Anda di halaman 1dari 32

WRAP UP SKENARIO 1

BLOK MPT
MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI

Kelompok : A8
Ketua : Mahesa Kurnianti Putri 1102016108
Sekretaris : Iis Mariyani 1102016088
Anggota : Adisti Arzabila 1102016008
Aisha Nur Ashri Widya Iradatullah 1102016013
Akhmad Erzi Fariza 1102016015
Hielmy Aulia Hasyim 1102015091
Haryo Sampurno 1102016082
Maya Aulia Marsam 1102016113
Melsya Halim Utami 1102016118
Lulu Lukyanti 1102016105

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21. 424457
Daftar
Isi...1
Skenario.2
Kata Sulit...3
Pertanyaan.
3
Jawaban.4
Hipotesis....5
Sasaran Belajar6
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi & Histologi Organ
Limfoid
1.1 Anatomi Makroskopik
1.2 Anatomi Mikroskopik
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun
2.1 Sistem Imun Non-Spesifik
2.2 Sistem Imun Spesifik
2.3 Mekanisme
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Antigen
3.1 Definisi
3.2 Struktur
3.3 Klasifikasi
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Antibodi
4.1 Definisi
4.2 Struktur
4.3 Klasifikasi
LI 5. Memahami dan Menjelaskan Imunisasi dan Vaksin
5.1 Definisi
5.2 Klasifikasi
5.3 Jadwal Pemberian
5.4 Cara Pemberian
5.5 Kontraindikasi
LI 6. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam terhadap
Vaksin
Daftar Pustaka
30

1
Skenario
Mencegah Penyakit dengan Vaksinasi
Seorang bayi berumur 2 bulan mendaopat vaksinasi BCG di lengan
kanan atas untuk mencegah penyakit dan mendapapatkan kekebalan.
Empat minggu kemudian bayi tersebut dibawa kembali ke RS karena
timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter melakukan pemeriksaan
didapatkan pembesaran nodus limfatikus di region axilaris dekstra. Hal ini
disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin
tersebut dan menimbulkan respon imun tubuh.

2
Kata Sulit
1. Vaksinasi BCG: penanaman bibit penyakit yang sudah dilemahkan
ke dalam tubuh manusia dengan cara menggoreskan / menyuntikan
agar orang tersebut kebal terhadap penyakit
2. Regio axillaris dekstra: bagian ketiak kanan
3. Nodus limfatikus: kumpulan jaringan limfoid yang terorganisasi
sebagai satu organ limfoid nyata disepanjang jalur pembuluh
limfatik
4. Antigen: imunogen yang sudah bereaksi dengan imunoglobulin dan
merupakan bahan yang dapat merangsang respon imun tubuh dan
bereaksi dengan antibodi
Pertanyaan
1. Mengapa timbul benjolan di ketiak kanan?
2. Kapan waktu terbaik diberikan vaksin BCG?
3. Bagaimana mekanisme vaksinasi BCG?
4. Mengapa pemberian vaksin merangsang antibodi?
5. Adakah kontraindikasi terhadap vaksin BCG?
6. Apa saja jenis vaksin?
7. Apa perbedaam imunisasi dengan vaksin?
8. Apa saja respon tubuh terhadap antigen?
9. Bagaimana pandangan islam terhadap pemberian vaksin?

3
Jawaban
1. Karena suntikannya di daerah lateral, jadi respon limfosit lebih
banyak di nodus limfatikus regio axillaris dekstra untuk
menghancurkan antigen sehingga nodus limfatikus membesar.
2. Awal: bayi umur 2 bulan. Karena imunitas tubuh sedang dalam
keadaan sangat baik.
3. Mikroba yang dilemahkan masuk tubuh mengeluarkan respon
terbentuk antibodi
4. Karena vaksin merupakan mikroorganisme yang dilemahkan
sehingga saat masuk tubuh akan merangsang pembentukan
antibodi yang dianggap benda asing dalam tubuh
5. Ibu hamil, anak yang terinfeksi HIV, bayi yang menderita
tuberculosis yang dapat diketahui dengan tes mantoux (+)
6. - MMR
- DPT
- Polio
- Hepatitis
- BCG
7. Imunisasi: cara yang digunakan untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen sehingga bila kelak
terpajan kedua kali
Vaksinasi: proses pemberian mikroorganisme yang dilemahkan ke
dalam tubuh seseorang untuk memberikan / meningkatkan sistem
kekebalan tubuh.
8. Spesifik
Humoral : Sel B
Selular : Sel T
Non-spesifik
Fisik: kulit, bersin, batuk
Larutan: biokimia
Selular: makrofag
9. Diperbolehkan. Jika kandungan vaksin tersebut halal

