ROBOTIKA
Pengertian Umum
Pendahuluaan
1.1. Sejarah
Pertama kali kata ROBOT digunakan di New York pada Oktober 1922 pada
sebuah pentas theater yang berjudul RVR, dinaskahi oleh Karel Capek
Kata Robot itu sendiri berasal dari sebuah kata robota yang berarti kerja.
Tahun 1956, UNIMATION memulai bisnis robot dan baru pada tahun 1972
mendapatkan laba dari usahanya tersebut.
Istilah robot makin populer setelah ada film Starwars dan Robot R2D2 yaitu sekitar
tahun 70-an.
1.2. Definisi Robot & Robotik
Banyak terdapat tanggapan mengenai konsep robot, dimana robot diandalkan
sebagai tiruan manusia. Karena itu dicoba dibuat sebuah definisi untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Definisi yang paling dapat diterima
adalah dari Robot Institute Of America.
Sebuah robot adalah sesuatu yang dapat di program dan diprogram ulang, dengan
memiliki manipulator mekanik / pengerak yang didisain untuk memindahkan
barang-barang, komponen-komponen atau alat-alat khusus dengan berbagai
program yang fleksibel / mudah disesuaikan untuk melaksanakan berbagai macam
tugas
Dari definisi tersebut dapat dikatakan robot sebagai automasi yang dapat
diprogram ( Programmable Automation).
Sedangkan istilah Robotik Berdasarkan Webster adalah :
"Teknologi yang behubungan dengan mendesain, membuat, dan mengoperasikan
robot."
Robotik ruang lingkupnya mencakup artificial intelegen, ilmu komputer,
engineering mekanik, Psikologi, Anatomi, and bidang ilmu lainnya.
Kata Robotik sendiri pertama kali digunakan oleh Issac Asimov pada tahun1942.
Komponen Dasar Sebuah Robot
1. Manipulator
Mekanik
Penyangga gerakan ( appendage)
Base (pondasi / landasan robot)
2. Controler
Adalah jantung dari robot untuk mengontrol (MP, RAM, ROM, Sensor dll).
3. Power Supply
Sumber tenaga yang dibutuhkan oleh robot, dapat berupa energi listrik, energi
tekanan cairan ( hidrolik ), atau energi tekanan udara ( Pneumatik ).
4. End Effector
Untuk memenuhi kebutuhan dari tugas robot atau si pemakai.
GEOMETRI ROBOT
Geometri Robot dan Istilah-Istilahnya
Degrees Of Freedom (DOF) adalah setiap titik sumbu gerakan mekanik
pada robot, tidak terhitung untuk End Effector.
Degrees Of Movement (DOM) adalah kebebasan / kemampuan untuk
melakukan sebuah gerakan.
Robot Konfigurasi
Jam kerja pabrik bertambah, mudah melakukan pergantian alat, otomasi skala
kecil dapat diwujudkan.
Variasi hasil produksi berkurang, jam kerja mendekati 24 jam sehari, dikurangi
waktu pergantian pekerja.
Robot yang efektif akan membantu penghematan material dan suku cadang,
tidak perlu pendingin atau pemanas ruangan dan mungkin tidak terlalu
membutuhkan penerangan.
1. Penanganan Material
Salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan dalam indsutri adalah
proses dimana material-material harus dipindahkandari satu lokasi ke
lokasi lainya. Material tersebut harus berpindahdengan posisi yang tepat
dan dalam waktu yang tepat pula. Proses tersebut dinamakan material
handling atau penanganan material.Contoh aplikasi material
handling adalah ketika sebuah material yang berjalan pada
konveyor setiap beberapa detik harus dikeluarkan danditempatkan pada
lokasi yang berbeda. Robot berfungsi memindahkanmaterial tersebut
dengan waktu yang akurat pada lokasi yang tepat.Bila terjadi
keterlambatan waktu dalam pemindahan material makamaterial yang
lain akan menumbuk dibelakang material sebelumnya.
2. Palletizing
yaitu apabila suatu robot dalam industri melakukan kerja dengan
memindahkan material dari satu lokasi ke lokasi lainnyatanpa robot
melakukan gerakan berpindah tempat. Pada palletizing, posisi base
manipulator kaku, tertanam pada lantai ataupun padaposisi yang
tidak dapat berubah posisi.
3. Line Tracking
Line Tracking Berbeda dengan palletizing, robot material handling dengan
tipe line tracking memiliki base manipulator yang dapat
bergerak.Pergerakan manipulator tersebut bisa menggunakan mekanisme
relatapun roda
4. Pengelasan
Robot pengelasan secara luas telah digunakan dalam industri.Robot ini menggunakan koordinat
artikulasi yang memiliki 6 sumbu.Robot ini dibagi menjadi jenis yaitu las busur dan las titik.
5. Pengecatan
Sebagian besar produk industri dari material besi
sebelumdikirim ke bagian penjualan harus terlebih dahulu
dilakukanpengecatan sebagai akhir dari proses produksi.
