Laporan Kasus Penyakit Menular Varicella DR Putri Fitrania
Laporan Kasus Penyakit Menular Varicella DR Putri Fitrania
Pendamping:
dr. Dewanto, M. Kes
Oleh:
dr. Putri Fitrania
Laporan Kasus Varicella telah disetujui guna melengkapi tugas Dokter Internship
dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan Usaha Kesehatan Masyarakat
(UKM) di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular.
Kutasari, 2014
Mengetahui
Pendamping Dokter Internship
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik laporan ini.
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam
menempuh Program Dokter Internship Puskesmas Kutasari Purbalingga.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada:
1. dr. Tanti Yuliastuti, MM selaku Kepala Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.
2. dr. Dewanto, M.Kes. selaku pembimbing di Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.
3. Pasien Pada Kasus ini, Desa Meri Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga
4. Semua rekan Dokter Internship dan Pegawai Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga
periode Mei Agustus 2014 yang telah banyak membantu
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sang at penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi bahan
informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya bidang
kesehatan masyarakat.
Wassalam.
Purbalingga,
Dokter Internship
PENDAHULUAN
Varicella, yang biasa dikenal di Amerika Serikat sebagai cacar air, disebabkan oleh
virus varicella-zoster. Penyakit ini umumnya dianggap sebagai penyakit virus ringan,
membatasi diri dengan komplikasi sesekali. Before vaccination for varicella became
widespread in the United States, this disease caused as many as 100 deaths annually.
Sebelum vaksinasi varicella menjadi luas di Amerika Serikat, penyakit ini menyebabkan
sebanyak 100 kematian setiap tahunnya. Since the varicella vaccine was introduced in the
United States in 1995, disease incidence has substantially decreased. Karena vaksin varicella
diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1995, insiden penyakit telah secara substansial
menurun.
Bahkan saat ini, varicella tidak benar-benar jinak. Satu studi menunjukkan bahwa
hampir 1:50 kasus varicella yang terkait dengan komplikasi. Di antara sebagian besar
komplikasi serius varicella pneumonia dan ensefalitis, keduanya terkait dengan angka
kematian yang tinggi. Selain itu, kekhawatiran telah dikemukakan mengenai hubungan
varicella dengan invasif parah penyakit streptococcus grup A.
Amerika Serikat mengadopsi vaksinasi universal terhadap varicella pada tahun 1995,
yang mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas dari penyakit ini. Untuk alasan yang
jelas, anak yang tidak divaksinasi tetap rentan. Anak dengan varicella mengekspos kontak
dewasa di rumah tangga, sekolah, dan pusat penitipan anak dengan risiko berat, penyakit
bahkan fatal. Varicella adalah umum dan sangat menular dan mempengaruhi hampir semua
anak-anak rentan sebelum remaja.
Kedua kasus dalam rumah tangga sering lebih parah. Sekolah atau hubungi pusat
penitipan anak berkaitan dengan tingkat transmisi yang lebih rendah namun masih signifikan.
Anak-anak yang rentan jarang mendapatkan penyakit dengan kontak dengan orang dewasa
dengan zoster. Transmisi maksimum terjadi selama akhir musim dingin dan musim semi.
Varicella dikaitkan dengan respon imun humoral dan sel-dimediasi. Respon ini
menginduksi kekebalan yang tahan lama. Ulangi infeksi subklinis dapat terjadi pada orang-
orang ini, namun serangan kedua dari cacar air sangat jarang terjadi di orang
imunokompeten. Reexposure dan infeksi subklinis dapat berfungsi untuk meningkatkan
kekebalan yang diperoleh setelah episode cacar air, ini dapat berubah di era post vaksin.
BAB 2
2.1.5 RESUME
An. D, laki-laki, usia 3 tahun dengan bentuk keluarga nuclear family, tinggal
dalam satu rumah bersama ayah dan ibu. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa
pasien menderita muncul bintik-bintik pada seluruh tubuh yang disertai demam.