4
Hipotesis
Vaksinasi BCG akan membentuk reaksi antigen-antibodi sehingga
menghasilkan kekebalan pada tubuh.

5
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi & Histologi Organ
Limfoid
1.1 Anatomi Makroskopik
Sistem Limfatikus ini dibentuk oleh :
A. Lymph
Lymph merupakan cairan jernih yang dibawa mengalir dalam
pembuluh Lymph pada sistem Lymphaticus. Cairan intraselular (cairan
yang berada di antara rongga2) yang masuk ke kapiler lymph dan
nantinya akan mengalami filtrasi untuk masuk ke pembuluh lymph
yang nantinya beredar/ bersirkulasi keseluruh tubuh yang kemudian
akan masuk ke pembuluh darah. Lymph seperti plasma tetapi memiliki
kadar protein yang lebih kecil. Kelenjar-Kelenjar Lymph menambahkan
Lymphocytes pada Lymph. Lymph dalam salurannya digerakkan oleh
kontraksi otot rangka (skelet) seperti di ekstremitas inferior (disebut
skeletl muscle pump), oleh otot polos dan adanya katup untuk
lymphatic yang lebih besar, jga dibantu oleh gerakan respirasi pada
pembuuh lymph di thorax, disebut dengan respiratory pump.
B. Pembuluh Lymph (kapiler Lymph, Lymphatic, Ductus
Lymphaticus)
Pembuluh Lymph berdinding tipis dan mempunyai katup seperti
pembuluh darah vena. Pembuluh lymph mempunyai diameter yang
berbeda-beda, mulai dari yang paling kecil yaitu Kapiler lymph,
pembuluh lyph yang lebih besa disebu lymphatic dan pembuluh yang
paing besar disebut Ductus Lymphaticus.
Kapiler Lymph berada diseluruh tubuh, kecuali susunan saraf pusat,
meninges, bola mata (kecuali conjunctiva), lobulus hepar, pulpa lien,
parenkim ren dan semua cartilago/ tulang rawan.
Ductus Lymphaticus terdiri atas 2:
Ductus Lymphaticus Dextra

6
Ductur Lymphaticus Dextra merupakan pembuluh lymph yang pendek.
Ductus ini menerima aliran lymph dari kepala dan leher kanan,
ekstremitas superior dextra (lengan kanan) dan thorax dextra.
Ductus Lymphaticus Sinistra / Ductus Lymphaticus thoracicus
Ductus Lymphaticus sinistra / Ductus Lymphaticus thoracicus ini
merupakan duktus yang panjang. Ductus lymphaticus sinistra ini
menerima aliran lymph dari kepala dan leher kiri, ekstremitas superior
sinistra, thorax sinistra, seluruh abdomen dan kedua ekstremitas
inferior. Ductus lymphaticus sinistra juga menerima aliran lymph dan
chyle dari cysterna chyle.
Cysterna Chyle ini menerima chyle dari lacteal / chyliferous (kapiler
lymph pada vili-vili intestinal tenue / usus halus), dan menerima aliran
lymph dari kedua ekstremitas inferior, dinding dan viscera abdomen &
pelvis. Lacteal juga menyerap lemak yang sudah di emulsikan, asam
lemak dan vitamin A, D, E, K.
C. Organ-organ Limfoid
Organ-organ limfoid dibagi menjadi 2:
Organ Limfoid Primer
Organ limfoid primer terdiri dari thymus dan Sumsum tulang
belakang. Sumsum tulang merupakan jaringan yang kompleks
tempat hematopoiesis dan depot lemak, dimana rongga sumsum
tulang memiliki kompartemen 50% lemak. Organ limfoid diperlukan
untuk pematangan, diferensiasi dan poliferasi sel T dan B sehingga
menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. Sel hematopoietik
yang diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh
darah dan masuk ke sirkulasi dan di distribusikan ke bagian tubuh.
o Thymus
Thymus ini akan tumbuh terus hingga manusia mengalami
pubertas. Dan pada saat pubertas ini, thymus akan mulai
mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai
tidak ditemukan akan tetapi masih berfungsi untuk
memproduksi Limfosit T yang baru dan darah. Thymus
mempunyai struktur pipih, berlobus dua atau tiga, mempunyai
bagian korteks dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng
kemerahan, dan terletak diantara sternum dan pericardium
dalam mediastinum superior / rongga thorax. Thymus memilki
2 batasan, yaitu : Batasan anterior : manubrium sterni dan
rawan costae IV. Batasan atas : Regio colli inferior (trachea).
Perdarahan : Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri
thyroidea inferior dan mammaria interna. Kembali melalui vena
thyroidea inferior dan vena mammaria interna.

7
Thymus pada bayi Thymus pada dewasa
o Sumsum Tulang Belakang
Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga.
Sel stem hematopoetik akan membentuk sel-sel darah.
Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel
lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan
menjadi progenitor limfoid yang kemudian menjadi prolimfosit
B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B
dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor )
yang kemudian mengalami seleksi negatif sehingga menjadi sel
B naive yang kemudian keluar dan mengikuti aliran darah
menuju ke organ limfoid sekunder. Sel stem hematopoetik
menjadi progenitor limfoid juga berubah menjadi prolimfosit T
dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya menuju
timus.
Organ Limfoid Sekunder
Organ limfoid sekunder merupakan tempat sel dendritik
mempresentasikan antigen yang ditangkapnya dibagian lain tubuh
ke sel T yang memacunya untuk poliferasi dan diferensiasi limfosit.
o Limfonodus
Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk
memproduksi limfosit dan anti bodi untuk mencegah
penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik
sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan
kedalam aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat
mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan
cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat
masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang
membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferen
memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan
cembung.
Bentuk : Oval seperti kacang tanah atau kacang merah
dengan pinggiran cekung (hillus)

8
Ukuran : Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba
pada daerah leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi.

o Lien / Limpa
Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular
berwarna kemerahan karena banyak mengandung darah dan
berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan
splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia,
cirrosis hepatis, dan anemia berat.
Letak : Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada
proyeksi costae 9, 10, dan 11. Setinggi vertebrae thoracalis 11-

9
12. Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli
sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.
Ukuran : Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.
Aliran darah : Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis
yaitu arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis ke vena
porta menuju hati.

o Tonsil
Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas
3 buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila
Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada
saluran limf yang dikenal dengan Ring of Waldeyer hal ini
yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini
terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang.
Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :
Tonsila palatine
- Terletak pada dinding lateralis, orofaring dekstra dan sinistra
- Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris, dasar dari
lekukan itu adal tonsil bed
- Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris
- Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk capsula
Tonsila lingualis
- Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya papilla
sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel).
- Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang
arterialingualis), arteria carotis eksterna
Tonsila pharyngealis
- Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung belakang
- Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak nafaskarena dapat
menyumbat pintu nares posterior (choanae), terletak didaerah nasopharynx,
tepatnya diatas torus tobarius dan OPTA
Perdarahan : Aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang
merupakan cabang dari arteri maxillaris externa (fascialis) dan
arteri pharyngica ascendens lingualis.

