Anda di halaman 1dari 41

1

KONSEP ETIKA, MUTU KEPERAWATAN DAN

PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Etika Keperawatan

1. Pengertian

Etika berasal dari bahasa yunani Ethos yang berarti hubungandengan

adat atau kebiasaan (Suhaemi, 2004). Menurut kamus Webster dalam Ismani

(2001) etik adalah suatu ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk

secara moral, dan Maertens, G, dkk dalam Bishop & Scudder (2005)

menyebutkan bahwa etika adalah cabang filsafat yang mengenakan refleksi

dan metoda pada tugas manusia untuk menemukan nilai-nilai moral atau

menerjemahkan nilai-nilai itu kedalam norma-norma (etika dasar) dan

menerapkannya dalam situasi kehidupan konkret (etika terapan). Sedangkan

Guwandi, Zerwech & Claborn dalam Bishop & Scudder (2005)

menyedderhanakan bahwa etika adalah disiplin yang mempelajari tentang

baik atau buruk sikap-tindak manusia, yang dinilai adalah sikap tindak

seseorang baik dalam pergaulan sehari-hari, maupun did al;am melaksanakan

profesi. Etika juga merupakan studi tentang standar-standar perilaku

profesional yang berkaitan dengan baik dan buruknya perilaku profesional

(potter & Perry, dalam Bishop & Scudder (2005).

Shannon dalam Bishop & Scudder (2005) mengatakan bahwa suatu teori

etika adalah proses yang ditempuh dalam membenarkan suatu keputusan etis
2

tertentu. Suatu teori etika adalah cara yang dipakai untuk menyusun informasi

yang kompleks dan nilai-nilai serta kepentingan-kepentingan yang bersaing

satu sama lain dan mencari jawaban atas pertanyaan apa yang harus saya

lakukan . Maksud utama dari sebuah teori etika adalah menyediakan

kosistensi dan koherensi dalam mengambil keputusan-keputusan moral

artinya suatu teori atau kerangka etika memberikan suatu sarana untuk

mendekati berbagai masalah. Sebuah teori memungkinkan manusia juga

mempertahankan konsistensi tertentu dalam pengambilan keputusan. Apabila

manusia konsisten dan koheren dalam mengambil keputusan maka akan

dicapai kepaduan intern serta integritas yang lebih besar dalam pengambilan

kepurtusan.

Beberapa teori dasar/prinsip etik pembuatan keputusan menurut Fry

dalam Suhaemi (2004) secara garis besar diklasifikasikan menjadi teori

teleologi dan deontologi.

a. Teleologi

Teleologi berasal dari bahawa Yunani dari kata telos berarti akhir

istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakan saling bergantian.

Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena

berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi.

Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifies the

means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang

terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi.
3

Pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil

mungkin bagi manusia (Kelly dalam Suhaemi, 2004)

b. Deontologi (formalisme)

Deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban

yang berprinsip pada aksi atau tindakan. Deontologi mengarah kepada

kewajiban dalam menentukan apakah sesuatu bersifat etis atau tidak.

Perbuatan dikatakan bersifat etis, bila orang memenuhi kewajiban atau

berpegang pada tanggung jawab. Bagi penganut deontologi yang

terpenting adalah kewajiban atau aturan-aturan karena hanya dengan

memperhatikan segi-segi moralitas ini dapat dipastikan bahwa

kepentingan diri tidak akanmengalahkan kewajiban moral. Manfaat paling

besar yang dibawakan oleh etika deontologist adalah kejelasan dan

kepastian dari titik awalnya, begitu orang mengenal aturan dan

mengetahui kewajibannya, sudah jelas apa yang etis dan apa yang tidak

(Fry dalam Suhaemi, 2004).

Berdasarkan pada uraian diatas dapat bermakna bahwa etik berfungsi

membuat kehidupan lebih baik karena dapat mengatur bagaimana seseorang

berbuat/bertindak dan secara moral dan rasional tindakan tersebut dapat

diterima. Dalam keperawatan etika memberikan moral bagi anggota profesi,

dalam mengatur hubungan perawat-klien dan dengan anggota profesi lainnya

dalam melaksanakan praktik keperawatan. Standar ini berguna untuk

melindungi perawat dan klien.


4

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat berhadapan

dengan manusia. Perawat meyakini bahwa klien mempunyai harga diri,

martabat dan otonomi, dan integritas mereka harus dipertahankan dalam

memberikan pelayanan/asuhan keperawatan. Disamping itu keperawatan

mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan dimana

kualitaspelayanan juga ditentukan oleh pertimbangan akan hak dan nilai-nilai

budaya dan adapt istiadat klien.

2. Prinsip Etik

Beberapa prinsip etik yang pada umumnya digunakan dalam etik

profesional antara lain otonomi, tidak merugikan, berbuat baik, adil, dan

berkata benar. Prinsip-prinsip tersebut memastikan adanya beberapa aturan

yang menyertai dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien missal

berkata benar dan menepati janji (Fry dalam Suhaemi, 2004). Prinsip-prinsip

etik dapat membentu dalam pengambilan keputusan etikal dan sering kali

berperan dalam penetapan keputusan-keputusan dalam pelayanan

keperawatan. Namun demikian dalam penggunaannya, prinsip-prinsip

tersebut tidak selamanya dapat digunakan untuk situasi pengambilan

keputusan etikal (AARN dalam Bishop & Scudder, 2005). Sebagai missal bisa

saja prinsip berkata yang sebenarnya (missal tentang diagnosa pasien/klien)

tidak selalu dapat diterapkan, karena pada kultur tertentu hal ini tidak selalu

dapat diterima pada pasien/klien. Hal ini menjadi penting bagi perawat untuk

menetapkan prinsip-prinsip etik mana yang menjadi proiritas manakala hal-


5

hal tertentu justru menimbulkan konflik (Johnstone dalam Suhaemi, 2004).

Terlepas dari beberapa keterbatasan tersebut, sangat penting untuk memahami

prinsip-prinsip etik karena dapat membantu dalam mengklarifikasi masalah-

masalah etik dan dapat menjadi panduan dalam pengambilan keputusan etikal.

a. Prinsip Otonomi

Otonomi adalah suatu bentuk kebebasan bertindak, dimana seseorang

mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukannya sendiri.

Dalam paham otonomi terkandung dua unsure, yang pertama adalah

kemampuan untuk mengambil keputusan tentang suatu rencana bertindak

yang tertentu. Orang harus mampu memeriksa alternative-alternatif yang ada

dan membedakannya. Kedua, orang harus mapu untuk mewujudkan

rencananya menjadi kenyataan. Otonomi meliputi kemampuan untuk

merealisasikan dan melaksanakan apa yang telah diputuskan.

Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur

diri sendiri. Hal ini berarti menghargai manusia, sehingga memperlakukan

mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat dan

mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Prinsip otonomi sangat penting

dalam keperawatan, misalnya dalam melaksanakan praktik keperawatan,

perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai individu yang

dapat memutuskan yang terbaik bagi dirinya. Perawat harus melibatkan klien

berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan klien tersebut. Dalam aplikasinya prinsip otonomi menyalahkan


6

secara moral semua tindakan yang tidak melibatkan klien dalam membuat

keputusan bagi dirinya.

Klien dewasa mempunyai kemampuan yang baik untuk menerima atau

menolak sebuah tindakan. Meskipun pemberi pelayanan kesehatan tidak

setuju dengan keputusan klien, keputusan itu tetap harus dihargai (Beauchamp

& Childress dalam Bishop & Scudder 2005). Pada anak-anak, remaja,

seseorang yang mengalami gangguan mental atau yang tidak mampu berbuat

apa-apa maupun dalam keadaan koma dimana mereka tidak/belum dapat

mengambil keputusan terhadap pelayanan kesehatan, harus diidentifikasikan

sumber lain dalam rangka pengambilan keputusan tindakan untuk kepentingan

mereka, misalnya melalui keluarga atau teman karib yang ditunjuk untuk

mewakili, hal ini sebagai aspek legal. Untuk itu penting sekali perawat untuk

mendokumentasikan hal-hal yang diinginkan klien dan menyampaikan pada

profesi lain untuk digunakan dalam merencanakan tindakan pada klien.

Prinsip otonomi memberikan basis bagi standar legal untuk informed

consent (persetujuan tindakan). Beberapa kewajiban perawat yang terkait

dengan prinsip otonomi meliputi berkata benar, respek terhadap privacy orang

lain, menjaga kerahasiaan, meyakinkan klien untuk menetapkan pilihan

setelah diberikan informasi, membantu klien membuat keputusan penting dan

respek terhadap hak-hak klien untuk menolak tindakan (CAN, dalam Bishop

& Scudder, 2005).


7

Yokoyama (1998) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa perawat

melakukan proteksi hak-hak pasien dan martabat manusia, respek terhadap

informed consent dan caring terhadap pasien dan keluarga yang tidak mau

memperoleh informasi yang kurang tetap tentang treatment dan prognosis

(Ismani, 2001)

Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah

(Johnstone dalam Bishop & Scudder, 2005) :

1) Melakukan sesuatu bagi klien tanpa memberitahukan sebelumnya.

2) Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi yang relevan yang penting

diketahui klien dalam membuat suatu pilihan.

3) Memberitahu klien bahwa keadaannya baik, padahal terdapat

gangguan/penyimpangan-penyimpangan.

4) Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki

informasi tersebut.

5) Memaksa klien menyampaikan informasi tentang hal-hal yang mereka

sudah tidak bersedia menjelaskannya.

b. Prinsip tidak merugikan (Nonmaleficence)

Asas tidak merugikan merupakan suatu cara untuk mengatakan bahwa

kita berkewajiban tidak mencelakakan orang lain (Daly et al, 2002). Primum

non nocere yang terpenting adalah jangan merugikan. Prinsip dasar yang

diambil dari tradisi Hipokratik adalah jika tidak bisa berbuat baik kepada
8

seseorang, maka sekurang-kurangnya kita wajib untuk tidak merugikan orang

tersebut.

Kerugian atau injury dapat berupa kerugian fisik missal nyeri, kecacatan

atau kematian, atau kerugian emosional seperti mengakibatkan perasaan tidak

berdaya, dan terisolasi (CAN dalam Bishop & Scudder, 2005). Florence

Nightingale menyatakan bahwa pasien harus tidak boleh menjadi buruk

selama menerima asuhan keperawatan. (Ellis & Hartley dalam Suhaemi,

2004).

Asas tidak merugikan dengan jelas membawa kewajiban untuk tidak

merugikan seseorang dengan sengaja atau secara langsung. Pada situasi

dimana pasien/klien menghadapi resiko kerugian tertentu tetap tidak perlu

prinsip tidak merugikan tidak boleh dilanggar, misal seorang pasien yang

menerima kemoterapi, dengan tindakan tersebut ia menghadapi berbagai

resiko kerugian, antara lain mual, rambut rontok, dan sakit kepala.

Keadaan sakit dan tindakan pelayanan kesehatan dapat menimbulkan

kerugian fisik maupun emosional. Kadang-kadang tindakan perawat secara

temporer dapat menyebabkan kerugian missal ketika pemberian vaksinasi atau

mengganti balutan. Akan tetapi kerugian temporer ini dapat dibenarkan sejauh

prinsip otonomi telah diterapkan (Suhaemi, 2004) :

1) Jangan membunuh

2) Jangan menyebabkan nyeri atau penderitaan bagi orang lain

3) Jangan menjadikan oranglain tidak mampu


9

4) Jangan menyebabkan orang lain terluka perasaannya

5) jangan menghilangkan kenikmatan hidup orang lain.

Sedangkan beberapa contoh tindakan yang tidak merugikan antara lain :

1) Melakukan perawatan luka denganmenggunakan teknik a dan antiseptic.

2) Melakukan setiap tindakan berdasar prosedur tetap (protap) atau standar

3) Melakukan penyuluhan kesehatan sesuai dengan masalah klien

4) Tidak melukai perasaan klien dan keluarga.

c. Prinsip berbuat baik (Beneficence)

Prinsip berbuat baik merupakan segi positif dari prinsip tidak merugikan

(Daly et al, 2002). Kewajiban berbuat baik menuntut bahwa perawat harus

membantu orang lain dalam memenuhin kepentingan mereka, jika kita dapat

melakukannya tanpa resiko bagi diri kita sendiri. Aazas berbuat baik

menyatakan bahwa kita mempunyai kewajiban positif untuk memperhatikan

kesejahteraan orang lain atau menolong mereka, bila mereka mencoba

melaksanakan rencana mereka.

Tiga bentuk berbuat baik yaitu : mencegah kerugian , mengatasi

kerugian, dan meningkatkan kondisi/situasi menjadi baik (Johnson dalam

Suhaemi, 2004).

Beberapa prinsip berbuat baik adalah :

1) Orang baik melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk.

2) Mencegah kejahatan atau kesalahan, menyarankan berbuat baik, dan

memberikan ide-ide baik.