Bintik-bintik dan demam dikeluhkan sejak 2 hari sebelum ke puskesmas. Kondisi
psikologi keluarga cukup baik, yang terlihat dari dukungan keluarga dalam merawat
pasien ketika sakit. Status ekonomi menengah ke bawah, rumah pasien berukuran
cukup besar tetapi kurang memenuhi syarat rumah sehat. Lantai rumah dari tanah,
dindingnya terbuat dari tembok yang tidak di semen, serta atap menggunakan seng
dan genting. Ventilasi dan pencahayaan matahari sangat kurang. Rumah sangat dekat
dengan kadang kambing dan sawah. Sumber air berasal dari sumur dan higienitas
kurang. Pasien lebih dekat dengan ibu, bilamana terdapat permasalahan pasien akan
bercerita kepada ibunya. Kesehariannya pasien sering bermain dengan tetangga atau
saudaranya.
3.1 Penatalaksanaan
1. Personal
Terapi farmakologis :
1. Asiklovir 5 x 400 mg
2. CTM 3 x 2 mg
3. Dexametasone 3 x 0,25 mg
4. Paracetamol 3 x 250 mg prn
Terapi non farmakologis :
1. Istirahat
2. Jaga daya tahan tubuh, dengan makan makanan yang bergizi tinggi protein,
karbohidrat, dan serat
3. Menjaga kebersihan diri pasien dengan membiasakan mencuci tangan sebelum
makan, tidak bermain di tanah, mengganti baju minimal 2 kali sehari dan kebersihan
lingkungan rumah.
4. Tidak kontak dengan penderita yang memiliki gejala serupa
Patient Centre Management
a. Dukungan Psikologis
Suport psikologis perlu diberikan oleh keluarga pasien. Hal ini berkaitan dengan penyakit
cacar air yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar dapat benar-benar sembuh.
Pasien harus dimotivasi agar mau beristirahat total minimal selama satu minggu. Pasien
juga diberikan pengertian mengenai faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan
penyakit cacar air.
b. Penentraman Hati
Menentramkan hati sangat diperlukan untuk mendukung pengobatan pasien. Penyakit
cacar air pada anak jarang menimbulkan komplikasi pada anak. Akan tetapi
dibutuhkan kesabaran dari pasien untuk istirahat total dan tidak melakukan aktifitas
total minimal selama 1 minggu. Motivasi keluarga terhadap pasien juga diperlukan
agar pasien mau meminum obat secara teratur agar pasien cepat sembuh. Keluarga
harus mendukung dengan sepenuh hati dalam pengobatan pasien.
4.1 Follow Up
Tanggal 9 Juli 2014
S : vesikel pada muka dan seluruh badan, eritema, demam
O : KU baik, compos mentis
Tanda vital
RR : 20 x/menit
N : 100 x/menit
S : 38, 7 0C
BB : 14,7 kg
TB : 90 cm
A : Cacar air (varisela)
P : Terapi medikamentosa berupa Asiklovir 5 x 400 mg, CTM 3 x tab, dexametason 3 x
tab, Paracetamol 3 x 250 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat total, konsumsi
makanan bergizi, kurangi aktifitas fisik yang berat, jaga higeinitas, jaga daya tahan
tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan
psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang
diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien.
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari bapak kandung dan ibu kandung An. Danang. Bapak Slamet
berusia 29 tahun, yang merupakan seorang kepala rumah tangga. Ibu Ika adalah ibu
kandung dari penderita, berumur 23 tahun. An. Danang, merupakan anak tunggal
berusia 3 tahun. Keluarga pasien merupakan keluarga yang kurang cukup sadar
mengenai kesehatan. Saat penderita mengalami muncul bintik-bintik dan demam,
keluarga penderita tidak langsung membawa pasien ke puskesmas. An. Danang saat
berobat di dampingi oleh ibunya. Setelah ke puskesmas, An. D didiagnosis cacar air
(varisela).
2. Fungsi Psikologis
An. Danang tinggal serumah dengan bapak dan ibu kandungnya. Bapak Slamet dan ibu
Ika sangat menyayangi dari An. Danang. An. Danang juga sering berkumpul dengan
keluarga disaat sore hari. An. Danang sering bermain dengan saudara dan teman
sebayanya.
3. Fungsi Sosial
An. Danang memiliki banyak teman di lingkungan rumahnya. An. Dalam lingkungan
tempat tinggal An. D juga sering bermain dengan saudara sepupun dan teman sebayanya,
ia memiliki banyak teman.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga An. Danang berasal dari penghasilan bapak yang tiap bulannya
berpenghasilan kira-kira Rp.900.000,-. Biaya pengobatan pasien di Puskesmas menggunakan
Jamkesmas.
