IKA SUSWANTI-fkik PDF
IKA SUSWANTI-fkik PDF
SKRIPSI
DISUSUN OLEH
IKA SUSWANTI
NIM: 108101000044
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
NUTRITION DEPARTMENT
Determine of The Factors Associated With The Selection of Fast Food at the
Faculty Of Medicine And Health Sciences UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.
ABSTRACT
Fast food in the cooking process does not require a long time, fast food is the
food most liked by teenagers, especially students that are still in their late teens.
Penchant for fast food because fast food is easy to find and can be consumed in any
condition. Actually, fast food is not always harmful to health, it depends on the ability of
one's own food choices. The risk of health problems from fast food can be obtained in
terms of the food itself that has high calories but low in other nutrients, food additives
ingredients used, and the use of packaging. The purpose of this study was to determine
the factors associated with the selection of Fast Food In Faculty of Medicine and Health
Sciences UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.
This research is a quantitative study using a cross-sectional study design. The
instrument used in this study is a questionnaire or a list of questions about the
characteristics of students and the factors that influence the choice of food that is, sex,
knowledge, nutrition status, income, dietary factors (taste, texture, color, flavor, shape,
price), family size and population displacement. The population in this study were all
students FKIK UIN Jakarta in 2012 which amounted to 1345 students with a sample of
181 people.
The results showed the number of respondents who did the selection of fast food
with the amount of either higher (60.8%) compared with those who did the selection of
fast food is not good (39.2%). This means that most of the students have an awareness of
the importance of choosing healthy foods, but according to taste. In this study the result
that there is no relationship between gender, knowledge, income, taste, texture, shape,
flavor, price, number of families and people movement against fast food selection, but
there is a relationship between health status (P-value 0.001) and color (P-value 0.03) for
the selection of fast food. The selection of food at a student lead FKIK more awareness
of food safety, but low concern in terms of nutritional content of fast food is. Therefore,
it would be better if they receive the same attention. Attention will be able nutrients
reduce the risk of degenerative diseases later in life.
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Identitas Diri
Agama : Islam
Hp : 085718591334
Email : icha.ydoet@gmail.com
Pendidikan Formal
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
maha segalanya, yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012 .
Shalawat dan salam penyusun haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang
membawa umatnya dari alam kejahiliyaan menuju alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk,
bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya
penyusun mengucap rasa syukur sebagai implementasi dari rasa terima kasih kepada :
1. Ibu dan Ayah tercinta yang memberikan bantuan doa, moril maupun materil
yang tak terhingga dan selalu menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi saya.
Kakak dan Adik-adiku, kak Asri Nirmala, Nurasisyiyah, Abdi Maulana dan si
kecil penyemangat hidupku M. Insan Kamil. terima kasih atas segala dukungan
dan doa yang selalu ada dalam setiap fase hidupku.
2. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Febriati, Msi, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta staf serta segenap Bapak/Ibu Dosen Jurusan
Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
berguna bagi penyusun.
4. Bapak M.Farid Hamzens Msi, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan waktu, pikiran, arahan serta semangat dan motivasi kepada
penyusun dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas
kebaikan dan budi mulia Bapak.
5. Ibu Yuli Amran, MKM, selaku dosen pembimbing II dan dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan waktu, pikiran, arahan serta semangat dan
viii
motivasi kepada penyusun dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga
Allah membalas kebaikan dan budi mulia ibu.
6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, Skn, Ibu Riastuti Kusumawardani, MKM, dan Ibu Itje ,
atas kesediaannya menjadi dosen penguji. Terima kasih atas bimbingan, arahan,
dan saran yang berharga bagi penulis.
7. Seluruh Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
angkatan 2009-2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah bersedia
untuk menjadi responden penelitian penyusun, terima kasih atas bantuan dan
kerja samanya. Terlebih kepada Yusna & Danie Farmasi 2010, Angga PSPD
2010, Indah Keperawatan 2011, Faulia Keperawatan 2009, Ilham Keperawatan
2010 dan adik-adik jurusan Kesehatan masyarakat atas bantuannya membantu
penyusun untuk terkumpulnya kuesioner. Semoga kalian semua juga
dimudahkan dalam setiap urusannya.
8. Sahabat-sahabat terhebat saya Melda Santi (sahabat sekaligus rekan
seperjuangan saya terima kasih atas segala bantuannya ya mel..), Nurmalita Sani,
Dimiyati Syahidah, Rima Zeinnamira, Resti Ratnawati, Oki Oktaviani (terima
kasih atas semua pengalaman, canda, tawa, senang, susah yang membuat cerita
di kehidupan penyusun yang nggak akan pernah terlupakan) serta semua teman-
teman jurusan Kesehatan Masyarakat angkatan 2008 yang sedang sama-sama
berjuang dan saling mengingatkan.
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga menyadari kekurangan-
kekurangan yang sangat mungkin terjadi dalam penulisan kesempurnaan skripsi
ini. Meskipun demikian semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembacanya. Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-
Nya kepada kita semua. Aamiin.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
1. Pengetahuan ...... 33
2. Usia........ 34
3. Jenis kelamin.............. 34
4. Pendapatan ........ 35
5. Keterampilan Memasak. 36
6. Status Gizi . 37
7. Faktor Makanan 37
8. Musim dan Tingkatan sosial 42
9. Mobilitas ....... 42
10. Pekerjaan dan Jumlah Keluarga. 43
11. Perpindahan penduduk/tempat tinggal .. 45
C. Kerangka Teori . 45
BAB III KERANGKA KONSEP ........ 47
A. Kerangka Konsep....... 47
B. Definisi Operasional ......... 50
C. Hipotesis Penelitian.... 52
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......... 53
A. Desain Penelitian............ 53
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......... 53
C. Populasi dan Sampel.......... 53
D. Pengumpulan Data.... 55
E. Pengukuran Data ......... 56
F. Pengolahan Data................ 58
G. Analisa Data .. 59
BAB V HASIL. 61
A. Gambaran Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN 61
Jakarta
B. Analisis Univariat 64
1. Gambaran Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas 64
Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012...
xi
2. Gambaran Jenis Kelamin .. 65
3. Gambaran Pengetahuan.......... 65
4. Gambaran Status Gizi 66
5. Gambaran Rasa . 67
6. Gambaran Tekstur . 67
7. Gambaran Warna... 68
8. Gambaran Bentuk . 69
9. Gambaran Bumbu . 70
10. Gambaran Harga ... 70
11. Gambaran Perpindahan Tempat Tinggal 71
12. Gambaran Uang Saku 72
C. Analisis Bivariat 73
1. Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Pemilihan Makanan Cepat 73
Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012................................
2. Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemilihan Makanan Cepat 74
Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
3. Analisis Hubungan Antara Status Gizi Dengan Pemilihan Makanan Cepat 75
Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012....
4. Analisis Hubungan Antara Rasa Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji 76
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
5. Analisis Hubungan Antara Tekstur Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji 77
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
6. Analisis Hubungan Antara Warna Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji 79
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
xii
7. Analisis Hubungan Antara Bentuk Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji 80
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
8. Analisis Hubungan Antara Bumbu Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji 81
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
9. Analisis Hubungan Antara Harga Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji 82
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
10. Analisis Hubungan Antara Perpindahan Tempat Tinggal Dengan Pemilihan 83
Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Tahun
2012
11. Analisis Hubungan Antara Uang Saku Dengan Pemilihan Makanan Cepat 85
Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ..... 87
B. Pemilihan Makanan Cepat Saji . 88
C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemilihan Makanan 92
Cepat Saji...
1. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji 92
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
2. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada 96
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012....
3. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada 99
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
xiii
4. Hubungan Antara Uang Saku Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada 103
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
5. Hubungan Antara Rasa Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada 107
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
6. Hubungan Antara Tekstur Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada 110
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
7. Hubungan Antara Warna Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada 111
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
8. Hubungan Antara Bentuk Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada 114
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012....
9. Hubungan Antara Bumbu Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada 115
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
10. Hubungan Antara Harga Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada 116
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012
11. Hubungan Antara Perpindahan Tempat Tinggal Dengan Pemilihan Makanan 117
Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012...
BAB VII PENUTUP .
A. Simpulan . 120
B. Saran 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Hal
Tabel
2.1 Beberapa definisi yang dikaitkan dengan makanan cepat saji 15
2.2 Jenis Bahan Pengawet Yang Diperbolehkan 28
2.3 Jenis bahan pewarna yang diperbolehkan 29
5.1 Jumlah dan Distribusi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 61
2012
5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Keterlibatan Responden dalam 62
Pemilihan Makanan Cepat Saji
5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Cepat Saji Yang Sering di 63
Konsumsi
5.4 Distribusi Frekuensi Kategori Pemilihan Makanan Cepat Saji 64
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Jakarta Tahun 2012
5.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Mahasiswa Fakultas 65
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Mahasiswa Fakultas 66
Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012
5.7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas 66
Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012
5.8 Distribusi Frekuensi Variabel Rasa Dalam Memilih Makanan 67
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN
Jakarta Tahun 2012
5.9 Distribusi Frekuensi Variabel Tekstur Dalam Memilih Makanan 68
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN
Jakarta Tahun 2012
5.10 Distribusi Frekuensi Variabel Warna Dalam Memilih Makanan 68
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN
xv
Jakarta Tahun 2012
5.11 Distribusi Frekuensi Variabel Bentuk Dalam Memilih Makanan 69
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN
Jakarta Tahun 2012
5.12 Distribusi Frekuensi Variabel Bumbu Dalam Memilih Makanan 70
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN
Jakarta Tahun 2012
5.13 Distribusi Frekuensi Variabel Harga Dalam Memilih Makanan 71
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN
Jakarta Tahun 2012
5.14 Distribusi Perpindahan tempat tinggal Pada Mahasiswa Fakultas 71
Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012
5.15 Distribusi Uang Saku Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan 72
Ilmu KesehatanUIN Jakarta Tahun 2012
5.16 Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Pemilihan 73
Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Tahun 2012
5.17 Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemilihan 74
Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Tahun 2012
5.18 Analisis Hubungan Antara Status Gizi Dengan Pemilihan 75
Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Tahun 2012
5.19 Analisis Hubungan Antara Rasa Dengan Pemilihan Makanan 76
Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Tahun 2012
5.20 Analisis Hubungan Antara Tekstur Dengan Pemilihan Makanan 78
Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Tahun 2012
5.21 Analisis Hubungan Antara Warna Dengan Pemilihan Makanan 79
xvi
Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Tahun 2012
5.22 Analisis Hubungan Antara Bentuk Dengan Pemilihan Makanan 80
Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Tahun 2012
5.23 Analisis Hubungan Antara Bumbu Dengan Pemilihan Makanan 81
Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Tahun 2012
5.24 Analisis Hubungan Antara Harga Dengan Pemilihan Makanan 82
Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Tahun 2012
5.25 Analisis Hubungan Antara Perpindahan Tempat Tinggal Dengan 84
Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012
5.26 Analisis Hubungan Antara Uang Saku Dengan Pemilihan 85
Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Tahun 2012
xvii
DAFTAR BAGAN
xviii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Hal
2.1 Ukuran yang tepat dalam memakai pengawet dan pewarna 29
yang aman
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan satu fase yang penting dari proses pertumbuhan
dan perkembangan manusia karena masa remaja merupakan masa transisi antara
masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri sekunder,
oleh keadaan gizi dan kesehatan pada masa remaja. Keadaan gizi remaja
(Thamrin dkk, 2008). Hal inilah yang dapat menyebabkan kondisi remaja
maupun kelebihan gizi pada masa remaja merupakan dampak dari suatu perilaku
makan yang salah dan merupakan masalah utama yang harus segera
ditanggulangi karena fase remaja merupakan fase akhir dari proses pertumbuhan
perilaku makan yang salah pada masa remaja akan berpengaruh pada kesehatan
Perilaku makan yang salah yang tampak saat ini yaitu munculnya
1
2
rentang usia tersebut adalah golongan pelajar dan pekerja muda. Golongan usia
ini memiliki aktivitas yang tinggi dari usia lainnya, makin tingginya aktivitas
makanan secara praktis tapi tetap beragam merupakan salah satu pilihan yang
dianggap mampu mengatasi rasa lapar pada kondisi tertentu, hal tersebut
terhadap makanan cepat saji disebabkan karena makanan cepat saji mudah
Ada beberapa pengertian yang dikaitkan dengan makanan cepat saji yaitu
diantaranya tergolong fast food, junk food, instan food, street food. Makanan
cepat seperti fast food merupakan makanan cepat saji yang dalam proses
dalam kategori ini seperti fried chiken, gorengan, mie instan, humberger, pizza
dll. Apabila junk food biasanya berupa makanan makanan ringan atau snack yang
terbuat dari umbi-umbian, kentang, atau jagung yang dibuat chips atau serupa
kripik dalam bentuk makanan kemasan, makanan ini dengan kandungan kalori
tinggi, kandungan gula/ lemak/ garam tinggi dan nilai gizi yang rendah dalam hal
protein, serat, vitamin dan kandungan mineral (Kaushik, at all. 2011) misalnya
makanan yang mengalami pengolahan khusus yang siap untuk disajikan dalam
sekali makan atau terdispersi dalam cairan dengan waktu memasak yang singkat
seperti mie instan, corn flakes, bubuk sup, bubur instan, spagety (Kaushik, at all.
minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (Kepmenkes, 2003) seperti
dalam menghasilkan makanan cepat saji sehingga hal tersebutlah yang dapat
membahayakan konsumen makanan cepat saji. Oleh karena itu seseorang perlu
saji memiliki dampak negatif bagi kesehatan tubuh, resiko gangguan kesehatan
dari makanan cepat saji tersebut dapat diperoleh dari segi makanan itu sendiri
yang memiliki kalori cukup tinggi namun rendah zat gizi lain, kandungan bahan
tambahan pangan yang digunakan, serta dalam penyajiannya makanan cepat saji
biasanya remaja lebih menyukai makanan cepat saji yang di kemas dalam
4
juga perlu diwaspadai sebagai resiko dari makanan yang disajikan dengan cara
dikemas.
makan karena memiliki kalori yang cukup tinggi sehingga selalu merasa kenyang
merupakan salah satu faktor penyebab obesitas. Selain itu, makanan cepat saji
menyebabkan remaja mengalami kekurangan zat gizi lain seperti protein, vitamin
tambahan pangan yang terkandung pada makanan juga merupakan salah satu
hal yang harus diperhatikan karena pada umumnya makanan cepat saji tersebut
produk pangan yang tidak mempunyai risiko terhadap kesehatan manusia dapat
bahan kimia berbahaya pada makanan atau penggunaan bahan tambahan pangan
Dari hasil analisis sampel yang dilakukan BPOM pada tahun 2001 hingga
2003, masih terdapat pangan olahan yang menggunakan bahan kimia berbahaya,
seperti: rhodamin, boraks, dan formalin. Hasil analisis sampel pangan yang
B /49%), boraks (dari 1222 sampel, 129 sampel mengandung boraks /11%) serta
formalin dari 242 sampel 80 sampel mengandung formalin / 33%). Dimana jenis
pangan tersebut diantaranya mie basah, makanan ringan, kerupuk, dan terasi
(BPOM, 2004).
