Anda di halaman 1dari 51

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3


1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3
1.2 Dasar Hukum ................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ............................................................................................................................ 5
1.5 Ruang Lingkup................................................................................................................. 5
1.6 Sasaran ............................................................................................................................. 5
BAB 2 PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) DI RUMAH SAKIT
PERGURUAN TINGGI NEGERI (RS PTN)........................................................................ 6
LINGKUP PEMBAHASAN .................................................................................................6
ASPEK LEGAL YANG TERKAIT ...................................................................................... 6
2.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja SDM RS PTN ......................................................... 7
a. Pengertian.................................................................................................................... 7
b. Kepemilikan, Kedudukan, dan Kelembagaan............................................................. 7
c. Organisasi RS PTN ..................................................................................................... 8
d. Tata Kerja RS PTN ..................................................................................................... 9
2.2 Peruntukan SDM dalam RS PTN .................................................................................... 10
a. Peruntukan SDM ......................................................................................................... 10
b. Fungsi Pendidikan di RS PTN .................................................................................... 11
c. Fungsi Penelitian di RS PTN ...................................................................................... 11
d. Fungsi Pelayanan Medik RS PTN .............................................................................. 12
e. Fungsi Pelayanan Penunjang Medik RS PTN ............................................................ 12
f. Fungsi Manajemen RS PTN ........................................................................................ 13
g. Fungsi Hospital Engineering ...................................................................................... 13
2.3 Jumlah dan Jenis SDM sesuai Fungsi .............................................................................. 14
2.4 Rekrutmen SDM .............................................................................................................. 17
2.5 Jenjang Karir SDM RS PTN ............................................................................................ 18
2.6 Sistem Remunerasi dan Sumber Pembiayaan ..................................................................18
BAB 3 KEWENANGAN KLINIS ........................................................................................ 26
3.1 Pengertian ........................................................................................................................ 26
3.2 Kewenangan Klinis di RS PTN ....................................................................................... 27

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 1


3.3 Tahapan Kewenangan Klinis di RS PTN......................................................................... 28
3.4 Alur Kewenangan Klinis untuk Dokter ........................................................................... 31
3.5 Alur Kewenangan Klinis untuk Keperawatan .................................................................35
3.6 Alur Kewenangan Klinis untuk Tenaga Kesehatan Lain ................................................. 38
3.7 Kewenangan Klinis Peserta Didik Dokter/Dokter Gigi pada Tahap Kepaniteraan Klinik
................................................................................................................................................ 40
3.8 Alur Kewenangan Klinis untuk Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi
Spesialis (PPDSG)-subspesialis ............................................................................................. 41
3.9 Pemberian Kewenangan Klinis pada Keadaan Khusus ................................................... 45
3.10 Surat Izin Praktik ........................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 49
TIM PENYUSUN .................................................................................................................. 50

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit Pendidikan (RS Pendidikan) mempunyai fungsi sebagai tempat
pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan
kedokteran, dan/atau kedokteran gigi, kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan
kesehatan lain secara multi profesi dan interprofesi. Dengan fungsi terpadu tersebut,
diperlukan ketenagaan yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Dibandingkan
dengan Rumah Sakit Non-Pendidikan, tenaga di RS Pendidikan harus mempunyai
kompetensi dan profesionalitas sebagai pendidik dan peneliti serta memiliki kemampuan
kerja sama multi profesi dan interprofesi yang lebih baik. Untuk itu, pengangkatan dan
pengembangan karier tenaga di RS Pendidikan harus bisa menjamin terseleksinya dan
dapat berkembangnya karier sebagai dosen
Saat ini telah dibangun RS Pendidikan di bawah Kemenristekdikti di beberapa PTN.
RS PTN ini difokuskan sebagai RS Pendidikan untuk pendidikan dokter dan merupakan
RS Pendidikan Jejaring. Keberadaan RS PTN ini memberikan akses yang lebih luas bagi
peserta didik pendidikan profesi dokter untuk melakukan praktek kedokteran,
pendidikan dokter gigi dan pendidikan profesi kesehatan lainnya di bawah supervisi
dosen. Dengan demikian, peran dosen sangat penting untuk menjamin pencapaian
kompetensi peserta didik.

Ketenagaan di RS PTN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan pegawai yang diangkat RS PTN sendiri sebagai pegawai
tetap atau kontrak. Dosen merupakan pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sebagai dosen,
di RS PTN terdapat dosen dengan Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN), Nomor Induk
Dosen Khusus (NIDK), dan Nomor Urut Pengajar (NUP).
Dosen yang diangkat oleh Pemerintah merupakan tenaga PNS atau penyelenggara
pendidikan tinggi sebagai tenaga tetap non PNS akan memiliki NIDN. Sedangkan Dokter
Pendidik Klinis merupakan dosen dengan NIDK. Dosen yang ditempatkan di RS PTN
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 3


kegiatan pelayanan kesehatan/medik, pengabdian masyarakat, pendidikan dokter dan
dokter spesialis di Rumah Sakit Pendidikan serta melakukan penelitian guna
pengembangan ilmu kedokteran yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak
dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.
Manajemen ketenagaan di RS PTN harus dibuat memperhatikan keragaman tersebut
dengan tujuan utama untuk memperoleh dan mengembangkan tenaga yang terbaik
sebagai role model bagi peserta didik.
Role model bagi peserta didik tidak saja dalam perspektif kepribadian dosen,
melainkan juga suasana akademik yang tercipta di RS PTN itu sendiri. Pembelajaran
klinik pada mahasiswa dapat dilakukan melalui pelayanan yang diberikan oleh
mahasiswa dengan bimbingan dan pengawasan dosen, sehingga diperlukan pengaturan
kewenangan klinis untuk peserta didik di RS PTN. Berbagai ketentuan dan peraturan ini
perlu dituangkan dalam hospital by law.
Memperhatikan kekhasan pada RS PTN, maka perlu disusun Pedoman Ketenagaan
dan Kewenangan Klinis di RS PTN.

1.2 Dasar Hukum


UU no 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
UU no 14/2005 Tentang Guru dan Dosen
UU no 36/2009 Tentang Kesehatan
UU no 44/2009 Tentang Rumah Sakit
UU no 12/2012 Tentang Pendidikan Tinggi
UU no 20/2013 Tentang Pendidikan Kedokteran
UU no 36/2014 Tentang Tenaga Kesehatan
UU no 38/2014 Tentang Keperawatan
UU no 5/2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
PP 37/2009 Tentang Dosen
PP 93/2015 Tentang Rumah Sakit Pendidikan

1.3 Tujuan
1. Dihasilkannya tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan KKNI 7
bagi pendidikan dokter, KKNI 8 bagi pendidikan dokter spesialis dan KKNI 9 bagi
pendidikan dokter subspesialis tinggi dan kepribadian yang baik sebagai pemberi
pelayanan kesehatan dan tenaga pendidik.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 4


2. Tercapainya jaminan peningkatan keselamatan pasien melalui penerapan
kewenangan klinis.
3. Terciptanya contoh yang baik (Role Model) melalui penerapan kewenangan klinis.
4. Tersedianya pedoman tentang kewenangan klinis yang khusus bagi para peserta
didik.

1.4 Manfaat
- Untuk pemerintah: kendali mutu, efektifitas, dan efisiensi dalam perekrutan
pegawai.
- Untuk RS PTN: perlindungan hukum kepada rumah sakit dan tenaga kesehatannya,
memperoleh kepuasan dan kesetiaan pelanggan.
- Untuk masyarakat: memperoleh layanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang
kompeten.
- Untuk peserta didik: memperoleh suasana dan mutu pembelajaran yang ideal,
memperoleh kesempatan untuk melakukan pelayanan kesehatan di bawah supervisi
tenaga kesehatan yang profesional sehingga tercapai kompetensi yang diharapkan.

1.5 Ruang Lingkup


1. Perencanaan, perekrutan, pengangkatan, pendayagunaan, pembinaan dan
pengembangan, serta pengawasan tenaga kesehatan di RS PTN. (disesuaikan dengan
UU No.5)
2. Pengaturan kewenangan klinis tenaga medis dan profesional lainnya serta peserta
didik di RS PTN.

