Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar jasad hidup yang berada disekitar perakaran tanaman
memegang peranan yang penting bagi kehidupan tanaman. Salah satunya
adalah mikoriza. Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan kerjasama yang terjadi
antara akar suatu tanaman dengan sejenis jamur yang menginfeksinya. Dalam
berasosiasi demikian jamur menginfeksi tanaman dan berkoloni diakar tanpa
menimbulkan patogenesis sebagaimana biasa terjadi pada infeksi jamur
patogenik, dalam hal ini cendawan tidak merusak atau membunuh tanaman
inangnya tetapi cenderung keduanya bekerjasama dan saling mempertukarkan
hara sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Salah satu keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya infeksi jamur
mikoriza pada pertumbuhan tanaman adalah semakin baiknya pertumbuhan
tanaman karena mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur
hara terutama P. unsur P dalam tanah tersedia dalam tanah tetapi dalam bentuk
yang terikat dengan adanya infeksi jamur mikoriza pada akar tanaman dapat
membantu dalam penyerapan unsur P.
Asosiasi simbiotik antara jamur dengan akar tanaman yang membentuk
jalinan interaksi yang kompleks dikenal dengan mikoriza yang secara harfiah
berarti akar jamur. Secara umum mikoriza di daerah tropika tergolong didalam
dua tipe yaitu: Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) atau Endomikoriza dan
Vesikular-Arbuskular Mikoriza (VAM) atau Ektomikoriza. Jamur ini pada umumnya
tergolong kedalam kelompok ascomycetes dan basidiomycetes.
Pentingnya asosiasi jamur mikoriza dalam mendukung pertumbuhan
tanaman diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam tentang mikoriza. Oleh
karena itu dilakukan praktikum mikoriza yang bertujuan untuk mengenal mikoriza
dan peranannya dalam mendukung pertumbuhan tanaman.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Untuk mengetahui definisi dan manfaat simbiosis tanaman dengan
mikoriza.
b. Untuk mengetahui mekanisme terbentuknya MVA.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah:
a. Dapat mengetahui definisi dan manfaat simbiosis tanaman dengan
mikoriza.
b. Dapat mengetahui mekanisme terbentuknya MVA.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Mikoriza
Mikoriza adalah asosiasi simbiotik yang esensial untuk satu atau kedua
mitra, antara cendawan (khususnya yang hidup dalam tanah dan tanaman)
dengan akar (atau organ lain yang bersentuhan dengan substrat) dari tanaman
hidup, terutama berperan untuk memindahkan hara (Brundrett, 2004).
Mikoriza adalah kelompok jamur tanah yang hidupnya lebih memilih untuk
bekerjasama dengan akar tanaman atau pohon, agar jamur ini mendapat
pasokan gula cair dari tanaman, dan sebaliknya jamur ini menukarkannya dalam
bentuk air dan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman
(Turjaman, 2004).

2.2 Mekanisme Terbentuknya MVA


Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji juga
cocok untuk perkecambahan spora mikoriza. Demikian pula kondisi edafik yang
dapat mendorong pertumbuhan akar juga sesuai untuk perkembangan hifa.
Jamur mikoriza mempenetrasi epidermis akar melalui tekanan mekanis dan
aktivitas enzim, yang selanjutnya tumbuh menuju korteks. Pertumbuhan hifa
secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui epidermis.
Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak
memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa
eksternal berfungsi mendukung fungsi reproduksi serta untuk transportasi karbon
serta hara lainnya kedalam spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara
dari dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman (Pujianto, 2001).
Dalam Modul Praktikum Mikologi Pertanian 2016, berikut mekanisme
terbentuknya MVA:
1. Pembentukan appresorium
Appresorium adalah penebalan massa hifa yang kemudian menyempit
agar bisa masuk menembus dinding sel inang, hifa ini dapat berasal dari
permukaan akar yang telah terinfeksi fungi atau langsung dari spora yang
berkecambah.
Dengan bantuan appresorium, hifa menembus sel epidermis melaui
permukaan akar atau rambutrambut akar secara mekanis dan
enzimatis, hifa masuk dengan memperkecil diameter kemudian
kembali ke ukuran semula setelah penetrasi.
Korteks membentuk struktur seperti coil hypha dan fungal clump.
Proses berikutnya adalah pembentukan struktur spesifik MVA yang
dikenal dengan struktur arbuskular dan vasikular.
2. Pembentukan arbuskular
Pembentukan arbuskular: Hifa yang masuk ke dalam sel korteks akan
membentuk benangbenang bercabang yang mengelompok yang biasa
disebut arbuskular, berfungsi sebagai jembatan transfer unsur hara antara
inang dan mikrosimbion, kehadiran arbuskular biasanya hanya 4-15 hari
kemudian mengalami degenerasi.
3. Pembentukan sel Vasikuler
Hifa yang telah memasuki lapisan korteks, kemudian menyebar di dalam
dan di antara sel Vasikuler terbentuk setelah pembentukan arbuskular
pada ujung hifa, yaitu dengan berbagai bentuk (oval, spherikal atau
lobed) yang berfungsi sebagai penyimpan nutrien yang digunakan MVA
saat penyuplaian metabolit dari inang rendah.