Disamping mengandung kalori tinggi dan rendah zat gizi lain, serta
satu faktor resiko makanan yang di kemas dalam kemasan dianggap memiliki
dampak negatif bagi tubuh. Dari sisi food safety kemasan makanan bukan
sekedar bungkus tetapi juga sebagai pelindung agar makanan aman dikonsumsi.
kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan yang paling
sering kita jumpai saat ini adalah plastik, kertas dan styrofoam. Penggunaan jenis
makanan pada kondisi tertentu sehingga jika terus menerus terakumulasi dalam
dkk, 2008). Menurut Kristianti (2009) faktor yang membuat para remaja lebih
memilih mengonsumsi makanan capat saji antara lain kesibukan orang tua
remaja lebih memilih membeli makanan diluar (fast food), lingkungan sosial dan
kondisi ekonomi yang mendukung dalam hal besarnya uang saku remaja. Selain
itu, penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu lama,
rasanya enak, sesuai selera dan seringnya mengonsumsi fast food dapat
globalitas.
makanan cepat saji, seseorang yang cukup mengerti akan dampak tersebut seperti
mahasiswa kesehatan cukup memiliki minat terhadap makanan cepat saji ini.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trigan (2012) yang berkaitan dengan
Sumatera Utara terhadap makanan siap saji, diketahui bahwa sebanyak 83,6%
mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik mengenai makanan siap saji, bila
dilihat dari sikap terhadap makanan cepat saji yaitu sebesar 62,1% memiliki
sikap yang baik, namun bila dilihat dari tindakan mengonsumsi makanan cepat
makanan cepat saji dimana jenis makanan yang paling sering dikonsumsi
7
69,5%, mie instan sebanyak 63,2%, ayam goreng kentucky 61,1%, mie goreng
55,8% dan mie ayam dengan persentase 53,7%. Dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa dengan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap
Perilaku pemilihan makanan yang baik adalah salah satu perilaku hidup
sehat yang merupakan bagian dari usaha preventif dan promotif yang harus ada
dalam citra diri mahasiswa kesehatan, namun sayangnya hal tersebut masih
mengonsumsi fast food sejenis mie instan 80% diantaranya mengonsumsi mie
instan 1-2 kali/minggu, sementara dalam mengonsumsi junk food paling banyak
mengonsumsi bakso dan mie ayam 1-2 kali/minggu, dan 60% diantarnya
memiliki warna yang mencolok, serta dalam hal pertimbangan terhadap kemasan
yang digunakan 50% diantaranya masih tetap membeli makanan yang dikemas
B. Rumusan Masalah
Tren dalam mengonsumsi makanan cepat saji tidak hanya terjadi pada
masyarakat biasa, seseorang yang mengerti akan dampak yang ditimbulkan dari
makanan cepat saji cukup memiliki minat yang tinggi pada makanan ini,
baik adalah salah satu perilaku hidup sehat yang merupakan bagian dari usaha
preventif dan promotif yang harus ada dalam citra diri mahasiswa kesehatan,
namun sayangnya hal tersebut masih kurang mendapat perhatian dari kalangan
disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap yang baik terhadap makanan cepat
responden remaja dengan rata-rata usia 19-21 tahun pada mahasiswa kesehatan
mengonsumsi fast food sejenis mie instan 80% diantaranya mengonsumsi mie
instan 1-2 kali/minggu, sementara dalam mengonsumsi junk food paling banyak
mengonsumsi bakso dan mie ayam 1-2 kali/minggu, dan 60% diantarnya
cepat saji yang berbeda setiap harinya. Dalam hal pemilihan makanan cepat saji
memiliki warna yang mencolok, serta dalam hal pertimbangan terhadap kemasan
yang digunakan 50% diantaranya masih tetap membeli makanan yang dikemas
tetap membeli walaupun makanan dikemas dengan kertas yang bertinta. Oleh
Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
C. Pertanyaan penelitian
saku, status gizi) terhadap pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa
FKIK?
FKIK?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi remaja
Hidayatullah.
dengan baik.
lingkupnya.
pada bulan Juni Desember 2012. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah
TINJAUAN PUSTAKA
Produk makanan cepat saji dewasa ini beragam dan terus berkembang
cepat saji menjadi popular karena pelayanannya yang cepat, praktis, nyaman dan
harganya yang relatif terjangkau. Bagi masyarakat kota, makanan cepat saji
kehidupan masyarakat kota dilakukan diluar rumah sehingga tidak punya waktu
mengandung dua arti yang berbeda, namun keduanya sama-sama mengacu pada
penghidangan dan konsumsi makanan secara cepat. Kedua arti tersebut dapat
mungkin; 2) makanan cepat saji dapat diartikan sebagai makanan yang dapat
Secara umum produk makanan cepat saji dibedakan menjadi dua bentuk
yaitu produk makanan cepat saji yang berasal dari barat dan lokal. Sementara
dari jenis makanannnya produk fast food yang biasa dikonsumsi sebagai
makanan jajanan pada saat ini terdiri dari makanan utama atau biasa dikenal
dengan istilah meals, makanan kecil atau biasa disebut dengan snack dan
14
15
minuman yang biasa disebut beverages (Fardiaz &Guhardja, 1996 dalam Fitria,
2000).
pada makanan yang dapat siap untuk dimakan. Penggunaan istilah makanan
cepat saji biasa dikenal dengan sebutan fast food dan junk food. Sebagian besar
junk food adalah fast food tetapi tidak semua fast food dikatakan sebagai junk
Tabel 2.1 Beberapa definisi yang dikaitkan dengan makanan cepat saji
remaja khususnya mahasiswa yang masih tergolong pada remaja akhir. Hal
tersebut karena makanan cepat mudah ditemukan dan bisa dikonsumsi dalam
kondisi apapun. Sebenarnya makanan cepat saji tidak selalu membahayakan bagi
cepat saji, terdapat kecurangan produsen dalam menghasilkan makanan cepat saji
saji. Oleh karena itu seseorang perlu memiliki kemampuan untuk melakukan
pemilihan makanan cepat saji yang sesuai selera namun sesuai dengan syarat
kesehatan.
pangan dari makanan cepat saji ini, resiko kesehatan yang dapat muncul dari
makanan cepat saji ini dapat berupa kandungan kalori yang cukup tinggi jika
1. Penggunaan Kemasan
dimaksudkan untuk promosi Dari sisi food safety kemasan makanan bukan
sekedar bungkus tetapi juga sebagai pelindung agar makanan aman dikonsumsi.
kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan yang paling
sering kita jumpai saat ini adalah plastik dan styrofoam (BPOM, 2008).
kemasan plastik tersebut, salah satu jenis yang cukup populer di kalangan
polistirena foam. Polistirena foam dikenal luas dengan istilah styrofoam yang
seringkali digunakan secara tidak tepat oleh publik karena sebenarnya styrofoam
merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical.
pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan pangan (BPOM, 2008).
dan keutuhan pangan yang dikemas, ringan, dan inert terhadap keasaman pangan.
mengemas pangan siap saji, segar, maupun yang memerlukan proses lebih lanjut.
kemasan ini, begitu pula dengan produk-produk pangan seperti mi instan, bubur
antara lain adalah: sifat bahan kimia pangan serta stabilitasnya dalam hal
reaksi terhadap bahan kemasan, pengaruhnya dengan suhu dan waktu. Sifat
bahan kimia tersebut mudah termigrasi, misalnya pangan dengan kadar lemak
tinggi atau pangan bersuhu tinggi, tidak boleh dikemas dengan plastik yang dapat
serta evaluasi terhadap pengaruh suhu dan waktu kontak terhadap komposisi
karena mengingat migrasi bahan toksik sangat dipengaruhi suhu, lama kontak
Pangan memiliki kadar asam basa yang beragam. Ada pangan yang
bersifat asam, netral dan ada pula yang basa. Pangan yang bersifat asam
tinggi (diatas 60oC), suhu kamar, ataupun suhu rendah. Pengemasan pangan
pada suhu tinggi, ataupun penyimpanan pangan terkemas pada suhu tinggi
kemasan yang dipilih adalah yang tidak bereaksi dengan bahan kimia pada
suhu dan lama kontak serta kualitas bahan kemasan (jika bahan bersifat
inert atau tidak mudah bereaksi maka potensi migrasinya kecil dan
(BPOM, 2012).
a. Kemasan Plastik
b. Kemasan Logam
misalnya seng, aluminium dan besi. Dalam kadar rendah alumunium dan
21
seng tidak beracun bagi tubuh manusia. Namun perlu diperhatikan bahwa
logam yang terlarut, artinya semakin lama waktu kontak, maka semakin
banyak logam yang terlarut. Oleh karena itu perlu dipilih jenis pangan
yang layak dikemas dengan kaleng atau kemasan logam, agar kualitas
tambahan pada pembuatan kaleng seperti: cat, serta bahan pelapis kaleng
manusia.
bekas lainnya yang telah diputihkan. Struktur dasar kertas adalah bubur
pelapis. Bahan berbahaya yang ada dalam kertas, yang dapat bermigrasi
dapat melarutkan timbal (Pb) yang terkandung pada tinta dan bermigrasi
ke produk pangan.
yang ditandai dengan munculnya rasa haus dan rasa logam. Gejala lain
yang dapat muncul adalah sembelit, kram perut,mual, muntah, kolik, dan
tinja berwarna hitam, dapat pula disertai dengan diare atau konstipasi.
terjadi dalam 1-2 hari. Apabila keracunan akut teratasi, umumnya akan
klor (chlorine), bila terkena suhu tinggi akan menghasilkan dioksin yaitu
disertai dengan erupsi kulit dan kista). Selain itu dioksin juga dapat
terhadap air, gas ataupun asam, atau memiliki sifat inert. Kemasan kaca
juga dapat diberi warna, banyak digunakan untuk produk minuman yang
yang paling aman untuk produk pangan. Porselen atau keramik, biasanya
sering digunakan sebagai gelas atau peralatan makan. Selain ada yang
dibuat dari tanah liat, ada pula porselen yang dibuat dari bahan dolomite
Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih gelas,
atau peralatan makan dari porselen antara lain suhu pembakaran pada saat
pada suhu sangat tinggi yaitu di atas 1200C. Pembakaran yang sempurna
akan menghasilkan porselen yang baik dan kuat. Namun bila pembakaran
kurang dari 800C, maka porselen yang dihasilkan akan kurang baik. Bila
bahan baku yang digunakan adalah dolomite, maka kualitas porselen juga
gizi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan makanan cepat saji
kandungan gizi tertentu sesuai dengan bahan yang diolahnya baik itu makanan
ringan dalam kemasan yang pada umumnya siap disantap langsung maupun
diketahui dengan pasti kandungan gizi dari makanan tersebut kecuali bagi
seseorang yang mengetahui rata-rata zat gizi dari makanan tersebut dari
makanan kemasan yang siap dikonsumsi dan memiliki izin peredaran dari
tersebut.
banyak kalori yang dikonsumsi setiap penyajian, mengetahui jumlah total dari
lemak, termasuk lemak jenuh dan lemak trans. Lemak tersebut dapat
26
mengetahui nilai gizi, dapat melalui informasi kandungan gizi yang tertera
Information atau Nutrition Fact atau Nutrition labeling merupakan salah satu
sebagai daftar kandungan zat gizi pangan pada label pangan sesuai dengan
Konsumsi diet tinggi gula, lemak jenuh, garam dan kalori dapat menyebabkan
2012).
lainnya tidak luput oleh peranan bahan tambahan makanan (BTM) atau yang
sering disebut pula bahan tambahan pangan (BTP). Definisi Bahan Tambahan
27
Pangan (BTP) menurut PP. No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan ialah bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk
RI nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan, bahan tambahan pangan adalah bahan
atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan
atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti
gumpal, pemucat dan pengental. Bahan Tambahan Pangan ini berupa bahan
atau campuran bahan yang secara alami dan bukan merupakan bagian dari
lebih baik, renyah dan lebih enak, memberikan warna dan aroma lebih
dengan rasa dan tekstur yang lebih sempurna. Pada intinya penggunaan bahan
demikian, penggunaanya dalam dosis yang tidak terlalu tinggi atau melebihi
produk dari bau apek (tengik), misalnya pada makanan ringan yang
pada makanan ringan biasanya ditambahkan BTP penguat rasa MSG agar
menghasilkan berbagai macam flavor seperti rasa pizza, rasa sate ayam dan
barbeque.