1.6 Sasaran
Pengelola RS PTN, tenaga pendidik, peserta didik di RS PTN, Kemristekdikti,
Kemenkes, dan kementerian lain yang terkait.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 5


BAB II
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) DI
RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI NEGERI (RS PTN)

LINGKUP PEMBAHASAN :
1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja SDM RS PTN
2. Peruntukan SDM (jabatan fungsional)
3. Jumlah dan jenis SDM sesuai fungsi
4. Klasifikasi SDM
5. Kualifikasi SDM
6. Rekrutmen SDM
7. Jenjang Karir SDM
8. Sistem Remunerasi
9. Sumber Pendanaan untuk Pengelolaan SDM

ASPEK LEGAL YANG TERKAIT :


1. UU No.44/2009 tentang RS
2. UU No.12/2012 tentang Pendidikan Tinggi
3. UU No.20/2013 tentang Pendidikan Kedokteran
4. UU No.36/2014 tentang Tenaga Kesehatan
5. UU No.5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara
6. Perpres No.77/2015 tentang Pedoman Organisasi RS
7. PP No. 74/2012 tentang Pengelolaan Keuangan BLU
8. PP No.4/2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan PT
9. PP No.93/2015 tentang RSP
10. RPP tentang Pelaksanaan UU No.20/2013 (bab Dosen)
11. Permenkes No.971/2009 tentang Standar kompetensi pejabat struktural kesehatan
12. Permendikbud No.84/2013 tentang Pengangkatan Dosen Tetap Non PNS pada PTN
dan Dosen Tetap pada PTS
13. Permenpan No. 17/2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya
14. Permenkes No.56/2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan RS
15. Permenristekdikti No.44/2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
16. Permenristekdikti No.2/2016 tentang Registrasi Pendidik di PT

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 6


17. Rancangan Peraturan Menteri tentang Standar Nasional Pendidikan Kedokteran (bab
standar dosen)
18. PP 11/2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil

2.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja SDM RS PTN


Dalam penyusunan manajemen SDM RS PTN, terlebih dahulu perlu dilakukan kajian
terhadap struktur organisasi dan tata kerja. Hasil dari kajian tersebut disahkan oleh
rektorat dan diajukan ke Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
(Kemristekdikti) dan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan)
Republik Indonesia.
a. Pengertian.
1) Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam
kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi adalah suatu pola hubungan orang-orang di bawah pengarahan
manajer (pimpinan) untuk mengejar tujuan bersama (Stoner).
2) Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai
tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam
bidang pendidikan dokter dan/atau dokter gigi, pendidikan berkelanjutan, dan
pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.
3) Rumah sakit perguruan tinggi negeri yang selanjutnya disebut RS PTN
merupakan rumah sakit pendidikan milik pemerintah, yang dikelola perguruan
tinggi negeri, ditujukan untuk menjadi wahana pendidikan di bidang
kedokteran dan kesehatan, penelitian dan pelayanan kesehatan secara terpadu.

b. Kepemilikan, Kedudukan, dan Kelembagaan.
1) Kepemilikan : Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri disebut RS PTN
didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah dalam hal ini Kemristekdikti.
2) Kedudukan :
a) RS PTN merupakan Rumah Sakit Pendidikan yang diselenggarakan
Kemristekdikti.
b) Pendidikan, pelayanan, dan penelitian RS PTN dikelola oleh Perguruan
Tinggi Negeri.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 7


c) RS PTN secara struktural dan administratif berada dibawah Perguruan
Tinggi Negeri, bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsinya
kepada Rektor.
d) RS PTN digunakan sebagai wahana pendidikan dan penelitian bagi
Fakultas Kedokteran, fakultas rumpun kesehatan dan fakultas lainnya
serta Lembaga Penelitian/Lembaga Pengabdian Masyarakat dan Unit
Pelaksana Teknis lain.
3) Kelembagaan:
Menurut UU 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dapat berbentuk:
a) Satuan kerja Perguruan Tinggi
b) PTN dengan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU)
c) PTN Badan Hukum (PTN BH)
Dengan demikian status RS PTN adalah entitas yang dikelola oleh Perguruan
Tinggi dengan hierarki setara Fakultas dan mengembangkan struktur organisasi
yang khusus untuk dapat menjalankan fungsi pendidikan, penelitian dan
pelayanan. Sesuai Pasal 60 UU no 12 tahun 2012, RS PTN harus masuk dalam
Statuta PTN.

c. Organisasi RS PTN
1) Landasan Hukum Organisasi RS PTN mengacu kepada:
a) Peraturan Pemerintah RS No 93 tahun 2015 tentang RS Pendidikan.
b) Peraturan Presiden RI No 77 tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit pasal 3 dinyatakan bahwa Pengaturan Pedoman Organisasi
RS berlaku bagi seluruh RS di Indonesia.
2) Organisasi RS PTN dalam Peraturan ini setara dengan unsur-unsur RS Umum
Kelas B (PP No 77 / 2015) ditambah dengan Unsur Pendidikan, Unsur
Penelitian dan Komite Koordinasi Pendidikan.
3) Organisasi RS PTN paling sedikit terdiri atas:
a. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit;
b. Unsur Pendidikan;
c. Unsur Pelayanan Medis;
d. Unsur Penelitian;
e. Unsur Keperawatan;
f. Unsur Penunjang Medis;

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 8


g. Unsur Administrasi Umum dan Keuangan;
h. Komite Medik;
i. Satuan Pemeriksaan Internal;
j. Komite Koordinasi Pendidikan.

d. Tata Kerja RS PTN


Tata Kerja masing masing Unsur RS PTN sesuai dengan PP No.77/2015 pasal 7
sampai dengan pasal 21 ditambah dengan Unsur Pendidikan, Unsur Penelitian,
dan Komite Koordinasi Pendidikan.
1) Unsur Pendidikan
a) Melaksanakan bimbingan, pengawasan, pembelajaran klinik serta evaluasi
hasil belajar oleh masing-masing preseptor di setiap Bagian/Departemen
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b) Menghasilkan dokter, dokter layanan primer dan tenaga kesehatan lainnya
yang berkualitas;
c) Membina RS dan tempat pendidikan lain dalam jejaring RS PT;
d) Menyediakan pasien dengan variasi dan jumlah kasus sesuai kebutuhan
pendidikan untuk mencapai kompetensi dokter.
2) Unsur Penelitian
a) Melaksanakan penelitian translasional dan/atau penelitian dibidang ilmu
dan teknologi kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lainnya;
b) Menilai, menapis, dan/atau mengadopsi teknologi kedokteran dan/atau
kedokteran gigi, serta teknologi kesehatan lainnya;
c) Mengembangkan pusat unggulan bidang kedokteran spesialistik-
subspesialistik dan/atau kedokteran gigi spesialistik-subspesialistik, serta
spesialisasi bidang kesehatan lainnya;
d) Mengembangkan penelitian dengan tujuan untuk kemajuan pendidikan
kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lainnya; dan
e) Mengembangkan kerja sama dengan pelaku industri bidang kesehatan dan
pihak lain yang terkait.
3) Komite Koordinasi Pendidikan
Komite koordinasi pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
mempunyai tugas:

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 9


a) Memberikan dukungan administrasi proses pembelajaran klinik di Rumah
Sakit Pendidikan;
b) Menyusun perencanaan kegiatan dan anggaran belanja tahunan
pembelajaran klinik sesuai kebutuhan;
c) Menyusun perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan
mahasiswa;
d) Membentuk sistem informasi terpadu untuk menunjang penyelenggaraan
fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian bidang kedokteran, kedokteran
gigi, dan kesehatan lain;
e) Melakukan koordinasi dalam rangka fasilitasi kepada seluruh mahasiswa
yang melaksanakan pembelajaran klinik, serta dosen dan penyelia yang
melakukan bimbingan dan supervisi proses pembelajaran klinik mahasiswa
di Rumah Sakit Pendidikan;
f) Melakukan supervisi dan koordinasi penilaian kinerja terhadap dosen atas
seluruh proses pelayanan yang dilakukan, termasuk yang dilakukan di
jejaring Rumah Sakit Pendidikan dan/atau yang terkait dengan sistem
rujukan;
g) Melakukan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan proses pembelajaran
klinik mahasiswa; dan
h) Melaporkan hasil kerja secara berkala kepada direktur/kepala Rumah Sakit
Pendidikan dan pimpinan Institusi Pendidikan.

2.2 Peruntukan SDM dalam RS PTN


a. Peruntukan SDM
1) Fungsi Pendidikan
2) Fungsi Penelitian
3) Fungsi Pelayanan Medik
4) Fungsi Pelayanan Penunjang Medik
5) Fungsi Manajemen Rumah Sakit
6) Fungsi Hospital Engineering

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 10


b. Fungsi Pendidikan di RS PTN ( Pasal 5 PP No 93 / 2015)
1) Dalam menjalankan Fungsi Pendidikan bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan
kesehatan lain untuk mencapai kompetensi dari setiap profesi, RS PTN
bertugas:
a) Menyediakan dosen yang melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap
mahasiswa dalam memberikan pelayanan klinis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b) Berperan serta dalam menghasilkan dokter, dokter layanan primer, dan
tenaga kesehatan lain;
c) Membina rumah sakit dan tempat pendidikan lain di dalam jejaring Rumah
Sakit Pendidikan;
d) Menyediakan pasien/klien dengan variasi kasus dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan pendidikan.
2) Untuk mengisi fungsi di atas dibutuhkan dosen yang menyelenggarakan
pembelajaran klinik untuk mencapai kompetensi Dokter, Dokter Layanan
Primer sebagai berikut.
a) Rasio Dosen dan Mahasiswa 1 : 5
b) Dosen yang dimaksud adalah Dokter Spesialis untuk 4 Kedokteran Dasar dan
8 Kedokteran Lainnya.

c. Fungsi Penelitian di RS PTN (Pasal 6 PP No 93 / 2015)


1) Dalam menjalankan fungsi penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan
kesehatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Rumah Sakit Pendidikan
bertugas:
a) Melaksanakan penelitian translasional dan/atau penelitian di bidang ilmu
dan teknologi kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lainnya;
b) Menilai, menapis, dan/atau mengadopsi teknologi kedokteran dan/atau
kedokteran gigi, serta teknologi kesehatan lainnya;
c) Mengembangkan pusat unggulan bidang kedokteran spesialistik-
subspesialistik dan/atau kedokteran gigi spesialistik-subspesialistik, serta
spesialisasi bidang kesehatan lainnya;
d) Mengembangkan penelitian dengan tujuan untuk kemajuan pendidikan
kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lainnya; dan