10

3) Menghormati kemerdekaan dan kebebasan orang lain.

4) Melakukan langkah-langkah positif untuk menolong orang lain.

5) Kewajiban menolong orang lain dengan resiko seminimal mungkin

terhadap dirinya.

6) Mempertimbangkan kebaikan yang dilakukan dengan kerugian yang

mungkin timbul akibat dari melakukan ataupun tidak melakukan sesuatu

kebaikan.

Inti dari prinsip berbuat baik adalah tanggung jawab untuk melakukan

kebaikan yang menguntungkan pasien dan menghindari perbuatan atau yang

merugikan atau membahayakan pasien. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan

adalah adanya sumbangsih perawat terhadap kesejahteraan, kesehatan,

keselamatan, dan keamanan pasien.

Beberapa contoh berbuat baik ini antaralain :

1) Melindungi dan mempertahankan hak-hak pasien.

2) Mencegah timbulnya kerugian bagi klien/keluarga.

3) Menghilangkan keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan kerugian bagi

klien.

4) Menolong klien dari ketidakmampuan.

5) Menyelamatkan klien dalam keadaan bahaya.

d. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan adalah adanya kesamaan tindakan. Pandangan tentang

keadilan merupakan dasar dari struktur pelayanan keperawatan dan pelayanan


11

kesehatan (Suhaemi, 2004). Sedangkan Husted, Zerwekh dan Claborn dalam

Suhaemi (2004) , menyebutkan keadilan merupakan alokasi sumber daya, dan

distribusi pelayanan kesehatan. Keadilan adalah pembagian manfaat dan

beban, serta pembagian barang dan jasa menurut standar yang ada.

Dengan demikian adil merupakan salah satu prinsip moral yang berlaku

bagi semua individu yang berarti setiap individu berhak atas tindakan dan

perlakuan yang sama tanpa dibedakan oleh suku, agama, ras, antar golongan,

status social ekonomi, dan status penyakit. Tindakan yang sama tidak selalu

identik tetapi dalam hal ini persamaam berarti mempunyai kontribusi yang

relatif sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip adil dilihat dari

aspek alokasi sumber-sumber yang tersedia tidak berarti harus sama dalam

jumlah dan jenis tindakan yang dilakukan tetapi dapat diartikan mempunyai

kesempatan yang sama dalam mendapatkannya sesuai dengan kebutuhan.

Kadang-kadang sulit untuk memberikan pembagian yang sama secara

adil karena setiap orang mempunyai kebutuhan yang berbeda, tergantung dari

situasi mana seseorang dapat menerima lebih banyak dibanding yang lainnya.

Atas dasar itulah perawat menentukan prioritas dalam berbagai kebutuhan

untuk menentukan perawat yang dubutuhkankan pasien.


12

Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan alokasi sumber daya adalah

sebagai berikut (CAN, dalam Bishop & Scudder, 2005) :

1) Prinsip Kebutuhan

Prinsip ini berdasar pada kondisi yang lebih membutuhkan bantuan dalam

pelayanan kesehatan, sumber-sumber harus dialokasikan untuk memenuhi

kebutuhan kesehatan

2) Prinsip Kesamaan

Semua manfaat dan beban didistribusikan secara sama. Sehingga setiap

orang berhak mendapatkan manfaat yang sama dan setiap orang harus

menanggung beban yang sama pula. Dalam pemberian tindakan tidak

dibenarkan adanya diskriminasi suku/ras, jenis kelamin, atau agama.

3) Prinsip Pendayagunaan

Prinsip ini berarti bahwa sumber-sumber pelayanan kesehatan harus

dialokasika untuk meningkatkan manfaat.

4) Prinsip Kebebasan

Prinsip ini meliputi hak-hak individu untuk membuat pilihannya sendiri.

5) Prinsip Kontribusi

Setiap orang berhak mendapatkan kesuksesan/haknya atas produksi usaha

kerjanya.

6) Prinsip Usaha

Tingkat usaha yang dilakukan oleh individu akan mendpat reward atau

penghargaan sesuai dengan keberhasilannya.


13

Beberapa contoh penerapan prinsip keadilan adalah sebagai berikut

(a) Melakukan observasi kepada setiap klien

(b) Setiap klien yang akan mengalami operasi/pembedahan mempunyai

kesempatan yang sama untuk mendapatkan penjelasan dan persiapan

yang berhubungan dengan operasinya.

(c) Memberikan tinadakan keperawatan pada setiap klien dengan tidak

membedakan agama/keyakinan klien, jenis kelamin, social ekonomi

dan penyakit.

e. Prinsip Kejujuran

Kejujuran (Veracity) berarti mengatakan yang sebenarnya dan kejujuran

merupakan suatu kewajiban untuk mengatakan tentang kebenaran, tidak

berbohong dan tidak menipu klien (Marquis dan Huston, 2000). Mengatakan

yang sebenarnya merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi

dan berinteraksi antar manusia, tanpa kejujuran tidak akan ada rasa saling

percaya/trust dan tanpa ada rasa saling percaya tidak akan terjadi komunikasi

dan interaksi. Prinsip kejujuran dan kebenaran diperlukan dalam

pelayanan/asuhan keperawatan terutama dalam penyampaian status kesehatan

klien, rencana pengobatan dan asuhan keperawata secara jelas dan akurat.

Penerpan prinsip kejujuran membutuhkan penerimaan serta kesadaran

perawat tentang mengatakan yang sebenarnya dengan tidak menghilangkan

perbedaan tiap individu dan keunikan klien sebagai manusia. Prinsip ini

memberikan kebebasan kepada klien untuk memilih alternative perawatan


14

atau pengobatannya dan ini merupakan dasar untuk menetapkan pilihan yang

realistis.

Dalam penyampaian informasi, perawat perlu mempersiapkan diri

dengan baik untuk mengantisipasi reaksi klien. Pada dasarnya informasi yang

akurat, lengkap dan menyeluruh bila disampaikan akan menguntungkan klien

sebab klien dapat menetukan apa yang harus dilakukan. Contoh tindakan yang

menerapkan prinsip kejujuran Veracity, antara lain : Perawat memberikan

penjelasan tentang efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian

kemoterapi pada klien kanker.

f. Prinsip Kesetiaan (Fidelity)

Prinsip ini menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia terhadap

komitmen, loyal, menepati janji, mengatakan yang benar dan tetap setia

terhadap klien yang telah mempercayakan perawat untuk mendapatkan asuhan

keperawatan (Fry dalam Suhaemi, 2004).