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 722 tahun 1988 tentang Bahan
alam &pewarna sintetik), penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, sekuestran.
diperbolehkan:
waktu lama mau tidak mau akan menimbulkan efek tidak baik terhadap
kesehatan, oleh karena itu maka dibatasi kadar penggunaannya di dalam produk.
Untuk BTP yang sudah dikaji keamanannya terutama oleh institusi terpercaya
melalui pengkajian ilmiah yang cukup mendalam dan sudah melalui serangkaian
studi baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk mengetahui efek
pangan seperti yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 722
Dulsin (dulcin)
Kloramfenikol (chloramphenicol)
Nitrofurazon (nitrofurazone)
Formalin (formaldehyde)
untuk memastikan pangan yang memenuhi syarat. Dari hasil analisis sampel
2001 hingga Mei 2003, dapat disimpulkan bahwa masih ada pangan olahan
Rhodamin B
terhirup atau terserap melalui kulit. Gejala keracunan meliputi iritasi pada
31
pasar untuk industri tekstil. Bahan tersebut biasanya dibeli dalam partai
besar, dikemas ulang dalam plastik kecil dan tidak berlabel sehingga dapat
Boraks
tekstur dan flavor. Boraks bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan
dalam tubuh, dapat menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, penyakit
kulit, kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut, dan bahkan kematian.
Jika tertelan 5-10g boraks oleh anak-anak bisa menyebabkan shock dan
kematian.
Formalin
industri plastik, anti busa, bahan konstruksi, kertas, karpet, tekstil, cat dan
dan bila terminum dapat menyebabkan rasa terbakar pada tenggorokan dan
32
menyebabkan kematian.
4. Pemilihan Makanan
baik berupa makanan yang sesuai dengan selera (suka/ tidak suka) maupun
yang baik maupun kurang baik. Keterlibatan yang tinggi seperti selalu
Menurut Elizabeth dan Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989) ada tiga
1. Pengetahuan
konsumen untuk mengerti suatu pesan, membantu mengamati logika yang salah,
dan dapat menghindari penafsiran yang tidak benar Engel et all (1995) dalam
remaja sehingga dapat memilih makanan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan
dan seleranya.
perubahan sikap dan perilaku gizi. Pengetahuan juga merupakan salah satu
baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhatikan kualitas dan
2. Usia
Summebell et all (1995) menyatakan pada kelompok umur 39-59 tahun total
energi yang diperoleh dari konsumsi makanan ringan adalah sebesar 25,5 %
pada laki-laki dan 21,4% pada perempuan. Sementara pada usia 65-91 tahun
tahun total energi yang diperoleh dari konsumsi makanan ringan hanya 16,6%
3. Jenis kelamin
dan gizi serta menunjukan perhatian yang lebih besar terhadap keamanan
perempuan. Hal ini disebabkan karena pada usia remaja, perempuan lebih
konsumsi makanan ringan pada anak laki-laki dan anak perempuan cenderung
cenderung lebih tinggi dari pada anak perempuan. Konsumsi makanan ringan
35
4. Pendapatan
oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu
pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran
transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi
Pendapatan mahasiswa bisa berasal dari uang saku dari orang tua, dan
beasiswa (jika penerima beasiswa). Yang dimaksud dengan uang saku dari
orangtua adalah uang saku yang diterima setiap bulan atau setiap minggu,
dari uang saku inilah yang selanjutnya mahasiswa gunakan dalam memenuhi
pengeluaran konsumsi mereka baik itu konsumsi makanan dan non makanan
(Agung, 2012). Menurut Benjamin et all (2004) dalam Arifyani (2010). Uang
Biasanya seseorang akan memilih makanan yang sesuai dengan uang saku
mereka. Dengan uang saku yang cukup besar biasanya seseorang akan sering
5. Keterampilan memasak
yang berada dari rumah, dan berbagai makanan sehat dapat dicapai oleh
orang-orang yang secara teratur memasak yang berawal dari bahan mentah
dengan nutrisi seperti garam, lemak jenuh dan gula) yang akan diikuti lebih
ketat, untuk membantu mencapai diet gizi seimbang, karena gizi diketahui
6. Status Gizi
penting dari status kesehatan sesorang. Status gizi sering digunakan sebagai
2011).
pilihan makanan (Dorothy, 2006), misalnya orang yang memiliki status gizi
lebih berusaha menurunkan berat badan dengan diet biasanya akan memilih
7. Faktor makanan
penglihatan atau cita rasa daripada sinyal internal yang berupa rasa lapar
(Gibney, et al, 2009). Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah alasan
utama bagi seseorang untuk suka dan tidak suka terhadap makanan. Atribut
38
sensori seperti (rasa, warna, tekstur, dan bentuk) dapat berkontribusi dengan
menentukan apakah makanan akan ditelan atau lebih akan dimakan (Lau et al.,
berbagai tak terbatas zat-zat volatil. Bau makanan secara kimiawi kompleks
dan menstimulasi sejumlah reseptor (Hara dan Hukum, 1972 dalam Weaver,
kualitas atau modifikasi metode (Aminah 1989 dalam Haryati 2009). Institut
oleh panca indera seperti melihat, bau, rasa, sentuh dan dengar (IFT 1981
yaitu mata, hidung, lidah, kulit dan telinga. Penilaian ini berhubungan dengan
tanggapan konsumen terhadap rupa bentuk, aroma, citarasa, tekstur dan rasa
membedakan manis, asam, asin, dan pahit ketika zat bersentuhan dengan
lidah. Definisi kedua adalah bahwa rasa adalah kombinasi dari rasa, bau dan
2003). Studi telah menunjukkan rasa baru bahwa setidaknya ada enam selera
sensorik, menambahkan selera lemak dan Umami. umami berarti 'lezat' dalam
bahasa Jepang dan itu adalah kata yang sering digunakan untuk
sensorik terakhir yang terjadi Banyak studi ilmiah telah menyimpulkan bahwa
memberikan uap ke hidung. Selama proses ini molekul individu rasa yang
adalah penilaian indera untuk menguji suatu kualitas bahan pangan dengan
cara merasa, meraba, dan melihat untuk menentukan kualitas makanan, faktor
Menurut Mukri (1990) dalam Aristi (2011) cita rasa makanan ditimbulkan
cita rasa yang tinggi adalah makanan yang disajikan menarik, menebar aroma
sedap dan memberikan rasa yang lezat. Selain itu, Warna memegang penting
dalam penampilan suatu makanan dan merupakan hal yang harus diperhatikan
tarik terbesar untuk menikmati aroma makanan. Warna dalam makanan dapat
menurunkan selera makan, namun harus diperhatikan pula zat pewarna yang
kesehatan.
41
cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan dan dapat merangsang getah
suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh suatu bahan
tersebut, tekstur dapat mengubah rasa dan bau karena dapat mempengaruhi
air liur. Bila semakin kentar suatu bahan, penerimaaan terhadap intensitas
rasa, bau dan cita rasa semakin berkurang (Winarno, 1989 dalam Aristi,
2011).
dampak yang besar pada pembelian makanan dan minuman mereka, harga
Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus dan terutama
anak-anak dan kaum wanita biasanya mendapat prioritas terakhir dalam hal
makanananya. Hal tersebut dapat mempengaruhi status gizi dari anak maupun
kamum wanita tersebut, padahal jumlah energi yang diperlukan oleh ibu
bekerja dikantor.
9. Mobilitas
bebas mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
biasanya semakin tinggi pula ketergantungan akan makanan instan yang mana
hal ini dapat mengganggu asupan nutrisi ke dalam tubuh. Menurut Boutelle
setidaknya tiga kali seminggu cenderung memiliki lebih banyak chip dan soda
yang tersedia.
gizi yang tentunya terkait dengan pemilihan makanan, hal ini merupakan
1989).
keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya
rumah tangga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu rumah tangga kecil, sedang,
dan besar. Rumah tangga kecil adalah rumah tangga yang jumlah anggotanya
kurang atau sama dengan 4 orang. Rumah tangga sedang adalah rumah tangga
yang memiliki anggota antara lima sampai tujuh orang, sedangkan rumah
tangga besar adalah rumah tangga dengan jumlah anggota lebih dari tujuh
orang (BKKBN, 1998 dalam Ermawati, dkk, 2009). Pada skala rumah tangga
merupakan salah satu peran keluarga dalam membentuk perilaku makan yang
sehat. Family food rules terdiri dari kewajiban untuk makan makanan yang
sehat dan larangan makan makanan yang tidak sehat. Jadwal makan keluarga
juga merupakan salah satu dari family food rules, yang dapat membantu
makan. Peran fasilitas sosial yang dalam hal ini jumlah keluarga pada asupan
energi berhubungan positif antara jumlah orang yang hadir pada saat
dengan asupan energi yang tinggi seperti makanan pokok. Misalnya makanan
yang disantap bersama dengan orang lain rata-rata 44% lebih banyak daripada
makanan yang disantap sendirian dan pilihan makanan lebih tinggi pada
makanan dengan karbohidrat, lemak, protein dalam jumlah yang lebih besar.
Hal ini diasumsikan bahwa hubungan itu bersifat klausal yang mencerminkan
gangguan, makanan yang lebih menggoda dan durasi bersantap yang lebih
pindah dari desa ke kota dimana lebih banyak tersedia makanan cepat saji.
C. Kerangka Teori
Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu individu
memasak, status kesehatan), makanan (rasa, warna, tekstur, harga, tipe makanan,
masyarakat).
46
Konsumsi makanan
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
dan Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989) terdiri dari faktor individu (usia,
makanan tidak di teliti karena biasanya makanan cepat saji berupa makanan
47
48
3. Sementara musim tidak diteliti karena desain penelitian ini cross sectional
sehingga peneliti hanya mengukur kejadian pada saat itu sehingga musim
yang berkaitan dengan bencana alam tidak diteliti karena responden pada
5. Tingkat sosial masyarakat tidak diteliti karena pada masa kini tingkat sosial
di keluarga sudah tidak menjadi hal yang diutamakan karena seorang ibu
rumah tangga dan anak bisa duduk satu meja dengan kepala keluarga untuk
6. Jumlah keluarga karena penelitian ini cros sectional artinya peneliti hanya
menilai pada saat itu juga, sementara responden dalam penelitian ini
bersama keluarga maka dari itu jumlah keluarga tidak diikut sertakan.
Faktor individu:
Usia
Jenis kelamin
Pengetahuan
Pendapatan (uang saku)
Status kesehatan (status gizi)
Faktor makanan:
Rasa Pemilihan makanan cepat saji
Warna
Tekstur
Harga
Bumbu makanan
Faktor lingkungan:
Perpindahan penduduk
B. Definisi Operasional
47
51
40
C. Hipotesis Penelitian
status gizi, uang saku) terhadap pemilihan makanan cepat saji pada
mahasiswa FKIK.
2. Ada hubungan antara faktor makanan (rasa, warna, tekstur, bentuk, bumbu,
FKIK.
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain studi yang digunakan adalah rancangan studi
mempelajari faktor-faktor resiko terjadinya efek yang berupa penyakit atau status
termasuk faktor risiko dan variabel efek di observasi sekaligus dalam waktu yang
bersamaan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Desember 2012.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Populasi yang diamati pada penelitian ini
adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
berdasarkan rumus uji hipotesis beda dua proporsi. Dengan perhitungan sebagai
berikut:
53
54
Keterangan :
n : Jumlah sampel
(0,29-0,27)2
n = 43 orang
n = 43 x 2 = 85 orang
terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok
yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai bila populasi dapat
pengambilan kelas pada tiap prodi, setelah itu, tahap kedua adalah penarikan
sampel dari masing-masing kelas yang telah dipilih, dalam pemilihan sampel
pada tiap kelas tersebut digunakan tabel acak untuk menentukan responden yang
cluster sampling 2 tahap maka jumlah sampel dikalikan 2 menjadi 172 orang,
untuk mengantisipasi sampel droup out maka peneliti menambah dari jumlah
sampel yang dibutuhkan sebesar 10%, sehingga jumlah seluruh sampel yang
D. Pengumpulan Data
diperoleh melalui dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
kesehatan), faktor makanan: rasa, warna, tekstur, bentuk, dan bumbu, harga,
2. Data Sekunder
E. Pengukuran Data
yang biasa dipilih responden dalam pemilihan makananya yang tersaji dalam
ini terdiri dari pemilihan makanan cepat saji baik dan pemilihan makanan
cepat saji kurang baik. Syaratnya jika skor < median dikatakan responden
memiliki pemilihan makanan cepat saji kurang baik dan jika skor median
makan yang rendah kalori, rendah lemak, rendah natrium, perhatian terhadap
tambahan pangan.
2. Jenis Kelamin
respoden hanya boleh mengisi satu jawaban saja yaitu laki-laki atau
perempuan.
57
3. Pengetahuan
dengan memberikan nilai 2 pada jawaban yang benar dan 1 untuk jawaban
yang salah. Nilai total bagi setiap responden diperoleh dengan cara
menjadi kurang baik, apabila skor nilai < median dan baik apabila skor nilai
median.
