Anda di halaman 1dari 19

Akuntansi Sektor Publik

Laporan Keuangan Organisasi Non-Profit

Kelompok II :

1. Aisha Septy Isnaindah (1413010029)


2. Aloysius Josef Chrisma (1413010095)
3. Fadel Muhammad (1413010106)
4. Lukman Hakim (1413010119)
5. Chandra Septiyanto (1413010125)
6. Citra Mutiara Sofyanti (1413010127)
7. Rahmawati Susanto (1413010140)

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Akuntansi

2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang Laporan Keuangan Organisasi Non-Profit

. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik.
Makalah ini berisi tentang negara dan konstitusi, dengan bahasa yang singkat, padat,
dan mudah dimengerti. Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka
yang menjelaskan latar belakang dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang
menjelaskan Laporan Keuangan Organisasi Non-Profit, Penutup yang berisi tentang
kesimpulan yang menjelaskan isi dari makalah kami. Makalah ini juga kami lengkapi dengan
daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami terima, Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.

Surabaya, 23 Mei 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang
mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan
apapun dari organisasi tersebut.

Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu
yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya penerimaan
sumbangan. Namun demikian dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai
bentuk sehingga seringkali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Pada
beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi tersebut
mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas
jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran
pemasukan kas menjadi ukuran kinerja penting bagi para pengguna laporan keuangan
organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana lainnya. Organisasi semacam ini
memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya.

Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama yang tidak
berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu untuk menilai:

a) Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya

untuk terus memberikan jasa tersebut

b) Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek kinerja

manajer.

Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi
keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan
informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut. Laporan ini harus menyajikan
secara terpisah aktiva bersih baik yang terikat maupun yang tidak terikat penggunaannya.
Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi
yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas.
Laporan aktivitas harus menyajikan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam
kelompok aktiva bersih.

B. TUJUAN

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Dengan
adanya standar pelaporan, diharapkan laporan keuangan organisasi nirlaba dapat lebih mudah
dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.

C. RUANG LINGKUP
1. Pernyataan ini berlaku bagi laporan keuangan yang disajikan oleh organisasi nirlaba
yang memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a) Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
b) Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas tersebut.
c) Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkah, atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber
daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
2. Pernyataan ini tidak berlaku bagi lembaga pemerintah, departemen dan unit-unit
sejenis lainnya.
3. Laporan keuangan untuk organisasi nirlaba terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan tersebut berbeda dengan laporan keuangan untuk organisasi bisnis pada
umumnya.
4. Pernyataan ini menetapkan informasi dasar tertentu yang harus disajikan dalam
laporan keuangan organisasi nirlaba. Hal-hal yang tidak diatur dalam pernyataan
standar akuntansi ini harus mengacu kepada pernyataan standar akuntansi yang
berlaku umum.

D. DEFINISI

Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini :

Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh
penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi
diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi
lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.

Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang
menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau
sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.

Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu
oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.

Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan
tertentu oleh penyumbang

BAB II

PEMBAHASAN

A. ORGANISASI NIRLABA
Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk keuntungan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya
yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri
atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali,
atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas
pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.

Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas pemerintahan dan
entitas nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba dipandang amat berbeda dengan
organisasi komersial oleh pelanggan, donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota
organisasi dan karyawan organisasi nirlaba.

Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai bentuk alat
penyampaian pertanggungjawaban pengurus.

Para karyawan profesional organisasi nirlaba diasumsikan ingin diperlakukan setara


dengan karyawan profesional organisasi komersial dalam hal imbalan, karier, jabatan, dan
masa depan. Bagi mereka akuntansi berguna untuk menginformasikan kesinambungan
hidup organisasi sebagai tempat berkarier.