10
(Sobbotta Atlas dan buku Anatomi system Lymphatics)

1.2 Anatomi Mikroskopik

A. Pembuluh limfe.
Secara mikroskopik, pembuluh limfe terlhat lebih tipis dindingnya dan
lebih luas dan kosong lumennya dibandingkan pembuluh darah vena
dan arteri. Walaupun berjalan bersamaan. Pembuluh limfe pada
mikroskopik terlihat lebih tipis karena tidak mempunyai serat elastin
yang banyak seperti pembuluh darah arteri yang memiliki dinding
yang tebal.

11
B. Organ-organ limfoid.
Thymus
thymus diliputi oleh jaringan ikat tipis (kapsula fibrosa) yang terdiri
dari serat kolagen dan elsatin. Memiliki suatu simpai jringan ikat
yang masuk ke dalam parenkim yang nantinya akan membagi
thymus menjadi lobulus. Thymus terbagi menjadi 2 lobulus, yang
didalamnya terdapat cortex dan medulla and no nodus
lymphaticus. Pada bagian Cortex merupakan bagian perifir lobulus
dan dipenuhi oleh limfosit T dan beberapa sel makrofag, dengan
sel retikular yang tersebar. Pada bagian Medulla, mengandung sel
retikular dan limfosit (jumlah sedikit), terdapat badan hassal
tersusun dari sel retikular epitel gepeng konsentris yang
mengalami degenerasi hialin dan mengandung granula
keratohialin.

Limfonodus / nodus limfatikus


Limfonodus berfungsi menyaring aliran limfe sebelum dicurahkan
kedalam aliran darah melalui duktur thoracicus. Limfonodus dibagi
daerah koteks dan sinusoid. Daerah Korteks dibagi menjadi 2
bagian:
- Korteks luar
Dibentuk dari jaringan limfoid yang terdapat satu jaringan sel
retikular dan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B.
Terdapat struktur berbentuk sferis yang disebut nodulus
limfatikus, dalam satu nodulus limfatikus terdapat corona
(dibentuk dengan susunan sel yang padat) dan sentrum

12
germinativum (dibentuk dari susunan sel yang longgar, dan
merupakan tempat diferensiasi limfosti B menjadi sel plasma).
Terdapat sinus subkapsularis atau sinus marginalis yang
dibentuk oleh jaringan ikat longgar dari makrofag, sel retikular
dan serat retikular.
- Korteks dalam
Merupakan kelanjutan dari korteks luar, terdapat juga nodulus
limfatikus, dan mengandung limfosit T.
Kalau daerah Medulla, Terdapat korda medularis (genjel-genjel
medula) yang merupakan perluasan korteks dalam yang berisi
sel plasma hasil diferensiasi pada sentrum germinativum. Korda
medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yang
berdilatasi yang disebut sebagai sinus limfoid medularis yang
mengandung cairan limfe.

Lien

13
Lien berwarna merah tua karena banyak mengandung darah. Lien
dibungkus oleh kapsula fibrosa tebal, bercabang cabang ke dalam
lien sebagai trabekula, keduanya merupakan jaringan ikat padat.
Lien dibentuk oleh jaringan retikular yang mengandung sel limfoid,
makrofag dan Antigen Presenting cell. Dibungkus oleh simpai
jaringan ikat padat yang menjulur (trabekula) yang membagi
parenkim atau pulpa lien menjadi kompartemen yang tidak
sempurna, tidak terdapat pembuluh limfe, terdapat arteri dan vena
trabekularis.
Pulpa lien terbagi menjadi dua bagian yaitu :
- Pulpa alba/putih
Terdapat nodulus limfatikus (terdapat banyak limfosit B) dan
arteri sentralis/folikularis yang dikelilingi oleh sel-sel limfoid
terutama sel limfosit T dan membentuk selubung periarteri.
Pulpa alba dan pula rubra dibatasi oleh zona marginalis. Zona
marginalis terdapat sinus dan jaringan ikat longgar dalam
jumlah yang banyak. Sel limfosit (jumlah yang sedikit) dan
makrofag aktif (jumlah yang banyak). Banyak terdapat antigen
darah yang berperan dalam aktivitas imunologis limpa.
- Pulpa rubra/merah
Merupakan jaringan retikular dengan korda limpa (diantara
sinusoid) yang terdiri dari sel dan serat retikular (makrofag,
limfosit, sel plasma, eritrosit, trombosit, dan granulaosit).
Fungsi limpa :
- Pembentukan limfosit. Dibentuk dalam pulpa alba, menuju ke
pulpa rubra dan masuk dalam aliran darah
- Destruksi eritrosit. Oleh makrofag dalam korda pula merah
- Pertahanan organisme. Oleh karena kandungan limfost T,
limfosit B, dan Antigen Presenting cell

14
Tonsil
Tonsil lingualis
- Lebih kecil dan lebih banyak
- Terletak pada pangkal lidah
- Ditutupi epitel berlapis gepeng
- Masing-masing mempunyai sebuah kriptus

Tonsil palatine
- Terletak pada dinding lateral faring bagian oral
- Permukaan tonsila palatina dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk yang juga melapisi bagian mulut lainnya
- Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk) yang menyusup ke dalam parenkim membentuk kriptus yang
mengandung sel-sel epitel yg terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri
dalam lumennya
- Yang memisahkan jar.limfoid dari organ-organ berdekatan adalah satu lapis
jaringan ikat padat yamgg disebut simpai tonsila yg biasanya bekerja sebagai
sawar terhadap penyebaran infeksi tonsila
- Di bawah tonsila palatina terdapat jar.ikat padat yang membentuk kapsul. Dari
kapsul terbentuk trabekula dengan pembuluh darah, dibawah kapsul terdapat
serat otot rangka.