Teknologi untukmelakukan pengecatan ini dapat secara
manual maupun secaraotomatis, yaitu dengan menggunakan
robot.
6. Perakitan
1. Manipulator
Lengan yang memberikan gerakan robot untuk memutar, melipat,
menjangkau objek. Gerakan ini di sebut dengan derajat kebebasan
robot atau jumlah sumbu yang ada pada robot. manipulator terdiri
dari beberapa segmen dan sambungan (joint).
2. Kontroler
Lead through
Manipulator dikendalikan dari jauh baik oleh komputer atau
pengendali lain
Plug - in
Brancing
Memungkinkan dilakukannya variasi dari gerakan
tergantung pada lingkungannya
Program dapat mengirimkan data pada saat robot
bekerja.
Industri yang menggunakan robot
1. Industri Mobil
Perkembangan hebat telah dibuat dalam robot medis, dengan dua perusahaan
khusus, Computer Motion dan Intuitive Surgical, yang menerima pengesahan
pengaturan di Amerika Utara, Eropa dan Asia atas robot-robotnya untuk digunakan
dalam prosedur pembedahan.
3. Industri MILITER
Dalam bidang ini, militer pun tidak ingin tertinggal atas gembar gembornya sistem
robotic,dan akhirnya sekarang robot sudah diciptakan dalam dunia militer,,diantaranya ada
robot yg berguna menjari ranjau,dan mengecek sebuah BOM,bahkan tidak sedikit robot
serangga yg dibuat untuk mata-mata.
Dan masih banyak lagi industri yang menggunakan robot sebagai alat bantu nya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ROBOT
DALAM INDUSTRI
KELEBIHAN :
1. Ada sisi sisi pekerjaan yang memang tak bisa di gantikan oleh
robot..contoh saja inspeksi ,pengukuran,QC..meski dilakukan
secara sensor dan digital ya tetep saja keliru namanya juga robot
ciptaan manusia tentunya kalah sempurna dengan manusia ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa..
Sensor BINER
Limit Switch
R1 15 K
74HCT245
1/0
Limit C1
Switch 0.1 F
Temperatur
dioperasikan
VR 1 50 K
74HCT245
ON/OFF 1/0
LM35
C1
0.1 F
SENSOR TX-RX INFRA MERAH
Instalasi Obyek
Vcc +5V
TX RX 1N4148 4K7
BC108 - 1/4 74HC04
0.1F LM324 out
Instalasi Obyek
TX
RX
TX-RX ultrasonic
Vcc +5V
2K2 20K
Vcc +5V Dinding yg dideteksi
100K
100K 10K 1N4148 Vcc +5V
680 4K7
- 1/4 74HC04
LM324 out
BC108
1/0
+
0.1F 0.01F
+5V
(radian)
VR 20K Vout
LIN, 1%
+5V
Parallel port pada
VR kontroler
RL
2 R0
-
+ +
V2 +
- Vi
Ri
AvVi V0 RL
-
- -
1 +
Av < 0
13 V
Vin 0,13 mV
100.000
Tegangan ini amat kecil sehingga
karakteristik transfer pada gambar 2.
tampaknya mempunyai transisi (peralihan)
vertikal pada Vin = 0 V. Transisi ini
sebenarnya tidak vertikal. Pada 741C
tegangan masuk +0,13 V akan
menyebabkan kejenuhan positif dan 0,13 V
mengakibatkan kejenuhan negatif
Karena tegangan masuk yang dibutuhkan
untuk menghasilkan kejenuhan amat kecil,
maka transisi pada gambar 3. tampak
seperti vertikal, sebagai .pendekatan kita
akan menganggapnya sebagai vertikal, ini
berarti bahwa tegangan masuk negatif
mengakibatkan kejenuhan negatif
VOut
+VCC
Vin
VOut +VJen
Vin
-VJen
-VEE
V in -
V out V out
+
V ref
Tinggi
Vp R1 Rendah
R2
V ref V in
R1
Vref Vcc
R1 R2
Kontrol Manual & Otomatis
Konsep Kontrol Posisi, Kecepatan dan Percepatan
dalam Perspektif Aplikasi Kecerdasan Alami
Terminologi
Kecerdasan Alami: Konsep kontrol secara alami,
fenomena elektris (R/L/C), mekanis (mass/
stiffness/damping) >> P-I-D >> (human-like)
adaptive
Kecerdasan Buatan: konsep kecerdasan
manusia yang ditanam pada mesin
Kontrol Klasik: konvensional(?), natural(apakah
cerdas?), mathematical-based, model-based
control category
Kontrol Modern: (mostly) non-model-based, AI
(pendekatan pragmatis), ex. NN vs. Fuzzy
Sistem Robot
Sistem Robot
Sistem dan orientasi
Kontroler fungsi
Aktuator
Mekanik Sensor
Robot
Sistem
Aktuator
Mata Mata
Kamera Sistem Sistem Sistem Kamera
Roda Kaki Tangan
Analog dan
Rangkaian Analog dan
atau Digital prosesor atau Digital
(CPU)
Keypad/ Monitor
keyboard (LCD, CRT, etc.)
