Oleh :
Gambar 3.1 Cahaya yang Tidak Terpolarisasi Datang pada Bidang Pantul (Serway,2010).
Suatu sinar cahaya setelah melewati suatu kristal dapat terpecah menjadi dua berkas akibat
adanya dua arah pembiasan sekaligus yang disebut dengan pembias ganda (Soedojo, 1992).
Pembias ganda dapat terjadi pada bahan kalsit (calcite) dan plastik yang ditegangkan seperti
selofen (cellophone). Pada kebanyakan material, laju cahaya adalah sama ke semua arah.
Gambar 3.3 Cahaya yang Tidak Terpolarisasi Datang Ke Dalam Kristal Kalsium Karbonat
(Tipler,2001).
3. Polarisasi dengan Absorbsi Selektif
Polarisasi akibat absorbsi selektif terjadi jika cahaya melalui zat yang dapat memutar bidang
polarisasi gelombang cahaya. Zat semacam ini disebut zat optis aktif. Pada tahun 1938,
E.H.Land (1909-1991) menemukan sebuah bahan yang disebutnya sebagai polaroid yang
memolarisasikan cahaya dengan cara absorbsi selektif melalui molekul-molekul yang
terorientasi.
.
Indeks bias (n) merupakan perbandingan antara kecepatan rambat cahaya dalam
vakum (media pertama) dengan kecepatan cahaya dalam medium kedua. Dalam hukum
snellius dinyatakan bahwa sinar datang, sinar bias, dan garis normal berpotongan pada satu
titik dan terletak pada satu bidang datar. Dalam hal ini, sinar datang dari medium kurang
rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal, sedangkan sinar datang dari
medium lebih rapat ke medium kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal (Bahruddin,
2006).
1 1 = 2 2
dimana n1 adalah bias material atau medium 1 dan n2 adalah indeks bias material atau
medium 2, 1 adalah sudut datang dan 2 adalah sudut pantul untuk cahaya yang datang
menumbuk permukaan suatu material(Pedrotti, 1993).
Karena nilai indeks bias udara (n1)=1, maka nilai indeks bias dapat ditentukan dengan
persamaan (2.6)
2 =
Sudut Brewster juga dapat ditentukan berdasarkan persamaan Fresnell yaitu dengan
menentukan koefisien refleksi (r) seperti diberikan oleh persamaan (2.7) dan (2.8)
2 2
Mode TE: r = =
+2 2
2 2 2
Mode TM; r = =
2 +2 2
Dimana = sudut datang, dan n = indeks bias sampel menurut metode ini ditentukan
oleh yang membuat r = 0(Pedrotti, 1993).
Jenis polarisasi dengan medan listrik E tegak lurus bidang datang dan medan magnet
B sejajar bidang datang disebut transverse electric(TE). Sebaliknya jika medan listrik E
sejajar bidang datang maka jenis polarisasi ini disebut transverse magnetic (TM). Polarisasi
TE yaitu polarisasi dimana vektor medan listrik berada pada bidang yang tegak lurus arah
perambatan gelombang. Polarisasi TM yaitu polarisasi dimana vektor medan magnetik
berada pada bidang yang tegak lurus arah perambatan gelombang.
Transmitansi dari bahan dapat dicari dengan membandingkan intensitas sinar laser
setelah melalui bahan (It) dengan intensitas sinar laser sebelum mengenai bahan (Io)
T = 0
B. Langkah Kerja
Start
Alat dirangkai
Laser dinyalakan
Diulangi dan diukur intensitasdengan skala 1dan 1/6 dari sudut yang
reflektansinya terkecil
Selesai
C. Gambar Rangkaian Alat
Sudut
Intensitas sudut
awal
laser 10 20 30 40 50 60 70
5007.8 4876 4978.7 4985.8 4949 4875.5 4679.5 4973.5 10
5007.8 4816 4973.5 4958.8 4949 4900 4743.3 4978.4 20
5007.8 4974 4978.4 4963.7 4944.2 4855.9 4772.8 4973.6 30
5007.8 4944 4963.7 4963.7 4939.2 4851 4855.9 4978.4 40
5007.8 4978 4978.4 4958.8 4944.1 4851 4880.4 4983.3 50
5007.8 4918 4974.5 4966.2 4945.1 4866.7 4786.4 4977.4 60
B. Pada mode TM
1. Dengan skala sudut 10
Intensitas Rata-
Awal rata
Laser Sudut Nilai Intensitas (mV) intensitas
4919,6 10 4235.9 4319.6 4287.4 4297.4 4284.6 4284.98
4919.6 20 4297.4 4287.4 4272.8 4258.1 4248.5 4272.84
4914.7 30 4263.5 4253.2 4218.9 4263.5 4219.6 4243.74
4919.6 40 4189.5 4263.1 4145.4 4218.9 4214.9 4206.36
4924.5 50 4346.6 4336.2 4316.4 4341.4 4169.5 4302.02
4919.6 60 4508.7 4552.1 4449.5 4557.3 4454.7 4504.46
Gambar 6.3. Grafik Hubungan Reflektansi terhadap Sudut pada Mode TM skala 1
Dari data didapatkan bahwa persentase terkecil dari reflektansi terletak pada sudut
57. Sehingga dari grafik tersebut, diketahui bahwa nilai indeks bias dari kaca preparat adalah
1,600.
Untuk memperoleh nilai indeks bias yang lebih akurat , maka dilakukan pengukuran
dengan variasi dengan skala lebih kecil lagi yaitu sebesar 1/60, sehingga dapat dibuat sebuah
grafik hubungan reflektansi terhadap sudut pada mode TM skala 1/60 .
Gambar 6.4. Grafik Hubungan Reflektansi terhadap Sudut pada Mode TM skala 1/6
Dari grafik tersebut diketahui bahwa sudut terkecil yang terukur berada pada sudut
56.667. Sehingga diperoleh nilai indeks bias sebesar 1,520 sedangkan indeks bias literatur
sebesar 1,485-1,755. Sehingga nilai indeks bias yang diperoleh berada pada kisaran literatur,
hal tersebut diketahui bahwa hasil dari pengukuran yang dilakukan akurat.
VII. KESIMPULAN
1. Prinsip kerja dari pengukuran indeks bias kaca preparat dengan sudut brewster
ini adalah apabila suatu sumber cahaya mengenai suatu kaca maka cahaya tersebut sebagian
akan diteruskan dan sebagian akan dibiaskan. Cahaya yang dibiaskan akan membentuk sudut
tertentu sesuai dengan besar cahaya dari sumber, maka sudut brewster merupakan sudut yang
terbentuk dari sudut dantang dan sudut bias yang membentuk 90. Dari pengukuran ini, sudut
brewster diketahui dari intensitas sinar refleksi yang palinng kecil.
2. Indeks bias dari kaca preparat adalah 1,520 sedangkan indeks bias literatur
sebesar 1,485-1,755.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Bahruddin, Drs. MM. 2006. Kamus Fisika Plus. Epsilon Group: Bandung.
Pedrotti, F.L. & L.S. Pedrotti 1993, Introduction to optics, second edition. New
Jersey: Prentice-Hall Inc.
Raymond A, Serway, John W. Jewett. 2010. Fisika Untuk sains dan Teknik, Jakarta:
Salemba Teknika,
Soedojo, Peter. 2004. Fisika Dasar . Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.
A.Tipler, Paul. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Penerbit Erlangga :
Jakarta.