Tonsila faringea atau adenoid


- Merupakan tonsila tunggal yang terletak dibagian supero-posterior faring.
- Ditutupi epitel bertingkat silindris bersilia
- Terdiri dari lipatan-lipatan mukosa dengan jar. Limfoid difus dan nodulus
limfatikus
- Tidak memiliki kriptus

15
- Simpai lebih tipis dari T. Palatina.

Tonsil palatinea Tonsila lingualis

(Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta


: EGC)
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun
2.1 Sistem Imun Non-Spesifik
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap
berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing
dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan
pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan
respons langsung.
a. Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan
terdepan terhadap infeksi.
b. Pertahanan biokimia
1) pH asam keringat dan sekresi kelenjar sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas
kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membrane sel sehingga dapat
mencegah infeksi melalui kulit.
2) Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, ASI dapat melindungi tubuh dari kuman
gram (+) dengan cara menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri.
3) ASI, ludah juga mengandung laktooksidase. Pada ASI mempunyai sifat antibacterial
terhadap E.Coli dan stafilokok. Pada saliva dapat merusak dinding sel mikroba dan
menimbulkan kebocoran sitoplasma.
c. Pertahanan humoral
Menggunakan berbagai molekul larut yang diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi
local. Molekulnya berupa peptide antimikroba seperti defesin, katelisidin, dan IFN
dengan efek antiviral.

16
1) Komplemen: terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan
memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons inflamasi.
Spectrum yang luas diproduksi hepatosit dan monosit. Berperan sebagai opsonin
yang meningkatkan fagositosis, sebagai factor kemotaktik dan menimbulkan
destruksi/lisis bakteri dan parasit.
2) CRP (C-reactive protein): salah satu PFA, termasuk golongan protein yang kadarnya
dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik.
Pengukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas penyakit inflamasi. Dengan
bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul antara lain fosforikolin yang
ditemukan pada permukaan bakteri/jamur.
d. Pertahanan selular
Fagosit, sel NK (Natural Killer), sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun
nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau
jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil,
basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit. Sel-sel tersebut
dapat mengenal produk mikroba esensial yang diperlukan untuk hidupnya. Contoh sel-
sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK.
2.2 Sistem Imun Spesifik
Respon imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap
asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh
sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama
dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Oleh
karena itu, sistem tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang
berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun
nonspesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara sistem imun
nonspesifik dan spesifik seperti antara komplemen-fagosit-antibodi dan antara makrofag-sel
T.
a. Respon imun spesifik humoral
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Humor
berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Pada
manusia diferensiasinya terjadi dalam sumsum tulang.
b. Respon imun spesifik selular
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel tersebut juga berasal
dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada orang dewasa, sel T dibentuk di dalam
sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus atas
pengaruh berbagai faktor asal timus. 90-95% dari semua sel T dalam timus tersebut mati
dan hanya 5-10% menjadi matang dan selanjutnya meninggalkan timus untuk masuk ke
dalam sirkulasi.
2.3 Mekanisme
Mekanisme Respon Imun Non-Spesifik
Sistem imun alami merupakan pertahanan tubuh yang pertama kali bekerja saat
terdapat invasi. Sistem ini umumnya aktif sampai 12 jam pertama sejak invasi
organisme. Sel yang berperan dalam sistem imun alami di antaranya adalah makrofag
dan natural killer cell. Sel-sel tersebut dinamakan fagosit karena akan melawan invasi
dengan cara fagositosis (penelanan organisme asing).
Selain fagositosis, salah satu mekanisme lain dalam sistem imun alami adalah dengan
produksi antibiotik alami berupa interferon dan lysozyme. Interferon berperan dalam

17
mengeblok replikasi dari virus yang masuk ke dalam tubuh,
sedangkan lysozyme berperan dalam menyerang dinding sel bakteri.

Proses fagositosis bakteri. Luka yang menyebabkan bakteri masuk menembus barrier
kulit akan direspon langsung oleh fagosit yang bermigrasi dari pembuluh darah.
Kemudian membran sel fagosit akan membentuk cekungan agar bakteri bisa masuk.
Dari situ bakteri akan masuk ke dalam sel di dalam vacuola berbungkus membran
(disebut Fagosom). Lalu fagosom akan bergabung bersama lisosom untuk proses
digesti bakteri.
Salah satu contoh respon imun non-spesifik adalah Natural Killer (NK). Dimana sel
tersebut merupakan jenis pertahanan selular. Mereka membuat sekitar 5% sampai
15% dari total populasi limfosit beredar. Mereka menargetkan sel tumor dan
melindungi terhadap berbagai mikroba menular. Natural Killer Sel adalah faktor yang
sangat penting dalam memerangi kanker. Stimulasi imun adalah kunci untuk menjaga
jumlah sel darah putih yang tinggi dan memberikan Sel Natural Killer kesempatan
untuk melawan kanker dan penyakit lainnya.
Natural Killer ikut mengalir bersama peredaran darah. Ketika terjadi viremia, virus
akan melekat pada sel tersebut dan melakukan penetrasi genom. Pada saat inilah sel
natural killer mendapatkan identitas gen mengenai virus. Sel ini selanjutnya akan
mencari sel terinfeksi yang memiliki identitas yang sama seperti virus lalu
membunuhnya dengan mengeluarkan toksin.
Mekanisme Respon Imun Spesifik
Aktivasi dari respon imun pada umumnya berawal dari masuknya patogen ke dalam
tubuh. Kemudian makrofag akan mencerna(memakan), memproses, dan membuat
fragmen antigen pada tubuh mereka. Makrofag dengan pengenalan fragmen pada
tubuhnya disebut Antigent Presenting Cell (APC). Kemudian sel T helper akan
mendeteksi fragmen tersebut dan membentuk interaksi dengan fragmen di permukaan
APC. Saat proses interaksi, APC akan menegeluarkan sinyal kimia dalam bentuk
Interleukin-1 yang merangsang sel T helper untuk melepas Interleukin-2. Zat kimia
Interleukin ini akan merangsang proliferasi dari sel T efektor jenis sel T sitotoksin dan
sel B. Respon imun dalam poin ini kemudian akan terbagi menjadi dua jalur, yaitu
1. Sel T Sitotoksin
Sel normal yang terinfeksi juga dapat mencerna serta membuat fragmen antigen
pada permukaan tubuh mereka. Tubuh kita membuat berjuta-juta sel T sitotoksin
dengan tipe yang berbeda untuk setiap jenis antigen yang berbeda. Sel T sitotoksin