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 11


e) Mengembangkan kerja sama dengan pelaku industri bidang kesehatan dan
pihak lain yang terkait.
2) Penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh dosen, mahasiswa, dan peneliti lain
dengan memperhatikan etika penelitian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Hasil penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disebarluaskan dengan cara
diseminarkan dan/atau dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional dan/atau
internasional yang terakreditasi kecuali hasil penelitian yang bersifat rahasia,
berpotensi mengganggu, dan/atau membahayakan kepentingan umum.
4) Fungsi penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain
sebagaimana dimaksud diatas, menjadi tanggung jawab bersama antara menteri
dan menteri yang bertanggung jawab di bidang riset, teknologi, dan pendidikan
tinggi.
d. Fungsi Pelayanan Medik RS PTN (Pasal 4 PP No 93 / 2015)
1) Dalam menjalankan fungsi pelayanan bidang kedokteran dan kesehatan lain
sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit Pendidikan bertugas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terintegrasi dengan mengutamakan tata kelola klinis yang
baik, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, kedokteran gigi, dan
kesehatan lain berbasis bukti dengan memerhatikan aspek etika profesi dan
hukum kesehatan.
2) Pelayanan bidang kedokteran, dan kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai kebutuhan medis pasien/klien, standar pelayanan,
dan mengutamakan keselamatan pasien/klien.
3) Untuk mengisi fungsi pelayanan dibutuhkan dokter spesialis yang menye-
lenggarakan pelayanan medik dan tidak merangkap tugas sebagai dokter
spesialis yang melaksanakan pendidikan.
4) Dosen yang dimaksud adalah Dokter Spesialis untuk 4 Kedokteran Dasar dan 8
Kedokteran Lainnya.
e. Fungsi Pelayanan Penunjang Medik RS PTN (Pasal 4 PP No 93 / 2015)
1) Dalam menjalankan fungsi pelayanan penunjang medik sebagaimana dimaksud,
Rumah Sakit Pendidikan bertugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan
terintegrasi dengan mengutamakan tata kelola penunjang medik yang baik,

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 12


perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran dan kesehatan lain berbasis bukti
dengan memperhatikan aspek etika profesi dan hukum kesehatan.
2) Pelayanan Penunjang Medik, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai kebutuhan medis pasien/klien, standar pelayanan, dan mengutamakan
keselamatan pasien/klien.
3) Untuk mengisi Fungsi Pelayanan Penunjang Medik dibutuhkan dokter spesialis
yang menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan tidak merangkap tugas
sebagai dokter spesialis yang melaksanakan pendidikan.
4) Dosen yang dimaksud adalah Dokter Spesialis Radiologi, Dokter Spesialis
Anesthesi, Dokter Spesialis Patologi Klinik, Dokter Spesialis Patologi Anatomi
dan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik.
f. Fungsi Manajemen RS PTN ( PP No. 77 / 2015)
1) Fungsi Manajemen RSPTN mengacu pada PP No.77/2015 pasal 6:
Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas unsur-unsur dibawah ini
ditambah Unsur Pendidikan, Unsur Penelitian dan Komite Koordinasi
Pendidikan :
a. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit;
b. Unsur Pendidikan
c. Unsur Pelayanan Medis;
d. Unsur Penelitian.
e. Unsur Keperawatan;
f. Unsur Penunjang Medis;
g. Unsur Administrasi umum dan keuangan;
h. Komite Medis;
i. Komite Koordinasi Pendidikan (Komkordik);
j. Satuan Pemeriksaan Internal.
2) Masing masing fungsi manajemen diisi personel dalam jabatan Struktural RS
PTN sesuai dengan UU, PP dan Permen tentang Jabatan Struktural RS.
g. Fungsi Hospital Engineering
1) Fungsi fungsi Hospital Engineering meliputi:
a. Fungsi Manajerial Hospital Engineering.
Lingkup fungsi manajerial adalah mengkoordinasikan kinerja seluruh
tenaga, tenaga ahli teknik medik dan teknik umum agar tercapai efektifitas
dan efisiensi serta keselamatan.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 13


b. Fungsi Biomedical Engineering.
Lingkup fungsi biomedical engineering adalah mengintegrasikan fungsi
clinical engineering, fasilitas rumah sakit, pengolahan limbah untuk
keselamatan lingkunganRS dan diluar RS.
c. Fungsi Konstruksi Bangunan RS.
Lingkup fungsi bangunan RS adalah mengintegrasikan seluruh peralatan
baik penunjang medik dan penunjang umum serta limbah pada bangunan
fisik.
d. Fungsi Clinical Engineering.
Lingkup fungsi clinical engineering adalah mengintegrasikan semua tenaga
ahli teknik medik dan alat penunjang medik.
e. Fungsi Pengolahan Limbah.
Lingkup fungsi pengolahan limbah adalah mengintegrasikan semua tenaga
ahli limbah padat medik dan nonmedik, limbah cair, limbah radio aktif, dan
lain-lain
f. Fungsi Mechanical Electricity.
Lingkup fungsi mechanical electricity adalah mengintegrasikan semua
tenaga ahli mekanik dan elektrik meliputi: lift, AC, TV, genset, gardu
listrik, lampu penerangan, pemanas air, pemadam kebakaran, sistem
komunikasi, dan lain-lain
g. Fungsi Fasilitas Rumah Sakit.
Lingkup fungsi fasilitas rumah sakitadalah mengintegrasikan semua tenaga
ahli dengan utilitas rumah sakit lainnya.

2.3 JUMLAH DAN JENIS SDM SESUAI FUNGSI


Jumlah dan jenis SDM dalam fungsi yang ditetapkan dalam Peraturan ini adalah
Pelayanan RS PTN setara dengan RS Kelas B (Permenkes Nomor 56/2014). Adapun
SDM yang direkrut RS PTN wajib menjalankan fungsi pendidikan dan penelitian sebagai
tambahan dari fungsi pelayanannya.

Masing masing fungsi hospital engineering diisi personel minimal 1 (satu) orang sesuai
dengan keahliannya dalam jabatan struktural sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Adapun hal tersebut meliputi:

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 14


Tenaga ahli dibidang Biomedical Engineering.
Tenaga ahli dibidang konstruksi bangunan khusus RS
Tenaga ahli dibidang Clinical Enginering
Tenaga ahli dibidang Hospital Facility
Tenaga ahli dibidang limbah dan water treatment
Tenaga ahli dibidang Mecanical Electrical

KLASIFIKASI SDM
A. DOSEN (TENAGA PENDIDIK)
ASAL STATUS PERUNTUKAN
FUNGSI
Perguruan Tinggi Pegawai ASN: Pendidikan
(Kemristekdikti) - PNS Penelitian
Kementerian Kesehatan - PPPK : Pegawai BLU, Pelayanan Medik
Pemda/Pemprov Pegawai PTN-BH Pelayanan Penunjang
K/L lainnya Honorer Medik
Manajemen
Hospital Engineering

B. TENAGA KEPENDIDIKAN
ASAL STATUS PERUNTUKAN
FUNGSI
Perguruan Tinggi Pegawai ASN : Pendidikan :
(Kemristekdikti) - PNS Pustakawan
Kementerian Kesehatan - PPPK : Pegawai BLU, Tenaga Administrasi
Rumah Sakit Pendidikan Pegawai PTN-BH Laboran
Pemda/Pemprov Honorer Teknisi
K/L lainnya Pranata Teknik
Informasi.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 15


KUALIFIKASI SDM
A. TENAGA KESEHATAN (FUNGSI PELAYANAN)
1. Tenaga Kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum Diploma Tiga, kecuali tenaga
medis.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kualifikasi minimum Tenaga Kesehatan diatur
dengan Peraturan Menteri Kesehatan

B. DOSEN (FUNGSI PENDIDIKAN)


Dosen di Rumah Sakit Pendidikan memenuhi kualifikasi sesuai Standar Nasional
Pendidikan Kedokteran.
Standar Nasional Pendidikan Kedokteran bab Standar Dosen: Dosen di Rumah Sakit
Pendidikanharus memenuhi kriteria paling sedikit:
1. dokter spesialis-subspesialis, dokter gigi spesialis-subspesialis, atau dosen dari
bidang ilmu lain yang dibutuhkan;
2. memiliki Surat Izin Praktik dan melaksanakan pelayanan kesehatan;
3. telah teregistrasi sebagai dosen sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
4. memiliki rekomendasi dari pemimpin rumah sakit pendidikan;
5. memiliki rekomendasi dari Dekan fakultas terkait;
6. dosen program sarjana harus berkualifikasi akademik paling rendah lulusan magister
atau magister terapan yang relevan dengan program studi, dan dapat menggunakan
dosen bersertifikat profesi yang relevan dengan program studi dan berkualifikasi
paling rendah setara dengan jenjang 8 (delapan) KKNI;
7. dosen program profesi dokter/dokter gigi harus berkualifikasi akademik paling
rendah dokter spesialis-subspesialis/dokter gigi spesialis-subspesialis, atau
dokter/dokter gigi yang berkualifikasi paling rendah magister atau setara dengan
jenjang 8 (delapan) KKNI;
8. dosen program dokter spesialis/dokter gigi spesialis harus berkualifikasi akademik
paling rendah lulusan dokter subspesialis/dokter gigi subspesialis, doktor yang
relevan dengan program studi, atau lulusan dokter spesialis/dokter gigi spesialis
dengan pengalaman kerja paling sedikit 5 (lima) tahun dan/atau berkualifikasi setara
dengan jenjang 9 (sembilan) KKNI.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 16


C. TENAGA KEPENDIDIKAN
1. Tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik paling rendah lulusan
program diploma 3 (tiga) yang dinyatakan dengan ijazah sesuai dengan kualifikasi
tugas pokok dan fungsinya.
2. Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi
tenaga administrasi.
3. Tenaga administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki kualifikasi
akademik paling rendah SMA atau sederajat.
4. Tenaga kependidikan yang memerlukan keahlian khusus wajib memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan bidang tugas dan keahliannya.

