Anda di halaman 1dari 7

Nama : M Daffa Rizqullah

Nim : 03031181419052
Shift : Rabu, jam 08.00
Kelompok : 3

COOLING TOWER PADA PT. PERTAMINA

1. Prinsip Kerja Cooling Tower Pada PT. Pertamina


Cooling tower adalah suatu menara atau bangunan sirkulasi udara
atmosferik yang secara langsung atau tidak langsung kontak dengan hot water dan
kemudian menjadi cold water yang diharapkan. Proses pendinginan dapat terjadi
dengan bantuan udara luar serta alat untuk mempercepat pendinginan tersebut.
Dengan kata lain, cooling tower ini merupakan alat yang digunakan untuk
memindahkan sejumlah panas dari suatu fluida ke fluida lain.
Di dalam industri kimia, cooling tower banyak sekali digunakan untuk
mendinginkan air, air digunakan sebagai fluida dingin pada proses dengan udara,
sehingga air tersebut dapat dipergunakan kembali pada proses berikutnya. Pada
operasi cooling tower tersebut bukan hanya panas latent saja yang diperhatikan,
tetapi juga panas sensible. Bila terjadi kontak antara air panas dan air dingin, maka
udara akan mendinginkan air sehingga temperatur udara meningkat.
Sebuah cooling tower biasa digunakan sebagai penghilang panas dalam
proses termodinamika konvensional seperti pendinginan atau generasi tenaga steam
atau biasa digunakan dalam berbagai proses dimana air digunakan untuk penukar
panas dan ini baik atau diinginkan untuk membuat penolak panas pada udara
atmosferik. Air bekerja sebagai fluida penukar panas, menghilangkan panas ke
udara atmosferik kemudian didinginkan dan disirkulasi kembali pada sistem untuk
menghasilkan operasi yang ekonomis.
Pada PT. Pertamina peralatan cooling tower merupakan salah satu bagian
dari unit utilitas, cooling tower yang dipakai biasanya bertipe induced draf fan
dengan aliran cross flow atau counter flow dan membentuk sistem sirkulasi terbuka.
Prinsip kerja dari cooling tower yaitu pada langkah pertama air panas dari
condensor dipompa menuju menara cooling tower melalui sistem perpipaan yang
pada ujungnya memiliki banyak nozzle untuk tahap semburan.
Air diumpankan pada bagian atas cooling tower lalu mengalir ke bawah
melalui dinding bersirip. Hal ini menyebabkan air turun menyebar dan terjadi
kontak antara air dengan udara yang dihisap ke bagian atas cooling tower. Air panas
yang keluar dari nozzle (spray) secara langsung akan melakukan kontak dengan
udara sekitar yang bergerak secara paksa karena pengaruh fan atau blower yang
terpasang pada cooling tower. Kontak udara dengan air akan meningkatkan
temperatur udara menyebabkan air menguap. Pada proses ini terjadi penyerapan
panas air oleh udara. Kemudian air yang sudah mengalami penurunan temperatur
ditampung dalam sebuah bak penampung untuk kemudian dipompa kembali
menuju kondensor yang berada di dalam chiller. Peristiwa ini menyebabkan
temperatur air akan turun. Air pada basin temperaturnya sekitar 300C sampai 320C
dan siap didistribusikan kembali ke penukar panas.
Temperatur maksimum dari distribusi adalah 45,10C yang dikembalikan ke
cooling tower untuk kemudian didinginkan sampai temperatur 320C dan air dingin
disirkulasikan kembali. Dalam operasi cooling tower dengan sistem sirkulasi
terbuka timbul kehilangan sejumlah air pendingin akibat terjadinya evaporasi,
windage loss dan blowndown serta losses yang terjadi di unit-unit pengolahan.
Jumlah air pendingin yang hilang diganti dengan treated water yang
berfungsi sebagai make-up water. Cooling tower dipasang katup make up water
yang dihubungkan ke sumber air terdekat untuk menambah kapasitas air jika terjadi
kehilangan air ketika proses penguapan dan blowdown, dimana make-up water yang
ditambahkan ke dalam cooling tower jumlahnya sama dengan air pendingin yang
hilang sehingga air pendingin yang disirkulasikan tidak mengalami perubahan.
Dalam air pendingin ini juga diinjeksikan bahan-bahan kimia untuk mencegah
terjadinya korosi, mencegah terbentuknya kerak, pengontrolan pH dan untuk
membunuh bakteri aerobic dan bakteri anaerobic sehinga kualitas air pendingin
dapat dipertahankan sebagai air proses, selain itu juga penginjeksian bahan-bahan
kimia dapat memperkecil biaya perawatan peralatan dalam cooling tower sistem.
Menara pendingin biasanya dinyatakan dalam range dan approach, dimana
range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling tower dan approach adalah
selisih antara suhu udara wet bulb dan suhu air yang keluar. Perpindahan kalor yang
terjadi pada cooling tower berlangsung dari air ke udara tak jenuh. Ada dua
penyebab terjadinya perpindahan kalor pada cooling tower yaitu perbedaan suhu
dan perbedaan tekanan parsial antara air dan udara. Suhu pengembunan yang
rendah pada cooling tower membuat sistem ini lebih hemat energi.
Gambar 1. Sistem Operasi Pada Cooling Tower
(Sumber: Jumadi, 2011)
1.1. Cooling Tower Pada Pertamina UP-III Sungai Gerong
Cooling water yang digunakan pada Pertamina UP-III Sungai Gerong
adalah cooling water yang digunakan untuk pendingin (media) di heat exchanger,
baik pompa di PTA plant maupun utilitas plant. Sistem air pendingin terdiri dari :
1) Menara pendingin (cooling water) = 2210 U
2) Pompa make-up = 2002 JA/JB
3) Cooling tower basin = 2210 A
4) Cooling water pump = 2210 JA/JL/JD
5) Surface condensor for 2210 JAT = 2210 JTC
6) Cooling tower chemical treatment = 221 DL
7) Cooling water side stream solid filter = 2211 L
Menara pendingin pada PT. Pertamina ini adalah buatan Shinko-Pfaulder
company limited, kobe Japan. Menara tersebut terdiri dari satu rangka yang dibuat
dari redwood dan terletak di atas sebuah bak beton. Cooling tower terbagi dalam 3
buah cell (ruang besar dan 2 buah cell kecil). Tiap cell dilengkapi dengan F.D fan
yang berkekuatan 1965 KW. Force draft (FD) fan merupakan jenis axial fan, udara
outlet dihasilkan oleh rotor blade yang berputar dan dihembuskan secara horizontal.
Rotor digerakkan oleh motor listrik dengan putaran tetap. Rotor blade atau
disebut vane atau variable blade pitch (VBP) dapat membuka dan menutup secara
otomatis untuk menghasilkan jumlah aliran udara tertentu. Gerakan VBP membuka
dan menutup yang diatur oleh tekanan oli hydraulic. Udara yang diproduksi oleh
force draft fan diambil dari udara luar, dalam perjalanan udara outlet menuju
burner, udara tersebut dinaikkan temperaturnya dengan mengambil panas yang
dibawa oleh gas buang dari furnace oleh air heater. Hal ini untuk mendapatkan
temperatur pembakaran bahan bakar yang sesuai di dalam furnace.

Gambar 2. Gambar Force Draft Fan


(Sumber: Yulharman, 2012)
Suhu air pendingin pada cooling tower adalah 320C, sedangkan suhu air
panas yang disirkulasi kembali adalah 45,10C. Sistem air pendingin merupakan
sebuah sistem sirkulasi tertutup dengan kapasitas sirkulasi normal yaitu sebesar
9600 m2/jam. Pemakaian utama adalah untuk pendingin proses pada proses
exchanger, lube atau seal oil cooler, instrument air compressor, surface condenser.
Cooling water ini merupakan sistem secara kontinyu disirkulasikan dengan
memakai pompa cooling water (2210 JA/JC/JD). Pada operasi normal
menggunakan dua pompa. Side stream dilakukan melalui cooling water side
stream, solid filter (2211 L) untuk mereduksi suspended solid dan kembali ke basin
(bak). Cooling water return dikembalikan ke induced cross cooling tower (2210-
U) dan didinginkan dengan udara hingga mencapai temperatur 320C yang kemudian
dikirimkan ke cooling tower basin (2210-A) untuk didistribusikan kembali ke
sistem. Pada tahap sekarang telah dibangun 3 cell, dimana operasinya berlangsung
tidak bergantungan. Bila hanya digunakan 2 cell untuk pendinginan, maka akan di
dapat suhu sebesar 340C. Ke dalam cooling tower basin (2210-A) selama dalam
kondisi yang tidak normal atau pada waktu start-up surface condensor dump dan
over flow pada deaerator dikirim ke cooling tower basin ini.
Make-up cooling water di suplai dari pompa 2202 JA/JB dengan kapasitas
sebesar 620 m2/jam untuk menggantikan kekurangan cooling water akibat
evaporasi, drift loss dan blown down. Cooling tower basin dilengkapi dengan
fasilitas injeksi, chemical treatment package (2201 L) yaitu poly phosphate
merupakan salah satu jenis bahan kimia yang diinjeksikan yang digunakan untuk
mencegah korosi dalam cooling water sistem yang jumlahnya berkaitan dengan
jumlah make-up cooling water. Korosi adalah suatu peristiwa perusakan air oleh
reaksi kimia atau reaksi elektrokimia dengan pengikatan ion besi dan ion oksigen
yang berada pada air. Untuk menghindari ini maka diinjeksikan poly phosphate
yang dapat melapisi permukaan metal (protektif film) agar terhindar dari pengaruh
korosi atau dapat menurunkan kecepatan korosi.
Lalu sulpuric acid (H2SO4), digunakan untuk kontrol pH yang
penambahannya secara otomatis menurut pemeriksaan pH meter. Kemudian injeksi
chlorine, untuk mencegah pertumbuhan slime mikrobiologis yang diinjeksikan
pada suction pompa distribusi. Slime ini adalah lendir yang berwarna coklat
kehitaman yang menempel di permukaan pipa. Slime akan mengurangi efek
pencegahan korosi dan menurunkan efisiensi cooling water. Slime disebabkan oleh
adanya bakteri mikroorganisme yang terbentuk dalam cooling water.
Jumlah blown down pada cooling water di PT. Pertamina dikontrol secara
otomatis menurut kandungan suspended solid dari pemeriksaan conductivity
analyzer. Blowdown atau disebut juga bleed-off merupakan pembuangan air yang
dilakukan secara continue mencegah konsentrasi zat padat terlarut menjadi
sedemikian tinggi. Blow-down digunakan untuk mengurangi suspended solid dari
titik konsentrasi dimana suspended solid akan membentuk kerak.
1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Cooling Tower Di PT. Pertamina
Cooling water sangat penting penggunaannya di pabrik, karena apabila ada
gangguan cooling water akan menyebabkan terjadinya pengurangan produksi
atau akan menyebabkan kerusakan alat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap cooling water yaitu:
1.2.1. Make Up Air Pendingin
Sebagai make up adalah filter water. Hal ini mempunyai pengaruh yang
besar karena filter water membawa beberapa komponen yang dapat mengakibatkan
timbulnya deposit maupun korosif. Sentuhan air dan udara serta evaporasi air di
dalam menara pendingin akan menurunkan temperatur air yang selanjutnya kembali
disirkulasikan ke kondensor mesin refrigerasi. Air pendingin (make up water)
digunakan untuk mengganti sejumlah air yang menguap selama proses pendinginan
di dalam menara pendingin. Selain menggunakan menara pendingin, kondensor
mesin refrigerasi bisa juga didinginkan menggunakan air dari sungai, danau,
ataupun laut. Cooling tower ini mampu mengatasi panas jauh lebih baik daripada
radiator, oleh karena itu pada skala industri besar seperti mesin pabrik dan reaktor
proses pendinginannya harus menggunakan alat cooling tower.
1.2.2. Lingkungan Sekitar
Karena sebagai media pendingin dari air pendingin di cooling water adalah
udara yang diambil dari sekitarnya atau lingkungan sekitarnya, maka tidak lepas
dari kotoran (impuritis) atau benda asing lainnya yang dibawa oleh udara masuk ke
sistem air pendingin, akibatnya akan menyebabkan terjadinya kontaminasi.
1.2.3. Bahan Kimia
Penggunaan bahan kimia melalui injeksi tidak terkontrol menimbulkan efek
samping, pengaruh ini lebih dominan bilamana jumlahnya semakin besar. Karena
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi cooling water sehingga ada beberapa
batasan yang harus diperhatikan untuk air sebelum masuk ke cooling tower, yaitu
pH harus dijaga kondisi normal pada kisaran 6 sampai 7, karena pH yang lebih
tinggi akan menyebabkan perubahan lignin pada penanganan weed fiber. Lalu
inhibitor korosi dipilih berdasarkan pada adanya serat-serat kimia dalam make up
water dan material dari peralatan heat exchanger. Kemudian penambahan zat anti
alga dan jamur diperlukan untuk menjaga keadaan zat kimia tersebut.
1.2.4. Proses Yang Terkait.
Proses yang terkait merupakan suatu bentuk atau macam fluida yang
didinginkan, hal ini biasanya terjadi karena kebocoran (spotting) dari peralatan
tersebut. Misalnya heat exchanger untuk pelumas gas amoniak sintesa apabila
terjadi kebocoran akan mengakibatkan kontaminasi air pendingin. Serta adanya
penyebab utama kualitas pendinginan turun adalah kondisi cooler generator yang
kotor. Kuantitas atau jumlah cooling water ditentukan oleh kondisi mekanik dari
proses seperti pompa, dan opening valve yang mempengaruhi flow cooling water.
DAFTAR PUSTAKA

Jumadi. 2011. Cooling Tower. (Online): http://jumadiengineering.blogspot.com/


2011/cooling-tower.html. (Diakses pada tanggal 30 September 2016).
Oktiwijaya. 2004. Tinjauan Kinerja Cooling Tower Pada Unit CD III UP III Plaju
PT. Pertamina. (Online): https://www.scribd.com/doc/212558999/.
(Diakses pada tanggal 30 September 2016).
Yulharman. 2012. Tugas Khusus Cooling Tower Pada Berbagai Industri. (Online):
http://yulharmanino.blogspot.com/2012/07.html. (Diakses pada tanggal 30
September 2016).

Anda mungkin juga menyukai