18
dapat berinteraksi dengan fragmen antigen pada sel terinfeksi, dengan cara
berikatan dengan fragmen tersebut. Ikatan tersebut akan merangsang sel T
sitotoksin untuk mengeluarkan zat kimia toksik yang dapat membunuh sel
terinfeksi beserta dengan antigen di dalamnya.
2. Sel B
Sel B juga terdiri dari berjuta-juta tipe yang dimana setiap jenisnya berfungsi
untuk mengenali antigen berbeda. Sel B ini akan teraktivasi oleh sel T helper yang
memiliki pasangan struktur fragmen antigen. Kemudian sel B akan berdiferensiasi
menjadi sel plasma. Sel plasma ini menjadi pabrik utama sumber antibodi yang
akan ikut mengalir bersama aliran darah. Antibodi yang sudah spesifik akan
mengikat antigen tertentu sehingga tidak bisa berikatan dengan sel lainnya.
Pengikatan ini sebagai marker bagi makrofag untuk menghancurkan patogen
tersebut.

19
20
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Antigen
3.1 Definisi
Berbagai patogen seperti bakteri, virus, jamur atau parasit mengandung berbagai
bahan. Secara spesifik imunogen adalah bahan yang dapat merangsang sel B atau sel T atau
keduanya. Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk rspon imun yang
dirangsang oleh imunogen spesifik seperti antibodi atau TCR. Antigen lengkap adalah
antigen yang menginduksi baik respon imun maupun bereaksi dengan produknya. Yang
disebut anitigen inkomplit atau hapten, tidak dapat dengan sendiri menginduksi respon imun,
tetapi dapat bereaksi dengan produknya seperti antibodi. Hapten dapat dijadikan imunogen
melalui ikatan dengan molekul besar yang disebut molekul atau protein pembawa.
3.2 Klasifikasi
Antigen dapat dibagi menurut epitop (atau determinan antigen, yaitu bagian dari antigen
yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan
antibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor
antibodi), spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi:
1. Pembagian antigen menurut epitop
a. Unideterminan, univalen
Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul. Contoh: hapten.
b. Unideterminan, multivalen
Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut
ditemukan pada satu molekul. Contoh: polisakarida.
c. Multideterminan, univalen
Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap
macamnya. Contoh: protein.
d. Multideterminan, multivalen
Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul
(antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi).
Contoh: kimia kompleks.
2. Pembagian antigen menurut spesifisitas
a. Heteroantigen, uang dimiliki oleh banyak spesies.
b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu.
c. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies.
d. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu.
e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri.
3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
a. T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk
dapat menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein termasuk
dalam golongan ini.
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk
membentuk antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar
polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya
lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri.
4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi
a. Hidrat arang (polisakarida)

21
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan
bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respons
imun terutama pembentukan antibodi. Contoh lain adalah respons imun yang
ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifisitas imunnya
berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah.
b. Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat
protein pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah
sfingolipid.
c. Asam nukleat
Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat
protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak
imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan LES
(Lupus Eritematosus Sistemik).
d. Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan
dan univalen.
3.3 Struktur
Karakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi determinan dan struktur
tersier.
Ukuran
Antigen lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang besar.Tetapi
molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang sehingga dapat bersifat imunogen
dengan membentukkompleks molekul kecil (hapten) dan protein inang (carrier).
Bentuk
Bentuk determinan sangat penting sebagai komponen utama, seperti DNP dalam DNP-L-
lisin yang memberi bentuk molekul yang tidak dapat ditemukan dalam homolog primer.
Kopolimer dari dua asam amino bersifat imunogenik untuk beberapa spesies, yang mana
polimer dari tiga atau empat asam amino yang merupakan syarat yang penting untuk
spesies lain. Lokasi dari struktur dalam determinan juga sangat penting.
Rigiditas
Gelatin, yang mempunyai berat molekul yang sangat besar, hampir semuanya non
imunogenik.Kespesifitasanya dari produksi antigen secara langsung diangkut ke gelatin.
Lokasi determinan
Bagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan determinan antigen yang penting
yang dapat dimasukkan oleh molekul besar.
Struktur tersier
Struktur tersier dari protein (spatial folding) penting dalam mendeterminasi kespesifikan
dari respon suatu antibody. Produksi antibody rantai A dari insulin tidak bereaksi dengan
molekul alami. Reduksi dan reoksidasi dari ribonuklease di bawah kondisi kontrol
diproduksi dari campuran molekul protein yang berbeda hanya dalam struktur tiga
dimensi. Jika katabolisme terjadi, struktur tersier dari imunogen akan dihancurkan
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Antibodi
4.1 Definisi