2.3 Manfaat Simbiosis Mikoriza


Menurut Puryono (1997) secara umum peranan mikoriza terhadap
pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut:
1. Adanya mikoriza sangat penting bagi persediaan unsur hara dan
pertumbuhan tanaman.
2. Adanya simbiose mikoriza pada akar tanaman akan dapat membantu
dalam mengatasi kekurangan unsur hara terutama Phospor (P) yang
tersedia dalam tanah. Hal ini disebabkan mikoriza mampu melepaskan
ikatan Aluminiumfospat (AlPO4) dan Besifospat (FePO4) pada tanah-
tanah yang asam.
3. Mikoriza dapat meningkatkan unsur hara dengan jalan memperkecil jarak
antara akar dengan unsur hara tersebut. Hal ini terjadi melalui
pembentukan hypa pada pemukaan akar yang befungsi sebagai
perpanjangan akar.
4. Dengan perluasan hypanya, mikoriza akan meningkatkan daya serap dari
elemen-elemen yang imobil dalam tanah, misalnya : P, Cu, Zn.
5. Mikoriza dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan sifat-sifat
struktur agregat tanah.
6. Mikoriza dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan
tanaman terutama di daerah yang kondisinya sangat miskin hara, pH
rendah, dan kurang air. Simbiosis antar jamur dan akar tanaman dapat
melindungi tanaman inangnya terhadap serangan jamur patogen dengan
cara mengeluarkan zat antibiotik.
7. CMA juga dapat menghasilkan hormon tumbuh auxin, cytokinin, giberelin,
dan vitamin yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman inang.

III. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat
1. Timbangan : menimbang sampel tanah
2. Saringan : untuk menyaring sampel tanah
3. Sprayer : untuk nyemprot atau bilas tanah
4. Tabung : wadah untuk sentrifus
5. Sentrifuse : untuk memisahkan spora mikoriza dengan tanah
6. Stopwatch : untuk menghitung waktu sentrifus
7. Cawan petri : untuk menampung suspense mikoriza
8. Mikroskop : untuk mengamati
Bahan
1. Sampel tanah mikoriza : sebagai bahan inokulum mikoriza
2. Air : membilas tanah
3. Larutan gula : untuk memisahkan mikoriza

3.2 Diagram Alir Langkah Kerja


Sampel tanah bermikoriza 10 gr
Masukkan tanah kedalam saringan empat tingkat dengan ukuran 160 m, 135
m, 55 m dan 35 m,

Masukan tanah kedlam breaker glas ,tambah air dan aduk hingga homogen,
diamkan beberapa saat kemudia saring koloid tanah menggunakan saaringan
bertingkat

Tanah pada saringan ketiga dan keempat dibilas dengan sprayer dan
dimasukkan kedalam tabung yang telah ditambahkan larutan gula 60%.

Tabung yang berisi suspense dimasukkan kedalam sentrifuse dan diputar


dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit.

Hasil sentrifugasi, supernatan dituangkan kedalam saringan keempat dengan


ukuran 35 m,

Bilas dengan menggunakan air untuk menghilangkan larutan gula.