4. Uang Saku
menuliskan besarnya uang jajan sesuai dengan jumlah uang yang diterima
oleh responden setiap harinya dari orang tua/wali responden untuk keperluan
jajan. Selanjutnya ditentukan median atau titik tengah dari jumlah uang saku
rendah apabila < dari median uang saku mahasiswa dan tinggi apabila dari
3. Faktor Makanan
Untuk mengetahui faktor makanan yang terdiri dari rasa, tekstur, wrna,
bentuk, bumbu, dan harga. Pertanyaan disajikan dalam bentuk skala likert.
yang terdiri dari jawaban sangat tidak penting dengan skor 1, tidak penting
58
dengan skor 2, penting dengan skor 3, dan sangat penting dengan skor 4.
dikategorikan menjadi tidak penting apabila < dari median dan penting
dan setiap respoden hanya boleh mengisi satu jawaban saja yaitu berpindah
F. Pengolahan Data
pengolahan data primer dari variabel dependen dan variabel independen adalah
sebagai berikut:
1. Editing
2. Coding
3. Entry data
4. Cleaning data
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
Analisis data bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan yang
Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai P, dimana dalam
maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara kedua variabel tersebut. Sebaliknya jika P value < 0,05
independen maka dilihat nilai Odds Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya
bermotivasi dalam berperilaku aman. Dan jika nilai OR > 1 artinya variabel
UIN Jakarta. Kampus ini berlokasi di Jl. Kertamukti Pisangan, Ciputat Jakarta
Selatan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta ini memiliki empat
program studi yang terdiri dari program studi Kesehatan Masyarakat, Farmasi,
Keperawatan, dan Pendidikan Dokter. Jumlah mahasiswa hingga akhir periode 2012
ini adalah berjumlah 1345 orang yang terbagi dalam masing-masing program studi.
Tabel 5.1 Jumlah dan Distribusi Mahasiswa FKIK UIN Jakarta Tahun 2012
Program studi Jumlah mahasiswa
Kesehatan masyarakat 429
Farmasi 369
Keperawatan 203
Pendidikan Dokter 344
Total 1345
Sumber: Data Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Jakarta tahun 2012
Pengambilan sampel diambil dengan menggunakan metode random atau acak
dengan bantuan tabel acak sehingga diperoleh proporsi sampel dari masing-masing
farmasi, 27 untuk keperawatan dan 47 untuk jurusan pendidikan dokter sehingga total
61
62
tertinggi pada variabel tanggal kadarluasa sebesar (84%), rasa (62,4%), dan warna
natrium (50,3%), rendah kalori (35,9%), dan rendah lemak dan sebesar (28.7%).
63
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Cepat Saji Yang Sering di
Konsumsi
Jenis makana
Jumlah dalam 1x
cepat saji N Frekuensi
makan
2x >2x 3 >3
Fried chiken 65 (35,9%) 65 (35,9%) - 61(33,7%) 4 (2,2%)
Pizza 19 (10,5%) 18 (9,9%) 1 (0,6%) 18 (9,9%) 1 (0,6%)
Humberger 20 (11%) 17 (9,4%) 3 (1,7%) 19 (10,5%) 1 (0,6%)
Gorengan 132 (72,4%) 67 (36.5%) 65(35,9%) 109 (60,2%) 23 (12,7%)
Bakso 100 (55,2%) 93 (51,4%) 7 (3,9%) 93(51,4%) 7 (3,9%)
Mie ayam 75 (41,4%) 75 (41,4%) - 75(41,4) -
Ciki 63 (34,8%) 57 (31,5%) 6 (3,3%) 63 (34,8%) -
Keripik 98 (54,1%) 97(53,6%) 1 (0,6%) 92 (50,8%) 6 (3,3%)
Cokelat 95 (52,5%) 91(50,3%) 4 (2,2%) 88 (48,6%) 6 (3,3%)
Biscuit 101 (55,8%) 72 (39,8%) 29 (16%) 88 (48,6%) 13 (7,2%)
Kriuk 69 (38,1%) 65 (35,9%) 4 (2,2%) 65 (35.9%) 3 (2.2%)
Siomay 64 (35,4%) 63 (34,3%) 2 (1,1%) 61 (33,7%) 4 (2,2%)
Cilok 28 (15,5%) 23 (12,7%) 5 (2,8%) 27 (14,9%) 1 (0,6%)
Otak2 12 (6,6%) 10 (5,5%) 2 (1,1%) 11(5,5%) 1 (0,6%)
Cakwe 13 (92,8%) 11 (6,1%) 2 (1,1%) 13 (7,2%) -
Cimol 33 (18,2%) 31 (17,1%) 2 (1,1%) 30 (16,6%) 3 (1,7%)
Mie instan 123 (68%) 120 (66,3%) 3 (1,7%) 108 (59,7%) 15 (8,3%)
Bubur 13 (7,2%) 12 (6,6%) 1 (0,6%) 7 (3,9%) 6 (3,3%)
Sphagety 17 (9,4%) 15 (8,3%) 2 (1,1%) 13 (7,2%) 3 (1,7%)
Sumber : Data Primer
64
Berdasarkan tabel diatas jenis makanan cepat saji yang paling sering dikonsumsi
responden berturut-turut adalah sebagai berikut: gorengan (72,4%), mie instan (68%),
B. Analisis Univariat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan tahun 2012 diperoleh hasil yang
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kategori Pemilihan makanan Cepat Saji Pada
mahasiswa FKIK UIN Jakarta, dapat dikatahui jumlah mahasiswa yang melakukan
pemilihan makanan cepat saji dengan baik lebih tinggi yaitu sebesar 110 (60,8%)
cepat saji kurang baik yaitu sebesar 71 (39,2%). Kategori pemilihan makanan
cepat saji ini berdasarkan pertimbangan yang dilakukan dalam memilih makanan
tanggal kadarluasa, komposisi makanan, bahan tambahan pangan, cita rasa serta
penggunaan kemasan.
Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012, diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.5
berikut ini.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012 yang ikut
(14,9 %).
3. Gambaran Pengetahuan
Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012, diperoleh hasil yang disajikan pada tabel
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012, jumlah
responden yang memiliki pengetahuan baik lebih tinggi yaitu sebesar 141 (77,9%)
Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012, diperoleh hasil yang disajikan pada
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012, jumlah responden
yang memiliki status gizi normal lebih banyak yaitu sebesar 112 (61,9%)
67
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012, diperoleh
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun
2012, jumlah responden yang menganggap variabel rasa penting dalam memilih
makanan lebih banyak yaitu sebesar 175 (96,7%) repsonden dibandingkan dengan
yang menganggap variabel rasa tidak penting yaitu sebesar 6 (3,3%) responden.
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012,
Tahun 2012
makanan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
Tahun 2012, jumlah responden yang menganggap variabel tekstur merupakan hal
yang penting dalam memilih makanan lebih banyak yaitu sebesar 159 (87,8%)
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012,
makanan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
Tahun 2012, jumlah responden yang menganggap variabel warna merupakan hal
yang penting dalam memilih makanan lebih banyak yaitu sebesar 152 (84%)
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012,
makanan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
Tahun 2012, jumlah responden yang menganggap variabel bentuk merupakan hal
yang penting dalam memilih makanan lebih banyak yaitu sebesar 147 (81,2%)
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012,
makanan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
Tahun 2012, jumlah responden yang menganggap variabel bumbu merupakan hal
yang penting lebih banyak yaitu sebesar 176 (97,2%) repsonden dibandingkan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012, diperoleh
makanan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
Tahun 2012, jumlah responden yang menganggap variabel harga merupakan hal
yang penting dalam memilih makanan lebih banyak yaitu sebesar 168 (92,8%)
Analisis univariat perpindahan tempat tinggal yang dalam hal ini dinilai
Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012, diperoleh hasil yang disajikan pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012,
jumlah responden yang berpindah tempat tinggal lebih banyak yaitu sebesar 131
Analisis univariat pendapatan yang dalam hal ini dinilai melalui uang saku
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012, diperoleh
Tabel 5.15 Distribusi uang saku Pada Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
UIN Jakarta Tahun 2012, jumlah responden yang uang saku Rp.20000 dalam
sehari lebih banyak yaitu sebesar 104 (57,5%) responden dibandingkan dengan
responden yang uang sakunya < Rp. 20000 yaitu sebesar 77 (42,5%) responden.
73
C. ANALISIS BIVARIAT
Cepat Saji
pemilihan makanan cepat saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel
Pemilihan makanan
Jenis Kurang P-
Baik Total OR
Kelamin Baik value
n (%) n (%)
dengan responden laki-laki (44,4%). Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta Tahun 2012 (P value
2,188 kali untuk melakukan pemilihan makanan cepat saji yang kurang baik
Saji
pemilihan makanan cepat saji pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel
Pemilihan makanan
Kurang
Pengetahuan Baik Total P-value OR
Baik
n (%) n (%)
pengetahuan baik cenderung untuk melakukan pemilihan makanan cepat saji baik
pengetahuan kurang baik (55%). Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta Tahun
75
baik memiliki peluang 1,358 kali untuk melakukan pemilihan makanan cepat saji
yang kurang baik dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik.
Saji
makanan cepat saji pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel 5.18 berikut
ini.
Pemilihan makanan
Kurang
Status gizi Baik Total OR
Baik P-value
n (%) n (%)
32 26 1,422
Kurus 58(100%) C1 (0,375-
(55,2%) (44,8%)
5,392)
32 80 0,001
Normal 112(100%) 4,375
(28,6%) (71,4%)
CI (1,198-
15,974)
Gemuk 7 (66,3%) 4(36,4%) 11(100%)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki status
gizi normal cenderung untuk memiliki pemilihan cepat saji baik lebih tinggi
yaitu sebesar (71,4%) dibandingkan dengan responden yang memiliki status gizi
76
kurus (44,8%) dan gemuk (36,4%). Hasil uji Chi Square menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara status gizi dengan pemilihan makanan pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta Tahun
yang memiliki status gizi kurus memiliki peluang 1,422 kali untuk melakukan
pemilihan makanan cepat saji yang kurang baik dibandingkan dengan responden
yang memiliki status gizi gemuk dan responden yang memiliki status gizi normal
memiliki peluang 4,375 kali untuk melakukan pemilihan makanan cepat saji
yang kurang baik dibandingkan dengan responden yang memiliki status gizi
sgemuk .
makanan cepat saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel 5.19 berikut
ini.
Pemilihan makanan
Kurang P-
Rasa Baik Total OR
Baik value
n (%) n (%)
Tidak 0,300
1 (16,7) 5(83,3) 6 (100)
penting 0,406 CI (0,034-
Penting 70 (40) 105 (60) 112 (100) 2,632)
77
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menganggap rasa
cepat saji baik lebih tinggi yaitu sebesar (83,3%) dibandingkan dengan responden
yang menganggap rasa merupakan variabel penting dalam pemilihan makanan yang
hanya (60%). Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara rasa
dengan pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta Tahun 2012 (P value = 0,406). Berdasarkan
responden yang menganggap rasa tidak penting dalam memilih makanan cepat saji
memiliki peluang 0,300 kali untuk melakukan pemilihan makanan cepat saji yang
kurang baik dibandingkan dengan responden yang menganggap rasa penting dalam
makanan cepat saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel 5.20 berikut
ini.
78
Tahun 2012
Pemilihan makanan
Kurang
Tekstur Baik Total P-value OR
Baik
n (%) n (%)
Tidak
12 (54,4) 10 (45,5) 22 (100) 2,034
penting 0,181 CI (0,828-
Penting 59 (37,1) 100 (62,9) 159 (100) 4,996)
tekstur merupakan variabel yang penting dalam pemilihan makanan cepat saji
cenderung untuk memiliki pemilihan makanan cepat saji baik lebih tinggi yaitu
merupakan variabel nyang tidak penting dalam pemilihan makanan yang hanya
(45,5%). Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara tekstur
dengan pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta Tahun 2012 (P value = 0,181). Berdasarkan
responden yang menganggap tekstur tidak penting dalam memilih makanan cepat
saji memiliki peluang 2,034 kali untuk melakukan pemilihan makanan cepat saji
makanan cepat saji pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel 5.21 berikut
ini.
Tahun 2012
Pemilihan makanan
Kurang
Warna Baik Total P-value OR
Baik
n (%) n (%)
baik lebih tinggi yaitu sebesar (64,5%) dibandingkan dengan responden yang
menganggap warna merupakan variabel yang tidak penting (41,4%). Hasil uji Chi
Square menunjukkan ada hubungan antara warna dengan pemilihan makanan cepat
saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta
tidak penting dalam memilih makanan cepat saji memiliki peluang 2,571 kali untuk
80
melakukan pemilihan makanan cepat saji yang kurang baik dibandingkan dengan
responden yang menganggap warna penting dalam memilih makanan cepat saji.
makanan cepat saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel 5.22 berikut
ini.
Tahun 2012
Pemilihan makanan
Kurang
Bentuk Baik Total P-value OR
Baik
n (%) n (%)
Tidak
12 (35,3) 22 (64,7) 34 (100) 0,814
penting 0,744 CI
(0,374-
Penting 59 (40,1) 88 (59,9) 147 (100) 1,769)
pemilihan makanan baik lebih tinggi yaitu sebesar (64,7%) dibandingkan yang
(59,9%). Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara bentuk
dengan pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta Tahun 2012 (P value = 0,744). Berdasarkan
81
responden yang menganggap bentuk tidak penting dalam memilih makanan cepat
saji memiliki peluang 0,814 kali untuk melakukan pemilihan makanan cepat saji
yang kurang baik dibandingkan dengan responden yang menganggap warna penting
makanan cepat saji pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel 5.23 berikut
ini.
Tahun 2012
Pemilihan makanan
Kurang
Bumbu Baik Total P-value OR
Baik
n (%) n (%)
Tidak
3 (60%) 2 (40%) 5 (100) 2,382
penting 0,382 CI(0,388-
14,626)
Penting 68 (38,6) 108 (61,4) 108 (100)
memiliki pemilihan makanan cepat saji baik lebih tinggi yaitu sebesar (61,4%)
penting dalam pemilihan makanan (40%). Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak
ada hubungan antara bumbu dengan pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta Tahun 2012 (P value
memilih makanan cepat saji memiliki peluang 2,382 kali untuk melakukan
pemilihan makanan cepat saji yang kurang baik dibandingkan dengan responden
makanan cepat saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel 5.24 berikut
ini.
