Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

3.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

PT. Wahyu Murti Garuda Kencana merupakan perusahaan batubara

yang melaksanakan usaha penambangan batubara yang berada di Desa

Bandar Agung (SP3) KUD Sumber Alam, Kecamatan Parenggean,

Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. PT. Wahyu

Murti Garuda Kencana saat ini memiliki lokasi tambang di Desa Bandar

Agung (SP3) KUD Sumber Alam dan lokasi pelabuhan di Desa Menjalin

dengan jarak 15 KM

PT. Wahyu Murti Garuda Kencana merupakan tambang batubara di

Desa Bandar Agung, Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin

Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis, WIUP PT. Wahyu

Murti Garuda Kencana berada pada posisi :

Tabel 3.1. Koordinat WIUP PT. Wahyu Murti Garuda Kencana


LS BT
1o5717,9 112o5014,5
1o5458,9 112o5014,3
o
1 5459,1 112o5235,3
1o5532,0 112o5235,2
1o5532,0 112o5045,6
o
1 5717,8 112o5045,6
Sumber : PT WMGK , Tahun 2016

36
37

Untuk lokasi tugas akhir yaitu PT. Wahyu Murti Garuda Kencana,

dapat ditempuh dengan sarana transportasi sebagai berikut :

a) Dari Kota Palangkaraya dengan menggunakan pesawat terbang

selama 40 menit ke Bandara H. Asan Airport yang terletak di Kota

Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. Setelah itu menggunakan

kendaraan roda empat menuju Desa Bandar Agung Kecamatan

Parenggean dengan lama perjalanan 2,5 jam hingga sampai di PT.

Wahyu Murti Garuda Kencana


b) Dari Palangka Raya dapat menggunakan kendaraan roda empat atau

roda dua untuk mencapai lokasi di Desa Bandar Agung Kecamatan

Parenggean menuju PT. Wahyu Murti Garuda Kencana dengan lama

perjalanan kurang lebih 4 Jam.

3.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT. Wahyu Murti Garuda Kencana sebagai

berikut.

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. Wahyu Murti Garuda Kencana

3.2 Geologi Regional


38

3.2.1 Fisiografi

Secara fisiografis, daerah penelitian yang merupakan bagian barat

Cekungan Barito, bagian barat laut dibatasi oleh Pegunungan Schwaner,

bagian timur oleh Pegunungan Meratus, dan bagian utara oleh Cekungan

Kutai.

3.2.2 Stratigrafi

Stratigrafi batuan dari yang paling tua sampai yang paling muda

yaitu batuan paling tua pada zaman paleozoikum yaitu Batuan Malihan

Pinoh, yang tersusun dari batuan fillit, sekis, kuarsit dan genes. Secara

umum foliasinya bearah barat daya timur laut. Secara umum batuan

malihan berasal dari batulumpur. Selanjutnya pada zaman mesozoikum

yaitu batuan gunung api, yang tersusun dari breksi berkomposisi andesit

dan basal, aliran lava, batupasir tufan, tuf, terobosan andesit dan basal.

Batuan ini dinamakan kompleks matan. Batuan ini telah sedikit

termalihkan dan menghasilkan logam dasar di antaranya emas. Adanya

terobosan andesit dan basal yang masih segar, di daerah yang dipetakan,

menimbulkan perkiraan bahwa batuan ini berumur tersier. Setelah itu

terdapat tonalit sepauk yang tersusun dari batuan granitan dengan tekstur

merata, berkomposisi diorite, tonalit, granodiorite sampai monzonite.

Kontak terobosan antara batuan pluton granitan dengan batuan leleran

yang bersusunan menengah terdapat di sekitar Buntut Nusa, Hulu sungai

mentaya. Proses piritisasi juga terjadi di beberapa tempat, urat kuarsa


39

dengan tebal beberapa mm beberapa cm berhubungan erat dengan

terjadinya endapan logam dasar di daerah ini. Berdasarkan penentuan jejak

belah, batuan ini berumur kira kira 76 8,7 juta tahun atau kapur atas.