Masukkan hasil saringan kedalam cawan petri

Amati dibawah mikroskop

3.3 Analisis Perlakuan


Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.
Pengambilan sampel tanah dilakukan di lapang di sekitar perakaran tanaman.
Sampel tanah yang diambil 250 gram yang kemudian dibawa di laboratorium.
Sampel tanah dari lapang yang bermikoriza ditimbang 10 gram. Tanah diayak
dengan menggunakan ayakan bertingkat ukuran 160 m, 135 m, 55 m, dan 35
m. Tanah kemudian dimasukkan ke dalam breaker glass dan ditambahkan air.
Tanah dan air diaduk hingga homogen. Setelah homogen maka didiamkan
beberapa saat lalu disaring koloid tanahnya dengan menggunakan saringan atau
ayakan bertingkat. Tanah pada saringan keriga dan keempat dibilas dengan
sprayer dan dimasukkan ke dalam tabung yang telah ditambahkan larutan gula
60%. Tabung yang berisi suspense dimasukkan kedalam sentrifuse dan diputar
dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit. Hasil sentrifugasi, supernatan
dituangkan kedalam saringan keempat dengan ukuran 35 m. Hasil tersebut
kemudian dibilas menggunakan air untuk menghilangkan larutan gula. Hasil
saringan kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri dan diamati di bawah
mikroskop.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Deskripsi Wilayah Pengambilan Sampel Tanah
4.1.1.1 Lahan Tanaman Semusim
a. Penggunaan dan Tutupan Lahan
Pengambilan sampel tanah pada tanaman semusim dilakukan di daerah
Joyosuko Metro, Merjosari, Kota Malang. Penggunaan lahan tempat
pengambilan sampel adalah tegalan dengan tutupan lahan tanaman
semusim yaitu tomat. Komoditas utama yang dibudidayakan pada lahan
tempat pengambilan sampel adalah tanaman tomat.
b. Kondisi Tanah
Pada tempat pengambilan sampel, ketebalan seresah adalah 0,5 cm.
Kelembaban tanah terlihat baik karena pada lahan dipasang mulsa yang
berfungsi menjaga suhu dan kelembaban tanah.
c. Sejarah lahan
Luas lahan tempat pengambilan sampel tanah adalah 250 m2. Lahan
tempat pengambilan sampel tanah belum diketahui nama pemiliknya.
Sebelum ditanamai tomat, lahan tersebut ditanami cabai. Penanaman
tomat menggunakan mulsa plastik dan ajir.
4.1.1.2 Lahan Tanaman Tahunan
a. Penggunaan dan Tutupan Lahan
Pengambilan sampel tanah pada tanaman perkebunan dilakukan di
daerah Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Penggunaan lahan tempat
pengambilan sampel adalah tegalan. Kondisi tutupan lahan terdiri dari
apel dan rerumputan yang sangat lebat. Selain digunakan untuk lahan
apel ditengah-tengah terdapat tanaman sawi.
b. Kondisi Tanah
Kondisi tanah tertutupi oleh rumput yang lebat sehingga memungkinkan
kelembaban tanah terjaga.
c. Sejarah lahan
Luas lahan tempat pengambilan sampel tanah adalah 2500 m 2. Lahan
tempat pengambilan sampel tanah milik Bapak Heru. Sejak Bapak Heru
kecil, lahan ditanami apel karena sudah turun temurun di keluarganya.
Dalam budidaya apel, Bapak Heru intensif menggunakan pestisida.
Dalam 3 hari sekali Bapak Heru melakukan pengompresan. Untuk
membantu pertumbuhan tanaman apel, Bapak Heru menggunakan pupuk
kandang.

4.1.2 Hasil Pengamatan


Tabel Hasil Pengamatan Mikoriza yang Berasosiasi dengan Tomat
No. Dokumentasi Keterangan

Spora mikoriza
berbentuk bulat,
1 berwarna hitam,
dan terdapat
hifanya

Spora mikoriza
berbentuk bulat
2 dan berwarna
merah
Spora mikoriza
berbentuk bulat
3
dan berwarna
hitam