2.4 REKRUTMEN SDM


Mengingat pentingnya pengembangan RS PTN sebagai center of excellence, perlu
jaminan SDM yang direkrut memenuhi kriteria dan sehat secara jasmani dan rohani.
Evaluasi aspek kejiwaan, motivasi dan kemampuan mendidik wajib diintegrasikan
kedalam sistem rekrutment SDM.
A. TENAGA KESEHATAN
1. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
2. Aspek pemerataan merupakan upaya distribusi Tenaga Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan melalui proses rekrutmen, seleksi, dan penempatan.
B. DOSEN (TENAGA PENDIDIK)
1. Dosen yang berasal dari Rumah Sakit Pendidikan ditetapkan sebagai Dosen oleh
pemimpin perguruan tinggi.
2. Kegiatan Dosen yang berupa pelayanan kesehatan dapat diakui dan disetarakan
dengan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Dosen Warga Negara Asing yang berasal dari Perguruan Tinggi, Rumah Sakit
Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran dari negara lain harus mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 17


2.5 JENJANG KARIR SDM RS PTN
Jenjang karir dalam suatu lembaga atau organisasi merupakan suatu keharusan
yang mana suatu lembaga atau oranganisasi yang memiliki jenjang karir dengan regulasi
yang jelas akan menarik siapapun untuk bekerja dan bersama membangun lembaga atau
organisasi tersebut.
Demikian pula dengan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri harus memiliki
regulasi mengenai jenjang karir yang jelas dan mampu menarik para tenaga terbaik di
dunia kesehatan untuk bekerja di RS PTN serta mampu mewujudkan visi dan misi
lembaga atau organisasi. Dengan demikian para tenaga kesehatan yang telah bekerja di
RS PTN bisa menjalankan tupoksinya dengan baik dan meningkatkan kinerja serta
kompetensi yang bersangkutan apabila ingin menapak jenjang karir di RS PTN.
Berdasarkan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2014 mengenai Tenaga Kesehatan
dalam Bab III Kualifikasi dan Pengelompokan Tenaga Kesehatan di pasal 11 dalam ayat
1 disebutkan tenaga kesehatan dikelompokan ke dalam13 kelompok. Lalu disebutkan
juga masing-masing kelompok terdapat jenis jenis tenaga kesehatan dan masing-masing
jenis tersebut harus diperlakukan berbeda dalam menentukan jenjang karir dari jenis
tenaga kesehatan.
Berkenaan dengan hal tersebut, regulasi yang berkenaan dengan jenjang karir di
RSPTN masih perlu diberi catatan serta diskusi lebih lanjut mengingat masih perlu
persamaan persepsi antara para regulator yang terlibat dalam jenjang karir di RSPTN.
Seperti Kementerian Ristek dan Dikti selaku pemilik RSPTN lalu Kementerian
Kesehatan selaku regulator dunia kesehatan di Republik Indonesia serta Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi selaku pembina Aparatur Sipil
Negara.

2.6 SISTEM REMUNERASI DAN SUMBER PEMBIAYAAN


1. Remunerasi SDM RSPTN
a. Menurut PP no 23/2005 pasal 36 ,
Pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU dapat diberikan
remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan
profesionalisme yang diperlukan.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 18


Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan/Gubernur/Bupati/Walikota atas usulan
Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya.
b. Penjelasan Pasal 22 Huruf A Undang-Undang No 5 Tahun 2014 Tentang ASN
Yang dimaksud dengan gaji adalah kompensasi dasar berupa honorarium
sesuai dengan beban kerja, tanggung jawab jabatan dan resiko pekerjaan yang
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

2. Hak SDM RSPTN


a. Menurut Undang-Undang no 5 Tahun 2014
PNS PPPK
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas; gaji dan tunjangan;
b. cuti; cuti;
c. jaminan pensiun dan jaminan hari -
tua;
d. perlindungan; dan perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi pengembangan kompetensi

b. Menurut Permenristekdikti no 2 tahun 2016 Pasal 12 A


Dosen NIDN Dosen NIDK Dosen NUP
1 memperoleh gaji dan memperoleh honor memperoleh honor
tunjangan; dan/atau tunjangan dan/atau tunjangan; dan
sesuai Perjanjian Kerja;
2 mengusulkan jabatan mengusulkan jabatan
akademik; akademik;
3 mengusulkan atau mengusulkan atau
diusulkan untuk diusulkan untuk
menempati jabatan menempati jabatan
struktural/ tugas struktural/tugas
tambahan; tambahan;
4 mengajukan beasiswa;
5 mengajukan sertifikasi
dosen;
6 mengikuti mengikuti mengikutipembinaan/p
pembinaan/peningkatan pembinaan/peningkatan eningkatan kompetensi.
kompetensi; kompetensi; dan
7 dihitung sebagai rasio dihitung sebagai rasio
dosen terhadap dosen terhadap
mahasiswa; dan mahasiswa
8 dihitung dalam dihitung dalam
pembukaan dan pembukaan dan
pelaksanaan program pelaksanaan program
studi. studi.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 19


3. Manajemen SDM
a. Sesuai aturan dalam Undang-Undang ASN Pasal 55 dan Pasal 93 diatur
mengenai Manajemen PNS dan PPPK seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:
PNS PPPK
a. penyusunan dan penetapan penetapan kebutuhan;
kebutuhan;
b. pengadaan; pengadaan;
c. pangkat dan jabatan;
d. pengembangan karier;
e. pola karier;
f. promosi;
g. mutasi;
h. penilaian kinerja; penilaian kinerja;

i. penggajian dan tunjangan; penggajian dan tunjangan;

j. penghargaan; pengembangan kompetensi;


pemberian penghargaan;

k. disiplin; disiplin;

l. pemberhentian; pemutusan hubungan perjanjian


kerja; dan

m. jaminan pensiun dan jaminan


hari tua; dan
n. perlindungan. Perlindungan

4. Sumber Pembiayaan
a. Undang-Undang No 12 Tahun 2012
Pasal 83 :
1. Pemerintah menyediakan dana Pendidikan Tinggi yang
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
2. Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan dana
Pendidikan Tinggi yang dialokasikan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 20


Pasal 84
1. Masyarakat dapat berperan serta dalam pendanaan Pendidikan
Tinggi.
2. Pendanaan Pendidikan Tinggi yang diperoleh dari Masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada
Perguruan Tinggi dalam bentuk:
a. hibah;
b. wakaf;
c. zakat;
d. persembahan kasih;
e. kolekte;
f. dana punia;
g. sumbangan individu dan/atau perusahaan;
h. dana abadi Pendidikan Tinggi; dan/atau
i. bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 85
1. Perguruan Tinggi dapat berperan serta dalam pendanaan
Pendidikan Tinggi melalui kerja sama pelaksanaan Tridharma.
2. Pendanaan Pendidikan Tinggi dapat juga bersumber dari biaya
Pendidikan yang ditanggung oleh mahasiswa sesuai dengan
kemampuan mahasiswa, orang tua Mahasiswa, atau pihak lain
yang membiayainya.
Pasal 86
1. Pemerintah memfasilitasi dunia usaha dan dunia industri
dengan aktif memberikan bantuan dana kepada Perguruan
Tinggi.
2. Pemerintah memberikan insentif kepada dunia usaha dan dunia
industri atau anggota Masyarakat yang memberikan bantuan
atau sumbangan penyelenggaraan Pendidikan Tinggi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 87

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 21


1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan hak
pengelolaan kekayaan negara kepada Perguruan Tinggi untuk
kepentingan pengembangan Pendidikan Tinggi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 89
1. Dana Pendidikan Tinggi yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 83 dialokasikan untuk:
a. PTN, sebagai biaya operasional, Dosen dan tenaga
kependidikan, serta investasi dan pengembangan;
b. PTS, sebagai bantuan tunjangan profesi dosen,
tunjangan kehormatan profesor, serta investasi dan
pengembangan; dan
c. Mahasiswa, sebagai dukungan biaya untuk mengikuti
Pendidikan Tinggi.
2. Dana Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a untuk PTN badan hukum diberikan dalam
bentuk subsidi dan/atau bentuk lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Ketentuan mengenai bentuk dan mekanisme pendanaan
pada PTN badan hukum diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
4. Dana Pendidikan Tinggi yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan bantuan dana yang disediakan
oleh Pemerintah daerah untuk penyelenggaraan Pendidikan
Tinggi di daerah masing-masing sesuai dengan kemampuan
daerah.
5. Pemerintah mengalokasikan dana bantuan operasional PTN
dari anggaran fungsi Pendidikan.
6. Pemerintah mengalokasikan paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari dana sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
untuk dana Penelitian di PTN dan PTS.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 22


7. Dana Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dikelola oleh Kementerian
b. Undang-Undang No 5 Tahun 2014
Pasal 79 dan 101
NO PNS PPPK
1 Pemerintah wajib membayar gaji Pemerintah wajib membayar gaji yang adil
yang adil dan layak kepada PNS dan layak kepada PPPK
serta menjamin kesejahteraan
PNS.
2 Gaji sebagaimana dimaksud pada Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ayat (1) dibayarkan sesuai dengan diberikan berdasarkan beban kerja,
beban kerja, tanggungjawab, dan tanggung jawab jabatan, dan resiko
resiko pekerjaan. pekerjaan
3 Gaji sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap.
4 Gaji PNS yang bekerja pada Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pemerintah pusat dibebankan pada
dibebankan pada anggaran pendapatan dan
anggaran pendapatan dan belanjabelanja negara untuk PPPK di Instansi
negara. Pusat dan anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk PPPK di Instansi Daerah.
5 Gaji PNS yang bekerja pada Selain gaji sebagaimana dimaksud pada
pemerintahan daerah dibebankan ayat (1), PPPK dapat menerima tunjangan
pada anggaran pendapatan dan sesuai dengan ketentuan peraturan
belanja daerah perundang-undangan.