Kesetiaan ini akan mempertahankan hubungan saling percaya antara

perawat dank lien. Dalam hubungan perawat klien, perawat sebagai pemberi

jasa pelayanan keperawatan akan tetap konsisten terhadap apa yang

dikatakannya dan akan memenuhi kewajibannya. Kewajiban ini meliputi ,

menepati janji dan menyimpan rahasia pasien serta caring.

Contoh tindakan yang sesuai dengan prinsip kesetiaan, antara lain :

Perawat A tetap konsisten merawat Ny.B meskipun Ny.B semakin memburuk

dan perawat tersebut tetap merawatnya dan menjaga hubungan saling percaya
15

sampai kepada hari-hari akhir kehidupan Ny.B. Sedangkan contoh tindakan

yang tidak sesuai dengan prinsip menepati janji antara lain perawat tidak

konsisten dengan janjinya, dimana perawat berjanji akan memberikan

penjelasan tentang keadaan penyakit Tn.M, tetapi setiap diingatkan perawat

tersebut selalu menghindar.

g. Kode Etik Keperawatan

Kode etik adalah tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam

masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertentu oleh kelompok itu (profesi),

sedangkan profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang

memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Mereka yang membentuk suatu

profesi disatukan juga karena latar belakang pendidikan yang sama dan

bersama-sama memiliki keahlian yang tertutup bagi orang lain (Bertens,

2001).

Dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan suatu profesi

dapat diperkuat karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa

kepentingannya akan terjamin. Kode etik ibarat kompas kyang menunjukkan

arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral etik

untuk menjadi hasil self-regulation (pengaturan diri dari profesi). Agar kode

etik dapat diterapkan dengan baik maka dalam pelaksanaannya harus diawasi

terus menerus (Bertens, 2001). Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan

dinilai dan ditindak lanjuti oleh suatu komisi yang dibentuk khusus untuk

itu.
16

Tujuan kode etik adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis

dan adanya kewajiban melapor seandainya ada teman sejawat yang melanggar

kode etik. Ketentuan ini merupakan akibat logis dilihat dari self-regulation

yang terwujud dalam kode etik, sebagaimana kode etik itu berasal dari adanya

niat profesi untuk mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan

kesediaan profesi untuk menjalankan control terhadap pelanggar.

Keperawatan sebagai suatu profesi harus menjamin bahwa masyarakat

mendapat pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan dan dipertanggung

gugatkan. Untuk ini keperawatan memberlakukan suatu pedoman bagi

anggotanya yang terdapat dalam kode etik keperawatan. Kode etik

keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang

memberikan tuntunan bagi anggota profesi melaksanakan praktik dalam

bidang keperawatan, baik yang berhubungan dengan klien, masyarakat, teman

sejawat dan profesi keperawatan (Potter dan Perry, 1993).

Suatu kode merupakan seperangkat prinsip-prinsip etik yang secara

umum diterima oleh anggota profesi. Prinsip-prinsip tersebut dapat membantu

perawat dalam mengambil keputusan terhadap tindakan-tindakankeperawatan

pada situasi tertentu. Diberbagai negara terdapat berbagai kode untuk perawat

profesional dengan variasi kontent masing-masing, akan tetapi pada dasarnya

memiliki prinsip-prinsip yang sama yaitu meliputi prinsip otonomi, berbuat

baik, tidak merugikan, adil, berkata benar/jujur, setia/menepati janji (keeping

promises), dan menjaga kerahasiaan (Potter dan Perry, 1993).


17

Sedangkan kode etik keperawatan berfungsi untuk (Kozier & Erb,

1989):

a. Memberikan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat, klien,

tenaga kesehatan lain, masyarakat dan profesi keperawatan.

b. Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan.

c. Menjadi dasar dalam me,mbuat kurikulum pendidikan keperawatan dan

dalam orientasi lulusan pada prakti keperawatan profesional.

d. Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan

praktik keperawatan.

Kode etik keperawatan mencakup bagaimana tanggung jawab perawat

terhadap klien, tanggung jawab terhadap praktik keperawatan, tanggung

jawab perawat terhadap masyarakat, tanggung jawab perawat terhadap teman

sejawat serta tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan.

a. Tanggung jawab perawat terhadap klien (PPNI, 2000; ICN, 2000).

1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai

harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh

oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis

kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan social.

2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

senantiasamemelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-

nilai budaya, adapt istiadat dan kelangsungan hidup beragamadari

klien.
18

3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang

membutuhkan asuhan keperawatan.

4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui

sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika

diperlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan hokum yang

berlaku.

Elemen pertama kode etik di atas mencerminkan bahwa :

1) Tanggung jawab perawat yang utama ialah melindungi dan

meningkatkan kesejahteraan dan martabatsetiap orang yang

dirawatnya.

2) Prisip dasar prakti keperawatan adal;ah menghormati martabat dan

nilai-nilai yang dimiliki klien. Perawat secara moral berkewajiban

menghormati keberadaan manusia dan individualitas semua orang

yang menerima asuhan keperawatan. Karena itu perawat harus

menggunakan cara-cara yang masuk akal dan dapat diterimauntuk

melindungi serta mempertahankan kehidupan manusia apabila ada

harapan untuk sembuh. Sebagaimana dalam UU RI No.36 Tahun

2009 tentang kesehatan bahwa keperawatan dapat dilakukan

berdasarkan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat

dipertanggung jawabkan.

3) Mengatakan yang sebenarnya dan upaya membantu klien menetapkan

pilihan secara otonom, adalah dasar untuk menghormati seseorang.


19

Klien harus secara penuh diikut sertakan dalam perencanaan sendiri.

Klien mempunyai hak moral untuk menentukan hal-hal yang akan

dilakukan terhadap dirinya, dinberikan informasi yang akurat untuk

membuatkeputusan yang benar, dibantu dalam mempertimbangkan

keuntungan pengobatan apakah menerima atau menolak dan perlu

diberikan bantuan emosional. Setiap perawat mempunyai kewajiban

untuk mengetahui hak moral dan hak legal semua klien serta

melindungi dan membantu dalam kaitannya dengan hak-hak tersebut.

4) Dalam situasi dimana klien kurang mampu untuk mengambil

keputusan perlu titunjuk pengganti/wakil dalam pengambilan

keputusan tersebut.

5) Tanggung jawab terhadap kliensama sekali tidak boleh dipengaruhi

oleh jenis kelamin, asal/suku, agama, budaya, politik, pendidikan,

ekonomi, tingkat social, usia, kepribadian, penyakit dan kebangsaan.

