Anda di halaman 1dari 45

Sistem Penjajaran Berkas Rekam Medis

Minggu, Januari 15th, 2017 - Rekam Medis


Sistem Penjajaran Berkas Rekam Medis merupakan sistem pengelolaan Rekam Medis dalam suatu
sederetan seri huruf atau angka yang khusus agar rujukan dan pengambilan kembali /retrieve menjadi
lebih mudah dan cepat.
Ada 3 cara Sistem Penjajaran Berkas Rekam Medis :
ALFABETIK
ALFANUMERIK
NUMERIK / PENOMORAN :

1. Sistem nomor langsung / straight numerical filing


2. Sistem angka akhir / terminal digit filing
3. Sistem angka tengah/ middle digit filing

1. Straight Numerical Filing


Sistem Penjajaran Berdasarkan Nomor Langsung (Straight Numerical Filing)
Sistem penjajaran nomor langsung yaitu suatu sistem filling dokumen rekam medis dengan
mensejajarkan berkas dokumen rekam medis berdasarkan urutan langsung nomor rekam medisnya
pada rak penyimpanan.

123456 disimpan sesuai urutan nomor Rekam Medis

Keuntungan :

Sangat mudah dalam pengambilan sejumlah No. Rekam Medis dengan nomor yang berurutan
pada saat diambil
Petugas mudah mengerti dan melaksanakannya

Kelemahan :

Perlu konsentrasi petugas yang sangat tinggi, karena harus memperhatikan seluruh angka dari
No Rekam Medis untuk menghindari tertukarnya angka-angka. Contoh 123456 124356
Kesibukan tidak merata. Daerah sibuk yaitu daerah dengan no Rekam Medis baru sulit
membagi tugas
Pengawasan kerapian sulit dilakukan

Contoh :
466015 466199 479997
466016 466200 479998
466017 466201 479999
466018 466202 480000
466019 466203 480001
466020 466204 480002
466021 466205 480003
2. Middle Digit Filing
Sistem penjajaran dengan sistem angka tengah atau Middle Digit Filing ialah sebuah sistem
filling dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder dokumen rekam medis berdasarkan urutan
nomor rekam medis pada 2 angka kelompok tengah. Kelebihan dan kekurangan sistem ini sama
dengan TDF namun yang membedakan adalah angka yang terletak di tengah-tengah menjadi angka
pertama, pasangan angka yang terletak paling kiri menjadi angka kedua, dan angka yang paling kanan
menjadi yang ketiga.

48 65 01
II I III
Keuntungan :

Memudahkan pengambilan 100 RM yang nomornya berurutan


Penyebaran nomor merata
Pembagian tugas mudah

Kelemahan :

Perlu waktu melatih petugas


Tidak dapat digunakan dengan baik bila nomor RM lebih dari 6 angka

Contoh :
45 60 11 46 65 96 99 61 97
45 60 12 46 65 97 99 61 98
45 60 13 46 65 98 99 61 99
45 60 14 46 65 99 00 62 00
45 60 15 47 65 00 00 62 01
45 60 16 47 65 01 00 62 02
45 60 17 47 65 02 00 62 03
3. Terminal Digit Filing
Sistem penjajaran dengan sistem angka akhir yaitu suatu sistem penyimpanan dokumen rekam medis
dengan mensejajarkanfolder/dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada 2
angka kelompok akhir.
20 15 80
III II I
Keuntungan :

RM akan tersebar di 100 seksi


Bila ada RM baru akan menambah file dijajaran seksi primer yang sama
Pekerjaan penyimpanan atau pengambilan dapat dibagi secara merata
Misfile (salah simpan) dapat dicegah,karena petugas hanya memperhatikan 2 angka akhir saja
dalam menuju lokasi kelompok angka akhir

Kelemahan :

Perlu waktu dalam melatih petugas

Contoh :
56 60 25 97 05 75 98 99 80
57 60 25 98 05 75 99 99 80
58 60 25 99 05 75 00 00 81
59 60 25 00 06 75 01 00 81
60 60 25 01 06 75 02 00 81
61 60 25 02 06 75 03 00 81
62 60 25 03 06 75 04 00 81
Itulah tadi Sistem Penjajaran Berkas Rekam Medis. Semoga bermanfaat!
/////////////

Desain Tata Letak Unit Rekam Medis

Just sharing guys, semoga bermanfaat :)

Mengenai Tata Letak bagian Unit Rekam Medis, kebetulan di semester 5 ini aku baru dapet mata
ajaran tentang tata letak unit RM. Dari mata kuliah itu, setiap siswa mendapatkan tugas perkelompok
untuk membuat desain tata letak UKRM (Unit Kerja Rekam Medis). Kebetulan tugas dari dosen untuk
kelompok kami yaitu mendesain tata letak UKRM dengan 3 lantai, dimana :

1. Lantai pertama yaitu bagian Pendaftaran dan Poliklinik


2. Lantai kedua yaitu bagian Pengolahan (assembling, koding, indeks, analisis dan pelaporan)
3. Lantai ketiga yaitu bagian Ruang Penyimpanan Rekam Medis

Dari keterangan tersebut, hasil desain yang udah aku buat :

1. Lantai 1

Dari desain diatas, mulai dari pintu masuk terdapat bagian informasi pada sebelah kanan dan bagian
farmasi, kasir, tempat pendaftaran rawat jalan, tempat pendaftaran rawat inap pada bagian sebelah kiri.
Serta beberapa klinik termasuk IGD. Terdapat juga lift dan tangga untuk menuju ke lantai selanjutnya.

2. Lantai 2

Di lantai ini adalah tempat terdapatnya kegiatan pengolahan rekam medis. Mulai dari kegiatan
penataan rekam medis (assembling), kode penyakit (koding), indeks penyakit (indeks), analisis dan
pelaporan. Pada desain di atas juga membuat ruang untuk Ka. Bagian RM / Direktur RM.

3. Lantai 3
Desain di atas merupakan gambar dari ruang penyimpanan RM. Dimana terdapat beberapa rak
penyimpanan RM yang sudah menggunakan Roll O'pack.

Demikianlah desain tata letak unit rekam medis hasil pemikiran aku dan teman-teman. Semoga
bermanfaat informasi ini bagi teman-teman yang lainnya :)

////////////////

Skip to content

Home
Hallooooowwww ??

Temanku Yang Sempurna


percayalah hidup layak dijalani dan keyakinanmu akan
membantu mewujudkannya

SISTEM TATA UDARA DI REKAM MEDIS


Posted on May 30, 2013 by ndolith Standard

SISTEM TATA UDARA DI REKAM MEDIS


Istilah Tata Udara (Air Conditioning) biasanya dihubungkan dengan penyejukan dan pengurangan
kelembaban dalam udara tertutup untuk kenyaman termal. Pengertian yang lebih luas, istilah Tata
Udara ini dapat dinyatakan dalam bentuk pendinginan, pemanasan, ventilasi dan penyegaran yang
merubah udara kedalam kondisi ini. Pendingin udara (AC atau A/C di Amerika Utara, Aircon di
Inggris dan Australia) adalah suatu perangkat, sistem atau mekanisme yang dirancang untuk menarik
panas dari suatu ruangan, menggunakan siklus refrigerasi, tetapi kadang kadang evaporasi, umumnya
untuk kenyamanan dalam gedung atau moda transportasi. Ventilasi secara sederhana dapat diartikan
sebagai perputaran udara secara bebas didalam suatu ruangan.

1. Ventilasi pasif adalah ventilasi yang didapat dari alam, caranya dengan membuat lubang angin
atau jendela pada sisi dinding yang berhadapan serta sejajar dengan arah angin local. Luas
lubang angin atau jendela diusahakan sebanding dengan persyaratan dan dan fasilitas ruang (10
% dari ruang bersangkutan). Bila menggunakan ventilasi pasif seperti ini sebaiknya rak tidak
ditempatkan dekat jendela demi keamanan koleksi dan terhindar dari matahari langsung.
2. Ventilasi aktif adalah ventilasi yang menggunakan system penghawaan buatan yaitu
menggunakan AC karena temperature dan kelembaban ruang perpustakaan yang stabil maka
dapat menjaga keawetan koleksi dan peralatan tertentu seperti koleksi langka, pandang dengar
dan computer (Purwanti 2007: 9).

A. SEJARAH TATA UDARA.


Konsep dari tata udara diketahui telah diterapkan pada Roma jaman dahulu, dimana air dialirkan
melalui tembok-tembok dari rumah-rumah tertentu untuk mendinginkannya. Dengan teknik yang
hampir sama diwilayah Persia telah dilakukan pendinginan gedung pada musim panas dengan
menggunakan bak air terbuka dan luas ditaman (bukan tangki dibawah tanah). Menara angin
mempunyai jendela-jendela untuk menangkap angin dan saluran angin untuk mengarahkan aliran
udara turun kebawah masuk gedung melewati bak air terbuka . Air dibak terbuka ini menguap dan
mendinginkan udara yang masuk kedalam gedung.

Tahun 1820 seorang ilmuwan Inggris dan peneliti yang bernama Michael Faraday, menemukan bahwa
bahan Amoniak, bila ditekan dan dijadikan cair akan mudah menguap dan mendinginkan udara. Tahun
1842, di wilayah Florida Amerika, seorang Dokter bernama Dr. John Gorrie, menggunakan teknologi
kompresor untuk menciptakan es, yang ia gunakan untuk mendinginkan ruangan pasiennya di Rumah
Sakit di Apalachicola, Florida. Dia berharap bahwa mesin pembuat esnya dapat mengatur suhu dari
gedung-gedung. Dia juga mempunyai visi adanya tata udara terpusat yang dapat mendinginkan
keseluruhan kota. Gorrie mendapatkan hak paten pada tahun 1851 untuk mesin pembuat esnya.
Harapan untuk mengembangkan mesin pembuat esnya punah begitu pemberi dananya meninggal dan
ahirnya ia tidak berhasil mendapatkan uang yang dibutuhkannya untuk mengembangkan mesinnya itu.
Menurut penulis biografinya, Vivian M. Sherlock, Dr Gorrie menyalahkan Raja Es, Fredrik Tudor,
atas kegagalannya karena mencurigai bahwa dia telah meluncurkan suatu kampanye jelek terhadap
penemuannya ini. Dalam keadaan putus asa Dr Gorrie meninggal tahun 1855 dan gagasan untuk tata
udara lenyap selama 50 tahun.

Tata udara modern muncul dari kemajuan dalam ilmu kimia pada akhir abad ke 19, dan tata udara
listrik secara besar-besaran pertama-tama ditemukan dan digunakan dalam tahun 1902 oleh Wilis
Haviland Carrier.

Aplikasi tata udara, pertama-tama adalah untuk industri dari pada untuk kenyamanan pribadi. Carrier
merancang untuk mengembangkan pengaturan proses produksi di pabrik percetakan. Penemuannya
bukan saja untuk mengatur suhu, tetapi juga kelembaban udara. Panas dan kelembaban yang rendah
adalah untuk membantu mempertahankan ukuran kertas dan tinta yang digunakan dalam pencetakan
kertas ini. Kemudian teknologi Carrier diterapkan untuk meningkatkan produktivitas ditempat kerja
ini dengan mengkondisikan ruangan kerja. Perusahaan Carrier di Amerika ini terbentuk untuk
memenuhi permintaan yang meningkat dengan tajam. Dan dari waktu kewaktu, tata udara diperluas
dan digunakan untuk kenyamanan rumah dan kendaraan. Penjualan kerumah tangga meningkat dengan
luar biasa pada tahun 1950-an

Tahun 1906, Suart W. Cramer dari Charlotte, Carolina Utara, Amerika Serikat, mencari jalan untuk
menambah kelembaban kepada udara dalam pabrik tekstilnya. Cramer menggunakan pertama
istilah tata udara dan dimuat dalam suatu hak paten pada tahun tersebut yang menyebutkan sebagai
analog mengkondisi air dalam membuat proses membuat tekstil lebih mudah. Dia mengabungkan
kelembaban dengan ventilasi untuk mengkondisikan dan merubah udara di pabrik. Willis Carrier
mengadopsi istilah tersebut dan memasukkannya dalam nama peusahaannya. Penguapan dari air
diudara untuk memperoleh efek pendinginan, dikenal sebagai pendinginan secara penguapan
(evaporative cooling).

Peralatan tata udara dan refrigerasi pertama menggunakan gas beracun dan mudah terbakar, seperti gas
Amoniak, Metil klorida dan propan, yang memungkinkan terjadi kecelakaan yang fatal bila gas
tersebut bocor keluar. Thomas Midgley Jr. Menemukan gas kloroflorokarbon (chlorofluorocarbon)
pertama dikenal dengan nama Freon, pada tahun 1928. Refrigeran ini lebih aman untuk manusia,
tetapi kemudian diketahui bahwa refrigerant tersebut merusak lapisan Ozon dari atmosfir bumi.
Freon adalah nama dagang dari Dupont untuk semua refrigeran Chlorofluorocarbon (CFC),
Hydrogenated CFC (HCFC) atau Hydrofluorocarbon (HFC), setiap nama tersebut termasuk nomor
yang menyatakan komposisi molekularnya (R-11, R-12, R-22, R 134) Refrigeran yang banyak dipakai
untuk memperoleh pendingin nyaman dengan ekspansi langsung adalah suatu gas GCFC dikenal
sebagai R-22. Bagi negara maju refrigeran ini akan dilarang untuk dipergunakan pada peralatan baru
pada tahun 2010 dan R-22 tidak akan diproduksi lagi pada tahun 2020. Untuk negara berkembang
seperti Indonesia akan dilarang total pada tahun 1930. R-11 dan R-12 sudah tidak diproduksi lagi
diseluruh dunia kecuali di India dan negara ini akan segera menghentikannya.
Refrigran lain yang juga dipakai adalah R-410A, dikenal dengan nama dagang Puron. HC atau
HidroCarbon adalah refrigeran dengan Ozon Deplation Potential = 0 Dan Global Warming Potential
yang sangat kecil.