Tabel Hasil Pengamatan Mikoriza yang Berasosiasi dengan Apel


No. Dokumentasi Keterangan

Spora mikoriza
1. berbentuk lonjong,
berwarna merah

Spora mikoriza
berbentuk bulat
2. dan berwarna
merah

4.2 Pembahasan
Hasil eksplorasi mikoriza pada tanaman tomat terdapat 3 jenis mikoriza.
Spora mikoriza pertama terlihat berbentuk bulat, berwarna hitam, dan terdapat
hifanya. Spora mikoriza kedua terlihat berbentuk bulat dan berwarna merah.
Spora mikoriza ketiga terlihat berbentuk bulat dan berwarna hitam. Hasil
eksplorasi mikoriza pada tanaman apel didapatkan 2 jenis spora mikoriza yang
berbeda. Ciri mikoriza pertama berbentuk lonjong, berwarna merah, sedangkan
ciri mikoriza kedua berbentuk bulat dan berwarna merah.
Tidak diketahui jumlah spora yang ditemuka baik yang beasosiasi dengan
apel maupun dengan tomat namun banyaknya infeksi mikoriza pada suatu
tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, ketinggian tempat maupun
faktor inang. Kompatibilitas antara mikoriza dan tanaman inang juga
mempengaruhi jumlah mikoriza. Infektivitas mikoriza dipengaruhi spesies
cendawan, tanaman inang, interaksi mikrobial, tipe perakaran tanaman inang,
dan kompetisi antara cendawan mikoriza yang disebut sebagai faktor biotik, dan
faktor lingkungan tanah yang disebut sebagai faktor abiotik (Solaiman dan Hirata
1995 dalam Nurhayati 2012). Meskipun mikoriza tidak mempunyai spesifitas
tertentu tanaman inang, namun kemampuan menginfeksi dan mengkoloni akar
berbeda antar spesies yang satu dengan yang lainnya. Hal ini diduga karena
perbedaan dalam daya adaptasi terhadap kondisi tanah, keberlimpahan propagul
dan sifat fisiologi propagul serta perkembangan jamur di dalam akar setelah
infeksi.
Perbedaan jenis tanaman inang juga akan mempengaruhi banyaknya
mikoriza yang meninfeksi atau berasosiasi dengan tanaman. Menurut Nurhayati
(2012), Jenis tanaman yang berbeda akan menunjukkan reaksi yang berlainan
terhadap infeksi mikoriza dan secara tidak langsung mempengaruhi
perkembangan infeksi dan kolonisasi jamur mikoriza.
Jenis mikoriza yang beasosiasi dengan tanaman tomat lebih banyak
daripada jenis mikoriza yang beasosiasi dengan tanaman apel. Hal ini diduga
karena pada lahan tanaman tomat terlihat lebih tidak terawat sehingga memacu
jumlah mikoriza. Pada kondisi tanaman yang stress, perkembangan mikoriza
akan lebih baik karena pada dasarnya mikoriza juga membutuhkan nutrisi dari
asosiasinya dengan tanaman sehingga apabila tanaman stress akan memacu
pertumbuhan dan perkembangan mikoriza.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mikoriza meurpakan jamur yang berasosiasi dengan akar tanaman
membentuk suatu simbiosis mutualisme. Mikoriza yang didapatkan dari tanaman
apel dan tanaman tomat memiliki bentuk spora yang berbeda. Jenis mikoriza
yang ditemukan pada tomat lebih banyak daripada jenis mikoriza yang ditemukan
pada tanaman apel karena kondisi lahan pada tanaman tomat terlihat tidak
terawat daripada kondisi lahan tanaman apel. Perbedaan jenis tanaman inang
juga akan mempengaruhi banyaknya mikoriza yang meninfeksi atau berasosiasi
dengan tanaman.

5.2 Saran
Sebaiknya dijelaskan dahulu hasil dari praktikum agar praktikan
lebih paham dengan hasil pengamatan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Brundrett, M. 2004. Diversity and Classification of Mycorrhizal Associations.


Botanical Review. 79(3):473-495.
Nurhayati. 2012.Infektivitas Mikoriza Pada Berbagai Jenis Tanaman InangDan
Beberapa Jenis Sumber Inokulum. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Pujianto. 2001. Pemanfatan Jasad Mikro, Jamu Mikoriza dan Bakteri Dalam
Sistem Pertanian Berkelanjutan Di Indonesia: Tinjauan Dari Perspektif
Falsafah Sains.
Puryono, S.K.S. 1998. Perlunya Label Bibit Bermikoriza. Majalah Kehutanan
Indonesia. Ed 2 Th. 1997/1998.
Turjaman, M. 2004. Mikoriza: Inovasi Teknologi Akar Sehat, Kunci Sukses
Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Majalah Kehutanan Indonesia. 20-22/I,
Jakarta.
Lampiran

DOKUMENTASI TEMPAT PENGAMBILAN SAMPEL

Anda mungkin juga menyukai