1/0
1/0
Rangkaian analog
analog prosesor
(CPU)
sistem bus
(shaft encoder,
vision)
Wireless communications
(blue tooth, Wi-Fi, etc.)
Kontrol ON/OFF
Kontrol ON/OFF
Driver Kontrol ON/OFF
Contoh Rangkaian Sistem Kontrol
ON/OFF
Program Kontrol ON/OFF: PIC16F87
pause(t)
long t;
{
unsigned int d;
while( t ) {
for(d = 0 ; d < 255 ; d++ );
t--;
}
} // end pause
main()
{
trisa = 0;
trisb = 0;
start_position();
pause(10);
run();
for(;;){portb = 0x00;}
}
Program Kontrol ON/OFF: PIC16F87
void start_position()
{
portb = 0xcf;
for(;;)
{ dataIN = porta & 0x03; if (dataIN != 0x03) return; }
}
void run()
{
count = 0;
for(;;) {
dataIN = porta & 0x80; // cek untuk bumper limit swtich
if (dataIN == 0x00) {portb = 0x00; pause(100); return;}
dataIN = porta & 0x83; // cek untuk x-----xxB Port A
if (dataIN == 0x80) portb = 0x00;
if (dataIN == 0x81) portb = 0x02;
if (dataIN == 0x82) portb = 0x01;
if (dataIN == 0x83) portb = 0x03;
}
}
Kontroler berbasis prosesor:
Konsep model Kontrol Linier
Keypad/ Monitor
keyboard (LCD, CRT, etc.)
1/0
1/0
Rangkaian analog
analog prosesor ANALOG
ANALOG
(CPU)
sistem bus
(shaft encoder,
vision)
Wireless communications
(blue tooth, Wi-Fi, etc.)
Sistem Kontrol Robotik
(kontrol robot loop terbuka/tertutup)
Referensi
Gerak
Kontroler Robot
GERAK GERAK
Error = Gerak referensi Gerak aktual Hasil Gerak
sesungguhnya
(dibaca oleh
Referensi sensor)
Gerak
+
Kontroler Robot
Gerak aktual
GERAK-an (MOTION)
Perpindahan Posisi: Kontrol Posisi
Perubahan Kecepatan: Kontrol Kecepatan
Perubahan Percepatan: Kontrol
Percepatan
Konsep Gerak: Hukum Newton 1, 2, 3
Konsep Utama kontrol gerak: Hukum
Newton II >> F=m.a >> a=F/m
Teori Dasar:
Penggunaan Transformasi Laplace
L{ f (t )} f (t )e st dt
0
x(t ) 1 x (t ) 1 x (t )
s s
s(s X(s)) s X(s) X(s)
Contoh: Robot Tangan Satu Sendi
Sensor posisi (potensiometer)
Y
act
t
Robot (lengan tunggal)
act
t
Aktuator
(Motor DC)
X
R L
, ,
Ia
Va Vb
L (s) nK tn
dI
Va L a RI a K b
dt Va ( s ) s[ sR J eff R f eff K tn K b ]
Fungsi transfer open loop Motor
DC magnet permanen
(s) s(s)
Va(s) (s)
+ 1 Ktn 1 1
-
sL R sJeff feff s
Kb
L (s) nK tn
Va ( s ) s[ sR J eff R f eff K tn K b ]
r + e u y
Kp H(s)
-
u Kp e
Metoda Kontrol Klasik (I)
r + e Ki u
H(s)
y
s
-
u (t ) e(T )dT Ki
t
0
Metoda Kontrol Klasik (P-I)
Kp
+
r + e u y
H(s)
- +
Ki
s
Ki
G(s) Kp
s
Metoda Kontrol Klasik (D)
r + e u y
s Kd H(s)
-
e
u Kd e u Kd
t
Metoda Kontrol Klasik (P-I-D)
Kp
+
r + e Ki +
u y
H(s)
s
- +
s Kd
Penggunaan Kontrol Cerdas
r + e Kontroler u Sistem y
berbasis Robot
-
AI
Sensor Internal:
sensor posisi,
sensor kecepatan, dan
sensor percepatan,
Sensor Eksternal:
sensor taktil (tactile), berbasis sentuhan: misalnya limit switch pada bemper robot
sensor force dan sensor torsi (torque sensor),
sensor proksimiti,
sensor jarak (sonar, PSD, dll),
sensor vision (kamera),
gyro, kompas digital, detektor api, dan sebagainya.