22
Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang
menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja
seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh
limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel.
Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab. (Dorlan).
4.2 Klasifikasi
IgG (Imuno globulin G)
Merupakan antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa hari,
ia memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa tahun. IgG beredar
dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Mereka
mengikuti aliran darah, langsung menuju musuh dan menghambatnya begitu terdeteksi.
Mereka mempunyai efek kuat anti-bakteri dan penghancur antigen. Mereka melindungi tubuh
terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam yang terkandung dalam racun. Selain itu,
IgG mampu menyelip di antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri serta musuh mikroorganis
yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuannya serta ukurannya yang kecil,
mereka dapat masuk ke dalam plasenta ibu hamil dan melindungi janin dari kemungkinan
infeksi. Jika antibodi tidak diciptakan dengan karakteristik yang memungkinkan mereka
untuk masuk ke dalam plasenta, maka janin dalam rahim tidak akan terlindungi melawan
mikroba. Hal ini dapat menyebabkan kematian sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu
akan melindungi embrio dari musuh sampai anak itu lahir.
IgA (Imuno globulin A)
Terdapat pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen seperti air mata, air liur,
ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan sekresi usus. Kepekaan
daerah tersebut berhubungan langsung dengan kecenderungan bakteri dan virus yang lebih
menyukai media lembap seperti itu. Secara struktur, IgA mirip satu sama lain. Mereka
mendiami bagian tubuh yang paling mungkin dimasuki mikroba. Mereka menjaga daerah itu
dalam pengawasannya layaknya tentara andal yang ditempatkan untuk melindungi daerah
kritis. Antibodi ini melindungi janin dari berbagai penyakit pada saat dalam kandungan.
Setelah kelahiran, mereka tidak akan meninggalkan sang bayi, melainkan tetap
melindunginya. Setiap bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan ibunya, karena IgA
tidak terdapat dalam organisme bayi yang baru lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat
dalam ASI akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti IgG, jenis
antibodi ini juga akan hilang setelah mereka melaksanakan semua tugasnya, pada saat bayi
telah berumur beberapa minggu.
IgM (Imuno globulin M)
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada saat
organisme tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan antibodi pertama yang
dihasilkan tubuh untuk melawan musuh. Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada
umur kehamilan enam bulan. Jika musuh menyerang janin, jika janin terinfeksi kuman
penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah
terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
IgD (Imuno globulin D)
IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Mereka
tidak mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada permukaan
sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap antigen.
IgE (Imuno globulin E)
IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi ini bertanggung
jawab untuk memanggil para prajurit tempur dan sel darah lainnya untuk berperang. Antibodi

23
ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi pada tubuh. Karena itu, kadar IgE tinggi pada
tubuh orang yang sedang mengalami alergi.
4.3 Struktur
Porter telah menemukan struktur dasar immunoglobulin yang terdiri dari 4 rantai
polipeptida, terdiri dari 2 rantai berat (heavy chain=H) dan 2
rantai ringan(light chain =L) yang tersusun secara simetris
dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan
disulfide(Interchain disulfide bods). Molekul IgG dapat
dipecah oleh enzim papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen
ternyata identik dan dapat mengikat antigen membentuk
kompleks yang larut yang menunjukkan bahwa fragmen itu
univalent atau mempunyai valensi satu. Frakmen ini disebut
Fab (fragment antigen binding). Fragmen yang ketiga tidak
dapat mengikat antigen dan karenanya dapat membentuk
kristal disebut Fc(fragment crystallizable). Pepsin, suatu enzim
proteolitik lain, dapat memecah IgG pada tempat Fc sehingga
tertinggal satu fragmen besar yang masih dapat mengendapkan
antigen, sehingga masih bersifat divalen (bervalensi dua), dan
disebut F(ab)2. Analisis asam amino menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa terminal-N
dari rantai L maupun rantai H selalu menjadi variabel sehingga urutan asam amino yang
ditemukan tidak konstan, disebut disebut bagian variabel. Sisa dari rantai ternyata
menuunjukkan struktur yang relatif konstan; disebut konstan. Bagian variabel dan rantai-L
dan rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab menentukan sifat khas dari antibodi itu. Oleh
karena setiap molekul immunoglobulin mempunyai 2 Fab, maka struktur dasar dari
immunoglobulin dapat mengikat 2 determinan antigen.
Rantai- L (light chain). Dari hasil pemeriksaan protein Bence-Jones dalam air kemih
penderita myeloma, ditemukan 2 macam rantai-L, yang disebut rantai-(kappa) dan rantai-
(lambda). Pada setiap orang sehat dapat ditemukan kedua macam rantai-L itu dengan
perbandingan rantai- 65% dan rantai- 35%, atau ratio : adalah 2:1.
Rantai- H. Imunoglobulin dibagi menjadi 5 kelas, dan ternyata perbedaannya antara
lain terletak pada rantai-H. Maka tiap klas immunoglobulin mempunyai rantai-H tertentu,
tetapi semua klas immunoglobulin mempunyai rantai- atau (di dalam satu molekul selalu
hanya satu macam saja).
o Rantai-H dari IgG disebut juga rantai- (gama)
o Rantai-H dari IgA disebut rantai- (alpha)
o Rantai-H dari IgM disebut rantai- (mu)
o Rantai-H dari IgD disebut rantai- (delta)
o Rantai-H dari IgE disebut rantai- (epsilon)

Bagian variabel dari molekul immunoglobulin menentukan sifatnya yang khas


terhadap antigen. Bagian yang konstan sama sekali tidak berpengaruh langsung terhadap

24
antigen, tetepi kemungkinan besar bagian Fc dari imunoglobulin menentukan aktifitas
biologis dari antibodi itu, misalnya Fc dari IgG memungkinkan molekul itu menembus
jaringan plasenta dan Fc dari IgA ikut menentukan sifat dari molekul itu dikeluarkan pada
secret. Selain fungsi biologis di atas, bagian Fc juga meningkatkan aktivitas tertentu setelah
antibody bergabung dengan antigen, misalnya kemampuan mengikat zat yang disebut
komplemen, perlekatan dengan sel macrofag atau menyababkan degranulasi mast cell. Fungsi
biologis dari bagian Fc pada berbagai jenis immunoglobulin berbeda satu sama lain,
tergantung dari struktur primer molekul itu dan mungkin memerlukan ikatan dengan antigen
sebelum fungsi itu menjadi aktif.

