Anda di halaman 1dari 16

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

(Metodologi Penelitian)
Oleh
Niswah Qurrota Ayuni (16709251023)
Nilza Humaira Salsabila (16709251026)
Asma Khiyarunnisa (16709251036)

Program Strudi Pendidikan Matematika


Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
2016

A. Pendahuluan
Djaali (2000: 9) menyatakan bahwa secara umum yang dimaksud dengan instrumen
adalah suatu alat yang karena memenuhi persyaratan akademis maka dapat dipergunakan
sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu
variabel.
Nurkancana (1992: 141) menyatakan bahwa suatu alat pengukur dapat dikatakan
alat pengukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak
diukur secara tepat. Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data
atau temuan.

1. Definisi Validitas
Menurut Messick (1989) validitas merupakan penilaian menyeluruh dimana bukti
empiris dan logika teori mendukung pengambilan keputusan serta tindakan berdasarkan
skor tes atau model-model penilaian yang lain. Menurut Sugiyono (2007; 363) validitas
merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data
yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang
tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud lakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan
instrumen yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan
dengan tujuan pengukuran.
2. Definisi Reliabilitas
Menurut Mehrens & Lehmann (1973) dalam Retnawati (2016) reliabilitas
merupakan derajat kekonsistensian di antara dua skor hasil pengukuran pada objek yang
sama, meskipun menggunakan alat pengukur yang berbeda dan skala yang berbeda.
Menurut Azwar (1997) konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap
konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang
sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk
pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu
memberikan hasil yang berbeda-beda.

3. Perbedaan Validitas dan Reliabilitas pada Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif


Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel, yang
diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitian, sedangkan dalam
penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya. Oleh karena itu, kuantitatif lebih
menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih pada aspek
validitas.

B. Penelitian Kuantitatif
1. Validitas
Terdapat tiga tipe validitas dalam instrumen, yaitu (1) validitas isi, (2) validitas
konstruk dan (3) validitas kriteria (Nunnally, 1978, Allen & Yen, 1979, Fernandes,
1984, Woolfolk & McCane, 1984, Kerlinger, 1986, dan Lawrence, 1994 dalam
Retnawati, 2016: 16):
a) Validitas Isi
Validitas isi suatu instrumen adalah sejauhmana butir-butir dalam instrumen itu
mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak
diukur dan sejauh mana butir-butir itu mencerminkan ciri perilaku yang hendak
diukur (Nunnally, 1978; Fernandes, 1984).
Langkah-langkah untuk membuktikan validitas isi
1) Memberikan kisi-kisi dan butir instrumen, berikut rubrik penskorannya jika ada
kepada beberapa ahli yang sesuai dengan bidang yang diteliti untuk mohon
masukan. Banyaknya ahli yang dimohon untuk memberi masukan paling tidak
3 orang ahli dengan kepakaran yang relevan dengan bidang yang diteliti.
2) Masukan yang diharapakan dari ahli berupa kesesuaian komponen instrumen
dengan indikator, indikator dengan butir, benarnya substansi butir, kejelasan
kalimat dalam butir, jika merupakan tes, maka pertanyaan harus ada
jawabannya/kuncinya, kalimat-kalimat tidak membingungkan, format tulisan,
simbol, dan gambar yang cukup jelas. Proses ini sering disebut telaah kualitatif
yang meliputi aspek substansi, bahasa, dan budaya.
3) Berdasarkan masukan ahli tersebut, kisi-kisi dan atau instrumen kemudian
diperbaiki.
4) Meminta ahli untuk menilai validitas butir, berupa kesesuaian antara butir
dengan indikator. Penilaian ini dapat dilakukan misalnya dengan skala Likert
(Skor1: Tidak Valid, Skor 2= kurang valid, Skor 3= cukup valid, skor 4= valid,
skor 5 = sangat valid). Dapat pula penskoran dengan melihat relevansi butir
dengan indicator (Skor1: Tidak Relevan, Skor 2= kurang relevan, Skor 3=
cukup relevan, skor 4= relevan, skor 5 = sangat relevan).
5) Menghitung indeks kesepakatan ahli (rater agreement) dengan indeks Aiken V
atau indeks Gregory, yang merupakan indeks untuk menunjukkan kesepakatan
hasil penilaian para ahli tentang validitas, baik untuk butir maupun untuk
perangkatnya.