Tahun 2012
Pemilihan makanan
Kurang
Harga Baik Total P-value OR
Baik
n (%) n (%)
Tidak
3 (23,1%) 10 (76,9%) 13(100) 0,441
penting 0,346 CI
(0,177-
Penting 68 (40,5) 108 (59,5) 168 (100) 1,662)
83
harga tidak penting dalam pemilihan makanan cenderung untuk memiliki pemilihan
makanan cepat saji baik lebih tinggi yaitu sebesar (76,9%) dibandingkan yang
makanan (59,5%). Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara
harga dengan pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta Tahun 2012 (P value = 0,346).
1,662), artinya responden yang menganggap harga tidak penting dalam memilih
makanan cepat saji memiliki peluang 0,441 kali untuk melakukan pemilihan
makanan cepat saji yang kurang baik dibandingkan dengan responden yang
dengan pemilihan makanan cepat saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada
Pemilihan makanan
Perpindahan Kurang
Baik Total P-value OR
Penduduk Baik
n (%) n (%)
Tidak
berpindah 15 (30) 35 (70) 50 (100)
0,951 CI
tempat tinggal 0,161 (0,868-
Berpindah 3,498)
56 (42,7) 75 (57,3) 131(100)
tempat tinggal
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang tidak berpindah
tempat tinggal cenderung untuk memiliki pemilihan makanan cepat saji baik lebih
tinggi yaitu sebesar (70%) dibandingkan dengan responden yang berpindah tempat
tinggal (53,7%). Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta Tahun 2012 (P value
peluang 0,951 kali untuk melakukan pemilihan makanan cepat saji yang kurang
11. Analisis Hubungan Antara Uang Saku Dengan Pemilihan makanan Cepat
Saji
pemilihan makanan cepat saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel
Pemilihan makanan
Kurang
Uang saku Baik Total P-value OR
Baik
n (%) n (%)
Uang saku
dibawah rata- 28(36,4) 49(63,6) 77(100)
rata <Rp.20000 0,811
0,600 CI (0,442-
Uang saku
1,487)
rata-rata 43(41,3) 61(58,7) 104 (100)
Rp.20000
pemilihan makanan baik lebih banyak pada responden yang memiliki uang saku
dibawah rata-rata < Rp. 20000 (63,6%) dibandingkan dengan responden yang
memiliki uang saku diatas rata-rata Rp. 20000 (58,7%). Hasil uji Chi Square
menunjukkan tidak ada hubungan antara uang saku dengan pemilihan makanan
cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun UIN
86
uang saku dibawah rata-rata memiliki peluang 0,811 kali untuk melakukan
pemilihan makanan cepat saji yang kurang baik dibandingkan dengan responden
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memungkinkan terjadinya bias dimana pada variabel status gizi
yang seharusnya diukur dengan indikator berat badan dan tinggi badan dilakukan
pengukuran pada tiap responden, namun karena jumlah respoden cukup banyak, maka
peneliti tidak melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan secara langsung
sehingga bisa jadi respoden hanya mengingat berat badan pada saat terakhir
pengkuran. Kemungkinan hal tersebut akan berpengaruh pada validitas data sehingga
data berat badan dan tinggi badan tidak menunjukan data yang sebenarnya.
kalori, randah lemak dan rendah natrium sehingga kemungkinan responden hanya
Selain itu bias penelitian lain juga bisa disebabkan karena responden membawa
oleh orang lain. Hal ini disebabkan karena penelitian ini memiliki pertanyaan yang
cukup banyak sehingga waktu respoden untuk mengisi kuesioner kemungkinan cukup
lama, akibatnya hal ini akan mengganggu jadwal kuliah dari responden. Oleh karena
87
88
dari luar (Skinner 1938 dalam Notoatmodjo, 2003). Meskipun perilaku adalah bentuk
respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme, namun
dalam memberikan respons sangat bergantung pada karakteristik individu atau faktor
lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulus yang diberikan
sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda karena perilaku
merupakan hasil antara berbagai faktor baik faktor eksternal maupun internal.
orang yang bersangkutan seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin
dan sebagainya, sementara yang termasuk faktor eksternal adalah lingkungan baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Namun faktor
lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku
seseorang karena biasanya faktor lingkungan ini berada dibawah kendali atau
Perilaku memilih makanan merupakan sebuah respons dari suatu stimulus yang
sebagai respons sesorang dalam memilih makanan yang sesuai dengan selera namun
sesuai dengan syarat kesehatan sehingga mengarah kepada pemilihan makanan yang
baik.
89
Seseorang yang memiliki stimulus faktor internal yang baik maka akan
pemilihan makanan yang baik, Menurut Gibney et all (2009) keterlibatan sesorang
dalam sebuah produk berarti seseorang mengangap produk tersebut sangat penting
tentang produk tersebut sehingga hal tersebut dapat memfasilitasi informed choice
(memilih setelah mendapatkan informasi), namun hal ini tidak terlepas dari pengaruh
faktor internal yang juga mendukung dalam memilih makanan yang baik pula, karena
mempengaruhi.
Dalam penelitian ini kategori pemilihan makanan dapat dilihat dari keterlibatan
keterlibatan tinggi terhadap variabel makanan yang rendah kalori, rendah lemak,
Hasil penelitian pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN
Jakarta yang berkaitan dengan pemilihan makanan cepat saji, menunjukan bahwa
mahasiswa yang memiliki pemilihan makanan cepat saji baik memiliki presentase
yang lebih tinggi yaitu sebesar 60,8% dibandingkan dengan mahasiswa dengan
pemilihan makanan cepat saji yang kurang baik yaitu sebesar 39,2%. Sementara
pada variabel konsumsi rendah natrium (50,3%), rendah kalori (35,9%), dan rendah
lemak sebesar (28.7%). Sementara jenis makanan cepat saji yang paling sering
Dalam hal ini untuk mengukur kevalidan pernyataan responden terkait kebiasaan
responden dalam pemilihan makanan yang rendah kalori, lemak dan natrium. Peneliti
Peneliti mengambil jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh responden yaitu
gorengan, mie instan, biscuit, bakso, keripik. Jenis makanan ini dapat mewakili
makanan-makanan yang mengandung kalori, lemak dan natrium tinggi. Seperti bakso
dan gorengan merupakan salah satu jenis makanan yang tinggi kalori dan lemak,
sementara mie instan, biscuit dan keripik merupakan salah satu makanan yang tinggi
natrium.
yang rendah kalori sebanyak 5 orang memiliki frekuensi konsumsi gorengan 3 kali
gorengannya >3 kali dalam 1 minggu. Hal tersebut menunjukan masih terdapat
yang rendah natrium dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan selalu
frekuensi konsumsi mie instan 3 kali dalam 1 minggu dan pada responden ini tidak
terdapat rensponden yang mengonsumsi mie instan > 3 kali dalam 1 minggu. Hal
sekali.
dimana jenis makanannya adalah bakso dapat diketahui bahwa responden yang
yang memiliki frekuensi konsumsi bakso 3 kali dalam 1 minggu dan pada
responden ini tidak terdapat rensponden yang mengonsumsi bakso > 3 kali dalam 1
dalam seminggu.
dimana jenis makanannya adalah keripik dapat diketahui bahwa responden yang
orang yang memiliki frekuensi konsumsi keripik 3 kali dalam 1 minggu dan
terdapat 1 orang yang memiliki frekuensi konsumsi keripik >3 kali dalam 1 minggu.
saji. Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa tidak selalu seseorang yang
pemilihan makanannya baik belum tentu memiliki perilaku konsumsi yang baik pula..
perbedaan pemilihan makanan antara laki-laki dan perempuan, hal ini disebabkan
pengetahuan tentang makanan dan gizi serta menunjukan perhatian yang lebih
besar terhadap kemanan makanan, kesehatan dan penurunan berat badan. Pada
tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat
badan (Davison & Birch dalam Papalia 2008 dalam Andea, 2010). Pola ini
menjadi lebih umum diantara anak perempuan ketimbang anak laki-laki. Konsep
tubuh yang ideal pada perempuan adalah tubuh langsing (Sanggarwaty, 2003
dalam Andea, 2010), sedangkan pada laki-laki adalah tubuh berisi, berotot,
93
berdada bidang, serta biseps yang menonjol (McCabe & Ricciardeli, 2004 dalam
Andea, 2010), sehingga begitu seseorang merasa dirinya gemuk, biasanya orang
penelitian ini lebih tinggi yaitu sebesar 85% dibandingkan laki-laki yang hanya
cenderung untuk memiliki pemilihan makanan yang baik yaitu sebesar 63,6%
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pemilihan
cepat saji tersebut dimungkinkan karena proporsi perempuan yang ikut dalam
penelitian ini lebih banyak daripada pada laki-laki hal ini disebabkan karena
memang jauh lebih tinggi yaitu sebesar 71% dibandingkan presentase laki-laki
yang hanya 29% sehingga dalam pengambilan sampel, perempuan lebih memiliki
hubungan jenis kelamin terhadap pemilihan makanan cepat saji ini bersifat
homogen karena menurut Gibney et, all (2009) perempuan lebih cenderung
pemilihan makanan yang baik daripada laki-laki, hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Weaver (2009) dalam Azrimaidaliza (2011) pada mahasiswa
94
perhatian yang lebih besar pada keamanan pangan, kesehatan dan penurunan berat
badan. Perhatian yang tinggi terhadap penurunan berat badan disebabkan karena
Philips, dan Olivardia (2000 dalam Andea 2010) menunjukkan bahwa perempuan
image ini lebih mempengaruhi perempuan karena biasanya perempuan lebih ingin
rendah. Hal ini mengakibatkan banyak dari remaja perempuan yang mengontrol
berat badan dengan cara mengkonsumsi makanan yang rendah asupan kalori dan
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan data dalam penelitian ini dimana
terlihat bahwa perhatian perempuan lebih tinggi dalam hal pemilihan makanan
yang rendah kalori, hasil analisis menunjukan bahwa presentase perempuan lebih
sebesar 61,7% dibandingkan laki-laki yang sebesar 48,1%. Selain itu, perhatian
lebih tinggi memilih makanan rendah lemak, hasil analisis menunjukan bahwa
95
Gibney, et all (2009) perempuan juga menunjukan perhatian yang tinggi terhadap
kemanan pangan. Menurut Kartajaya (2003 dalam Marsellita, dkk 2009) wanita
sesuatu dengan lebih terperinci. Konsumen wanita juga sangat awas terhadap
berbagai isu. Sedangkan pria kurang memperhatikan detail dan isu yang terjadi.
Selain itu menurut Menurut Segal, Dasen, Berry dan Portinga (1990, dalam
Marsellita, dkk 2009) konsumen wanita lebih banyak tertarik pada warna dan
bentuk. Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian ini dimana perempuan lebih
lebih menunjukan perhatian yang lebih tinggi terhadap warna makanan yaitu
menunjukan perhatian yang lebih tinggi terhadap tanggal kadarluasa yaitu sebesar
perhatian yang lebih tinggi dalam hal penggunaan kertas bertinta yaitu sebesar
memang memiliki karakteristik yang mendetail dalam melihat suatu objek yang
mana dalam hal ini makanan, sehingga konsumen wanita lebih cenderung untuk
masyarakat salah satunya isu yang berkembang saat ini bahwa warna yang
wanita yang detail hal tersebut cukup mendapat perhatian dalam pemilihan
Prasyarat penting untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku gizi salah
baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhatikan kualitas dan
hasil resultant dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dan
kedua faktor tersebut berbeda pada setiap individu. Dalam hal ini pengetahuan
merupakan salah satu dari variabel faktor internal, perilaku yang ditampakan
faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan, sehingga perilaku yang tampak pada
seseorang berbeda-beda tergantung dari faktor yang dominan dari kedua faktor
tersebut.
Achmat, 2010) menyatakan bahwa perilaku seseorang didasari oleh sikap dan
terhadap perilaku tersebut serta kebalikannya. Selain itu, jika orang-orang lain
yang positif dan seseorang tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan orang-
orang lain yang relevan, maka itulah yang disebut dengan norma subjektif yang
makanan baik pula yaitu sebesar (62,4%) dibandingkan responden yang memiliki
98
pengetahuan kurang baik (55%). Bila dilihat hubungannya, tidak ada hubungan
(2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan terhadap
pola pemilihan makanan cepat saji (p-value = 0,92). Penelitian Syadiah (2009)
dalam Sihaloho (2012) pun mendapatkan hasil bahwa pada pelajar SMA
kosnumsi fast food memperoleh nilai (p-value = 0,77) artinya tidak ada hubungan
cepat saji kemungkinan disebabkan karena pengaruh faktor lain yang lebih besar
bahwa perilaku yang tampak pada seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal, faktor eksternal disini dimungkinkan pengaruh orang lain. Dalam
rekan kerja, dan orang-orang di berbagai organisasi yang kita milik. Dalam
sebuah studi tentang pilihan makanan yang dilakukan oleh Feunekes et al. (1998
dalam Jones, et al, 2011) menyatakan bahwa sebanyak 94% pemilihan makanan
seseorang serupa dengan pasangannya, 87% remaja serupa dengan orang tua
mereka, dan 19% pemilihan makanan antara remaja serupa dengan rekan-rekan
mereka.
