dengan ligan melalui overlap antara orbital hibrida logam yang kosong
dengan orbital ligan yang berisi pasangan elektron bebas.
Pada hibridisasi yang melibatkan orbital d, ada dua macam kemungkinan
hibridisasi. Jika dalam hibridisasi orbital d yang dilibatkan adalah orbital d
yang berada di luar kulit dari orbital s dan p yang berhibridisasi, maka
kompleks yang terbentuk disebut sebagai kompleks orbital luar, atau outer
orbital complex. Sebaliknya, jika dalam hibridisasi yang dilibatkan adalah
orbital d di dalam kulit orbital s dan p yang berhibridisasi, maka kompleks
tersebut dinamakan kompleks orbital dalam atau inner orbital complex.
Umumnya kompleks orbital dalam lebih stabil dibandingkan kompleks orbital
luar, karena energi yang dilibatkan dalam pembentukan kompleks orbital
dalam lebih kecil dibandingkan energi yang terlibat dalam pembentukan
kompleks orbital luar. Untuk menghibridisasi orbital d yang berada di dalam
orbital s dan p diperlukan energi yang lebih kecil, karena tingkat energinya
tidak terlalu jauh.
Contoh :
[Ni(CO)4]; memiliki struktur geometris tetrahedral
Ni28 : [Ar] 3d8 4s2
: [Ar]
3d8 4s2 4p0
Elektron pada orbital 4s mengalami promosi ke orbital 3d, sehingga orbital 4s
kosong dan dapat mengalami hibridisasi dengan orbital 4p membentuk orbital
hibrida sp3.
Ni28 : [Ar]
3d8 4s 4p
hibridisasi sp3
Orbital hibrida sp3 yang telah terbentuk kemudian digunakan untuk berikatan
dengan 4 ligan CO yang masing-masing menyumbangkan pasangan elektron
bebas
[Ni(CO)4] : [Ar]
3d10 sp3
: [ Ar]
3d5 4s1 4p0
Dua buah elektron pada orbital d yang semula tidak berpasangan dipasangkan
dengan elektron lain yang ada pada orbital d tersebut, sehingga 2 orbital d yang
semula ditempati oleh kedua elektron tersebut kosong dan dapat digunakan
untuk membentuk orbital hibridal d2sp3
Fe3+ : [Ar]
hibridisasi d2sp3
Karena orbital d yang digunakan dalam hibridisasi ini berasal dari orbital d yang
berada disebelah dalam orbital s dan p, maka kompleks dengan orbital hibrida
semacam ini disebut sebagai kompleks orbital dalam (inner orbital complex)
[Fe(CN)6]3- : [Ar]
3d6 d2sp3
Orbital hibrida d2sp3 yang terbentuk diisi oleh pasangan elektron bebas dari ligan
CN-
Dalam kompleks terdapat satu elektron yang tidak berpasangan, sehingga
kompleks bersifat paramagnetik.
: [Ar]
3d8 4s2 4p0
Ni2+ : [Ar]
membentuk orbital hibrida dsp3
Salah satu elektron pada orbital d yang tidak berpasangan dipasangkan dengan
elektron lain, sehingga salah satu orbital d kosong dan dapat digunakan untuk
membentuk orbital hibrida dsp3
[Ni(CN4)]2- : [Ar]
3d8 dsp3
Semua elektron dalam kompleks ini berpasangan sehingga kompleks bersifat
diamagnetik
Contoh :
Ion [FeF6]3-, memiliki bentuk geometris oktahedral. Jika
diasumsikan kompleks ini merupakan kompleks orbital dalam
dengan hanya satu elektron yang tidak berpasangan, maka
seharusnya momen magnet senyawa adalah sebesar 1,73 BM.
Menurut hasil pengukuran, momen magnet ion [FeF 6]3- adalah
sebesar 6,0 BM, yang akan sesuai jika terdapat lima elektron tidak
berpasangan. Berarti ion Fe3+ dalam kompleks mengalami
hibridisasi sp3d2 dengan melibatkan orbital d sebelah luar, dan
disebut sebagai kompleks orbital luar (outer orbital complex).