Pasal 80
1. Selain gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, PNS juga
menerima tunjangan dan fasilitas.
2. Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan.
3. Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibayarkan sesuai pencapaian kinerja.
4. Tunjangan kemahalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan
indeks harga yang berlaku di daerah masing-masing.
5. Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintah pusat
dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara.
6. Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah
dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 23


Pasal 81
1. Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji, tunjangan kinerja,
tunjangan kemahalan, dan fasilitas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 79 dan Pasal 80 diatur dengan Peraturan
Pemerintah
c. PP No 93 Tahun 2015
Pasal 31
1. Pendanaan untuk penyelenggaraan fungsi Rumah Sakit
Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemilik
Rumah Sakit Pendidikan dan Institusi Pendidikan.
2. Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan dalam
rangka pembelajaran klinik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Selain pemilik rumah sakit dan Institusi Pendidikan, pendanaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari sumber
lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

d. Permenristekdikti no 2 Tahun 2016


Pasal 12B
1. Pembiayaan bagi Dosen PNS atau PPPK yang memiliki NIDN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12A ayat (1) huruf a
sampai dengan huruf f dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau Penerimaan Negara Bukan Pajak pada
perguruan tinggi pengguna.
2. Pembiayaan bagi Dosen PTN yang memiliki NIDK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12A ayat (2) huruf a angka
1 sampai dengan angka 4 dari masing-masing perguruan tinggi
pengguna melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri/Block
Grant/Penerimaan Negara Bukan Pajak atau sumber lain yang
sah.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 24


3. Pembiayaan bagi Dosen NUP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12A ayat (3) dibiayai dari masing-masing perguruan
tinggi pengguna.

SKEMA ALOKASI DAN SUMBER PEMBIAYAAN

Alokasi Dan Sumber Pembiayaan


Jenis Status Pembinaa
No Tunjangan Tunjangan
Pegawai Pegawai n
Gaji Honor Tunjangan Jabatan Jabatan
Kompete
Akademik Struktural
nsi
NID
PNS N APBN APBN APBN APBN APBN APBN
NID APBN/PNB APBN/PNBP APBN/PNBP APBN/PNB APBN/PN
N APBN P P BP
APBN/BOP
APBN/BOP APBN/BOPT APBN/BOPT
APB TN/block
1 PENDIDIK TN/block N/block N/block
N/PN grant/PNBP
grant/PNBP grant/PNBP/ grant/PNBP/
NID BP /
/sumber lain sumber lain sumber lain
PPP K sumber lain APBN
K BOPT BOPTN/PNB BOPTN/PNB BOPTN/PN
N/PN BOPTN/PN P P BP
NUP BP BP APBN
TENAGA PNS APBN
KEPENDIDI PPP
2 KAN K APBN

Catatan :
Perlu disesuaikan dengan status PTN
Perlu alokasi dana untuk human resources management & development (untuk keperluan
capacity building)

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 25


BAB III
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE)

3.1 Pengertian
Ada beberapa istilah mengenai kewenangan klinis yang perlu diketahui terlebih
dahulu.Adapun istilah-istilah tersebut adalah:

1. Kewenangan Klinis (Clinical privilege) staf medis adalah hak khusus seorang staf
medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan
rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan
klinis (clinical appointment).1
2. Penugasan klnis (clinical appointment) staf medis adalah penugasan kepala/direktur
rumah sakit kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan
medis di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah
ditetapkan baginya.1
3. Penilaian Diri (Self assessment) adalah penilaian staf medis terhadap dirinya sendiri.
4. Komite Medik adalahperangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klnis
(clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi medis.1
5. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis, tenaga keperawatan, dan
tenaga kesehatan lainnya untuk menentukan kelayakan diberikan kewenangan klnis
(clinical privilege).1,2
6. Re-kredensial adalah proses re-evaluasi terhadap staf medis, tenaga keperawatan,
dan tenaga kesehatan lainnya untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan
klinis tersebut.1,2
7. Sub komite kredensial staf medis adalah anggota komite medik yang bertugas
menapis profesionalisme staf medis.1
8. Panitia ad hoc adalah staf medis yang tergolong mitra bestari yang ditetapkan oleh
kepala/direktur rumah sakit berdasarkan usulan ketua komite medik yang membantu
tugas dan fungsi komite medik.1
9. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis, tenaga keperawatan, dan
tenaga kesehatan lainnya dengan reputasi dan kompetensi profesi yang baik untuk
menelaah segala hal yang terkait dengan profesi tersebut.1,2

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 26


10. Komite keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang mempunyai
fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi.2
11. Kewenangan Klinis tenaga keperawatan adalahuraian intervensi keperawatan dan
kebidanan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan berdasarkan area praktiknya.2
12. Penugasan Klinis tenaga keperawatan adalah penugasan kepala/direktur Rumah
Sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan atau asuhan
kebidanan di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis.2
13. Rekredensial tenaga keperawatan adalahproses re-evaluasi terhadap tenaga
keperawatan yang telah memiliki Kewenangan Klinis untuk menentukan kelayakan
pemberian Kewenangan Klinis tersebut.2
14. Subkomite kredensial keperawatan adalah anggota komite keperawatan yang
bertugas merekomendasikan Kewenangan Klinis yang adekuat sesuai kompetensi
yang dimiliki setiap tenaga keperawatan.2
15. Mitra Bestari tenaga keperawatan adalah sekelompok tenaga keperawatan dengan
reputasi dan kompetensi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
tenaga keperawatan.2
16. Buku Putih (white paper) adalahdokumen yang berisi syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh staf medis, tenaga keperawatan, dan tenaga kesehatan lainnya yang
digunakan untuk menentukan Kewenangan Klinis.1,2
17. Komite tenaga kesehatan lainadalah komite tenaga kesehatan selain tenaga medis
dan keperawatan, contoh: komite farmasi, dll.

3.2 Kewenangan Klinis di RS PTN


Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai
tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang
pendidikan kedokteran dan/atau kedokteran gigi, pendidikan berkelanjutan, dan
pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.3 Rumah sakit pendidikan bertugas
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terintegrasi dengan mengutamakan tata kelola
klinis yang baik, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, kedokteran gigi, dan
kesehatan lain berbasis bukti dengan memperhatikan aspek etika profesi dan hukum
kesehatan.3

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 27


Rumah sakit harus menerapkan model komite medik yang menjamin tata kelola
klinis (clinical governance) untuk melindungi pasien.Dalam model tersebut setiap staf
medis dikendalikan dengan mengatur kewenangan klinisnya (clinical privilege) untuk
melakukan pelayanan medis, hanya staf medis yang memenuhi syarat-syarat kompetensi
dan perilaku tertentu sajalah yang boleh melakukan pelayanan medis.Pengaturan
kewenangan klinis tersebut dilakukan dengan mekanisme pemberian izin untuk melakukan
pelayanan medis (entering to the profession), kewajiban memenuhi syarat-syarat
kompetensi dan perilaku tertentu untuk mempertahankan kewenangan klinis tersebut
(maintaining professionalism), dan pencabutan izin (expelling from the
1
profession). Kewenangan Klinis di Rumah Sakit Pendidikan juga harus sesuai dengan
update ilmu secara berbasis bukti.

Kewenangan klinis tidak hanya dimiliki oleh staf medis, tetapi juga oleh tenaga
perawat/bidan dan tenaga kesehatan lainnya serta peserta didik yang terdapat di dalam RS-
PTN. Sidang kredensial merupakan tahapan akhir dari proses penerimaan tenaga
kesehatan di RS-PTN. Oleh karena itu, komite medik, komite keperawatan, dan komite
tenaga kesehatan lainnya harus dilibatkan dalam proses penerimaan tenaga kesehatan.

