Anda di halaman 1dari 16

Authors :

Nova Faradilla, S. Ked


Manora Nababan, S. Ked
Wan Rita Mardhiya, S. Ked

Faculty of Medicine University of Riau


Pekanbaru, Riau
2009

0
Files of DrsMed FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Kerion celsi adalah salah satu bentuk klinis dari tinea kapitis yang
biasanya mengenai anak-anak dan jarang pada orang dewasa.1,2
Kerion celsi biasanya muncul sebagai lesi tunggal dan terasa nyeri yang
diawali dengan terbentuknya furunkel kecil yang kemudian cepat membesar
hingga terjadi peradangan. Abses folikuler berkembang dan berisi pus kemudian
bertambah banyak. Pada kerion celsi dijumpai lesi berupa sebukan masa, rambut
yang patah, pus serta dapat terjadi limfadenopati. Peradangan umumnya terjadi
mulai pada minggu ke-5 sampai dengan bulan ke-5 setelah infeksi. Bisa juga
terjadi infeksi sekunder.3
Penelitian tentang kerion celsi sendiri jarang dilakukan. Penelitian lebih
banyak membahas tentang kasus tinea kapitis. Tinea kapitis tersebar di seluruh
dunia, namun insiden yang pasti tidak diketahui. Prevalensi tinggi terjadi di
Afrika, Asia dan Eropa Tenggara. Di Amerika Serikat dan Eropa Barat insidennya
rendah. Di Medan pasien tinea kapitis didapatkan sekitar 0,4% (tahun 1996-1998)
dari kasus dermatofitosis dan biasanya musiman. Di FKUI/RSCM tinea kapitis
(tahun 1989-1992) hanya 0,61-0,87% dari kasus jamur kulit. Di Manado (tahun
1990-1991) insiden tinea kapitis mencapai 1,2-6,0% dari kasus dermatofitosis,
sedangkan di Semarang 0,2%.4 Penelitian tentang tinea kapitis pada dewasa di
India didapatkan bahwa hanya 4,9% kasus tinea kapitis pada dewasa.1
Di Brazil penyebab dari kerion celsi adalah Tricophyton verucosum,
Tricophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Microsporum gypseum
yang menginfeksi manusia secara sporadik.2

1
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Kerion celsi merupakan reaksi peradangan akut yang berat dari tinea
kapitis, berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel
radang yang padat di sekitarnya dan disertai pembesaran kelenjar getah bening
regional.5,6

ETIOLOGI
Penyebab kerion celsi adalah jamur dari spesies Trichophyton dan
Microsporum. Yang lebih sering menyebabkan kerion celsi adalah Microsporum
canis dan Microsporum gypseum, sedangkan Trichophyton tonsuran jarang
menyebabkan kerion celsi dan Trichopyton violaceum paling sedikit
menyebabkan kerion celsi. Kerion celsi dapat menimbulkan jaringan parut dan
berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang
dapat terbentuk.7,8
Trichophyton dan Microsporum merupakan jamur golongan dermatofita
yang dapat menyebabkan mikosis kutan. Jamur penyebab mikosis kutan hanya
menginvasi jaringan superfisialis yang mempunyai keratin (kulit, rambut dan
kuku) dan tidak menginvasi jaringan yang lebih dalam.9