6) Informasi tentang klien harus tetap dijamin kerahasiaannya dan

dihormati setinggi-tingginya. Informasi tersebut tidak boleh diberikan

kepada orang-orang diluar kelompok profesi keperawatan yang

langsung berhubungan dengan klien tanpa persetujuan klien yang

bersangkutan, kecuali dalam keadaan yang luar biasa.

b. Tanggung jawab perawat terhadap praktik (PPNI, 2000; ICN, 2000)

1) Perawat memeliharan dan meningkatkan kompetensi dibidang

keperawata melalui belajar terus menerus.


20

2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang

tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan

serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

3) Perawata dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang

adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi

seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan

memberikan delegasi kepada orang lain.

4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan

dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.

Elemen kedua kode etik diatas bermakna sebagai berikut :

1) Profesi keperawatan bertanggung jawab untuk memberikan asuhan

keperawatan yang adekuat dan kompeten. Oleh karena itulah

merupakan tanggung jawab setiap perawat untuk mempertahankan

kompetensinya dalam praktik keperawatan guna memenuhi

kesejahteraan klien secara optimum, untuk mengembangkan

profesionalisme perawat sendiri, mengembangkan paduan

pengetahuan dan teknik baru untuk memberi asuhan kepada klien

terutama bila hal tersebut berhubungan dengan area praktik khusus.

Perawat harus menyadari kebutuhan belajarberkelanjutan secara

profesional dan harus memiliki tanggung jawab individu terhadap

pengembangan dan keterampilan baru.


21

2) Perwujudan kualitas asuhan keperawatan yang tinggi adalah tanggung

jawab perawat sebagai individu dan anggota profesi keperawatan.

Kondisi pekerjaan harus dapat membuat perawat dapat berpraktik

sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam prakti keperawatan.

Perawata harus senantiasa memperbaiki praktik keperawatan dan

disesuaikan dengan perubahan yang ada dalam system pelayanan

kesehatan melalui penambahan/peningkatan pengetahuan.

c. Tanggung jawab perawat terhadap masyarakat (PPNI, 2000)

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk

memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi

kebutuhan kesehatan masyarakat.

Elemen ketiga kode etikkeperawatan di atas bermakna bahwa perawat

bersama masyarakat berperan dalam upaya pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, pemulihan, dan memperbaiki/merehabilitasi

kondisi kesehatan masyarakat.

d. Tanggung jawab perawat terhadap teman sejawat (PPNI, 2000; ICN,

2000).

1) awat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesame perawat

maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara

keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan

pelayanan kesehatan secara menyeluruh.


22

2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis

dan illegal.

Elemen keempat kode etik keperawatan dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Keberadaan dan penerimaan kualitas pelayanan kesehatan yang tinggi

untuk semua orang memerlukan perencanaan kolaborasi yang

menghargai independensi tenaga kesehatan profesional dank lien

dalam system asuhan kesehatan. Kerja sama antara sesame perawat

dan tenaga kesehatan lainnya senantiasa harus selalu dipupuk demi

pelayanan kesehatan yang adekuat bagi klien.

2) Komitmen perawat adalah terhadap kesehatan, keamanan, dan

kesejahteraan klien. Sebagai advokat klien, perawat harus waspada

untuk melakukan tindakan yang tepat sehubungan denga prakti yang

tidak kompeten, tidak etis dan tidak legal oleh setiap anggota tim

kesehatan atau oleh sistem asuhan kesehatan yang dapat mengganggu

klien. Agar kiranya perawat dapat berfungsi dalam peran tersebut

secara aktif, perawat harus menyadari kebijakan dan peraturan institusi

dimana dia bekerja, standar praktik keperawatan, kode etik, dan

peraturan perundang-undangan mengenai keperawatandan asuhan

kesehatan.
23

e. Tanggung jawab perawat terhadap profesi (PPNI, 2000; ICN, 2000)

1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar

pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam

kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.

2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan

profesi keperawatan.

3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun

dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya

asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

Elemen di atas menjelaskan wibawa profesi keperawatan harus didasarkan

atas pendidikan dan pengalaman sehari-hari dalam memberikan asuhan

keperawatan ditatanan pelayanan kesehatan. Semua anggota profesi

bertanggung jawab untuk senantiasa mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan mereka sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan

yang bermutu tinggi.

h. Hak-hak Pasien/Klien

Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok

berdasarkan pada moral atau etikalyang ditujukan kepada pihak lain (Ellis &

Hartley, 1988). Hal tersebut dapat diartikan bahwa orang yang mempunyai

hak bisa menuntut bahwa orang lain akan memenuhi dan menghormati hak

tersebut.
24

1) Hak legal dan hak moral (Bertens, 2001)

Hak legal adalah hak yang berdasarkan hokum. Hak-hak legal berasal dari

undang-undang, peraturan atau hukum atau dokumen legal lainnya. Bila

hak legal berfungsi dalam sistem hokum, maka moral berfungsi dalam

sistem moral. Hak moral didasarkan atas prinsip atau peraturan etis.

Sebagai contoh kita semua akan menyetujui moral bahwa semua manusia

pria dan wanita harus diperlakukan dengan cara yang sama dalam keadaan

yang sama (Bertens, 2001)

2) Hak individual dan hak sosial

Pembagian dalam hak individu dan hak sosial sering dikemukakan dalam

hubungan dengan deklarasi universal tentang hak-hak asasi manusia yang

diproklamasikan oleh PBB pada tahun 1948. (Bertens, 2001)

menyebutkan bahwa terdapat dua macam hak. Pertama yang dimiliki oleh

individu terhadap Negara, seperti mengikuti hati nurani, hak beragama,

hak berserikat dan hak mengemukakan pendapat. Kedua hak sosial yaitu

hak sebagai anggota masyarakat misalnya hak atas pekerjaan, hak atas

pendidikan dan hak atas pelayanan kesehatan.

3) Hak Pasien/klien

Klien sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan, dalam prosesnya selalu

berhubungan dengan tenaga kesehatan apakah itu dokter, perawat, bidan

atau tenaga kesehatan lainnya. Hubungan antara tenaga kesehatan dengan

klien sangat sering dibahas karena dianggap ada ketidak haormonisan


25

hubungan tersebut dimana klien selalu ditempatkan pada posisi yang

lemah. Dalam rangka melindungi masyarakat dari berbagai praktik

kesehatan yang tidak benar, telah diundangkan peraturan atau perundang-

undangan khususnya yang menyangkut tentang hak pasien/klien.