Selanjutnya pada zaman kenozoikum yaitu terdapat formasi tanjung,

bagian bawah terdiri atas perselingan batupasir, serpih, batulanau dan

konglomerat aneka bahan, sebagian bersifat gampingan. Komponen

konglomerat antara lain kuarsa, feldspar, granit, sekis, gabro dan basal.

Didalam batupasir dijumpai komponen glaukonit. Bagian atas terdiri dari

perselingan batupasir kuarsa bermika, batulanau, batugamping dan

batubara. Selanjutnya terdapat batuan gunung api malasan yang tersusun

dari breksi gunungapi, tuf, aglomerat dan lava andesit. Komponen breksi

umumnya andesit dan dasit berukuran beberapa cm 100cm. Aliran lava

umumnya berkomposisi andesit horenblenda. Batuan gunungapi malasan

menjemari dengan bagian bawah formasi tanjung, diduga berumur miosen

awal dan diendapkan di lingkungan litoral. Selanjutnya terdapat formasi

montalat yang tersusun dari batupasir kuarsa, putih berstruktur silang-siur,

sebagian gampingan, bersisipan batulanau, serpih dan batubara.

Diendapkan dilaut dangkal terbuka, dengan tebal mencapai 1400 m.

Formasi ini menjemari dengan formasi berai dan formasi tanjung. Jenis

perlipatannya mirip dengan formasi tanjung tetapi lebih terbuka.

Selanjutnya terdapat batuan terobosan sintang yang tersusun dari batuan

terobosan berkomposisi andesit dan basal terdapat sebagai retas dengan

ketebalan 50 cm sampai 4 m. Terobosan ini dinasabahkan dengan kegiatan


40

gunungapi Sintang di baratlaut lembar pada jaman tersier. Selanjutnya

terdapat formasi warukin yang tersusun dari batuan batupasir, batupasir

tufan, batupasir gampingan, batulanau dan batulempung. Dibeberapa

tempat terdapat konglomerat berlapis silang-siur dan sisipan batugamping.

Lapisan batubara dengan ketebalan antara 0,3 sampai 2 meter terdapat di

dalam lapisan batupasir. Selanjutya pada jaman kenozoikum terdapat

formasi dahor yang tersusun dari batuan batupasir kuarsa halus sampai

kasar berwarna kelabu kebiru-biruan dan konglomerat berlapis silangsiur

dengan komponen batuan malihan dan batuan granitan bersisipan lapisan

mengandung limonit. Lapisan batubara dengan tebal 0,3-3 meter terdapat

didalam lapisan batupasir berbutir kasar. Selanjutnya terdapat aluvium

yang tersusun dari pasir kuarsa, kerikil dan bongkah yang berasal dari

komponen batuan malihan, batuan bersifat granit dan kuarsit lepas.

Dibeberapa tempat ditemukan lumpur pasir dan tanah liat mengandung

lignit dan limonit.

3.3 Geologi Daerah Penelitian


3.3.1 Morfologi

Secara umum kondisi morfologi daerah penelitian PT. Wahyu Murti

Garuda Kencana merupakan perbukitan gelombang lemah dan sedang

dengan kemiringan lereng kurang dari 30 . Daerah ini mempunyai

puncak tertinggi 76 meter di atas permukaan laut (dpl). Sungai utama pada

daerah ini adalah Sungai tualan yang mengalir di atas batuan yang bersifat
41

dioritik yang telah teralterasi kuat,dengan relatif arah aliran dari Barat

Timur membelah daerah penelitian dan bermuara di Sungai Mentaya.

3.3.2 Stratigrafi

Dari peta dasar yaitu peta Geologi lembar Tewah, batuan penyusun

wilayah PT. Wahyu Murti Garuda Kencana terdiri dari lima korelasi satuan

stratigrafi, yaitu sebagai berikut :

1. Aluvium
Gambut berwarna coklat kehitaman (endapan rawa); pasir lepas

berwarna kekuningan halus-kasar, tak berlapis (endapan sungai);

lempung kelabu kecoklatan mengandung sisa tumbuhan, sangat lunak

(daerah pasang surut); dan lempung kaolinan warna putih kekuningan,

bersifat liat, tebal berkisar dari 50-100 m


2. Formasi Dahor
Formasi Dahor yang terdiri atas batupasir kuarsa dan konglomerat

yang mengandung kepingan kuarsit dan basal, berselingan dengan

batupasir berbutir sedang - sangat kasar, setempat berstruktur silang-

siur, dengan sisipan batulempung setempat karbonan hingga gambut

dan batulempung. Formasi Dahor berumur Plio sampai Plistosen.