Para anggota diasumsikan secara serius ikut serta dalam suatu organisasi nirlaba untuk
mencapai suatu visi dan misi tertentu organisaai bersangkutan yang sejalan dengan
aspirasinya. Maka laporan keuangan diharapkan memberikan informasi berkala, guna
memberikan gambaran, apakah visi misi tersebut direalisasikan.
Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta berharap untuk
memperoleh manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu mendapat informasi mengenai
sasaran yang berhasil diraih organisasi tersebut. Maka laporan keuangan perlu
menampilkan manfaat atau hasil yang diraih yang apabila mungkin didenominasikan dalam
besaran uang.

Bagi pemerintah, organisasi nirlaba nonpemerintah harus mematuhi ketentuan undang-


undang, serta diharapkan memberi sumbangan positif bagi kehidupan sosial, politik,
ekonomi, dan budaya nasional serta memberi citra baik bagi bangsa. Di sini, laporan
keuangan berfungsi sebagai umpan balik kepada pemerintah. Apabila ada berbagai harapan
dan kepentingan yang berbenturan, maka laporan keuangan secara seimbang memberi
informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan itu.

Sebagai kesimpulan, sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah menyajikan
informasi kepada penyedia sumber daya, yang ada pada masa berjalan dan pada saat yang
akan datang dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional
dalam pengalokasian sumber daya kepada entitas nirlaba.

B. DASAR PEMIKIRAN AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA


Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah
menyusun standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau
pemegang saham, kreditor, dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen
entitas bersangkutan namun memiliki kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun
standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US Government
Accounting Standard Board (GASB) menyusun standar akuntasi dan pelaporan keuangan
untuk pernerintah pusat dan federal AS.
Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah.Organisasi
penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS atau Dewan
Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena karakteristik
entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau
semacamnya, memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu
memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pernerintah tanpa peduli bahwa
imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai.

International Federation of Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector


Committee (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector Accounting
Standard (IPSAS). Istilah public sector di sini berarti pemerintah nasional, pemerintah
regional (misalnya negara bagian, daerah otonom, provinsi, daerah istimewa), pemerintah
lokal (misalnya kota mandiri) dan entitas pernerintah terkait (misalnya perusahaan negara,
komisi khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar akuntansi sektor publik
nonpemerintah.
Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya didasarkan
atas jenis kegiatan atau bentuk legalnya. Sesungguhnya istilah nonkomersial lebih tepat dari
istilah nirlaba. Istilah Not For Profit Organization (NFPO) telah menggeser istilah
nonprofit organization karena menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian
organisasi bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh kegiatannya tidak ditujukan
untuk mengumpulkan laba, namun dalam perjalanannya organisasi nirlaba ternyata secara
legal bernasib keuangan yang baik, yakni dapat mengalami surplus karena aliran kas masuk
melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian, walaupun sama-sama memperoleh sisa laba,
surplus yang setara laba neto setelah pajak, baik organisasi komersial maupun organisasi
nirlaba tetap pada jati dirinya.
Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala kegiatan
pengabdiannya dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak . Sebaliknya, apabila surplus
tersebut dinikmati oleh para pengurus dalam bentuk tantiern, gratifikasi, gaji, bonus,
tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi pendiri/ pengurus (setara dividen dalam entitas
komersial) atau kenikmatan (mobil mewah, rumah tinggal, keanggotaan golf dan
sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat entitas komersial.
Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal danbentuk
kegiatan. Contoh entitas legal adalah:
1. Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pmerintah, seperti BUMN
Persero; entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha perorangan, UD;
2. Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba swasta, misalnya
yayasan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat
Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang bentuk kegiatan/bidang
usaha tidak disarankan . Rumah sakit dan museum pemerintah pada umumnya nirlaba,
namun rumah sakit dan museum swasta mungkin nirlaha atau komersial

C. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA


Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial Accounting
Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statements of Financial Accounting
Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk organisasi
nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting by nonbusiness organizations). Tujuan
laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut adalah:
1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon
pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber
daya organisasi.

2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh
organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.

3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer organisasi
nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.

4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, datt kekayaan bersih
organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dar. kejadian ekonomi yang mengubah
sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.

5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran


secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi sumher kekayaan bersih
organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi
secara bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai
kinerja.

6. Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan membelanjakan


kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam memahami
informasi keuangan yang diberikan.

D. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK)


Nomor 45
PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba diterbitkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia untuk memfasilitasi seluruh organisasi nirlaba nonpemerintah. Dalam
PSAK karakteristik entitas nirlaba ditandai dengan perolehan sumbangan untuk sumber
daya utama (aset), penyumbang bukan pemilik entitas dan tak berharap akan hasil, imbalan,
atau keuntungan komersial.

Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari jasa yang
diberikan kepada publik, walaupun pendapatannya tidak dimaksud untuk memperoleh
laba. Dengan demikian, entitas nirlaba tidak pernah membagi laba dalam bentuk apapun
kepada pendiri/pemilik entitas Laporan keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa
atau manfaat entitas dan menjadi sarana pertanggungjawaban pengelola entitas dalam
bentuk pertanggungjawaban harta-utang (neraca), pertanggungjawaban kas (Arus Kas), dan
Laporan Aktivitas.
Terikat dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan bruto, sedang
pendapatan investasi disajikan secara neto setelah dikurangi beban investasi. Informasi
tercapainya program amat penting dalam laporan keuangan, yang menggambarkan
efektivitas beban dan manfaat yang dirasakan penikmat jasa utama entitas. Arus kas amat
penting menggambarkan kualitas prrtanggungjawaban manajemen keuangan di mata para
donatur.
Begitu pentingnya donatur sehingga sumbangan bukan kas perlu dipapar kandalam
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), yang memberi harkat khusus CALK dalam
laporan keuangan nirlaba setara dengan Neraca dan Laporan Kegiatan.
E. ORGANISASI NIR LABA 1: ORGANISASI ZAKAT
Organisasi Zakat adalah salah satu jenis organisasi nirlaba. Cukup banyak organisasi
zakat yang bermunculan di Indonesia. Persoalan yang cukup mendasar adalah bagaimana
agar organisasi zakat dapat diaudit dengan benar, sehingga akuntabilitas dan
transparansinya terjamin . Apalagi sampai saat ini belum ada standar akuntansi zakat yang
sah dan diakui Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagai pihak yang mempunyai keabsahan
untuk meng audit.
Agar pencatatan dan pelaporan keuangan bisa dilakukan dengan baik dan memudahkan
pengauditan, Forum Zakat (FOZ) merancang draf pedoman akuntansi bagi organisasi
pengelola zakat. Penyusunan ini dilakukan karena semakin besamya tuntutan masyarakat
akan akuntabilitas organisasi pengelola zakat.
Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan keuangan serta
audit terhadap laporan keuangan tersebut. Namun banyak pemakai laporan keuangan dan
auditor tidak mengetahui dasar acuan yang digunakan untuk membaca, menganalisis atau
melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan tersebut. Pasalnya, setiap organisasi
pengelola zakat memiliki acuan yang beragam dalam membuat laporan keuangannya.
Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna laporan
keuangan bagi pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya itu, pedoman akuntansi yang
sama akan melahirkan tingginya tingkat komparasi antarorganisasi pengelola zakat. Dengan
demikian bisa dipastikan kinerja antara organisasi pengelola zakat yang satu dengan yang
lainnya dalam penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran dana.
Draft pedoman akuntansi zakat masih dalam rangka sosialiasi untuk men dapatkan
tanggapan dan masukan. Telah ada berbagai masukan seperti Dewan Syariah Nasional
(DSN) maupun Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), baik dari aspek-aspek syariah maupun
teknis akuntansi baik berupa nama-nama akun maupun format penyajiannya. Masukan
tersebut akan diselaraskan dengan susunan draf yang telah ada. Selanjutnya, sebelum draf
ini menjadi pedoman akuntasi zakat yang berlaku umum maka akan ada dua review yang
ditempuh pihaknya, baik melalui DSN maupun IAI.
Seyogianya pedoman akuntansi zakat mengacu pada standar yang ditetapkan oleh IAI
yang tertuang daiam Standar Akuntansi Keuangan. Untuk menyiasati persoalan di atas,
organisasi zakat dapat menggunakan standar akuntansi untuk nirlaba, yakni Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan organisasi
Nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka organisasi zakat
harus membuat Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas,Laporan Arus Kas,
dan Pernyataan atas Laporan keuangan. Teten Kustiawan dari Institut Manajemen Zakat
(IMZ) menambahkan satu laporan yaitu Laporan Dana Termanfaatkan. Tambahan ini
diperlukan, karena dalam lampiran PSAK 45 disebutkan bahwa dana yang digunakan
organisasi zakat untuk hal yang tidak habis, misalnya untuk komputer, maka tidak perlu
dimasukkan sebagai pengeluaran. Ini sangat riskan untuk diterapkan organisasi zakat.