Dengan adanya hak-hak klien ini diharapkan masyarakat

memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjadi peningkatan

pelayanan dan memberikan impact bagi tenaga kesehatan untuk

melakukan perubahan pada sistem dalam rangka memenuhi kebutuhan

klien (Davis & Aroskar, 1983)

Dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan

disebutkan bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya

berkewajiban untuk mematuhi stansar profesi dan menghormati hak-hak

pasien. Yang dimaksud hak pasien pada undang-undang tersebut adalah

hak atas informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia

kedokteran dan hak atas pendapat kedua (second opinion), sedangkan

didalam Peraturan Pemerintah RI nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga

kesehatan pasal 22 menyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam

melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk :

1) Meneghormati hak pasien

2) Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien


26

3) Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan

yang dilakukan.

4) Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan

5) Membuat dan memelihara rekam medik

Dalam pasal 23 PP nomor 32 tahun 1996 disebutkan bahwa pasien berhak

atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

tenaga kesehatan mengakibatkan terganggunya kesehatan, cacat atau

kematian yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian.

Peraturan-peraturan hukun diatas secara jelas telah melindungai

masyarakat/klien terhadap pemenuhan hak-haknya sebagai klien,

sebagaimana telah diuraikan diatas hal ini akan berimplikasi bagi tenaga

kesehatan termasuk perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Mereka dituntut untuk dapat memberikan pelayanan sesuai dengan standar

profesional dan etikal. Prinsip-prinsip etik universal harus melekat dalam

setiap hubungan perawat-klien dimana terjadi mekanisme timbal balik dan

kerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan.

Dalam Undang-Undang RI No.8 tahun 2000 tentang perlindungan

konsumen diharapkan masyarakat akan dapat menerima pelayanan secara

adil, bermanfaat, aman serta adanya kepastian hokum. Dalam undang-

undang ini terdapat sembilan hak konsumen. Bila diselaraskan dengan jasa

bidang keperawatan, maka dictum tersebut adalah sebagai berikut.

1) Hak atas kenyamanan, keamanan dan kesehatan


27

Segala tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus dapat

memberikan jaminan bahwa klien tidak akan mengalami cedera baik

secara fisik maupun emosi dan kenyamanan klien harus dipenuhi

selama berhubungan denga perawat. Hak inipun secara eksplisit telah

terakomodasi dalam kode etik keperawatan Indonesia serta pernyataan

Thompson dan Melia dan Boyd dalam Hamid (2001).

2) Hak untuk memilih

Klien berhak memilih institusi pelayanan kesehatan dan tenaga

kesehatan yang diharapkan dan merawatnya.

3) Hak akan informasi

Klien berhak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi kesehatannya, asuhan keperawatan yang diterimanya, fasilitas

dan sarana yang disediakan.

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya.

Perawat wajib menjadi pendengar yang baik bagi klien. Perawat perlu

menghargai otonomi klien dalam pengambilan keputusan tindakan

yang berkaitan dengan perawatannya. Perawat diharapkan dapat

memberikan kondisi dimana klien dapat memberikan umpan balik

terhadap pelayanan keperawatan yang telah diberikan.

5) Hak utnuk mendapat advokasi dan perlindungan terhadap tindakan-

tindakan yang illegal dan tidak etis dari tenaga kesehatan serta
28

mempfasilitasi upaya penyelesaian sengketa sesuai dengan peraturan

yang berlaku (Hamid, 2001).

6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan kesehatan dalam

rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan klien dan

keluarganya dalam mengatasi masalah kesehatannya dan mencegah

masalah-masalah baru.

7) Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak

membeda-bedakan klien dari segi agama, pendidikan, suku bangsa,

ras, sosial ekonomi, penyakit dan jenis kelamin.

8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian

apabila pelayanan keperawatan yang diterima klien tidak sesuai

dengan standar asuhan keperawatan.

B. Hubungan Perawat-Klien dalam Konteks Penerapan Etika Keperawatan

Issue sentral dari hubungan seorang profesional dengan klien adalah

adanya alokasi tanggung jawab dan otoritas dalam pengambilan keputusan yaitu

siapa yang akan mengambil keputusan (Bayles, 1981). Kontak yang terus

menerus antara perawat dan klien membutuhkan suatu hubungan perawat-klien

yang spesifik yang dibina atas dasar saling percaya. Hubungan yang spesifik ini

merupakan dasar dalam etika keperawatan (Potter & Perry, 1989).


29

Curtin & Flahery (1982) menyebutkan bahwa humanitas klien merupakan

inti dari filosofi keperawatan dan kebutuhan yang unik dari klien sebagai manusia

merupakan focus sentral dari etik keperawatan. Dasar dari hubungan perawat-

klien adalah hubungan humanitas yang mutual. Pada hakekatnya hubungan

perawat-klien ditentukan karena adanya kebutuhan klien dan respon perawat

untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Menurut Peplau dalam Bandman dan Bandman (1990) hubungan perawat-

klien didasarkan pada penghargaan atas harkat dan martabat manusia,

pembentukan rasa saling percaya, cara-cara pemecahan masalah dan kolaborasi.

Dalam hubungan perawat-klien, perawat dapat berfungsi sebagai narasumber

didalam memberikan informasi yang relevan dengan masalah klien. Perawat juga

dapat berfungsi konsuler dimana klien menjelaskan perasaannya dan hal-ahal

yang berkaitan dengan keadaan penyakitnya. Disamping itu perawat juga dapat

berfungsi sebagai pengganti orang tua, saudara kandung atau sebagai orang yang

paling dekat dengan klien, sehingga memungkinkan klien mengeksplorasi

perasaannya sesauai dengan sifat hubungan tersebut.

Fungsi lain yang dilaksanakan perawat adalah sebagai seorng ahli yang

mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi kebutuhan dan

permasalahan klien. Pada proses hubungan perawat-klien, klien mengutarakan

masalahnya dalamrangka mendapatkan pertolongan artinya klien mempercayakan

dirinya terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk itu perawat

mempunyai kewajiban menghargai kepercayaan klien untuk memberikan


30

pelayanan atau asuhan secara kompeten, melindungi harkat dan martabat klien

dan menjaga kerahasiaan klien. Hubungan ini memerlukan perlakuna yang adil

dan penghargaan atas hak dan kewajiban kedua belah fihak.

Menurut Mc. Closkey & Grace (1990) dalam hubungan saling percaya

terdapat suatu kewajiban untuk mengatakan kebenaran dan kewajiban untuk tidak

membohongi klien. Perawat diharapkan berinteraksi dengan klien dengan cara

selalu mengatakan yang sebenarnya. Kepercayaan ini dibutuhkan klien dalam

mengahadapi keadaan sakitnya dan hal ini menjadi dasar dalam peran perawat

sebagai pembela klien (client advocate).