3. Batuan Terobosan Sintang

Tersusun dari batuan terobosan berkomposisi andesit dan basal

terdapat sebagai retas dengan ketebalan 50 cm sampai 4 m. Terobosan

ini dinasabahkan dengan kegiatan gunungapi Sintang di baratlaut

lembar pada jaman tersier.

4. Tonalit Sepauk
42

Tersusun dari batuan granitan dengan tekstur merata, berkomposisi

diorite, tonalit, granodiorite sampai monzonite. Kontak terobosan

antara batuan pluton granitan dengan batuan leleran yang bersusunan

menengah terdapat di sekitar Buntut Nusa, Hulu sungai mentaya.

Proses piritisasi juga terjadi di beberapa tempat, urat kuarsa dengan

tebal beberapa mm beberapa cm berhubungan erat dengan terjadinya

endapan logam dasar di daerah ini. Berdasarkan penentuan jejak

belah, batuan ini berumur kira kira 76 8,7 juta tahun atau kapur

atas.

5. Batuan Gunung Api

Tersusun dari breksi berkomposisi andesit dan basal, aliran lava,

batupasir tufan, tuf, terobosan andesit dan basal. Batuan ini dinamakan

kompleks matan. Batuan ini telah sedikit termalihkan dan

menghasilkan logam dasar di antaranya emas. Adanya terobosan

andesit dan basal yang masih segar, di daerah yang dipetakan,

menimbulkan perkiraan bahwa batuan ini berumur tersier.

3.3.3 Struktur Geologi

Formasi Dahor diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi

Warukin. Formasi ini tersusun oleh batupasir kuarsa putih kurang padat,
43

sebagian berupa pasir lepas, bersisipan lempung, lanau abu-abu, lignit dan

limonit. Di beberapa lokasi ditemukan sisipan kerakal kuarsa, kerakal

batuan beku bersifat granitis dan batuan metasedimen. Formasi ini

diperkirakan berumur Miosen Akhir sampai Pliosen dengan lingkungan

pengendapan paralik. Formasi ini mempuyai ketebalan 300 meter. Formasi

Dahor pertama kali ditemukan di kampong Dahor dan penyebarannya

kearah timur dan barat. Batubara di dalam formasi ini menempati fasies

batupasir dan fasies batulempung-batulumpur dan batulanau. Batubara

yang menempati fasies batupasir memiliki karakteristik warna hitam, kilap

bagus, sifat beban ringan, sebagian mengandung parting lempung kelabu

kecoklatan, dengan tudung serpih batubaraan dan alas batupasir.

Sementara batubara yang menempati fasies batulempung dan batulumpur,

memiliki karakteristik warna hitam kecoklatan, kilap bagus, mudah

diremas, dan mengandung sisipan serpih batubara. Tudung dan alas

batubara pada fasies ini terdiri atas batulempung dan batulumpur yang

menyerpih.

Batubara yang terbentuk pada fasies batupasir yang bercirikan

struktur sedimen laminasi sejajar, silang siur planar dan adanya gradasi

menghalus ke atas kemungkinan terbentuk pada kondisi energi relatif

tenang sampai menengah. Sementara batubara yang terbentuk pada fasies

perselingan batulempung dan batulumpur yang bercirikan struktur sedimen

laminasi sejajar, gradasi normal, silang siur skala kecil dan planar dan

setempat laminasi menggelombang sejajar, dan banyak mengandung


44

material karbon, diperkirakan diendapkan dalam kondisi energi dari dua

arah baik darat maupun laut, yang mencerminkan suatu kondisi lingkungan

peralihan atau transisi.