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu mendapatkan dukungan
berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu masalah selalu
menceritakan kepada ibunya. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa singkat. Setiap ada
permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan istri dan
anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik.
GROWTH
Pasien merasa bersyukur masih dapat menjalani aktifitasnya sehari-hari yaitu masih dapat
bermain dengan saudara dan teman sebayanya.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan ibu dan ayahnya berjalan dengan
lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga maupun dari
saudara-saudara.
Tabel 3.1 Skor APGAR An. D
A.P.G.A.R An. D Terhadap Keluarga Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6
Tabel 3.2 Skor APGAR Tn. S
A.P.G.A.R Tn. S. Terhadap Keluarga Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6
Tabel 3.3 Skor APGAR Ny. I
A.P.G.A.R Ny. I Terhadap Keluarga Hampir Kadang Hampir
selalu -kadang tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7
A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (6+6+7+)/3
= 6,3
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 19, sehingga rata-
rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 6,3. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis
yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan sedang.
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga An. D dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai
berikut :
Tabel 3.4 Tabel SCREEM
SUMBER PATOLOGI KET
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga -
dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan
kemasyarakatan kurang aktif.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal -
ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang
bersifat hajatan, sunatan, wetonan dll. Menggunakan
bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.
Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, -
hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang
rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid. Saat
tidak sakit penderita rutin belajar mengaji di sore hari di
masjid dekat rumah.
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, pendapatan +
hanya cukup untuk memenuhi keburuhan primer
kebutuhan sekunder masih belum bisa terpenuhi.
Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. +
Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang.
Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas
pendidikan seperti buku dan koran terbatas.
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga -
menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan
fasilitas Jamkesmas untuk berobat.
Keterangan :
Social (-) artinya keluarga An. D sudah berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Cultural (-) artinya keluarga An. D masih aktif dalam pergaulan sehari-hari. Keluarga An.
D masih menganut tradisi jawa, hal ini terbukti keluarga An.D masih mengikuti tradisi
yasinan, mauludan, wetonan, menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.
Religion (-) artinya keluarga An. D sudah memiliki pemahaman agama yang cukup untuk
seusianya, hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan An. D dalam mengikuti pengajian jika
An. D tidak sedang sakit.
Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien masih tergolong rendah, pendapatan
hanyacukup untuk memenuhi kebutuhan primer.
Education (+) artinya keluara Tn. S masih memiliki pengetahuan yang kurang, khususnya
mengenai permasalahan kesehatan.
Medical (-) artinya dalam mencari pelayanan kesehatan pasien sudah baik, yaitu dengan
langsung mengunjungi Puskesmas terdekat tidak berobat ke dukun atau yang semisalnya.
Kesimpulan :
Dalam keluarga An. D fungsi patologis yang positif adalah fungsi ekonomi dan fungsi
edukasi.
Tn.S Ny.I
An.D
An. D, 3 thn
= Perempuan
Atau = Meninggal
= Pasien
BAB 4
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Pengetahuan : Lingkungan:
Keluarga kurang Lembab dan
mengetahui penyakit sedikit sinar
penderita matahari.
Tidak ada jamban
sendiri.
Tindakan
Sikap: Kebiasaan pasien
Kesadaran pasien Keluarga An. D Pasien bermain
akan kesehatan dengan saudara
kurang dan tetangga
dengan penyakit
sama
Pelayanan Komunikasi:
Kesehatan: Pasien adalah anak
Jika sakit berobat ke yang terbuka, mau
dokter dan puskesmas menerima nasihat
orang lain
: faktor perilaku
Dapur P
Gudang e
k
Ruang Tamu a
Ruang TV (R. Keluarga)
r
Ruang Kosong
a
n
Ruang Tamu
Kamar Tidur Ruang Tamu g
Sumur dan a
kamar Ruang Tamu n
mandi Pekarangan rumah
Jalan
BAB 5
DAFTAR MASALAH
A. Masalah medis
Tabel 5.1 Masalah Medis
MASTER PROBLEM LIST
Approx. Date Inactive/ Date
No. Active Problems
Date of Problem Resolved Resolved
Onset Recorded Problems
1. 6 Juli 2014 8 Juli 2014 Cacar air 13 Juli 2014
1. Keluarga An.
D kurang
mengerti akan
penyakit
cacar air
2. Di dekat
tempat
tinggal An. D 3 th dengan 4. rumah
pasien ada cacar air kurang
(varisela) sehat
saudara dan
tetangga
yang
mengalami
sakit yang
sama 3. rumah pasien
cukup jauh
dari tempat
pelayanan
kesehatan
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)
Tabel 5.2 Matrikulasi Masalah
No. Daftar Masalah I T R Jumlah
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1. Keluarga An. D kurang 4 4 4 3 4 4 4 12.288
mengerti akan penyakit
cacar air
2. Keluarga dan tetangga 5 4 5 3 4 4 5 24.000
pasien sakit sama
3. Rumah pasien jauh 3 3 4 3 3 4 4 5.184
dari tempat pelayanan
kesehatan
4. Rumah kurang sehat 3 3 3 3 3 3 3 2.187
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 = tidak penting
2 = agak penting
3 = cukup penting
4 = penting
5 = sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn. S
adalah sebagai berikut :
1. Pasien sering berinteraksi dengan saudara dan tetangga yang mengalami sakit serupa
dengan pasien.
2. Keluarga Tn. S kurang mengerti akan penyakit cacar air
3. Rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan.
4. Rumah kurang sehat
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah kebiasaan pasien bermain dengan saudara
dan tetangganya yang sakit cacar air. Pasien belum mengetahui akibat yang ditimbulkan
dari kebiasaan berdekatan dengan saudara yang sakit. Hal ini juga dapat berkaitan dengan
pengetahuan pasien dan keluarganya mengenai kesehatan.
F. Pembinaan Keluarga
1. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita lebih memahami
mengenai pengetahuan keluarga mengenai cacar air serta penyebabnya yang dikaitkan
dengan pola asuh terhadap anak.
Tujuan Khusus :
Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita dapat :
a. Mengetahui tentang penyebab cacar air.
b. Mengetahui tentang pentingnya peran keluarga dalam perjalanan penyakit cacar air.
c. Mengetahui cara perawatan pasien dengan penyakit cacar air.
2. Materi
Materi yang diberikan berupa pengetahuan mengenai cacar air. Sasaran dari
pembinaan ini adalah pasien dan keluarganya. Pembinaan keluarga ini dilakukan pada
tanggal 13 Juli 2014, dengan metode penyuluhan langsung kepada pasien dan
keluarganya dan tanya jawab. Untuk mengevaluasi dari pembinaan keluarga dilakukan
dengan memberikan pertanyaan kepada keluarga pasien. Selain itu diberikan pula
management penatalaksanaan cacar air kepada pasien dan keluarganya. Adapun
management penatalaksanaan cacar air yang diarahkan kepada pasien dan keluarganya
adalah sebagai berikut:
a. Kesimpulan
1. Varisela atau cacar air sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster yang
sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam
yang mendadak, malaise, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam
yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan
keropeng.
2. Obat antivirus dapat diberikan, pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit,
keparahan dan waktu penyembuhan akan lebih singkat.
3. Untuk menghindari penularan, tidak disarankan untuk tidur bersama dengan anak yang
sakit.
4. Pasien cacar air diupayakan beristirahat total di tempat tidur sampai demamnya turun.
Setelah demam turun, teruskan istirahat sampai suhu normal kembali.
b. Saran
Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus :
1. Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha menyembuhkannya.
2. Varisela merupakan penyakit infeksi yang masih sering terjadi di masyarakat, sehingga
perlu mendapatkan perhatian khusus.
3. Tidak jajan disembarang lagi. Pasien makan-makanan yang terjamin kebersihan dan
kesehatannya.
4. Meningkatkan gizi pasien yaitu dengan suplai makanan tinggi kalori tinggi protein.
DAFTAR PUSTAKA
Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta: EGC, 2000 :
(1): 561-3.
Martin K, Noberta D, Matheus T. Varisela Zoster Pada Anak. Universitas Pelita Harapan.
Jakarta. 2009. Vol. 3 No. 1.
Djuanda, Adhi; dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima. Jakarta : FKUI. 2007
Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Cetakan III. Medis Aesculapius. Jakarta. 2000