LI 5. Memahami dan Menjelaskan Imunisasai dan Vaksin


5.1 Definisi
Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau diinaktivasikan
(bakteri, virus), atau protein antigenik dari berbagai organisme tersebut, yang diberikan untuk
mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit.
Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan
imunitas protektif dengan menginduksi respons memori terhadap pathogen tertentu/toksin
dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik.
5.2 Klasifikasi
1) Imunisasi Pasif
A. Imunisasi pasif alamiah: Imunisasi pasif, terjadi bila seseorang menerima
antibodi atau produk sel dari orang lain yang telah mendapat imnisasi
aktif. Imunitas pasif dapat diperoleh melalui antibodi dari ibu atau dari
globulin gama homolog yang dikumpulkan.
i. Imunitas maternal melalui plasenta, antibodi dalam darah ibu
merupakan proteksi pasif kepada janin. Ibu yang mendapat
vaksinasi aktif akan memberikan proteksi pasif kepada janin dan
bayi.
ii. Imunitas maternal melalui kolostrum (ASI pertama segera setelah
partus). Antibodi ditemukan dalam ASI dan kadarnya lebih tinggi
dalam kolostrum. Antibodi terhadap mikroorganisme yang
menempati usus ibu dapat ditemukan dalam kolostrum sehingga
selanjutnya bayi memperoleh proteksi terhadap mikroorganisme
yang masuk saluran cerna.
B. Imunisasi pasif buatan:
i. Immune Serum Globulin nonspesifik (Human Normal
Immunoglobulin):
ISG digunakan untuk imunisasi pasif terhadap berbagai
penyakit atau untuk perawatan penderita
imunokompromais dan pada keadaan tertentu.
ISG diberikan kepada penderita purpura TIP. Dosis tinggi
IgG diperlukan untuk dapat mencegah reseptor Fc pada
fagosit, terjadinya fagositosis dan rusaknya trombosit
akibat ADCC.
ii. Immune Serum Globulin spesifik
Plasma atau serum yang diperoleh dari donor yang dipilih sesudah
imunisasi atau booster atau konvaselen dari suatu penyakit.

25
Hepatitis B immune Globulin:
ISG Hepatitis A
ISG Campak
Human Rabies Immune Globulin
Human Varicella-Zoster Immnue Globulin
Antisera terhadap virus Sitomegalo

iii. Serum asal hewan: Serum asal hewan seperti anti bisa ular
tertentu, laba-laba, kalajengking yang beracun digunakan untuk
mengobati mereka yang digigit. Bahayanya ialah penyakit serum.
iv. Antibodi heterolog versus antibodi homolog: antibodi heterolog
asal kuda dapat menimbulkan sedikitnya 2 jeni hipersensivitas
yaitu reaksi tipe I atau tipe III (penyakit serum atau kompleks
imun)
v. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemberian globulin serum:
Biasanya preparat globulin diberikan IM mengingat pemberian IV
dapat menimbulkan reaksi anafilaksis. Preparat baru adalah aman
untuk pemberian IV. Keunikan kontraindikasi pemberian
Immunoglobulin yaitu pada defisiensi IgA kongenital.
2) Imunisasi aktif: untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin
hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Keuntungan dari pemberian vaksin
hidup/dilemahkan ialah terjadinya replikasi mikroba sehingga menimbulkan
pajanan dengan dosis lebih besar dan respons imun di tempat infeksi alamiah.
Risiko vaksin yang dilemahkan ialah oleh karena dapat menjadi virulen kembali
dan merupakan hal yang berbahaya untuk subyek imunokompromais.
A. Respons primer dan sekunder
Respons primer ditandai dengan lag phase yang diperluka sel naif untuk
menjalani seleksi klon, ekspansi klon dan diferensiasi menjadi sel memori
dan sel plasma. Kemampuan untuk memberikan respons humoral
sekunder tergantung dari adanya sel B memori dan sel T memori. Aktivasi
kedua sel memori menimbulkan respons antibodi sekunder yang dapat
dibedakan dari respons primer.
B. Perbedaan respons imun di berbagai bagian tubuh: ada perbedaan kadar
antibodi dalam intra dan ekstra-vaskuler. sIgA diproduksi setempat di
lamina propria di bawah membran mukosa saluran napas dan cerna yang
sering merupakan tempat kuman masuk. sIgA merupakan Ig utama dalam
sekresi hidung, bronkus, intestinal, saluran kemih, saliva, kolostrum dan
empedu. sIgA memberikan keuntungan dan dapat mencegah virus di
tempat virus masuk tubuh, sintesis antibodi sekretori lokal terbatas pada
lokasi-lokasi anatomis tertentu yang dirangsang langsung melalui kontak
dengan antigen.
Klasifikasi vaksin
Jenis vaksin Penyakit Keuntungan Kerugian
Vaksin hidup Campak, parotitis, Respon imun kuat, Memerlukan alat
polio(sabin), virus sering seumur hidup pendingin untuk
rota, rubella, yellow dengan bebrapa dosis menyimpan dan
fever, tuberkolosis dapat berubah
menjadi bentuk

26
virulen
Vaksin mati Kolera, influenza, Stabil, aman Respons imun lebih
hepatitis A, pes, dibanding vaksin lemah dibanding
polio, (salk), rabies hidup, tidak vaksin hidup,
memerlukan alat biasanya diperlukan
pendingin. suntikan booster.
Toksoid Difteri, tetanus Respons imun dipacu
untuk mengenal
toksin bakteri
Subunit (eksotoksin Hepatitis B, pertusis, Antigen spesifik Sulit untuk
yang diinaktifkan) S. pneumoni menurunkan dikembangkan
kemungkinan efek
samping
Konjugat H. influenza B, S. Memacu sistem imun
Pneumoni bayi untuk mengenak
sistem teetentu
DNA Dalam uji klinis Respons imun Belum diperoleh
humoral dan selular
kuat, relatif tidak
mahal untuk
manufaktur
Vektor rekombinan Dalam uji klinis Menyerupai infeksi Belumdiperoleh
alamiah,menghasilkan
respon imun kuat.