Low-level & High Level Control
Low-level Control
Perintah Lingkungan
Gerak Aktuator ROBOT Robot
Kontroler
Sensor
Internal
Sensor
Eksternal
High-level Control
Kontrol Posisi
Referensi posisi yg selalu Posisi aktual tiap derajat
berubah aktuator
Low-level Control
Perintah Lingkungan
Gerak Aktuator
ROBOT Robot
Kontroler
Sensor
Internal
Sensor
Eksternal
High-level Control
Kontrol Posisi
Referensi posisi yg selalu Posisi aktual tiap derajat
berubah aktuator
Low-level Control
Algoritma
program (ex: Kontroler PID Lingkungan
ROBOT Robot
IF-THEN- + Aktuator
ELSE)
Kontroler
Sensor posisi
(rotary encoder)
Proximity
sensor (ex: line
sensor)
High-level Control
Kontrol Posisi & Kecepatan
Referensi posisi & Posisi & kecepatan aktual
kecepatan yg selalu berubah tiap derajat aktuator
Low-level Control
Perintah
Gerak Kontroler Aktuator
ROBOT Lingkungan
(posisi) & PID Robot
Kecepatan
Kontroler
Sensor Internal
(posisi &
kecepatan)
Sensor
Eksternal
High-level Control
Kontrol Posisi, Kecepatan & Percepatan
Referensi posisi, kecepatan posisi, kecepatan &
& percepatan percepatan aktual tiap
Low-level Control derajat aktuator
Perintah
Gerak Kontroler Lingkungan
(posisi, Aktuator
ROBOT
kecepatan & PID Robot
percepatan)
Kontroler
Sensor Internal
(posisi, kecepatan &
percepatan)
Sensor
Eksternal
High-level Control
Kontrol Linier: Kecepatan
(kontrol Proportional)
Kontrol Linier: Kecepatan
(kontrol Proportional-Integral)
Kontrol Linier: Kecepatan
(kontrol Proportional-Integral-Derivative)
Skema ekivalen Motor DC Servo
dengan kontrol kecepatan
Motor DC Servo dengan kontrol
kecepatan
Endra Pitowarno 2007
Figure 7.20: Results of the PD scheme for sinusoidal input function with Vcut = 0.2 m/s
Figure 7.21: Results of the AFC scheme for sinusoidal input function with Vcut = 0.2 m/s Back to T.E.R
Terima Kasih
KINEMATIKA ROBOT
KINEMATIKA
Kinematika ROBOT : Studi analitis pergerakan lengan
robot (robot arm) terhadap sistem kerangka
koordinat referensi yang diam/bergerak tanpa
memperhatikan gaya yang menyebabkan pergerakan
tersebut.
Terdapat dua topik pembahasan kinematika :
Kinematika Maju dan Kinematika Invers
Direct/Forward Kinematics : (angles to positions)
Diketahui : panjang setiap link dan sudut setiap joint
Informasi yang akan diperoleh : posisi dari ujung lengan
robot dalam kerangka 3 D
Inverse Kinematics : (Positions to angles)
Diketahui : panjang setiap link, posisi ujung lengan robot
Informasi yang akan diperoleh : sudut masing joint untuk
dapat mencapai posisi tersebut
Relasi Kinematika maju dan Invers
ANALISA KINEMATIK SISTEM HOLONOMIC
Model kinematik robot dpt dibedakan dlm dua kelompok
model pergerakan:
holonomic, dan
nonholonomic
Penggunaan Pers. Trigonometri
Kedudukan ujung lengan P(x, y) dapat diperoleh dengan cara kinematik maju
sebagai berikut,
x = l . cos( ) dan
y = l . sin ( )
jika (x,y) diketahui maka dapat dihitung dengan cara,
y 1 y
=arc tan atau tan
x x
Persamaan Kinematik Robot Tangan Dua Sendi
Persamaan Kinematik Robot Tangan Dua Sendi
Kinematika Maju
x l1 cos1 l2 cos(1 2 )
y l1 sin 1 l2 sin(1 2 )
Dengan menggunakan hukum trogonometri
cos(a+b)=cos(a)cos(b)-sin(a)sin(b)
sin(a+b)=sin(a)cos(b)+sin(a)cos(b)
Maka :
x l1 cos1 l2 cos1 cos 2 l2 sin 1 sin 2
y l1 sin 1 l2 sin 1 cos 2 l2 cos1 sin 2
x y l l
2 2 2 2
cos 2 1 2
2l1l2
Kinematika Invers :
2
x y l1 l2
2 2 2
2 arccos
2l1l2
Sudut 1 dapat dicari dengan :
l2 sin 2 y
tan
l cos l
dan tan
2 2 1 x
sedangkan :
1
xT J11 J12 1
yT J 21 J 22 2
sehingga kinematik inversnya dapat dinyatakan sebagai,
1
1 J11 J12 x1
J J y
2 21 22 2
Dengan : J11= -l1sin1 l2 sin(1+ 2)
J12= - l2 sin(1+ 2)
J21= l1 cos1 + l2 cos(1+ 2)
J22= l2 cos(1+ 2)
TUGAS
Carilah persamaan kinematik lengan robot
3 sendi !