3.4 Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan pada tugas akhir ini antara lain :

1. Kamera
2. Buku tulis
3. Alat tulis

4. Alat Pelindung Diri (APD)

5. Perlengkapan pendukung lainnya

3.4.1 Langkah Kerja

Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah

sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan time frame selama

melakukan tugas akhir dengan mempelajari buku-buku literatur

yang berkaitan dengan pengupasan tanah penutup dengan metode

direct digging dan metode blasting untuk menunjang penelitian

pada perusahaan.

2. Tahap Pengambilan Data

a. Data Primer
45

Mengumpulkan data pemakaian bahan bakar excavator serta

mengetahui jumlah alat gali yang digunakan selama bulan

September 2016.

b. Data Sekunder

1. Data pemakaian pelumas excavator dossan 500 LCV.

2. Data jumlah karyawan/operator.

3. Data biaya investasi alat gali.

4. Densitas batuan pada lokasi penelitian.

5. Data produktivitas pada bulan September 2016.

3. Tahap Pengolahan Data

1. Mengkalkulasikan jumlah pemakaian solar selama 29 hari

kerja. Jumlah pemakaian solar yang digunakan selama bulan

penelitian, kemudian dilakukan perhitungan biaya yang

dikeluarkan untuk pemakaian solar selama 29 hari kerja.

2. Selama 29 hari kerja, pada alat excavator dilakukan

pergantian pelumas. Penggunaan pelumas pada alat excavator

didata dan dikalkulasikan sehingga didapatkan perhitungan

untuk mendapatkan biaya pelumas.

3. Mengetahui jumlah operator yang bekerja untuk

mendapatkan biaya gaji karyawan yang dikeluarkan dan

mencari data biaya investasi alat gali untuk penggunaan

jumlah alat yang bekerja selama bulan penelitian.


46

4. Berdasarkan biaya penggunaan solar, biaya penggunaan

pelumas, gaji karyawan dan investasi alat. Kemudian

didapatkan biaya pengupasan tanah penutup dengan metode

direct digging.

5. Produksi aktual yang dicapai dengan menggunakan metode

direct digging kemudian dilakukan perhitungan perancangan

peledakan. Jumlah produksi aktual yang didapatkan dibagi

frekuensi peledakan yang direncanakan, untuk mendapatkan

target peledakan perhari.

6. Setelah didapatkan target peledakan perhari, kemudian

dilakukan perancangan geometri dengan menggunakan

rumus ICI-Explosives untuk mendapatkan burden, spasi,

kedalaman lubang ledak, panjang stemming, tinggi jenjang

dan jumlah penggunaan bahan peledak yang digunakan.

Penggunaan bahan peledak Ammonium Nitrate (AN), Fuel

Oil (FO), Surface delay, inhole delay dan detonator

dilakukan perhitungan berdasarkan harga barang untuk

mendapakan biaya bahan peledak.

7. Setelah dilakukan perencanaan geometri dan bahan peledak

yang digunakan, kemudian mencari biaya investasi unit

drilling, biaya pajak, gaji karyawan, depreciation unit, biaya

bahan bakar alat drilling dan blasting, biaya pemeliharaan


47

dan perawatan alat untuk mendapatkan biaya pengupasan

tanah penutup berdasarkan metode peledakan.

8. Berdasarkan parameter efisiensi dari waktu, tenaga dan

biaya. Didapatkan metode blasting lebih efisien

dibandingkan metode direct digging. Dimana waktu untuk

menggunakan metode blasting hanya 14 hari. Tenaga kerja

yang direncanakan berjumlah 12 orang yang terdiri dari 8

helper, 2 operator, 1 juru ledak, dan 1 pengawas pemboran

dan biaya yang dikeluarkan sebesar. Metode blasting lebih

murah biaya dari direct digging dikarenakan pada metode

blasting tidak dilakukan perhitungan untuk pemuatan dan

pengangkutan, jadi apabila dilakukan perhitungan pemuatan

dan pengangkutan maka dapat dipastikan metode blasting

akan lebih banyak pengeluaran biaya untuk pengupasan tanah

penutup.