Vaksin Virus
Kelas vaksin virus Catatan
Virus vaksin hidup Adenovirus Imunisasi aktif menggunakan
Cacar air galur tidak virulen yang
Campak dilemahka. Efektif memacu
Parotitis respons antibodi dan limfosit
Polio sitotoksit
Rotavirus
Rubella
Caacr
Yellow fever
Virus vaksin mati Hepatitis A Imunisasi aktif menggunakan
Influenza partikel virus panas atau
Polio kimia yang tidak aktif.
Rabies Vaksinasi dapat
dikombinasikan dengan virus
lainnya (polivalen)
Vaksin subunit adenovirus Imunisasi aktif menggunakan
protein yang dimurnikan
Vaksin polipeptida Hepatitis B Imunisasi aktif menggunakan
sintesa urutan protein
polipeptida
Vaksin DNA HIV Penelitian: bermanfaat untuk
(hanya evaluasi) memacu respon Tc
Antibodi pasif Hepatitis A Penyuntikan antibodi yang

27
Hepatitis B dimurnikan hasil dari sumber
Campak lainnya. Hanya sementara
Parotitis dan hanya sedikit bermanfaat
Rabies diberikan setelah awitan
RSV penyakit.
Rubella
Varisella zoster

5.3 Jadwal Pemberian

5.4 Cara Pemberian


Cara
Nama vaksin
pemberian
Tetanus, kolera, hemofilus (influenza tipe B), pneumokokus, tifoid, HepB,
Suntikan IM
HepA, influenza, rabies
Kolera, pneumokokus, meningokokus, BCG, campak, mumps (parotitis),
Suntikan SK
polio inactivated, rubela, yellow fever, japanese B encephalitis
Suntikan IK BCG, rabies
Oral Polio oral

28
5.5 Kontraindikasi
Vaksin yang dilemahkan (campak, rubella, polio oral, BCG) dapat menimbulkan
penyakit progresif pada penderita imunokompromais atau pada penderita yang
mendapat pengobatan steroid. Vaksin dapat menimbulkan penyakit dan kematian
oleh karena orang tersebut tidak dapat mengontrol virus meskipun dilemahkan.
Dalam hal-hal tertentu virus yang dilemahkan dapat berubah menjadi virus yang
virulen dan menimbulkan paralise (polio).
Virus yang dilemahkan sebaiknya jangan diberikan kepada wanita yang mengandung
karena akan membahayakan janin.
Diantara vaksin yang dimatikan, B. Pertusis kadang-kadang menimbulkan efek
samping yaitu ensefalopati pada bayi. Vaksin pertusis tidak dianjurkan untuk bayi
dengan riwayat kejang-kejang.
Vaksin BCG dapat menimbulkan bintik-bintik merah pada kulit, demam,
pembengkakan local, dan pembesaran nodus limfatikus. Besar lokasi sekitar tempat
suntikan yang menjadi merah berbeda dari satu orang ke orang lain. Kadang-kadang
reaksi mungkin keras dan ditemani rasa sakit, dan pembengkakan. Tetapi reaksi ini
biasanya hilang sendiri tanpa pengobatan. Terkadang reaksi ini menimbulkan
pembengkakan kelenjar di regio aksila.
Toksoid tetanus dan difteri dapat menimbulkan hipersensitifitas lokal.
Sindrom Guillain-Barr dapat terjadi sebagai efek samping pemberian vaksin virus
influenza babi.
Vaksin influenza lengkap tidak memberikan efek samping pada orang dewasa, tetapi
pada usia dibawah 13 tahun dianjurkan untuk memberikan komponennya terpisah-
pisah (split vaccin).
Vaksin plasmid DNA dapat menimbulkan toleransi atau autoimun.

LI 6. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam terhadap Vaksin


a. Dalil
Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri
dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar
sehari itu dari racun dan sihir (HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).

Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyariatkannya mengambil


sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau
dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana
halnya boleh berobat tatkalaterkena penyakit.

29
Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah : Sesungguhnya Allah telah
menjelaskankepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang
terpaksa kamumemakannya.(QS. Al- Anam [6]:119

b. Hukum (Halal dan haram)


Dhorurat dalam obat
Adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang keharaman, yaitu
ketika seseorang memiliki keyakinan bahwa apabila dirinya tidak
menerjang larangan tersebut niscaya akan binasa atau mendapatkan bahaya
besar pada badannya, hartanya atau kehormatannya.
Kemudahan saat kesempitan
Sesungguhnya syariat islam ini di bangun atas kemudahan.

30
Daftar Pustaka
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2014. Imunologi Dasar. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta : EGC
Friedrich Paulsen and Jens Waschke.2012. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, ed. 23, jilid 2,
Jakarta: EGC.
Zuhroni. 2010. Profesionalisme Dokter dalam, Pandangan Islam Terhadap Masalah
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Bagian Agama Universitas Yarsi

31

Anda mungkin juga menyukai