Anda di halaman 1dari 7

"GEOLOGI PULAU MALUKU"

Kepulauan Maluku adalah gugusan pulau-pulau yang terletak di sebelah timur


Indonesia, memiliki panjang 180 kilometer dari utara ke selatan dan lebar 70
kilometer dari barat ke timur. Berdasarkan keadaan geologis dan fisiografisnya
dapat dibagi menjadi dua provinsi, yakni Halmahera bagian barat dan Halmahera
bagian timur laut tenggara. Halmahera bagian barat merupakan provinsi yang
tersusun dari busur vulkanik Ternate dan Halmahera Barat, sedangkan Halmahera
bagian timur laut tenggara merupakan provinsi yang tersusun dari melange.
Secara garis besarya, Maluku dapat dibagi menjadi dua bagian yakni Maluku
Utara dan maluku Selatan. Maluku Utara sebgaian dihubungkan dengan rangkaian
pulau-pulau Asia Timur, dan sebagian sistem Melanesia, sedangkan Maluku
Selatan (Busur banda) merupakan suatu bagian dari Sistem Pegunungan Sunda.
Daerah Obi Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Secara
geografis terletak antara koordinat 127o45 128o00 BT dan antara 01o25
01o40 LS. Morfologinya hampir sama dengan Pulau Sulawesi yakni memiliki 4
lengan dan bentuknya seperti huruf K, yang membedakan adalah skalanya. Pulau
Halmahera memiliki ukuran sepertiga dari Pulau Sulawesi dan luas permukaannya
sepersepuluh dari Pulau Sulawesi. Teluk antar lengan dan teluk Kau berada di
timur laut, teluk Buli disebelah timur, dan teluk Weda di sebelah selatan.
(Amarullah dan Tobing ; 2005).

Pada dasarnya Kepulauan Maluku ini memiliki topografi yang bergunung dan
berbukit, kecuali di pantai sebelah timur di lengan tenggara umumnya adalah
daerah banjir. Pegunungan yang ada di Kepulauan Halmahera ini menjulang dari
timur laut barat daya dengan relief yang beraneka, yakni berada pada kisaran
500 meter hingga 1.000 meter. Bukit Solat merupakan pegunungan tertinggi yang
menjulang dengan ketinggian 1.508 meter di bagian tengah pulau. Pulau maluku
dibagi menjadi dua bagian yaitu Maluku Utara dan Maluku Selatan. Maluku Utara
sebagian dihubungkan dengan rangkaian pulau-pulau Asia Timur, dan sebagian
dengan sistem Melanesia, Maluku Selatan (Busur Banda) merupakan suatu bagian
dari Sistem Pegunungan Sunda.

a) Maluku Selatan
Maluku Selatan secara geologi merupakan Busur Banda, yaitu sistem
kepulauan yang membentuk busur mengelilingi tapal kuda basin Laut
Banda yang membuka ke arah barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan
dibedakan menjadi busur dalam yang vulkanis dan busur luar yang non
vulkanis. Busur dalam vulkanisTerdiri dari pulau-pulau kecil
(kemungkinan puncak gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau
Damar, Pulau Teun, Pulau Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk dan Kepulauan
Banda. Busur luar non vulkanisTerdiri dari beberapa pulau yang agak luas
dan membentuk kompleks-kompleks kepulauan antara lain Kepulauan
Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan
Kai, Kepulauan Watu Bela, Pulau Seram, dan Pulau Buru.
A. GEOMORFOLOGI
1. Maluku Selatan
Maluku Selatan secara geomorlogi merupakan Busur Banda, yaitu sistem
kepulauan yang membentuk busur mengelilingi tapalkuda basin Laut
Banda yang membuka ke arah barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan
dibedakan menjadi busur dalam yang vulkanis dan busur luar yang non
vulkanis. Busur dalam terdiri dari pulau-pulau kecil (kemungkinan puncak
gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau Damar, Pulau Teun, Pulau
Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk dan Kepulauan Banda. Sedangkan busur
luar terdiri dari beberapa pulau yang agak luas dan membentuk kompleks-
kompleks kepulauan antara lain Kepulauan Leti, Kepulauan Babar,
Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kepulauan Watu
Bela, Pulau Seram, dan Pulau Buru. (Sumardi, dkk. 2011)