Gambar 1. Microsporum canis10

2
Gambar 2. Trichophyton mentagrophytes10

EPIDEMIOLOGI
Variasi epidemiologi tinea capitis dipengaruhi oleh standar kebersihan,
iklim, tingkat pendidikan, dan kebiasaan seseorang. Kerion celsi dapat ditularkan
secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung terjadi melalui kontak
langsung dengan penderita atau benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh
jamur seperti sisir, bantal dan sofa.11
Prevalensi tinea kapitis tertinggi terjadi di Afrika, Asia dan Eropa
Tenggara. Di Amerika Serikat dan Eropa Barat insidennya rendah. Di Medan
pasien tinea kapitis didapatkan sekitar 0,4% (tahun 1996-1998) dari kasus
dermatofitosis dan biasanya musiman. Di FKUI/RSCM tinea kapitis (tahun 1989-
1992) hanya 0,61-0,87% dari kasus jamur kulit. Di Manado (tahun 1990-1991)
insiden tinea kapitis mencapai 1,2-6,0% dari kasus dermatofitosis, sedangkan di
Semarang 0,2%.4 Penelitian tentang tinea kapitis pada dewasa di India didapatkan
bahwa hanya 4,9% kasus tinea kapitis pada dewasa.1

CARA PENULARAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi jamur pada kulit
kepala antara lain :
a. Faktor virulensi jamur

3
Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur, apakah jamur antropofilik,
zoofilik atau geofilik. Selain afinitas ini, masing-masing jenis jamur
tersebut berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap
manusia maupun bagian-bagian tubuh, misalnya Trichophyton rubrum
jarang menyerang rambut.
Faktor yang terpenting dalam virulensi ini ialah kemampuan spesies jamur
menghasilkan keratinase dan mencerna keratin di kulit.
b. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.
c. Faktor suhu dan kelembaban
Faktor suhu dan kelembaban ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi
jamur, tampak pada lokalisasi dan tempat yang banyak berkeringat.
d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur. Insiden penyakit
jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah lebih sering
ditemukan daripada golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.
e. Faktor umur dan jenis kelamin
Penyakit tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak
dibandingkan pada orang dewasa.

Selain faktor-faktor di atas terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi


seperti dibawah ini :5
- Faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya)
- Faktor transpirasi yaitu proses pengeluaran keringat, udara di permukaan
kulit.
Kerion celsi sering terdapat pada anak-anak terutama usia sekolah yaitu
antara 4-14 tahun dan jarang pada orang dewasa. Cara penularannya adalah :10
a. Dari kucing, anjing, lembu dan hewan lainnya ke orang.
b. Dari orang ke orang.
c. Dari sisir, topi dan benda lainnya ke orang.
d. Dari tanah ke orang, contohnya pada petani.

4
PATOGENESIS
Penyebab dari tinea kapitis dan kerion celsi adalah jamur keratinofilik.13
Menurut Elewski (1996) jamur penyebab tinea kapitis secara invivo hidup pada
keratin yang terbentuk lengkap pada bagian rambut yang sudah mati. Jamur
menyebabkan keratolisis karena adanya enzim keratinase, walaupun banyak juga
jamur penghasil keratinase yang tidak menyebabkan tinea kapitis
(Epidermophyton floccosum dan Trichophyton consentrikum). Penjelasan
mengenai keratolisis masih belum diketahui, sehingga pembuktian keratolisis
hanya berdasarkan pengurangan keratin secara tidak langsung. Rockman (1990)
mengemukakan bahwa insiden tinea kapitis pada anak dan prepubertas terjadi
karena menurunnya asam lemak dalam sebum. Infeksi dimulai dengan invasi
dermatofita melalui perifolikuler stratum korneum, hifa tumbuh ke dalam folikel
dan berkembang dengan membentuk rangkaian spora dan berhenti tiba-tiba pada
pertemuan antar sel yang berinti dan yang mempunyai keratin yang tebal. Pada
ujung hifa ditemui Adamsons Fringe bagian luar intrapilari hifa membelah
membentuk rantai spora ektotrik. Selama pertumbuhan rambut jamur ikut tumbuh
kearah batang rambut yang menyebabkan patahnya rambut dan terjadi alopesia.
Hifa tidak ditemukan pda rambut yang terdapat di atas kulit.4
Jamur ini biasanya menyerang lapisan kulit dan kadang-kadang mampu
menginvasi bagian luar dari kulit, stratum korneum atau bagian tubuh lain yang
mempunyai keratin seperti rambut dan kuku. Dari inokulasi tampak hifa tersebar
sentrifugal di stratum korneum. Jamur kemudian menginvasi keratin yang ada di
rambut. Daerah yang terlibat semakin luas mengikuti pertumbuhan rambut dan
tampak di permukaan kulit pada hari ke-12 - 14. Infeksi menyebabkan rambut
rapuh dan pada minggu ke-3 rambut yang rusak telah jelas terlihat.13
Infeksi berlangsung selama 8-10 minggu dan menyebar ke dalam stratum
korneum dan pada rambut sekitarnya. Diameter area infeksi 3,5-7 cm. Infeksi
dapat sembuh secara alami pada saat pubertas. Akan tetapi mekanismenya belum
diketahui secara pasti. Diduga jumlah kadar asam lemak tersaturasi yang bersifat
fungistatik meningkat pada masa pubertas, dan hal ini yang menyebabkan tinea
kapitis jarang pada orang dewasa.13