Kinematika 3D
KINEMATIKA ROBOT
1
II. KINEMATIKA ROBOT
1. Pendahuluan
Definisi :
Kinematika : Studi analitis pergerakan lengan robot (robot
arm) terhadap sistem kerangka koordinat referensi yang
diam/bergerak tanpa memperhatikan gaya yang
menyebabkan pergerakan tersebut.
terdapat dua topik pembahasan kinematika
Direct/Forward Kinematics : (angles to positions)
Diketahui : panjang setiap link dan sudut setiap joint
Informasi yang akan diperoleh : posisi dari ujung
lengan robot dalam kerangka 3 D
Inverse Kinematics : (Positions to angles)
Diketahui : panjang setiap link, posisi ujung lengan robot
2 Informasi yang akan diperoleh : sudut masing joint
untuk dapat mencapai posisi tersebut
II. KINEMATIKA ROBOT
Definisi :
Terminologi Kinematika
Link, Joint, End-effector, gripper
Base : Link (Link 0) yang terhubung pada kerangka
koordinat diam (fixed) biasanya terhubung langsung pada
sistem kerangka koordinat cartesian (world coordinate)
Kinematic chain : sejumlah link yang dihubungkan oleh
joint (yang membentuk sebuah manipulator)
Open kinematic chain : sejumlah link yang memiliki
hubungan kerangka koordinat yang terbuka (acyclic)
Mixed kinematic chain : sejumlah link yang memiliki
hubungan terbuka dan tertutup
3
II. KINEMATIKA ROBOT
4
II. KINEMATIKA ROBOT
Review : Vector dan Matriks
Dot Product: a x
a
Representasi Geometri: y
b x
A B A B cos A b
y
Representasi vektor : B
a x b x
A B a xb x a y b y
a y b y
B
uB B
B
uB
II. KINEMATIKA ROBOT
Review : Vector dan Matriks
Terminologi
Square matrix A adalah Matriks A (n x n), disebut, Matriks A
berorde n (square matrix of order n) merupakan matriks yang
memiliki jumlah baris dan kolom sama (m = n)
Diagonal Matrix adalah square matrix, dengan elemen aij = 0 jika
ij
Identity matriks (Matriks Identitas) adalah diagonal matrix
dimana nilai elemen aij = 1 jika i = j
Symetric Matrix (Normal Matrix) adalah square matrix dimana
nilai transpose adalah nilai matrik itu sendiri, A = AT atau elemen
aij = aji
6 Skew Matrix adalah square matrix dimana nilai elemen a = - a
ij ji
atau jika A adalah Skew Matrix maka A = - A T
Matrix Multiplication:
Matriks A (m x n) dan Matriks B (n x p), dapat dikalikan jika
jumlah kolom Matriks A sama dengan jumlah baris Matriks B.
Perkalian matriks tidak secara umum tidak bersifat komutatif
(Non-Commutative Multiplication) AB is NOT equal to BA
a b e f ae bg af bh
c d g
h ce dg cf dh
Matrix Addition:
7 a b e f a e b f
c d g
h c g d h
II. KINEMATIKA ROBOT
Review : Vector dan Matriks
Matrix Determinant
n n
.A a
k 1
ik Aik akj Akj
k 1
Cofactor
Ajk 1
j k
M jk
Inverse Matrix : (matriks cofactor dibagi dengan determinant)
1
a11 a12 . . . a1n A11 A21 . . . An1
a . a2 n A . An 2
21 a22 . . 12 A22 . .
8 a . .
1
a32 . . 1 A13 A23 . . . .
