Kelompok II :
Jurusan Akuntansi
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang Laporan Keuangan Organisasi Non-Profit
. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik.
Makalah ini berisi tentang negara dan konstitusi, dengan bahasa yang singkat, padat,
dan mudah dimengerti. Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka
yang menjelaskan latar belakang dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang
menjelaskan Laporan Keuangan Organisasi Non-Profit, Penutup yang berisi tentang
kesimpulan yang menjelaskan isi dari makalah kami. Makalah ini juga kami lengkapi dengan
daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami terima, Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang
mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan
apapun dari organisasi tersebut.
Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu
yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya penerimaan
sumbangan. Namun demikian dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai
bentuk sehingga seringkali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Pada
beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi tersebut
mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas
jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran
pemasukan kas menjadi ukuran kinerja penting bagi para pengguna laporan keuangan
organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana lainnya. Organisasi semacam ini
memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya.
Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama yang tidak
berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu untuk menilai:
manajer.
Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi
keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan
informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut. Laporan ini harus menyajikan
secara terpisah aktiva bersih baik yang terikat maupun yang tidak terikat penggunaannya.
Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi
yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas.
Laporan aktivitas harus menyajikan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam
kelompok aktiva bersih.
B. TUJUAN
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Dengan
adanya standar pelaporan, diharapkan laporan keuangan organisasi nirlaba dapat lebih mudah
dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
C. RUANG LINGKUP
1. Pernyataan ini berlaku bagi laporan keuangan yang disajikan oleh organisasi nirlaba
yang memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a) Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
b) Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas tersebut.
c) Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkah, atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber
daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
2. Pernyataan ini tidak berlaku bagi lembaga pemerintah, departemen dan unit-unit
sejenis lainnya.
3. Laporan keuangan untuk organisasi nirlaba terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan tersebut berbeda dengan laporan keuangan untuk organisasi bisnis pada
umumnya.
4. Pernyataan ini menetapkan informasi dasar tertentu yang harus disajikan dalam
laporan keuangan organisasi nirlaba. Hal-hal yang tidak diatur dalam pernyataan
standar akuntansi ini harus mengacu kepada pernyataan standar akuntansi yang
berlaku umum.
D. DEFINISI
Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini :
Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh
penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi
diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi
lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.
Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang
menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau
sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.
Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu
oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan
tertentu oleh penyumbang
BAB II
PEMBAHASAN
A. ORGANISASI NIRLABA
Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk keuntungan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya
yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri
atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali,
atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas
pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas pemerintahan dan
entitas nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba dipandang amat berbeda dengan
organisasi komersial oleh pelanggan, donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota
organisasi dan karyawan organisasi nirlaba.
Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai bentuk alat
penyampaian pertanggungjawaban pengurus.
Para anggota diasumsikan secara serius ikut serta dalam suatu organisasi nirlaba untuk
mencapai suatu visi dan misi tertentu organisaai bersangkutan yang sejalan dengan
aspirasinya. Maka laporan keuangan diharapkan memberikan informasi berkala, guna
memberikan gambaran, apakah visi misi tersebut direalisasikan.
Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta berharap untuk
memperoleh manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu mendapat informasi mengenai
sasaran yang berhasil diraih organisasi tersebut. Maka laporan keuangan perlu
menampilkan manfaat atau hasil yang diraih yang apabila mungkin didenominasikan dalam
besaran uang.
Sebagai kesimpulan, sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah menyajikan
informasi kepada penyedia sumber daya, yang ada pada masa berjalan dan pada saat yang
akan datang dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional
dalam pengalokasian sumber daya kepada entitas nirlaba.
2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh
organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer organisasi
nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, datt kekayaan bersih
organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dar. kejadian ekonomi yang mengubah
sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari jasa yang
diberikan kepada publik, walaupun pendapatannya tidak dimaksud untuk memperoleh
laba. Dengan demikian, entitas nirlaba tidak pernah membagi laba dalam bentuk apapun
kepada pendiri/pemilik entitas Laporan keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa
atau manfaat entitas dan menjadi sarana pertanggungjawaban pengelola entitas dalam
bentuk pertanggungjawaban harta-utang (neraca), pertanggungjawaban kas (Arus Kas), dan
Laporan Aktivitas.
