Patofisiologi
Patofisiologi pada syok hipovolemik sangat tergantung dari penyakit primer yang
menyebabkannya. Namun secara umum, prinsipnya sama. Jika terjadi penurunan
tekanan darah yang cepat akibat kehilangan cairan, kebocoran atau sebab lain, maka
tubuh akan mengadakan respon fisiologis untuk mempertahankan sirkulasi dan
perfusi yang adekuat ke seluruh tubuh. Secara umum, tubuh melakukan kontrol
terhadap tekanan darah melalui suatu sistem respon neurohumoral yang melibatkan
beberapa reseptor di tubuh. Reseptor tersebut diantaranya adalah
4. Humaral Response
Saat kondisi hipovolemik, sistem hormonal tubuh mengeluarkan hormon
stres untuk membantu memacu sirkulasi. Hormon tersebut diantaranya
adrenalin, glukagon dan kortisol. Hormon-hormon tersebut juga membantu
terjadinya respon kardiologis yaitu takikardi, vasokonstriksi namun
terdapat efek hiperglikemia. Pada kondisi tubuh yang stress, hormon ADH
juga dikeluarkan sehingga restriksi cairan makin kuat. Produksi urin turun.
RAA System ini sangat membantu dalam kondisi syok. Jika terjadi
hipoperfusi ke ginjal maka akan terjadi pengeluaran hormon renin oleh
aparatus juxtaglomerolus untuk mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I. Angiotensin I kemudian diubah menjadi Angiotensin II oleh
ACE (angiotensin converting enzyme). Angiotensin II memiliki fungsi
yaitu vasokonstriktor kuat, kemudian juga merangsang aldosteron untuk
meningkatkan absorpsi Natrium di Tubulus Ginjal.
6. Autoperfusi
3. Fase Syok Irreversibel : Saat energi habis, kematian sel mulai meluas,
kemudian cadangan energi di hati juga lama-kelamaan habis. Kerusakan
pun meluas hingga ke level organ,. Pada fase ini, walaupun sirkulasi sudah
diperbaiki, defisit energi yang terlambat diperbaiki sudah menyebabkan
kerusakan organ yang ekstensif. Akhirnya terjadi gagal sirkulasi, nadi
tidak teraba, dan gagal organ multipel.
Sumber :