Anda di halaman 1dari 7

A.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan (Sumamur,
1988).
Menurut falsafah keselamatan kerja, definisi dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dapat dijelaskan sebagai menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan
masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya (Dalih, 1982).
Perumusan falsafah ini telah mencakup pandangan serta pemikiran filosofis, sosial-teknis
dan sosial ekonomis sehingga dapat digunakan sebagai dasar dan titik tolak dari tiap usaha
keselamatan kerja. Peraturan-peraturan mengenai berbagai jenis keselamatan kerja terdiri dari
berbagai macam seperti:
1. Keselamatan kerja dalam industri ( industrial safety)
2. Keselamatan kerja di pertambangan ( mining safety)
3. Keselamatan kerja dalam bangunan ( building and construction safety)
4. Keselamatan kerja lalu lintas ( traffic safety)
5. Keselamatan kerja penerbangan (flight safety)
6. Keselamatan kerja kereta api ( railway safety)
7. Keselamatan kerja di rumah ( home safety)
8. Keselamatan kerja di kantor ( office safety)

ILO/WHO Joint Safety and Health Commitee yang dinyatakan pada tahun 1950 yaitu
Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the highest degree of
physical, mental and social well-being of all occupation; the prevention among workers of
departures from health caused by working conditions; the protection of workers in their
employment from risk resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of
worker in an occupational environment adapted to his physiological equipment and to
summarize the adaption of work to man and each man to his job.

Defenisi ini menyatakan bahwa K3 meliputi:


a. Promosi dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja setinggi tingginya baik fisik,
mental, dan sosial di semua jenis pekerjaan.
b. Mencegah penurunan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan.
c. Melindungi tenaga kerja dari pekerjaannya yang menimbulkan risiko yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan.
d. Penempatan dan memelihara tenaga kerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisiologis dan psikologisnya dan penyesuaian antara pekerjaan dengan tenaga kerja dan setiap
tenaga kerja dengan tugasnya.

Hakekat dan tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu :
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin (dalam hal
tertentu mungkin setinggi-tingginya, seandainya kondisi yang diperlukan cukup memadai), pada
pekerja/buruh, petani,nelayan, pegawai negeri, pengusaha dan non-ekonomi formal, informal
serta non formal; dengan demikian dimasudkan untuk tujuan menyejahterakan tenaga kerja;
2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, yang berlandaskan kepada
perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam produksi (Sumamur, 2009).

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis yang
ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan
perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamataan dan kesehatan kerja, kerangka dan
program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan
atau operasional.

B. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Dibentuknya Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam praktik
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang sangat penting dan harus. Karena
hal ini akan menjamin dilaksanakannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara baik dan
benar. Kemudian konsep ini berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi
tanggung jawab dan kewajiban pengusaha, pekerja, dan masyarakat umum yang berada di luar
lingkungan kerja.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya
meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air
maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk teknis dan aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Tujuan usaha keselamatan dan kesehatan kerja menurut UU No.1 Tahun 1970 antara lain :
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan apapun.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya
manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk
memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan
kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan
dengan baik.

C. Kecelakaan Kerja
Terjadinya Kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka-luka ataupun cacat berdasarkan
penelitian dan pengalaman merupakan akibat dari berbagai faktor sebagai berikut (Bennet, 1985) :
1. Golongan fisik
a. Bunyi dan getaran yang bisa menyebabkan ketulian dan pekak baik sementara maupu
permanen.
b. Suhu ruang kerja. Suhu yang tinggi menyebabkan hiperprexia,heat stroke, dan heat
cramps (keadaan panas badan yang tinggi suhunya). Sedangkan suhu yang rendah dapat
menyebabkan kekakuan dan peradangan.
c. Radiasi sinar rontgen atau sinar-sinar radioaktif menyebabkan kelainan pada kulit, mata, dan
bahkan susunan darah.

2. Golongan kimia
a. Debu dan serbuk menyebabkan terganggunya saluran pernafasan.
b. Kabut dari racun serangga yang menimbulkan keracunan.
c. Gas, sebagai contoh keracunan gas karbonmonoksida, sulfur, dan sebagainya.
d. Uap, menyebabkan keracunan dan penyakit kulit.
e. Cairan beracun.

3. Golongan Biologis
a. Tumbuh-tumbuhan yang beracun atau menimbulkan alergi;
b. Penyekit yang disebabkan oleh hewan-hewan di tempat kerja, misal penyakit antrax atau
brucella di perusahaan penyamakan kulit.

4. Golongan Fisiologis
a. Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai dengan mekanisme tubuh manusia.
b. Sikap kerja yang menyebabkan keletihan dan kelainan fisik.
c. Cara bekerja yang membosankan atau titik jenuh tinggi.

5. Golongan Psikologis
a. Proses kerja yang rutin dan membosankan;
b. Hubungan kerja yang tidak harmonis antar karyawan tau terlalu menekan atau sangat
menuntut.
c. Suasana kerja yang kurang aman.