3.3 Tahapan Kewenangan Klinis di RS PTN

Sebelum melakukan pelayanan medis sebagai bentuk kewenangan klinis di sebuah


rumah sakit, tenaga kesehatan wajib memiliki surat penugasan klinik (clinical
appointment) yang diterbitkan oleh pimpinan rumah sakit, berisi daftar kewenangan klinis
yang legal dilakukan di rumah sakit tersebut. Proses memperoleh surat penugasan klinis
melibatkan komite medis melalui mekanisme kredensial. Tahapan yang harus dilalui
berupa permohonan memperoleh kewenangan klinik, kredensial, kemudian terbitnya
penugasan klinik.4,5

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 28


Permohonan

Kredensial

Penerbitan Surat Penugasan Klinis

Rekredensial

Gambar 1. Alur Umum Permohonan Kewenangan Klinis dan Penerbitan Penugasan


Klinis
1. Permohonan
Tenaga medis mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada kepala
rumah sakit untuk melakukan tindakan medis. Permohonan tersebut berupa pengisian
formulir daftar tindakan-tindakan medis yang ingin dilakukan sesuai kompetensinya.
Pengisian formulir menggunakan metode self assessment dengan mencontreng daftar
tindakan medis dan juga menyerahkan salinan dokumen pendukung sesuai syarat
yang dibutuhkan, termasuk surat kesehatan fisik dan mental untuk melakukan
tindakan medis. Setelah melengkapi formulir dan dokumen pendukung, berkas
tersebut dikumpulkan kepada komite medis untuk ditindaklanjuti dengan proses
kredensial4.
2. Kredensial
Komite medis melalui sub komite kredensial mempersiapkan mitra bestari
sesuai dengan bidang keahlian dan kompetensi terkait kewenangan klinik yang akan
dinilai. Mitra bestari mengkaji tindakan medis yang diajukan pemohon berdasarkan
white paper. White paper ini menjadi dasar pengkajian apakah mitra bestari
memberikan rekomendasi atau menolak permohonan kewenangan klinis pemohon.
Selanjutnya, komite medis melakukan pengkajian kembali pada rekomendasi dari
mitra bestari dan mengadakan modifikasi jika diperlukan, kemudian hasil akhirnya
diserahkan kepada pimpinan rumah sakit4,5.
3. Penerbitan Surat Penugasan Klinis
Pimpinan rumah sakit menerbitkan surat penugasan klinis kepada pemohon
berdasarkan rekomendasi dari proses kredensial. Pimpinan rumah sakit dapat
meminta pengkajian ulang rekomendasi tersebut bersama pihak manajemen rumah

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 29


sakit jika dianggap perlu. Surat penugasan klinis yang diterbitkan pimpinan rumah
sakit berisi daftar kewenangan-kewenangan klinis untuk melakukan tindakan medis
oleh tenaga medis dalam rumah sakit tersebut secara legal. Jadi, tenaga medis hanya
boleh melakukan tindakan medis tertentu di rumah sakit sesuai kewenangan klinisnya
yang termuat dalam surat penugasan klinis4,5.
Daftar kewenangan klinis seorang tenaga medis dapat dimodifikasi setiap
saat.Tiap tenaga medis dapat mengajukan penambahan kewenangan klinis yang tidak
dimiliki sebelumnya dengan mengajukan permohonan kepada pimpinan rumah
sakit.Selanjutnya komite medis melakukan kredensial khusus, lalu mengeluarkan
rekomendasi yang kembali diserahkan kepada pimpinan rumah sakit untuk
mengeluarkan penugasan klinik yang telah dimodifikasi sesuai daftar kewenangan
klinisnya4,5.
4. Rekredensial
Kewenangan klinis dapat berakhir jika surat penugasan klinis habis masa
berlakunya ataupun dicabut oleh pimpinan rumah sakit. Surat penugasan klinis
memiliki masa berlaku sesuai periode waktu tertentu yang diatur oleh pimpinan
rumah sakit. Pada akhir masa berlaku surat penugasan klinis, rumah sakit wajib
melakukan rekredensial terhadap tenaga medis tersebut. Proses rekredensial lebih
sederhana dibandingkan kredensial, karena rumah sakit telah memiliki data dan
informasi setiap tenaga medis yang melakukan tindakan medis di rumah sakit
tersebut4. Subkomite kredensial berperan dalam proses rekredensial bagi setiap
tenagan medis yang mengajukan permohonan pada saat berakhirnya masa
berlaku surat penugasan klinis, dengan rekomendasi berupa:
a. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
d. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
e. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
f. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri5.
Surat penugasan dapat berakhir setiap saat jika tenaga medis dinyatakan tidak
kompeten melakukan tindakan medis. Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis
berdasarkan komite medis. Jika dalam menjalankan kewenangan klinis, kemudian
tenaga medis terbukti tidak sehat fisik atau mental, atau dinyatakan tidak kompeten
dalam melakukan tindakan medis, maka kewenangan klinis dapat berakhir saat itu

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 30


juga. Namun demikian, kewenangan klinis yang dicabut dapat diberikan kembali bila
tenaga medis telah pulih kesehatan fisik/mental maupun kompetensinya. Komite
medislah yang berperan dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah
sakit untuk memulihkan kewenangan klinis tenaga medis tersebut, setelah
diadakannya pembinaan memlalui sub komite mutu profesi jika diperlukan4.
3.4 Alur Kewenangan Klinis untuk Dokter
Dokter sebagai salah satu tenaga medis fungsional di rumah sakit, memiliki hak dan
kewajiban di dalam pelayanan kesehatan sesuai dengan keahlian atau kompetensi yang
dimiliki. Sehingga, kewenangan klinis berhak diajukan oleh dokter sesuai dengan
kebutuhan dan fasilitas rumah sakit serta kepakaran dokter yang bersangkutan.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 31


Dokter melakukan permohonan untuk
memperoleh kewenangan klinis kepada Formulir kredensial
direktur rumah sakit

Direktur memberikan disposisi kepada


komite medik untuk ditindak lanjuti

Komite medis menugaskan subkomite


kredensial 1. Copy ijazah terakhir yang
telah dilegalisir
2. STR dokter/dokter
spesialis
Subkomite kredensial memanggil calon yang 3. Surat keterangan sehat
hendak dikredensial untuk melangkapi dokumen 4. Form self assessment
administrasi dan menyusun tim mitra bestari 5. Sertifikat semua pelatihan
yang diikuti

Mitra bestari mengkaji dan


memberikan rekomendasi tindakan
medis yang diajukan oleh pemohon

Komite medis mengkaji kembali rekomendasi


dan selanjutnya diserahkan kepada direktur
rumah sakit

Direktur rumah sakit menerbitkan surat Rekredensial secara


penugasan klinis periodik

Gambar 2. Alur pengajuan kewenangan klinis


Adapun alur pengajuan kewenangan klinis adalah sebagai berikut:
1. Dokter melakukan permohonan untuk memperoleh kewenangan klinis kepada
direktur rumah sakit.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 32


Dokter membuat surat permohonan kepada direktur untuk dilakukan
kredensial atau permintaan pemberian kewenangan klinis terhadap dirinya.
2. Setelah formulir lengkap, direktur memberikan disposisi kepada komite medik untuk
ditindak lanjuti.Komite medis menugaskan subkomite kredensial untuk memproses
permohonan tersebut4.
3. Subkomite kredensial memanggil calon yang hendak dilakukan kredensial.dan
menyusun tim mitra bestari.
Dokter tersebut mengisi daftar tindakan medis yang ingin dilakukannya sesuai
dengan bidang keahliannya berupa form self assesment. Dokter tersebut memilih
tindakan medis yang tertera dalam form self assesment tersebut dengan cara
mencontreng tindakan medis apa yang bisa ia lakukan sesuai dengan kompetensinya.
Form self assesment ini ditetapkan oleh kolegium masing-masing spesialisasi. Dokter
juga menyerahkan foto copy semua dokumen yang dipersyaratkan kepada rumah sakit
berupa ijazah, STR, dan sertifikat semua pelatihan yang diikuti.Syarat-syarat tersebut
meliputi juga kesehatan fisik dan mental untuk melakukan tindakan medis tertentu4.
Subkomite kredensial menyiapkan mitra bestari yang berjumlah 4 hingga 6
orang sesuai dengan bidang keahlian yang akan dinilai. Mitra bestari tersebut tidak
harus anggota subkomite kredensial bahkan dapat berasal dari luar rumah sakit bila
diperlukan.Para mitra bestari yang bertugas tersebut dapat terdiri dari beberapa bidang
spesialisasi sesuai dengan kewenangan klinis yang diminta. Selain menilai
kompetensi, mitra bestari juga menilai kemampuan pemohon berdasarkan kesehatan
fisik dan mental untuk setiap tindakan medis yang diajukan. Rumah sakit
mempersiapkan sarana dan prasarana dan panel dokter untuk melakukan uji kesehatan
fisik dan mental tersebut4.
4. Mitra bestari mengkaji dan memberikan rekomendasi tindakan medis yang diajukan
oleh pemohon
Untuk rumah sakit pendidikan, kewenangan klinis seorang staf medis lebih
bersifat khusus karena yang bersangkutan mempunyai tugas untuk membimbing calon
/ staf medis yang sedang dalam pendidikan.Pihak Fakultas Kedokteran merupakan
bagian yang harus terlibat dalam mitra bestari pada proses kredensial. Untuk itu
fakultas kedokteran berperan serta dalam menentukan kewenangan klinis seorang staf
medis dalam rumah sakit pendidikan5.
5. Komite medis mengkaji kembali rekomendasi tersebut dengan mengadakan beberapa
modifikasi bila diperlukan dan selanjutnya diserahkan kepada direktur rumah sakit.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 33