F. ORGANISASI NIRLABA 2: ORGANISASI PENDIDIKAN TINGGI


(UNIVERSITAS)
Pada umumnya suatu universitas berdiri dalam naungan suatu yayasan. Dalam hal
keuangan, seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik
yayasan. Pengelolaan dana universitas tersebut dilakukan oleh Rektor, yang selanjutnya
diaudit oleh kantor akuntan publik yang ditunjuk yayasan. Pada akhirnya,
pertanggungjawahan rektor kepada yayasan khususnya dalam hal pengelolaan keuangan
harus dilakukan setiap tahun.

1. Sistem Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Universitas

Pada bahasan berikut ini, akan dipaparkan suatu sistem pelaporan pengelolaan keuangan
dan pertanggungjawaban suatu universitas yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi sistem
akuntansi suatu perguruan tinggi. Sistem ini sudah dicoba diterapkan dalam pengelolaan
keuangan suatu universitas di Indonesia. Dalam hal pembuatan laporan keuangan, pihak
universitas mencoba untuk melakukan standarisasi dengan mengacu pada PSAK Nomor 45.

2. Karakteristik Pengelolaan Keuangan Universitas

Seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik


yayasan. Keuangan universitas bersumber pada:
a.Uang penyelenggaraan pendidikan dan uang sumbangan pendidikan yang diperoleh dari
mahasiswa;
b. Usaha-usaha lain yang sah terkait dengan tridharma perguruan tinggi
c. Subsidi Pemerintah, sumbangan, dan bantuan lain baik dari dalam negeri maupun
luar negeri yang tidak mengikat
d. Hasil usaha yayasan
Tahun anggaran yang digunakan dimulai dari tanggal 1 September sampai dengan 31
Agustus tahun berikutnya. Setiap tahun anggaran, rektor dengan pertimbangan dan persetujuan
senat universitas, mengajukan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas kepada
yayasan guna mendapat persetujuan dan pengesahan.
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas yang telah disetujui yayasan, menjadi
panduan dan acuan seluruh subsistem universitas dalam menjalankan kegiatannya. Pada tiap
pertengahan tahun anggaran, rektor dengan pertimbangan senat universitas dan persetujuan
yayasan dapat melakukan perubahan/revisi Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Universitas yang sedang berjalan. Selambat-lambatnya tiga bulan setelah berakhirnya setiap
tahun anggaran, rektor harus sudah menyampaikan laporan pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Universitas tahun yang lalu kepada yayasan untuk disahkan, setelah mendapat
pertimbangan senat universitas.

3. Acuan Penyusunan Laporan Keuangan Universitas


Laporan keuangan Universitas mengacu kepada laporan keuangan organisasi nirlaba seperti yang
telah distandarkan dalam PSAK 45. Laporan Keuangan terdiri dari:
a.Laporan Posisi Keuangan.
b.Laporan Aktivitas.
c.Laporan Arus Kas.
d.Catatan Atas Laporan Keuangan.