Fe26: [Ar] 3d6 4s2
Fe3+: [Ar] 3d5 4s0
: [Ar]
3d5 4s1 4p0 4d0
3 2
membentuk orbital hibrida sp d
(1) Elektronetralitas
Ligan donor umumnya merupakan atom dengan
elektronegativitas yang tinggi, sehingga atom ligan tidak
memberikan keseluruhan muatan negatifnya, sehingga elektron
ikatan tidak terdistribusi secara merata antara logam dengan ligan
(2) Backbonding
Pada atom logam dengan tingkat oksidasi yang rendah,
kerapatan elektron diturunkan melalui pembentukan ikatan balik
(backbonding) atau resonansi ikatan partial. Ionpusat memberikan
kembali pasangan elektron kepada ligan melalui pembentukan
ikatan phi ().
Bentuk Orbital-d
Karena orbital d seringkali digunakan pada pembentukan ikatan dalam
kompleks, terutama dalam teori TMK, maka adalah penting untuk
mempelajari bentuk dan orientasi ruang orbital d. Kelima orbital d tidak
identik, dan dapat dibagi menjadi dua kelompok; orbital t 2g dan eg. Orbital-
orbital t2g dxy; dxz; dan dyz memiliki bentuk yang sama dan memiliki orientasi
arah di antara sumbu x, y, dan z. Orbital-orbital e g dx2-y2 dan dz2 memiliki
bentuk yang berbeda dan terletak di sepanjang sumbu.
x x y
y z z
y y
dx2-y2 dz2
Kompleks Oktahedral
Pada kompleks oktahedral, logam berada di pusat oktahedron dengan ligan di
setiap sudutnya. Arah mendekatnya ligan adalah sepanjang sumbu x, y dan z.
Karena orientasi arah orbital d x2-y2 dan dz2 adalah sepanjang sumbu x; y; z, dan
menghadap langsung ke arah mendekatnya ligan, maka kedua orbital
tersebut mengami tolakan yang lebih besar dari ligan dibandingkan orbital d xy;
dxz dan dyz yang berada di antara sumbu-sumbu x; y; dan z. Dengan demikian
orbital d pada kompleks oktahedral mengalami pemecahan (splitting) tingkat
energi dimana orbital-orbital eg memiliki tingkat energi yang lebih besar
dibandingkan orbital t2g.
Z dx2-y2 dz2
L
eg
Y
0,6o
L
L M+ L X
dxz dyz dx2-y2 dz2 o
L
t2g
Diktat Kimia Koordinasi 21
dxy
0,4o
(a) (b)
Jarak antara kedua tingkat energi ini diberi simbol 0 atau 10Dq. Setiap
orbital pada orbital t2g menurunkan energi kompleks sebesar 0,40, dan
sebaliknya setiap orbital pada orbital e g menaikkan energi kompleks sebesar
0,60. Tingkat energi rata-rata dari kedua tingkat energi orbital t 2g dan eg
merupakan energi hipotetik dari orbital d yang terdegenerasi.
Besarnya harga o terutama ditentukan oleh kuat atau lemahnya suatu
ligan. Semakin kuat medan suatu ligan, makin besar pula pemecahan tingkat
energi yang disebabkan, sehingga harga 0 juga semakin besar. Harga 0
dalam suatu kompleks dapat ditentukan melalui pengukuran spektra UV-Vis
dari kompleks. Kompleks akan menyerap energi pada panjang gelombang
yang sesuai untuk mempromosikan elektron dari tingkat energi t 2g ke tingkat
eg. Panjang gelombang yang diserap dapat ditentukan berdasarkan puncak
serapan dari spektrum serapan UV-Vis.
Karena setiap orbital t2g menurunkan energi sebesar 0,40 dari tingkat
energi hipotetis, setiap elektron yang menempati orbital t 2g akan
meningkatkan kestabilan kompleks dengan menurunkan energi kompleks
sebesar 0,40. Besarnya penurunan energi ini disebut sebagai Energi
Stabilisasi Medan Kristal (CFSE, Crystal Field Stabilization Energy).
Sebaliknya, setiap elektron di orbital e g akan menurunkan kestabilan
kompleks dengan menaikkan energi kompleks sebesar 0,60.
Tabel berikut menunjukkan besarnya CFSE untuk kompleks dengan
konfigurasi d0 d10.
Konfigurasi
Jumlah elektron d CFSE
t2g eg
1 -0,40
2 -0,80
3 -1,20
4 (kompleks high spin) -0,60
4 (kompleks low spin) -1,60
5 (kompleks high spin) 0
5 (kompleks low spin) -2,00
6 (kompleks high spin) -0,40
6 (kompleks low spin) -2,40
7 (kompleks high spin) -0,80
7 (kompleks low spin) -1,80
8 -1,20
9 -0,60
10 0
Penataan asimetris
Jumlah Medan
t2g eg Contoh
elektron d ligan
d4
lemah Cr(+II); Mn(III+)
d7
kuat Co(+II); Ni(+III)
d9 kuat dan
Cu(+II)
lemah
Jika orbital dz2 berisi lebih banyak elektron dibandingkan orbital d x2-y2,
maka ligan yang berada pada sumbu z akan mengalami gaya tolak yang lebih
besar dibandingkan keempat ligan lainnya (yang berada pada sumbu x dan
y). Gaya tolak yang tidak seimbang tersebut akan menghasilkan distorsi
berupa perpanjangan oktahedron di sepanjang sumbu z, dan disebut sebagai
distorsi tetragonal. Lebih tegasnya, distorsi berupa pemanjangan sumbu x
semacam ini disebut sebagai elongasi (perpanjangan) tetragonal.
Sebaliknya, jika orbital yang berisi lebih banyak elektron adalah orbital
dx2-y2, elongasi akan terjadi sepanjang sumbu x dan sumbu y, sehingga ligan
dapat lebih mendekat ke arah logam pusat melalui sumbu z. Berarti akan ada
empat ikatan yang panjang dan dua ikatan yang lebih pendek, dan struktur
yang terbentuk mirip dengan oktahedron yang ditekan sepanjang sumbu z.
Distorsi semacam ini disebut kompresi tetragonal.
Distorsi berupa elongasi tetragonal lebih sering terjadi dibandingkan kompresi
tetragonal.
Gambar (c)
Gambar (d)
Gambar (c) Elongasi tetragonal yang terjadi pada suatu kompleks oktahedral. Elektron-
elektron pada orbital dz2 menimbulkan gaya tolak yang meneybabkan ligan
pada sumbu z menjauh dari logam pusat
Gambar (d) Kompresi tetragonal. Elektron-elektron pada orbital dx2-y2 menimbulkan
gaya tolak yang cukup kuat sehingga ligan-ligan yang terikat pada sumbu x
dan y menjauh dari logam pusat.
Dapat disimpulkan bahwa jika pengisian orbital d x2-y2 dan dz2 tidak
sama, maka akan terjadi distorsi. Hal ini disebut sebagai Distorsi Jahn Taller.
eg E
t2g
Gambar (e) Penataan elektron yang simetris di orbital t 2g dan eg pada logam dengan
konfigurasi elektron d8
Gambar (f) Pemecahan tingkat energi orbital e g, untuk mencapai kestabilan, kedua
elektron mengisi orbital dz2 yang tingkat energinya lebih rendah
Elektron yang berada pada orbital d x2-y2 mengalami tolakan dari empat
ligan yang berada pada sumbu x dan y; sementara elektron yang ada pada
orbital dz2 hanya mengalami tolakan dari dua ligan yang berada pada sumbu
z. Jika medan ligan cukup kuat, maka perbedaan energi di antara dua orbital
ini (orbital dx2-y2 dan dz2) menjadi lebih besar dibandingkan energi yang
diperlukan untuk memasangkan elektron. Pemecahan orbital eg ini
ditunjukkan pada Gambar(f).
Dalam kondisi demikian, kompleks akan menjadi lebih stabil jika orbital
dx2-y2 kosong dan kedua elektron yang seharusnya menempati orbital e g ditata
secara berpasangan pada orbital dz2 . Dengan demikian, empat buah ligan
dapat terikat dalam kompleks pada sumbu x dan y dengan lebih mudah
karena tidak mengalami tolakan dari orbital d x2-y2 yang telah kosong.
Sebaliknya ligan tidak dapat mendekati logam pusat melalui sumbu z, karena
mengalami tolakan yang sangat kuat dari orbital d z2 yang terisi dua elektron.
Oleh karena itu hanya terbentuk empat ikatan antara logam pusat dengan
ligan, dan struktur geometris kompleks menjadi segiempat planar.
Kompleks segiempat planar terbentuk pada ion logam dengan
konfigurasi elektron d8 dan ligan yang memiliki medan yang sangat kuat,
misalnya [NiII(CN)4]2-. Semua kompleks Pt(II) dan Au(II) merupakan kompleks
segi empat planar, meskipun dengan ligan medan lemah.
Besarnya pemecahan energi orbital e g tergantung pada jenis ligan dan logam
yang menjadi ion pusat. Pada kompleks segiempat planar dari Co II; NiII dan
CuII, orbital dz2 memiliki tingkat energi yang hampir sama dengan orbital d xz
dan dyz. Sedangkan dalam kompleks [PtCl4]2-, orbital dz2 memiliki tingkat
energi yang lebih rendah dibandingkan orbital d xz dan dyz.
KOMPLEKS TETRAHEDRAL
Logam pusat
X
Y Y
Ligan
(g)
E (t)
(h)
Gambar (h) Pemecahan tingkat energi yang terjadi dalam kompleks tetrahedron
PEMBENTUKAN ORBITAL
Pembentukan ikatan melalui orbital yang paling sederhana dapat
dicontohkan dalam pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul
H2.
orbital * (orbital molekul antibonding)
1s 1s
H
H
H2
orbital (orbital molekul bonding)
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-
masing satu buah elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut
kemudian bergabung membentuk orbital molekul , sehingga terbentuk dua
macam orbital, orbital yang merupakan orbital bonding, dan orbital * yang
merupakan orbital antibonding. Sesuai dengan aturan Hund, maka mula-
mula elektron dari salah satu atom H mengisi orbital molekul yang
terbentuk, kemudian elektron dari atom H yang lain juga mengisi orbital
tersebut. Dengan terbentuknya orbital molekul yang diisi oleh elektron dari
kedua atom H, maka terbentuklah ikatan antar atom H tersebut menjadi
molekul H2. Molekul H2 ini merupakan molekul yang stabil, karena elektron-
elektronnya berada pada orbital molekul yang tingkat energinya lebih
rendah dibandingkan tingkat energi orbital atom pembentuknya.
Pembentukan orbital molekul ini dapat digunakan untuk menjelaskan
ketidakstabilan dari molekul He2. Perhatikan diagram berikut :
orbital * (orbital molekul antibonding)
1s 1s
He He
He2
Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital 1s. saat
orbital-orbital atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk orbital
molekul, terbentuk 2 macam orbital molekul pula, orbital dan *. Elektron-
elektron mula-mula mengisi orbital bonding yang tingkat energinya lebih
rendah, kemudian mengisi orbital antibonding *. Karena baik orbital bonding
maupun orbital antibonding sama-sama terisi elektron, maka keduanya akan
saling meniadakan, sehingga molekul He2 menjadi sangat tidak stabil.
Kedua contoh diatas menunjukkan pembentukan orbital molekul untuk
molekul diatomik yang heterogen, sehingga orbital atom yang digunakan
dalam pembentukan orbital molekul memiliki tingkat energi yang sama. Pada
molekul diatomik yang heterogen, atom yang lebih elektronegatif orbital
atomnya memiliki tingkat energi yang lebih rendah. Perbedaan tingkat energi
antar orbital atom dari dua atom berbeda yang saling berikatan merupakan
ukuran dari sifat ionik ikatan yang terbentuk antara kedua atom tersebut.
Sedangkan perbedaan tingkat energi antara orbital bonding molekul yang
terbentuk dengan orbital atom (dari atom yang tingkat energinya lebih rendah)
merupakan ukuran sifat kovalen ikatan yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan ilustrasi yang diberikan dalam diagram berikut :
orbital *
a
1s
A
1s b
B
orbital
AB
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
Diktat Kimia Koordinasi 32
bergabung dengan orbital atom dari logam adalah orbital s atau orbital hasil
hibridisasi antara orbital s dan p.
Karena jauh lebih banyak orbital dan elektron yang terlibat, maka
diagram pembentukan orbital molekul dalam senyawa kompleks lebih rumit
dibandingkan diagram pembentukan orbital molekul untuk molekul diatomik
sederhana. Umumnya orbital atom dari ligan tingkat energinya lebih rendah
dibandingkan orbital atom dari logam pusat, sehingga karakteristik dari orbital
molekul yang terbentuk lebih mirip dengan karakteristik orbital atom ligan
dibandingkan orbital atom logam. Berikut ini contoh diagram pembentukan
orbital molekul untuk kompleks [Co(NH3)6]3+
*s
*p
4p
*d
4s
0
3d
Pada kompleks [Co(NH3)6], orbital-orbital 4s, 4px, 4py, 4pz, 3dx2-y2, dan
3dz2 dari logam Co bergabung dengan keenam orbital p x dari atom ligan NH3
membentuk orbital molekul. Orbital molekul yang terbentuk masing-masing
diisi dengan sepasang elektron dari ligan NH 3. Orbital 3dxy, 3dxz, dan 3dyz dari
Co3+ tidak bergabung membentuk orbital molekul, ketiga orbital tersebut
merupakan orbital nonbonding (non ikatan) dalam kompleks ini. Selisih antara
tingkat energi nonbonding dengan orbital * (orbital antibonding) merupakan
harga 0 dari kompleks tersebut. Dalam TOM, splitting/pemecahan tingkat
energi yang terjadi merupakan akibat dari kovalensi. Makin besar
kovalensi,makin besarpula harga 0. Dalam kompleks [Co(NH3)6]3+ tersebut,
harga 0 cukup besar, sehingga semua elektron lebih memilih untuk mengisi
orbital nonbonding, kompleks merupakan kompleks low spin. Karena semua
elektron dalam kompleks berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa
kompleks tersebut bersifat diamagnetik.
Pada kompleks [CoF6]3-, selisih tingkat energi antara orbital
nonbonding dengan orbital antibonding /orbital * yang terbentuk relatif cukup
kecil, sehingga elektron dapat mengisi orbital * terlebih dahulu. Kompleks ini
merupakan kompleks high spin. Diagram pembentukan orbital molekul pada
kompleks [CoF6]3- dapat dilihat berikut ini :
*s
*p
4p
4s
0 *d
3d
Orbital-orbital 3dx2-y2; 3dz2; 4s; 4px; 4py; dan 4pz dari logam bergabung
dengan 6 buah orbital px dari keenam ligan F- yang mengelilingi logam pusat
tersebut. Orbital-orbital t2g dari logam membentuk orbital nonbonding atau
non-ikatan. Selisih tingkat energi antara orbital nonbonding ini dengan orbital
antibonding * yang terbentuk dinotasikan dengan 0. Pada kompleks
[CoF6]3-, karena harga 0 relatif cukup kecil, maka sebelum mengisi orbital
nonbonding secara berpasangan, elektron dari ligan mengisi orbital *
terlebih dahulu. Akibatnya setiap orbital * yang merupakan orbital
antibonding masing-masing terisi satu buah elektron. Terisinya orbital
antibonding ini mengakibatkan ikatan antara logam Co dengan ligan NH 3
tersebut menjadi lebih lemah. Karena dalam kompleks terdapat sejumlah
elektron yang tidak berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa kompleks
[CoF6]3- merupakan kompleks yang bersifat paramagnetik.
PEMBENTUKAN ORBITAL
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, orbital dapat terbentuk
antar orbital atom dengan simetri yang sama. Adapun orbital dapat
terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital
atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam. Salah satu contoh
-
bagaimana orbital dapat terbentuk antara orbital atom dari logam dengan
+
orbital atom yang dimiliki ligan ditunjukkan dalam gambar berikut :
- - + +
+ + - -
+ -
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
Diktat Kimia Koordinasi 36
Gambar (i)
Gambar (i) Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan
Dari Gambar (i) di atas dapat dilihat bahwa orbital d xz berada sejajar
dengan orbital py dan pz dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom
logam dan orbital atom ligan tersebut dapat menghasilkan orbital molekul .