3.4.2 Metode

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan

metode analisa statistika penafsiran yaitu suatu penelitian yang sering

dipakai dalam penelitian hidrologi untuk membuat peramalan dan


48

penarikan kesimpulan mengenai suatu fenomena. Untuk melakukan

penafsiran diperlukan metode analisis deskriptif terlebih dahulu yaitu

pengumpulan dan perhitungan data lapangan. Penelitian dilaksanakan

melalui prosedur sebagai berikut :

1. Studi Literatur yaitu melakukan studi atau mencari referensi di

perpustakaan dengan membaca literatur yang berkaitan dengan metode

direct digging dan metode blasting. Literatur yang digunakan berasal

dari buku, jurnal penelitian, laporan, internet serta makalah-makalah

yang berhubungan dengan penelitian.

2. Melakukan studi lapangan

Melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap operasional

pengupasan tanah penutup serta lokasi rencana pengupasan tanah

penutup di PT. Wahyu Murti Garuda Kencana. Pengambilan data

langsung di lapangan meliputi data proses kegiatan pengupasan tanah

penutup. Wawancara yaitu, melakukan pencatatan hasil tanya jawab

(interview) di lapangan dengan pihak-pihak terkait di PT. Wahyu Murti

Garuda Kencana berkenaan dengan topik penelitian.

3. Pengelompokan Data.

Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil studi literatur dan studi

lapangan, kemudian dikelompokan menjadi data sekunder dan data

primer. Data sekunder adalah data penunjang yang didapat peneliti dari
49

pihak Perusahaan, Instansi yang terkait dengan penelitian. Data primer

adalah data yang diambil peneliti dilapangan dan diolah peneliti.

4. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan

dan penggambaran yang selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik-

grafik atau rangkaian perhitungan.

5. Pembahasan

Melakukan analisa terhadap data-data hasil penelitian sehingga

didapatkan solusi guna penyelesaian masalah yang ada.

6. Kesimpulan dan Saran

Sebagai rekomendasi kepada perusahaan untuk menyelesaikan

permasalahan di lapangan yang terkait dengan hasil penelitian ini.

3.4.3 Bagan Alir

Perbandingan Biaya Pengupasan Tanah Penutup Menggunakan Metode Direct Digging Dan Metode Blasting
Di PT. Wahyu Murti Garuda Kencana Desa Bandar Agung (SP3) KUD Sumber Alam Kecamatan Parenggean
Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah

Rumusan Masalah
1. Berapa biaya pengupasan tanah penutup secara aktual dengan metode direct digging ?
2. Berapa biaya pengupasan tanah penutup secara planing dengan metode blasting ?
3. Bagaimanakah efisiensi pengupasan tanah penutup antara metode direct digging dan blasting berdasarkan
biaya yang digunakan ?
8

Studi Literatur
50

Pengambilan Data

Data Sekunder :
Data Primer :

Data pemakaian pelumas


Data pemakaian fuel oil
Data jumlah karyawan
Data jumlah alat gali
Data biaya investasi alat gali

Pengolahan Data
1. Perhitungan biaya pengupasan tanah penutup secara aktual dengan metode direct
digging.
2. Perhitungan biaya pengupasan tanah penutup secara planing dengan metode
blasting.
3. Membandingkan efisiensi pengupasan tanah penutup antara metode direct digging
dan metode blasting berdasarkani biaya produksi.

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.2. Diagram Alir


51

3.4.4 Waktu Penelitian

Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada PT. Wahyu Murti Garuda

Kencana yang dilaksanakan selama bulan September sampai dengan

Oktober 2016.

Tabel 3.2. Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir


37

Juli Agu Sept Okt Nov Dese Janu Febr Mare Apr
N Uraian stus embe obe emb mber ari uari t il
o Kegiatan r r er
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi
Seminar
2
Proposal
Penelitian
3
di Lapangan
Pengambila
4
n Data
Pengolahan
5
Data
Pembuatan
6
Laporan
Konsultasi
7
Laporan
Seminar
8
Hasil
Konsultasi
9
Perbaikan
1
Sidang Nol
0
1 Pendadaran
1 / Sidang TA
1
Revisi
2
1
Yudisium
3
1
Wisuda
4

Anda mungkin juga menyukai