5
GAMBARAN KLINIS
Yang mendasari terjadinya terjadinya kerion celsi adalah infeksi jamur
pada kulit kepala dan rambut.4

Tinea Kapitis (Scalp ring worm, Tinea tonsurans)7,8,12


Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan
melalui binatang peliharaan, seperti kucing, anjing dan sebagainya.

Berdasarkan bentuknya, tinea kapitis dapat dibagi : 7,8,12


a. Gray patch ring worm
b. Black dot ring worm
c. Kerion
Kerion adalah reaksi peradangan yang berat dari tinea kapitis, berupa
pembengkakan kulit kepala, menonjol disertai pustul yang milier seperti
folikulitis, sehingga secara keseluruhan menyerupai sarang lebah dengan
sebukan sel radang yang padat sekitarnya, disertai pembesaran getah
bening regional. Bila penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum
gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila
penyebabnya Trichophyton tonsurans dan sedikit sekali bila penyebabnya
adalah Trichophyton violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan
parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol
kadang-kadang dapat terbentuk.

Gambar 3. Kerion celsi 14

6
Gambar 4. Kerion celsi 14

DIAGNOSIS
Anamnesis15
Infeksi dimulai dengan adanya papul kecil yang eritematomatosa disekitar
kulit kepala, alis mata dan bulu mata.
Setelah beberapa hari papul eritematosa berubah menjadi pucat dan keabu-
abuan, kusam, tidak bercahaya dan rapuh. Rambut bisa menjadi patah
beberapa milimeter dari permukaan kulit kepala.
Lesi menyebar berbentuk papul-papul sesuai dengan tipe tinea kapitis.
Keluhan gatal biasanya dirasakan minimal, tapi bisa terus-menerus.
Adanya kebotakan di daerah infeksi.
Inflamasi dapat berlangsung sedang sampai berat. Boggy red areas
merupakan gambaran dari inflamasi yang berat, dimana dijumpai pustul
dan keadaan inilah yang dinamakan kerion atau kerion celsi.

7
Gambar 5. Boggy red areas2

Pemeriksaan Fisik15
Pada pemeriksaan fisik kelainan terbatas pada kulit kepala, alis mata dan
bulu mata.
Kerion celsi dapat berkembang sebagian atau secara difus.
Lesi basah, purulen selain itu terjadi inflamasi dan nodul yang nyeri.
Pada keadaan berat dapat terjadi alopesia dan pembesaran kelenjar getah
bening servikal.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
5,6,11,14,16
menegakkan diagnosis adalah :
a. Lampu Wood
Pemeriksaan dengan menggunakan lampu wood adakalanya dapat
digunakan untuk melihat jamur. Prosedurnya adalah dengan menyorotkan cahaya
di ruangan yang gelap. Fluoresensi positif pada tinea kapitis yang disebabkan
genus Microsporum yang menimbulkan warna kebiruan atau hijau kebiruan.