Membuktikan Validitas Isi Instrumen


Setelah memberikan kisi-kisi dan butir instrumen, serta rubrik penskorannya
kepada para ahli, peneliti juga memberikan format penilaian ahli untuk mengetahui
kesesuaian butir dengan indikator.
Contoh :

Setelah itu peneliti mengumpulkan hasil penilaian dari para ahli tersebut:
Dengan menggunakan Indeks Validasi Aiken
Indeks Aiken merupakan indeks kesepakatan para ahli terhadap kesesuaian
butir (atau sesuai tidaknya butir) dengan indikator yang ingin diukur menggunakan
butir tersebut. Indeks V ini nilainya berkisar diantara 0-1.
Dari hasil perhitungan indeks V, suatu butir atau perangkat dapat
dikategorikan berdasarkan indeknya. Jika indeksnya kurang atau sama dengan 0,4
dikatakan validitasnya kurang, 0,4-0,8 dikatakan validitasnya sedang, dan jika lebih
besar dari 0,8 dikatakan sangat valid.

Selanjutnya hasil tersebut diinterpretasikan. Jika indeks kepakatan tersebut


kurang dari 0,4 maka dikatakan validitasnya rendah, diantara 0,4-0,8 dikatakan
validitasnya sedang (mediocare) dan jika lebih dari 0,8 dikatakan tinggi.
Sehingga dari tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa butir 1,2,3,4 dan 5
memiliki validitas sedang. Dan secara keseluruhan semua butir memiliki validitas
sedang.

Dengan menggunakan Indeks Validasi Gregory


Indeks ini juga berkisar diantara 0-1. Dengan membuat tabel kontingensi
pada dua ahli, dengan kategori pertama tidak relevan dan kurang relevan menjadi
kategori relevansi lemah, dan kategori kedua untuk yang cukup relevan dan sangat
relevan yang dibuat kategori baru relevansi kuat. Indeks kesepakatan ahli untuk
validitas isi merupakan perbandingan banyaknya butir dari kedua ahli dengan
kategori relevansi kuat dengan keseluruhan butir.
Dari hasil penilaian para ahli pada tabel 3., kemudian skor tersebut
dikategorikan ulang. Kategori pertama: tidak relevan (skor 1) dan kurang relevan
(skor 2) diketagorikan ulang mejadi kategori relevansi lemah, dan kategori kedua:
cukup relevan (skor 3) dan sangat relevan (skor 4) dikategorikan ulang menjadi
kategori relevansi kuat. Contohnya pada tabel berikut:

Setelah itu, peneliti membuat tabel kontingensi ketiga ahli pada relevansi
lemah dan kuat.

Koefisien validitas isi dihitung dengan formula:

Selanjutnya hasil tersebut diinterpretasikan, Jika indeks kesepakatan


tersebut kurang dari 0,4 maka dikatakan validitasnya rendah, diantara 0,4-0,8
dikatakan validitasnya sedang (mediocare) dan jika lebih dari 0,8 dikatakan tinggi.
Pada kasus ini karena koefisien validitas isinya 0,6, maka dikatakan validitasnya
sedang.

b) Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana
instrumen mengungkap suatu kemampuan atau konstruk teoretis tertentu yang
hendak diukurnya (Nunnally, 1978, Fernandes, 1984). Prosedur validasi konstruk
diawali dari suatu identifikasi dan batasan mengenai variabel yang hendak diukur
dan dinyatakan dalam bentuk konstruk logis berdasarkan teori mengenai variabel
tersebut. Proses pembuktiannya dapat dilakukan dengan membuktikan bahwa
konstruk instrumen memang ada (exists) dan kemudian dibuktikan hasil
pengukurannya secara empiris.
Jadi validitas konstruk merupakan salah satu tipe validitas internal rasional
suatu instrumen yang menunjukkan sejauh mana instrumen tersebut mengungkap
suatu trait atau konstruk teoretik yang hendak diukurnya. Dalam hal ini konstruk
merupakan kerangka dari suatu konsep. Pengertian konstruk ini bersifat terpendam
dan abstrak sehingga berkaitan dengan banyak indikator perilaku empiris yang
menuntut adanya uji analisis seperti analisis faktor.