Sebab-sebab Kecelakaan
Terjadinya kecelakaan tentunya tidak diharapkan, akan tetapi dilakukannya tindakan yang
salah atau lingkungan kerja yang tidak sesusai standar menjadi salah satu penyebabnya. Kelalaian
sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang
mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai
suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat
untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap
karyawan.
Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas
maksimum, pekerja harus dilatih.
Menurut sumamur (1989), kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi
dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan menurut M.
Sulaksmono (1997) adalah suatu kejadian tidak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan
proses suatu aktivitas yang telah diatur. Kecelakaan akibat kerja adalah berhubungan dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi
dikarenakan pekerjaan atau pada waktu pekerjaan berlangsung. Oleh karena itu, kecelakaan
akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni:
a. kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan,
b. kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Bennett Silalahi dan Rumondang Silalahi menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah
setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Adapun
pengertian kecelakaan kerja menurut yang lazim berlaku di perusahaan-perusahaan Indonesia
diartikan sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang tidak direncanakan, tidak diharapkan terjadi
diperusahaan yang dapat menimbulkan penderitaan bagi pekerja.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja


Menurut Sumamur (1989) menyatakan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi dapat
disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor manusia meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa
kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja,
perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidak cocokan fisik dan mental.
Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti
terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, dan kurang sabar.
Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.
2. Faktor mekanik dan lingkungan, tidak dilengkapi dengan alat pelindung atau alat-alat
kerja yang telah rusak.

3.Faktor Manusia (human Factor)


a. Umur Pekerja Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur
mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja. Ternyata golongan
umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah
dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis
pekerjaan tertentu sering merupakan golongan pekerja dengan kasus kecelakaan kerja tinggi,
mungkin hal ini disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan
yang dihadapinya.
b. Pengalaman Bekerja Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang
bekerja. Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam bekerja. Pengalama
kerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pengalaman kerja yang sedikit terutama di
perusahaan yang mempunyai.
c. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Pendidikan seseorang mempengaruhi cara
berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek
maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya
kecelakaan kerja.
d. Lama Bekerja
Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini didasarkanpada
lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi pengalaman kerjanya.
e. Kelelahan
Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya produktifitas kerja.
Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan
adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan akan berakibat
menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja.
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori tentang terjadinya
suatu kecelakaan adalah : 1) Teori kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan
bahwa kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam
rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja 2) Teori
Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa
kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan
kerja. 3) Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan
peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri. 4) Teori Dua Faktor (Two main
Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan tindakan
berbahaya (unsafe action). 5) Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa
pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.
Hasil penelitian bahwa memperlihatkan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh
faktor manusia . Oleh sebab itu akibat atau dampak kecelakaan kerja adalah kerugian bagi
instansi yaitu biaya pengangkutan korban kerumah sakit, biaya pengobatan, hingga biaya
pemakaman jika korban meninggal dunia.

Teori Penyebab Kecelakaan


1. ILCI Loss Causation Model Penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang tercantum
dalam ILCI Loss Causation Model (Budiono dan Pusparini, 2003) yaitu penyebab langsung
( immediate causes ). Penyebab langsung atau kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya
bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam dua kelompok yaitu unsafe acts dan
unsafe condition. Dalam konsep Modern Safety Management istilah unsafe acts diganti
dengan istilah yang lebih profesional yaitu substandard practices kemudian unsafe
conditions diganti dengan substandard conditions.
2. Sebelum adanya teori Heinrich Menurut Petersen (1971) bahwa sebelum tahun 1911
tentang keselamatan kerja dalam industri hampir tidak diperhatikan. Pekerja tidak dilindungi
dengan hukum. Tidak ada santunan kecelakaan bagi pekerja. Bila terjadi kecelakaan, perusahaan
menganggap bahwa kecelakaan itu :
1) Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja (karyawan) sendiri 2) Disebabkan teman
sekerja sehingga ia (pekerja) mengalami kecelakaan
3) Tanggungan pekerja, karena mengaggap perusahaan merasa sudah membayar
(menggaji) maka resiko kecelakaan menjadi tanggungan pekerja
4) Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan. Baru pada tahun
1908 di New York, merupakan kompensasi pertama bagi pekerja yang mengalami kecelakaan.

3. Teori Heinrich Teori penyebab kecelakaan yang dikembangkan menurut W.H.Heinrich


( 1931) disebut teori domino yaitu 88% dari semua kecelakaan disebabkan oleh perilaku yang
tidak aman (unsafe acts ), 10% oleh tindakan tak aman ( unsafe conditions) dan 2% dari acts of
god. Heinrich mengusulkan lima urutan faktor kecelakaan di mana masing-masing faktor akan
menggerakkan langkah yang berikutnya dengan cara merobohkan baris domino secara berturut
turut.
4. Teori Frank E. Bird Petersen International Loss Control Institute (ILCI) pada tahun
1972 yang dipelopori oleh Frank Bird mengemukakan teori Loss Caution Model yang
menyatakan bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang penyebab terjadinya kecelakaan
(Gempur, 2004). Teori yang dikemukakan Frank Bird pada dasarnya merupakan penyempurnaan
dari yang ditemukan H.W. Heinrich. Frank Bird menggambarkan cara berfikir modern terjadinya
kecelakaan/banyak dipergunakan sebagai landasan berfikir untuk pencegahan terjadinya
kecelakaan

Anda mungkin juga menyukai