a.Laporan Posisi Keuangan


Sisi sebelah kiri menyajikan kekayaan (aktiva) universitas. Penyajian diurutkan berdasarkan tingkat
likuiditas dari yang paling likuid yaitu Kas dan Setara Kas sampai dengan yang paling tidak likuid yaitu
Aktiva Tetap.
Sisi sebelah kanan menyajikan kewajiban (utang) dan aktiva bersih universitas. Kewajiban disajikan
sesuai dengan urutan jatuh temponya. Sedangkan aktiva bersih disajikan sesuai dengan urutan tidak
terikat, terikat sementara dan terikat permanen.
b.laporan Aktivitas
Sisi pendapatan menyajikan seluruh penerimaan universitas dari sumber akadcmik dan
nonakademik. Sisi pengeluaran menyajikan seluruh pengeluaran universitas dalam satu periode akuntansi
yang terdiri dari pengeluaran akademik dan nonakademik. Perbedaan pendapatan dan pengeluaran
merupakan perubahan aktivita bersih pada periode tersebut.
c.Laporan Arus Kas
Arus Kas operasional universitas menyajikan Kas masuk dan Kas keluar untuk operasional
universitas. Diklasifikasikan sebagai Arus Kas akademik dan nonakademik.Arus Kas investasi
menyajikan Arus Kas keluar untuk investasi (pembelian dan pembangunan aktiva tetap). Arus Kas
pendanaan menyajikan Arus Kas aktivitas pendanaan (sumbangan dsb.).
4. Kebijakan Akuntansi Universitas
Berikut ini kebijakan-kebijakan akuntansi penting yang dapat digunakan universitas
dalam menyusun laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
a.Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan disusun dengan dasar akrual dan dinilai dengan harga perolehan. Periode
laporan dari tanggal 1 September 20x0 hingga 31 Agustus 20x1 yang juga merupakan tahun
Anggaran Universitas. Laporan Keuangan terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan
Aktivitas dan Laporan Arus Kas bersama dengan Catatan Atas Laporan Keuangan yang tidak
terpisahkan dari Laporan Keuangan.
Laporan aktivitas disusun berdasarkan klasifikasi tidak terikat, terikat sementara danterikat
permanen.
Laporan arus kas disusun dalam klasifikasi aktivitas akademik, nonakademik, investasi, dan
pendanaan dengan menggunakan metodelangsung.
b.Transaksi dalam Mata Uang Asing
Kebijakan dalam transaksi mata uang asing ditetapkan menganut sistem kurs tengah Bank
Indonesia. Pengakuan transaksi dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam nilai Rupiah dengan
menggunakan kurs yang berlaku pada saat transaksi terjadi.
Aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam Rupiah
berdasarkan nilai tukar dari kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan Posisi Keuangan.
Selisih lebih atau kurang yang timbul dari transaksi sepanjang tahun atas penjabaran aktiva dan
kewajiban moneter pada akhir tahun diakui sehagai pendapatan atau pengeluaran nonakademik
lainnya pada laporan aktivitas.

c. Investasi Jangka Pendek


Merupakan bentuk deposito pada Bank, dicatat berdasarkan nilai uang yang didepositokan.
Bunga yang diperoleh dari deposito diakui sebagai pendapatan nonakademik lainnya pada laporan
aktivitas.

d. Piutang Akademik dan Nonakademik.


Piutang akademik dan nonakademik disajikan dalam jumlah yang dapai direalisasikan
Penghapusan piutang yang tak tertagih dilakukan setelah memperoleh kepastian bahwa piutang
tersebut tidak akan dapat ditagih lagi dan diakui sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik
lainnya dalam laporan aktivitas.
e. Perlengkapan
Perlengkapan merupakan barang habis pakai yang dipergunakan dalam kegiatan akademik dan
nonakademik. Perlengkapan yang dipergunakan sebagai bagian dari layanan akademik, terdiri atas
alat tulis kantor dan bahan praktikum dinilai dengan harga perolehan.Perlengkapan yang
dipergunakan untuk kegiatan nonakademik diakui sebagai pengeluaran administrasi dan umum pada
laporan aktivitas. Sedangkan pemakaian perlengkapan untuk kegiatan akademik dihitung dengan
diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik pada laporan aktivitas.
Penilaian perlengkapan menggunakan metode rata-rata yang merupakan penyesusaian pada
akhir tahun. Penyisihan atas perlengkapan usang dan rusak ditentukan berdasarkan estimasi per jenis
perlengkapan dari pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya dan diakui sebagai pengeluaran
administrasi akademik pada laporan aktivitas.