Terikat dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan bruto, sedang
pendapatan investasi disajikan secara neto setelah dikurangi beban investasi. Informasi
tercapainya program amat penting dalam laporan keuangan, yang menggambarkan
efektivitas beban dan manfaat yang dirasakan penikmat jasa utama entitas. Arus kas amat
penting menggambarkan kualitas prrtanggungjawaban manajemen keuangan di mata para
donatur.
Begitu pentingnya donatur sehingga sumbangan bukan kas perlu dipapar kandalam
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), yang memberi harkat khusus CALK dalam
laporan keuangan nirlaba setara dengan Neraca dan Laporan Kegiatan.
E. ORGANISASI NIR LABA 1: ORGANISASI ZAKAT
Organisasi Zakat adalah salah satu jenis organisasi nirlaba. Cukup banyak organisasi
zakat yang bermunculan di Indonesia. Persoalan yang cukup mendasar adalah bagaimana
agar organisasi zakat dapat diaudit dengan benar, sehingga akuntabilitas dan
transparansinya terjamin . Apalagi sampai saat ini belum ada standar akuntansi zakat yang
sah dan diakui Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagai pihak yang mempunyai keabsahan
untuk meng audit.
Agar pencatatan dan pelaporan keuangan bisa dilakukan dengan baik dan memudahkan
pengauditan, Forum Zakat (FOZ) merancang draf pedoman akuntansi bagi organisasi
pengelola zakat. Penyusunan ini dilakukan karena semakin besamya tuntutan masyarakat
akan akuntabilitas organisasi pengelola zakat.
Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan keuangan serta
audit terhadap laporan keuangan tersebut. Namun banyak pemakai laporan keuangan dan
auditor tidak mengetahui dasar acuan yang digunakan untuk membaca, menganalisis atau
melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan tersebut. Pasalnya, setiap organisasi
pengelola zakat memiliki acuan yang beragam dalam membuat laporan keuangannya.
Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna laporan
keuangan bagi pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya itu, pedoman akuntansi yang
sama akan melahirkan tingginya tingkat komparasi antarorganisasi pengelola zakat. Dengan
demikian bisa dipastikan kinerja antara organisasi pengelola zakat yang satu dengan yang
lainnya dalam penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran dana.
Draft pedoman akuntansi zakat masih dalam rangka sosialiasi untuk men dapatkan
tanggapan dan masukan. Telah ada berbagai masukan seperti Dewan Syariah Nasional
(DSN) maupun Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), baik dari aspek-aspek syariah maupun
teknis akuntansi baik berupa nama-nama akun maupun format penyajiannya. Masukan
tersebut akan diselaraskan dengan susunan draf yang telah ada. Selanjutnya, sebelum draf
ini menjadi pedoman akuntasi zakat yang berlaku umum maka akan ada dua review yang
ditempuh pihaknya, baik melalui DSN maupun IAI.
Seyogianya pedoman akuntansi zakat mengacu pada standar yang ditetapkan oleh IAI
yang tertuang daiam Standar Akuntansi Keuangan. Untuk menyiasati persoalan di atas,
organisasi zakat dapat menggunakan standar akuntansi untuk nirlaba, yakni Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan organisasi
Nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka organisasi zakat
harus membuat Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas,Laporan Arus Kas,
dan Pernyataan atas Laporan keuangan. Teten Kustiawan dari Institut Manajemen Zakat
(IMZ) menambahkan satu laporan yaitu Laporan Dana Termanfaatkan. Tambahan ini
diperlukan, karena dalam lampiran PSAK 45 disebutkan bahwa dana yang digunakan
organisasi zakat untuk hal yang tidak habis, misalnya untuk komputer, maka tidak perlu
dimasukkan sebagai pengeluaran. Ini sangat riskan untuk diterapkan organisasi zakat.
Pada bahasan berikut ini, akan dipaparkan suatu sistem pelaporan pengelolaan keuangan
dan pertanggungjawaban suatu universitas yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi sistem
akuntansi suatu perguruan tinggi. Sistem ini sudah dicoba diterapkan dalam pengelolaan
keuangan suatu universitas di Indonesia. Dalam hal pembuatan laporan keuangan, pihak
universitas mencoba untuk melakukan standarisasi dengan mengacu pada PSAK Nomor 45.