99
Sementara dari penelitian ini dapat diketahui bahwa orang yang memiliki
pengetahuan baik lebih banyak pada orang yang tidak mengekos atau berpindah
tempat tinggal yaitu sebesar 80% sehingga kemungkinan penyebab tidak adanya
makanan cepat saji, hal ini dapat dilihat dari hasil peneilitian ini, responden yang
memiliki pemilihan makanan yang baik lebih tinggi pada responden yang tidak
mengekos yaitu sebesar 70% dibandingkan yang tidak mengekos yaitu sebesar
53,7%. Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat pada setiap individu,
makanan cepat saji yang baik dari keluarga mendorong mereka juga untuk
yang baik dan perilaku memilih makanan cepat saji yang baik pula. Oleh karena
itu, akan lebih baik jika memang pengetahuan yang dimiliki dan perilaku yang
baik tersebut dipertahankan agar menjadi suatu kebiasaan yang baik dalam
memilih makanan.
Status gizi merupakan bagian yang penting dari status kesehatan sesorang
(Suhardjo, 2003). Status gizi pada umumnya merupakan dampak dari pola
100
normal, atau tidak normal (kurus dan gemuk). Indikator status gizi diukur
status gizi normal lebih tinggi yaitu sebesar 61,9% dibandingkan dengan
responden yang tergolong status gizi kurus yang hanya 32% dan gemuk 6,1%
status gizi normal cenderung untuk melakukan pemilihan makanan baik yaitu
sebesar (71,4%) dibandingkan dengan responden yang memiliki status gizi kurus
dan gemuk. Bila dilihat hubungannya, terdapat hubungan yang signifikan antara
status gizi normal, ia terbiasa untuk memilih makanan yang baik sehingga
mempengaruhi status gizi mereka. Hal ini dapat terlihat dari beberapa variabel
konsumsi rendah kalori dan rendah lemak, responden yang memiliki status gizi
rendah lemak dan rendah kalori dengan masing-masing presentase 62,5% dan
67%.
cenderung untuk memiliki pemilihan makanan yang kurang baik lebih tinggi
yaitu sebesar 52,2%. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan kategori status
gizi terhadap pemilihan makanan rendah kalori dan lemak, pada responden
101
dengan kategori IMT kurus sebanyak 50% responden lebih cenderung untuk
tidak memilih makanan yang rendah kalori, dan sebanyak 46,6% tidak
memilih makanan yang rendah lemak, bila dilihat perilaku memilih makanan
cepat saji orang yang memiliki status gizi kurus justru seharusnya mengarahkan
mereka kepada status gizi yang lebih seperti pendapat yang dikemukakan
kalori dan lemak sehingga menyebabkan gizi lebih dan bisa mengarah pada
obesitas. Namun hal ini justru sebaliknya, mereka sudah mengkonsumsi makanan
yang tinggi kalori namun masih tetap berada pada status gizi kurus, kemungkinan
hal ini disebabkan responden yang memiliki status gizi kurus yang ikut dalam
penelitian ini memiliki laju metabolisme basal tubuhnya tinggi, laju metabolisme
basal maksudnya adalah jumlah energi yang dikeluarkan oleh tubuh seseorang
dalam keadaan beristirahat, setiap orang memiliki laju metabolisme basal tubuh
yang berbeda-beda. Pada orang yang memiliki laju metabolisme basal tubuh yang
tinggi, cenderung sulit gemuk kemungkinan hal inilah yang menyebabkan pada
sebagian orang yang banyak makan, namun tetap kurus (Heidy, 2012). Akibatnya
karena merasa tubuhnya kurus mereka cenderung banyak makan dan memilih
Sementara pada responden yang tergolong status gizi gemuk lebih tinggi
memiliki pemilihan makanan yang kurang baik yaitu sebesar 66,3%. Namun bila
pemilihan makanan rendah kalori dan lemak, responden dengan status gizi gemuk
dan rendah lemak sebesar 72,7%, hal ni menunjukan seseorang yang memiliki
status gizi gemuk memiliki keterlibatan yang tinggi dalam memilih makanan yang
rendah kalori dan lemak. Kemungkinan responden dalam penelitian ini kondisi
cenderung memperhatikan asupan kalori dan lemak namun karena genetik lebih
dominan pengaruhnya, mereka tergolong pada status gizi gemuk. Menurut Syarif,
2003 (dalam Hidayati 2005) bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi
obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan
bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%. Hipotesis Barker
oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang buruk (Kopelman 2002 dan
fenotipe (Newnham,2000 dalam Hidayati 2005) sehingga dalam hal ini dapat
Oleh karena itu, pada responden dengan status gizi normal yang
cenderung memiliki pemilihan makanan cepat saji yang baik diharapakan dapat
103
gizi yang kurus dan gemuk diharapkan dapat merubah gaya hidup dengan
metabolisme basal.
Pendapatan yang terpakai dan jumlang uang yang akan dibelanjakan untuk
(Gibney,et al, 2009). Pendapatan yang diterima oleh mahasiswa adalah berupa
uang saku. Uang saku merupakan bagian dari pendapatan keluarga yang diberikan
kepada anaknya untuk jangka waktu tertentu seperti uang saku harian, mingguan
maupun bulanan. Jumlah uang yang dibelanjakan untuk makanan tergantung pada
dengan uang saku mereka. Dengan uang saku yang cukup besar biasanya
pertimbangan prestice dan harapan akan diterima kalangan peer group mereka
makanan (Sumarwan, 1993). Berdasarkan teori klasik ini, maka keluarga bisa
dikatakan lebih sejahtera bila persentasi pengeluaran untuk makanan jauh lebih
kecil dari persentasi pengeluaran untuk bukan makanan. Artinya proporsi alokasi
mahasiswa FKIK UIN Jakarta per hari paling kecil adalah Rp 5000 dengan rata-
rata pengeluaran uang saku untuk makanan sebesar Rp 20.000. Berdasarkan hasil
diatas rata-rata yaitu Rp. 20000 lebih tinggi 104 (57,5%) dibandingkan dengan
pengeluaran yang dibawah rata-rata < Rp. 20000 sebesar 77 (42,5%), sementara
hasil analisis statistik menunjukkan bahwa responden yang memiliki uang saku
dibawah rata-rata < Rp. 20000 lebih banyak memiliki pemilihan makanan baik
yaitu sebesar (63,6%) dibandingkan dengan responden yang memiliki uang saku
hubungan antara uang saku dengan pemilihan makanan cepat saji (p-value =
0,600).
makanan daripada uang saku, dari hasil analisis diketahui bahwa orang yang
memiliki status gizi kurus lebih tinggi pada responden yang memiliki uang saku
diatas rata-rata yaitu sebesar 34,6% dibandingkan responden yang memilki uang
saku dibawah rata-rata yaitu sebesar 28,6%. Orang yang memiliki status gizi
normal lebih tinggi pada responden yang memilki uang saku dibawah rata-rata
yaitu sebesar 63,6% dibandingkan responden yang memilki uang saku diatas rata-
rata yaitu sebesar 60,6%. Orang yang memiliki status gizi gemuk lebih tinggi
105
pada responden yang memilki uang saku dibawah rata-rata yaitu sebesar 7,8%
dibandingkan responden yang memilki uang saku dibawah rata-rata yaitu sebesar
4,8%.
Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang memiliki
uang saku dibawah rata-rata cenderung memiliki status gizi normal dan gemuk
sementara orang yang memiliki uang saku diatas rata-rata cenderung memiliki
status gizi kurus. Dari data ini dapat diperoleh kemungkinan bahwa orang yang
makanan cepat saji yang biasanya tinggi akan kalori dan lemak, sementara orang
mengkonsumsi makanan cepat saji. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
lebih kecil kemungkinan karena pengeluarannya akan lebih besar pada kebutuhan
nonpangan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian ini bahwa seseorang yang memilki
makanan cepat saji, namun tingkat konsumsinya lebih tinggi hanya pada beberapa
makanan-makanan cepat saji yang memiliki nilai prestise yang tinggi. Pada
makanannya lebih kecil pada beberapa jenis makanan cepat saji seperti konsumsi
106
gorengan, pada responden yang memiliki uang saku diatas rata-rata konsumsi
gorengannya sebesar (68,3%) dibanding pada responden yang memiliki uang saku
dibawah rata-rata yaitu sebesar (75,3%), responden yang memiliki uang saku
diatas rata-rata konsumsi mie ayam sebesar (36,5%) dibanding pada responden
yang memiliki uang saku dibawah rata-rata yaitu sebesar (48,1%), responden
yang memiliki uang saku diatas rata-rata konsumsi siomay sebesar (30,1%)
dibanding pada responden yang memiliki uang saku dibawah rata-rata yaitu
sebesar (46,5%) serta pada beberapa variable makanan cepat saji yang lain.
Namun pada beberapa makanan cepat saji yang memilki nilai prestise tinggi,
responden yang memiliki uang saku diatas rata-rata justru memiliki frekuensi
makanan cepat saji lebih tinggi dibandingkan responden yang memiliki uang saku
dibawah rata-rata seperti pada makan sejenis pizza dan cokelat, dari hasil analisis
didapatkan bahwa responden yang memiliki uang saku diatas rata-rata konsumsi
pizzanya sebesar (13,5%) dibanding pada responden yang memiliki uang saku
dibawah rata-rata yaitu sebesar (6,5%). Sementara itu, responden yang memiliki
uang saku diatas rata-rata konsumsi coklatnya sebesar (54,8%%) dibanding pada
responden yang memiliki uang saku dibawah rata-rata yaitu sebesar (48,1%).
Dari hasil analisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang
memiliki uang saku dibawah rata-rata cenderung lebih sering memilih makanan
cepat saji sementara orang yang memiliki uang saku diatas rata-rata rendah dalam
memilih makanan cepat saji. Kemungkinan karena orang yang memiliki uang
makanan cepat saji yang memiliki nilai prestise yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, akan lebih baik pada responden yang memiliki uang saku
presentase responden yang memiliki uang saku dibawah rata-rata lebih baik dalam
pemilihan makanannya.
penglihatan atau cita rasa daripada sinyal internal yang berupa rasa lapar (Gibney,
et al, 2009). Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah alasan utama bagi
seseorang untuk suka dan tidak suka terhadap makanan. Atribut sensori seperti
fisiologis organ tubuh. Fungsi fisiologis ini berkaitan pula dengan usia, umumnya
Rasa adalah jumlah dari semua rangsangan sensorik yang dihasilkan oleh
(2009) menyatakan bahwa faktor rasa pada intik pangan tergantung pada umur
dan jenis kelamin. Perbedaan gender dalam indera telah dilaporkan di beberapa
wanita memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki untuk manis
108
dan asin tapi kurang selera untuk asam dan tidak ada perbedaan antara jenis
kelamin untuk kepahitan. Dalam sebuah survei di seluruh dunia oleh National
penting dalam memilih makanan lebih banyak yaitu sebesar 175 (96,7%)
makanan memiliki pemilihan makanan cepat saji baik yang lebih tinggi yaitu
dalam pemilihan makanan yang hanya 60%. Sementara hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara rasa dengan pemilihan makanan
cepat saji (p-value = 0,406). Hal ini dimungkinkan karena variabel umur dalam
penelitian ini bersifat homogen dalam arti bahwa rata-rata usia respoden sama
termasuk kategori remaja akhir berbeda halnya jika variabel umur dalam
pada orang usia lanjut, terjadi atrofi papilla lidah sehingga permukaan lidah
cenderung menjadi licin. Atrofi dimulai dari ujung lidah dan sisi lateralnya. Hal
tersebut tentu saja berpengaruh pada menurunnya jumlah reseptor cecapan rasa
remaja tidak terlalu diperhatikan akibatnya tidak ada hubungan antara rasa dengan
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi rasa tidak berhubungan dengan
pemilihan makanan pada penelitian ini adalah karena variabel jenis kelamin,
responden yang ikut pada penelitian ini lebih banyak perempuan dari pada laki-
laki hal ini dapat terlihat pada penelitian ini presentase perempuan lebih banyak
sensitivitas terhadap rasa. Belum diketahui secara pasti dimana letak perbedaan
sementara banyak yang menilai perempuan lebih peka terhadap rasa, oleh karena
itu kemungkinan hal tersebut yang menyebabkan dalam penelitian ini rasa tidak
makanan karena responden masih memiliki fungsi fisiologis yang masih baik,
akan lebih baik jika tetap diperhatikan karena biasanya pada usia seperti ini,
misalnya lebih menyukai rasa asin, manis, maupun gurih. Biasanya rasa berkaitan
seperti penyedap pada makanannya. Hal ini tetap harus diperhatikan karena
dengan penambahan bumbu yang berlebih untuk menciptakan rasa yang sesuai
110
Tidak hanya rasa yang mempengaruhi pemilihan makanan tetapi juga bau,
komponen yang turut menentukan cita rasa makanan karena sensitivitas panca
indera rasa dipengaruhi oleh konsisitensi makanan. Tekstur meliputi rasa garing,
variabel tekstur merupakan hal yang penting dalam memilih makanan lebih
yang penting dalam pemilihan makanan memiliki pemilihan makanan yang baik
makanan yang hanya (45,5%), namun dari hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara tekstur dengan pemilihan makanan cepat saji
(p-value = 0,181). Hal ini dimungkinkan karena variabel usia lebih berpengaruh
terhadap tekstur makanan. Variabel usia pada penelitian ini bersifat homogen
dalam arti responden secara keseluruhan memiliki usia yang hampir sama dimana
111
masih tergolong kedalam fase remaja. walaupun sebagian besar responden lebih
kemungkinan disebabkan karena skala penting dalam arti tekstur pada fase
remaja adalah lebih kepada kesukaan mereka terhadap makanan yang memiliki
tekstur garing/ renyah karena pada umumnya fungsi fisiologis pada rongga mulut
pada usia remaja masih sempurna, hal ini akan berbeda halnya jika variabel usia
bersifat heterogen, terutama jika lansia diikutkan pada penelitin ini. Pada lansia
mulai banyak gigi yang tanggal serta terjadi kerusakan gusi karena proses
degenerasi. Kedua hal ini sangat mempengaruhi proses pengunyahan, lansia akan
Dalam hal ini tekstur tidak mempengaruhi pemilihan makanan pada usia
makanan Menurut Segal, Dasen, Berry dan Portinga (1990 dalam Marsellita, dkk
2009). Terdapat perbedaan yang kuat dalam perilaku pria dan wanita. Konsumen
pria adalah konsumen yang mudah dipengaruhi oleh nasehat yang baik serta
pada warna dan bentuk. Sementara menurut Kartajaya (2003 dalam Marsellita,
dkk 2009) wanita selalu memperhatikan hingga ke detail. Konsumen wanita akan
112
menilai segala sesuatu dengan lebih terperinci. Konsumen wanita juga sangat
awas terhadap berbagai isu. Sedangkan pria kurang memperhatikan detail dan isu
yang terjadi.