f. Aktiva Terikat untuk Investasi


Aktiva terikat untuk investasi adalah alokasi Kas dan setara Kas untuk akuisisi aktiva (cash
restriced for assets acquisition).
g. Aktiva Tetap
Aktiva tetap diakui dan dicatat berdasarkan harga perolehan dan disajikan berdasarkan harga
perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.
Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat ekonomis
dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu layanan atau peningkatan standar kerja dikapitalisasi pada
aktiva yang bersangkutan.
Aktiva tetap yang diperoleh dari hibah atau sumbangan dinilai sebesar harga pasar wajar pada
saat tanggal transaksi.
Koleksi kepustakaan sesuai dengan pemanfaatannya secara ekonomis disusutkan sepanjang
masa manfaat ekonomis selama 2 tahun dengan metode saldo menurun berganda. Kecuali untuk
tanah seluruh aktiva tetap disusutkan sepanjang masa manfaat ekomis dengan metode garis lurus
dengan tarif sebagai berikut:

Tarif per Tahun


Masa Manfaat
- per
Bangunan 20 tahun 5%
Taman 10 tahun 10%
Instalasi 5 tahun 20%
Kendaraan 5 tahun 20%
Peralatan 4 tahun 25%
Perabot 4 tahun 25%

Alokasi penyusutan aktiva tetap sebagai pengeluaran administrasi akademik dan pengeluaran
administrasi dan umum (nonakademik) didasarkan pada analisis manfaat.
Aktiva tetap yang dilepas karena rusak, hilang, keusangan teknologi, atau sebab-schab lainnya
sebelum masa manfaat ekonomisnya berakhir dikeluarkan dari laporan keuangan sebesar buku.
Selisih kurang yang timbul dari pelepasan ini dicatat dalam pengeluaran nonakademik lainnya pada
laporan aktivitas.

h. Aktiva dalam Penyelesaian


Mcrupakan penambahan bangunan beserta taman instalasi yang masih dalam tahap
pembangunan. Pembangunan tersebut bisa didanai dari pihak intemal atau pihak ketiga, melalui Uang
Sumbangan Pendidikan (USP) yang diperoleh dari mahasiswa baru.
Pembangunan aktiva tetap yang didanai dari pihak internal atau pihak ketiga yang sudah selesai
dibangun dan diserah-terimakan dari Panitia Pembangunan kepada Universitas, dipindahkan sebagai
aktiva tetap dan mulai diperhitungkan penyusutannya.
i. Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)

HaKI merupakan perlindungan hukum yang diberikan secara eksklusif oleh pemerintah atas
pruduk-pruduk yang dihasilkan dan aktivitas penelitian dan pengembangan kelembagaan universitas
yang diatasnamakan Universitas. HaKI diakui berdasarkan harga perolehannya dan
diamortasikan secara periodik selama jangka waktu berlakunya HaKI atau selama-lamanya
20 tahun (5%) dengan metode garis lurus.
HaKi disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi amortasi umur aktiva tersebut. Amortasi
aktiva diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik atau pengeluaran administrasi dan umum
(non akademik) pada lapor-an aktivitas.

j. Jaminan Kepada Pihak Ketiga


Merupakan surat jaminan (Bank garansi) yang diberikan kepada Dirjen Dikti untuk pendirian
program studi baru dan akan dinetralisir apabila jaminan diterima kembali.
Aktiva dicatat sebesar nilai jaminan yang diberikan dan dihapuskan dari laporan keuangan saat
berakhirnya masa jaminan tersebut.