B. GEOLOGI STRUKTUR

Karakteristik geologi Provinsi Maluku adalah terdiri dari batuan sedimen,


batuan metamorfik dan batuan beku dengan penyebaran yang hampir merata di
setiap gugus pulau. Hal ini dipengaruhi oleh klasifikasi umur pulau/kepulauan
yang terbentuk pada 50-70 juta tahun yang lalu, pada periode Neogeon sampai
Paleoceen.Karakteristik tersebut juga dipengaruhi oleh letak Maluku diantara
lempeng bumi Indo-Australia, Pasifik, Laut Filipina dan Laut Banda, sehingga
memberikan sebaran beberapa gunung api baik yang masih maupun sudah tidak
aktif lagi. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
a) Maluku Selatan
Maluku selatan disusun oleh hasil kegiatan endapan laut dangkal berumur
Plio-Plistosen Sampai Holosen.Batuannya terdiri dari batu gamping, napal
dan abut lumpur gamping dan endapan alluvium. Urutan batuan dari yang
termuda sampai yang tertua adalah sebagai berikut.Sejarah geologi
Maluku selatan dimulai pada zaman miosen bawah yang masih berupa
daerah laut, dirincikan dengan pengendapan batu gamping dan napal yang
berlangsung sampai miosentengah. Pada zaman miosen atas- Pliosen
bawah terjadi pengangkatan dan lingkungan pengendapan berubah
menjadi laut dangkal dengan adanya pengendapan batu gamping dan napal
yang termasuk formasi manumbai. (Robertus, dkk ; 2011)

C. LITOLOGI

Litologi di daerah Anggai, maluku disusun oleh batuan yang terdiri dari
batuan vulkanik, sedimen dan endapan muda. Batuan akibat adanya kegiatan
tektonik mengakibatkan adanya perlipatan, dan pensesaran dan kegiatan
magmatik (hidrotermal) yang mana hal tersebut merupakan media yang potensial
bagi pembentukan mineralisasi. Daerah uji petik memiliki sebaran alterasi yang
didominasi oleh ubahan silisifikasi, serisit sampai dengan argilik. Dibeberapa
lokasi dijumpai adanya ubahan jenis filik (pada pungungan Anggai), argilik dan
propilit. Hal ini menunjukkan alterasi kearah dalam memiliki variasi alterasi
bertemperatur lebih tinggi. Jadi dimungkinkan tipe porpiri akan muncul (bisa saja
terjadi) jika melihat pola alterasi yang demikian. (Roswita, dkk.2012)

Formasi Dorosagu, Perselingan antara batupasir dengan serpih merah dan


batugamping. Batupasir kelabu kompak, halus - kasar, sebagian gampingan,
mengandung fragmen batuan ultra basa grauwake, kompak, komponen batuan
ultrabasa, basal dan kuarsa; serpih berlapisbaik, batugamping, kelabu dan merah,
kompak, sebagian menghablur. Dari analisis fosil menunjukkan umur Paleosen-
Eosen (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya;
proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007
Pusat sumber daya geologi).

Formasi Tingteng, Berupa batugamping hablur dan batugamping pasiran,


sisipan napal dan batupasir. Batugamping pasiran, kelabu dan coklat muda,
sebagian kompak; sisipan napal dan batupasir, kelabu, setebal 10 30 cm, umur
Akhir Miosen Awal Pliosen. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal
Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan
tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).

Formasi Weda, Berupa batupasir berselingan dengan napal, tufa, konglomerat


dan batugamping. Batupasir kelabu - coklat muda, - berbutir halus sampai kasar; -
berselingan dengan serpih kelabu kehijauan. Napal, putih, kelabu dan coklat,
getas; mengandung banyak foraminifora setempat sisipan batubara setebal 5 cm
dan batugamping. Batugamping, putih kotor dan kelabu, kompak; merupakan
sisipan dalam napal, setebal 10 15 cm di daerah Dote dan 0,5 2 m di daerah
Kobe dan Kulo. Napal berumur Miosen Tengah Awal Pliosen (Kadar, 1976,
komunikasi tertulis) dan lingkungan neritik-batial. (Kadar, 1976, komunikasi
tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan
lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).

Formasi Amasing, Berupa batupasir tufaan, berselingan dengan batulempung


dan napal, bersisipkan batugamping. Batupasir tufaan berwarna kelabu kehijauan,
berpilahan sedang, berkomponen terutama kuarsa, feldspar dan sedikit mineral
bijih, bermasa dasar tufa. Batulempung dan napal berwarna kelabu kehijauan,
agak kompak, mengandung banyak fosil foraminifora plangton. Hasil analisis
fosil menunjukkan napal berumur Miosen Bawah sampai Miosen Tengah. (Kadar,
1976, komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan
hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).

Formasi Woi, Berupa batupasir, konglomerat dan napal. Batupasir, kelabu,


terpilah sedang, tufaan. Konglomerat, kelabu, kerakal andesit, basal dan
batugamping. Napal; kelabu, foraminifora dan moluska, setempat lignitan. Fosil
foraminifora menunjukkan umur Miosen Atas sampai Pliosen berlingkungan
sublitoralbatial. Tebalnya antara 500 600m. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis
dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan
non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).

Formasi Anggai, Berupa batugamping dan batugamping pasiran, pejal. Fosil


foraminifora menunjukkan umur Miosen Atas sampai Pliosen. Sebarannya di
timur P.Obi. Ketebalannya kurang lebih 500 m. Formasi Anggai menjemari
dengan Formasi Woi. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya
Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun
2007 Pusat sumber daya geologi).
REFERENSI

Amarullah, Deddy dan Robert L. Tobing. 2005. Inventarisasi batubara marginal


Daerah obi utara kabupaten halmahera selatan Provinsi maluku utara.

Pemaparan hasil kegiatan lapangan subdit batubara : Obi Andayany, Helda. 2012.
Penerapan Persamaan Geotermometer (SiO2)P Di Lapangan Panas Bumi Suli,
Ambon.

Dalam Jurnal Barekang Vol. 6 No. 2 Hal. (33 36)Karyanto, Wahyudi, Ari
Setiawan, dan Sismanto. 2011. Identifikasi zona konduktif di daerah prospek
panasbumi larike Ambon maluku.

Jurnal Sains MIPA, Vol. 17, No. 2, Hal.: (67 74)Kusnama. 2008. Fasies Dan
Lingkungan Pengendapan Formasi Bobong Berumur Jura Sebagai Pembawa
Lapisan Batubara Di Taliabu, Kepulauan Sanana-Sula, Maluku Utara.

Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 Hal 161-173: BandungMarasabessy, M.


Djen, Edward dan Febriana Lisa Valentin. 2010. Pemantauan Kadar Logam Berat
Dalam Air Laut Dan Sedimen Di Perairan Pulau Bacan, Maluku Utara.

Dalam makara, sains, vol. 14, no. 1 Hal : 32-38 : BandungRobertus S.L.S, Herry
S, dan Andri Eko A. W. 2011. Survei Pendahuluan Panas Bumi Geologi Dan
Geokimia Pulau Wetar, Provinsi Maluku.

Roswita, Lantu, dan Syamsuddin. 2006. Survei geolistrik metode resistivitas


untuk Interpretasi kedalaman lapisan bedrock di pulau Pakal, halmahera timur.

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam , Universitas Hasanuddin : Makassar

Sudarya, Syahya. 2007. Inventarisasi mineral logam di kabupaten halmahera


selatan dan kota tidore maluku utara.

Pusat sumber daya geologi: BandungSumardi, Eddy, Bakrun, Syuhada, dan Liliek
Rihardiana. 2011. Survei geofisika terpadu banda baru, maluku tengah, provinsi
Maluku.

Pusat Sumber Daya Geologi : BandungTriono, Untung dan Mulyana. 2011.


Penyelidikan Batu Bara Di Daerah Mangole Dan Sekitarnya Kabupaten
Kepulauan Sula,Maluku Utara.
Filename: tugas ku men
Directory: C:\Users\User\Documents
Template:
C:\Users\User\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dot
m
Title:
Subject:
Author: User
Keywords:
Comments:
Creation Date: 31-12-2014 0:03:00
Change Number: 2
Last Saved On: 31-12-2014 0:03:00
Last Saved By: User
Total Editing Time: 2 Minutes
Last Printed On: 03-03-2015 22:24:00
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 7
Number of Words: 2.146
Number of Characters: 13.610

Anda mungkin juga menyukai