variabel warna merupakan hal yang penting dalam memilih makanan lebih
menganggap variabel warna tidak penting yaitu sebesar 29 (16%) responden. bila
pemilihan makanan cepat saji memiliki pemilihan makanan cepat saji yang baik
melihat warna dapat memberikan tanda kualitas yang diharapkan (Pelto, 1989)
suatu produk, atau bahaya dari suatu produk sehingga dalam hal ini responden
lebih peka terhadap warna yang terdapat pada makanan, seperti makanan yang
besar kepada warna makanan, hal ini dapat terlihat bahwa lebih banyak wanita
yang menganggap variabel warna lebih penting dalam pemilihan makanan yaitu
sebesar 87,7% dari pada laki-laki yang hanya 63%. Hal ini sesuai dengan
113
pendapat Segal, Dasen, Berry dan Portinga, 1990 dan Kartajaya, 2003 dalam
Marsellita, dkk 2009) yang menyatakan bahawa konsumen wanita lebih banyak
tertarik pada warna dan bentuk dan juga sangat awas terhadap berbagai isu,
Sementara itu bila dilihat dari perhatian terhadap isu makanan yang
besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang hal tersebut hal ini
dapat terlihat bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki jawaban yang
benar untuk pertanyaan tersebut dengan presentase jawaban benar pada laki-laki
sebesar 92,6% dan pada perempuan sebesar 95,5%. Hal ini menandakan
sebagian besar responden sangat peka terhadap isu yang berkaitan dengan bahaya
kesehatan.
Oleh karena itu, akan lebih baik pada laki-laki untuk lebih
pemilihan makanan baik lebih banyak pada responden yang menganggap bentuk
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara bentuk
responden yang mengangap variabel bentuk merupakan hal yang penting dalam
memilih makanan lebih banyak yaitu sebesar 147 (81,2%) repsonden bila
bentuk yang sama dengan produsen lainnya misalnya; bakso dibentuk dalam
kondisi yang bulat, hanya yang berbeda variasi isi yang membuat konsumen lebih
tertarik. Begitupun dengan makanan cepat saji lainnya seperti makanan kemasan,
dalam produk makanan kemasan, kemasan merupakan salah satu faktor yang
secara fisik dilihat pertama kali oleh konsumen. Daya tarik suatu kemasan akan
diserap otak sadar dan otak bawah sadar konsumen. Hal ini yang pada akhirnya
115
(Tjhaja, 2009).
Sementara itu pada variabel lain yaitu bumbu, bumbu berkaitan dengan
rasa karena bumbu dapat menghasilkan rasa pada makanan. Jumlah responden
yang mengangap variabel bumbu merupakan hal yang penting lebih banyak yaitu
baik lebih tinggi yaitu sebesar (61,4%) dibandingkan yang menganggap bumbu
merupakan variabel yang tidak penting dalam pemilihan makanan (40%). Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara bumbu dengan
biasanya bumbu lebih dikaitkan dengan selera terhadap rasa. Orang yang
merasakan perbedaan kecil dalam rasa. Kesukaan terhadap rasa tertentu juga
dipengaruhi oleh budaya dan proses belajar dari pengalaman masa lalunya
Penelitian ini lebih difokuskan pada makanan cepat saji yang pada
Seperti yang dikemukakan (Moehyi, 1992 dalam Arifyani, 2010) setiap jenis
masakan sudah ditentukan jenis bumbu yang digunakan dan banyaknya masing-
masing jenis bumbu itu. Perbedaanya hanya pada selera rasa dari masing-masing
individu.
Oleh karena itu, walaupun akibat dari penggunaan bumbu yang berlebihan
pada tidak dapat dirasakan secara langsung, namun alangkah baiknya jika hal ini
tetap harus diperhatikan karena dengan penambahan bumbu yang berlebih untuk
individu dalam hal pilihan makanan dan perilaku diet. De Irala-Estevez et al.
(2000) dalam EUFIC , 2005) menyatakan bahwa biaya makanan adalah penentu
harga merupakan hal yang penting dalam memilih makanan lebih banyak yaitu
bentuk tidak penting yaitu sebesar 13 (7,2%) responden. Sementara bila dilihat
ada hubungan antara harga dengan pemilihan makanan cepat saji (p-value =
0,346).
penelitian ini menilai suatu makanan tidak berdasarkan harga namun lebih kepada
indera yang pertama kali menilai. Sehingga dalam menilai makanan hal yang
menjadi fokus utama konsumen adalah penampilan makanan. Hal ini dapat
dibuktikan dari hasil penelitian ini variabel warna merupakan variabel yang
menjamin kualitas bahwa makanan yang dikonsumsinya itu tidak berbahaya bagi
kesehatan tubuh.
penting dalam pemilihan makanan akan lebih baik untuk dipertahankan karena
Cepat Saji
pangan dan biaya makanan (Dorothy, 2006). Dari pendapat yang dikemukakan
beraneka ragam pula makanan yang tersedia. Misalnya; kehidupan di kota lebih
memiliki ketersediaan yang lebih banyak dan bervariasi serta kemudahan akses
terhadap suatu pangan daripada kehidupan di desa, sehingga hal tersebut lebih
responden yang memiliki pemilihan makanan baik lebih banyak pada respoden
merupakan lingkungan yang paling dekat bagi semua anggota keluarga, dengan
semakin dekat dengan keluarga hubungannya semakin erat karena perhatian yang
hubungan antara perpindahan penduduk dengan pemilihan makanan cepat saji (p-
value = 0,161).
ditawarkan ditempat tinggal saat kuliah tidak berbeda jauh dengan variasi
makanan di tempat tinggal aslinya. Sehingga dalam hal ini walaupun terdapat
119
berbeda dengan pemilihan makanan di tempat asalnya. Akibatnya dalam hal ini
Oleh karena itu, diharapkan pada responden yang mengekos untuk lebih
hal ini responden yang mengekos jauh dari keluarga sehingga pengawasan
PENUTUP
A. Simpulan
1. Jumlah responden yang melakukan pemilihan makanan cepat saji dengan baik lebih
2. Pada variabel faktor individu diketahui bahwa; responden yang ikut dalam penelitian
ini lebih banyak perempuan, jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik lebih
tinggi, jumlah responden yang memiliki status gizi normal lebih banyak, jumlah
3. Pada variabel faktor makanan diketahui bahwa; jumlah responden yang mengangap
penting variabel rasa, tekstur, warna, bentuk, bumbu, dan harga lebih tinggi dari yang
4. Pada variabel lingkungan dapat diketahui bahwa jumlah responden yang melakukan
5. Pada faktor individu dapat diketahui tidak ada hubungan antara jenis kelamin,
pengetahuan, uang saku terhadap pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta Tahun 2012 namun
6. Pada faktor makan dapat diketahui tidak ada hubungan antara rasa, tekstur, bentuk,
harga, bumbu terhadap pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa Fakultas
120
121
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun UIN Jakarta Tahun 2012 namun terdapat
7. Pada faktor lingkungan dapat diketahui tidak ada perpindahan penduduk terhadap
pemilihan makanan cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
B. Saran
1. Pemilihan makanan pada mahasiswa FKIK lebih mengarah pada kesadaran akan
keamanan pangan, namun rendah perhatiannya dalam hal kandungan gizi dari
makanan cepat saji tersebut. Oleh karena itu, akan lebih baik jika keduanya mendapat
perhatian yang sama. Perhatian akan kandungan gizi bisa mengurangi resiko
yang berpengaruh terhadap status gizi dan keamanan pangan seperti warna makanan.
Umunya pada kedua variabel ini laki-laki menunjukan keterlibatan yang rendah
dimana laki-laki kurang mempertimbangkan makanan yang rendah kalori dan lemak
serta perhatian yang rendah terhadap warna yang mencolok pada makanan. Tanpa
yang ditimbulkan akibat konsumsi makanan yang salah seperti obesitas. Sementara
tersebut.
pemilihan makanan cepat saji ini, dengan variabel-variabel yang diteliti pada
122
penelitian ini atau menambah variabel-variabel baru. Dan menggukan analisis yang
Andea, Raisa. 2010. Hubungan Antara Body Image Dan Perilaku Diet Pada Remaja.
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Aristi, Dela. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sisa makanan biasa pada
pasien pasca melahirhan kelas III di rumah sakit umu kabupaten Tangerang tahun
2010. FKIK UIN Jakarta.
Badan Litbangkes. 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. diunduh dalam
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/2010/
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 2004. Bahan Tambahan
Ilegal - Boraks, Formalin dan Rhodamin B. Direktorat Standardisasi Produk
Pangan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan Dan Bahan Berbahaya
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia.
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Pedoman Pencantuman
Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan. Direktorat Standardisasi Produk Pangan
Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan Dan Bahan Berbahaya Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia.
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 2008. Kemasan Polistirena
Foam (Styrofoam). Jurnal Vol. 9, No. 5, September 2008 hal 1. Edisi September
2008.
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 2009. Informasi Nilai Gizi
Produk Pangan (manfaat dan cara pencantumannya. Jurnal Volume 10, No.5
September 2009. Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Artikel Cermat
Memilih Kemasan Pangan Untuk Menghindari Keracunan. Diunduh dari
ik.pom.go.id/wp-content/.../cermat-memilih-kemasan-pangan.pdf pada 21 Agustus
2012.
Caraher M. (1999). The state of cooking in England: The Relationship Of Cooking Skills
To Food Choice. Br Food J 109:590-609.
Center for Advancing Health. 2009. Nutrition Facts Panels. Case Study: Fda Nutrition
Fact Panels.
Emalia, Risa Dona, Rini Mutahar , Fatmalina Febry. 2009. Hubungan Iklan Makanan
Dan Minuman Di Media Massa Dengan Frekuensi Konsumsi Junk Food Pada
Remaja Di SMA Negeri 13 Palembang Tahun 2009.
European Food International Council (EUFIC). 2005. The Determinants of Food Choice.
Diunduh dalam http://www.eufic.org/article/en/expid/review-food-choice/ pada 16
Desember 2011 pukul 20.44 WIB.
Femia, intan. 2008. Gambaran Konsumsi Makanan Ringan Pada Anak Usia Sekolah Di
SD Cakra Buana. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Gibney, Michael J, et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC Kedokteran : Jakarta
Hartati, Yuli. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Ikan Dan
Status Gizi Anak 1 2 Tahun Di Kecamatan Gandus Kota Palembang. Program
Studi Magister Gizi Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang.
Hidayati Siti Nurul, Rudi Irawan, Boerhan Hidayat. 2005. Obesitas Pada Anak. Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakiultas
Kedokteran Universitas Air langga. Surbaya.
Indrawati, Anak Agung Ayu Diah. 2011. Tesis Perlindungan Hukum Konsumen Dalam
Pelabelan Produk Pangan. Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
Jones and Barlet. 2011. Overview of Determinants of Food Choice and Dietary Change:
Implications for Nutrition Education.
Khomsan A. Teknik pengukuran pengetahuan. Bogor: Institut Pertanian Bogor;2000.
Magoulas, Costa. 2003. How color affects food choices. University of Nevada, Las
Vegas Bachelor of Arts Warner Southern University
Muwakhidah dan Dian Tri . 2008. Faktor risiko yang berhubungan dengan obesitas
pada remaja dalam Jurnal Kesehatan, I , Hal 133-140. Prodi gizi fakultas ilmu
kesehatan universitas muhammadiyah Surakarta.
Muftiyana, Leni. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Daya Terima
Makanan Pasien Rawat Inap Di Rumaha Sakit Ibu Dan Anak Budi Asih Serang.
Fakultas kedoteran dan ilmu kesehatan UIN Jakarta.
Narendra, Moersintowarti B (dkk).2002. Buku Ajar Edisi 1 Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja. Jakarta: Sagung Seto.
Novasari, Tri. 2009. Analisis Perilaku Siswi Lembaga Bahasa dan Pendidikan
Profesional LIA Dalam Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji di Palembang.
Ollberding NJ, Wolf RL, Contento I. 2010. Food label use and its relation to dietary
intake among U.S. adults. J Am Diet Assoc ;110:1233-1237.
http://www.eatright.org/media/content.aspx?id=6442453151. Diunduh pada 13 juli
2012 pukul 12.05 WIB.
Pelto, Gretel H., Pertti J. Pelto, And Ellen Messer. 1989. Research Methods In
Nutritional Anthropology. United Nations University Press :Japan d unduh dalam
http://archive.unu.edu/unupress/unupbooks/80632e/80632E02.htm
Rahma, Aulia 2011. Studi Perbandingan Pola Konsumsi Pangan dan Non Pangan
Ramayulis, Rita dan Lilis kristin lesmana. 2008. 17 Alternatif Untuk Langsing. Jakarta.
Penebar swadaya.
Republika. 2010. Label informasi teliti sebelum beli makanan dalam kemasan. Edisi
rabu 12 mei 2010.
Sarintohe, Eveline. 2000. Perilaku Makan pada Remaja yang Obesitas (Tinjauan dari
Social Cognitive Theory). Universitas Kristen Maranatha
Sayuti, Hasibuan. 1998. Keadaan-keadaan di Rongga Mulut Yang Perlu Diketahui pada
Usia Lanjut. Majalah Kedokteran Gigi USU No 4 Januari 1998
Siagian. 2004. Kebiasaan Makan Dan Konsumsi Serat Makanan Pada Remaja SMU Di
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Sinaga, Abdullah. 2008. Aspek Hukum perlindungan konsumen bahan-bahan berbahaya
pada produksi makanan di Indonesia. Sekolah pasca sarjana universitas sumatera
utara medan.
Staf Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. 2012.
Data Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun
2012. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sulchan, Mohammad dan Endang Nur W. Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan
Styrofoam dalam Majalah Kedoktan Indonesia, Volume: 57, Nomor: 2, Pebruari
2007.
Susanto. 2008. Pengaruh Label Kemasan Pangan Terhadap Keputusan Siswa Sekolah
Menengah Atas Dalam Membeli Makanan Ringan Di Kota Bogor. Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Tarigan, Elsa Frida. 2012. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji.
Gizi Kesehatan Masyarakat USU Medan. Diunduh dalam
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31100
Thamrin, Husni. 2008. Jurnal Gizi Dan Pangan Kebiasaan Makan Dan Pengetahuan
Reproduksi Remaja Putrid Peserta Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi
Manusia. IPB.
Tjahaja, Ayrinna dan Herlin Hidayat. 2009. Analisis Pengaruh Kemasan Terhadap
Minat Daya Beli Konsumen (Studi Kasus Di Perumahan Taman Alfa Indah Raya
Jakarta Barat) dalam http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4209166180_1907-
4913.pdf
.2004. Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. PP. No. 28 tahun 2004
.2006. Kategori Pangan. Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040 tanggal 9 Oktober 2006.
Widyawati, Ira Kusuma. 2009. Analisis Preferensi Pangan Masyarakat Dan Daya
Dukung Gizi Menuju Pencapaian Diversifikasi Pangan Kabupaten Bogor.
Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
West, Dorothy. (2006). Dalam Influences On Nutritional Practices And Wellness Across
The Lifespan
Weaver, Michelle Rae. 1997. Food Preferences Of Men And Women Determined By
Questionnaire And Feeding. A Thesis In Food And Nutrition. Submitted To The
Graduate Faculty Of Texas Tech University .
Wade, carole dan Carol Tavris. 2008. Psikologi (edisi pertama). Erlangga: Jakarta
LAMPIRAN
Identitas responden
(Salam). Saya Peneliti dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya sedang
melakukan penelitian untuk meningkatkan Program gizi dan kesehatan reproduksi remaja. Saya akan
bertanya mengenai beberapa hal, termasuk di dalamnya mengenai Pemilihan Makanan cepat saji.
Pengisian kuesioner ini akan berlangsung tidak lebih dari 1 jam. Besar harapan kami anda dapat
mengisi kuesioner ini secara lengkap dan jujur.
Jawaban anda akan Saya rahasiakan sehingga tidak seorangpun akan mengetahuinya, Kemudian
akan dibawa dan disimpan, dan hanya beberapa orang dari Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan sponsor dari penelitian ini yang diizinkan melihatnya. Setelah penelitian
selesai, kuesioner ini akan dimusnahkan. Jawaban anda tidak akan berdampak negatif terhadap
proses pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Salam,
Peneliti
1
Identitas responden
Ruang
Entry
Item Pertanyaan (Diisi
Pengumpul
Data)
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
B6. Memperhatikan tanggal kadarluasa (pada makanan kemasan)? B6 [ ]
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
B7. Mempertimbangkan warna (tidak memilih makanan dengan warna yang mencolok)? B7 [ ]
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
B8. Mempertimbangkan bahan tambahan pangan (tidak memilih makanan penyedap rasa yang tajam)? B8 [ ]
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
B9. Mempertimbangkan bahan tambahan pangan (tidak memilih makanan dengan pemanis yang kuat)? B9 [ ]
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
B10. Selalu memperhatikan penggunaan jenis pengawet makanan (pada makanan kemasan) B10 [ ]
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
B11. Mempertimbangkan cita rasa: asin, manis, pahit, kecut, asam ? B11 [ ]
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
B12. Membertimbangkan kemasan (tidak memilih makanan yang dikemas dengan kemasan palstik hitam)? B12 [ ]
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
B13. Membertimbangkan kemasan (tidak memilih makanan yang dikemas dengan kemasan stryofoam)? B13 [ ]
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
B14. Membertimbangkan kemasan (tidak memilih makanan yang dikemas dengan kemasan kertas
bekas/bertinta)? B14 [ ]
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
C. PENGETAHUAN
C1. Makanan cepat saji merupakan makanan yang tinggi akan kalori, kadar lemak, gula, sodium (Na), vitamin A, C1 [ ]
asam askorbat, kalsium, dan serat?
1. Benar 2. Salah
C2. Makanan sejenis fast food maupun junk food dapat menggantikan makanan utama karena memiliki zat gizi C2 [ ]
yang sama?
1. Benar 2. Salah
C3. Ciri dari dengan makanan yang mengandung pewarna sintesis berbahaya adalah memiliki warna mencolok? C3 [ ]
1. Benar 2. Salah
C4. Konsumsi makanan berbahan dasar kentang, umbi, serealia, yang diolah secara ekstrusi (dengan pengolahan C4 [ ]
menjadi sejenis chiki) memiliki kandungan gizi yang sama dengan makanan berbahan dasa kentang, umbi,
serealia, tepung yang diolah secara direbus?
1. Benar 2. Salah
C5. Asam asetat merupakan salah satu jenis bahan tambahan pangan yang tidak diperbolehkan pada makanan? C5 [ ]
2
Identitas responden
Ruang
Entry
Item Pertanyaan (Diisi
Pengumpul
Data)
1. Benar 2. Salah
C6. Asam boric dan Kloramfenikol merupakan beberapa bahan tambahan pangan yang tidak diperbolehkan pada C6 [ ]
makanan?
1. Benar 2. Salah
C7. Stryofoam merupakan pembungkus makanan kemasan yang dianjurkan dalam membungkus makanan? C7 [ ]
1. Benar 2. Salah
C8. Pengunaan plastik sebagai pembungkus makanan menyebabkan resiko terjadinya perpindahan bahan kimia C8 [ ]
plastik kedalam makanan?
1. Benar 2. Salah
C9. Kemasan Kaca/Gelas dan Porselen merupakan pembungkus kemasan tidak dianjurkan dalam membungkus C9 [ ]
makanan?
1. Benar 2. Salah
C10. Penyimpanan makanan terkemas pada suhu tinggi dapat meningkatkan perpindahan bahan kimia ke dalam C10 [ ]
makanan?
1. Benar 2. Salah
D. FAKTOR MAKANAN
Berikut adalah beberapa kriteria yang terkait dalam penerimaan atau pemilihan suatu produk makanan. D1 [ ]
Anda diminta untuk menibang sejauh mana pentingnya masing-masing kriteria tersebut ketika memilih suatu
produk makanan (khususnya makanan cepat saji). D2 [ ]
D1. Rasa
1. Sangat tidak penting 2. Tidak penting 3. Penting 4. Sangat penting D3 [ ]
D2. Tekstur
1. Sangat tidak penting 2. Tidak penting 3. Penting 4. Sangat penting D4 [ ]
D3. Warna
1. Sangat tidak penting 2. Tidak penting 3. Penting 4. Sangat penting
D4. Bentuk
1. Sangat tidak penting 2. Tidak penting 3. Penting 4. Sangat penting
D5. Bumbu D5 [ ]
1. Sangat tidak penting 2. Tidak penting 3. Penting 4. Sangat penting
D6. Harga D6 [ ]
1. Sangat tidak penting 2. Tidak penting 3. Penting 4. Sangat penting
3
Identitas responden
Ruang
Entry
Item Pertanyaan (Diisi
Pengumpul
Data)
E. FAKTOR LINGKUNGAN
E1. Apakah untuk kuliah dikampus ini Anda berpindah tempat tinggal/kos? E1 [ ]
1. Ya (Berpindah tempat tinggal) 2. Tidak (Tidak berpindah tempat tinggal)
F. JENIS MAKANAN
Isilah titik-titik pada pertanyaan dibawah ini!
F1. Apakah Anda sering mengkonsumsi Fried Chiken? F1 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak{jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya} F2 [ ]
F2. Apakah Anda sering mengkonsumsi Pizza?
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak{jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya} F3 [ ]
F3. Apakah Anda sering mengkonsumsi Humberger?
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak{jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya} F4 [ ]
F4. Apakah Anda sering mengkonsumsi Gorengan?
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak{jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F5. Apakah Anda sering mengkonsumsi Bakso? F5 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak{jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F6. Apakah Anda sering mengkonsumsi Mie ayam? F6 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak{jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F7. Apakah Anda sering mengkonsumsi Chiki? F7 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak{jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F8. Apakah Anda sering mengkonsumsi Sejenis keripik? F8 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak{jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F9. Apakah Anda sering mengkonsumsi Cokelat? F9 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak{jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F10. Apakah Anda sering mengkonsumsi Biscuit? F10 [ ]
4
Identitas responden
Ruang
Entry
Item Pertanyaan (Diisi
Pengumpul
Data)
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak {jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F11. Apakah Anda sering mengkonsumsi Makanan ringan sejenis (Kriuk)? F11 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak {jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F12. Apakah Anda sering mengkonsumsi Siomay/ batagor? F12 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak {jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F13. Apakah Anda sering mengkonsumsi Cilok? F13 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak {jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F14. Apakah Anda sering mengkonsumsi Otak-otak? F14 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak {jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F15. Apakah Anda sering mengkonsumsi Cakwe? F15 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak {jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F16. Apakah Anda sering mengkonsumsi CimoL/Kentang? F16 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak {jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F17. Apakah Anda sering mengkonsumsi Mie instan/pop mie? F17 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak {jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F18. Apakah Anda sering mengkonsumsi Bubur instan?
F18 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak {jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
F19. Apakah Anda sering mengkonsumsi Sphagety?
F19 [ ]
1. Ya {jumlah dalam satu kali makan.... buah/bks/mnggk, frekuensi makan......kali/mgg}
2. Tidak {jika tdk lanjut ke pertanyaan berikutnya}
5
Identitas responden
6
Frequency Table
kat_pem_mak
kat_pengethuan
IMT_BARU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jumlah Keluarga
kos/berpindah
/ORDER=ANALYSIS.
UANG_SAKUBR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequency Table
RASA_BARU
tekstur_baru
WARNA_BARU
HARGA_BARU
BUMBU_BARU
Logistic Regression
Parameter coding
a,b
Classification Table
Predicted
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan Percentage
Observed baik makanan baik Correct
Predicted
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan Percentage
Observed baik makanan baik Correct
Score df Sig.
a
Classification Table
Predicted
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan Percentage
Observed baik makanan baik Correct
95.0% C.I
Correlation Matrix
Crosstabs
Cases
Count
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan
baik makanan baik Total
perempuan 56 98 154
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.59.
CROSSTABS
/TABLES=kat_pengethuan BY kat_pem_mak
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT
Crosstabs
Cases
kat_pengethuan *
181 100.0% 0 .0% 181 100.0%
kat_pem_mak
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan
baik makanan baik Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.69.
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
Count
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan
baik makanan baik Total
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.35.
Risk Estimate
CROSSTABS
/TABLES=tekstur_baru BY kat_pem_mak
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT
Crosstabs
[DataSet1] E:\data skripsi yang bener\skripsi edit 5\ANALISIS DATA SPSS\data su
Cases
Count
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan
baik makanan baik Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.63.
CROSSTABS
/TABLES=WARNA_BARU BY kat_pem_mak
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT
Crosstabs
Cases
WARNA_BARU *
181 100.0% 0 .0% 181 100.0%
kat_pem_mak
WARNA_BARU * kat_pem_mak Crosstabulation
Count
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan
baik makanan baik Total
PENTING 54 98 152
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.38.
CROSSTABS
/TABLES=BENTUK_BARU BY kat_pem_mak
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT
Crosstabs
Cases
BENTUK_BARU *
181 100.0% 0 .0% 181 100.0%
kat_pem_mak
BENTUK_BARU * kat_pem_mak Crosstabulation
Count
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan
baik makanan baik Total
PENTING 59 88 147
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.34.
CROSSTABS
/TABLES=HARGA_BARU BY kat_pem_mak
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT
Crosstabs
Cases
Count
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan
baik makanan baik Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.10.
Risk Estimate
CROSSTABS
/TABLES=BUMBU_BARU BY kat_pem_mak
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT
Crosstabs
[DataSet1] E:\data skripsi yang bener\skripsi edit 5\ANALISIS DATA SPSS\data su
Cases
BUMBU_BARU *
181 100.0% 0 .0% 181 100.0%
kat_pem_mak
BUMBU_BARU * kat_pem_mak Crosstabulation
Count
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan
baik makanan baik Total
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.96.
CROSSTABS
/TABLES=kos_pindah BY kat_pem_mak
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT
Crosstabs
Cases
Count
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan
baik makanan baik Total
kos/berpindah ya 56 75 131
tidak 15 35 50
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.61.
CROSSTABS
/TABLES=uang_saku_baru BY kat_pem_mak
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT
Crosstabs
Cases
uang_saku_baru *
181 100.0% 0 .0% 181 100.0%
kat_pem_mak
uang_saku_baru * kat_pem_mak Crosstabulation
Count
kat_pem_mak
pemilihan
makanan kurang pemilihan
baik makanan baik Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 30.20.