Fungsi utama pembela klien menurut Sitorus (2002) adalah memberi

informasi yang cukup kepada klien sehingga klien dapat membuat keputusan dan

memberi dukungan atas keputusan tersebut. Perawat sebagai pembela klien

memberi informasi dengan cara yang dapat dimengerti dan diberikan bila klien

membutuhkan dan siap untuk informasi tersebut.

Hubungan perawat-klien sebagaimana diuraikan diatas secara jelas

menggambarkan hubungan yang etikal. Etika keperawatan merupakan pedoman

untuk berperilaku yang seharusnya bagi seorang perawat. Perawat dalam

menerapkan asuhan keperawatan pada sistem klien diharuskan untuk menerapkan

prinsip-prinsip etik, yaitu menghargai otonomi kien /pasein, tidak merugikan

klien/pasien, berbuat baik pasa klien, adil, jujur, setia atau menepati janji,

menjaga kerahasiaan klien dan berkata yang sebenarnya.


31

C. Mutu Pelayanan Keperawatan

1. Pengertian mutu pelayanan keperawatan

Mutu menurut Tjiptono (2004) adalah seluruh gabungan sifat-sifat

produk atau jasa pelayanan dari pemasaran, engineering, manufaktur, dan

pemeliharaan di mana produk atau jasa pelayanan dalam penggunaannya akan

bertemu dengan harapan pelanggan. Sedangkan menurut Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja yang

menunjuk pada kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak

menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan

rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggarannya sesuai

dengan standar dan kode etik yang telah ditetapkan.

Azwar (2002) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat kesempurnaan

dari penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan

terhadap standar yang telah ditetapkan,

Mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan oleh

perawat yang sudah mengikuti dan sesuai dengan persyartan-persyaratan yang

telah ditetapkan dalam standar pelayanan / standar asuhan keperawatan dan

dapat dipertanggungjawabkan (Dep Kes RI, 1995 )

Pelayanan yang diberikan kepada pasien oleh perawat pelaksana dalam

memenuhi kebutuhan pasien, yaitu : a) memenuhi kebutuhan oksigen, b)

memenuhi kebutuhan nutrisi dan keseimbangan cairan dan elektrolit, c)

memenuhi kebutuhan eliminasi, d) memenuhi kebutuhan keamanan, e)


32

memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan, f) memenuhi kebutuhan

gerak dan kegiatan jasmani, g) memenuhi kebutuhan spiritual, h) memenuhi

kebutuhan emosional, i) memenuhi kebutuhan komunikasi, j) mencegah dan

mengatasi reaksi fisiologis, k) memenuhi kebutuhan pengobatan membantu

proses penyembuhan, l) memenuhi kebutuhan penyuluhan, m) memenuhi

kebutuhan rehabilitasi.

Menurut Azwar (2004) pelayanan kesehatan yang bermutu adalah:

Pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan

sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya

sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah ditentukan.

2. Dimensi mutu pelayanan

Menurut Parasuraman (1991) penilaian meliputi 8 dimensi mutu pelayanan

antara lain:

1) Tangibles (wujud nyata) yaitu wujud kenyataan fisik yang meliputi

fasilitas, peralatan, pegawai dan sarana informasi

2) Responsiveness (tanggapan) yaitu keinginan petugas untuk memberikan

pelayanan dengan tanggap dan peduli terhadap harapan pelanggan.

3) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan dengan

segera, dan memuaskan.

4) Assurance (jaminan) yaitu kompetensi yang dimiliki sehingga

memberikan rasa aman, bebas dari bahaya dan kepastian yang mencakup

pengetahuan, kesopanan dan sifat yang dapat dipercaya.


33

5) Empaty (empati) yaitu sifat dan kemampuan untuk memberikan perhatian

penuh pada pasien, kemudahan dalam melakukan kontak, komunikasi

yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan secara individual.

6) Courtesy (kesopanan) yaitu pertimbangan kesopanan dan rasa hormat

dalam hubungan personal.

7) Competence (kemampuan) yaitu posisi keterampilan dan pengetahuan

yang dibutuhkan dalam melakukan pelayanan.

8) Security (keamanan) yaitu bebas dari bahaya, resiko atau keraguan.

3. Faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan menurut

Parasuraman et all (1991) secara umum dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu:

1) Kesenjangan yang muncul dari dalam pemberi pelayanan, yaitu :

a) Kesenjangan tidak mengetahui harapan konsumen akan pelayanan.

b) Kesenjangan yang tidak memiliki desain dan standar pelayanan yang

tepat.

c) Kesenjangan tidak memberikan pelayanan berdasarkan standar

pelayanan.

d) Kesenjangan tidak memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan.


34

2) Kesenjangan yang muncul dari luar pemberi pelayanan, yaitu:

Terjadi karena adanya perbedaan antara persepsi konsumen dengan

harapan konsumen terhadap pelayanan.

Sedangkan unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:

a) Unsur masukan (input) yaitu meliputi tenaga, dana dan sarana fisik,

perlengkapan serta peralatan. Secara umum disebutkan bahwa apabila

tenaga dan sarana tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,

dan dana yang telah tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan maka sulit

untuk diharapkan kualitas pelayanan yang baik.

b) Unsur lingkungan mencakup kebijakan, organisasi dan manajemen. Di

sini dijelaskan apabila, organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai

dengan standar maka kualitas pelayanan sulit untuk dicapai.

C. Perencanaan Asuhan Keperawatan

1. Pengertian Perawat

Menurut Depkes RI (2003) perawat adalah seorang yang telah

menyelesaikan pendidikan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan yang diakui pemerintah RI.

Sedangkan menurut SK Menteri Kesehatan No. 1239/ Tahun 2001

tentang Registerasi dan Praktek Keperawatan, yang disebut perawat adalah

seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan perawat baik didalam


35

maupun diluar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan

a. Peran Perawat

Sesuai hasil lokakarya Nasional Keperawatan yang diadakan pada Bulan

Januari 2003, peran perawat yang utama ditetapkan :

1) Pelaksanaan Pelayanan Perawatan

Perawat bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan

keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai yang paling

komplek kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat.