k. Jaminan yang Diterima


Merupakan jaminan yang diterima dari mahasiswa yang mengikuti wisuda dan akan
dikembalikan kepada mahasiswa yang bersangkutan setelah memenuhi kewajiban pengembalian
toga. Kewajiban dicatat sebesar jaminan yang diterima pada tanggal transaksi.

l. Perpajakan
Kebijakan perpajakan yang terkait dengan penghasilan mengacu pada Keputusan Dirjen Pajak
No. KEP-87/PJ/1995 tanggal 10 Oktober 1995 tentang Pengakuan Penghasilan dan Biaya Atas Dana
Pembangunan Gedung dal, Prasarana Pendidikan Bagi Yayasan atau Organisasi yang Sejenis yang
Bergerak di Bidang Pendidikan.
Sedang kewajiban yang terkait dengan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji
karyawan tetap dan honorarium tetap dilakukan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang dan
dilakukan penyetoran ke Kas Negara. Jumlah pajak kini yang belum dibayar diakui sebagai
kewajiban dan dikompensasikan dengan jumlah pajak yang telah dibayar pada periode kini dan
sebelumnya.

m. Utang kepada Lembaga Keuangan


Merupakan utang kepada Bank yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan
Universitas. Pembayaran bunga atas kewajiban tersebut diakui sebagai pengeluaran nonakademik
lainnya pada laporan aktivitas.
n. Tunjangan Hari Tua.
Merupakan kewajiban yang berasal dari pemotongan gaji karyawan untuk tunjangan hari tua
yang belum direalisasikan selama karyawan yang bersangkutan masih aktif di universitas. Kewajiban
dicatat pada setiap akhir bulan saat pembayaran gaji karyawan. Realisasi dari pembayaran tunjangan
hari tua bagi karyawan yang telah pensiun diakui sebagai pengeluaran nonakademik lainnya pada
laporan Arus Kas.

o. Aktiva Bersih
Merupakan selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang mencerminkan seluruh sumber
daya yang tersedia dan dimiliki secara independen pada suatu saat tertentu oleh organisasi
tanpa terikat atau terikat sementara maupun permanen.
Aktiva bersih tidak terikat adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang pemanfaatannya
tidak dibatasi oleh syarat atau kewajiban tertentu dari pihak donor.
Aktiva bersih terikat sementara adalah selisih dari aktiva terhabap kewajiban yang
pemanfaatannya dibatasi oleh syarat atau kewajiban dalam jangka waktu tertentu dari pihak donor.
Aktiva bersih terikat permanen adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang
pemanfatannya dibatasi secara permanen oleh syarat atau kewajiban dari pihak donor.
p. Pendapatan
Merupakan kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan
aktiva atau penurunan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan diklasifikasikan sebagai pendapatan akademik dannonakademik. Pendapatan
akademik adalah pendapatan yang diterima dari aktivitas tridharma perguman tinggi.
Pendapatan nonakademik adalah pendapatan yang diterima di luar dari aktivitas akademik.
Pendapatan akademik yang diperoleh dari mahasiswa diakui secara proporsional pada saat
realisasi jasa. Sedangkan pendapatan yang berasal dari sumbangan dan hibah diakui pada saat
penerimaan sumbangan dan hibah.
Pendapatan nonakademik yang berasal dari jasa pelatihan dan konsultasi diakui pada saat
realisasi jasa telah terpenuhi sesuai nilai kontrak atau perjanjian dengan pihak ketiga.

q. Pengeluaran
Merupakan penurunan ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau
peningkatan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pengeluaran
diklasifikasikan sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik. Pengeluaran akademik adalah
pengeluaran yang timbul dari aktivitas di luar aktivitas akademik. Pengeluaran nonakademik adalah
pengeluaran yang aktivitas di luar aktivitas akademik.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

1. http://mitoyono.blogspot.co.id/2011/01/akuntansi-organisasi-
nirlaba.html
2. keuanganlsm.com/.../17.-PSAK-45-Pelaporan-Keuangan-Organisasi-
Nirlaba.pdf

Anda mungkin juga menyukai