A 31
. . . . . . A . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
an1 an 2 . . . ann A1n A2 n . . . Ann
II. KINEMATIKA ROBOT
Matrix dan Vector Review
Karakteristik Matriks
Rank sebuah matriks A (m x n) = orde dari sub matriks A terbesar
dengan determinan = 0
Sebuah matrik dengan orde yang lebih besar dari Rank adalah matriks
Singular
Jika | A | 0, maka Matriks A adalah non singular
Matriks yang non singular memiliki inverse
Inverse of a diagonal Matrix a 0 1 / a 0
0 b 0 1 / d
11
Matrik Rotasi Dasar
titik pUVW dan pXYZ , masing-masing dapat dinyatakan
dalam nilai komponen vektor, yang menyatakan proyeksi
titik P terhadap masing-masing sumbu dari KK
pXYZ = px ix + py jy + pz kz)
pUVW = pu iu + pv jv + pw kw)
i, j, k = vektor satuan dalam arah sumbu KK
Berdasarkan definisi dari Dot product
12
Matrik Rotasi Dasar
Persamaan sebelumnya dapat diekspresikan ke dalam
bentuk matrik
13
Matrik Rotasi Dasar
Karena Dot Product bersifat komutatif
Q = R-1 = RT
QR = RTR = R-1R = I
Q, R disebut matrik transformasi orthogonal
Disebut juga matrik transformasi orthonormal karena
elemen-elemen nya berupa vektor satuan (unit vector)
14
Matrik Rotasi Dasar
Rotasi Terhadap Sumbu X
15
Matrik Rotasi Dasar
Rotasi Terhadap Sumbu X
16
Matrik Rotasi Dasar
pXYZ = Ry, pUVW
jy jv
17
Matrik Rotasi Dasar
pXYZ = Rz, pUVW
kz kw
18
Matrik Rotasi Dasar (Contoh)
Diketahui dua buah titik auvw = (4,3,2)T dan buvw = (6,2,4)T
terhadap KK OUVW hitunglah nilai titik tersebut terhadap
KK OXYZ (axyz dan bxyz) jika KK OUVW diputar terhadap
sumbu OZ sebesar 60o
19
Matrik Rotasi Dasar (Contoh)
Diketahui dua buah titik axyz = (4,3,2)T dan bxyz = (6,2,4)T
terhadap KK OXYZ hitunglah nilai titik tersebut terhadap
KK OUVW (auvw dan bovw) jika KK OUVW diputar
terhadap sumbu OZ sebesar 60o
20
Matrik Rotasi Komposit
KK OUVW (bergerak) selain dapat diputar terhadap KK
OXYZ (referensi/diam) dapat pula diputar terhadap
sumbunya sendiri (sumbu OU, sumbu OV atau sumbu OW)
Aturan umum untuk menghitung matriks transformasi
komposit yang mencakup dua kemungkinan rotasi diatas
(berputar terhadap sumbu KK diam atau KK dirinya
sendiri) adalah :
Pada saat awal dua buah KK tersebut berimpit (coincident) dengan
demikian matrik rotasi adalah matrik Identitas/Satuan, I
Bila KK OUVW diputar terhadap salah satu sumbu dari KK
OXYZ lakukan proses perkalian premultiply sesuai dengan matriks
rotasi dasar dan urutannya
Bila KK OUVW diputar terhadap salah satu sumbu dari KK nya
sendiri (OUVW) lakukan proses perkalian postmultiply sesuai
dengan matriks rotasi dasar dan urutannya 21
Matrik Rotasi Komposit
Matrik rotasi dasar dapat dikalikan untuk menyatakan
rotasi terhadap beberapa sumbu dari Kerangka Koordinat
Mengingat bahwa perkalian matriks tidak bersifat
komutatif, maka urutan rotasi terhadap beberapa sumbu
menjadi penting
Contoh 1, Pada saat awal KK OXYZ dan KK OUVW berimpit.
Hitunglah nilai matrik rotasi, apabila KK OUVW berturut-turut :
diputar terhadap sumbu OX sebesar sudut , kemudian
diputar terhadap sumbu OZ sebesar sudut , kemudian
diputar terhadap sumbu OY sebesar sudut
22
Matrik Rotasi Komposit
Contoh 2, Pada saat awal KK OXYZ dan KK OUVW berimpit.
Hitunglah nilai matrik rotasi, apabila KK OUVW berturut-turut :
diputar terhadap sumbu OY sebesar sudut , kemudian
diputar terhadap sumbu OZ sebesar sudut , kemudian
diputar terhadap sumbu OX sebesar sudut
23
Matrik Rotasi Komposit
Contoh, Pada saat awal KK OXYZ dan KK OUVW berimpit.
Hitunglah nilai matrik rotasi, apabila KK OUVW berturut-turut :
diputar terhadap sumbu OY sebesar sudut , kemudian
diputar terhadap sumbu OW sebesar sudut , kemudian
diputar terhadap sumbu OU sebesar sudut
26
Rotasi Terhadap Sumbu Sembarang
Dengan demikian, Matrik Rotasi ,Rr, , yang merepresentasikan putaran
terhadap sumbu sembarang dapat dinyatakan menjadi
Dimana :
27
Rotasi Terhadap Sumbu Sembarang
CONTOH : Hitunglah matrik rotasi Rr, yang merepresentasikan
putaran sebesar sudut terhadap vektor r = (1, 1, 1)T
Karena vektor r bukan vektor satuan maka komponen vektornya
perlu dinormalisasi sepanjang sumbu-sumbu utama dari KK
OXYZ, yaitu :
28
Rotasi Dengan sudut Euleur
Perputaran sudut dari sebuah KK seringkali dinyatakan dalam
perputaran sudut Euler, yaitu , , dan terhadap KK referensi
Terdapat 3 sistem perputaran sudut Euleur yang pada dasarnya
perbedaannya terletak pada urutan putarannya. Tiga sistem
perputaran ditunjukkan dalam Tabel dibawah ini
Sudut Euler Sudut Euler Sudut Euler
Sistem I Sistem II Sistem III
Urutan (Roll, Pitch
and Yaw
1 Terhadap Terhadap Terhadap
sumbu OZ sumbu OZ sumbu OX
2 Terhadap Terhadap Terhadap
sumbu OU sumbu OV sumbu OY
3 Terhadap Terhadap Terhadap
29
sumbu OW sumbu OW sumbu OZ
Rotasi Dengan sudut Euleur Sistem I
30
Rotasi Dengan sudut Euleur Sistem II
31
Rotasi dengan sudut Euleur Sistem III (Roll, Pitch,Yaw, RPY)
32
Matriks Transformasi Homogen
Matrik Rotasi (3 x 3) C1 S1 0
T1 S1 C1 0
0 0 1
Vector Translasi (3 x 1)
x1
R1 y1
z1
Matrik Homogen (4 x 4)
C1 S1 0 x1
S1 C1 0 y1
TH
0 0 1 z1
0 0 0 1
33
Matrik Transformasi Homogen
Bentuk Matrik hanya translasi 1 0 0 x
0 1 0 y
TT
0 0 1 z
0 0 0 1
34
D-H Parameters
Denavit-Hartenberg (D-H) digunakan untuk menggambarkan hubungan
link dari robot dimana link diasumsikan berbentuk benda tegar (rigid body)
Setiap linki memiliki sebuah kerangka koordinat (KKi).