Kegiatan perawatan yang diberikan meliputi 13 komponen

perawatan dasar, yiatu kebersihan dan kenyamanan, kegiatan dan

gerak jasmani, keselamatan dan keamanan, kebutuhan istirahat dan

tidur, keseimbangan cairan dan elektrolit, eliminasi, kebutuhan

oksigen dan pernafasan, reaksi fisiologis, pengobatan dan proses

penyembuhan, kebutuhan spiritual, kebutuhan emosional,

komunikasi dan kebutuhan iterpersonal serta kebuthan penyuluhan

dan rehabilitasi.

2) Pengelola dalam bidang Pelayanan Keperawatan dan Institusi

Pendidikan Keperawatan
36

Perawat bertanggungjawab dalam hal administrasi keperawatan baik

di masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan

keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

3) Pendidik dalam ilmu Keperawatan

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran

ilmu keperawatan bagi tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan

lainya.

4) Peneliti dan pengembangan Ilmu Keperawatan

Perawat melakukan penelitian keperawatan untuk mengembangkan

ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profewsi keperaawatan,

khususnya pelayanan keperawatan. Perawat juga menunjang

pengembangan di bidang kesehatan dengan cara berperan serta

dalam kegiatan penelitian kesehatan.

b. Fungsi perawat di Ruang Perawatan

Perawat mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Dapat mengkaji kebutuhan perawatan pasien, keluarga dan

masyarakat serta sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk

kebutuhan-kebutuhan tersebut.

2) Merencanakan pelayanan keperawatan

3) Melaksanakan rencana perawatan individual melputi upaya

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan


37

pelayanan pasien dalam keadaan terminal termasuk pemeliharaan

kesehatan.

4) mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan, diharapkan mampu

mengevaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pencapaian

tujuan dari proses perawatan yang dilaksanakan terhadap pasien.

Agar perawat dapat secara optimal dalam melaksanakan peran dan

fungsinya, maka perlu diperhatkan faktor pemenuhan kebutuhan hidup

dan kepuasan kerjanya. Hasibuan (1998) mengungkapkan bahwa faktor-

faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak

dan berperilaku dengan cara tertentu.

Dari uraian tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa pemenuhan

kebutuhan dan kepuasan kerja karyawan sangat mempengaruhi kinerja

karyawan tersebut dalam melaksanakan peran dan fungsinya.

3. Proses keperawatan

a. Pengertian

Proses keperawatan adalah penerapan metode pemecehan

masalah ilmiah kepada masalaha-masalah kesehatan/keperawatn

pasien, merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan

secara sistematis serta menilai hasilnya. Proses ini berorientasi pada

kegiatan yang memerlukan banyak keputusan berdasarkan

pertimbangan berbagai macam faktor dan variabel serta sintesis

pengetahuan , ide, prinsip, metodologi serta teknik dari keperawatan


38

dan disiplin lain yang berkait. Dalam keseluruhannya, proses

keperawatan merupakan pengitegrasian keterampilan intelektual,

hubungan antar pribadi dan keterampilan teknis dari seorang

perawat.

b. Tujuan

Tujuan proses keperawatan adalah memberikan asuhan

keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan setiap pasien. Pada

tingkat individu, perhatian keperawatan difokuskan kepada pasien

sebagai individu yang memiliki masalah berhubungan dengan

kesehatankesakitan, tindakan keperawatan direncanakan dan

dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang ditentukan.

c. Langkah-langkah proses keperawatan

Langkah dasar proses keperawatan sebagai berikut :

1) Pengkajian

Pengkajian dianggap sebagai dasar proses keperawatan

yang kegiatannya bertujuan mengumpulkan informasi

mengenai pasien, informasiI tersebut akan menentukan

kebutuhan dan masalah keperawatan yang meliputi kebutuhan

fisik, psikososial dan lingkungan sebagai sumber informasi

digunakan pasien, keluarga, petugas lain dan sumber data

sekunder seperti catatan dan laporan. Metode pengumpulan


39

data meliputi pengkajian fisik, observasi, wawancara, riwayat

keperawatan atau dokumentasi terkait.

Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis untuk

menentukan masalah pasien. Analisa merupakan proses

intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi,

mengklasifikasi, mengelompokkan, mengaitkandata,

menentukan kesejangan informasi, melihat pola data,

membandingkan dengan standard, menginterpretasi yang

akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa data adalah

pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut sebagai

diagnosa keperawatan.

Sebagai kesimpulan tahap pengkajian proses keperawatan

meliputi: pengumpulan data, analisa data dan penegasan

diagnosa keperawatan.

2) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas,

singkat dan pasti tentang maslah pasien serta penyebabnya

yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan

keperawatan. Masalah-masalah ini ditentukan dalam

pengkajian yang dilakukan oleh perawat


40

3) Perencanaan

Perencanaan adalah penentuan apa yang akan dilakukan

untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan kesehatannya

dan mengatasi masalah keperawatan yang telah ditemukannya.

4) Pelaksanaan

Pelaksanaan rencana keperawatan merupakan kegiatan

atau tindakan yang diberikan kepada pasien. Kegiatan ini

meliputi pelaksanaan rencana pelayanan keperawatan dan

rencana pernyataan medis. Pada tahap ini, perawat menerapkan

pengetahuan dan keterampilannya berdasarkan ilmu-ilmu

keperawatan dan ilmu lain yang terkait secara terintegrasi.

5) Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut

pengumpulan data obyektif dan subyektif yang akan

menunjukkan, apakah tujuan asuhan keperawatan sudah dicapai

atau belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang

perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.

4. Mengukur kegiatan Proses Keperawatan

Dalam penilaian Akreditasi Rumah Sakit, ada lima kegiatan

pelayanan dasar dan beberapa kegiatan pelayanan penunjang yang

dinilai (Depkes RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, 1998).


41

Lima kegiatan pelayanan dasar tersebut adalah :

a. Pelayanan Administrasi dan Manajemen

b. Pelayanan Medis

c. Pelayanan Keperawatan

d. Pelayanan Gawat Darurat

e. Pelayanan Rekam Medik.

Salah satu penilaian pelayan keperawatan adalah dari komponen

dokumentasi proses keperawatan.

Dokumentasi proses keperawatan merupakan informasi tertulis

yang akan menjadi dasar penjelasan tentang keadaan pasien yang

berkepentingan (Depkes RI, 1999 : 22)

Tujuan pendokumentasian proses keperawatan

a. Alat bagi tenaga keperawtan untuk berkomunikasi

b. Dokumentasi legal yang dapat bermanfaat dalam suatu

pengadilan

c. Sumber informasi untuk penelitian

d. Informasi statistik dapat membantu suatu institusi

e. Salah satu alat dalam proses pendidikan

f. Memantau mutu pelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai