Penilaian Toksisitas
Penilaian Toksisitas
PENILAIAN TOKSISITAS
OLEH :
KELOMPOK 3
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toksikologi adalah bidang ilmu yang mempelajari racun, yaitu berbagai senyawa
kimia yang dapat mengakibatkan bahaya ketika masuk ke dalam tubuh makhluk hidup
melalui mulut atau kulit di dalam lingkungan. Toksikologi termasuk bidang ilmu yang
terpadu yang melibatkan berbagai disiplin ilmu lain seperti bidang kedokteran, farmasi,
biokimia, kimia murni, kimia analitik dan bidang ilmu-ilmu lain yang relevan dengan bahaya
zat kimia.
Toksikologi juga membahas tentang cara dan mekanisme masuknya zat kimia dan
daya racunnya yang mempengaruhi makhluk hidup sehingga dihasilkan data tentang
pengaruh fisiologi dan biokimia terhadap makhluk hidup yang akan dapat dipergunakan
sebagai rujukan dan pembenaran ilmiah terhadap bagian-bagian tubuh makhluk hidup yang
dipengaruhi oleh daya racun suatu zat kimia.
Beberapa bidang ilmu yang menjadi jangkauan toksikologi secara khusus meliputi
forensik yang selalu melibatkan Kimia Analitik dalam menjelaskan keberadaan zat kimia
yang dapat menjadi racuk kepada makhluk hidup,umumnya yang berhubungan dengan aspek
legal pemberian zat kimia dalam proses dan aktivitas suatu pengobatan, sehingga diperoleh
informasi yang akurat penyebab suatu kematian. Pada bidang kedokteran, toksikologi
membahas tentang zat kimia yang berhubungan dengan penyakit, yaitu melihat terjadinya
suatu penyakit yang diakibatkan oleh kehadiran zat kimia dalam tubuh. Sementara di dalam
lingkungan, toksikologi dipergunakan untuk mempelajari pengaruh polutan terhadap
kehidupan di dalamsatu ekosistem, yang secara analogi dianggapakan berlaku juga untuk
kehidupan makhluk hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Toksisitas
Toksisitas atau derajat racun adalah potensi merusak dari suatu zat
kimia. Istilah ini lebih baik menyatakan kualitatif daripada kuantitatif.
Kerusakan ini ditentukan oleh factor jumlah zat kimia yang
mengenai/masuk/diadsorpsi ke dalam tubuh (keparahan pemaparan,
dosis).
Klasifikasi Toksisitas
a. Gas uap : tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu dan tekanan
normal, tidak terlihat, tidak berbau pada konsentrasi rendah, dan dapat
berubah menjadi cair atau padat dengan perubahan suhu dan tekanan.
b. Uap : bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berwujud cair
atau padat, tidak kelihatan dan berdifusi keseluruh ruangan.
c. Debu : partikel zat padat yang terjadi oleh karena kekuatan alami atau
mekanis.
d. Kabut : titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi
bentuk uap atau dari tingkat pemecahan zat cair atau menjadi tingkat
dispersi, melalui cara tertentu.
e. Fume : Partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas,
biasanya setelah penguapan benda padat yang dipijarkan.
f. Asap : Partikel zat karbon yang berukuran 0,5 mikron, sebagai
akibat pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.
g. Awan : Partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas. Ukuran
partikelnya 0,1 fase gas. Ukuran partikelnya 0,1-1 mikron.
Penilaian Toksisitas
Pada uji toksisitas akut ditentukan LD50, yaitu besar dosis yang
menyebabkan kematian (dosis letal) pada 50% hewan coba, bila tidak
dapat ditentukan LD50 maka diberikan dosis lebih tinggi dan sampai dosis
tertinggi yaitu dosis maksimal yang masih mungkin diberikan pada hewan
coba. Volume obat untuk pemberian oral tidak boleh lebih dari 2-3% berat
badan hewan coba.
Penentuan LD50
1. Metode Weil
Rumus: Log m = log D + d (f + 1)
2. Metode grafik Probit
Hewan uji diberi dosis-dosis yang menurun secara ekponensial
sehingga didapatkan data presentasi kematian berupa garis linier. Taraf
kepercayaan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
S = LD50 Sx
Sx = 25
(2N)12
S = LD84 LD16
2
3. Metode Farmakope Indonesia III
Rumus : m = a b (Pi 0,5)
1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak tujuh hari sekali.
4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali pada awal dan
akhir uji coba.
5. Pemeriksaan kimia darah paling tidak dua kali pada awal dan akhir uji
coba.
Hewan uji.
Sasaran uji ini adalah hispatologi organ (organ-organ yang terkena efek
toksik), gejala-gejala toksik, wujud efek toksik (kekacauan biokimia,
fungsional, dan struktural) serta sifat efek toksik. Selain itu juga batas
keamanan toksikologi terutama KETT.
Tata cara pelaksanaannya adalah:
Jumlah dan spesies pada uji ini biasanya memakai satu spesies hewan
atau lebih. Kecuali ada indikasi lain biasanya dipakai tikus, anjing,
primata. Jumlah untuk tikus 40-100 ekor dalam setiap kelompok perlakuan
dan kontrol.
Cara pemberian sama seperti uji sub kronis. Kriteria seleksi dosis
juga sama. Pengujian pada tikus biasanya 2 tahun atau bahkan lebih
lama. Tetapi dianjurkan masa uji tidak lebih dari 30 bulan, karena timbul
kompilasi berupa tanda senilitas. Anjing dan monyet dipelihara selama 7
tahun atau lebih selam pengujian.
Toksikologi adalah bidang ilmu yang mempelajari racun, yaitu berbagai senyawa
kimia yang dapat mengakibatkan bahaya ketika masuk ke dalam tubuh makhluk hidup
melalui mulut atau kulit di dalam lingkungan. Toksisitas atau derajat racun adalah
potensi merusak dari suatu zat kimia. Istilah ini lebih baik menyatakan
kualitatif daripada kuantitatif. Kerusakan ini ditentukan oleh factor jumlah
zat kimia yang mengenai/masuk/diadsorpsi ke dalam tubuh (keparahan
pemaparan, dosis).
Anonim.2012.ToksikologiIndustri.https://uchanyuslan.wordpress.com/2012
/01/19/toksikologi
-industri.
Jakarta: EGC.