan
keluarganya, Dia telah memutuskan bahwa itu bukan hal yang benar untuk dia lakukan sekarang. Dia
bersikap filosofis tentang hal ini dan tidak tampak marah sama sekali. Dia mengatakan bahwa dia
bisa saja melawan keluarganya, tapi itu tidak akan membuatnya bahagia. Dia merasa bahwa jika dia
melakukannya dia sangat egois. Dia menambahkan bahwa beberapa temannya sudah mencoba
untuk membujuknya, mengatakan bahwa itu sudah menjadi haknya untuk memutuskan apa yang dia
ingin lakukan dengan masa depannya; tapi dia berpendapat demikian, karena keluarganya lebih
penting baginya.

Banyak yang harus dipertimbangkan jika Anda ingin mengembangkan apresiasi yang benar-
benar penting dari teori kepribadian. Dalam Bab berikut, Anda akan diperkenalkan dengan berbagai
teori kepribadian. Tidak mungkin jika kita membahas setiap teori secara mendalam; terlebih lagi, kita
telah memasukan teori untuk mencerminkan kontribusi mereka untuk mata pelajaran dan untuk
memastikan bahwa semua pendekatan utama dibahas. Ada banyak sekali literatur tentang teori
kepribadian, dan kami menawarkan panduan untuk membaca setiap teorinya lebih lanjut. Konsep
dalam setiap teori yang telah diteliti diidentifikasi dan contoh studi utama juga ada didalamnya.
Setelah memperdebatkan bagaimana untuk mengurutkan teori, kita telah mengelompokkan sejenis
pendekatan teoritis bersama-sama dan sudah mulai dengan teori awal secara kronologisnnya. Ini
bukan refleksi dari pentingnya teori. Dengan ini, kami berharap Anda menikmati pengalaman seperti
siswa lain juga menikmatinya .

Komentar akhir
Singkatnya, Anda sekarang harus menghargai mengapa para ahli psikologi mempelajari kepribadian
dan mengetahui berbagai definisi kepribadian. Anda harus memahami komponen definisi psikologis
kepribadian dan mengembangkan pemahaman Anda tentang akar sejarah teori kepribadian.
Terakhir, Anda harus memahami pertanyaan utama bahwa teori-teori kepribadian bertujuan untuk
mengatasi dan memahami kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi teori kepribadian.
Ringkasan

 Kesulitan yang berhubungan dengan mendefinisikan kepribadian telah diperiksa. Berbagai


definisi telah disajikan, seperti definisi awam dan definisi psikologis. Definisi awam sering
mencakup penampilan fisik.
 Penekanan dalam definisi psikologis ada pada perbedaan individu. Allport (1961)
mengembangkan salah satu definisi awal, menggambarkan kepribadian sebagai 'Organisasi
yang dinamis, di dalam diri individu, dari psikofisik sistem yang menciptakan karakteristik
pola perilaku, pikiran dan perasaan seseorang'. Karakteristik yang membedakan antara
individu juga diidentifikasi, dan individu tersebut kemudian dibandingkan dengan satu sama
lain atau dengan norma-norma populasi. Masih belum ada kesepakatan umum tentang
definisi kepribadian dalam psikologi.
 Kriteria definisi psikologis meliputi hal berikut ini: relatif stabil, abadi, aspek kepentingan diri
sendiri. Sebuah perbedaan kadang-kadang dibuat antara aspek yang bisa diamati dan tidak
bisa diamati dari kepribadian serta antara aspek sadar dan aspek bawah sadar.
 Asal-usul teori kepribadian dalam perkembangan bidang fisiologi dan pengobatan telah
diperiksa. Pembagian antara klinis dan perbedaan individu yang lebih statistik berdasarkan
pendekatan juga diperiksa.
 Teori kepribadian bertujuan untuk menjelaskan motivasi dasar tingkah laku, sifat dasar
manusia, perkembangan pengalaman yang membantu untuk membentuk kepribadian dan
kategorisasi jenis kepribadian manusia yang dapat digunakan untuk memprediksi perilaku.
Pertanyaan tradisional mengenai warisan genetik dan lingkungan juga dibahas. Di semua
bidang ini, ada beragam pandangan antara ahli teori. Pertanyaan tentang bagaimana untuk
membawa perubahan dalam perilaku dibahas oleh beberapa ahli teori yang lebih klinis,
sementara ahli teori yang lainnya lebih deskriptif.
 Pendekatan idiografis untuk mempelajari kepribadian mengadopsi jenis studi kasus
metodologi, mempelajari individu dan menekankan keunikan setiap individu. Pendekatan
nomotetis mempelajari kelompok individu yang bertujuan untuk mengidentifikasi kesamaan.
Perbedaan ini belum terlalu jelas dalam penelitian kepribadian.
 Perbedaan lebih lanjut dibuat antara teori yang berbasis penelitian dan teori klinis dimana
mungkin ada kelangkaan bukti pendukung penelitian.
 Teori kepribadian bisa sulit untuk dievaluasi karena tidak adanya penelitian atau konsep
dalam teori tersebut. Saran untuk mengevaluasi teori juga sudah dibahas. Ini mencakup
validitas empiris, konsep yang dapat diuji, kelengkapan, kehematan, nilai heuristik dan nilai
terapan. Pentingnya mengutip teori dalam konteks budaya dan sejarah juga ditekankan.

Menghubungkan
Bab ini berfungsi sebagai pengantar untuk bagian pertama dari buku ini (Bab 2-10), meskipun banyak
tema yang dibahas juga dieksplorasi dalam buku ini.

Berpikir kritis
Pertanyaan-pertanyaan diskusi
 Bagaimana menurutmu tentang gagasan sehari-hari mengenai kepribadian dibandingkan
dengan teori-teori kepribadian formal?
 Menurut Anda, apa saja kah yang menentukan dan mempengaruhi kepribadian?

Pertanyaan esai

 Bahas asal-usul teori kepribadian secara kritis.


 Jelaskan teknik berbeda yang digunakan untuk mempelajari kepribadian. Apa kekuatan dan
kelemahan masing-masing teknik tersebut?
 Apa tujuan utama mempelajari kepribadian?
 Jelaskan kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi teori kepribadian.
 Bandingkan pendekatan idiografis dan pendekatan nomotetik untuk mempelajari
kepribadian.

Lebih Lanjut
Buku-buku

 Deese, J. (1972).Psychology as science and art. New York: Harcourt Brace. Sebuah buku
pendek namun klasik. Menentukan pendekatan untuk psikologi dalam konteks dan
membahas sifat teori saat ini.
 Miles, J. (2001).Research methods and statistics: Success in your psychology degree. Exeter:
Krusial. Bab 1 dari buku ini, Peran teori dalam psikologi, memberikan pendekatan praktis
untuk menghubungkan teori dan penelitian dengan banyak tips berguna yang disajikan
dengan cara yang ramah.
 Raja, D., Viney, W. dan Woody, W. (2009). A history of psychology: Ideas and Context.
Harlow: Pearson Education.
 Lawson, R., Graham, J. dan Baker, K. (2006).A history of psychology. Harlow: Pearson
Education.
 Leahy, T. (2003). A history of modern psychology (6edn). London: Prentice Hall. Bab 1
berguna karena meliputi materi tentang psikologi sebagai ilmu pengetahuan dan asal-usul
teori dengan gaya yang cukup mudah diterima.
 Richards, G. (2002).Putting psychology in its place: A critical historical overview . London:
Psikologi Press. Bab 11 meliputi teori kepribadian pada khususnya.

Jurnal
Kami juga akan memotivasi Anda pada tahap ini untuk mulai melihat jurnal kepribadian apa saja
yang bisa Anda cari di perpustakaan atau sumber online. Anda dapat cek dan lihat untuk mengakses
jurnal berikut, karena jurnal ini dapat digunakan untuk melengkapi bacaan Anda lebih lanjutnya:

 European Journal of Personality. Diterbitkan oleh Wiley. Tersedia secara online melalui
Wiley InterScience.
 Journal of Personality. Diterbitkan oleh Blackwell Publishing. Tersedia secara online melalui
Blackwell Synergy, SwetsWise dan Ingenta.
 Journal of Personality and Social Psychology. Diterbitkan oleh American Psychological
Association. Tersedia secara online melalui PsycARTICLES.
 Journal of Personality Assessment. Diterbitkan oleh Masyarakat Penilaian Kepribadian.
Tersedia secara online melalui Bussiness Source Premier.
 Journal of Research in Personality. Diterbitkan oleh Akademik Press. Tersedia secara online
melalui Ingenta Journals.
 Personality and Social Psychology Bulletin. Diterbitkan oleh Sage Publications untuk
Masyarakat Kepribadian dan Psikologi sosial. Tersedia secara online melalui SwetsWise, Sage
Online, Ingenta dan Expanded Academic ASAP.
 Personality and Social Psychology Review. Diterbitkan oleh Society for Personality and
Social Psychology, Inc. Tersedia secara online melalui Business Source Premier.
 Personality and Individual Differences. Diterbitkan oleh Pergamon Press. Tersedia secara
online melalui Science Direct.

Sebuah jurnal khusus yang berhubungan dengan Bab ini adalah jurnal A History of Psychology yang
diterbitkan oleh Asosiasi Psikologi Amerika. Tersedia secara online melalui PsycARTICLES.

Tautan web

 Situs web yang bagus yang menguraikan banyak teori kepribadian yang tercakup dalam
bagian dari buku ini adalah di http: // www.personalityresearch.org/.
 Situs web tentang sejarah dan filsafat latar belakang Psikologi ditulis oleh Dr C. George
Boeree adalah http://webspace.ship.edu/cgboer/historyofpsych.html.
 Tautan tentang sejarah psikologi beserta waktunya, arsip online dapat ditemukan di Social
Psychology Network di http://www.socialpsychology.org/history.htm.

Anda mungkin juga menyukai