Hal-hal yang harus dipenuhi untuk melakukan analisis faktor


1) Variabel dependennya harus berupa data kuantitatif pada tingkat pengukuran
interval atau ratio karena data kategori tidak dapat dilakukan analisis faktor, dan
(2)
2) Data harus berdistribusi normal bivariat untuk tiap pasangan variabel dan
pengamatan harus saling bebas. Selain itu analisis faktor menghendaki bahwa
matrik data harus memiliki korelasi yang cukup agar dapat dilakukan analisis
faktor. Jika berdasarkan data visual tidak ada nilai korelasi diatas 0,30 maka
analisis faktor tidak dapat dilakukan. Cara lain menentukan dapat tidaknya
dilakukan analisis faktor adalah dengan melihat matriks korelasi secara
keseluruhan. Untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel digunakan
uji Barlett test of sphericity. Jika hasilnya signifikan berarti matriks korelasi
memiliki korelasi signifikan dengan sejumlah variabel. Uji lain yang dapat
digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya analisi
faktor dilakukan adalah Measure of Sampling Adequacy (MSA). Nilai MSA ini
bervariasi antara 0 sampai 1, jika nilai MSA < 0,50 maka analisis faktor tidak
dapat dilakukan.
Adapun terkait dengan ukuran sampel, menurut Gable (1986), ukuran
sampel atau banyaknya responden adalah 5 sampai 10 kali jumlah item, misalnya
dalam satu angket dimuat 15 butir, maka banyaknya responden yang harus mengisi
kuesioner antara 75 orang sampai dengan 150 orang.

Langkah-langkah melakukan uji validitas konstruk dengan


menggunakan analisis faktor
Adapun langkah-langkah melakukan uji validitas konstruk dengan
menggunakan analisis faktor antara lain sebagaimana dikemukakan De Vaus
(1991) yakni:
1) Memilih variabel yang akan dianalisis, Pemilihan variabel yang akan dianalisis
berkaitan dengan variabel mana yang akan dilibatkan untuk analisis.
2) Ekstraksi awal seperangkat faktor,
Ekstraksi awal merupakan metode dalam analisis faktor untuk mereduksi data
dari beberapa variabel menjadi beberapa faktor yang lebih sedikit. Untuk
melakukan ekstraksi awal ini ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan,
namun yang paling sering digunakan adalah:
a) Pendekatan eksploratori (exploratory factor analysis) atau EFA melalui
metode Principal Component Analysis atau analisis komponen utama,
merupakan suatu metode ekstraksi faktor yang digunakan untuk
membentuk kombinasi linier yang tidak berhubungan dari variabel
observasi. Urutan komponen menjelaskan bahwa semakin kecil porsi
varian dan tidak ada korelasi satu dengan lainnya.
b) Pendekatan konfirmatori (confirmatory factor analysis) atau CFA melalui
metode analisis Maximum Likelihood (ML) atau metode kemungkinan
maksimum, merupakan metode ekstraksi faktor yang menghasilkan
estimasi parameter yang paling mungkin untuk menghasilkan matriks
korelasi observasi jika sampel berasal dari distribusi normal multivariate.
3) Ekstraksi akhir seperangkat faktor dengan rotasi, Rotasi merupakan metode
yang digunakan dalam analisis faktor untuk mereduksi data dari beberapa
variabel menjadi beberapa faktor yang lebih sedikit jika menggunakan metode
ekstraksi masih belum dapat diperoleh komponen faktor secara jelas. Beberapa
metode pada ekstraksi antara lain: varimax methode, quartimax methode dan
equamax method.
4) Menyusun skala untuk digunakan analisis lanjut.

Prosedur menggunakan program SPSS for windows untuk melakukan


analisis faktor
a) Bukalah file yang akan dianalisis,
b) Dari menu utama SPSS pilih Analyze, kemudian submenu Data Reduction,
lalu pilih Factor,
c) Pada kotak Variables isikan variabel yang akan dianalisis,
d) Pilih Descriptives dan aktifkan semua pilihan yang ada khususnya KMO
and Barletts test of sphericity, kemudian pilih Continue,
e) pilih Rotation dan aktifkan pilihan Varimax, lalu pilih Continue dan
abaikan pilihan lainnya, lalu tekan Continue, dan
f) Tekan Ok.

Penggunaan Varimax dalam pilihan Rotation lebih disarankan karena menurut


Hair (1998) dalam Imam Ghozali (2001) metode Varimax terbukti sangat
berhasil sebagai pendekatan analitik untuk mendapatkan rotasi orthogonal
yakni rotasi dengan sudut 90 derajad pada suatu faktor.
c) Validitas Kriteria
Validitas kriteria dibuktikan dengan melihat kebermanfaatan dari interpretasi
skor hasil pengukuran (usefulness). Validitas kriteria diketahui dengan
mengestimasi korelasi skor tes peserta dengan skor kriteria. Korelasi ini disebut
dengan koefisien validitas, yang menyatakan derajat hubungan antara prediktor
dengan kriteria. Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh skor kriterianya,
prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas

1) Validitas Konkuren : Jika kriteria yang telah ada saat skor penilaian
diperoleh atau rentang waktu perolehan kedua data tidak terlalu lama.
2) Validitas Prediktif : Jika kriteria keberhasilan ditunggu beberapa lama,
misalnya kurun waktu tertentu.

Validitas kriteria dapat memprediksikan suatu skor kemampuan ke skor kriteria


dalam rangka memprediksikan kemampuan atau performen peserta tes.
Prediksi ini dilakukan melalui persamaan regresi.
Langkah-langkah validitas kriteria:

1) Menyiapkan kriteria yang mengukur konstruk yang bersesuaian.


2) Sampel diminta mengerjakan tes/instrumen yang akan dibuktikan
validitasnya juga tes yang menjadi kriteria.
3) Menghitung koefisien korelasi antara skor instrumen yang akan dibuktikan
validitasnya dengan instrumen kriteria dengan rumus.

2. Reliabilitas
Dalam Retnawati (2016: 86-92) proses penghitungan reliabilitas disebut dengan
setimasi. Berikut akan dibahas tiga estimasi reliabilitas instrumen kuantitatif, yaitu (1)
Konsistensi Eksternal, (2) Konsistensi Internal, (3) Reliabilitas Komposit. Estimasi
konsistensi eksternal terdiri dari tes ulang, paralel, dan gabungan dari keduanya.
Estimasi konsistensi internal terdiri dari metode belah dua. Dan reliabilitas komposit
terdiri dari alpha cronbanch, KR-20, dan KR-21.
a) Metode Tes Ulang (Test-Restest-Method)
Pengukuran dengan metode tes ulang perlu dilakukan dua kali, pengukuran
pertama dan pengukuran kedua atau ulanganya. Kedua pengukuran ini dapat
dilakukan oleh orang yang sama atau berbeda, namun pada proses pengukuran
yang kedua, keadaan yang diukur itu harus benar-benar berada pada kondisi
yang sama dengan pengukuran pertama. Selanjutnya hasil pengukuran yang
pertama dan yang kedua dikorelasikan dan hasilnya menunjukkan reliabilitas
skor perangkat pengukuran. Jika jarak pengukuran terlalu jauh, korelasi kedua
skor akan menjadi semakin rendah. Semakin lama interval pelaksanaan
pengukuran kedua instrumen, akan semakin rendah koefisien reliabilitasnya.
Untuk mengatasi hal ini, jarak kedua pengukuran sebaiknya tidak terlalu jauh,
misalnya tidak sampai satu bulan. Berikut adalah rumusnya.

Ket:
ri : koefisien reliabilitas skor instrumen
X : skor pengukuran pertama
Y : skor pengukuran kedua

b) Metode Bentuk Paralel (Equivalent)


Pada metode ini diperlukan dua instrumen yang dikatakan paralel untuk
mengestimasi koefisien reliabilitas. Dua buah tes dikatakan paralel atau
equivalent adalah dua buah instrumen yang mempunyai kesamaan tujuan dalam
pengukuran, tingkat kesukaran dan susunan juga sama, namun butir-butir
soalnya berbeda, atau dikenal dengan istilah alternateforms method atau
parallel forms.
c) Metode gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen
yang equivalent beberapa kali kepada responden yang sama. Metode ini
merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan
dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu, dikorelasikan pada
pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang (Sugiyono, 2014:
184).
d) Metode Belah Dua (Split Half Method)
Pada metode belah dua ini, dalam satu instrumen dikerjakan satu kali oleh
sejumlah subjek (sample) suatu penelitian. Butir-butir pada perangkat dibagi
menjadi dua. Pembagian dapat menggunakan nomor ganjil-genap pada
instrumen, atau separuh pertama maupun separuh kedua, maupun membelah
dengan menggunakan nomor acak atau tanpa pola tertentu. Skor responden
merespons setengah perangkat bagian yang pertama dikorelasikan dengan skor
setengah perangkat pada bagian yang kedua.
Ada beberapa formula untuk mengestimasi reliabilitas dengan metode belah
dua, antara lain rumus Spearman-Brown, rumus Flanagan, dan rumus Rulon.
Berikut adalah rumus Spearman-Brown.
Ket:
ri : koefisien reliabilitas skor instrumen
rb : korelasi antara dua belahan instrumen
N : banyaknya responden
X : belahan pertama
Y : belahan kedua

e) Reliabilitas Komposit
Reliabilitas komposit untuk mengestimasi reliabilitas instrumen yang terdiri
dari banyak butir. Dimana butir-butir ini merupakan butir yang berbeda-beda
namun membangun suatu konstruk yang sama. Komposit yang dimaksudkan
yaitu skor akhir gabungan dari skor butirbutir penyusun instrumen. Ada 3
formula yang dapat digunakan untuk mengestimasi reliabilitas dengan cara ini,
yaitu dengan menghitung koefisien dari Cronbach, koefisien KR-20, dan
koefisien KR-21.
1) Rumus Alpha Cronbach
Digunakan untuk mengestimasi reliabilitas instrumen dengan penskoran 1
dan 0, skala politomus (misalnya angket dengan skala Likert 1-2-3-4-5),
atau soal uraian. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.

2) Rumus Kuder-Richardson (KR)


Ada dua jenis KR yaitu KR-20 dan KR-21. KR-20 digunakan untuk analisis
butir dikotomi, intrumen dengan penskoran 1-0, benar-salah, ya-tidak, dan
lain-lain. Rumus KR-20 sebagai berikut.
Ket:
rii : koefisien reliabilitas skor instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan
si2 : varians skor total
pi : proporsi subjek yang menjawab betul (skor 1) pada suatu butir,
rumusnya

Sedangkan KR-21 digunakan untuk instrumen dengan penskoran 1 dan 0,


skala politomus (misalnya angket dengan skala Likert 1-2-3-4-5), atau soal
uraian.
Rumus KR-21 sebagai berikut.

f) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Reliabilitas (Retnawati, 2016: 99-100)


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reliabilitas. Faktor secara langsung
maupun tidak langsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara langsung,
yaitu:
1) Waktu penyelenggaraan pengumpulan data pertama dan kedua. Faktor ini
terjadi saat menggunakan metode tes-retes. Interval waktu penyelenggaraan
yang terlalu dekat atau terlalu jauh, akan mempengaruhi koefisien
reliabilitas.
2) Panjang instrumen, semakin panjang suatu instrumen pengumpul data,
semakin banyak butir yang termuat di dalamnya. Hal ini akan memberikan
dampak hasil pengumpulan data akan semakin mendekati keadaan yang
sebenarnya, yang akan mempertinggi koefisien reliabilitas.
3) Penyebaran skor perolehan responden. Koefisien reliabilitas secara
langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran skor (variansi) dalam kelompok
responden yang diukur. Semakin tinggi varians skor hasil pengukuran,
semakin tinggi estimasi koefisien reliabilitas.
4) Tingkat kesulitan butir instrumen. Butir yang terlalu mudah dan butir terlalu
sulit tidak memberikan tambahan variansi sebaran skor hasil pengukuran,
sehingga akan mempengaruhi reliabilitas.
5) Objektivitas penskoran. Objektivitas penskoran terhadap respons responden
terhadap instrumen akan mempengaruhi reliabilitas. Semakin objektif
penskoran suatu instrumen, maka skor perolehannya akan menjadi semakin
reliabel.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung, yaitu:

1) Panjang tes dan kualitas butir-butir instrumen. Instrumen yang terdiri dari
banyak butir, tentu lebih reliabel dibandingkan dengan instrumen yang
hanya terdiri dari beberapa butir.
2) Kondisi penyelenggaraan pengumpulan data atau administrasi.
I. Sebagai contoh pada pelaksanaan tes, petunjuk yang diberikan sebelum
tes dimulai dan petunjuk ini disajikan dengan jelas, penyelenggaraan
tes akan berjalan lancar dan tidak akan banyak terdapat pertanyaan atau
komentar dari responden. Hal ini akan menjamin pelaksanaan tes yang
tertib dan tenang sehingga skor yang diperoleh lebih reliabel.
II. Pengawas yang tertib akan mempengaruhi skor hasil perolehan
responden. Pengawasan yang terlalu ketat ketika pengumpulan data
menyebabkan responden merasa kurang nyaman atau merasa takut dan
tidak dapat dengan leluasa dalam merespon instrumen, namun jika
pengawasan kurang, maka peserta akan bekerjasama sehingga hasil
pengumpulan data kurang dapat dipercaya.
III. Suasana lingkungan dan tempat pengumpulan data (tempat duduk yang
tidak teratur, suasana disekelilingnya gaduh atau tidak tenang, dan
sebagainya) akan mempengaruhi reliabilitas. Sebagai contoh pada
pelaksanaan tes, suasana yang panas dan dekat sumber kegaduhan akan
mempengaruhi hasil tes.
C. Validitas Dan Reliabilitas Kualitatif
Peneltian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian keabsahan data
hasil penelitian. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena
beberapa hal, yaitu antara lain (Bungin, 2007):\
1) Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif.
2) Alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun bentuknya)
mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka apalagi tanpa kontrol
(dalam observasi partisipasi)
3) Sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil akurasi
penelitian.

Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif sangat berbeda dengan reliabilitas dalam
penelitian kualitatif. Hal ini terjadi karena perbedaan melihat paradigma dalam melihat
realitas. Menurut kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk, dinamis/selalu berubah,
sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula. Dengan demikian dalam
penelitian kualitatif tidak ada suatu data yang tetap/konsisten/stabil.

Keabsahan data hasil penelitian kualitatif dinilai berdasarkan empat kriteria, dapat dilihat
pada tabel berikut:

1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan cara (1) perpanjangan
pengamatan, (2) peningkatan ketekunan dalam penelitian, (3) triangulasi, (4)diskusi
dengan teman sejawat, (5) analisis kasus negatif, dan (6)member check (Sugiyono,
2014: 368).
a) Perpanjangan pengamatan
Dengan melakukan perpanjangan pengamatan, peneliti kembali ke lapangan untuk
pengamatan/observasi kembali dengan narasumber, mengecek kembali hasil data.
Hubungan peneliti dengan narasumber juga akan semakin terbentuk, semakin
akrab, semakin terbuka, sehingga dapat diperoleh informasi lengkap yang pasti
kebenarannya. Bila selama perpanjangan pengamatan data yang diperoleh sudah
benar dan tidak berubah, maka data tersebut kredibel. Waktu perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri.
b) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan dengan peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap
data yang diperoleh benar atau tidak. Selain itu peneliti dapat memberikan deskripsi
data yang akurat dan sistematis terhadap apa yang diamati. Membaca berbagai
refrensi buku, hasil penelitian, atau dokumentasi terkait dengan temuan yang
diteliti. Hal itu akan menambah wawasan peneliti untuk memeriksa apakah data
yang ditemukan itu bisa dipercay ataau tidak.
c) Triangulasi
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh
melalui bebrapa sumber.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda.
3) Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengecek melalui wawancara,
observasi, atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda. Bila data yang
dihasilkan berbeda makan dilakukan pengulangan sampai data yang dihasilkan
pasti dan tidak berubah.
d) Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penlitian
hingga pada saat tertentu. Dengan melakukan analisis kasus negatif berarti penelit
mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Apabila semua data telah sama dan tidak bertentangan maka data yang
ditemukan sudah dapat dipercaya atau kredibel.
e) Menggunakan Bahan Referensi
Peneliti menggunakan bahan pendukung untuk membuktikan data yang telah
ditemukan oleh peneliti. Misalnya data hasil wawancara didukung dengan adanya
rekaman wawancara, dan lain-lain.
f) Mengadakan Member Check
Member Check dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh
sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data hasil temuan
peneliti disepakati oleh narasumber maka data tersebut kredibel. Tujuan member
check adalah agar dat ayang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan
sesuai dengan apa yang dimaksud narasumber.
2. Pengujian Transferability
Transferability berhubungan dengan hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan
atau digunakan dalam situasi lain. Menurut Patton (dalam Afiyanti, 2008) Generalisasi
hanya dapat dicapai bila obyek studi dapat dilepaskan sepenuhnya dari pengaruh
konteks penelitian, suatu hal yang nyaris mustahil dilakukan dalam penelitian
kualitatif. Tranferabilitas dalam penelitian kualitatfi tidak dinilai sendiri oleh
penelitinya melainkan oleh para pembaca hasil penelitian tersebut. Jika pembaca
memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang laporan penelitian (konteks
dan foku penelitian), hasil penelitian itu dapat dikatakan memiliki transferabilitas yang
tinggi (Bungin, 2003; Morse, Barrett, Mayan, Olson & Spiers, 2002).
3. Pengujian Dependability
Istilah reliabilitas dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah dependabilitas.
Tingkat dependabilitas yang tinggi pada penelitian kualitatif dapat diperoleh dengan
melakukan suatu analisis data yang terstruktur dan berupaya untuk
menginterpretasikan hasil penelitian dengan baik sehingga peneliti lain akan dapat
membuat kesimpulan yang sama dalam menggunakan perspekif, data mentah, dan
dokumen analisis penelitian yang sedang dilakukan (Sterubert & Carpenter, 2003).
Brink (1991) menyatakan ada tiga jenis uji atau tes yang dapat dilakukan untuk menilai
reliabilitas atau dependabilitas data penelitian kualitatif, yaitu:
a) Stabilitas
Stabilitas dapat dinilai atau diuji ketika menanyakan berbagai pertanyaan yang
identik dari seorang partisipan pada waktu yang berbeda menghasilkan jawaban
yang sama.
b) Konsistensi
Konsistensi dapat dinilai jika interview script yang digunakan peneliti dapat
menghasilkan suatu jawaban partisipan yang terintegrasi dan sesuai dengan
pertanyaan atau topik yang diberikan.
c) Ekuivalensi
Ekuivalensi dapat diuji dengan penggunaan bentuk-bentuk pertanyaan alternatif
yang memiliki kesaman arti dalam satu wawancara tunggal dapat menghasilkan
data yang sama atau dengan menilai kesepakatan hasil observasi dari dua orang
peneliti.
4. Pengujian Konfirmability
Streubert dan Carpenter (2003) menjelaskan bahwa konfirmabilitas merupakan suatu
proses pemeriksaan kriteria, yaitu cara atau langkah peneliti melakukan konfirmasi
hasil-hasil temuannya. Pada umumnya, cara yang banyak dilakukan peneliti untuk
mengkonfirmasi penelitiannya adalah dengan merefleksikan hasil-hasil penelitiannya
pada jurnal terkait, peer teaching, konsultasi dengan peneliti ahli, atau melakukan
konfirmasi data atau informasi dengan cara mempresentasikan hasil penelitiannya pada
suatu konferensi untuk memperoleh berbagai masukan untuk kesempurnaan hasil
penelitiannya.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Brink, P. (1991). Issues of Reliability and Validity. In Morse, J (ed). Qualitative nursing
research: A Contemporary Dialogue, London: Sage, pp. 164-186.
Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Guba, E.G. & Lincoln, Y.S. (1989). Fourth Generation Evaluation. Newbury Park:
Sage Publications.
Mose, J.M. Barrett, M., Mayan, M., Olson, K. & Spiers, J. (2002). Verification
Strategies for Establishing Reliability and Validity in Qualitative Research.
Internationl Journal of Qualitative Methods, 1(2), 1-19.
Retnawati, Heri. (2016). Anilisis Kuantitatif Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Parama
Publishing.
Streubert, H.J. & Carpenter, D.R. (2003). Qualitative Research in Nursing: Advancing
the Humanistic Imperative. 3th (eds). Philadelphia: Lippincott, PA.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Patton, M.Q. (1990). Qualitative Evaluation and Research Methods. Newbury Park:
Sage Publications.

Anda mungkin juga menyukai