Rincian kewenangan klinis setiap spesialisasi di rumah sakit ditetapkan oleh
komite medik dengan berpedoman kepada norma keprofesian yang ditetapkan oleh
kolegium setiap spesialisasi. Komite medik wajib menetapkan dan mendokumentasi
syarat-syarat terkait kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap jenis pelayanan
medis sesuai dengan ketetapan kolegium setiap spesialisasi ilmu kedokteran.
Dokumentasi syarat untuk melakukan pelayanan medis tersebut disebut sebagai buku
putih (white paper). Dengan demikian setiap rekomendasi komite medic atas
kewenangan klinisuntuk staf medis tetap dapat dipertanggungjawabkan secara hukum
karena buku putih (white paper) tersebut mengacu pada berbagai norma profesi
yang ditetapkan oleh kolegium setiap spesialisasi5.
Dalam pelaksanaan di lapangan, suatu pelayanan medis tertentu ternyata
dilakukan oleh para staf medis dari jenis spesialisasi yang berbeda.Setiap kolegium
dari spesialisasi yang berbeda tersebut menyatakan bahwa para dokter spesialis dari
kolegiumnya kompeten untuk melakukan pelayanan medis tersebut dalam situasi
tersebut komite medik menyusun buku putih (white paper) untuk pelayanan medis
tertentu tersebut dengan melibatkan mitra bestari (peer group) dari beberapa
spesialisasi terkait. Selanjutnya pemberian kewenangan klnis kepada staf medis yang
akan melakukan tindakan tertentu tersebut akan didasarkan pada buku putih yang
telah disusun bersama5.
Pada akhir proses kredensial komite medis menerbitkan rekomendasi kepada
kepala rumah sakit tentang lingkup kewenangan klinis seseorang tenaga medis secara
rinci. Instrument yang harus disiapkan oleh sub komite kredensial meliputi (1)
perangkat kebijakan rumah sakit tentang kredensial dan kewenangan klinis; (2)
borang-borang ( formulir) yang diperlukan , dan ; (3). Pedoman penilaian kompetensi
klinis yang diperlukan untuk memberikan kewenangan klinis tertentu oleh mitra
bestari4.
6. Direktur rumah sakit menerbitkan surat penugasan klinis
Setelah seorang dokter melalui suatu proses kredensial, direktur rumah sakit
menerbitkan suatu izin bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangkaian
tindakan-tindakan medis tertentu dirumah sakit tersebut, hal ini dikenal dengan surat
penugasan klinis (clinical appoinment). Tanpa adanya kewenangan klinis tersebut
seorang dokter tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan medis di rumah sakit
tersebut. Luasnya lingkup kewenangan klinis seseorang dokter spesialis dapat saja
berbeda dengan koleganya dalam spesialisasi yang sama tergantung dari ketetapan

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 34


komite medis tentang kompetensi untuk melakukan tiap tindakan medis oleh yang
bersangkutan berdasarkan hasil proses kredensial.
Daftar kewenangan klinis seorang tenaga medis dapat dimodifikasi setiap
saat.Seorang tenaga medis dapat saja mengajukan tambahan kewenangan klinis yang
tidak dimiliki sebelumnya dan mengajukan permohonan kepada kepala rumah sakit.
Selanjutnya komite medis akan melakukan proses kredensial khusus untuk tindakan
tersebut
Dalam hal tindakan medis seorang dokter membahayakan pasien maka
kewenangan klinis seorang dokter dapat saja dicabut sehingga tidak diperkenankan
untuk melakukan tindakan medis tertentu dilingkungan rumah sakit tersebut.
Pencabutan kewenangan klinis tersebut dilakukan melalui prosedur tertentu yang
melibatkan komite medis4.
7. Rekredensial secara periodik saat masa berlaku surat penugasannya berakhir.

3.5 Alur Kewenangan Klinis untuk Keperawatan (Profesi Perawat dan Bidan)
Alur kredensial calon staf keperawatan dimulai dari proses persiapan pelaksanaan
sidang kredensial oleh komite keperawatan dengan uraian tahapan sebagai berikut :
1. Proses Persiapan : Dimulai dengan diterimanya disposisi dari Direktur Rumah Sakit
yang meneruskan lamaran kerja tenaga perawat Komite Keperawatan, lalu Komite
Keperawatan memberikan daftar persyaratan dokumen kredensial yang dibutuhkan
kepada calon staf keperawatan
2. Calon staf keperawatan menyerahkan dokumen kredensial kepada Komite
Keperawatan.
3. Sub Komite Kredensial memeriksa kelengkapan berkas kredensial, bila lengkap
maka proses kredensial bisa dilanjutkan.
4. Sub komite kredensial mengajukan permohonan penerbitan SK Tim/Panitia Ad-Hoc
dengan melampirkan daftar nama tim Tim/Panitia Ad-Hoc.
5. Direktur Utama menerbitkan SK Tim/Panitia Ad-Hoc
6. Sub komite kredensial &tim Ad-Hoc melaksanakan sidang kredensial berdasarkan
adanya dokumen kelengkapan kredensial, undangan, absensi dan notulensi.
7. Sub komite kredensial mengajukan hasil sidang kredensial kepada Ketua Komite
Keperawatan dengan melampirkan daftar kewenangan klinis yang disetujui dan
resume hasil sidang kredensial

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 35


8. Diakhir sidang kredensial calon tenaga keperawatan menandatangani pakta integritas
sebagai komitmen dalam menjalankan tugas dan wewenang dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien di RS.
9. Ketua komite keperawatan mengajukan surat rekomendasi penerbitan Surat
Penugasan Klinik ke Direktur Utama RS.
10. Direktur Utama RS menerbitkan Surat Penugasan Klinik calon Staf Keperawatan
sesuai daftar kewenangan klinis yang telah direkomendasikan oleh Komite
Keperawatan.
11. Surat Penugasan Klinik juga ditembuskan ke bidang keperawatan sebagai acuan
dalam pemberian pelayanan oleh calon staf tenaga keperawatan yang telah
dikredensial.
12. Direktur Utama RS menerbitkan rekomendasi pengurusan Surat Izin Praktik Perawat
(SIPP).
Proses ini dapat dilihat pada gambar 3.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 36


Komite Keperawatan
Daftar dokumen untuk kelengkapan
Memberikan daftar persyaratan kredensial kepada persayaratan kredensial
calon staf keperawatan

Calon Staf Keperawatan 1. Formulir permohonan kredensial


Mengisi formulir kredensial dan lemar self assesment 2. Foto copy ijazah terakhir yang telah
dilegalisir
3. Fotocopy Sertifikat Kompetensi Perawat
Calon Staf Keperawatan
4. Surat Tanda Registrasi (STR) Perawat/ Bidan
Mengajukan dokumen kredensial kepada Komite
Keperawatan 5. Foto copy sertifikat pelatihan/
workshop/seminar bila ada
6. Surat keterangan berbadan sehat
Sub. Komite Kredensial 7. Surat keterangan bebas narkoba
Memeriksa Kelengkapan Berkas 8. Pas foto berukuran 3x4 sebanyak 1 lembar
Kredensial
9. Logbook capaian kinerja
10. Portofolio
Staf komite keperawatan
mengkonfirmasi kembali ke calon staf
Lengkap keperwatan yang akan dikredensial
untuk segera melengkapi berkasnya

Sub Komite Kredensial 1. Surat permohonan penerbitan SK Mitra


Mengajukan surat permohonan Bstari
penerbitan SK Panitia Ad-Hoc 2. Lampiran daftar nama Tim/Panitia Ad-Hoc

Direktur Utama RS
Menerbitkan SK Tim/Panitia Ad-Hoc SK Tim Ad-Hoc

1. Dokumen kelengkapan kredensial


Sub Komite Kredensial
Melaksanakan sidang kredensial 2. Undangan rapat, absensi dan notulensi

Sub Komite Kredensial 1. Daftar kewenangan klinis yang


Mengajukan hasil kredensial kepada disetujui
ketua komite keperawatan 2. Resume hasil sidang kredensial

Ketua Komite Keperawatan


Mengajukan surat rekomendasi penerbitan Surat rekomendasi kewenangan
Surat Penugasan Klinik ke DIrektur Utama klinis

Direktur Utama RS
Surat Penugasan Klinis (SPK)
Menerbitkan Surat Penugasan Klinik calon
staf keperawatan

Direktur Utama RS
Surat Rekomendasi Penerbitan
Menerbitkan Surat Rekomendasi Penerbitan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)
Surat Izin Praktek Perawat (SIPP) Ke Dinas
Kesehatan Kota

Kepala Dinas Kesehatan Kota


Menerbitkan Surat Izin Praktek Perawat Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)
(SIPP) RS

Gambar 3. Komite Keperawatan: Alur Kewenangan Klinis

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 37


3.6 Alur Kewenangan Klinis untuk Tenaga Kesehatan yang lain

Tenaga kesehatan lain diartikan adalah tenaga kesehatan selain dokter, dokter gigi,
perawat dan bidan yang turut bertanggungjawab terhadap permasalahan dan penanganan
pasien di rumah sakit secara komprehensif. Contoh tenaga medis tersebut diantaranya
fisioterapis, ahli gizi, apoteker, tenaga radiologi, analis laboratorium klinik, dan lain-lain.
Tenaga kesehatan tersebut memiliki hak dan kewajiban di dalam pelayanan kesehatan
sesuai kompetensinya sehingga kewenangan klinis patut diajukan sesuai kebutuhan dan
fasilitas yang dimiliki rumah sakit. Dalam memperoleh kewenangan klinis sampai
diterbitkannya penugasan klinis dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan klinis


kepada Direktur Rumah Sakit

Direktur memberikan disposisi kepada Komite Profesi lain untuk


memprosesnya

Komite Profesi lain menugaskan subkomite kredensial

Subkomite kredensial menyusun tim adhoc

Tim ad hoc bersama subkomite


kredensial mengkaji dan menyetujui
atau tidak menyetujui kewenangan
klinis yang diajukan oleh pemohon
melalui sidang kredensial

Komite Profesi lain merekomendasi kewenangan klinis calon tenaga


tenaga kesehatan kepada Direktur Rumah Sakit

Direktur Rumah Sakit menerbitkan surat penugasan klinis yang


diperlukan untuk pengurusan SIP ke Dinas Kesehatan Kota

Rekredensial secara periodik

Gambar 4. Kewenangan klinis untuk tenaga kesehatan yang lain.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 38


