Anda di halaman 1dari 50

Dinamika Pelaksanaan UUD

November 24, 2013 by mahasiswacopoeTinggalkan komentar

Pembahasan

1. Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI (Dinamika Pelaksanaan UUD 1945)

1.1 Pengertian,kedudukan,sifat,dan fungsi UUD 1945

Pengertian hukum dasar UUD 1945


dalam penjelasan UUD 1945 dinnyatakan,bahwa UUD suatu Negara adalah sebagian dari hukum
dasar Negara itu.UUD ialah hukum dasar yang tertulis, sedangkan disampingnya UUD itu
berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis,ialah aturan aturan yang timbul dan terpelihara
dalam praktik penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis.

1.1 Pengertian UUD 1945

UUD ialah kumpulan aturan atau ketentuan dalam suatu kondifikasi mengenai hal-hal yang
mendasar,atau pokok ketatanegaraan suatu Negara , sehingga kepadanya bersifat kekal dan
leluhur, sedangkan untuk mengubahnya di perlukan cara yang istimewah serta lebih berat
dibandingkan dengan pembuaUUD ialah kumpulan aturan atau ketentuan dalam suatu
kondifikasi mengenai hal-hal yang mendasar,atau pokok ketatanegaraan suatu Negara , sehingga
kepadanya bersifat kekal dan leluhur, sedangkan untuk mengubahnya di perlukan cara yang
istimewah serta lebih berat dibandingkan dengan pembuatan atau perubahan peraturan
perundang-undangan sehari hari.

1.2 Kedudukan UUD 1945

Undang undang dasar mempunyai peranan penting sebab merupakan landasan struktural dalam
pelaksanaan pemerintahan Negara. Sebagai landasan struktural dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara yang berisi aturan untuk ketentuan pokok atau dasar ketatanegaraan,
bahkan lebih dari itu, yaitu untuk menjamin suatu sistem atau bentuk Negara serta cara
penyelenggaraan beserta hak-hak dan kewajiban rakyatnya , maka undang-undang dasar harus
diberikan sifat yang kekal dan leluhur.

1.3 Sifat UUD 1945

Bedasarkan sifatnya sebagian hukum Negara tertinggi , yang berisi aturan pokok atau dasar ,
undang undang dasar seharusnya di berikan sifat untuk tidak diganti-ganti dengan undang-
undang dasar lain, apabila dengan pergantian tersebut akan membawa dampak fundamental
sehingga hakekatnya akan merupakan pergantian Negara. Tentu saja undang-undang dasar tidak
boleh ketinggalan dengan perkembangan zaman.

1.4 Fungsi UUD 1945

Apabila kita melihat UUD 1945 telah dinyatakan dalam penjelasan bahwa undang undang dsar
juga mempunyai fungsi sebagaialatcontrol alam mengecek apakah norma hukum lebih rendah
yang berlaku itu sesuai atau sesuai dengan ketentuan undang-undang dasar.

1.5 Dinamika pelaksanaan UUD 1945

Dinamika pelaksanaan UUD 1945 yang meliputi hal-hal berikut :

Masa awal kemerdekaan

Masa orde lama

Masa orde baru

Masa era global

1. Masa awal kemerdekaan

Sejak berlakunya UUD 1945, pada tanggal 18 agustus 1945, maka mulai saat itu berlaku tata
hukum baru bersumber dari proklamasi kemerdekaan Indonesia dan tidak berlaku lagi tata
hukum lama (zaman colonial). Untuk mengganti seluruh tata hukum peninggalan colonial dalam
UUD 1945 , pasal II aturan peralihan menyatakan , segala badan Negara dan peraturan yang
ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang Undang dasar
ini.

UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dalam gerak pelaksanaanya pada kurun waktu 1945-
1949 , jelas tidak dilaksanakan dengan baik , karena kita memang dalam masa pancaroba , dalam
usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamirkan , sedangkan
pihak colonial belanda justru ingin menjajah kembali Indonesia yang telah merdeka. Segala
perhatian bengsa dan Negara diarahkan untuk memenangkan perang kemerdekaan. Oleh karena
itu,dalam pelaksanaanya UUD 1945 terjadi penyimpangan-penyimpangan kostitusional.

Sistem pemerintahan dan kelembagaan yang ditetapkan dalam UUD 1945 jelas belum dapat
dilaksanakaan. Dalam masa ini sempat diangkat anggota DPA sementara, sedangkan MPR dan
DPR belum sempat di bentuk. Pada waktu itu masih diberlakukan ketentuan aturan peralihan
pasal IV yang menyatakan, sebelum majelis permusyawaratan rakyat , dewan perwakilan
rakyat , dan dewan pertimbangan agung dibentuk menurut Undang Undang dasar ini segala
kekuasaaanya di jalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional.

Penyimpangan konstitusional yang dapat dicatat dalam kurun waktu 1945-1949. Pertama ,
berubahnya fungsi komite nasional pusat dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi
kekuasaaan legislative dan ikut menentukan garis-garis besar haluan Negara bedasarkan
maklumat wakil presiden no.X tanggal 16 oktober 1945 , kedua bedasarkan perubahan sistem
cabinet presidensial menjadi cabinet parlementer bedasarkan usul Badan Pekerja Komite
Nasional Pusat (BPKNIP) pada 11 oktober 1945 , yang kemudian dinyatakan oleh presiden dan
diumumkan dengan makkunat Pemerintahan tanggal 14 november 1945 , sistem cabinet
presidensial bedasarkan UUD 1945 diganti dengan sistem cabinet parlementer.

Kemudian pada tanggal 3 november 1945 atas usul BP-KNIP , pemerintahan mengeluarkan
suatu maklumat yang di tandatangani oleh wakil presiden tentang pembentukan partai-partai
politik. Tujuan pemerintahan ialah agar dengan adanya partai partai politik itu dapat di pimpin
segala aliran paham yang ada di masyarakat ke jalan yang teratur.Maklumat ini ikut memperkuat
kedudukan sistem cabinet parlementer.

2.1 Sistem presidensial

Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut suatu sistem dari Negara manapun,
tetapi adalah suatu sistem khas bangsa Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari isi , baik
pembukaan, batang tubuh dan penjelasan,maupun dari pembicaraan-pembicaraan pada waktu
perencanaan,penetapan, dan penesahaan Undang-Undang dasar 1945 tersebut.menurut UUD
1945 disamping berkedudukan sebagai kepala Negara, presiden juga sebagai kepala
pemerintahan. Presiden memegang kekuasaan pemerintahaan tertinggi di bawah MPR. Presiden
adalah mandataris MPR kepala pemerintahaan adalah presiden, sehingga menurut konstitusi
ketatanegaraan ini, pemerintahan pada hakikatnya adalah presiden dinamakan sistem
presidensial,UUD 1945 mempergunakan sistem sistem presidensial sistem presidensial ini
berlangsung untuk pertama kalinya pada tanggal 18 agustus sampai dengan 14 november 1945.

Ketatanegaraan Amerika Serikat menurut undang undang dasarnya juga menyatakan, bahwa
kepala pemerintahannya ada di tangan presiden pula. Oleh karena itu, dikatakannya pula bahwa
Amerika Serikat dan ketatanegaraan RI menurut UUD 1945 sama-sama mempergunakaan sistem
kepala pemerintahaan di tangan presiden,namun tidak berarti sistem kedua Negara itu adalah
sama. Sebenarnya, persamaannya adalah dalam hal kepala pemerintahaannya saja yaitu di tangan
presiden, lebih dari itu tidak ada lagi persamaannya. Hal ini perlu ditegaskan ,karena banyak
orang mempergunakaan pengertian sistem presidensial untuk menunjuk kepada sistem
ketatanegaraan yang sepenuhnya seperti digunakan oelh Undang-Undang Dasar Amerika Serikat
dan Negara lain mempergunakan system itu.

2.2 Penyimpangan UUD 1945

Pasal 4 dan 17 UUD 1945 telah menunjukan, bahwa UUD 1945 menganut sistem pemerintahan
presidensial. Presiden memegang kekuasaan pemerintahan, mengangkat serta memberhentikan
para menteri.Para menteri bertanggung jawab kepada presiden. Atas dasar itu , maka tanggal 2
september 1945 dilantik cabinet yang pertama Negara Replubik Indonesia , yaitu cabinet yang
akan membantu presiden dan wakilnya dalam menyelenggarakan pemerintahaan. Pada tanggal
11 november 1945, badan pekerja KNIP mengusulkan kepada presiden agar sistem
pertanggungjawaban menteri kepada parlemen denganpertimbangan sebagai berikut :

1. Dalam UUD 1945 tidak terdapat satu pasal pun yang mewajibkan atau melarang menteri
bertanggung jawab

2. Pertanggungjawaban kepada bedan perwakilan rakyat itu adalah suatu jalan untuk
memperlakukan kedaulatan rakyat

Usul badan pekerja KNIP itu diterima oleh presiden dengan mengeluarkan Maklumat
Pemerintahan tanggal 14 november 1945. Konsekwensi dikeluarkannya Maklumat Pemerintahan
tersebut ialah sistem pemerintahaan bedasarkan parlementer.Disinilah letak penyimpangan
kostitusional yang prinsipil, karena Maklumat tersebut melanggar pasal 17 UUD 1945.

Perkembangan pemerintahaan parlementer tidak berjalan sebagaimana diharapkan dalam


Maklumat Pemerintahaan 14 november 1945. Hal ini disebabkan keadaan oleh politik dalam
negeri dan keamanan Negara , seperti terjadi penculikan Perdana Menteri Sutan Syahrir tanggal
2 oktober 1946, serangan umum belanda terhadap RI tahun 1947, dan pemberontakan PKI di
madiun. Keadaan politik ini memaksa Presiden mengambil alih kekuasaan menjadi sistem
pemerintahan presidensial.

2.3 UUD 1945 sebagai UUD Negara bagian

Bedasarkan hasil Konferensi Meja Bundar(KMB) yang menyatakaan :

1. Didirikannya Negara republic Indonesia Serikat


2. Pengakuan kedaulataan oleh pemerintahaan kerajaan belanda kepada Negara Replubik
Indonesia Serikat,

3. Didirikannya uni antara RIS dan kerajaan Belanda.

Untuk Negara RIS akan dibuat sebuah perancangaan UUD yang baru oleh delegasi RI dan
delegasi BFO(Bijeenkomst voor Federal Overleg). Setelah rancangan undang undang dasar yang
dibuat,disetujui,dan diterimaoleh kedua belah pihak,maka Undang-Undang Dasar tersebut mulai
berlaku sejak 27 Desember 1949 yang dikenal dengan nama konstitusi RIS,terdiri atas
Mukaddimah(4 alinea),6 bab,197 pasal dan lampiran.

Berdirinya Negara Replublik Indonesia Serikat dengan Konstitusi RIS sebagai undang-undang
dasarnya,maka Negara RI hanya berstatus sebagai salah satu bagian saja,dengan wilayah
kekuasaan daerah yang disebut dalam persetujuan Renville dan sesuai dengan bunyi pasal 2
konstitusi RIS, sedangkan UUD 1945 sejak tanggal 27 desember 1949, hanya berstatus sebagai
UUD Negara bagian Republik Indonesia.

2.4 UUD 1945 tidak berlaku lagi

Terbentuknya Negara RIS bukanlah suatu bentuk Negara yang di cita-citakan seluruh rakyat
Indonesia ,melainkan siasat politik belanda yang memecah-belah persatuan bangsa. Oleh karena
itu, setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda di daerah daerah timbul pergolakaan dan
pernyataan spontan dari rakyat untuk duperintah sehinga kewibawaan pemerintahan Negara
federal menjadi makin berkurang.

Dalam perkembangan selanjutnya untuk merealisasikan tuntutan kembali ke Negara kesatuan,


satu per satu Negara bagian menggabungkan diri kepada Negara republic Indonesia.
Penggabungan ini memang dimungkinkan oleh pasal 44 konstutusi RIS 1949,yang kemudian
dibentuk undang undang organiknya, yaitu Undang-Undang Darurat no 11 tahun 1950 tentang
Tata Cara perubahan susunan kenegaraan wilayah republic Indonesia serikat, lembaran Negara
no.16 tahun 1950 mulai berlaku pada tanggal 9 maret 1950. Akibat penggabungan itu, maka
Negara yang berbentuk federal itu hanya tinggal tiga Negara saja, yaitu sebagai berikut:

Negara Republik Indonesia

Negara Indonesia Timur

Negara Sumatra Timur

Kemudian, Negara Republik Indonesia dan RIS (mewakili Negara Indonesia timur dan Negara
Sumatra timur) mengadakan musyawarah untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pada tanggal 19 mei 1950 tercapai kata kesepakatan antara RIS dan negaa Republik Indonesia
yang dituangkan dalam suatu piagam persetujuan RI-RIS untuk membentuk Negara kesatuan
sebagai penjelma dari Negara republic Indonesia bedasarkan proklamasi 17 Agustus 1945.
Piagam persetujuan itu ditandatangani oleh kedua belah pihak ,yaitu perdana menteri RIS
Dr.Moh.Hatta selaku pemegang mandate dari dua Negara bagian dan pemerintahan RI diwakili
oleh Mr.A.Halim.

Tanggal 15 agustus 1950 memulai undang-undang federal No.7 tahun 1950 ditetapkan perubahan
konstitusi RIS menjadi UUD sementara. Bedasarkan Pasal 1 UU No 7 tahun 1950 dikatakan
bahwa kostitusi RIS diubah menjadi Undang-Undang Dasar sementara Replublik Indonesia
(dikenal UUDS 1950) sehingga naskahnya berbunyi sebagai berikut ,lalu,dimuat naskah
UUDS selengkapnya, mulai bagian mukaddimah yang terdiri atas 4 alinea dan batang tubuh
terdiri 6 bab serta 146 pasar.

Pada tanggal 17 agustus 1950 UUDS 1950 mulai berlaku yang diumumkan Jakarta pada tanggal
15 Agustus 1950. Dengan demikian, mulai 17 Agustus 1950 terjadilah perubahan bentuk susunan
Negara serikat menjadi bentuk susunan Negara kesatuan dengan cara mengubah (mengganti)
konstitusi RIS dengan UUDS dan berlakulah bentuk susunan kesatuan Negara UUDS sebgai
konstitusi atau hukum dasarnya. Bedasarkan perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia
ini, maka sejak berlakunya UUDS 1950 dengan sendirinya tidak berlaku lagi UUD 1945 di
dalam masyarakat Indonesia,karena bentuk Negara kesatuan tidak mengenal lagi UUD lain,
sekalipun berlaku di suatu daerah tertentu. UUD 1945 dalam kurun waktu ini hanya dikenal
sebagai dokumen sejarah sampai dikeluarkanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

2.5 UUD Pada Masa Orde Lama

Pelaksanaan UUD 1945Pada masa orde lama 5/7/1959 s/d 11/3/1966, UUD 1945 berlaku di
indonesia dalam dua kurun waktu. Yang pertama antara tahun 1945 sampai 27 des 1949. Yaitu
sejak ditetapkan oleh panitia persiapan kemerdekaan indonesia (PPKI) pada tanggal 18 agustus
1945 s/d mulai berlakunya konstitusi RIS pada saat pengakuan kedaulatan dalam bulan desember
1949. Yang kedua adalah dalam kurun waktu sejak tahun 1949 sampai sekarang yaitu sejak
diumumkannya dekrit presiden 5 juli 1959.

Dalam kedua kurun waktu berlakunya UUD 1945 itu kita telah dapat mencatat dan menarik
pengalaman-pengalaman tentang gerak pelaksanaan dari UUD 1945 itu, termasuk juga
penyimpangan-penyimpangan dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 itu.

Dalam kurun waktu 1945-1949, jelas UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik, karena kita
memang sedang dalam pancaroba, dalam usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan
yang baru saja kita proklamasikan, sedangkan pihak kolonialis belanda justru ingin menjajah
kembali bekas jajahan yang telah merdeka itu. Segala perhatian bangsa dan negara diarahkan
untuk memenangkan peran kemerdekaan.
Sistem pemerintah dan kelembagaan ditentukan dalam UUD 1945 jelas belum dapat
dilaksanakan.Dalam kurun waktu ini sempat diangkat anggota DPR sementara, sedangkan MPR
dan DPR belum dapat dibentuk. Waktu itu masih diberlakukan ketentuan aturan peralihan pasal 4
yang menyatakan bahwa : sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini, segala
kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan komite nasional.

Namun ada satu penyimpangan konstitusional yang prisipil yang dapat dicatat dalam kurun
waktu 1945 s/d 1949 itu, ialah perubahan sistem kabinet presidensial menjadi sistem kabinet
parlementer.

Berdasarkan usul badan kerja komite nasional indonesia pusat (BP-KNIP) pada tanggal 11
november 1945 yang kemudian disetujui oleh presiden dan diumumkan dengan maklumat
pemerintah tanggal 14 november 1945, sistem kabinet presidensial tersebut diganti dengan
sistem kabinet parlementer.

Sejak saat itu kekuasaan pemerintahan (eksekutive) dipegang oleh perdana menteri sebagai
pimpinan kabinet dengan para menteri sebagai anggota kabinet.Secara bersama-sama atau
sendiri-sendiri, perdana menteri dan para menteri bertanggung jawab kepada KNIP, yang
berfungsi sebagai DPR, tidak bertanggung jawab pada presiden seperti yang dikehendaki oleh
sostem UUD 1945.Dengan penyimpangsn sistem ini jelas pengaruhnya terhadap stabilitas politik
dan stabilitas nasional.

Akhirnya belanda mengakui kemerdekaan indonesia, namun republik proklamasi terpaksa


menerima berdirinya negara indonesia yang lain dari yang kita proklamasikan pada tanggal 17
agustus 1945 dan didirikan berdasarkan UUD 1945 yang kita tetapkan pada tanggal 18 agustus
1945. NKRI terpaksa menjadi negara federasi RIS.Berdasarkan pada konstitusi RIS. UUD 1945
berlaku hanya dinegara bagian RI yang meliputi bagian pulau jawa dan sumatera dengan ibukota
yogyakarta.

Untunglah negara federasi RIS ini hanya berlangsung sangat sementara. Berkat kesadaran para
pemimpin RIS dengan dipelopori oleh pimpinan-pimpinan yang republikan, maka pada
tanggal 17 agustus 1950, negara federasi RIS kembali menjadi NKRI. Tetapi dengan landasan
UUD yang lain dari UUD 1945. Negara NKRI telah menetapkan UUDS dan diberi nama UUDS
RI (1950). Menurut UUD ini, sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan
parlementer, bukan sistem kabinet presdiensial. Menurut sistem pemerintahan parlementer itu
maka presiden dan waki presiden adalah sekedar presiden konstitusional dan tidak dapat di
ganggu gugat.Yang bertanggung jawab adalah para mentri,ialah bertanggung jawab pada
parlemen.

Penentuan sistem yang demikian ini sebenarnya bersumber pada landasan pemikiran yang lain
dari yang terkandung dalam UUD 1945.UUDS 1950,yang menganut sistem parlementer berpijak
pada landasan pemikiran demokrasi liberal yang mengutamakan pada kebebasan
individu,sedangkan UUD 1945 yang menganut sistem presidensial berpijak pada landasan
demokrasi pancasila,yang berintikan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,dimana presiden bertanggungjawab kepada pemberi
mandat,MPR,tidak kepada parlemen.
Pelaksanaan dari UUDS 1950 dan akibatnya jelas kita saksikan bersama,berupakekacauan baik
dibidang politik keamanann maupun ekonomi.Konstituante yang berdasarkan UUDS 1950
bertugas menyususun UUD yang tetap,ternyata telah mengalami kemacetan total dan bahkan
mempunyai akibat yang sangat membahayakn keutuhan bangsa dan negara.Maka dengan dasar
alsan yang kuat dan dengan dukdungan dari sebagian besar rakyat indonesia dikeluarkanlah
dekrit presiden 5 juli 1959 tentang kembali kepada UUD 1945.

Diktun sekrit presiden itu adalah:

1. Menetapkan pembubaran Kontituante

2. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah
darah indonesia,terhitung mulai hari tanggal penentapan dekrit ini,dan tidak berlakunya lagi
UUDS 1950.

3. Pembentukan MPR sementara yang terdiri atas anggota DPR ditambag dengan utusan
utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan serta dewan pertimbangan agung
sementara,akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat singkatnya.

Jadi 5 juli 1959 itu berlaku kembali UUD 1945 sampai sekarang Dalam orde lama lembaga
lembaga negara seperti MPR,DPR,DPA dan BPK belum dibentuk berdasarkan uu seperti yang
ditentukan dalam UUD 1945.Karenanya lembaga lembaga tersebut masih dalam bentuk
sementara.dalam masa orde lama itu presiden selaku pemegang kekuasaan tersebut dan
pemegang kekuasaan leglislatifbersama sama dengan DPR telah menggunakan kekuasaanya
dengan tidaksemestinya.presiden telah mengeluarkan produk-produk leglislatif yang semestinya
berbentuk UU(artinya dengan persetujuan DPR)dalam bentuk penetapan tanpa persetujuan DPR.

MPRS telah mengambil keputusan untuk menganggkat seseorang sebagai presiden seumur
hidup,yang jelas bertentangan dengan UUD 1945 yang menetapkan masa jabatan presiden 5
Tahun.Hak buget DPR tidak berjalan,karena pemerintah tidak mengajukan RUU APBN untuk
mendapatkan persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan.Bahkan
dalam tahun 1960 DPR tidak dapat menyetujui RAPBN yang diajukan oleh pemerintah ,maka
presiden waktu itu membubarkan DPR.itulah bebrapa kasus penyimpangan yang serius terhadap
UUD 1945.

Penyimpangan-peyimpangan ini jelas bukan saja telah mengakibatkan tidak berjalanya sistem
yang ditetapkan dalam UUD 1945,melainkan ternyata telah mengaklibatkan memburuknya
keadaan politik dan leamanan serta kemrosotan dibidang ekonomi,yang mencapai puncaknya
dengan pemberontakan G-30-SPKI.

Pemberontakan G-30-SPKI yang dapat digagalkan berkat kewaspadaan dan kesigapan ABRI
dengan dukungn kekuatan rakyat,telah mendorong lahirnya orde baru yang bertekad untuk
melaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Jatuhnya legitimasi presiden Soekarno dalam memgang kekuasaan negara ditandai oleh
peristiwa G-30-SPKI hingga beralibat pembunuhan besar-besaran terhadap anggota partai
komunis indonesia diberbagai daerah serta dukeluarkanya Supersemar yang pada hakekatnya
merupakan bentuk penyerahan kekuasaan soeharto.

1. Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Orde Baru

3.1 Lahirnya Orde Baru

Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan antara kekuasaan masa
Sukarno(Orde Lama) dengan masa Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru
setelah pemberontakan PKI tahun 1965.

Orde baru lahir sebagai upaya untuk :

- Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama.

- Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia.

- Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

- Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna


mempercepat proses pembangunan bangsa.

3.2 Latar belakang lahirnya Orde Baru :

1. Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.

2. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30
September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung
lama.

3. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan


upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar
menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.

4. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-
besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI
berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.

5. Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat bergabung


membentuk Kesatuan Aksi berupa Front Pancasila yang selanjutnya lebih dikenal
dengan Angkatan 66 untuk menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30
September 1965.

6. Kesatuan Aksi Front Pancasila pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR
mengajukan tuntutanTRITURA(Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi :

- Pembubaran PKI berserta Organisasi Massanya

- Pembersihan Kabinet Dwikora

- Penurunan Harga-harga barang

1. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan Kabinet
Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinet
tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.

2. Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk
mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak
berhasil dilakukan meskipun Atelah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub).

3. Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang
bergejolak tak juga berhasil.Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret
1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah
yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan negara yang semakin kacau dan sulit
dikendalikan.

3.3 Upaya menuju pemerintahan Orde Baru :

1. Setelah dikeluarkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan


berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Penataan dilakukan di
dalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan pemerintahan.

2. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya kepercayaan rakyat kepada


pemerintah karena Suharto berhasil memulihkan keamanan dan membubarkan PKI.

3. Munculnya konflik dualisme kepemimpinan nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan


karena saat itu Soekarno masih berkuasa sebagai presiden sementara Soeharto menjadi
pelaksana pemerintahan.

4. Konflik Dualisme inilah yang membawa Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena
akhirnya Sukarno mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada
Suharto.
5. Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk
mengukuhkan pengunduran diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto sebagai
pejabat Presiden RI. Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan
pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno .

6. 12 Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia.
Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan
Orde Baru.

7. Pada Sidang Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai
Presiden Republik Indonesia.

1. Aktualisasi Pengamatan Pancasila Dan UUD 1945 Dalam Era Globalisasi

Sebagai suatu paradigma, Pancasila merupakan model atau pola berpikir yang mencoba
memberikan penjelasan atas kompleksitas realitas sebagai manusia personal dan komunal dalam
bentuk bangsa.Pancasila yang merupakan satuan dari sila-silanya harus menjadi sumber nilai,
kerangka berfikir, serta asas moralitas bagi pembangunan.

Aktualisasi pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi secara obyektif dan
subyektif.Aktualisasi pancasila secara obyektif yaitu aktualisasi pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara, bidang politik, bidang ekonomi dan
bidang hukum.Sedangkan aktualisasi pancasila secara subyektif yaitu aktualisasi pancasila pada
setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.

Pancasila itu menggambarkan Indonesia, Indonesia yang penuh dengan nuansa plural, yang
secara otomatis menggambarkan bagaiaman multikulturalnya bangsa kita.Ideologi Pancasila
hendaknya menjadi satu panduan dalam berbangsa dan bernegara.

Para founding father kita dengan cerdas dan jitu telah merumuskan formula alat perekat yang
sangat ampuh bagi negara bangsa yang spektrum kebhinekaannya teramat lebar (multfi-facet
natio state) seperti Indonesia. Alat perekat tersebut tiada lain daripada Pancasila yang berfungsi
pula sebagai ideologi, dasar negara serta jatidiri bangsa. Sampai kini Pancasila diyakini sebagai
yang terbaik dari sekian alternatif yang ada,merupakan ramuan yang tepat dan mujarab dalam
mempersatukan bangsa, sehinggaProf. Dr. Syafii Maarif menyebutnya sebagai Indonesia
Masterpiece (Karya Agung Bangsa Indonesia). Namun demikian Pancasila tidak akan dapat
memberi manfaat apapun manakala keberadannya hanya bersifat sebagai konsep atau software
belaka. Untuk dapat berfungsi penuh sebagai perekat bangsa.Pancasila harus diimplementasikan
dalam segala tingkat kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Pancasila), dan dalam segala aspek meliputi politik, ekonomi, budaya, hukum dan
sebagainya.
4.1 Bidang Politik

Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar ontology
manusia.Hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek
negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus benar-benar untuk menrealisasikan
tujuan demi harkat dan martabat manusia.

Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang di
dalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi manusia. Hal ini sebagai perwujudan
hak atas martabat kemanusiaan sehingga system politik negara harus mampumenciptakan system
yang menjamin atas hak-hak tersebut.

Dalam system poltik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada
penjelmaan hakikat manusia sebagai individu-makluk sosial yang menjelma sebagai rakyat.
Maka kekuasaan negara merupakan asal mula kekuasaan negara.Oleh karena itu kekuasaan
negara harus berdasarkan kekuasaan rakyat bukannya kekuasaan perseorangan atau kelompok.

Selain system politik negara Pancasila meberikan dasar-dasar moralitas politik negara.Telah
diungkapkan oleh para pendiri negara Majelis Permusyawaratan Rakyat, misalnya
Drs.Moh.Hatta, menyatakan bahwa negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa, atas
dasar kemanusiaan yang dan berdab.Hal ini menurut Moh.Hatta agar memberikan dasar-dasar
moral supaya negara tidak berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu dalam politik negara termasuk
para elit politik dan para penyelenggara negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan serta
memegang teguh cita-cita moral rakyat.

4.2 Bidang Ekonomi

Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan
pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan.Sehingga
lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah
yang menang.Hal ini sebagai implikasi dar perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke-18
menumbuhkan ekonomi kapitalis.Atas dasar kenyataan objektif inilah maka di eropa pada awal
abad-19 muncullah pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut yakni
sosialisme komunisme yang memperjuangkan nasib kaum proletas yang di tindas kaum kapitalis.

Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya


walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi
persaingan bebas yang mematikan. Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam
menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan
mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengamalan
dalam bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan.Jadi interaksi antar pelaku ekonomi
sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi:

- Ekonomika etik dan ekonomika humanistik

- Nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi

- Ekonomi berkeadilan social.

4.3 Bidang Sosial dan Budaya

Dalam pembangunan perkembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas system nilai
yang sesuai dengan nilai-nilai budaya ayng dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dlam
rangka bangsa Indonesia melakukanreformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti klimaks
proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai sosial budaya dalam
masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau diberbagai wilyah Indonesia saa ini terjadi
berbagai macam gejolak yang sangat memperhatikan antara lain amuk massa yang cendrung
anarkis, bentrok atar kelompok masarakat stu dengan lainnya yang muaranya adalah pada
masalah politik.

Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa refromasi dewasa ini kita harus
mengangkat niali-nilai yang dimiliki bangsa Indonesi \a sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai
Pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya
nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya.Terdapat rumusan dalam sila kedua Pancasila yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab .dalam rangka pengembangan sosial budaya, pancasila
merupakan sumber normative bagi peningkatan humanisasi dalam bidang sosial budaya. Sebagai
kerangka kesadaran pancasila dapat merupakan dorongan untutk (1) universalisasi, yaitu
melepaskan symbol-simbol dari keterkaitan struktur, dan (2) transendentalisasi, yaitu
meningkatkan derajad kemerdekaan manusia, dan humanisasi universal akan dehumanisasi serta
aktualisasi nilai hanya demi kepentingan kelompok sosial tertentu sehingga mencipakan system
sosial budaya yang beradab.

4.4 Bidang Hukum

Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum.Demi tegaknya hak-hak
warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undang negara. Baik dalam rangka
mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam
rangka melindungi hak-hak warganya.oleh karena itu negara bertujuan melindungi segenap
wilayah negara dan bangsanya. Atas dasar pengertian demikian ini maka keamanan merupakan
syarat mutlak tercapainya kesejahteraan warga negara. Adapun demi tegaknya integritas seluruh
masyarakat negara diperlukan suatu pertahanan negara. Untuk itu diperlukan aparat keamanan
negara dan aparat penegak hukum negara.

Oleh karena pancasila sebgai dasar negara dan mendasari diri pada hakikat nilai kemanusiaan
monopluralis maka pertahan dan keamana negara harus dikembalikan pada tercapinya harkat dan
martabat manusia sebgai pendukung pokok negara.Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab
merupakan baris moralitas pertahanan dan keamanan negara.Dengan demikian pertahanan dan
keamanan negara harus berdasarkan pada tujuan demi terjaminya harkat dan martabat manusia,
tertama secara rinci terjaminnya hak-hak asasi manusia. Pertahan dan keaamanan negara
bukanlah hanya kekuasaan sebab klau demikian sudah dapat dioastikan akan melanggar hak
asasi manusia.

Dinamika Pelaksanaan UUD 1945


di Indonesia

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia mengalami perkembangan yang
pesat, hal ini secara tidak langsung juga mempengaruhi hukum-hukum di beberapa Negara
termasuk Indonesia.Indonesia mengalami perubahan hukum yang mendasar, ditandai dengan
adanya amandemen pada UUD 1945. Pada awal terbentuknya, UUD 1945 memiliki 37 pasal,
hingga sekarang setalah mengalami beberapa amandemen UUD 1945 telah memiliki pasal
seumlah 39 pasal. Amandemen tersebut telah dilakukan sebanyak empat kali. Amandemen
pertama dimulai pada tanggal 19 oktober 1999 sebanyak dua pasal, amandemen kedua pada
tanggal 18 agustus 2000 sebanyak 10 pasal, amandemen ke tiga pada tanggal 10 november 2001
sejumlah pasal, dan amandemen keempat pada tanggal 10 agustus 2002 sejumlah 10 pasal
ditambah 3 pasal aturan peralihan dan aturan tambahan 2 pasal. pasal-pasal yang di amandemen
diharapkan dapat memberikan perubahan bangsa kea rah yang lebih baik.

1. Pelaksanan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan (17 Agustus 1945 29 Desember 1949)

Pada awal kemerdekaan Indonesia, KNIP mengusung gagasan pemerintahan parlementer karena
khawatir dengan pemberian kekuasaan yang begitu besar pada presiden oleh UUD. Karena itu
pada tanggal 7 oktober 1945, KNIP mengeluarkan momerandum yang meminta presiden untuk
segera membentuk MPR, menanggapi hal itu, presiden mengeluarkan maklumat wakil presiden
pada tanggal 16 oktober 1945 yang berisi bahwa komite nasional pusat, sebelum terbentuk
MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislative dan ikut menetapkan GBHN, serta membentuk
badan pekerjaan, dan pada tanggal 3 november 1945, wakil presiden mengeluarkan maklumat
lagi tentang kebebasan membentuk banyak partai. Terbentuknya cabinet pertama berdasarkan
system parlementer dengan perdana menteri syahrir pada tanggal 14 november 1945. Hal itu
berakibat pada kestabilan Indonesia di bidang ekonomi, politik maupun pemerintahan.

Pada tanggal 27 desember 1949, dibentuklah negara federal yaitu Negara kesatuan republic
Indonesia Serikat yang berdasar pada RIS.Dalam Negara RIS tersebut masih terdapat Negara
bagian republic Indonesia yang ber ibukota di Yogyakarta.Pada tanggal 17 agustus 1950, terjadi
kesepakatan antara Negara RI yogyakarata dengan Negara RIS untuk kembali membentuk
Negara kesatuan berdasarkan pada undang-undang dasar.

2. Pelaksanaan UUD pada masa orde lama (demokrasi terpimpin) (5 juli 1959 11 maret 1966.

Pada tanggal 5 juli 1959 presiden menganggap NKRI dalam bahaya, karena itu presiden
mengeluarkan dekrit presiden yang isinya :

a) Menetapkan pembubaran konstituante.

b) Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi seluruh rakyat Indonesia, dan terhitung
mulai dari dikeluarkannya dekrit ini, UUD 1950 tidak diberlakukan lagi.

c) Pembentukan MPR sementara yang beranggotakan DPR, perwakilan daerah- daerah dan
dewan agung sementara.

Sejak dikeluarkannya dekrit presiden tersebut, mulai berkuasa kekuasaan orde lama yang secara
ideologis banyak dipengaruhi oleh faham komunisme. Penyimpanagan ideologis tersebut
berakibat pada penyimpangan konstitusional seperti Indonesia diarahkan menjadi demokrasi
terpimpin dan bersifat otoriter yang jelas menyimpang dari apa yang tercantum dalam UUD
1945. Puncaknya adalah adanya pemberontakan G30S.PKI yang berhasil dihentikan oleh
generasi muda Indonesia dengan menyampaikan Tritula (Tri tuntutan Rakyat) yang isisnya:

1. Bubarkan PKI.

2. Bersihkan cabinet dari unsure-unsur KPI.

3. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.

Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga mengakibatkan dikeluarkannya surat


perintah 11 maret 1966 yang memberiaka kekuasan pada Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan keamanan Negara.

3. Pelaksanaan UUD 1945 masa orde baru (11 maret 1966 22 mei 1998)
Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi mengembalikan keadaan
setelah pemberontakan PKI, masa orde baru juga mempelopori pembangunan nasional sehingga
sering dikenal sebagai orde pembangunan.

MPRS mengeluarkan berbagai macam keputusan penting, antara lain :

1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang menyatakan


agar presiden menugasi pengemban Super Semar, Jenderal Soeharto untuk segera
membentuk kabinet Ampera.

2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik kembali
pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur hidup.

3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai sumber tertib
hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang -undangan.

4. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian, keormasan dan


kekaryaan.

5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis Indonesia dan
pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang diseluruh wilayah Indonesia,
dan larangan pada setiap kegiatan untuk menyebar luaskan atau mengembangkan faham
ajaran komunisme/Marxisme, Leninisme.

Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik di bidang politik,
ekonomi maupun keamanan.Oleh karena itu, pada bulan februari 1967, GDRGR mengeluarkan
suatu resolusi yaitu meminta MPR agar mengadakan siding istimewa pada bulan maret
1967.Keputusan yang diperoleh dari sidang istimewa tersebut sebagai berikut.

- Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang pemilihan/penunjukan


wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat presiden dan mengangkat Jenderal Soeharto.

Pengembangan Tap. No. 6 IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8


Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
Dalam kaitan dengan itu di bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang dituangkan dalam
Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum, Undang-Undang No.16 tentang
susunan dan kedudukan majelis permusyawaratan rakyat. Dewan perwakilan rakyat dan dewan
rakyat daerah.Atas dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian pemerintah OrdeBaru
berhasil mengadakan pemilu pertama.Dengan hasil pemilu pertama tersebut pemerintah bertekat
untuk memperbaiki nasib bangsa Indonesia.

4. Pelaksanaan UUD 1945 masa Reformasi ( 22 Mei 1998 sekarang)


Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun 1998 membuat
pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi seperti yang tercantum
dalam Pancasila, bahkan juga tidak mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas dasar norma-
norma dan pasal-pasal UUD 1945. Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme(KKN).
Keadaan tersebut membuat rakyat Indonesia semakin menderita.Terutama karena adanya krisis
moneter yang melanda Indonesia yang membuat perekonomian Indonesia hancur.Hal itu
menyebabkan munculnya berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi muda
Indonesia terutama mahasiswa sebagai gerakan moral yang menuntut adanya reformasi disegala
bidang Negara. Keberhasilan reformasi tersebut ditandai dengan turunnya presiden Soeharto dari
jabatannya sebagai presiden dan diganti oleh Prof. B.J Habibie pada tanggal 21 mei 1998.
Kemudian bangsa Indonesia menyadari bahwa UUD 45 yang berlaku pada jaman orde baru
masih memiliki banyak kekurangan, sehingga perlu diadakan amandemen lagi. Berbagai macam
produk peraturan perundang-undangan yang dihasilkan dalam reformasi hukum antara lain UU.
Politik Tahun 1999, yaitu UU.No.2tahun 1999, tentang partai politik, UU.No.3 tahun 1999,
tentang pemilihan umumdan UU.No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR,
dan DPRD; UUotonomi daerah, yaitu meliputi UU.No.25 tahun 1999.Tentang
pemerintahandaerah, UU.No.25 tahun 1999, tentang perimbangan keuangan antar
pemerintahanpusat dan daerah dan UU.No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara
yangbersih dan bebas dari KKN.Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia sudah mampu
melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR, DPR dan DPRD hasil aspirasi
rakyat secara demokratis.

1.DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945

A. Masa Awal Kemerdekaan

Pada awal masa Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaannayamengalami


berbagai macam gangguan terutama dalam upaya untukmempertahankan
kemerdekaannya.Pada masa ini, kolonialisme Belanda berupayauntuk mengembalikan
kekuasaannya di Indonesia dengan membonceng tentarasekutu.Selain itu juga
telah terjadi berbagaimacam pemberontakan yang bersumberpada pertentangan ideologi
yang ingin merubah negara kesatuan Republik Indonesia dengan ideologi lainnya. Antara
lain pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. PRRI Permesta, DI/TII dan lain
sebagainya.

Sistem pemerintahan berdasarkan UUD 1945 belum dapat dilaksanakan.Pada tahun ini di
bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena harus
melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan pasal aturan peralihan pasal IV yang
menyatakan Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, dan
Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar, segala
kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.

Pada saat itu terjadilah suatu perkembangan ketatanegaraan Indonesia yaitu (1)
berubahnya fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu Presiden menjadi badan yang
diserahi kekuasaan Legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis besar haluan negara. Hal
ini berdasarkan maklumat wakil presiden No. X (iks) tanggal 16 Oktober 1945. Selain itu
dikeluarkan juga maklumat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945.Yang isinya
perubahan sistem pemerintahan negara dari system Kabinet Presidensial menjadi
sistem Kabinet Parlementer, berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia
Pusat (BP-KNIP).
Akibat perubahan tersebut pemerintah menjadi tidak stabil, Perdana Menteri hanya
bertahan beberapa bulan serta berulang kali terjadi pergantian.

Tanggal 3 November 1945 di keluarkan juga suatu maklumat yang ditandatangani oleh
Wakil Presiden yang isinya tentang pembentukan partai politik.Hal ini bertujuan agar
berbagai aliran yang ada didalam masyarakat dapat di arahkan kepada perjuangan
untuk memperkuat mempertahankan dengan persatuan dan kesatuan.

Sejak tanggal 14 Nopember 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif) dipegang oleh


Perdana Menteri sebagi pimpinan kabinet.Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri,
perdana menteri atu para menteri itu bertanggung jawap kepada KNPI, yang berfungsi
sebagai DPR, dan tidak bertanggung jawab kepada presiden sebagaimana yang
dikehendaki oleh UUD 1945. Hal ini berakibat semakin tidak setabilnya Negara Republik
Indonesia baik di bidang politik, ekonomi , pemerintahan maupun keamanan.Semangat ideologi
liberal itu kemudian memuncak dengan dibentuknya Negara Federal yaitu negara
kesatuan Republik Indonesia Serikat dengan berdasar pada konstitusi RIS, pada tanggal
27 Desember 1949. Konstitusi RIS tersebut sebagai hasil kesepakatan Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag negeri Belanda.Syukurlah konstitusi itu tidak
berlangsung lama dan Indonesia kembali bersatu pada tahun 1950.Dalam negara
RIS tersebut masih terdapat negara bagian Republik Indonesia yang beribukota di
Yogyakarta. Kemudian terjadilah suatu persetujuan antara Negara RI Yogyakarta dengan
negara RIS yang akhirnya membuahkan kesepakatan untuk kembali, untuk membentuk
negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Undang-Undang Dasar
Sementara sejak 17 agustus 1950 isi UUDS ini berbeda dengan UUD 1945 terutama
dalam sistem pemerintahan negara yaitu menganut sistem Parlementer, sedangkan UUD
1945 menganut sistem Presidensial.

Pada bulan September 1955 dan Desember 1955 diadakan pemilihan umum,yang
masing-masing untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
konstituante.
Tugas konstituante adalah untuk membentuk , menyusun Undang-Undang Dasar yang
tetap sebagai pengganti UUDS 1950. Untuk mengambil putusan mengenai Udang-Undang
dasar yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS 1950 sebagai berikut :

1.Untuk mengambil putusan tentang rancangan Undang-Undang Dasar baru sekurang-


kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.

2.Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir.

3.Rancangan yang telah diterima oleh konstituante dikirimkan kepada Presiden untuk
disahkan oleh pemerintah.

4.Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta mengumumkan


Undang-Undang Dasar itu dengan keluhuran.
Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang belum mampu
menghasilkan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar yang baru.Hal ini
dikarenakan dalam sidang konstituante ,muncullah suatu usul untuk mengembalikan
Piagam Jakarta dalam pembukaan UUD baru. Oleh karena itu Presiden pada tanggal 22 april
1959 memberikan pidatonya didepan siding Konstituante untuk kembali kepada UUD 1945. Hal
ini diperkuat dengan suatu alasan bahwa sidang Konstituante telah mengalami jalan
buntu. Terutama setelah lebih dari separuh anggota Konstituante menyatakan
untuk tidak akan menghadiri sidang lagi.

Atas dasar kenyataan tersebut maka Presiden mengeluarkan suatu dekrit yang
didasarkan pada suatu hukum darurat negara (Staatsnoodrecht).Hal ini menginggat
keadaan ketata negaraan yang membahayakan kesatuan, persatuan, keselamatan
serta keutuhan bangsa dan negara Repubik Indonesia.
Dekrit presiden 5 juli 1959 :

1. Menetapkan pembubaran konstituante.

2. Menetapkan Undang-Undang _dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia
serta tumpah darah Indonesia,terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini, dan
tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar 1950.

3. Pembentukan majelis permusyawaratan rakyat sementara yang terdiri atas anggota-


anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah
dan golongan-golongan serta Dewan Agung Sementara, akan diselenggarakan
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.Dekrit itu diumumkan oleh Presiden dari Istana
Merdeka di hadapan rakyat pada tanggal 5 juli 1959, pada hari minggu pukul 17.00
Dekrit tersebut dimuat dalam keputusan Presiden No.150 tahun 1959 dan di
umumkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia no.75 tahun 1959.

B. Masa Orde Lama

Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku kembali di
Negara Republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis formal sebagai hukum
dasar tertulis yang berlaku di Indonesia namun realisasi ketatanegaraan Indonesia tidak
melaksanakan makna dari UUD 1945 itu sendiri.Sejak itu mulai berkuasa kekuasaan Orde
Lama yang secara ideologis banyak dipengaruhi oleh paham komunisme. Hal ini nampak
adanya berbagai macam penyimpangan ideologis yang dituangkan dalam berbagai
bidang kebijaksanaan dalam negara.
Dikukuhkannya ideologi Nasakom, dipaksakannya doktrin Negara dalam keadaan
revolusi. Oleh karena revolusi adalah permanen maka Presiden sebagai Kepala Negara
yang sekaligus juga sebagai Pemimpin Besar Revolusi, diangkat menjadi Pemimpin Besar
Revolusi, sehingga Presiden masa jabatannya seumur hidup.Penyimpangan ideologis
maupun konstitusional ini berakibat pada penyimpangan-penyimpangan konstitusional
lainnya sebagai berikut,

1. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin, yang di pimpin oleh


presiden, sehingga praktis bersifat otoriter.pada sebenarnya di negara Indonesia yang
berdasarkan Pancasila berazas-kan kerakyatan,sehingga seharusnya rakyatlah sebagai
pemegang serta asal mula kekuasaan negara, demikian juga sebagaimana yang
tercantum dalam UUD 1945.

2. Oleh karena Presiden sebagai pemimpin besar revolusi maka memiliki wewenang
yang melebihi sebagaimana yang sudah di tentukan oleh Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu mengeluarkan produk hukum yang setingkat denganUndang-Undang tanpa melalui
persetujuan DPR dalam bentuk penetapanpresiden.
3. Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui rancangan pendapatan dan
Belanja Negara yang di ajukan oleh pemerintah. Kemudian presiden waktuitu
membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan kemudian membentuk DPR gotong royong.Hal
ini jelas-jelas sebagai pelanggaran konstitusional yaitukekuasaan eksekutif di
atas kekuasaan legislatif.

4.Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara, yangberarti
sebagai pembantu presiden.Selain penyimpangan-penyimpangan tersebut masih
banyak penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan ketatanegaraan yang
seharusnya berdasarkanpada UUD 1945. Karena pelaksanaan yang inskonstitusional
itulah maka berakibatpada ketidak stabilan dalam bidang politik, ekonomi terutama
dalam bidangkeamanan. Puncak dari kekuasaan Orde Lama tersebut ditandai
denganpemberontakan G30S.PKI. syukur alhamdulillah pemberontakan tersebut
dapatdigagalkan oleh rakyat Indonesia terutama oleh generasi muda.Dengan dipelopori
oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat IndIndonesiamenyampaikan Tritula (Tri
Tuntutan Rakyat) yang meliputi,
a.Bubarkan PKI.
b.Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c.Turunkan harga/perbaikan ekonomi.Gelombang gerakan rakyat semakin besar,
sehingga presiden tidak mampulagi mengembalikannya,
maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966 yang
memberikan kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-langkahdalam
mengembalikan keamanan negara. Sejak peristiwa inilah sejarahketatanegaraan
Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru (Darmodihardjo) 1979

C. Masa Orde Baru


Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto pada awalnya untuk mengembalikankeadaan
setelah pemberontakan PKI bertekat untuk mempelopori pembangunannasional
Indonesia sehingga orde baru juga sering di istilahkan sebagai ordepembangunan. Untuk
itu MPRS mengeluarkan berbagaimacam keputusan pentingantara lain sebagai berikut:

1.Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang isinyamenyatakan


agar presiden menugasi pengemban Super Semar, JenderalSoeharto untuk segera
membentuk kabinet Ampera.

2.Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarikkembali


pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur hidup.
3.Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenaisumber tertib
hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang - undangan.
4.Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian,keormasan dan
kekaryaan.
5.Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunisIndonesia dan
pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang diseluruh wilayah Indonesia,
dan larangan pada setiap kegiatan untukmenyebar luaskan atau mengembangkan faham
ajarankomunisme/Marxisme, Leninisme.Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan
yang tidak menentu baik yangmenyangkut bidang politik, ekonomi maupun keamanan.
Dalam keadaan yang demikian inilah pada bulan februari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu resolusi
yaitumeminta MPR (S) agar mengadakan sidang istimewa pada bulan maret 1967.
Sidangistimewa tersebut mengambil suatu keputusan sebagai berikut.

1.Presiden Soekarno telah tidak dapat memenuhi tanggung jawabankonstitusional dan


tidak dapat menjalankan haluan dan putusan MPR (S),sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945.

2.Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentangpemilihan/penunjukan


wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabatpresiden dan mengangkat Jenderal
Soeharto. Pengembangan Tap. No. 6
IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8 Undang- Undang Dasar 1945
hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihanumum. Pada masa awal kekuasaan Orde
Baru berupaya untuk memperbaiki nasibbangsa dalam berbagai bidang antara lain
dalam bidang politik, ekonomi, soaial,budaya maupun keamanan. Dalam kaitan dengan
itu di bidang politikdilaksanakanlah pemilu yang dituangkan dalam Undang-
Undang No.15 tahun 1969tentangpemilu umum, Undang-Undang No.16 tentang susunan
dan kedudukanmajelis permusyawaratan rakyat.Dewan perwakilan rakyat dan dewan
pewalanrakyat daerah.Atas dasar ketentuan undang-undangtersebut kemudian
pemerintah OrdeBaru berhasil mengadakan pemilu pertama.Dengan hasil pemilu
pertama tersebutpemerintah bertekat untuk memperbaiki nasip bangsa Indonesia. Pada
awalnyabangsa Indonesia memang merasakan atas perubahan peningkatan nasib
bangsadalam berbagai bidang melalui suatu program negara yang dituangkan dalam
GBHNyang disebut pelita (pembangunan lima tahun). Hal ini wajar dirasakan oleh
bangsaIndonesia karena sejak tahun 1945 setelah kemerdekaan nasib bangsa
Indonesiasenantiasa dalam kesulitan dan kemiskinan.Namun demikian lambat laun
program-program negara buakannyadiperuntukan kepada rakyat melainkan demi
kekuasaan. Mulailah ambisi kekuasaanorde baru menjalar keseluruh sandi-sandi
kehidupan ketatanegaraan Indonesia.Kekuasaan orde baru menjadi otoriter namun
seakan-akan dilaksanakan secarademokratis. Penafsiran dan penuangan pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945 tidakdilaksanakan sesuai dengan amanat sebagaimana
tertuang dan terkandung dalamUndang-Undang Dasar tersebut melainkan
dimanipulasikan demi kekuasaan.Bahkan pancasila pun diperalat demi legitimasi
kekuasaan dan tindakan presiden.Hal ini terbukti dengan adanya ketetapan MPR No.
II/MPR/1978.Tentang P-4 yangdalam kenyataannya sebagai media untuk propaganda
kekuasaan orde baru.Realisasi UUD 1945 praktisi lebih banyak memberikan porsi atas
kekuasaanpresiden.Walupun sebenarnya UUD 1945 tidak mengamanatkan
demikian.Bahkansecara tidak langsung kekuasaan legislatif di bawah kekuasaan
presiden.Hal inisecara politis dituangkan dalam mekanisme peraturan perundang-
undanganterutama yang menyangkut pemilihan, pengangkatan serta susunan
keanggotaanMPR, DPR, DPRD sera pelaksanaan pemilu.Praktek ini telah dilaksanakan
olehpenguasa orde baru yang di tuangkan kedalam peraturan perundang-
undangansebagai berikut, UU.Tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD
(UUNo.16/1969 jis UU No.5/1975 dan UU.No.2/1985).UU tentang partai politik
dangolongan karya (UU No.3/1975.jo.UU.No.3/1985).UU. Tentang pemilihan umum (UU
No.15/1969 jis UU.No.4/1975. UU.No.2/1980, dan UU. No.1/1985).Dengan UU. Politik sebagaimana
tersebut di atas maka praktisi secara politiskekuasaan legislatif di bawah
presiden.Terlebih lagi oleh karena sistem politik yangdemikian maka hak asasi rakyat
dibatasi bahkan di tekan demi kekuasaan, sehinggaamanat sebagaimana tertuang dalam
pasal28 UUD 1945, tidak di realisasikan secarakonsekuen.Oleh karena kekuasaan politik
orde baru di bawah Soeharto semakin sulit untuk dikontrol.Kemudian tatkala terjadi krisis
ekonomi khususnya di AsiaTenggara, maka di Indonesia krisis ekonomi tersebut berkembang
menjadi krisiskepercayaan berikutnya menjalar kepada krisis politik. Atas dasar
kenyataanpenyimpanganketatanegara secara politis tersebut maka generasi muda di
bawahpelopor garda depan mahasiswa mengadakan gerakan reformasi
untukmengembalikan dan menata negara ke arah tetenan negara yang demokratis

D. Masa Reformasi
Kekuasaan Orde Baru di bawah Soeharto sampai tahun 1998 membawaketatanegaraan
Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi sebagaimanayang tergantung
dalam Pancasila yang mendasarkan pada kerakyatan didimanarakyat memiliki kekuasaan
tertinggi dalam negara, bahkan juga sebenarnya jugatidak mencerminkan pelaksanaan
demokrasi atas dasarnorma-norma pasal-pasalUUD 1945. Praktek kenegaraan dijangkiti
penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme(KKN). Keadaan yang demikian ini membawa
rakyat Indonesia semakin menderita.Terutama karena adanya badai krisis ekonomi dunia
yang juga melanda Indonesiamaka praktisi GBHN 1998 pada PJP II pelita ketujuh tidak
dapat dilaksanakan.Ekonomi Indonesia hancur. Sektor riil ekonomi macet,
PHK, pengangguran meningkat tajam sehingga terjadilah krisi kepercayaan dan krisis
politik.

atiklimaks dari keadaan tersebut, timbullah berbagai gerakan masyarakatyang


dipelopori oleh generasi muda terutama mahasiswa sebagai sesuatu gerakanmoral yang
memiliki kekuatan yang luar biasa yang menuntut adanya reformasi disegala bidang
kehidupan negara terutama bidang politik, ekonomi dan hukum .Awal keberhasilan
gerakan reformasi tersebut adalah ditandai denganmundurnya presiden Soeharto
dari singgasana kepresidenan dan diganti oleh wakilpresiden Prof. Dr. Bj. Habibie
pada tanggal 21 mei 1998. Pemerintahan Habibie inilahyang merupakan pemerintahan
transisi yang akan membawa bangsa Indonesia untuk melakukan reformasi secara
menyeluruh, terutama menata ketatanegaraanIndonesia sesuai dengan UUD
1945.Bangsa indnesia menilai bahwa penyimpangan atas makna UUD 1945 yangtelah
dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru selain karena moral penguasa negara,juga
terdapat berbagai kelemahan yang tergantung dalam beberapa pasal UUD1945. Oleh
karena itu selain melakukan reformasidalam bidang politik yang harusmelalui suatu
mekanisme peraturan perundang-undangan juga dikarenakan terdapatbebrapa pasl UUD
1945 yang mudah di interpretsi secara ganda (multiinterpretable), sehingga bangsa
Indonesia merasa perlu untuk mengadakanamandemen terhadap beberapa pasal dalam
UUD 1945.Berbagai macam produk peraturan perundang-undangan yang telahdihasilkan
dalam reformasi hukum antara lain UU. Politik Tahun 1999, yaitu UU.No.2 tahun 1999,
tentang partai politik, UU. No.3 tahun 1999, tentang pemilihan umumdan UU.No. 4 tahun 1999 tentang
susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UUotonomi daerah, yaitu meliputi UU.No.25
tahun 1999.Tentang pemerintahandaerah, UU.No.25 tahun 1999, tentang perimbangan
keuangan antar pemerintahanpusat dan daerah dan UU.No.28 tahun 1999 tentang
penyelenggaraan negara yangbersih dan bebas dari KKN. Atas dasar hasil reformasi
tersebut bangsa Indonesiatelah mampu mengadakan pemilu pada tahun 1999, yang
kemudian menghasilkanMPR, DPR, dan DPRD yang benar-benar merupakan hasil aspirasi
rakyat secara demokratis

2. Penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah orde lama :

Orde lama merupakan konsep yang biasa dipergunakan untuk menyebut suatu periode pemerintahan yang ditandai
dengan berbagai penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945.Kegagalan konstituante dalam merumuskan
undang undang dasar baru dan ketidakmampuan menembus jalan buntu untuk kembali ke UUD 1945, telah
mendoronng Presiden soekarno pada tanggal 5 juli mengeluarkan Dekrit Presiden. Tindak lanjut dari dekrit presiden
tanggal 5 juli 1959 adalah pembentukn cabinet baru yang diberi nama Kabinet Karya. Dalam prakteknya (atau masa
Orde Lama), lembaga lembaga Negara yang ada belum dibentuk berdasarkan UUD 1945sehingga sifatnya masih
sementara. Dalam masa ini, Presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan pemegang kekuasaan legislative
(bersama sama dengan DPRGR) telah menggunakan kekuasaannya dengan tidak semestinya. Penyimpangan
terhadap Pancasila dan UUD 1945 terus berlangsung.Ketetapan MPRS No.III/MPRS/1963 tentang pengangkatan
presiden seumur hidup jelas bertentangan dengan UUD 1945.pendek kata, periode pemerintahan antara tahun
1959-1965 ditandai oleh berbagai penyelewengan wewenang dan penyimpangan tarhadap pancasila dan UUD 1945
sehingga disebut sebagai masa orde lama. Hampir semua kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah sangat
menguntungkan PKI.
Adapun penyimpangan lainnya :

1.kekuasaan tunggal
2.terlalu banyak pembangunan fisik tanpa pembangunan mentalmasyarakat
3.terlalu dekat dengan komunisme
4.terlalu berambisi menyatukan nasionalisme agama dan komunis yang notabene amat bertentangan antara agama
dan komunis
5.banyak hak rakyat yang terabaikan
6.inflasi yang terlalu besar..
7. MPRS mengangkat ir.soekarno sbg presiden seumur hidup
8. Penyimpangan ideologis, konsepsi pancasila berubah mjd nasakom (nasionalis, agama, komunis)
9. Kaburnya politik luar negeri yang bebas aktif mjd "politik poros-porosan" (mengakibatkan indo keluar dr pbb)
10. DPR hasil pmlu 1955 dibubarkan presiden
11. Hak budget DPR tidak brjln lagi stlh th 1960

3.Penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah orde baru :

yaitu
a.pemilihan umum yang tidak jujur
b.monoloyalitas,pengekangan kebebasan berpolitik bagi pegawai negri sipil untuk mendukung partai
politik ttt
c.interpensi pemerintahan terhadap lembaga peradilan
d.pengekangan kebebasan mengemukakan pendapat (penculikan aktivis)
e.format politik yang tidak demokratis
f.maraknya praktik kkn
g.pembatasan partai politik
h. kebebasan pers

Norma-Norma Demokrasi, antara lain :

a. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat,
bangsa maupun terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
c. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bersama.
d. Mengakui perbedaan individu, kelompok, ras suku, agama, karena merupakan suatu bawaan
kodrat manusia.
e. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku, dan
agama.
f. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab.
g. Menjunjung tinggi atas masyarakat sebagai moral kemanusiaan yang beradb.
h. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar tercapai tujuan
bersama.

MAKALAH
PENDIDIKAN PANCASILA
DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 DI INDONESIA

Untuk memenuhi tugas matakuliah Pendidikan pancasila


yang dibimbing oleh Ibu Novi Sri Utami

Nama Kelompok:
1. Armanda Prastiyan P (110533406961)
2. Ika Riski Choirunnisaa(110533406975)
3. Sigma Akhiria M(110533406974)
4. Nefi Liana(110533406981)
5. Virginia Nurita (110533406964)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk
membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Tujuan kami menyusun
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan
makalah seperti ini, rangkuman yang kami laksanakan dapat tercatat dengan rapi dan dapat kita
pelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan proses belajar kita terutama
dalam pemahaman dinamika pelaksanaan UUD 1945.
Penyusun dalam menyelesaikan makalah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Novi Sri Utami selaku dosen pembimbing.


2. Kepada teman teman, khususnya mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika offering A
yang telah memberikan kritik dan saran demi merampungkan makalah ini dengan
maksimal.
Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan
saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran
bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang.
Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan
kemajuan ilmu pengetahuan
Malang, Februari 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Daftar Isi........................................................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sudah 67 tahun Indonesia merdeka, sudah banyak pula sejarah yang tercatat bangsa
ini.Mulai dari yang sedih maupun yang menyenangkan.Undang-Undang Dasar kita pun sudah
sering bergonta ganti.Sebagai Mahasiswa kita harus tahu baik secara rinci maupun secara
pokoknya saja.Kita juga harus tanggap dan kritis dalam mengkaji masalah ini. Karena ini sangat
penting sebagai pelajaran untuk kebijakan-kebijakan masa depan. Sehingga tidak terulang
kebijakan-kebijakan yang salah yang telah dilaksanakan bangsa kita.Demokrasi merupakan
bentuk kekuasaan dari, oleh dan untuk rakyat.Harapan terbesar adalah Undang-Undang 1945
menjadi paying hokum bagi Undang-Undang.Akan Tetapi Undang-Undang bukan merupakan
syarat mutlak untuk adanya suatu Negara dan juga buksn merupakan syarat mutlak untuk adanya
penyelengggaraan Negara yang baik.Tetepi dizaman modern sekarang ini, Undang-Undang
Dasar adalah perlu adnya.Dengan adanya Undang-Undang Dasar dapat diketahui dengan jelas
dan dapat dijamin adanya suatu system yang tertentu dari ketatanegaraan yang dimengerti oleh
rakyanya serta penyelenggaranya, sehingga kekuasaan dari pada penguasa dapat dibatasi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan UUD 1945?


2. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan?
3. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama?
4. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru?
5. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi?
C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul pelaksanaan dinamika UUD 1945 yaitu:
1. Mengetahui tentang sejarah, kedudukan, hakikat pembukaan ,makna setiap alinea UUD 1945
2. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUd 1945 pada masa awal kemerdekaan
3. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUd 1945 pada masa orde lama
4. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUd 1945 pada masa orde baru
5. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUd 1945 pada masa reformasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN UUD 1945

1. Sejarah terbentuknya UUD 1945

Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh
BadanPenyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ) yang
beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua, dengan
19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatera dan masing-
masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda Kecil. Badan ini kemudian menetapkan tim
khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi Indonesiamerdeka yang kemudian dikenal
dengan nama Undang-Undang 1945 ( UUD 45 ). Para tokoh perumus itu adalah : dr. Radjiman
Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjohamidjojo, Soetardjo Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap
Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir ( Sumatera ), Mr. Abdul Abbas ( Sumatera), Dr. Ratulangi,
Andi Pangerang ( keduanya dari Sulawesi ), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja ( Bali ), AH. Hamidan
( Kalimantan ), R.P. Soeroso, Abdul Wachid Hasyim dan Mr. Mohammad Hassan (Sumatera ).
Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk memberikan
kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari.Janji tinggalah janji, setelah Jepang berhasil
memukul mundur tentara Belanda, malah mereka sendiri yang menindas kembali bangsa
Indonesia, bahkan lebih sadis dari sebelumnya.

2. Pengertian UUD

UUD Negara adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi dalam Negara dan
merupakan hukum dasar Negara tertulis, yang mengikat berisi aturan yang harus ditaati.Hukum
dasar Negara meliputi keseluruhan system ketatanegaraan yang berupa kumpulan peraturan yang
membentuk Negara dan mengatur pemerintahannya.UUD merupakan dasar tertulis (convensi).
Oleh karena itu UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan
2
karangan dan tugas-tugas pokok cara kerja badan tersebut . ( Kaelan. Pendidikan
Pancasila.2008:178 ) UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat kekuasaan itu bekerja sama
dan menyesuaikan diri satu sama lainnya. UUD merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam
suatu Negara. UUD disebutkan bersifat singkat dan super karena hanya memuat 37 pasal adapun
pasal-pasal yang lain, hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini bermakna :
a. UUD 1945 hanya memuat aturan pokok, memuat GBHN intruksi kepala pemerintahan pusat dan
lain-lain untuk menyelenggarakan Negara.
b. Sifatnya yang super atau elastis maksudnya senantiasa harus ingat bahwa masyarakat harus
berkembang seiring dengan perubahan zaman. Memang sifat aturan yang tertulis semakin supel
sifat aturannya semakin baik agar tidak ketinggalan zaman.

3. Kedudukan Pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 bersama sama dengan pasal pasal UUD 1945, disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun
II NO.7.
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea, pada bagian alinea IV memuat
pernyataan mengenai keadaan setelah Negara Indonesia terbentuk dan memiliki hubungan yang
bersifat kausal dan organis dengan pasal pasal UUD 1945.
Hubungan tersebut menyangkut beberapa hal, antara lain :
a. Undang undang Dasar ditentukan akan ada
b. Yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan Negara
c. Negara Indonesia adalah bentuk Republik yang berkedaulatan Rakyat
d. Ditetapkannya Pancasila sebagai dasar falsafat Negara Indonesia
Hal hal tersebut bersifat fundamental dan asasi bagi Negara Indonesia, sehingga
Pembukaan UUD 1945 berkedudukan tetap dan tidak dapat diubah
Hal ini sesuai dengan ketetapan MPR / MPRS, yang menyatakan :
Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci yang mengandung
cita cita luhur dari Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan yang memuat Pancasila
sebagai dasar Negara, merupakan satu rangkaian dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945 dan oleh karena itu tidak dapat diubah oleh siapapun juga termasuk MPR hasil Pemilu,
karena merubah pembukaan UUD 1945 berarti sama halnya dengan pembubaran Negara RI.
1
Pengertian UUD 1945 dan Pokok pokok Pemikiran di dalamnya., http://pendulangan.
wordpress.com/2012/03/26/149/.
2
Kaelan.2010. Pendidikan Pancasila. Jogjakarta: PARADIGMA.
3
Pembukaan UUD 1945 NKRI, http://herrypkn.blogspot.com/2012/07/pembukaan-uud-1945.html.

4. Hakekat Pembukaan UUD 1945

a. Pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum tertinggi


Oleh sebab itu, maka kedudukan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah sebagi sumber dari segala sumber hukum Indonesia, sehingga semua
peraturan perundangan yang digunakan di Indonesia harus berdasarkan dan bersumber pada
Pancasila
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan pasal pasal UUD 1945, bahwa Pembukaan
UUD 1945 memuat pokok pokok pikiran , yaitu :
Pokok pikiran Persatuan
Pokok pikiran Keadilan Sosial
Pokok pikiran Kedaulatan Rakyat
Pokok pikiran Ketuhanan YME, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
Dan, keempat pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut,
dijabarkan dalam pasal pasal UUD 1945.Jadi, Pasal pasal UUD 1945 merupakan penjabaran
dari pokok pikiran yang termuat dalam pembukaan UUD 1945.Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif Indonesia.
b. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok kaidah Negara yang Fundamental
(Staatsfundamentalnorm)
Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental,Pembukaan UUD 1945 ,memiliki beberapa
ciri,antara lain:
a. Sebagai norma dasar yang memberikan arah serta dasr-dasar cita-cita hukum bagi Undang-
Undang Dasar negara.
b. Memiliki kedudukan hukum yang tinggi dari pada pasal UUD 1945
c. Mengandung pokok-pokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-pasalnya.
d. Mengandung norma yang harus dipatuhi
e. Memiliki hakikat kedudukan hukum yang bersifat tetap.

5. Makna setiap alinea dalam pembukaan UUD

Alinea pertama

Adalah suatu pengakuan hak azasi kebebasan atau kemerdekaan semua bangsa dari segala
bentuk penjajahan dan penindasan oleh bangsa lain(dalil obyektif),dan untuk
mempertanggungjawabkan bahwasanya pernyataan kemerdekaan adalah sesuatu yang sudah
selayaknya,karena berdasar atas hak kodrat yang sifatnya mutlak dari moral bangsa Indonesia
untuk merdeka (pernyataan subyektif).
Alinea kedua
Adalah pengakuan hak azasi sosial yang berupa keadilan dan pengakuan azasi ekonomi yang
berupa kemakmuran dan kesejahteraan,sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
Alinea ketiga
adalah hak kodrat yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada semua bangsa.
Alinea keempat
Adalah memuat tujuan Negara ,sebagai ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap serta
praktis,yaitu dalam realisasi hidup bersama dalam Negara Indonesia yang berdasar pada
Pancasila.

B. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN


Pada awal masa Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaan, mengalami berbagai
macam gangguan terutama dalam upaya untuk mempertahankan kemerdekaannya. Pada masa
ini, kolonialisme Belanda berupaya untuk mengembalikan kekuasaannya di Indonesia dengan
membonceng tentara sekutu. Selain itu juga telah terjadi berbagaimacam pemberontakan yang
bersumber pada pertentangan ideologi yang ingin merubah negara kesatuan
Republik Indonesia dengan ideologi lainnya. Antara lain pemberontakan PKI di Madiun tahun
1948. PRRI Permesta, DI/TII dan lain sebagainya.
Sistem pemerintahan berdasarkan UUD 1945 belum dapat dilaksanakan. Pada tahun ini di
bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena harus melalui
pemilu. Waktu itu masih di berlakukan pasal aturan peralihan pasal IV yang menyatakan,
Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan
oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
Pada saat itu terjadilah suatu perkembangan ketatanegaraan Indonesia yaitu: (1) berubahnya
fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi
kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. Hal ini berdasarkan
maklumat wakil presiden No. X (iks) tanggal 16 Oktober 1945. Selain itu dikeluarkan juga
maklumat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945. Yang isinya perubahan sistem pemerintahan
negara dari sistem Kabinet Presidensial menjadi sistem Kabinet Parlementer, berdasarkan usul
Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP).
Akibat perubahan tersebut pemerintah menjadi tidak stabil, Perdana Menteri hanya
bertahan beberapa bulan serta berulang kali terjadi pergantian.
Tanggal 3 November 1945 di keluarkan juga suatu maklumat yang ditandatangani oleh
Wakil Presiden yang isinya tentang pembentukan partai politik. Hal ini bertujuan agar berbagai
aliran yang ada didalam masyarakat dapat di arahkan kepada perjuangan untuk memperkuat
mempertahankan dengan persatuan dan kesatuan.
Sejak tanggal 14 Nopember 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif) dipegang oleh Perdana
Menteri sebagi pimpinan kabinet. Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri, perdana menteri atu
para menteri itu bertanggung jawap kepada KNPI, yang berfungsi sebagai DPR, dan tidak
bertanggung jawab kepada presiden sebagaimana yang dikehendaki oleh UUD 1945. Hal ini
berakibat semakin tidak setabilnya Negara Republik Indonesia baik di bidang politik, ekonomi,
pemerintahan maupun keamanan. Semangat ideologi liberal itu kemudian memuncak dengan
dibentuknya Negara Federal yaitu negara kesatuan Republik Indonesia Serikat dengan
berdasar pada konstitusi RIS, pada tanggal 27 Desember 1949. Konstitusi RIS tersebut
sebagai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag negeri
Belanda.Syukurlah konstitusi itu tidak berlangsung lama dan Indonesia kembali bersatu
pada tahun 1950.Dalam negara RIS tersebut masih terdapat negara bagian Republik
Indonesia yang beribukota di Yogyakarta. Kemudian terjadilah suatu persetujuan antara Negara
RI Yogyakarta dengan negara RIS yang akhirnya membuahkan kesepakatan untuk kembali,
untuk membentuk negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Undang-Undang
Dasar Sementara sejak 17 agustus 1950 isi UUDS ini berbeda dengan UUD 1945 terutama dalam
sistem pemerintahan negara yaitu menganut sistem Parlementer, sedangkan UUD 1945
menganut sistem Presidensial.
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955 diadakan pemilihan umum,yang masing-
masing untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota konstituante.
Tugas konstituante adalah untuk membentuk, menyusun Undang-Undang Dasar yang tetap
sebagai pengganti UUDS 1950. Untuk mengambil putusan mengenai Undang-Undang dasar
yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS 1950 sebagai berikut :
1. Untuk mengambil putusan tentang rancangan Undang-Undang Dasar baru sekurang-kurangnya
2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.
2. Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
yang hadir.
3. Rancangan yang telah diterima oleh konstituante dikirimkan kepada Presiden untuk disahkan
oleh pemerintah.
4. Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta mengumumkan Undang-
Undang Dasar itu dengan keluhuran.
Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang belum mampu
menghasilkan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar yang baru.Hal ini dikarenakan
dalam sidang konstituante ,muncullah suatu usul untuk mengembalikan Piagam Jakarta dalam
pembukaan UUD baru. Oleh karena itu Presiden pada tanggal 22 april 1959 memberikan
pidatonya didepan siding Konstituante untuk kembali kepada UUD 1945. Hal ini diperkuat
dengan suatu alasan bahwa sidang Konstituante telah mengalami jalan buntu. Terutama setelah
lebih dari separuh anggota Konstituante menyatakan untuk tidak akan menghadiri sidang lagi.
Atas dasar kenyataan tersebut maka Presiden mengeluarkan suatu dekrit yang didasarkan
pada suatu hukum darurat negara (Staatsnoodrecht). Hal ini menginggat keadaan ketata negaraan
yang membahayakan kesatuan, persatuan, keselamatan serta keutuhan bangsa dan negara
Repubik Indonesia.
Dekrit presiden 5 juli 1959 :
Menetapkan pembubaran konstituante.
Menetapkan Undang-Undang dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia serta
tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini, dan tidak berlakunya
lagi Undang-Undang Dasar 1950.
Pembentukan majelis permusyawaratan rakyat sementara yang terdiri atas anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-
golongan serta Dewan Agung Sementara, akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Dekrit itu diumumkan oleh Presiden dari Istana Merdeka di hadapan rakyat pada
tanggal 5 juli 1959, pada hari minggu pukul 17.00 Dekrit tersebut dimuat dalam keputusan
Presiden No.150 tahun 1959 dan di umumkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia no.75
tahun 1959.

C. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA

Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku kembali di
Negara Republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis formal sebagai hukum dasar
tertulis yang berlaku di Indonesia namun realisasi ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan
makna dari UUD 1945 itu sendiri.Sejak itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara
ideologis banyak dipengaruhi oleh paham komunisme. Hal ini nampak adanya berbagai macam
penyimpangan ideologis yang dituangkan dalam berbagai bidang kebijaksanaan dalam negara.
Dikukuhkannya ideologi Nasakom, dipaksakannya doktrin Negara dalam keadaan
revolusi. Oleh karena revolusi adalah permanen maka Presiden sebagai Kepala Negara yang
sekaligus juga sebagai Pemimpin Besar Revolusi, diangkat menjadi Pemimpin Besar Revolusi,
sehingga Presiden masa jabatannya seumur hidup.Penyimpangan ideologis maupun
konstitusional ini berakibat pada penyimpangan-penyimpangan konstitusional lainnya sebagai
berikut,
1. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin, yang dipimpin oleh presiden,
sehingga praktis bersifat otoriter.pada sebenarnya di negara Indonesia yang berdasarkan
Pancasila berazas-kan kerakyatan,sehingga seharusnya rakyatlah sebagai pemegang serta asal
mula kekuasaan negara, demikian juga sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.
2. Oleh karena Presiden sebagai pemimpin besar revolusi maka memiliki wewenang yang melebihi
sebagaimana yang sudah di tentukan oleh Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mengeluarkan
produk hukum yang setingkat denganUndang-Undang tanpa melalui persetujuan DPR dalam
bentuk penetapanpresiden.
3. Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui rancangan pendapatan dan Belanja
Negara yang di ajukan oleh pemerintah. Kemudian presiden waktuitu membubarkan DPR hasil
pemilu 1955 dan kemudian membentuk DPR gotong royong. Hal ini jelas-jelas sebagai
pelanggaran konstitusional yaitukekuasaan eksekutif di atas kekuasaan legislatif.
4. Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara, yangberarti sebagai
pembantu presiden.Selain penyimpangan-penyimpangan tersebut masih banyak penyimpangan-
penyimpangan dalam pelaksanaan ketatanegaraan yang seharusnya berdasarkanpada UUD 1945.
Karena pelaksanaan yang inskonstitusional itulah maka berakibatpada ketidak stabilan dalam
bidang politik, ekonomi terutama dalam bidangkeamanan. Puncak dari kekuasaan Orde Lama
tersebut ditandai denganpemberontakan G30S.PKI. syukur alhamdulillah pemberontakan
tersebut dapatdigagalkan oleh rakyat Indonesia terutama oleh generasi muda.Dengan dipelopori
oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat IndIndonesiamenyampaikan Tritula (Tri Tuntutan
Rakyat) yang meliputi,
a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampulagi
mengembalikannya,maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966 yangmemberikan kepada
Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-langkahdalam mengembalikan keamanan
negara. Sejak peristiwa inilah sejarahketatanegaraan Indonesiadikuasai oleh kekuasaan Orde
Baru (Dardji Darmodihardjo 1979).

Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando.Di saat
menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan
parlementer.Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi
komando.
Pemerintahan Soekarno pada era 1960-an, masa ekonomi surut di Indonesia.Saat itu
harga-harga melambung tinggi, sehingga pada tahun 1966 mahasiswa turun ke jalan untuk
mencegah rakyat yang turun.Mereka menuntut Tritura. Jika saat itu rakyat yang turun, mungkin
akan terjadi people power seperti yang terjadi di Philipina.
Pemerintahan Rezim Militer (Orba) cukup baik pada era 1970-an dan 1980-an, namun
akhirnya kandas di penghujung 1990-an karena ketimpangan dari pemerintah itu sendiri. Di
pemerintahan Soekarno malah terjadi pergantian sistem pemerintahan berkali-kali.Liberal,
terpimpin, dsb mewarnai politik Orde Lama. Rakyat muak akan keadaan tersebut.
Pemberontakan PKI pun sebagian dikarenakan oleh kebijakan Orde Lama. PKI berhaluan
sosialisme/komunisme (Bisa disebut Marxisme atau Leninisme) yang berdasarkan asas sama
rata, jadi faktor pemberontakan tersebut adalah ketidakadilan dari pemerintah Orde Lama.
Penerapan demokrasi orde lama
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang
pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi.Pada saat itu kondisi politik dan
keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana
transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka.Masa orde lama
adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem
kenegaraan.Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama.
Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode
1950-1959, dan periode 1959-1966.
Orde Lama telah dikenal prestasinya dalam memberi identitas, kebanggaan nasional dan
mempersatukan bangsa Indonesia. Namun demikian, Orde Lama pula yang memberikan peluang
bagi kemungkinan kaburnya identitas tersebut (Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945).
Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional kita adalah;
Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara
1950, Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965.

D. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE BARU

Orde baru di bawah pimpinan Soeharto pada awalnya untuk mengembalikan keadaan
setelah pemberontakan PKI bertekad untuk mempelopori pembangunan nasional Indonesia
sehingga orde baru juga sering di istilahkan sebagai orde pembangunan. Untuk itu MPRS
mengeluarkan berbagai macam keputusan penting antara lain sebagai berikut:
i. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang
isinyamenyatakan agar presiden menugasi pengemban Super Semar, JenderalSoeharto untuk
segera membentuk kabinet Ampera.
ii. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik
kembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur hidup.
iii. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai sumber
tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang -undangan.
iv. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian,
keormasan dan kekaryaan.
v. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis Indonesia
dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang diseluruh wilayah Indonesia, dan
larangan pada setiap kegiatan untuk menyebar luaskan atau mengembangkan faham ajaran
komunisme/Marxisme, Leninisme.
Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik yang menyangkut
bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Dalam keadaan yangdemikian inilah pada bulan
Pebruari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu resolusi yaitu meminta MPR(S) agar mengadakan
sidang istimewa pada bulan maret 1967. Sidang istimewa tersebut mengambil suatu keputusan
sebagai berikut :
1.Presiden Soekarno tidak dapat memenuhi tanggungjawab konstitusional dan tidak menjalankan
GBHN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
2.Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang pemilihan/ penunjukan wakil
presiden dan tata cara pengangkatan pejabat presiden dan mengangkat Jenderal Soeharto.
Pengembangan Tap. No. 6 IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8
Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
Dalam masa orde baru ini (1967-1997) pelaksanaan UUD 1945 belum juga murni dan
konsekuen, praktis kekuasaan presiden tidak secara langsung kekuasaan lembaga tertinggi dan
tinggi negara dibawah kekuasaan presidan tetapi seluruhnya hampir dituangkan dalam
mekanisme peraturan antara lain :
1. UU no.16/1969 dan UU no.5/1975 tentang kedudukan DPR, MPR, DPRD.
2. UU no.3/1975 dan UU no.3/1985 tentang parpol dan golkar.
3. UU no.15/969 dan UU no.4/1975 tentang pemilu.
Pada masa awal kekuasaan Orde Baru berupaya untuk memperbaiki nasib bangsa dalam
berbagai bidang antara lain dalam bidang politik, ekonomi, soaial,budaya maupun keamanan. Di
bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun
1969 tentang pemilu umum, Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan majelis
permusyawaratan rakyat, dewan perwakilan rakyat dan dewan perwakilan rakyat daerah. Atas
dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian pemerintah Orde Baru berhasil mengadakan
pemilu pertama.
Pada awalnya bangsa Indonesia memang merasakan perubahan peningkatan nasib bangsa
dalam berbagai bidang melalui suatu program negara yang dituangkan dalam GBHN yang
disebut pelita (pembangunan lima tahun). Hal ini wajar dirasakan oleh bangsa Indonesia
karena sejak tahun 1945 setelah kemerdekaan nasib bangsa Indonesia senantiasa dalam kesulitan
dan kemiskinan.Namun demikian lambat laun program-program negara buakannya diperuntukan
kepada rakyat melainkan demi kekuasaan. Mulailah ambisi kekuasaan orde baru
menjalar keseluruh sandi-sandi kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Kekuasaan orde baru
menjadi otoriter namun seakan-akan dilaksanakan secara demokratis.
Penafsiran dan penuangan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 tidak dilaksanakan
sesuai dengan amanat sebagaimana tertuang dan terkandung dalam Undang-Undang Dasar
tersebut melainkan dimanipulasikan demi kekuasaan. Bahkan pancasila pun diperalat demi
legitimasi kekuasaan dan tindakan presiden.Hal ini terbukti dengan adanya ketetapan MPR
No.II/MPR/1978.Tentang P-4 yang dalam kenyataannya sebagai media untuk propaganda
kekuasaan orde baru.Realisasi UUD 1945 lebih banyak memberikan porsi atas kekuasaan
presiden.Walupun sebenarnya UUD 1945 tidak mengamanatkan demikian.

E. Dinamika pelaksanaan pada masa reformasi

Kekuasaan Orde Baru di bawah Soeharto sampai tahun 1998 membawa ketatanegaraan
Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi sebagaimana yang tergantung dalam
Pancasila yang mendasarkan pada kerakyatan dimana rakyat memiliki kekuasaan tertinggi dalam
Negara.
1. Krisis Multidimensi dan Munculnya Reformasi
Krisis moneter di Indonesia dimulai dengan menurunnya nilai tukar rupiah.Hal itu
memicu penurunan produktivitas ekonomi serta munculnya fungsi institusi ekonomi dalam
mengatasi krisis tersebut.Hal ini kemudian mengarah pada munculnya krisis legitimasi
kepercayaan atas pemerintahan Orde Baru yaitu krisis kepercayaan pada bidang politik, bidang
hukum, bidang sosial dan bidang ekonomi.Permasalahan krisis kepercayaan terhadap
pemerintahan Orde Baru makin meningkat dengan diangkatnya kembali Soeharto sebagai
presiden Republik Indonesia.Dimulai dari krisis ekonomi yang menghantam Indonesia pada
medio 1997, efek domino pun langsung mendera masyarakat Indonesia diberbagai
lini.Penurunan tingkat daya beli, munculnya krisis sosial, dan meningkatnya pengangguran
karena PHK menjadi permasalahan sosial yang krusial.Krisis politik, krisis social, dan krisis
legitimasi atas pemerintahan Orde Baru kemudian bermunculan sebagai reaksi pertama.
Krisis ekonomi
Krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997, merupakan sebuah efek domino dari
krisis ekonomi Asia yang melanda berbagai Negara, seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia.
Perkembangan ekonomi Indonesia telah mengalami stagnansi sejak 1990-an..barang-barang
produksi Indonesia menjadi tidak berdaya saing apabila dibandingkan dengan barang-barang luar
negeri yang secara bebas memasuki pasaran Indonesia. Oleh bank dunia, pembangunan ekonomi
tergolong berhasil apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Bank Dunia. Syarat-
syarat tersebut diantaranya adalah adanya peningkatan investasi di bidang pendidikan, yang
ditandai dengan peningkatan sumber daya manusia, rendahnya tingkat korupsi yang ada di
tataran pemerintahan, dan adanya stabilitas dan kredibilitas politik..adanya krisis moneter
ditandai dengan rendahnya mutu sumber daya manusia, tingginya tingkat korupsi di instansi-
instansi pemerintah, dan kondisi instabilitas politik. Perekonomian Indonesia mengalami
penurunan hingga mencapai 0% pada 1998.
Pada 15 januari 1998, presiden Soeharto menandatangani 50 butir Letter of Intent (Lol)
dengan disaksikan oleh direktur IMF Asia, Michel Camdessus, sebagai sebuah syarat untuk
mendapatkan kucuran dana bantuan luar negeri tersebut. Penanganan krisis ekonomi Indonesia
pada 1997/1998, berujung pada munculnya krisis multidimensi, baik itu politik dan social,
maupun krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Krisis Sosial
Suhu politik ditataran elite yang makin memanas menimbulkan berbagai potensi
perpecahan social di masyarakat.Kelompok masyarakat yang menuntut presiden Soeharto
mundur dari pemerintahan diwakili oleh mahasiswa.Kelompok ini memiliki cita-cita reformasi
terhadap Indonesia.Organisasi yang berada pada jalur ini, diantaranya Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI) dan Forum Kota (Fosrkot). Meskipun kedua organisasi mahasiswa
tersebut memiliki napas perjuangan yang berbeda, tetapi tetap memiliki tujuan yang sama, yakni
menurunkan Soeharto dari kursi kepresidenan, menghapus Dwi fungsi ABRI, dan mewujudkan
reformasi Indonesia secara optimal.
Kerusuhan sistematis yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia pada 13-14 mei 1998,
menjadi bukti dari adanya pergesekan social antarmasyarakat. Munculnya berbagai kerusuhan
horizontal ini merupakan implikasi dari kebijakan ekonomi sentralistik yang menimbulkan
jurang pemisah kesejahteraan yang begitu tinggi antara pusat dan daerah.
Krisis Politik
Proses aspirasi politik ke pemerintahan tidak terdistribusi secara sempurna. Dengan
demikian, proses penyaluran aspirasi rakyat pun terhambat.Segala peraturan yang dibentuk oleh
MPR/DPR pada prinsipnya tidak berorientasi jangka panjang, melainkan semata-mata bertujuan
untuk memenuhi keinginan dan kepentingan para oknum-oknum tertentu.Selain itu, budaya
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) telah mengakar kuat didalam tubuh birokrasi
pemerintahan.Unsure legislative yang sejatinya dilaksanakan oleh MPR dan DPR dalam
membuat dasar-dasar hokum dan haluan Negara menjadi sepenuhnya dilakukan oleh Presiden
Soeharto.Kondisi ini memicu munculnya kondisi status quo yang berakibat pada munculnya
krisis politik, baik itu dalam tataran elite politik maupun masyarakat yang mulai
mempertanyakan legitimasi pemerintahan Orde baru.
2. Kronologi Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru
Latar belakang krisis Asia dan tingginya KKN di Tubuh Pemerintahan Negara. Pemicu
dari kejatuhan Pemerintahan Orde Baru ini, antara lain adalah karena tingginya tingkat KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) di dalam pemerintahan. Selain itu membengkakanya angka
utang luar negeri juga menjadi salah satu pemicu dari jatuhnya Orde Baru. Keadaan tersebut
menimbulkan gerakan masyarakat yang dipelopori generasi muda terutama mahasiswa sebagai
sesuatu gerakan moral yang memiliki kekuatan yang luar biasa yang menuntut adanya reformasi
disegala bidang terutama bidang politik, bidang ekonomi dan hukum
Para mahasiswa yang mempelopori gerakan reformasi kemudian menyusun agenda
reformasi yang ditujukan kepada pemerintah Orde baru. Isi dari agenda reformasi ini, antara lain
terfokus pada hal-hal berikut ini :
1. Mengadili Soeharto dan kroni-kroninya
2. Melakukan amandemen terhadap UUD 1945
3. Menghapus Dwi Fungsi ABRI didalam struktur pemerintahan Negara.
4. Penegakan supremasi hokum di Indonesia
5. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dari unsure-unsur Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN)
Menurunnya pamor pemerintahan Orde Baru telah dimulai semenjak penandatanganan
perjanjian pemberian dana bantuan pada Medio 1997. Akan tetapi, pemberian dana bantuan ini
sebenarnya mengandung 2 kelemahan utama bagi Indonesia dan hal ini disadari oleh rakyat.
Kelemahan pertama terletak pada posisi dana bantuan itu. Pemberian dana bantuan oeh IMF
adalah uang luar negeri yang harus dibayar kembali oleh Indonesia beserta bunganya.
Kelemahan kedua adalah penerapan Structural Adusment Program ( program penyesuaian
strtuktural ) dari IMF yang menyertai penurunan dana bantuan tersebut.
3. Kronologi Pengunduran Diri Soeharto dari Kursi Kepresidenan
Menanggapi kondisi perekonomian yang semakin parah, para mahasiswa bersama
elemen-elemen masyarakat yang tergabung dalam gerakan reformasi pun mulai bergerak untuk
turun kejalan berdemonstrasi menuntut penurunan harga. Aksi demonstrasi damaipun berjalan
tertib, tetapi situasi kemudian memanas ketika mahasiswa yang ingin melakukanlong
march menuju DPR/MPR tidak diperbolehkan oleh petugas. Bentrokan pun terjadi, dalam
insiden bentrokan ini 4 mahasiswa tewas yaitu, Elang Mulya Lesmana, Hafidhin Royan,
Hendrawan Sie, dan Heri Hartanto. Mereka kemudian diberi gelar Pahlawan Reformasi.Aksi di
gedung MPR/DPR mencapai puncaknya pada 21 Mei 1998, pada pukul 09.06 WIB, Soeharto
mengumumkan pengunduran dirinya dari posisi presiden Republik Indonesia. Momentum
turunnya Soeharto pada 21 Mei 1998 mengakhiri pemerintahan Orde Baru yang telah berjalan
selama 32 tahun di Indonesia. Setelah Soeharto mundur dari singgasanahnya kedudukan presiden
digantikan oleh wakil presiden Prof. Dr. Bj. Habibie.
7. Perkembangan politik Setelah 21 Mei 1998
M.C. Ricklefs (seorang sejarawan Australia) melihat bahwa terdapat lima bidang yang
menjadi konsiderasi utama pemerintahan presiden Habibie, yakni masa depan reformasi, masa
depan ABRI, masa depan daerah-daerah yang ingin melepaskan diri dari Indonesia, masa depan
Soeharto beserta keluarga dan kroni-kroninya, dan masa depan perekonomian dan kesejahteraan
rakyat Indonesia. Selanjutnya, 22 Mei 1998, Presiden B.J. Habibie membentuk susunan cabinet
yang dinamakan cabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet yang beranggotakan 16 menteri ini
memfokuskan pembenahan ekonomi dalam lima bidang kerja utama, diantaranya sebagai
berikut:
a. Melakukan proses rekapitulasi perbankan Indonesia.
b. Melaksanakan likuidasi bank-bank yang bermasalah.
c. Memperbaiki nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sehingga mencapai angka
dibawah Rp10.000,00.
d. Membangun konstruksi baru perekonomian Indonesia.
e. Melaksanakan syarat-syarat reformasi ekonomi yang diberikan IMF kepada Indonesia.

Pemberian Amnesti dan Munculnya Kebebasan Berpendapat


Tahanan-tahanan politik Orde Baru yang dimasukkan ke penjara dengan tuduhan
subversive, seperti mochtar Pakpahan dan Sri Bintang Pamungkas pun diberikan amnesty dan
dibebaskan pada masa pemerintahan Presiden Habibie. Amnesty pembebasan Sri Bintang
Pamungkas dan Mochtar Pakpahan ini dikukuhkan didalam Keppres No.80 Tahun 1998.
Kebebasan berkumpul dan menyatakan pendapat pun kembali terangkat.Hal ini dapat terlihat
dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan da ideology.
Presiden Habibie juga mengeluarkan kebijakan untuk membuat Tim Gabungan Pencari
Fakta (TPGF). Tugas dari tim ini adalah mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan
kerusuhan 13-14 mei 1998 di Jakarta. TGPF diketuai oleh Marzuki Darusman, yang pada waktu
itu menjabat sebagai ketua Komnas HAM. TGPF , antara lain membawahi institusi-institusi,
seperti Departemen Luar negeri (Deplu), Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Kejaksaan, lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), ABRI,
dan Kepolisian. Selanjutnya TGPF melaksanakan tugasnya untuk mengusut mengenai peristiwa
seputar kerusuhan 13-14 Mei 1998 secara kronologis.
Presiden Habibie mengeluarkan suatu kebijakan, yang tertuang dalam Undang-Undang
No.9 tahun 1998 yang berisi tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Tata cara berdemonstrasipun dinyatakan didalam UU tersebut. Bentuk penyampaian pendapat
dimuka umum ini dapat berupa unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat umum, dan mimbar
bebas.Ketentuan ini dinyatakan didalam pasal 9 (2) UU No.9 Tahun 1998.Selain itu, Presiden
Habibie juga mencabut UU No. 11/PNS/1963 tentang Pemberantasan Aksi Subversi dengan
mengeluarkan UU No.26 Tahun 1999.
4. Permasalahan Dwi Fungsi ABRI
Tuntutan untuk mengahapus Dwi fungsi ABRIpun menjadi isu utama dalam agenda
reformasi. Presiden Habibie menganggapi hal tersebut dengan menerapkan berbagai kebijakan.
Kebijakan yang diterapkan oleh Presiden Habibie, antara lain adalah memisahkan Kepolisian
Republik Indonesia dari tubuh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Kebijakan ini
mulai diterapkan pada 5 mei 1999. Pembenahan Dwi Fungsi ABRI didalam tubuh pemerintahan
dilaksanakan dengan mereduksi keberadaan ABRI didalam DPR. Pengurangan ini menetapkan
hanya 38 kursi yang berasal dari ABRI, sebelumnya terdapat 75 kursi.Dengan demikian,
pelaksanaan doktrin Dwi Fungsi ABRI didalam tubuh pemerintahan dapat dieliminir secara
bertahap.
5. Reformasi Hukum dan Perundang-undangan
Di dalam Sidang Istimewa MPR tanggal 10-13 November 1998, terdapat perombakan besar-
besaran terhadap sistem hokum dan perundang-undangan tersebut. Adapun focus pembenahan
sector hokum dan perundang-undangan ini mengacu pada 12 ketetapan yang dibagi menjadi tiga
bagian besar yaitu:
Bagian ketetapan yang terdiri dari enam ketetapan MPR baru, antara lainnya sebagai berikut.

1. Tap. MPR No. X/MPR/1998, Tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka
penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
2. Tap. MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi,
kolusi dan nepotisme
3. Tap. MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan wakil presiden
republik Indonesia
4. Tap. MPR No.XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian,
dan pemanfaatan sumber daya nasional, yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pussat
dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Tap. MPR No.XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi.

6. Tap. MPR No. XVII/MPR/1998, tentang hak asasi manusia

Bagian ketetapan yang terdiri dari dua ketetapan yang mengubah dan menambah ketetapan
lama.
1. Tap. MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas ketetapan majelis
permusyawatan rakyat Republik Indonesia nomor I/MPR/1983, tentang peraturan tata tertib
majelis permusyawaratan rakyat Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah dan
ditambah terakhir dengan ketetapan majelis permusyawaratan rakyat Republik Indonesia nomor
I/MPR/19988

2. Tap. MPR No. XIV/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas ketetapan majelis
permusyawaratan rakyat Republik Indonesia nomor III/MPR/1988 tentang pemilihan
umum
Bagian yang berisi empat ketetapan yang bersifat mencabut ketetapan-ketetapan MPR
terdahulu, adalah sebagai berikut:
1. Tap. MPR No.IX/MPR/1998.

2. Tap. MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan ketetapan majelis permusyawaratan


rakyat Republik Indonesia nomor V/MPR/1988 tentang pemberian tugas dan wewnang
khusus kepada presiden /mandataris majelis permusyawaratan rakyat Republik Indonesia
dalam rangka penyusunan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamanan

3. Tap. MPR No. V/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada
presiden/mandataris majelis permusyawaratan rakyat Republik Indonesia dalam rangka
penyuksesan dan pengamatan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila
Era baru dalam reformasi hokum dan perundang-undangan pada masa pemerintahan Presiden
Habibie menjadi semacam pemecah kekakuan sistem hokum di Indonesia selama Orde Baru.
6. Pemilihan Umum 1999
Ditetapkan 3 undang-undang politik baru yang ditandatangani pada 1 Februari
1999.Isinya menyangkut undang-undang mengenai partai politik, proses pemilihan umum, serta
susunan dan kedudukan (susduk) MPR, DPR, dan DPRD.Setelah itu presiden membentuk
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang anggota-anggotanya terdiri dari wakil parpol dan wakil
pemerintah. Berdasarkan undang-undang yang telah disahkan pada 1 februari 1999 tersebut,
hanya 48 partai politik yang lolos untuk melaju diputaran pemilihan umum dari 112 partai politik
yang mendaftar. Panitia yang bertugas untuk menyaring partai-partai politik itu dinamakan
Panitia 11.
Sistem pengaturan pemilu 1999 diatur dalam UU No.3 Tahun 1999.Didalam peraturan
ini, ditetapkan bahwa peraturan pemilihan umu bersifat campuran antara sistem proporsional dan
sistem distrik.Pemilihan umum tingkat nasional akhirnya digelar pada 7 Juni 1999. Dari 48 partai
politik yang berpartisipasi didalam pemilu 1999, terdapat 5 partai besar yang menempati urutan
tertinggi, yaitu PDI-P, Golkar, PKB, PPP, dan PAN. Perolehan jumlah suara partai secara
keseluruhan ini juga digunakan untuk menghitung pembagian antara wakil-wakil yang berasal
dari utusan golongan maupun yang berasal dari utusan daerah.

7. Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Pasca-Reformasi


Tingginya tingkat intensitas konflik politik internal dalam negeri membuat konsentrasi
penanganan masalah ekonomi dan social menjadi tidak optimal.Selain itu, dorongan IMF untuk
menerapkan Structural Adjustment Program (Program Penyesuaian Struktural) di Indonesia tidak
menambah ringan beban ekonomi bangsa.Penyebabnya adalah bahwa paket-paket kebijakan
yang disodorkan oleh IMF tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh rakyat
Indonesia.
Premis IMF yang melihat bahwa adanya peningkatan ketahan ekonomi suatu Negara akan
secara langsung berimbas pada peningkatan ketahanan social masyarakat, kemudian terpatahkan
dalam kasus Indonesia. Kondisi social dan ekonomi masyarakat Indonesia tidak menunjukkan
hasil yang membaik.Memburuknya kondisi social dan ekonomi Indonesia pascareformasi salah
satunya dapat dilihat dari poin kebijakan penghapusan subsidi bagi masyarakat yang disodorkan
oleh IMF.Pemerintah tidak boleh memberikan subsidi yang signifikan untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat, baik itu dalam bentuk subsidi usaha maupun proteksionisme terhadap
sector ekonomi local.Meningkatnya angka pengangguran, melambatnya laju pertumbuhan
ekonomi, dan makin meningginya angka kriminalitas menjadi warna dari krisis multidimensi
yang dihadapi oleh Indonesia pascareformasi.Menurunnya investasi asing di Indonesia juga
menjadi salah satu penyebab melambatnya kinerja ekonomi ini.Perwujudan lapangan pekerjaan
menjadi hal yang konkret untuk menanggulangi krisis multidimensi tesebut. Proyek pembenahan
kondisi ekonomi dan social yang dicanangkan pemerintah era reformasi,antara lain berfokus
pada hal-hal sebagai berikut:
1. Meningkatkan lapangan pekerjaan seoptimal mungkin.

2. Menyediakan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat.

3. Optimalisasi fasilitas umum bagi masyarakat.

4. Mengoptimalkan sector pendidikan.

5. Memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk akses kesehatan.

8. Perkembangan Bahasa dan Karya Sastra Pasca Reformasi


Seperti yang dikatakan oleh Zaelani Tamaka perkembangan sastra cenderung mengikuti
perkembangan politik.Kekhasan yang ditimbulkan oleh para pengarang dari perubahan social ini
dimasukkan kedalam sbuah istilah yang mewakili keberadaan para pengarang yaitu angkatan
reformasi.Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra yang berupa
puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi.
Berbagi bentuk seperti novel, puisi, drama, dan prosa menggambarkan keadaan, akibat
dan semua perasaan yang tercampur baur dengan keadaan politik saat itu. Bahkan, penyair-
penyair yang pada awalnya menulis karya sastra jauh dari tema-tema social politik, seperti
Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun yosi herfanda, dan Acep zamzam noer, juga ikut menulis
sajak-sajak dengan tema social-politik. Namun, wacana tentang keberadaan angkatan reformasi
tidak menarik banyak pihak untuk turut serta menilik dan menikmati karya mereka.Sehingga
oleh Koriee Layun Rampan dilemparkan wacana tentang sastrawan angkatan 2000 yang karya-
karyanya banyak berisi masalah-masalah sosial politik.
12. Kelebihan-kelebihan pada masa Reformasi
Munculnya kesadaran masyarakat akan pentingnya reformasi bagi bangsa Indonesia.
Kebebasan berpendapat kembali ditegakkan.
Pengurangan masalah Dwi Fungsi ABRI dalam pemerintahan.
Melakukan reformasi hukum dan perundang-undangan di Indonesia.
Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia.
Sector social politik Indonesia menjadi terbuka.
Pemilu yang tadinya hanya dapat diikuti oleh 3 parpol saja sekarang dapat diikuti oleh 48 parpol
melalui seleksi.
Kekakuan hukum masa Orde Baru menjadi terpecah atau mulai lenyap.
Pemerintah memikirkan masalah social yang dialami masyarakat dengan mewujudkan program
membentuk lapangan pekerjaan bagi pengangguaran.
Corak karya sastra menjadi lebih berwarna dan banyak jenisnya sesuai dengan kondisi social-
politik saat itu.
Pemublikasian karya sastra menjadi lebih mudah dan terbantu karena adanya media komunikasi.
12. Kekurangan-kekurangan pada masa Reformasi
Adanya perpecahan presepsi antara mahasiswa dan kelompok masyarakat mengenai
pengangkatan B.J Habibie sebagai Presiden.
Tidak adanya pemberian subsidi terhadap masyarakat.
Keputusan reformasi ekonomi yang dibutuhkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan
masyarakat.
Terlalu dibebani oleh program penyesuaian structural dari IMF.
Posisi militer tidak mendapat tempat yang cukup baik dihati masyarakat.
Penanganan masalah ekonomi dan social menjadi tidak optimal karena konflik politik internal
dalam negeri.
Adanya krisis multidimensi yang dihadapi oleh Indonesia.
Pemerintah hanya terfokus pada perbaikan ekonomi.
Kurangnya minat para pembaca pada karya sastra angkatan reformasi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. UUD 1945 merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam Negara dan menjadi
hukum dasar tertulis Negara, yang bersifat mengikat dan berisi aturan yang harus ditaati oleh
setiap warga negara.
2. Pada awal masa Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaan, Sistem pemerintahan
berdasarkan UUD 1945 belum dapat dilaksanakan. Pada tahun ini di bentuklah DPA sementara,
sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena harus melalui pemilu. Waktu itu masih
di berlakukan pasal aturan peralihan pasal IV yang menyatakan, Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk
menurut Undang-Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan
sebuah komite nasional.
3. Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku kembali di
Negara Republik Indonesia.Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat
IndIndonesiamenyampaikan Tritula (Tri Tuntutan Rakyat) yang meliputi,
a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional kita adalah;
Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara
1950, Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965.
4. Pelaksanaan UUD 1945 pada masa Orde Baru masih terjadi banyak penyimpangan meskipun
telah dilakukan berbagai upaya oleh MPRS untuk mengatasinya yakni salah satunya dengan
mengeluarkan Tap MPRS dan sidang istimewa yang dilakukan oleh MPRS
5. Pelaksanaan dinamika UUD 1945 pada orde reformasi masih banyak penyimpangan yang terjadi
karena pada masa ini belum semua UUD 1945 dilaksanakan dan masih adanya korupsi, kolusi
dan nepotisme. Sehingga memunculkan orde ini terjadi krisis ekonomi, krisis social, krisis
politik dan krisis hukum.

B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian serta menjadi jalan untuk kita
mempelajari dinamika pelaksanaan UUD 1945 di indonesia lebih lanjut.
DAFTAR RUJUKAN

Oktadary, Astria. 2012. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945. http://astriaoktadary.


blogspot.com/2012/01/1dinamika-pelaksanaan-uud-1945.html

Fani. 2011. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945.


(online)http://fanisyalala.blogspot.com/2011/04/dinamika-pelaksanaan-uud-1945.html diakses
tanggal 19 Pebruari 2012.

Anymous. 2010. Kedudukan Undang undang Dasar 1945. (Online)


(http://www.sarjanaku.com/2010/10/kedudukan-undang-undang-dasar-1945.html) Diaskes
tanggal 18 Februari 2013.

Neurin dan kallen. 2012. Sejarah orde baru dan orde reformasi. (Online)
(ttp://nerurin.blogspot.com/2012/03/sejarah-orde-baru-dan-orde-reformasi.html)

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Jogjakarta: PARADIGMA

Anda mungkin juga menyukai