Inovasi dalam teknologi tata udara terus berlanjut, dengan penekanan pada efisiensi energi dan
meningkatkan mutu udara diruangan. Sebagai alternatif terhadap refrogeran pemanasan global tinggi,
maka telah diusulkan pemakaian R-134a untuk kendaraan, R-410a untuk tata udara dan alternatif dari
alam seperti CO2 (R-744).

B. PENERAPAN TATA UDARA

Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu
dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan serta mengatur aliran udara dan kebersihannya.
Sistem tata udara sering disebut dengan Sistem AC (Air Conditioning).

Para insinyur tata udara secara garis besar membagi penerapan tata udara dalam dua golongan utama
yaitu penerapan tata udara dalam kenyamanan dan proses :

1. Penyegaran udara untuk kenyamanan

Penyegarkan udara ruangan untuk memberikan kenyamanan kerja bagi orang yang melakukan
kegiatan tertentu. Dalam teknik penerapan tata udara untuk kenyamanan diharapkan agar dapat
mencapai lingkungan dalam ruangan yang relatif konstan pada suatu lingkup kenyamanan yang
dikehendaki manusia, walaupun kondisi cuaca diluar ruangan atau beban panas didalam ruangan
berubah-ubah.

Dinegara subtropis pelaksanaan paling tinggi untuk orang yang duduk diruangan kantor diharapkan
mencapai 72F (22.2 C) Pelaksanaan paling tinggi untuk orang berdiri atau orang banyak duduk
diruangan diharapkan mencapai suhu yang sedikit lebih rendah. Kenyamanan thermal sangat
mendukung produktivitas pekerja. .Di Indonesia kenyamanan standar ruangan ditetapkan 25 C, hal ini
dinyatakan pemerintah dalam rangka menindak lanjuti Keppres no. 10 tahun 2005 tentang
penghematan energi terutama dalam ruang lingkup pemerintah.

Tata udara untuk kenyamanan ruangan gedung memungkinkan dibuat perencanaan gedung yang tak
terbatas luasnya. Bila tidak ada hal ini, maka gedung harus dibuat ramping supaya ruangan dalam
mendapatkan udara luar yang cukup, melalui ventilasi alami. Tata udara juga memungkinkan gedung
untuk lebih tinggi, karena kecepatan angin meningkat secara tajam seiring dengan ketinggian gedung,
sehingga aplikasi ventilasi alami tidak memungkinkan untuk gedung yang tinggi.

Penerapan tata udara untuk kenyamanan untuk berbagai tipe gedung agak berbeda, dan dapat
dikategorikan seperti dibawah ini :

Perumahan dengan tingkat rendah, termasuk rumah keluarga tersendiri, rumah kopel dan
gedung apartemen kecil (4 tingkat kebawah)
Perumahan dengan tingkat tinggi, seperti tempat tinggal karyawan/mahasiswa dengan susunan
diatas 4 lantai, blok apartemen.
Gedung komersial, yang dibangun untuk usaha komersial, termasuk perkantoran, mal, pasar
swalayan, restoran dan lain sebagainya.
Gedung institusional, termasuk Rumah Sakit, gedung pemerintah, gedung sekolah, dan lain
sebagainya.
Ruangan industri dimana diinginkan kenyamanan pekerja.

Selain gedung, tata udara dapat digunakan untuk kenyamanan berbagai moda transportasi, termasuk
kendaraan darat, kereta api, kapal, pesawat terbang dan pesawat angkasa

2. Penyegaran udara untuk industri / proses

Menyegarkan udara ruangan karena diperlukan oleh proses, bahan, peralatan atau barang yang ada di
dalamnya. Dalam teknik penerapan tata udara untuk proses diharapkan agar dapat mencapai
lingkungan dalam ruangan yang cocok untuk kepentingan proses produksi, walaupun kondisi cuaca
diluar ruangan atau beban panas didalam ruangan dan beban kelembaban berubah-ubah. Walaupun
ruang yang dikondisikan berada dalam lingkup kenyamanan, tetapi adalah kebutuhan dalam proses
yang menentukan kondisi ruangan, bukan yang diinginkan manusia. Penerpan tata udara untuk proses
meliputi :

Ruang operasi rumah sakit, dimana udara disaring pada tingkat yang tinggi untuk mengurangi
risiko infeksi dan pengontrolan terhadap kelembaban untuk membatasi dehidrasi seorang
pasien. Walaupun suhu sering berada dalam lingkup kenyamanan, beberapa prosedur khusus
seperti pembedahan jantung terbuka, menuntut suhu ruangan yang rendah ( sekitar 18 C, 64
F), dan lainnya seperti untuk kelahiran prematur menuntut suhu ruangan relatif tinggi (sekitar
28 C, 82 F).
Ruang bersih untuk produksi sirkuit terintegrasi (integreted circuits), bahan-bahan farmasi, dan
sebagainya, dimana dibutuhkan ruangan dengan kebersihan udara dalam tingkat yang
tinggi serta pengkontrolan dari suhu dan kelembaban yang dipersyaratkan untuk mencapai
keberhasilan dari suatu proses.
Fasilitas untuk hewan bertelur/beranak. Khusus untuk daerah sub tropis kebanyakan hewan
bertelur/beranak pada waktu musim semi. Dengan mengkondisikan udara pada suhu dan
keadaan diwaktu musim semi, maka hewan bertelur/beranak disepanjang tahun.
Tata udara dipesawat terbang. Walaupun tata udara yang dituju adalah kondisi umum untuk
kenyamanan para penumpang dan pendinginan peralatan, tetapi tata udara pesawat terbang
menggunakan suatu proses atau penanganan khusus, sebab tekanan rendah yang ada diluar
pesawat terbang pada waktu penerbangan,
Pusat pengelolaan data.
Pabrik Tekstil.
Fasilitas pemeriksaan medis.
Tempat penyemaian tumbuhan dan pertumbuhan hewan.
Fasilitas nuklir.
Laboratorium kimia dan biologi.
Pertambangan.
Lingkungan industri.
Tempat masak dan prosesnya.

Baik dalam penerapan untuk kenyamanan maupun untuk proses tujuannya bukan saja pengkontrolan
suhu, tetapi juga kelembaban, mutu udara, gerak udara, dan aliran udara dari suatu tempat ketempat
lainnya.

C. DAMPAK KESEHATAN.

Sistem tata udara yang dipelihara dengan tidak baik dapat sewaktu-waktu menumbuhkan dan
menyebarkan mikro-orrganisme, seperti Legionella pneumophila yang merusak kesehatan manusia.
Terbalik, tata udara yang baik, termasuk penyaringan, pengaturan kelembaban, pendinginan,
pencegahan infeksi, dan sebagainya, dapat memberikan suasana yang bersih dan aman diruang operasi
rumah sakit atau lingkungan lainnya, dimana udara tertentu adalah krisis bagi keamanan dan keadaan
seorang pasien.Tata udara akan memberi dampak positif kepada mereka yang menderita alergi dan
asma.

Untuk daerah yang sering mengalami gelombang panas, tata udara dapat menyelamatkan jiwa, di
beberapa negara pemerintah setempat membuat pusat penyegaran untuk kepentingan orang yang tidak
memiliki tata udara dirumahnya.

Sistem tata udara yang beroperasi kurang baik dapat menimbulkan tingkat kebisingan yang dapat
menyebabkan kehilangan pendengaran, kalau hal itu terjadi untuk jangka waktu panjang. Tingkat
kebisingan juga dapat terjadi pada orang yang tinggal dekat dengan jalan raya yang sibuk atau dekat
lapangan terbang, untuk waktu yang lama. Peralatan tata udara yang baik mempunyai tingkat
kebisingan yang rendah.

D. TUJUAN TATA UDARA


Tujuan pengkondisian udara adalah untuk mendapatkan kenyamanan bagi penghuni yang berada
didalam ruangan. Jika seseorang berada di dalam suatu ruangan tertutup untuk jangka waktu yang
lama, maka pada suatu ketika ia akan merasa kurang nyaman, begitu juga jika kita berada pada ruang
terbuka pada siang hari dengan sinar matahari mengenai tubuh kita akan terasa kurang nyaman. Hal ini
diakibatkan dua hal utama yakni temperatur (suhu) dan kelembaban (humidity) udara tersebut tidak
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Kondisi udara yang dirasakan nyaman oleh tubuh manusia
adalah berkisar antara :

Suhu dan kelembaban : 20o C hingga 26o C, 45% hingga 55%


Kecepatan udara : 0.25 m/s

Fungsi dari sistem tata udara / air conditioning adalah:

Mengatur suhu udara


Mengatur sirkulasi udara
Mengatur kelembaban (humidity) udara
Mengatur kebersihan udara

Dengan demikian, secara umum sistem tata udara berfungsi mempertahankan kondisi udara baik suhu
maupun kelembaban agar udara terasa lebih nyaman. Dalam mengatur sistem tata udara ini umumnya
digunakan alat bantu yang berupa AC (Air Condition). Di iklim tropis seperti di Indonesia maka
pentaan udara lebih besar kearah pendingin ruangan. Bila di iklim sun tropism aka penataan ruangan
perlu pendingin ruangan di musim panas, dan penghangat ruangan di musim dingin.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM TATA UDARA

Sebelum merencanakan atau memasang AC, maka perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut
agar AC tersebut bisa berfungsi maksimal dan efisien :

1. Penggunaan atau fungsi ruang

Penggunaan ruang berpengaruh terhadap suhu ruangan karena pada dasarnya manusia yang mengisi
suatu ruangan mengeluarkan kalori yang cukup tinggi. Kamar tidur yang hanya diisi dua orang
berbeda dengan ruang keluarga yang frekwensi keluar masuk penghuninya cukup tinggi. Semakin
banyak pengguna maka semakin besar daya AC yang dibutuhkan.

2. Ukuran Ruangan

Ukuran ruangan menentukan berapa banyak BTU (british thermal unit) atau kecepatan pendinginan.
BTU adalah kecepatan pendinginan untuk ruangan satu meter persegi dengan tinggi standar (umumnya
tiga meter). Semakin besar satu ruangan tentunya akan semakin besar pula BTU yang dibutuhkan.

3. Beban pendinginan

Beban pendinginan berasal dari dalam ruangan (internal heat gain). Misalnya dari jumlah penghuni,
dan penggunaan penerangan, seperti lampu. Beberapa jenis lampu mengeluarkan panas yang tinggi,
yang berarti juga harus memilih AC dengan daya yang lebih tinggi. Selain dari dalam, beban
pendinginan juga berasal dari luar. Seperti cahaya matahari yang mengeluarkan energi panas melalui
dinding, atap atau jendela

4. Banyaknya jendela kaca

Saat ini banyak rumah yang mempunyai jendela kaca atau menggunakan blok kaca (glass block).
Untuk ruangan yang menggunakan kaca sebanyak 70% atau lebih, sebaiknya gunakan kaca film yang
dapat menahan sinar ultraviolet untuk mengurangi beban pendinginan.

5. Penempatan AC
Pemasangan unit indoor perlu memperhatikan arus angin (air flow) dari blower AC. Penentuan arus
angin atau hembusan yang tepat membuat udara yang dikeluarkan lebih merata dan tidak hanya
berkumpul di satu titik. Selain itu, agar arus angin tidak mengenai pengguna secara langsung. Terpaan
angin dingin secara terus menerus dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Usahakan mengarahkan
swing ke bagian atas kepala karena udara yang dikeluarkan AC mempunyai berat jenis yang lebih
berat dari udara. Penempatan kompresor harus diletakkan di tempat dengan sirkulasi udara yang
cukup, ada tempat untuk udara masuk dan udara keluar, dan terlindung dari hujan. Untuk AC ukuran 1
PK, jarak yang aman antara unit indoor dengan kompresor berkisar antara 5-7 meter. Jika memasang
AC lebih dari satu, hindari peletakkan kompresor secara berhadapan dengan kompresor lain.
Sebaiknya letakkan sejajar sehingga sirkulasi udara tidak terganggu.

Ada 3 faktor yang harus diperhatikan dalam memilih AC yaitu:

1. Daya pendinginan AC BTU/h (British Thermal Unit per hour), Satuan dari pendinginan AC
adalah BTU/h ( British Thermal Unit per hour)
2. Daya listrik (watt),
3. Daya Kompresor AC (PK atau HP atau daya kuda).

Istilah PK atau HP atau daya kuda (Paard Kracht/Daya Kuda/Horse Power (HP) pada AC sebenarnya
merupakan satuan daya pada kompresor AC bukan daya pendingin AC. Untuk daya pendingin AC
satuannya BTU/hr.

Rumus yangt dapat digunakan untuk menentuka jumlah AC yang dibutuhkan dalam suatu ruangan
adalah :

Rumus Kebutuhan BTU

Kerangan :

L = Panjang Ruangan (dalam feet, 1 meter = 3,28 feet)

W = Lebar Ruangan (dalam feet, 1 meter = 3,28 feet)

H = Tinggi Ruangan (dalam feet, 1 meter = 3,28 feet)

I = Nilai 10 jika ruangan berada dilantai bawah, atau berimpit dengan ruangan lain; Nilai 18 jikan
ruangan di lantai atas.