Gambar 6. Pemeriksaan dengan lampu wood14

8
b. Kultur
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perlu dilakukan kultur.
Dengan kultur kita bisa mengetahui jamur atau organisme penyebab kerion.
Prosedur nya meliputi:
1. Mencabut sedikit rambut atau menusuk lesi yang berisi nanah pada
area kepala yang terkena
2. Selain itu untuk mendapatkan nanah, gosokkan cotton steril pada
lesi
3. Kirim spesimen yang didapat ke laboratorium

Hasil labor ini didapatkan setelah 2-3 minggu. Pada umumnya hasil labor
dapat mengidentifikasi jenis dari dermatofita penyebab tinea kapitis dan kerion.
Disamping itu perlu dilakukan konfirmasi lebih lanjut untuk melihat hasil kultur
bakteri. Pembiakan dapat dilakukan pada :
1. Agar Dekstrosa Sabouraud (SDA)
SDA dapat dipakai untuk menumbuhkan jamur akan tetapi dapat juga
menumbuhkan kuman tertentu sehingga ditambahkan antibiotik pada
medium ini. Antibiotik yang digunakan adalah kloramfenikol dan
sikloheksimid.
2. Dermatophyte Test Medium (DTM)
DTM merupakan media khusus untuk menumbuhkan jamur
dermatofit. Sebagai anti kuman yaitu gentamisin dan klortetrasiklin
sedangkan sikloheksimid sebagai anti jamur kontaminan. Positif bila
adanya perubahan warna dari kuning menjadi merah karena pengaruh
metabolit dermatofit.

c. Pemeriksaan Mikroskop
Seringkali diagnosis kerion celsi dapat ditegakkan hanya dengan melihat
keadaan lesi pada pasien. Walaupun demikian sebaiknya untuk menegakkan
diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan dengan mengambil bahan kerokan dari
tempat lesi dan diletakkan di atas slide dan diteteskan KOH (potassium hidroksi)
kemudian dilihat dibawah mikroskop.11

9
Dilakukan dengan mikroskop cahaya, mula-mula dilihat dengan
pembesaran 10x10 kemudian dilanjutkan dengan pembesaran 10x45. Preparat
langsung dari kerokan kulit dengan larutan KOH 10% - 20%, dapat terlihat hifa
atau spora dan miselium. Fungsi KOH untuk melarutkan debris dan lemak, KOH
10% dapat melarutkan debris dan lemak dari kerokan kulit, rambut dan mukosa,
sedangkan KOH 20% merupakan pelarut yang kuat dan biasanya dipakai untuk
spesimen kuku. Pada sedian rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora)
atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di
dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang terlihat pula hifa pada sediaan rambut.
11

Gambar 7. Microsporum canis dilihat dengan menggunakan KOH14

PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan Umum17
a. Anak dianjurkan tidak bermain dengan binatang peliharaan yang terinfeksi
jamur.
b. Jangan bermain-main di tanah
c. Jangan meminjamkan topi atau sisir dari anak yang diduga menderita tinea
kapitis
d. Menjaga kebersihan pribadi, misalnya mandi dua kali sehari dan sewaktu
mandi rambut kepala harus dibersihkan dan diberi sampo
Penatalaksanaan Khusus
Pengobatan Sistemik
Kerion celsi dapat diobati dengan menggunakan antijamur secara oral, hal
ini dikarenakan jamur tersebut tumbuh di dalam folikel rambut sehingga