Setiap KK ditentukan berdasarkan kaidah [K.S. Fu et.al] :
Arah sumbu Zi berimpit dengan sumbu pergerakan dari joint i+1
Arah sumbu Xi Sejajar Zi-1 X Zi (Cross product).
Apabila Zi-1 dan Zi paralel, maka arah sumbu Xi sejajar
dengan garis tegak lurus bersama antara Z i-1 dengan Zi.
Sumbu Yi-1 mengikuti aturan tangan kanan
Titik pusat KKi
Pada titik potong antara sumbu Z i-1 dengan Zi di sumbu Zi
z2
Titik potong garis tegak lurus bersama antara Z i-1 dengan Zi.
z1 Link 2
Joint 3
Joint 2 x2 35
0
Perhatikan sumbu Z adalah sumbu Joint
y1
D-H Parameters
Denavit-Hartenberg (D-H) digunakan untuk menggambarkan hubungan
link dari robot dimana link diasumsikan berbentuk benda tegar (rigid body)
Setiap linki memiliki sebuah kerangka koordinat (KKi).
Setiap KK ditentukan berdasarkan kaidah [K.S. Fu et.al] :
Arah sumbu Zi berimpit dengan sumbu pergerakan dari joint i+1
36
D-H Parameters
Denavit-Hartenberg (D-H) digunakan untuk menggambarkan hubungan
link dari robot dimana link diasumsikan berbentuk benda tegar (rigid body)
Setiap linki memiliki sebuah kerangka koordinat (KKi).
Setiap KK ditentukan berdasarkan kaidah [K.S. Fu et.al] :
Arah sumbu Xi Sejajar Zi-1 X Zi (Cross product).
Apabila Zi-1 dan Zi paralel, maka arah sumbu Xi sejajar
dengan garis tegak lurus bersama antara Z i-1 dengan Zi.
37
D-H Parameters
Denavit-Hartenberg (D-H) digunakan untuk menggambarkan hubungan
link dari robot dimana link diasumsikan berbentuk benda tegar (rigid body)
Setiap linki memiliki sebuah kerangka koordinat (KKi).
Setiap KK ditentukan berdasarkan kaidah [K.S. Fu et.al] :
Sumbu Yi-1 mengikuti aturan tangan kanan
38
D-H Parameters
Denavit-Hartenberg (D-H) digunakan untuk menggambarkan hubungan
link dari robot dimana link diasumsikan berbentuk benda tegar (rigid body)
Setiap linki memiliki sebuah kerangka koordinat (KKi).
Setiap KK ditentukan berdasarkan kaidah [K.S. Fu et.al] :
Titik pusat KKi
Pada titik potong antara sumbu Z i-1 dengan Zi di sumbu Zi
Titik potong garis tegak lurus bersama antara Z i-1 dengan Zi.
39
D-H Parameters
Terdapat 4 parameter
ai (link length); Jarak dari titik potong antara sumbu Zi-1
dengan sumbu Xi menuju titik pusat KKi sepanjang sumbu Xi LINK
(atau jarak terpendek antara sumbu Zi-1 dengan sumbu Zi ) PARAMETER
i (link twist); Sudut dari sumbu Zi-1 menuju sumbu Zi (Lokasi relatif
terhadap sumbu Xi (menggunakan aturan tangan kanan) 2 buah sumbu di
dalam Ruang)
di (link offset); Jarak dari titik pusat KK i-1 menuju ke titik
potong antara sumbu Zi-1 dengan sumbu Xi sepanjang sumbu
JOINT
Zi-1
PARAMETER
i (joint angle); Sudut dari sumbu Xi-1 menuju sumbu Xi
terhadap sumbu Zi-1 (menggunakan aturan tangan kanan)
40
ai (link length)
ai (link length); Jarak dari titik potong antara sumbu Zi-1 dengan sumbu
Xi menuju titik pusat KKi sepanjang sumbu Xi. (atau jarak terpendek
antara sumbu Zi-1 dengan sumbu Zi )
Jarak dari sumbu Zi-1 ke sumbu Z i sepanjang garis tegak lurus
bersama (common perpendicular)
Common perpendicular adalah jarak terpendek dua buah garis dalam
ruang.