Alokasi penyusutan aktiva tetap sebagai pengeluaran administrasi akademik dan pengeluaran
administrasi dan umum (nonakademik) didasarkan pada analisis manfaat.
Aktiva tetap yang dilepas karena rusak, hilang, keusangan teknologi, atau sebab-schab lainnya
sebelum masa manfaat ekonomisnya berakhir dikeluarkan dari laporan keuangan sebesar buku.
Selisih kurang yang timbul dari pelepasan ini dicatat dalam pengeluaran nonakademik lainnya pada
laporan aktivitas.
HaKI merupakan perlindungan hukum yang diberikan secara eksklusif oleh pemerintah atas
pruduk-pruduk yang dihasilkan dan aktivitas penelitian dan pengembangan kelembagaan universitas
yang diatasnamakan Universitas. HaKI diakui berdasarkan harga perolehannya dan
diamortasikan secara periodik selama jangka waktu berlakunya HaKI atau selama-lamanya
20 tahun (5%) dengan metode garis lurus.
HaKi disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi amortasi umur aktiva tersebut. Amortasi
aktiva diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik atau pengeluaran administrasi dan umum
(non akademik) pada lapor-an aktivitas.
l. Perpajakan
Kebijakan perpajakan yang terkait dengan penghasilan mengacu pada Keputusan Dirjen Pajak
No. KEP-87/PJ/1995 tanggal 10 Oktober 1995 tentang Pengakuan Penghasilan dan Biaya Atas Dana
Pembangunan Gedung dal, Prasarana Pendidikan Bagi Yayasan atau Organisasi yang Sejenis yang
Bergerak di Bidang Pendidikan.
Sedang kewajiban yang terkait dengan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji
karyawan tetap dan honorarium tetap dilakukan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang dan
dilakukan penyetoran ke Kas Negara. Jumlah pajak kini yang belum dibayar diakui sebagai
kewajiban dan dikompensasikan dengan jumlah pajak yang telah dibayar pada periode kini dan
sebelumnya.
o. Aktiva Bersih
Merupakan selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang mencerminkan seluruh sumber
daya yang tersedia dan dimiliki secara independen pada suatu saat tertentu oleh organisasi
tanpa terikat atau terikat sementara maupun permanen.
Aktiva bersih tidak terikat adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang pemanfaatannya
tidak dibatasi oleh syarat atau kewajiban tertentu dari pihak donor.
Aktiva bersih terikat sementara adalah selisih dari aktiva terhabap kewajiban yang
pemanfaatannya dibatasi oleh syarat atau kewajiban dalam jangka waktu tertentu dari pihak donor.
Aktiva bersih terikat permanen adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang
pemanfatannya dibatasi secara permanen oleh syarat atau kewajiban dari pihak donor.
p. Pendapatan
Merupakan kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan
aktiva atau penurunan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan diklasifikasikan sebagai pendapatan akademik dannonakademik. Pendapatan
akademik adalah pendapatan yang diterima dari aktivitas tridharma perguman tinggi.
Pendapatan nonakademik adalah pendapatan yang diterima di luar dari aktivitas akademik.
Pendapatan akademik yang diperoleh dari mahasiswa diakui secara proporsional pada saat
realisasi jasa. Sedangkan pendapatan yang berasal dari sumbangan dan hibah diakui pada saat
penerimaan sumbangan dan hibah.
Pendapatan nonakademik yang berasal dari jasa pelatihan dan konsultasi diakui pada saat
realisasi jasa telah terpenuhi sesuai nilai kontrak atau perjanjian dengan pihak ketiga.
q. Pengeluaran
Merupakan penurunan ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau
peningkatan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pengeluaran
diklasifikasikan sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik. Pengeluaran akademik adalah
pengeluaran yang timbul dari aktivitas di luar aktivitas akademik. Pengeluaran nonakademik adalah
pengeluaran yang aktivitas di luar aktivitas akademik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. http://mitoyono.blogspot.co.id/2011/01/akuntansi-organisasi-
nirlaba.html
2. keuanganlsm.com/.../17.-PSAK-45-Pelaporan-Keuangan-Organisasi-
Nirlaba.pdf