10
pengobatan secara topikal baik krim atau losion tidak digunakan karena bahan-
bahan tersebut sulit untuk mencapai lokasi jamur pertumbuhan jamur tersebut.11
Kerion celsi biasanya memerlukan pengobatan selama 6-8 minggu dengan
menggunakan antijamur antara lain : 4,15
1. Griseofulvin
Masih merupakan obat pilihan karena keamanannya dan dapat ditoleransi
baik oleh anak. Bila digunakan bentuk ultramicronized diberikan dengan
dosis tunggal 10-15 mg/kgbb, sedangkan dengan micronized 15-25
mg/kgbb. Griseofulvin diberikan dengan makanan yang mengandung
lemak. Lama pengobatan bergantung keadaan klinis dan mikologik pasien,
minimal 6-8 minggu sampai 3-4 bulan.
Tidak diberikan pada pasien dengan kehamilan, karena dilaporkan dapat
menyebabkan kembar dempet. Kontra indikasi relatif ialah pasien Sistemik
Lupus Eritematosus (SLE), porfiria, alergi penisilin dan pemakaian
kontrasepsi oral.
2. Ketokonazol
Terutama efektif untuk tinea kapitis yang disebabkan oleh spesies
Trichophyton. Kurang efektif bila disebabkan oleh Microsporum canis.
Dosis yang diberikan ialah 3,3-6,6mg/kgbb selama 3-6 minggu, diminum
bersama soda atau sari jeruk. Ketokonazol bersifat hepatotoksik, sehingga
bukan merupakan obat pilihan untuk tinea kapitis.
3. Itrakonazol
Sangat efektif untuk tinea kapitis baik spesies Microsporum maupun
Trichophython, dengan dosis 100 mg/hari selama 5 minggu (3-5
mg/kgbb). Tetapi tidak tersedia dalam bentuk sirup dan hanya tersedia
dalam bentuk tablet 100 mg yang tidak dapat dibagi, maka sulit ditentukan
dosis yang tepat.
Didapatkan sejumlah penelitian yang memberikan terapi dengan dosis
denyut (pulse theraphy), yaitu diberikan dosis 5 mg/kgbb/hari selama 1
minggu tiap denyut, denyut kedua 2 minggu kemudian dan ketiga 3
minggu kemudian. Untuk menentukan denyut kedua dan ketiga dilihat dari
respon pada saat akhir denyut (ringan dan beratnya penyakit). Lama

11
evaluasi adalah 12 minggu dan dengan pemeriksaan mikologik, didapatkan
hasil yang sangat baik.
Efek samping itrakonazol adalah perubahan fungsi hati yang tidak
menetap, hipokalemia (bila dosis tinggi), nause, nyeri abdominal, rash,
sakit kepala, pusing, mengantuk dan gatal. Itrakonazol tidak dapat
diberikan bersama terfenadin atau non sedatif antihistamin lainnya karena
dapat menyebabkan gangguan jantung.
4. Flukonazol
Efektif untuk tinea kapitis dan tersedia dalam bentuk sirup yang cocok
untuk anak-anak. Pemberian tidak tergantung makanan, tidak ada efek
gastrointestinal, keamanan tinggi dan ditoleransi dengan baik.
5. Terbinafin
Diberikan dengan dosis 62,5-250 mg/hari selama 6 minggu, umumnya
cukup dengan dosis 3-6 mg/kgbb/hari selama 4 minggu. Obat ini
berbentuk tablet 250 mg agar mudah dibagi. Terap denyut dapat juga
diberikan dengan dosis >40 kg = 250 mg/hari, 20-40 kg = 125 mg/hari,
<20 kg = 62,5 mg/hari dengan cara pemberian sama dengan itrakonazol.
Efek sampingnya seperti perubahan enzim hati adalah rendah, tetapi efek
lain seperti gastrointestinal, pusing, urtikaria, reaksi morbili, sakit kepala,
hilangnya rasa mengecap sementara dan pansitopenia masih dijumpai.

Untuk tipe kerion celsi dapat diberikan antibiotik, walaupun ada laporan
bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada pemberian eritomisin dengan
griseofulvin dibandingkan pemberian griseofulvin saja terhadap kesembuhan tinea
kapitis.4
Kortikosteroid oral diberikan juga pada tipe kerion celsi dengan dosis 0,5-
1 mg/kgbb selama 2-4 minggu, hal ini ditujukan untuk mengurangi nyeri, bengkak
dan peradangan.4 Pada kerion celsi stadium dini dapat diberikan kortikosteroid
sistemik, yakni prednison 3 x 5 mg atau prednisolon 3 x 4 mg sehari selama dua
minggu. Obat tersebut dapat diberikan bersama-sama griseofulvin. Griseofulvin
diteruskan selama dua minggu setelah sembuh klinis.16