Common perpendicular tidak selalu terletak di dalam link.
Jika sumbu ZI-1 dan Sumbu Zi berpotongan ai = 0
Tidak didefinisikan untuk Joint Prismatic, ai = 0
z1 z2
x2
41
a2
ai (link length)
ai (link length); Jarak dari titik potong antara sumbu Zi-1 dengan sumbu
Xi menuju titik pusat KKi sepanjang sumbu Xi. (atau jarak terpendek
antara sumbu Zi-1 dengan sumbu Zi )
Jarak dari sumbu Zi-1 ke sumbu Z i sepanjang garis tegak lurus
bersama (common perpendicular)
Common perpendicular adalah jarak terpendek dua buah garis dalam
ruang.
Common perpendicular tidak selalu terletak di dalam link.
Jika sumbu ZI-1 dan Sumbu Zi berpotongan ai = 0
Tidak didefinisikan untuk Joint Prismatic, ai = 0
42
i(link twist)
i (link twist); Sudut dari sumbu Zi-1 menuju sumbu Zi terhadap sumbu Xi
Sudut offset
Biasanya kelipatan dari 90o
Sumbu Zi-1 // Zi, i = 0
z2
z1
x2
43
di (link offset)
di (link offset); Jarak dari titik pusat KK i-1 menuju ke titik
potong antara sumbu Zi-1 dengan sumbu Xi sepanjang sumbu
Zi-1
Berupa variabel untuk untuk Prismatic joint
n (Joint Angle)
Sudut dari sumbu Xi-1 menuju sumbu Xi terhadap sumbu
Zi-1 (menggunakan aturan tangan kanan)
44
ROBOT PUMA 560
45
ROBOT
STANFORD
46
D-H PARAMETER
Setelah parameter (a, , d, ) setiap link telah
ditentukan, persamaan matriks homogen dapat
dibangun untuk membentuk hubungan antar KK
terdekat (adjacent), atau hubungan KK i dengan KK i-
1, dimana i menyatakan link ke i, yang pada prinsipnya
adalah membuat agar kedua KK koordinat tersebut
berimpit, yaitu melalui urutan operasi
Putar sebesar sudut i terhadap sumbu Zi-1 agar sumbu Xi-1
dengan sumbu Xi sejajar/paralel
Translasikan sejauh di sepanjang sumbu Z i-1 agar sumbu X i
dan sumbu Xi-1 berimpit (coincidence)
Translasikan sejauh ai sepanjang sumbu Xi agar kedua titik
pusat berimpit
Putar sebesar sudut i terhadap sumbu Xi agar kedua KK
47
berimpit
D-H PARAMETER
Untuk joint berputar ai, i dan di adalah konstanta, i variabel
memenuhi hubungan : i-1 A i = Tz,d Tz, Tx,a Tx,
Bentuk Inverse
48
D-H PARAMETER
Untuk joint prismatic ai, i dan i adalah konstanta, di variabel
memenuhi hubungan : i-1 A i = Tz, Tz,d Tx,
Bentuk Inverse
49
D-H PARAMETER
Contoh Matrik Transformasi untuk Robot PUMA dimana
semua jointnya berputar
50
PERSAMAAN KINEMATIK UNTUK MANIPULATOR
Matriks Transformasi homogen 0Ti yang menyatakan lokasi KK ke i
terhadap kerangka koordinat dasar (base, KK ke 0) merupakan rantai
perkalian dari matrik transformasi i-1Ai dan diekspresikan sebagai :
Dimana
[xi, yi, zi] = Matrik orientasi KKi pada link i terhadap KK dasar/base .
Merupakan matriks 3x3, terletak disebelah kiri atas dari 0Ti
pi = Vektor posisi yang berarah dari titik pusat KK dasar menuju
titik pusat KK i. Merupakan vektor 3x1, terletak disebelah
kanan atas dari 0Ti
51
PERSAMAAN KINEMATIK UNTUK MANIPULATOR
Sebagai contoh, untuk i = 6, matrik transformasi T = 0A6, yang
menyatakan posisi dan orintasi dari ujung lengan robot terhadap KK dasar
(matriks ini seringkali disebut arm matrix), yang berbentuk :
52
PERSAMAAN KINEMATIK UNTUK MANIPULATOR
Dimana (diasumsikan bentuk tangan parallel-
jaw)
n = Normal vector, arah tegak lurus terhadap jari dari tangan robot
p = Position vector, arah dari titik pusat KK dasar menuju titik pusat KK
tangan
53
PERSAMAAN KINEMATIK UNTUK ROBOT PUMA
Dimana
54
PERSAMAAN KINEMATIK UNTUK ROBOT PUMA
Persamaan Arm Matrix, 0T6
55