Selain dari penggabungan orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz,
orbital molekul juga dapat terbentuk dari penggabungan antara orbital p z
dari logam dengan orbital p z dari ligan. Ilustrasi kedua orbital atom tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
+
+ + +
+ -
- - -
-
(j)
Gambar (j) Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi yang
sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital molekul .
ini, ligan dapat bertindak sebagai asam Lewis yang menerima pasangan
elektron yang didonorkan oleh logam.
Adanya ikatan akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan,
sehingga meningkatkan kestabilan kompleks. Selain itu, konsep mengenai
pembentukan ikatan juga dapat menjelaskan urutan kekuatan ligan dalam
Deret Spektrokimia.
Ligan dapat berperan sebagai akseptor atau donor , tergantung
keterisian orbital yang dimiliki oleh ligan tersebut.
(a) Ligan akseptor
Sejumlah ligan seperti CO, CN- dan NO+ memiliki orbital kosong yang
dapat bertumpang tindih dengan orbital t 2g dari logam, membentuk
ikatan . Interaksi semacam ini seringkali disebut sebagai
pembentukan ikatan balik (backbonding). Tingkat energi dari orbital
yang dimiliki ligan ini seringkali lebih tinggi dibandingkan tingkat energi
dari logam, sehingga dapat menaikkan harga 0. Ligan-ligan semacam
ini merupakan ligan medan kuat dan pada Deret Spektrokimia berada
di sebelah kanan.
LATIHAN
1. Berdasarkan Teori Ikatan Valensi, jelaskan bentuk geometris dari ion
kompleks [HgI3]-!
2. Berdasarkan Teori Ikatan Valensi, ramalkan jumlah elektron tidak
berpasangan dalam kompleks [NiCl4]2-; [Ni(CN)4]2-; dan [Cu(NH3)4]2+!
3. Jelaskan dengan menggunakan Teori Ikatan Valensi, mengapa kompleks
[NiCl4]2- dan [Ni(CO)4] sama-sama memiliki bentuk geometris tetrahedral,
tetapi momen magnetiknya berbeda!
4. Untuk masing-masing kompleks [Fe(CN)6]4- dan [Fe(CN)]3-, dengan
menggunakan Teori Ikatan Valensi, jelaskan :
a. hibridisasi yang terjadi!
b. Apakah kompleks yang terbentuk kompleks orbital dalam atau
kompleks orbital luar!?
c. Ramalkan sifat kemagnetan kompleks-kompleks tersebut!
d. Hitung momen magnetik dari setiap kompleks tersebut!
5. Jika diketahui momen magnetik dari [Fe(H 2O)5(NO)]2+ adalah sebesar 3,89
BM, tentukan tingkat oksidasi dan jenis hibridisasi yang terjadi!
6. Ion Fe3+ dalam larutan berair tidak berwarna, akan tetapi penambahan ion
NCS- ke dalam larutan akan mengubah warna larutan menjadi merah.
Jelaskan mengapa!
7. Hitunglah jumlah elektron tidak berpasangan dan harga CFSE dari
kompleks :
a. [Fe(H2O)6]3+ b. [Cr(NH3)6]3+ c. [CoCl4]2-
8. Berikan alasan mengapa semua kompleks oktahedral dari ion Co 3+
merupakan kompleks spin rendah yang bersifat diamagnetik!
9. Kompleks Co(II) stabil dalam geometris tetrahedral, akan tetapi Ni(II) lebih
stabil dalam geometris segi empatplanar. Jelaskan!
10. Ion Co3+ membentuk kompleks oktahedral amonia yang lebih stabil
dibandingkan kompleks amonia oktahedral dari ion Co 2+. Akan tetapi
kompleks Co3+ dengan ligan H2O dalam geometris oktahedral kurang
stabil dibandingkan ion Co2+ yang membentuk kompleks dengan ligan
dan geometris yang sama. Jelaskan mengapa!