E = nilai 16 jika diding terpajan menghadap utara; nilai 17 jika diding menghadap timur; nilai 18 jika
menghadap selatan; nilai 20 jika menghadap barat.

60 = konstanta

Sedangkan kapasitas AC berdasarkan PK adalah sebagai berikut :

AC PK = 5.000 BTU/h
AC PK = 7.000 BTU/h
AC 1 PK = 9.000 BTU/h
AC 1 PK = 12.000 BTU/h
AC 2 PK = 18.000 BTU/h

F. JENIS SISTEM TATA UDARA (AC)

Dalam proses pendinginan udara, system pendingin udara dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: mengunakan
system direct cooling/ direct expantion (sistem langsung), dan system indirect cooling (tidak
langsung).
1. Direct expantion (Ekspansi Langsung).

Dalam sistem ini udara didinginkan langsung oleh refrigerant dengan menggunakan mesin paket.
sistem ini juga disebut dengan sintem pengkondisian secara terpisah.

2. Indirect cooling System (sistem tidak langsung).

Dalam sistem ini dipakai media air es / chilled water dengan temperature sekitar 5oC. Sistem ini juga
disebut dengan sistem pengkondisian secara sentral. Model ini banyak dipakai dalam bangunan tinggi,
disamping menghemat tempat juga biaya operasional lebih efisien. Dalam model ini diperlukan mesin
pembuat air es / chilled yang dinamakan dengan Chiller. Dan air es didistribusikan melalui pipa
menuju AHU (Air handling unit), sebagai pengolah sirkulasi udara.

G. SISTEM TATA UDARA DI RUMAH SAKIT

Sistem Tata Udara di rumah sakit berfungsi untuk pengaturan temperatur, kelembaban udara relatif,
kebersihan udara dan tekanan udara dalam ruang dalam rangka mencegah berkembang biak dan
tumbuh suburnya mikroorganisme, terutama di ruangan-ruangan khusus seperti di ruang operasi, ruang
isolasi, dan lain-lain.

Perbedaan dasar antara pengkondisian udara untuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang terkait
dengan jenis bangunan lainnya antara lain :

1. Pebutuhan untuk membatasi pergerakan udara di dalam dan antara berbagai departemen di
rumah sakit
2. Persyaratan khusus ventilasi dan filtrasi untuk melarutkan dan menghilangkan kontaminasi
dalam bentuk bau, mikroorganisme udara, virus, kimia berbahaya dan zat radioaktif;
3. Temperatur dan kelembaban udara yang berbeda untuk berbagai area;
4. Perancangan yang canggih dibutuhkan untuk memungkinkan kontrol secara akurat kondisi
lingkungan.
Pengkondisian udara (air conditioning), usaha mengolah udara untuk mengendalikan temperatur
ruangan, kelembaban relatif, kualitas udara, dan penyebarannya. Kualitas udara yang baik yaitu udara
yang hampir bebas dari debu, bau, kimia dan polutan radioaktif. Untuk mendapatkan kualitas udara
yang baik, maka perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Intake Udara Luar (Outdoor Intake).

Intake udara luar atau sistem kipas yang digunakan untuk pengendalian asap. Intake ini harus
ditempatkan sejauh mungkin tetapi tidak kurang dari 9 m dari cerobong outlet buangan dari peralatan
pembakaran, outlet buangan ventilasi rumah sakit atau bangunan yang berdekatan, sistem vakum
bedah medis, menara pendingin, cerobong vent plambing, dan area yang dapat mengumpulkan gas
buang kendaraan dan asap berbahaya lainnya.

2. Outlet Pembuangan (Exhaust Outlets).

Outlet pembuangan ini harus ditempatkan minimal 3 m di atas permukaan lantai dan jauh dari pintu,
area yang dihuni, dan pengoperasian jendela. Lokasi yang lebih baik dari outlet pembuangan berdiri
tegak keatas atau horizontal jauh dari intake udara luar. outlet pembuangan ini mirip dengan
cerobong asap/terowongan angin, maka perlu kehati-hatian dalam menempatkan outlet pembuangan
yang menghasilkan zat buang yang terkontaminasi tinggi (misalnya dari mesin, tudung asam, lemari
keselamatan biologi, tudung dapur, dan ruang pengecatan). Umumnya angin, bangunan yang
berdekatan, dan kecepatan pelepasan harus diperhitungkan . Dalam aplikasi kritis studi terowongan
angin atau pemodelan komputer mungkin tepat.

3. Filter Udara.

Untuk menghilangkan partikular dari aliran udara, sejumlah metode telah tersedia untuk menentukan
effisiensi filter yang akan digunakan. Semua ventilasi atau sistem pengkondisian udara terpusat harus
dilengkapi dengan filter yang memiliki effisiensi tidak lebih rendah dari yang ditunjukkan dalam tabel
1.

Dalam Menjaga kualitas udara, selain memperhatikan faktor-faktor diatas, dapat dilakukan dengan :

1. Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer ruangan.


2. Kontrol terhadap polusi
3. Pemasangan Exhaust Fan (perlindungan terhadap kelembaban udara).
4. Pemasangan stiker, poster dilarang merokok.
5. Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara masuk, ekstraksi udara,
filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal setahun sekali,
kontrol mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan penyakit Legionairre Diseases .
6. Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor).
7. Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu, bau dll.
Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan
keselamatan, dll.
8. Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati.
9. Pemasangan fan di dalam lift.

Untuk Tingkat pengkondisian ruang yang digunakan adalah temperatur 22- 24 C (untuk ruang
penyimpanan, dan ruang kerja) 20 C (untuk ruang komputer).

H. SISTEM TATA UDARA DI REKAM MEDIS

Dalam Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata Udara pada Bangunan Rumah Sakit, bagian
administrasi meliputi lobi utama, kantor dan ruang rekam medis. Area pendaftaran dan ruang tunggu
adalah area di mana risiko potensi penularan penyakit melalui udara tidak terdiagnosis. Sistem
pengkondisian udara terpisah yang tepat diinginkan untuk memisahkan area ini karena biasanya rumah
sakit kosong pada malam hari.

Ruang Rekam Medis Umumnya dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu Bagian TPP, Filing, Ruang
Pengolahan Berkas (UKRM, SKM, Pelaporan), dan Bagian Kepala Rekam medis.

(Gambar 3 denah Ruangan Rekam Medis Di Sebuah Rumah Sakit)

Tabel 2

Ukuran Ruangan Rekam Medis di Suatu Rumah Sakit

Berdasarkan Denah Gambar 3

L W H
No. Ruangan I E
( meter) (meter) (meter)
1 Pendaftaran (TPP) 3,5 6 4 10 17
2 Filing 10,5 6 4 10 18
3 URM, SKM, 16 6 4 10 16
dan Pelaporan
4 R. Kepala RM 3 6 4 10 20

Keterangan Tabel 2 :

L = Panjang Ruangan (dalam feet, 1 meter = 3,28 feet)

W = Lebar Ruangan (dalam feet, 1 meter = 3,28 feet)

H = Tinggi Ruangan (dalam feet, 1 meter = 3,28 feet)

I = Nilai 10 jika ruangan berada dilantai bawah, atau berimpit dengan ruangan lain; Nilai 18 jikan
ruangan di lantai atas.

E = nilai 16 jika diding terpajan menghadap utara; nilai 17 jika diding menghadap timur; nilai 18 jika
menghadap selatan; nilai 20 jika menghadap barat.

Selain kebutuhan AC, dalam penataan sistem tata udara juga diperluka filter yang berguna untuk
menyaring dan mengkondisikan kualitas udara. Standar filter yang diperlukan dalam rekam medis
berdasarkan Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata Udara pada Bangunan Rumah Sakit filter adalah
minimal 1 dudukan filter disesuaikan dengan jenis pekerjaan, luas dan fungsi ruangan.

Dari gambar denah dan tabel ukutan ruang rekam medis, maka pengaturam sistem tata udara di
masing-masing bagian adalah sebagai berikut :

1. Pendaftaran (TPP)

Bagian Ruang pendaftaran termasuk dalam ruang administrasi yang tida memiliki persyaratan khusus
yang harus dilakukan, maka dengan demikian pengaturan sistem tata udara dapat di hitung dengan
menggunakan perhitungan kebutuhan AC di tiap ruangan jika dihitung berdasarkan perhitungan rumus
kebutuhan BTU :

a. Kebutuhan BTU

b. Kebutuhan Jumlah AC berdasarkan kapasitas AC berdasarkan PK

Kebutuhan BTU = 8.398,44


Kapasitas AC berdasarkan PK yang Paling Mendekati AC 1,5 PK yang setara dengan 9.000
BTU/h

Jadi standar sistem tata udara di bagian pendaftran berdasarkan denah dan fungsi rungannya adalah
sebgai berikut :

kebutuh AC yang diperlukan pada bagian pendaftaran adalah 1 AC dengan kapasitas AC 1 PK.

Sistem pengkondisian udara terpisah, dengan temperatur 22- 24 C jika tidak menggunakan
computer, dan 20oC jika ruangan menggunakan computer.
filter yang butuhkan berdasarkan luas dan fungsi ruangan adalah 1 dudukan filter.

2. Filing (Penyimpanan)
Bagian filing merupakan tempat penyimpanan berkas rekam medis yang harus dijaga suhu dan
kelembapannnya. Dalam suatu ruangan penyimpanan arsip (RM) Standar suhu dan kelembaban untuk
ruang simpan arsip adalah tidak lebih dari 27o C dan kelembaban tidak lebih dari 60 %.

Untuk mengatasi masalah suhu dan kelembaban secara teknis dapat dilakukan dengan cara :

Pemeriksaan secara periodik menggunakan alat higrometer ; Higrometer


adalah sejenis alat untuk mengukur tingkat kelembapan pada suatu tempat.
Menjaga sirkulasi udara berjalan lancer.
Menjaga suhu udara tidak lebih dari 27o C dan kelembaban tidak lebih dari 60%.
Rak arsip yang digunakan harus dapat menjamin sirkulasi udara yang cukup;
hindari penggunaan rak yang padat.
Menjaga langit-langit, dinding dan lantai tidak berlobang dan tetap rapat.
Pondasi didesain untuk menjaga uap atau udara lembab naik ke tembok karena daya resapan
kapiler.
Hindari menanam pohon dan kayu-kayuan di dekat gedung.
Menjaga ruang agar tetap bersih dari kontaminasi gas/lingkungan agar tidak mudah timbul
jamur yang akan merusak arsip.
andai kondisi arsip dan peralatannya yang terkena jamur atau korosi, untuk segera diadakan
perbaikan

Sedangkan Untuk kebutuhan AC yang diperlukan untuk mengatur sistem tata udara di bagian filing
adalah :

a. Kebutuhan BTU

Kebutuhan Jumlah AC berdasarkan kapasitas AC berdasarkan PK

Kebutuhan BTU = 26.677,39 BTU/h


Kapasitas AC berdasarkan PK yang Paling Mendekati adalah 4 AC dengan kapasitas AC PK
yang setara dengan 28.000 BTU/h sejumlah

Jadi standar sistem tata udara di bagian filing berdasarkan denah dan fungsi rungannya adalah sebgai
berikut :

kebutuh AC yang diperlukan pada bagian pendaftaran adalah 4 AC dengan kapasitas AC


PK.
Sistem pengkondisian udara terpisah, dengan temperature suhu udara tidak lebih dari 27o C dan
kelembaban tidak lebih dari 60%.
filter yang butuhkan berdasarkan luas dan fungsi ruangan adalah 4 dudukan filter.

3. Bagia Pengolahan Data (Unit Kerja Rekam Medis, SKM, dan Pelaporan).

Bagian Pengolahan Data termasuk dalam ruang administrasi yang tidak memiliki persyaratan khusus
yang harus dilakukan, maka dengan demikian pengaturan sistem tata udara dapat di hitung dengan
menggunakan perhitungan kebutuhan AC di tiap ruangan jika dihitung berdasarkan perhitungan rumus
kebutuhan BTU :

a. Kebutuhan BTU
Kebutuhan Jumlah AC berdasarkan kapasitas AC berdasarkan PK

Kebutuhan BTU = 36.134,45 BTU/h


Kapasitas AC berdasarkan PK yang Paling Mendekati adalah 8 AC dengan kapasitas AC PK
yang setara dengan 40.000 BTU/h sejumlah

Jadi standar sistem tata udara di bagian pengolahan data berdasarkan denah dan fungsi rungannya
adalah sebgai berikut :

kebutuh AC yang diperlukan pada bagian pendaftaran adalah 8 AC dengan kapasitas AC


PK.
Sistem pengkondisian udara terpisah, dengan temperatur 22- 24 C jika tidak menggunakan
computer, dan 20oC jika ruangan menggunakan computer.
filter yang butuhkan berdasarkan luas dan fungsi ruangan adalah 2 dudukan filter.

4. Ruang Kepala Rekam Medis

Ruang Kepala Rekam Medis sebenarnya tidak termasuk dalam ruang administrasi, tetapi ruangan ini
bagian dari rekam medis yang fungsinya mirip dengan perkantoran biasa. sehingga rungan ini tidak
memiliki persyaratan khusus yang harus dilakukan, maka dengan demikian pengaturan sistem tata
udara dapat di hitung dengan menggunakan perhitungan kebutuhan AC di tiap ruangan jika dihitung
berdasarkan perhitungan rumus kebutuhan BTU

a. Kebutuhan BTU

Kebutuhan Jumlah AC berdasarkan kapasitas AC berdasarkan PK

Kebutuhan BTU = 8.469,01 BTU/h


Kapasitas AC berdasarkan PK yang Paling Mendekati adalah 1 AC dengan kapasitas AC 1 PK
yang setara dengan 9.000 BTU/h sejumlah

Jadi standar sistem tata udara di ruang kepala rekam medis berdasarkan denah dan fungsi rungannya
adalah sebgai berikut :

kebutuh AC yang diperlukan pada bagian pendaftaran adalah 1 AC dengan kapasitas AC 1


PK.
Sistem pengkondisian udara terpisah, dengan temperatur 22- 24 C jika tidak menggunakan
computer, dan 20oC jika ruangan menggunakan computer.
filter yang butuhkan berdasarkan luas dan fungsi ruangan adalah 1 dudukan filter

Sumber :

1. Pedoman teknis prasarana sistem tata udara pada bangunan rumah sakit
2. tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung (SNI
03-6572-2001)
3. materi perkuliahan pertemuan ke 9-10 sistem pengkondisian udara (AC)
4. catatan kuliah by. ridwan pengantar sistem tata udara
5. http://andrias-saputra.blogspot.com/2010/10/cara-menghitung-kebutuhan-ac-sesuai.html

Advertisements

Share this:

Twitter
Facebook
Print
Email

Related

Pengenalan ICD-10In "Pendidikan"

HEMATOLOGIIn "Pendidikan"

DEFISIENSI SISTEM IMUNIn "Pendidikan"

This entry was posted in artikel, Pendidikan and tagged ac, air conditioning, dampak kesehatan,
ergonomi, fakto-faktor yang mempengaruhi sistem tata udara, filling, jenis sistem tata udara,
pelaporan\, pendaftaran, rekam medis, ruang kepala rekam medis, ruang pengolahan data, sejarah tata
udara, sistem, sistem tata udara di rekam medis, sistem tata udara di rumah sakit, ta, tata, tpp, tujuan
tata udara, udara, ukrm, ventilasi, ventilasi aktif, ventilasi pasif. Bookmark the permalink.

Post navigation
Keperawanan Bukan Sekedar Keutuhan Selaput Dara
ISTILAH-ISTILAH DALAM STATISTIK DASAR PENELITIAN

Leave a Reply

Connect
Facebook
Twitter

Yang Pernah Berkunjung


98,770 pengunjung

Follow Blog via Email


Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 177 other followers


Tanggal
May 2013
M T W T F S S
Sep Oct
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31

Categories
artikel
cerita
inspiratif
motivasi
Pendidikan
puisi

Recent Posts
ISTILAH-ISTILAH DALAM STATISTIK DASAR PENELITIAN
SISTEM TATA UDARA DI REKAM MEDIS
Keperawanan Bukan Sekedar Keutuhan Selaput Dara
PIRAMIDA PENDUDUK
Hospital Performance Indicators
RUANG LINGKUP STATISTIK KESEHATAN
IBU
ADA KEKUATAN DALAM NIAT
Pengenalan ICD-10
Parasitologi
DEFISIENSI SISTEM IMUN
HEMATOLOGI
PATOLOGI GENETIKA DAN KANKER
Bila Anda pikir Anda Bisa maka anda pasti Bisa
Setiap Hari Bersamamu
kenangan yang tertinggal

komen terakhir
ndolith on Hospital Performance Indicator
ndolith on Hospital Performance Indicator
ndolith on PIRAMIDA PENDUDUK
IlmuSosial Dasar | s on PIRAMIDA PENDUDUK
ndolith on PIRAMIDA PENDUDUK
gusnur wahid on PIRAMIDA PENDUDUK
wedding gift registr on Hospital Performance Indicator
ndolith on PIRAMIDA PENDUDUK
maryoto.ds on PIRAMIDA PENDUDUK
ndolith on ADA KEKUATAN DALAM NIAT
puji on ADA KEKUATAN DALAM NIAT
Tiffani on Hospital Performance Indicator
ndolith on ADA KEKUATAN DALAM NIAT
ndolith on Pengenalan ICD-10
eeeichaa on Pengenalan ICD-10
Blog at WordPress.com.

/////////////////////

AEP NURUL HIDAYAH

Rekam Medis & Informasi Kesehatan

Lanjut ke konten

Beranda
About

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN PRESENTED BY AEP NURUL HIDAYAH


TUNGGU PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN PRSENTED BY AEP NURUL HIDAYAH

TATA RUANG PENYIMPANAN REKAM MEDIS PRSENTED BY AEP NURUL HIDAYAH


Posted on 24 Mei 2016 by Aep Nurul Hidayah
Konsep Rumah Sakit

Pengertian Rumah Sakit.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang juga merupakan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.Upaya
kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan.

Fungsi dan Kegunaan Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar


pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahan
bidang kesehatan.

Konsep Rekam Medis


o Pengertian Rekam Medis

Menurut Dirjen Yanmed (2006 : 11) Rekam Medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang
terekam tentang identitas, anamnesa,penentuan fisik laboraturium,diagnosa segala pelayanan, dan
tindakan medis yang diberikan kepada pasien serta pengobatan baik di rawat inap,rawat jalan, maupun
yang mendapatkan pelayanan darurat.

Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. (Peraturan
Menteri Kesehatan No.269/Menkes/Per/III/2008).

Rekam Medis adalah fakta yang berkaitan dengan keadaan pasien, riwayat penyakit, dan pengobatan
masa lalu serta saat ini yang ditulis oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien
tersebut.(Rustiyanto, 2009 : 6).

Kegunaan Rekam Medis

Menurut Dirjen Yanmed (2006 : 13) Kegunaan Rekam Medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara
lain:

1. Aspek Administrasi

Suatu berkas Rekam Medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan
berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan.

1. Aspek Medis

Suatu berkas Rekam Medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut dipergunakan sebagai
dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.
1. Aspek Hukum

Suatu berkas Rekam Medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya
jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka penegakan hukum serta penyediaan bahan
tanda bukti untuk penegakan keadilan.

1. Aspek Keuangan

Suatu berkas Rekam Medis mempunyai nilai uang, karena


isinya mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan.

1. Aspek Penelitian

Suatu berkas Rekam Medis Rekam Medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut
data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan.

1. Aspek Pendidikan

Suatu berkas Rekam Medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data/informasi
tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dan
digunakan sebagai bahan/referensi pengajaran dibidang profesi pemakai.

1. Aspek Dokumensi

Suatu berkas Rekam Medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan
yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan Rumah
Sakit.

Dasar Hukum Rekam Medis


1. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PP No. 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran
4. UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
5. UU No.36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
6. PERMENKES No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
7. Permenkes RI No.134/1978 tentang struktur Organisasi dan Tata kerja Rumah Sakit
Umum dimana antara lain disebutkan bahwa salah satu sub bagian adalah pencatatan
medis
8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI No. 30
Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka kreditanya.
9. PERMENKES RI No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
10. Surat edaran Direktur Jendral pelayanan medik No.HK.00.06.1.5.01160 tanggal 21
Maret 1995 tentang petunjuk teknis pengadaan formulir Rekam Medis dasar dan
pemusnahan Arsip Rekam Medis di Rumah Sakit.

Pertanggung jawaban Terhadap Rekam Medis

Menurut Rustiyanto (2009 : 29 ) mengenai pertanggung jawaban terhadap rekam Medis yaitu Rumah
sakit bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada di dalam Rekam Medis terhadap
kemungkinan hilangnya keterangan ataupum memasukkan data yang ada didalam Rekam Medis atau
dipergunakan oleh orang yang semestinya tidak diberi izin. Adapun tanggung jawab itu di beban kan
kepada :

1. Tanggung jawab dokter yang merawat


Tanggung jawab utama akan kelengkapan Rekam Medis terletak pada dokter yang merawat. Dokter
mengemban tanggung jawab terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi Rekam Medis.

1. Tanggung jawab petugas Rekam Medis

Petugas Rekam Medis, membantu dokter yang merawat dalam mempelajari kembali Rekam Medis.
Analisis dari kelengkapan isi Rekam Medis dimaksudkan untuk mencari hal hal yang kurang dan
masih diragukan, dalam rangka membantu dokter dalam menganalisis kembali Rekam Medis, petugas
Rekam Medis harus melakukan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

1. Tanggung jawab Pimpinan Rumah Sakit

Pimpinan Rumah Sakit bertanggung jawab menyediakan fasilitas unit rekam Medis yang meliputi
ruangan, peralatan, dan tenaga yang memadai.Dengan demikian petugas Rekam Medis dapat bekerja
secara efektif.

1. Tanggung jawab mahasiswa Praktek

Dalam kegiatan praktek kerja lapangan di wajibkan mahasiswa kesehatan untuk selalu bertanggung
jawab dan menjaga kerahasiaan isi Rekam Medis .

Sistem Penyimpanan Rekam medis


o Penyimpanan Rekam Medis

Menurut Sugiarto,ac-Wahyono, (2005:51) sistem penyimpanan adalah sistem yang digunakan pada
penyimpan dokumen agar kemudahan kerja penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan dokumen
yang sudah disimpan dapat dilakukan dengan cepat bilamana dokumen tersebut sewaktuwaktu
dibutuhkan.

Kegiatan penyimpanan Rekam Medis merupakan usaha melindungi rekam medis dari kerusakan fisik
dan isi dari rekam medis itu sendiri. Rekam medis harus disimpan dan dirawat dengan baik karena
rekam medis merupakan harta benda rumah sakit yang sangat berharga. Prosedur penyimpanan adalah
langkahlangkah pekerjaan yang dilakukan sehubungan dengan akan disimpannya suatu dokumen.
Sebelum menentukan suatu sistem yang akan dipakai perlu terlebih dahulu mengetahui bentuk
pengurusan penyimpanan yang ada dalam pengelolaan rekam medis. Ada dua cara pengurusan
penyimpanan dalam penyelenggaraan Rekam medis (Depkes,1997:76) yaitu :

1. Sentralisasi

Sentralisasi adalah penyimpanan rekam medis pasien dalam satu kesatuan baik catatan kunjungan
poliklinik maupun catatan selama seorang pasien dirawat, disimpan pada satu tempat yaitu bagian
rekam medis.

Kebaikan sistem sentralisasi adalah :


Dapat mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan penyimpanan rekam medis.
Mudah menyeragamkan tata kerja, peraturan dan alat yang digunakan.
Efisiensi kerja petugas.
Permintaan akan rekam medis mudah dilayani setiap saat.
Kelemahannya adalah :
o Perlu waktu dalam pelayanan rekam medis.
o Perlu ruangan yang luas, alat-alat dan tenaga yang banyak terlebih bila tempat
penyimpanan jauh terpisah dengan lokasi penggunaan rekam medis, misalnya dengan
poliklinik.

1. Desentralisasi

Desentralisasi adalah penyimpanan rekam medis pada masing-masing unit pelayanan. Terjadi
pemisahan antara rekam medis pasien poliklinik dengan rekam medis pasien dirawat. Rekam medis
poliklinik disimpan pada poliklinik yang besangkutan, sedangkan rekam medis pasien dirawat
disimpan dibagian rekam medis.

Kebaikan sistem desentralisasi adalah :


Efisiensi waktu, dimana pasien mendapat pelayanan
lebih cepat.
Beban kerja yang dilaksanakan petugas rekam medis
lebih ringan.
Pengawasan terhadap rekam medis lebih mudah karena lingkungan lebih sempit.
Kelemahannya adalah :
Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis sehingga informasi tentang riwayat penyakit
pasien terpisah.
Biaya yang diperlukan untuk pengadaan rekam medis, peralatan dan ruangan lebih banyak.
Bentuk atau isi rekam medis berbeda.
Menghambat pelayan bila rekam medis dibutuhkan oleh unit lain.
o Ketentuan Penyimpanan Rekam Medis

1. Pada saat rekam medis dikembalikan ke unit rekam medis, sebelumnya harus di sortir menurut
nomor rekam medis sebelum di simpan. Hal ini membantu dn mempermudah petugas
penyimpanan pada saat pencarian rekam medis.
2. Hanya petugas rekam medis yang di perbolehkan menangani rekam medis, pengecualian
diberikan kepada pegawai rumah sakit yang bertugas pada sore dan malam hari. Dokter, staf
rumah sakit, pegawai dari bagian lain tidak diperkenankan mengambil rekam medis dari tempat
penyimpanan.
3. Pada waktu sore dan malam hari petugas dibagian poloklinik dan ruang rawat inap akan
mengawasi peraturan dimana harus menyimpan rekam medis pada tempat yang telah di
tentukan di unit rekam medis dan bagian lainnya.
4. Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara priodik, untuk menemukan salah
simpan dan menemukan kartu pinjam yang rekam medisnya belum dikembalikan.
5. Petugas penyimpanan harus memelihara kerapian dan keteraturan rakrak penyimpanan yang
menjadi tanggung jawab.

Tujuan Penyimpanan Dokumen Rekam Medis

1. Menjaga kerahasiaan dokumen rekam medis.


2. Mempunyai arti penting sehubungan dengan riwayat penyakit seseorang guna menjaga
kesinambungan rekam medis.
3. Mempermudah pengambilan kembali dokumen.
4. Mempermudah dan mempercepat penemuan kembali dokumen rekam medis yang di simpan di
rak penyimpanan.
5. Melindungi dokumen rekam medis dari bahaya pencuri, kerusakan fisik, kimiawi, maupun
biologi.

Tata Cara Pengambilan Rekam Medis

Pengambilan rekam medis juga memiliki tata cara tertentu. Adapun tata cara pengambilan rekam
medis pasien yang dibutuhkan dari ruang penyimpanan rekam medis menurut (Dep. Kes, 1991 : 27)
adalah sebagai berikut:

1. Pengeluaran rekam medis

Ketentuan pokok yang harus ditaati di tempat penyimpanan adalah :

Rekam medis tidak boleh keluar dari ruangan reka medis, tanpa tanda keluar/kartu permintaan.
Apabila rekam medis dipinjam, wajib dikembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktunya.
Seharusnya setiap rekam medis kembali lagi keraknya pada setiap akhir kerja pada hari yang
bersamaan.
Rekam medis tidak di benarkan diambil dari rumah sakit, kecuali atas perintah pengadilan
Permintaan rutin terhadap rekam medis yang datang dari poliklinik, dari dokter yang
melakukan riset, harus diajukan kebagian rekam medis setiap hari pada jam yang telah
ditentukan. Petugas harus menulis dengan benar dan jelas nama pasien dan nomor rekam
medisnya.

1. Petunjuk Keluar (Outguide)

Petunjuk keluar adalah suatu alat yang penting untuk mengawasi penggunaan rekam medis. Petunjuk
keluar ini digunakan sebagai pengganti pada tempat rekam medis yang diambil dari rak penyimpanan
dan tetap berada di rak tersebut sampai rekam medis yang diambil kembali.

1. Kode warna untuk map (sampul) rekam medis

Kode warna adalah untuk memberikan warna tertentu pada sampul, untuk mencegah keliru simpan dan
memudahkan mencari map yang salah simpan. Garis-garis warna denga posisi yang berbeda pada
pinggiran folder, menciptakan bermacam-macam posisi warna yang berbeda-beda untuk tiap section
penyimpanan rekam medis. Terputusnya kombinasi warna dalam satu seksi penyimpanan
menunjukkan adanya kekeliruan menyimpan. Cara yang digunakan adalah 10 macam warna untuk 10
angka pertama dari 0 sampai 9.

Ruangan Pengelolaan Rekam Medis

Lokasi ruangan rekam medis harus dapat memberi pelayanan yang cepat kepada seluruh pasien,
mudah dicapai dari segala penjuru dan mudah menunjang pelayanan administrasi.Alat penyimpanan
yang baik, penerangan yang baik, pengaturan suhu ruangan, pemeliharaan ruangan, perhatian terhadap
faktor keselamatan petugas, bagi suatu ruangan penyimpanan rekam medis sangat membatu
memelihara dan mendorong kegairahan kerja dan produktivitas pegawai.Penerangan atau lampu yang
baik, menghindari kelelahan penglihatan petugas.Perlu diperhatikan pengaturan suhu ruangan,
kelembaban, pencegahan debu dan pencegahan bahaya kebakaran.

Ruang Penyimpanan Rekam Medis

Ruang penyimpanan rekam medis harus dapat memberi pelayanan yang cepat kepada seluru pasien,
mudah dicapai dari segala tempat dan mudah menunjang administrasi.Ruang penyimpanan yang baik,
pengaturan suhu ruangan, pemeliharaan ruangan, perhatian terhadap keselamatan petugas.Ruang
penyimpanan rekam medis sangat membantu dalam memelihara dan mendorong kegairahan kerja dan
produktivitas pegawai yang ada di ruang penyimpanan rekam medis. Ruang penyimpanan harus
memperhatikan hal hal sebagai berikut :

1. Untuk suhu udara di ruang penyimpanan rekam medis berkisar antara 18-28 C sedangkan
kelembaban 50 % 65 %, karena Indonesia negara tropis. Pemasangan air condition (AC) juga
bisa mengurangi banyaknya debu.
2. Menurut Kepmenkes No.1405 tahun 2012 tentang pencahayaan, pencahayaan adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif. Intensitas cahaya diruang kerja minimal 100 lux. Agar pencahayaan alami di ruang
penyimpanan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan suatu tindakan sebagai berikut :

Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memiliki
intensitas sesuai dengan kebutuhannya.
Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering
dibersihkan.
Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik untuk segera diganti.

1. Ruangan hendaknya terhindar dari serangan hama, perusak atau pemakan kertas arsip, antara
lain jamur, rayap, ngengat.
2. Ruangan penyimpanan arsip sebaiknya terpisah dari ruangan kantor lain untuk menjaga
keamanan arsip-arsip tersebut mengingat bahwa arsip tersebut sifatnya rahasia, mengurangi
lalu lintas pegawai lainnya, dan menghindari pegawai lain memasuki ruangan sehingga
pencurian arsip dapat dihindari. (Wursanto, 1991 : 221).
3. Alat penyimpanan rekam medis yang umum dipakai adalah rak terbuka (open self file unit),
lemari lima laci (five-drawer file cabinet), dan roll opack. Alat ini hanya mampu dimiliki oleh
rumah sakit tertentu karena harganya yang sangat mahal. Rak terbuka dianjurkan
4. karena harganya lebih murah, petugas dapat mengambil dan menyimpan rekam medis lebih
cepat, dan menghemat ruangan dengan menampung lebih banyak rekam medis dan tidak terlalu
makan tempat. Harus tersedia rak-rak penyimpanan yang dapat diangkat dengan mudah atau
rak-rak beroda .
5. Jarak antara dua buah rak untuk lalu lalang, dianjurkan selebar 90 cm. Jika menggunakan
lemari lima laci dijejer satu baris, ruangan lowong didepannya harus 90 cm, jika diletakkan
saling berhadapan harus disediakan ruang lowong paling tidak 150 cm, untuk memungkinkan
membuka laci-laci tersebut. Lemari lima laci memang tampak lebih rapi dan rekam medis
terlindungdari debu dan kotoran dari luar. Pemeliharaan kebersihan yang baik, akan
memelihara rekam medis tetap rapi dalam hal penggunaan rak-rak terbuka. Faktor-faktor
keselamatan harus diutamakan pada bagian penyimpanan rekam medis. (Dep.Kes, 1991 : 24).

Luas Ruangan Penyimpanan Rekam Medis

Kebanyakan di Indonesia untuk beberapa rumah sakit, didalam ruang penyimpanan berkas rekam
medis masih banyak memanfaatkan ruangan bekas atau bangunan lama, sehingga luas tempat ruangan
penyimpanan tidak diperhitungkan, untuk beberapa rak atau almari yang nantinya akan digunakan
didalam ruang penyimpanan berkas rekam medis.

Luas ruang penyimpanan harus memadai (baik untuk rak berkas rekam medis aktif dan in-aktif).
Ruangan penyimpanan berkas rekam medis aktif dan in-aktif sebaiknya dipisahkan, karena hal ini akan
lebih memudahkan petugas didalam pengambilan rekam medis yang masih aktif dan akan lebih
memudahkan didalam melaksanakan pemusnahan berkas rekam medis.(Ery Rustiyanto,Warih Ambar)

Persyaratan ruangan khusus dibagian penyimpanan rekam medis yaitu :

1. Struktur bangunan harus kuat, terpelihara, bersih, dan tidak memungkinkan terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaan bagi petugas di ruang penyimpanan.
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin dan bersih.
3. Setiap petugas diruang penyimpanan mendapatkan ruang udara minimal / petugas.
4. Dinding bersih dan berwarna terang, langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian
minimal 2,5 sampai 3 meter dari lantai.
5. Atap kuat dan tidak bocor.
6. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas
lantai.

Pelayanan Rawat Jalan

Menurut Huffman (Ekardius,1999:90) Pelayanan Rawat jalan (ambulatory service) adalah pelayanan
yang diberikan kepada pasien yang tidak di rawat sebagai pasien rawat inap.

Konsep Tata Ruang dan Ergonomi


o Teori Tata Ruang

Menurut George Terry Tata Ruang adalah penentuan mengenai kebutuhan kebutuhan ruang dan
tentang penggunaannya secara rinci dari ruang tersebut untuk menyiapkan suatu susunan praktis dari
faktor faktor fisik yang di anggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak.

Menurut Sedarmayanti (1996:92) Tata ruang adalah pengaturan dan penyusunan seluruh mesin,alat
perlengkapan kantor,serta perabotan kantor pada tempat yang tepat sehingga petugas dapat bekerja
dengan baik,nyaman,leluasa dan bebas untuk bergerak guna mencapai efisiensi kerja.

Tujuan Tata Ruang


Menurut Sedarmayanti (1996 : 2) Pengaturan tata ruang yang baik akan mengakibatkan pelaksanaan
pekerjaan kantor dapat di atur secara tertib dan lancar.Dengan demikian komunikasi kerja pegawai
akan semakin lancar, sehingga koordinasi dan pengawasan semakin mudah, akhirnya dapat mencapai
efisiensi kerja.

Apabila dirinci, maka tujuan tata ruang kantor antara lain, adalah :

1. Mencegah penghamburan tenaga dan waktu pegawai karena prosedur kerja dapat dipersingkat.
2. Menjamin kelancaran proses pekerjaan.
3. Memungkinkan pemakaian ruang kerja agar lebih efisien.
4. Mencegah pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan menemui bagian tertentu,
atau mencegah terganggu oleh suara bising lainnya.
5. Menciptakan kenyamanan kerja pegawai.
6. Memberi kesan yang baik terhadap para pengunjung kantor.
7. Mengusahakan adanya keleluasaan bagi :

Gerak pegawai yang sedang bekerja


Kemungkinan untuk pegawai memanfaatkan ruangan bagi keperluan lain pada wktu tertentu.
Perkembangan dan perluasan kegiatan kantor di kemudian hari.

Teori Ergonomi

Menurut Sedarmayanti (1996 : 1) Ergonomi adalah cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi mengenai sifat kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja,
sehingga orang dapat bekerja pada sistem termaksud dengan baik, guna mencapai tujuan melalui
pekerjaan yang dilakukan dengan efisien, aman dan nyaman.

Lingkungan dan Kondisi Fisik Tata Ruang


Kantor

Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya
secara optimal, sehat, aman, nyaman.Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam
jangka waktu yang lama. Keadaan lingkungan yang kurag baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang
lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung
diperolehnya rencangan sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti, 1996 : 23).

Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja
dikaitkan dengan kemampuan manusia atau pegawai menurut Sedarmayanti (1996 : 23) diantaranya
adalah :

1. Penerangan atau pencahayaan di tempat kerja

Penerangan atau pencahayaan sangat berpengaruh dengan keselamatan dan kelancaran kerja, oleh
sabab itu perlu diperhatikan adanya penerangan atau cahaya yang baik. Cahaya yang kurang baik dapat
mengakibatkkan penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat dan banyak
mengalami kesalahan dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan.

1. Temperatur atau suhu di tempat kerja

Temperatur atau suhu di tempat kerja harus diperhatikan karena dalam keadaan normal ,tiap anggota
tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda. Temperatur yang terlampau dingin akan
mengakibatkan gairah kerja menurun, sedangkan terlampau panas, akan mengakibatkan cepat timbul
kelelahan dalam bekerja dan cenderung membuat banyak kesalahan.

1. Kelembaban di tempat kerja

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam persentase.
Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara
temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak
dan radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima
atau melepaskan panas dari tubuhnya.

1. Sirkulasi udara di tempat kerja

Sirkulasi udara di tempat kerja harus di perhatikan karena jika udara yang dihirup oleh pekerja di
ruangan itu kotor bisa mengakibatkan kesehatan menurun seperti sesak nafas.

1. Kebisingan di tempat kerja

Kebisingan di tempat kerja sebaiknya dihindari agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan
efisien sehingga produktiitas kerja meningkat.

1. Getaran mekanisme di tempat kerja

Getaran mekanisme adalah getaran yang di timbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini
sampai ke tubuh pegawai dan dapat menimbulkan akibat yang tidak di inginkan.Getaran mekanisme
dapat menganggu tubuh manusia seperti konsentrasi bekerja berkurang, mudah lelah, kesesahan tubuh
menurun.

1. Bau-bauan di tempat kerja

Bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap pencemaran, karena dapat mengganggu konseentrasi
bekerja. Pemakaian air conditioner adalah salah satu cara yang dapat di gunakan untuk menghilangkan
baubauan yang mengganggu di sekitar tempat kerja.

1. Dekorasi di tempat kerja

Dekorasi di tempat kerja adalah kegiatan yang berkaitan dengan menghias ruang kerja, mengatur tata
letak dan perlengkapan dan lainnya untuk bekerja .

1. Musik di tempat kerja

Menurut para pakar, musik yang bernada lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat
membangun semangat pekerja untuk bekerja.

1. Keamanan ditempat kerja

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu
diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja.Faktor keamanan perlu diwujudkan.Salah satu upaya
untuk menjaga keamanannya adalah dengan memanfaatkan tenaga satuan petugas keamanan.

Konsep Efektivitas Pelayanan


o Pengertian Efektivitas

Menurut Handayaninggrat(2007 : 16) Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapaimya sasaran
atau tujuan yang telah di tentukan sebelumnya.

Pengertian di atas dapat diartikan bahwa efektivitas yaitu bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai
dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif, tetapi jika tujuan atau sasaran itu tidak selesai
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka pekerjaan itu tidak efektif. Atau dengan kata lain
efektivitas dapat diartikan sebagai suatu upaya peningkatan untuk mencapai suatu tujuan secara tepat
yang ditimbulkan dari pengaruh suatu hal tertentu.

Tujuan dan Upaya-upaya Dalam Efektivitas

Menurut Handayaninggrat (2007 : 16) dalam mencapai efektivitas ada beberapa tujuan dan sasaran
yang harus dicapai.
1. Tujuan dari efektivitas yaitu :

Mencegah dan mengurangi terjadinya tindakan-tindakan yang tidak diharapkan dari karyawan
yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
Mencapai produktivitas yang tinggi, perusahaan harus dapat menimbulkan semangat kerja yang
tinggi dari karyawan.
Memproduksi lebih banyak keluaran (nilai rupiah dan unit jasa) dari setiap masukan.
Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan-tujuan.

1. Upaya-upaya dalam meningkatkan efektivitas kerja antara lain :

Menetapkan standar-standar pelaksanaan kerja

Standar-standar pelaksanaan kerja harus ditetapkan untuk semua pekerjaan, agar tanggung jawab dan
apa yang diharapkan para karyawan jelas.

Merumuskan secara jelas tanggung jawab perusahaan

Bila tanggungjawab pekerjaan tidak jelas dan berubah-ubah, para karyawan akan frustasi, hasilnya
dapat berupa kualitas rendah.

Komitmen dengan implementasi

Harus mengimplementasikan segala yang akan menghasilkan peningkatan produktivitas.

Menurut Sedarmayanti (2009 : 59) Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran
seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran
sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama.Apabila efisiensi dikaitkan
dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat.

Pengertian Pelayanan

Menurut Kotler (2002:83) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh
suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun.

Menurut Manroe (1995 : 766) Pelayanan addalah pelayanan jasa,ada timbal baliknya sehingga
menimbulkan ikatan, tuntutan dan kepuasan pemakai jasa.

Iklan

Share this:

Twitter
Facebook
Google

Terkait

Klasifikasi Rumah Sakit_Rekam Medis & Informasi Kesehatan_aep nurul hidayah


(rkm126201)_Politeknik TEDC Bandung

Konsep Rumah Sakit_Rekam Medis & Informasi Kesehatan_Aep Nurul Hidayah_rkm126201

KONSEP RUMAH SAKIT DAN KONSEP REKAM MEDIS_aep nurul hidayah_rkm


126201_Politeknik TEDC Bandung
Tentang Aep Nurul Hidayah
"LIFE IS STRUGGLE AND CHANGE"

Lihat semua pos dari Aep Nurul Hidayah

Gambar | Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN PRESENTED BY AEP NURUL HIDAYAH

TUNGGU PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN PRSENTED BY AEP NURUL HIDAYAH

Tinggalkan Balasan

Tulisan Terakhir
o Konsep Stress By Aep Nurul Hidayah
o Konsep Remaja By Aep Nurul Hidayah
o PENGERTIAN ROKOK By Aep Nurul Hidayah
o Konsep Logistik By Aep Nurul Hidayah
o DEFINISI PUSKESMAS By Aep Nurul Hidayah
Komentar Terbaru

seputarpesantren di KONSEP PENGAWASAN By Aep Nurul

naekkohyo di Makalah Tugas Kekerasan Dalam

rita di SOP (STANDAR OPERSIONAL PROSED

ali al ansori di PERSYARATAN PASIEN JAMKESDA /

ramboanarko di Makalah Tugas Kekerasan Dalam

Arsip
o November 2016
o September 2016
o Agustus 2016
o Juli 2016
o Juni 2016
o Mei 2016
o April 2016
o Maret 2016
o Januari 2016
o November 2015
o Oktober 2015
o September 2015
o Agustus 2015
o Juni 2015
o Mei 2015
o April 2015
o Maret 2015
o Februari 2015
o Januari 2015
o Desember 2014
o November 2014
o Oktober 2014
o September 2014
o Agustus 2014
o Juli 2014
o Juni 2014
o Mei 2014
o April 2014
o Maret 2014
o Februari 2014
o Januari 2014
Kategori
o Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
o Uncategorized
Meta
o Daftar
o Masuk
o RSS Entri
o RSS Komentar
o WordPress.com

Tulisan Terakhir
o Konsep Stress By Aep Nurul Hidayah
o Konsep Remaja By Aep Nurul Hidayah
o PENGERTIAN ROKOK By Aep Nurul Hidayah
o Konsep Logistik By Aep Nurul Hidayah
o DEFINISI PUSKESMAS By Aep Nurul Hidayah
Komentar Terbaru

seputarpesantren di KONSEP PENGAWASAN By Aep Nurul

naekkohyo di Makalah Tugas Kekerasan Dalam


rita di SOP (STANDAR OPERSIONAL PROSED

ali al ansori di PERSYARATAN PASIEN JAMKESDA /

ramboanarko di Makalah Tugas Kekerasan Dalam

Arsip
o November 2016
o September 2016
o Agustus 2016
o Juli 2016
o Juni 2016
o Mei 2016
o April 2016
o Maret 2016
o Januari 2016
o November 2015
o Oktober 2015
o September 2015
o Agustus 2015
o Juni 2015
o Mei 2015
o April 2015
o Maret 2015
o Februari 2015
o Januari 2015
o Desember 2014
o November 2014
o Oktober 2014
o September 2014
o Agustus 2014
o Juli 2014
o Juni 2014
o Mei 2014
o April 2014
o Maret 2014
o Februari 2014
o Januari 2014
Kategori
o Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
o Uncategorized
Meta
o Daftar
o Masuk
o RSS Entri
o RSS Komentar
o WordPress.com

AEP NURUL HIDAYAH


Blog di WordPress.com.

//////////
//////////////

BAB I. Pendahuluan.
1.1. Latar Belakang .
1.2. Tujuan Pedoman.
1.3. Ruang Lingkup Penyehatan Lingkungan RS.
1.3.1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman.
1.3.2. Penyehatan Hygiene sanitasi Makanan dan Minuman.
1.3.3. Penyehatan Air .
1.3.4. Pengelolaan Limbah.
1.3.5. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen.
1.3.6. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu Lainnya.
1.3.7. Perlindungan Radiasi.
1.3.8. Promosi kesehatan.
1.4. Batasan Operasional.
1.5. Landasan Hukum.

BAB II. Standar Ketenagaan.


2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia .
2.2. Distribusi Ketenagaan.

BAB III. Standar Fasilitas .


3.1. Denah Ruang.
3.2. Standar Fasilitas.

BAB IV. Tata Laksana Pelayanan .


4.1. Penyehatan Ruang Bangunan dan halaman .
4.2. Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman.
4.3. Penyehatan Air .
4.4. Pengelolaan Limbah.
4.4.1. Limbah Padat .
4.4.2. Limbah Cair..
4.4.3. Limbah Gas.
4.5. Pengelolaan Laundry.
4.6. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu Lainnya.
4.7. Desinfeksi dan Sterilisasi .
4.8. Perlindungan Radiasi .
4.9. Promosi Kesehatan.

BAB V. Logistik.
BAB VI. Keselamatan Pasien.
BAB VII. Keselamatan Kerja.
BAB VIII. Pengendalian Mutu.
BAB IX. Penutup.

BAB I PENDAHULUAN.

1.1 LATAR BELAKANG.

Rumah Sakit mempunyai visi Menjadi Rumah Sakit Utama Pilihan Masyarakat Malang Raya karena
pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien dengan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit sangat penting dilakukan dalam rangka
menjamin mutu lingkungan rumah sakit yang mempunyai pengaruh terhadap proses penyembuhan
pasien dan sebaliknya, keadaan pasien juga mempengaruhi mutu lingkungan rumah sakit. Pedoman
Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit merupakan salah satu bentuk kontribusi rumah sakit
dalam rangka melestarikan lingkungan, disamping mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan bagi masyarakat disekitar rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit mempunyai urutan proses sebagai berikut
yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakan (actuating), dan
pengawasan atau pengendalian (controling) dalam rangka penyelenggaraan kesehatan lingkungan
rumah sakit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit menurut KEPMENKES
RI No.1204 / MENKES / SK / X / 2004. Pelaksanaan Kegiatan Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
memerlukan keterlibatan semua unit dan profesi yang ada di rumah sakit, dan juga dukungan dari
pihak manajemen. Oleh sebab itu buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan ini disusun untuk
memberikan pedoman bagi petugas rumah sakit dalam menjalankan kegiatan penyehatan lingkungan
di rumah sakit .

1.1 TUJUAN PEDOMAN.

Tujuan dari buku pedoman ini adalah sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan penyehatan
lingkungan rumah sakit sebagai upaya meningkatkan mutu lingkungan rumah sakit yang berpengaruh
terhadap mutu pelayanan kesehatan di RS. .

1.2 RUANG LINGKUP PENYEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Penyehatan Ruang Bangunan dan

Penyehatan ruang bangunan dan halaman dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi yang
nyaman, bersih, dan sehat di lingkungan rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif yang
berupa terjadinya infeksi nosokomial baik terhadap pasien, pengunjung, dan juga karyawan rumah
sakit. Kondisi ruang bangunan ini, sangat dipengaruhi oleh kualitas udara, keadaan bangunan dan
pengaturan pengisian atau penggunaan ruang itu sendiri. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit
adalah semua ruang/unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit, yang
dikelompokkan berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit, yaitu :

1. Zona dengan Risiko Rendah :


meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang
resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan.
2. Zona dengan Risiko Sedang :
meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan
ruang tunggu pasien.
3. Zona dengan Risiko Tinggi :
meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang bedah dan ruang
jenazah.

Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman merupakan kegiatan perencanaan, pengawasan
dan pemantauan suatu keadaan atau kondisi ruang bangunan dan halaman yang bebas dari bahaya atau
risiko minimal untuk terjadinya infeksi nosokomial dan masalah kesehatan keselamatan kerja.

Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman tersebut, antara lain:

1. Inspeksi fisik ruang, bangunan dan halaman, meliputi:


o Kebersihan ruang, bangunan dan halaman
o Konstruksi ruang, bangunan dan halaman
o Penataan ruangan
o Kualitas udara ruangan
o Pencahayaan,
o Penghawaan (suhu, kelembaban, tekanan udara)
o Kebisingan
o Fasilitas sanitasi rumah sakit
2. Membuat SPO pengambilan sampel kimia-gas udara
3. Membuat SPO pengambilan sampel mikrobiologi (swab) ruangan
4. Review prosedur yang terkait dengan penyehatan ruang bangunan dan halaman
5. Evaluasi pelaksanaan penyehatan ruang bangunan dan

1.2.2. Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman.

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk dapat melanjutkan
kehidupannya. Makanan dan minuman yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang
optimal, juga harus murni dan utuh dalam arti tidak mengandung bahan pencemar/kontaminan baik
secara fisik, biologi, maupun kimia. Kegiatan Penyehatan hygiene sanitasi makanan dan minuman di
rumah sakit, menekankan terwujudnya kebersihan makanan dan minuman dalam jalur perjalanannya
sampai menjadi makanan dan minuman yang siap saji. Tujuan penyehatan hygiene sanitasi makanan
dan minuman di rumah sakit adalah tersedianya makanan dan minuman yang berkualitas baik dan
aman bagi pasien/konsumen serta terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan hygienis dalam
menangani makanan dan minuman, sehingga pasien/konsumen dapat terhindar dari resiko penularan
penyakit/gangguan kesehatan dan keracunan.

Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang disajikan dari dapur
rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang dijual didalam lingkungan
rumah sakit atau makanan dan minuman yang dibawa dari luar rumah sakit. Penyehatan Hygiene
sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat,
dan perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan
lainnya.

Kegiatan Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman, antara lain :


1. Tempat : Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan

2. Penjamah makanan
a. Membuat SPO tentang persyaratan seorang penjamah makanan
b. Membuat SPO pemeriksaan kesehatan (termasuk usap dubur) bagi penjamah makanan

3. Makanan
a) Inspeksi sanitasi makanan mulai dari bahan, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan dan
penyajian
b) Membuat SPO pemeriksaan kualitas makanan (uji MPN)

4. Peralatan
a. Inspeksi sanitasi peralatan makanan, meliputi: bahan, fungsi, cara pembersihan dan cara
penyimpanan
b. Membuat SPO pemeriksaan kualitas peralatan makanan (uji swab).

1.3.3. Penyehatan Air.

Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih dan dapat diminum apabila dimasak. Sedangkan air minum adalah air
yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. Jumlah kebutuhan air minum dan air bersih untuk fasilitas sanitasi rumah
sakit adalah 500 liter/tempat tidur/ hari. Jumlah ini harus terpenuhi sehingga kebutuhan air minum dan
air bersih rumah sakit ini dapat mencukupi semua kegiatan medis dan non medis. Upaya penyehatan
air di rumah sakit bertujuan untuk menjamin tersedianya air minum dan air bersih yang memenuhi
persyaratan kesehatan, sehingga perlu adanya pengawasan kualitas air yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran mengenai keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar
pemberian rekomendasi untuk pengamanan kualitas air. Kualitas air tersebut, harus memenuhi syarat-
syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radio aktif.

Kegiatan Penyehatan air berupa pengawasan kualitas air mencakup:


a. Inspeksi sanitasi sarana air bersih dan air minum di rumah sakit
b. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air
c. Analisis hasil pemeriksaan air
d. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil kegiatan a, b, dan c
e. Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya penanggulangan/perbaikan.

1.3.4. Pengelolaan Limbah.

Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat
mengandung mikroorganisme patogen, bersifat infeksius, bahan kimia beracun dan sebagian bersifat
radioaktif. Limbah rumah sakit berasal dari limbah berbagai unit/instalasi yang ada dirumah sakit

Berdasarkan bentuk fisiknya, maka limbah rumah sakit dapat dibedakan yaitu:

1. Limbah padat
Adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit, yang terdiri dari :

1) Limbah padat non medis


Adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada tehnologinya.

2) Limbah padat medis


Adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat (medis dan non medis), antara lain:
a) Minimalisasi limbah padat, meliputi:
Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
Monitoring alur penggunaan bahan kimia sampai menjadi bahan berbahaya dan beracun
b) Pemilahan, pewadahan dan pemanfaatan kembali/daur ulang limbah padat
c) Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat

2. Limbah cair.
Adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit, yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah yang berbahaya bagi
kesehatan. Dalam pengendalian pencemaran air, pihak rumah sakit diwajibkan untuk membuang
limbah cairnya sesuai baku mutu lingkungan. Adapun parameter limbah cair yang perlu diolah adalah
BOD, COD, TSS, NH3 bebas, suhu, pH dan PO4, sesuai dengan persyaratan baku mutu limbah cair
bagi kegiatan rumah sakit. Kegiatan Pengelolaan Limbah Cair, antara lain:
a. Monitoring kebersihan saluran air limbah, bak kontrol dan pre treatment .
b. Mengukur debit limbah cair yang masuk ke IPAL setiap hari.
c. Memantau kualitas effluent limbah cair secara fisika-kimia sebulan sekali .
d. Membuat SPO pemantauan kualitas effluent limbah cair (uji petik) setiap 3 bulan sekali.

3. Limbah gas.
Adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit
seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik. Limbah
gas/emisi dapat berupa makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain yang dihasilkan dari
kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien.
Kegiatan Pengelolaan Limbah Gas, meliputi :
i. Membuat SPO pemantauan limbah gas berupa NO2, So2, logam berat, dan dioksin yang dilakukan 1
(satu) kali setahun
ii. Monitoring suhu pembakaran minimum 1.000 C untuk pemusnahan bakteri patogen, virus, dioksin,
dan mengurangi jelaga.
iii. Melengkapi peralatan untuk mengurangi emisi gas dan debu.
iv. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas oksigen dan dapat
menyerap debu.
1.3.5. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen.
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya
berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika. Di
tempat pencucian/laundry, penumpukan-penumpukan linen kotor dapat menimbulkan gangguan
kesehatan bagi para pekerja laundry dan juga dapat mengotori linen-linen yang sudah bersih. Kegiatan
Pengelolaan Tempat Pencucian Linen, adalah sebagai berikut :
a) Inspeksi proses pengelolaan linen mulai dari pengumpulan, penerimaan, pengeringan, penyetrikaan,
penyimpanan dan distribusi/pengangkutan.
b) Monitoring penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan.
c) Membuat SPO pemeriksaan kualitas linen bersih yaitu standar kuman bagi linen bersih setelah
keluar dari proses tidak mengandung 6 x 10 spora spesies Bacilus per inci persegi.

1.3.6. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang pengganggu lainnya.


Serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya yang biasa disebut dengan vektor, merupakan
masalah rutin yang ada dirumah sakit. Vektor (serangga dan tikus), dalam program sanitasi rumah
sakit adalah semua jenis serangga dan tikus yang dapat menularkan beberapa penyakit tertentu,
merusak bahan pangan di gudang dan peralatan instalasi rumah sakit. Pengendalian serangga, tikus dan
binatang pengganggu lainnya berguna untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan mencegah
timbulnya kerugian ekonomi akibat dari rusaknya bahan pangan dan alat-alat rumah sakit seperti linen,
peralatan kantor, dan lain sebagainya.

Kegiatan Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang pengganggu lainnya adalah sebagi berikut:
a. Mengukur kepadatan lalat dan jentik Aedes sp yang diamati melalui indeks kontainer (harus nol).
b. Inspeksi langsung lubang-lubang tanpa kawat kasa.
c. Membasmi tikus, kecoa dan kucing.

2. Desinfeksi dan Sterilisasi


Rumah sakit merupakan tempat dengan derajat kontaminasi yang cukup tinggi. Kontaminasi dapat
terjadi pada ruangan / udara, peralatan, orang dan bahan. Desinfeksi adalah suatu proses yang
menghilangkan semua mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara
fisik dan kimiawi. Desinfeksi biasanya dilakukan dengan cairan kemical atau pasteurisasi. Sterilisasi
adalah suatu proses menghancurkan atau menghilangkan semua bentuk mikroorganisme yang hidup
termasuk spora dengan cara fisik dan kimiawi.

Kegiatan Desinfeksi dan Sterilisasi antara lain:


1. Monitoring penggunaan bahan desinfektan yang ramah lingkungan dan memenuhi kriteria tidak
merusak peralatan maupun orang.
2. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan proses akhir desinfeksi/sterilisasi ruangan dan peralatan
3. Menganalisis hasil pemeriksaan
4. Merumuskan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul
5. Menindak lanjuti upaya penanggulangan/perbaikan.
6. Monitoring petugas sterilisasi dalam penggunaan APD dan penguasaan prosedur sterilisasi yang
aman.

1.3.7. Perlindungan Radiasi


Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik/partikel/elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan dari bahan atau
alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit. Pengamanan dampak radiasi adalah upaya
perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko atas
bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan, investigasi, dan mitigasi pada sumber, media
lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi.

Kegiatan Perlindungan Radiasi tersebut antara lain:


1. Pemantauan, investigasi dan mitigasi petugas, lingkungan dan peralatan Radiologi.
2. Membuat SPO pemeriksaan kesehatan bagi petugas/masyarakat yang terpajan radiasi.

1.3.8. Promosi Kesehatan.


Promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka. Promosi hygiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan tentang
hygiene dan sanitasi rumah sakit kepada pasien/keluarga pasien, pengunjung, karyawan baru maupun
karyawan lama serta masyarakat sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari, dan mau
membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan fasilitas
sanitasi rumah sakit dengan benar. Promosi kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan tentang
yang berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang biasa disebut dengan PHBS yang
sasarannya ditujukan kepada karyawan.

Didalam PerMenKes No.1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
menyebutkan bahwa persyaratan promosi kesehatan lingkungan yang harus diselenggarakan oleh
setiap rumah sakit yaitu berupa upaya promosi higiene dan sanitasi. Upaya promosi ini dilaksanakan
oleh tenaga / unit organisasi yang menangani promosi kesehatan lingkungan rumah sakit dengan
menggunakan cara langsung, media cetak maupun media elektronik.

1.4. BATASAN OPERASIONAL.


1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman : menciptakan suatu kondisi yang nyaman, bersih, dan
sehat dilingkungan rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif yang berupa terjadinya infeksi
nosokomial baik terhadap pasien, pengunjung, dan juga karyawan rumah sakit.
2. Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit : semua ruang / unit dan halaman yang ada di dalam
batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan dan kegiatan rumah sakit.
3. Makanan dan Minuman di Rumah Sakit : semua makanan dan minuman yang disajikan dari dapur
rumah sakit untuk pasien dan karyawan; makanan dan minuman yang dijual didalam lingkungan
rumah sakit atau makanan dan minuman yang dibawa dari luar rumah sakit.
4. Air Minum : air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
5. Air Bersih : air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih dan dapat diminum apabila dimasak.
6. Limbah Padat Non Medis : limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis
yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila
ada tehnologinya. Limbah Padat Medis : limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah beda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
7. Limbah Cair : semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit, yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah yang
berbahaya bagi kesehatan.
8. Limbah Gas : semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah
sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.
9. Insinerasi : suatu proses dimana limbah padat medis dibakar dengan oksigen dari udara dan diubah
menjadi gas hasil pembakaran serta residu berupa abu.
10. Laundry : tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci,
alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika.
11. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu : upaya untuk mengurangi populasi
serangga, tikus dan binatang penggangu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor
penularan penyakit.
12. Dekontaminasi : upaya mengurangi dan atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme
pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi dengan cara
fisik dan kimiawi.
13. Desinfeksi : upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme patogen penyebab
penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimia.
14. Sterilisasi : upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimia.
15. Radiasi : emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik atau partikel partikel atau elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang
dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit.
16. Pengamanan Dampak Radiasi : upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak radiasi
melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan,
investigasi, dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang
mengandung radiasi.
17. Promosi higiene dan sanitasi : penyampaian pesan tentang higiene dan sanitasi rumah sakit kepada
pasien / keluarga pasien, pengunjung, karyawan baru maupun karyawan lama serta masyarakat
sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari, dan mau membiasakan diri berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar.
18. Promosi kesehatan lingkunga : penyampaian pesan tentang yang berkaitan dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat yang biasa disebut dengan PHBS yang sasarannya ditujukan kepada karyawan.

1.5. LANDASAN HUKUM.


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3.
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.875/Menkes/SK/PER/VII/2001 tentang
penyusunan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.876/Menkes/SK/PER/VII/2001 tentang
pedoman teknis analisis dampak kesehatan lingkungan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/PER/XI/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
10. Peraturan Menteri Kessehatan Republik Indonesia No. 715 / MENKES / SK / V / 2003 tentang
persyaratan higiene sanitasi jasaboga.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1335/MENKES/SK/X/2002 tentang standar
operasional pengambilan dan pengukuran sampel kualitas udara ruangan di rumah sakit.
12. Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air.
13. Perarturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 416/ MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat
syarat dan pengawasan kualitas air.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.986 / MENKES / PER / 1992 tentang fasilitas
sanitasi rumah sakit.
15. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.53 tahun 1999 tentang baku mutu
air buangan rumah sakit.
16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13 / MENLH / 12 / 1995 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak.
17. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.Kep.02 / MENKLH / I /
1998 tentang air.
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 907 tahun 2002 tentang syarat syarat
pengawasan kualitas air minum.
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.373/Menkes/SK/PER/III/2007 tentang
Standar Profesi Sanitarian.
20. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.
21. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Indonesia Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang Struktur
Organisasi Rumah Sakit .
22. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Departamen Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2002.
23. Pedoman Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 1993.

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 PENYEHATAN RUANG BANGUNAN DAN HALAMAN


1. Pemeliharaan kebersihan ruang bangunan dan halaman ini, dilakukan oleh pihak ke tiga/outshorsing
setiap hari.
2. Pemantauan dan pengawasan harian dilakukan oleh HouseKeeping.
3. Pelaksanaan Inspeksi Sanitasi Ruangan berdasarkan zona resiko dilakukan setiap bulan oleh petugas
sanitasi.

4.2 PENYEHATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN


1. Pemeriksaan usap dubur penjamah dilaksanakan maksimal 1 tahun sekali.
2. Pemeriksaan usap peralatan makanan dan uji kualitas makanan, dilaksanakan maksimal 6 bulan
sekali.
3. Pemantauan dan pengawasan inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan dilaksanakan maksimal
3 bulan sekali.

4.3 PENYEHATAN AIR


1. Pemeliharaan kebersihan tandon air, dilaksanakan setiap 6 bulan sekali.
2. Pemeriksaan kualitas air bersih, meliputi air sumur, air tandon, kran dapur, kran OK, kran Obgyn
dan kran Nursery.
3. Pelaporan pengambilan air bawah tanah dilakukan 1 bulan sekali ke dinas pengairan.
4. Pemeliharaan kebersihan dan perawatan unit Aquabidest dilakukan 2 minggu sekali.
5. Penggantian filter unit RO dan filter Depot air minum, dilakukan 6 bulan sekali.
6. Penggantian media filtrasi dan membran, dilakukan maksimal 3 tahun sekali.
7. Penggantian bola lampu ultraviolet dilakukan secara icidensial.
8. Perawatan komponen penunjang unit aquabidest, dilaksanakan 1 bulan sekali.
9. Pemeriksaan kualitas air minum dilaksanakan setiap 6 bulan sekali.

4.4 PENGELOLAAN LIMBAH


4.4.1 Limbah Padat

1. Limbah Padat Non Medis


a. Minimalisasi limbah dilakukan mulai dari sumber penghasil limbah.
b. Pemilahan, pewadahan dan pengangkutan dari ruangan ke TPS, dilakukan 2 kali sehari.
c. Pemilahan limbah yang bisa didaur ulang, dilakukan setiap hari oleh tenaga outshorsing.
d. Pengangkutan dari rumah sakit ke TPA, dilakukan 1 minggu sekali oleh Dinas Kebersihan Kota.
e. Pembersihan area sekitar TPS dilakukan setiap hari oleh tenaga
outshorsing dan pembersihan TPS dilakukan 1 minggu sekali.
f. Pencatatan volume sampah yang dibuang ke TPA, dilakukan 1 minggu sekali.

2. Limbah Padat Medis


a. Minimalisasi limbah dilakukan mulai dari sumber penghasil limbah.
b. Pemilahan, pewadahan dan pengangkutan dari ruangan ke TPS, dilakukan 2 kali sehari.
c. Pencatatan volume sampah medis dilakukan setiap kali pengiriman sampah ke TPS dan sebelum
pemusnahan sampah di insinerator.
d. Pemusnahan limbah di insinerator dilakukan setiap hari kerja (senin- sabtu) oleh operator
insinerator.
e. Pencatatan bahan bakar mesin insinerator dan jenis sampah yang dimusnahkan, dilakukan sebelum
kegiatan insinerasi.
f. Pencatatan volume abu sisa hasil pembakaran, dilakukan setiap kali selesai kegiatan insinerasi dan
pada saat pengiriman abu ke pihak ketiga.
g. Pemeliharaan kebersihan dan perawatan komponen mesin insinerator dilakukan 2 minggu sekali, 1
bulan sekali dan 6 bulan sekali.
h. Pencatatan suhu dan lama waktu kegiatan insinerasi dilakukan setiap kali cicle.

4.4.2 Limbah Cair.


I. Pengolahan Primer
a. Pipa air kotor
Yang termasuk pipa air kotor adalah pipa dari kamar mandi, WC, peturasan, pengering lantai dan bak
cuci tangan.
Pemeliharaan :
1. Pembersihan : Pembersihan terhadap kotoran pada pengering lantai dilakukan bila terjadi
penyumbatan laju aliran air bekas. Bila terjadi penyumbatan pada pipa maka perlu ditekan dengan alat
kompressi atau diberikan bahan kimia penghancur.
2. Penyetelan : Apabila air aliran kotor tidak lancer, harus dilakukan penyetelan terhadap kemiringan
pipa.
b. Saluran.
Pemeliharaan saluran air limbah secara periodik tiap bulan dan icidensial bila ada kebuntuan yang
berupa :
a. Penggelontoran air
b. Penyemprotan air dengan tekanan tinggi
c. Pengambilan endapan
c. Lubang Pemeriksa ( Bak Control/Man Hole).
Pemeliharaan lubang pemeriksa, dilakukan 1 bulan sekali dan icidensial jika ada laporan kebuntuan.
d. Pemeliharan Kloset.
Dipergunakan hanya untuk membuang kotoran manusia. Penggelontoran kotoran, dilakukan dengan
menggunakan air yang lebih banyak. Pembersihan dilakukan setiap hari.

e. Tangki Septik.
Pemeliharaan tangki septic untuk mencegah luberan dan memaksimalkan fungsinya dengan
penambahan bakteri pengurai. Hal ini dilakukan maksimal 1 (satu) tahun sekali.
f. Pre treatment (Greastrep/Biointerstrep)
Pemeliharaan pre treatment ini, dilakukan setiap 1 minggu sekali yaitu pengangkatan lemak, minyak
dan buih-buih busa yang kemudian kotoran ini dibakar di incenerator.
II. Pengolahan Sekunder
b. Bak Screen
Pembersihan bak screen dilakukan 1 minggu sekali untuk mengindari sumbatan-sumbatan yanag akan
mengganggu proses pengolahan air limbah.
c. Bak Pengumpul
Pemeliharaan biasa dilakukan pada unit ini bila terjadi pengendapan di dalam bak pengumpul sehingga
aliran air tidak lancar. Pembersihan ini dilakukan dengan cara menyemprotkan air ke semua
permukaan yang kotor.
d. Bak Equalisasi
Pemeliharaannya dilakukan dengan cara mengatur katup katup sehingga udara yang lewat unit
tersebut lebih besar, dan juga dengan menutup katup deretan diffuser lainnya. Bila pelampung
tersumbat, bersihkanlah.
e. Bak Pengendapan
Pemeliharaan bak pengendapan adalah dengan membersihkan mengangkat lumpur ke permukaan dan
membersihkan kotoran/lumut yang menempel pada dinding. Pembersihan dilakukan setiap 1 bulan.
Bila bak aerasi kekurangan lumpur aktif, maka lumpur akan dikembalikan ke bak aerasi.
f. Bak Pengering Lumpur. Pemeliharaan :

1. Lumpur dikeringan lalu dibakar di incenerator/diberi obat desinfektan untuk membunuh kuman,
telur cacing, dll.
2. Lumpur di angkat setiap 3 (tiga) bulan sekali dan sesuai keadaan.
g. Bak Aerasi. Pemeliharaan:
1. Memeriksa blower termasuk keadaan oli setiap blower dan mengganti/manambahnya bilamana
dianggap perlu.
2. Mengatur penggantian pemakaian blower dari unit yang satu ke unit yang lainnya kecuali apabila
diatur secara otomatis.
3. Membersihkan intake filter
4. Memeriksa keadaan ven-belt dan tegangannya
5. Memeriksa system operasi dari motor blower termasuk diffuser.
6. Memeriksa switchboard.
7. Memeriksa comminutor termasuk keadaan oli comminutor dan mengganti/menambahnya bilamana
dianggap perlu.
8. Memeriksa komponen komponen pemotong comminutor
9. Membersihkan bagian bagian lain yang dianggap perlu.
10. Memeriksa system pengembalian lumpur termasuk pembersihannya
11. Membersihkan serta membuang lumut atau kotoran lain yang ada pada unit Sewage Treatment
Plant termasuk juga didalam ruang pompa
12. Memeriksa dan membersihkan pompa pompa sewage.
13. Memeriksa pertumbuhan bakteri dengan mengukur jumlah lumpur aktif.
14. Menambahkan sejumlah bakteri (biofecta/NS206) setiap 1 minggu sekali atau menurut kebutuhan,
supaya proses pengolahan air limbah berjalan dengan baik.
h. Bak Koagulasi dan Flokuasi
1. Pembersihan secara periodic.
2. Mengukur dosis bahan koagulan (kapur dan tawas) dengan tepat.
3. Mengukur kecepatan flokuasi air limbah.

i. Bak Filtrasi
Pemeliharaannya adalah dengan melakukan pembersihan/backwashing minimal 1 bulan sekali dan
penggantian media filtrasi minimal 3 bulan sekali.
j. Bak Kaporisasi. Pemeliharaan :
1. Pembersihan secara periodic.
2. Mengukur dosis kaporitisasi dengan tepat.
3. Mengukur kadar klorin bebas sebelum air limbah dibuang ke lingkungan.

4.4.3 Limbah Gas.


1. Pembersihan cerobong asap insinerator, dilakukan 1 bulan sekali.
2. Pemeriksaan emisi insinerator, dilakukan oleh instansi diluar rumah sakit dan dilakukan maksimal 5
tahun sekali.

4.5
1. PENGELOLAAN LAUNDRY
Pemeriksaan usap linen bersih laundry dilakukan maksimal 6 bulan sekali.
2. Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan laundry dilakukan maksimal 3 bulan sekali.

4.6

1.
PENGENDALIAN SERANGGA, TIKUS DAN BINATANG PENGGANGGU LAINNYA
Pelaksanaan pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu

2. lainnya, dilakukan icidensial setiap kali ada survelains dan laporan. Pencatatan kegiatan survelains,
pencegahan dan pemberantasan serangga,
tikus dan binatang pengganggu lainnya, dilakukan setiap kali ada kegiatan.

4.7

1.
DESINFEKSI DAN STERILISASI
Pemeriksaan usap lantai, dinding dan peralatan ruangan dengan zona resiko tinggi seperti : OK, ICU,
Nursery, Obgyn dan NBICU, dilakukan maksimal 6 bulan sekali.

2. Pelaksanaan kegiatan desinfeksi ruangan dan peralatan ruangan, dilakukan setiap hari oleh tenaga
outshorsing.

4.8 PERLINDUNGAN RADIASI


1. Pemeriksaan kesehatan pekerja radiologi, dilakukan minimal 1 tahun sekali.
2. Pemeriksaan nilai batas dosis (NBD) bagi masyarakat, dilakukan minimal 1 tahun sekali.
4.9 PROMKES
1. Promosi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan wawancara langsung kepada karyawan setiap kali
kegiatan.
2. Promosi Kesehatan Lingkungan dilakukan melalui diklat pegawai minimal 6 bulan sekali.
3. Promosi Kesehatan Lingkungan bagi pasien, pengunjung dan keluarga pasien, dilakukan secara
langsung dan media cetak.

///////////

Pengertian Kesehatan Lingkungan


Pengertian sehat menurut WHO adalah Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan
sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan
kecacatan..Sedangkan menurut UU No 23 / 1992 Tentang kesehatan Keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
Pengertian Lingkungan Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976) adalah Tempat pemukiman
dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi
yang secara langsung maupun tidak dpt diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan
maupun kesehatan dari organisme itu.

Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Kesehatan Lingkungan sebagai berikut :

1. Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organisation (WHO)


pengertian Kesehatan Lingkungan : Those aspects of human health and disease that
are determined by factors in the environment. It also refers to the theory and practice
of assessing and controlling factors in the environment that can potentially affect
health. Atau bila disimpulkan Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) Suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara
manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia.
3. Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah Upaya perlindungan,
pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan
ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.

Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial
di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.
Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan
masyarakat.
////////////

///////////

Dari pengertian di atas maka sanitasi rumah sakit merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang
sebaik-baiknya. Karena tujuan dari sanitasi rumah sakit tersebut adalah menciptakan kondisi
lingkungan rumah sakit agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta
tidak mencemari lingkungan.

Keberadaan rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya orang sakit atau orang sehat yang dapat
menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran lingkungan (gangguan kesehatan), maka untuk
mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari institusi pelayanan kesehatan,
khususnya rumah sakit ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 menetapkan persyaratan- persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

Persyaratan yang harus dipenuhi instansi pelayanan kesehatan, khususnya


sanitasi lingkungan rumah sakit antara lain mencakup: (1)Penyehatan Ruang Bangunan
dan Halaman Rumah Sakit,(2) Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman, (3)
PenyehatanAir, (4) Pengelolaan Limbah, (5) Pengelolaan tempat Pencucian (Laundry), (6)
Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu Lainnya, (7) Dekontaminasi melalui
Disinfeksi dan Sterilisasi, (8) Persyaratan Pengamanan Radiasi,(9) Upaya Promosi Kesehatan dari
Aspek Kesehatan lingkungan

/////////////////

PROGRAM KERJA
KEPALA UNIT KESEHATAN LINGKUNGAN

program kerja

I. PENGERTIAN

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan umum tempat berkumpulnya orang sakit atau orang sehat yang
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan gangguan kesehatan .program
merupakan mekanisasi, pemeliharaan dan perbaikan serta pengendalian fasilitas dan infrastruktur
rumah sakit yang dapat menciptakan dan mengkondisikan lingkungan rumah sakit mampu mendukung
pelayanan prima bagi rumah sakit

II. TUJUAN

II.1. UMUM
Penyelenggara penyehatan lingkungan di RS yang memenuhi persyaratan sanitasi agar menjamin
dan dapat menekan terjadinya infeksi nosokomial dan memberikan rasa aman serta nyaman pada
pelanggan RS

II.2. Khusus
Terlaksananya kegiatan penyehatan lingkungan di RS sesuai dengan peraturan mentri kesehatan RI
No 986/Men. Kes/ per/1992
Diperoleh tingkat pemeliharaan kesehatan lingkungan rumah sakit secara optimal
Terawasinya aspek khusus sanitasi rumah sakit
Terselenggaranya sanitasi dalam menunjang kegiatan rumah sakit
III. PROGRAM.KESLING

Upaya yang menjadi sasaran kegiatan Kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi :
lolaan Limbah Cair
lolaan Limbah Padat (Medis dan Non Medis)
hatan Fisik dan Udara Ruangan
hatan Air Bersih
hatan Linen dan Laundry
ndalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu

IV. . URAIAN PROGRAM KESLING


lolaan Limbah Cair
aan Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC)
aan saluran IPLC
aan limbah cair ke instansi terkait setiap bulan sekali

2. Pengelolaan Limbah Padat (Medis dan Non Medis)


a. Pengadaan kerjasama pembuangan sampah medis dengan pihak luar
b. Peremajaan tempat sampah
c. Pembuatan ruang penyimpanan B3 ( bahan buangan berbahaya )

3. Penyehatan Fisik dan Udara Ruangan.


a. Melakukan pengendalian angka kuman di ruang resati ( resiko amat tinggi )
b. Melakukan pengendalian kebersihan lingkungan terutama ruangan dengan mengacu kepada tingkat
risiko ruangan.

4. Penyehatan Air Bersih


Kualitas air yang disediakan di rumah sakit harus sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum, sedangkan kualitas air yang digunakan untuk keperluan khusus perlu
mendapatkan perlakuan lebih lanjut untuk mendapatkan kualitas yang relevan.
Untuk mendapatkan air dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan yang dibutuhkan harus
memperhatikan upaya-upaya berikut ini:
a. Pemeliharaan Unit water treatmen
b. Klorinasi air bersih pada reservoar
c. Pemeriksaan air bersih
d. Pemeriksaan kualitas tds air ro

5. Penyehatan Linen dan Laundry.


a. desain ruang laundry yang memenuhi syarat
b. bangunan pengolahan limbah pendahuluan untuk loundri
c. pengadaan system air panas unit loundri

6. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu


Pengendalian serangga tikus dan kecoa dilakukan oleh pihak ke-2
Indicator :
Kepadatan jentik Aedes sp. yang diamati melalui indeks kontainer harus nol.
Semua ruangan di rumah sakit bebas kecoa, terutama di dapur, gudang makanan dan ruangan steril.
Tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus terutama pada daerah bangunan tertutup rumah sakit.
Tidak ditemukan lalat di dalam bangunan tertutup di rumah sakit.

V. PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Kesehatan Linkungan bertanggungjawab dan bekerja sama
dengan Unit pelaksana teknis lainnya terhadap pelaksanaan program sanitasi dan Kesehatan
Lingkungan Rumah sakit

VI. JADUAL
Jadual pelaksanaan Program penyehatan lingkungan tahun 2013 terlampir

VII. ANGGARAN
Contoh Penganggaran :

Pengendalian Vektor

Penyehatan Linen

Pengelolaan Air Bersih

Pengelolaan Lingkungan Fisik dan Udara

Pengelolaan Limbah Padat

Pengelolaan Limbah Cair

VII. EVALUASI

Evaluasi pelaksanaan dan kegiatan pelaporan kegiatan dilakukan tiap semester dan akhir
tahun anggaran

////////////////

Anda mungkin juga menyukai