12
Pengobatan Topikal
Anti jamur dapat diberikan pada penderita dan keluarganya yaitu berupa
sampo ketokonazol 2% atau selenium sulfid 2,5%, diberikan paling sedikit
3x/minggu dan didiamkan pada kulit kepala paling sedikit 5 menit. Sampo ini
diberikan selama belum ada kesembuhan klinik dan mikologik.4

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
1. Kerion celsi adalah salah satu bentuk tinea kapitis yang berat, berupa masa
yang nyeri, meradang dan menimbulkan kebotakan.
2. Penyebabnya adalah jamur dari spesies Microsporum canis, Microsporum
gypseum, Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum.
3. Pada umumnya terjadi pada anak-anak dan prepubertas.
4. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang atau laboratorium.
5. Griseofulvin oral masih merupakan terapi standar untuk tinea kapitis dan
kerion celsi, walaupun itrakonazol, flukonazol atau terbinafin mungkin lebih
efektif dibandingkan griseofulvin. Pengobatan tambahan seperti antibiotik dan
kortikosteroid tidak merubah hasil pengobatan untuk tinea kapitis dan kerion
celsi. Pencegahan terhadap penularan infeksi adalah dengan mengobati
keluarganya, desinfeksi lingkungan dan mencari binatang yang terinfeksi.

SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian secara khusus tentang kerion celsi karena masih
kurangnya penelitian dalam bidang ini.
2. Perlu dilakukan pemeriksaan kadar asam lemak dalam sebum pada penderita
kerion celsi.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Kumarh L, Dugra d, Banerjee U, Khanna N. Kerion in n elderly woman 2003;


http://www.emedicine.com [ diakses 24 November 2007].
2. Monteiro CM, Paiva MB, Martin CJ, Fagundes RO, Monteiro CS. Celsus Kerion
caused by Microsporum gypseum. An bras Dermatology, Vol 78, Rio de Jainero,
2003. 319-20.
3. Weeks J, Moser SA, Elewski BE. Cutaneus Fungal Infecton In Dismukes WE,
Pappas PG, Sobel JD (eds). Clinical Mycology. Inggris: Oxford University Press,
2003. 382
4. Nasution MA, Muis K, Rusmawardiana. Tinea Capitis dalam Budimulya U et al
(ed). Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2001. 24.
5. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2002. 10-24.
6. Mansjoer A et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2000.
93-105.
7. Achyar RY. Mikosis Superfisial. Maj Dokter Keluarga, 1992;11:21
8. Ikawati M. Dermatofitosis Permasalahannya dan Penanggulangannya dalam
Informasi Jamur Penyakit pada Manusia dan Hewan. Jakarta: Bagian Parasitologi
Fakultas Kedokteran, 1997.
9. Boel T. Mikosis Superfisial. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, 2003. 1,9.
10. Kaysar FH et al. Medical Microbiology. New York : Thieme. 2005. 373-374.
11. Kerion Aparents Guide to Condition and Treatment.
http://www.Visualdxhealthcom. [diakses 24 November 2007].
12. Siregar R S. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta:EGC, 2005.20-24.
13. Buckley DA, Filler LC, Higgins EM, Vivier AWP. Tinea Kapitis in Adult.
http://www.Billp@doctors.org.uk [diakses 30 November 2007].
14. Tinea Capitis. http://www.dermnet.com. [diakses 24 November 2007].
15. Kao GF. Tinea Capitis. http://www.emedicine.com. [diakses 30 November 2007].
16. Budimulja U. Mikosis dalam Djuanda A et al (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005.93-97.

14
17. Kusnandar E et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Padang : Fakultas
Kedokteran Andala, 1996.74.

Files of DrsMed FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk

15

Anda mungkin juga menyukai