1. Tenaga kesehatan melakukan permohonan untuk memperoleh kewenangan klinis
kepada Direktur Rumah Sakit.
Calon tenaga kesehatan membuat surat permohonan kepada Direktur untuk
dilakukan kredensial terhadap dirinya. Pemohon mengisi daftar tindakan yang dapat
dilakukannya pada form self assessmentapa saja yang bisa dilakukannya sesuai
kompetensi. Form self assessment ini ditetapkan oleh kolegium masing-masing
profesi. Selain itu pemohon juga menyerahkan semua dokumen yang dipersyaratkan
kepada rumah sakit
2. Direktur memberikan disposisi kepada Komite Profesi lain untuk ditindak lanjuti.
3. Komite Profesi lain menugaskan komite kredensial untuk memproses permohonan
tersebut.
4. Subkomite kredensial memanggil calon yang hendak dilakukan kredensial dan
menyusun tim ad hoc.
Subkomite kredensial menyiapkan tim ad hoc yang berjumlah 4 hingga 6
orang sesuai dengan peminatan/keahlian yang akan dinilai, termasuk juga dari pihak
fakultas kedokteran. Para mitra bestari yang bertugas tersebut dapat terdiri dari
beberapa bidang peminatan sesuai dengan kewenangan klinis yang diminta.Selain
menilai kompetensi, mitra bestari juga menilai kemampuan pemohon berdasarkan
kesehatan fisik dan mental untuk setiap tindakan yang diajukan.
5. Tim ad hoc beserta pihak fakultas kedokteran dan subkomite kredensial mengkaji dan
memberikan rekomendasi tindakan yang disetujui dapat dilakukan oleh pemohon
melalui siding kredensial.
Untuk Rumah Sakit Pendidikan, ada kewenangan klinis tambahan seorang
calon tenaga kesehatan karena yang bersangkutan mempunyai tugas untuk
membimbing dalam proses pendidikan.
6. Komite Profesi lain mengkaji kembali rekomendasi tersebut dengan mengadakan
beberapa modifikasi bila diperlukan dan selanjutnya diserahkan kepada Direktur
Rumah Sakit.
Pada akhir proses sidang kredensial Komite Profesi lain menerbitkan
rekomendasi kepada Kepala Rumah Sakit perihal lingkup kewenangan klinis seorang
calon tenaga kesehatan secara rinci.
7. Direktur Rumah Sakit menerbitkan surat penugasan klinis
Setelah seorang tenaga kesehatan menjalani sidang kredensial, Direktur
Rumah Sakit menerbitkan suatu tugas bagi yang bersangkutan untuk melakukan

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 39


serangkaian tindakan-tindakan tertentu di rumah sakit tersebut (surat penugasan klinis
atau Clinical Appoinment).Tanpa adanya kewenangan klinis tersebut seorang tenaga
kesehatan tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan di rumah sakit tersebut.
Daftar kewenangan klinis seorang tenaga kesehatan dapat dimodifikasi setiap
saat. Seorang tenaga kesehatan tersebut dapat mengajukan tambahan kewenangan
klinis yang tidak dimiliki sebelumnya dan mengajukan permohonan kepada Kepala
Rumah Sakit. Selanjutnya Komite Profesi lainakan melakukan proses rekredensial
untuk tindakan tersebut.
Bila seorang tenaga kesehatan melakukan tindakan yang berakibat
membahayakan pasien maka kewenangan klinis seorang yang bersangkutan dapat saja
dicabut sehingga tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan tertentu di
lingkungan rumah sakit tersebut.Rekredensial secara periodik saat masa berlaku surat
penugasannya berakhir.

3.7 Kewenangan Klinis Peserta Didik Dokter/Dokter Gigi pada Tahap Kepaniteraan
Klinik
Pada tahap pendidikan profesi diharapkan peserta didik mencapai kemampuan
profesi klinik yang dilakukan minimal tiga semester, dimana sebelumnya peserta didik
telah mendapatkan surat keterangan lulus OSCE komprehensif. Pada surat keterangan
tersebut tertera keterampilan yang telah diujikan. Keterampilan yang belum tertera
diharapkan diujikan oleh RS PTN. Pada tahap pendidikan ini mahasiswa
kedokteran/kedokteran gigi akan menjalani rotasi di berbagai departemen (tahap praktik
klinik). Tahap ini merupakan salah satu komponen penting dalam kurikulum, saat
mahasiswa akan berkontak langsung dengan pasien. Selama melakukan kontak dengan
pasien, dimanfaatkan untuk mempelajari interaksi antara faktor penyebab, patogenesis,
faktor fisik dan psikologis keluarga, komunitas, sosial, dan lingkungan yang
mempengaruhi perjalanan penyakitnya. Kontak dengan pasien pada tahap ini akan
melibatkan aspek medik legal/hukum dan etika kedokteran.
Pada proses pendidikan dokter/dokter gigi, mahasiswa kedokteran/kedokteran
gigi tahap kepaniteraan klinik mendapatkan pengecualian untuk melakukan tindakan-
tindakan yang merupakan wewenang dokter/dokter gigi.
Sesuai dengan pasal 35 Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran, wewenang seorang dokter/dokter gigi adalah6:
Melakukan anamnesis

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 40


Memeriksa fisik dan mental pasien
Menentukan pemeriksaan penunjang
Menegakkan diagnosis
Menentukan penatalaksanaan/pengobatan pasien
Melakukan tindakan kedokteran
Penulisan resep, penulisan pengantar pemeriksaan penunjang dan tindakan
kedokteran dapat dilakukan oleh mahasiswa kedokteran/kedokteran gigi tahap
kepaniteraan klinik bila /memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Berbagai tindakan medis yang dilakukan merupakan bagian dari proses pendidikan.
2. Berbagai tindakan medis yang dilakukan berada dalam petunjuk dan supervisi staf
medik.
Mahasiswa kedokteran/kedokteran gigi tahap kepaniteraan klinik hanya
diperkenankan mengisi rekam medis khusus yang dirancang oleh masing-masing
departemen klinik. Rekam medis khusus ini merupakan bagian terpisah dari rekam
medik rumah sakit. Mahasiswa yang menjalani kepaniteraan harus mentaati peraturan
diatas beserta peraturan tambahan yang berlaku dimasing-masing institusi atau rumah
sakit.
Kewenanangan klinis mahasiswa kedokteran/kedokteran gigi disesuaikan dengan
kompetensi yang terdapat di dalam Standar Kedokteran Dokter Indonesia yang
diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia, dimana mahasiswa diperbolehkan
melakukan suatu tindakan medis (tetap di bawah supervisi) jika telah menangani
kesekian kali kasus yang sama. Adapun jumlah kasus yang perlu ditangani berdasarkan
standar nasional. Jika belum terdapat standar nasional yang ditetapkan, maka institusi
terkait yang menentukan jumlah kasus yang relevan sehingga dapat dilakukan mahasiswa
tersebut.

3.8 Alur Kewenangan Klinis untuk Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS)/Dokter Gigi Spesialis (PPDGS)-subspesialis
PPDS/PPDGS yaitu program pendidikan untuk melatih seorang dokter umum dan
dokter gigi untuk menjadi dokter spesialis dan dokter gigi spesialis tertentu. Program ini
baru dilaksanakan oleh beberapa fakultas kedokteran di universitas negeri yang bekerja
sama dengan rumah sakit pendidikan dan organisasi profesi. Dalam melaksanakan
pendidikan, PPDS/PPDGS berada di bawah pengawasan dokter konsultan (sekaligus

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 41


bertindak sebagai Dokter Penanggung Jawab Pelayanan).Selama pendidikan peserta
PPDS/PPDGS dalam melakukan tugasnya sebagai dokter di RS PTN bekerja sesuai level
kompetensinya. Dokter/dokter gigi peserta PPDS/PPDGS yang telah memiliki STR-
Pendidikan PPDS/PPDGS dan telah memperoleh peningkatan kompetensi diterbitkan
surat keterangan (sertifikat kompetensi) peserta PPDS/PPDGS oleh ketua program studi
yang melaksanakan PPDS/PPDGS terkait6.
Penerbitan surat keterangan (sertifikat kompetensi) peserta PPDS/PPDGS :
a. dilakukan secara periodik sesuai dengan peningkatan kompetensi yang diperoleh
dokter/dokter gigi peserta PPDS/PPDGS bersangkutan;
b. diterbitkan untuk setiap peserta PPDS/PPDGS;
c. ditandatangani oleh ketua program studi yang melaksanakan PPDS/PPDGS terkait.
Surat keterangan kompetensi peserta PPDS/PPDGS sekurang-kurangnya harus memuat:
a. nama peserta PPDS/PPDGS;
b. nomor STR-P PPDS/PPDGS;
c. kompetensi dan kewenangan untuk tiap jenis penyakit dan tindakan yang telah
dicapai dalam tingkat mandiri;
d. masa berlaku; dan
e. ruang lingkup dan tempat berlaku.
Surat keterangan kompetensi peserta PPDS/PPDGS :
a. hanya digunakan sebagai pernyataan kompetensi dokter/dokter gigi peserta
PPDS/PPDGS untuk melakukan praktik kedokteran yang dibatasi hanya untuk
kegiatan PPDS/PPDGS di RS PTN;
b. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari STR-P PPDS/PPDGS beserta surat
izin praktik yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kota berdasarkan pada salinan
STR-P PPDS/PPDGS
c. bukan merupakan sertifikat kualifikasi tambahan dan tidak dapat digunakan untuk
kepentingan praktik perorangan sebagai dokter/dokter gigi; dan
d. bukan merupakan sertifikat kompetensi dokter/dokter gigi atau bukan sebagai
pengganti sertifikat kompetensi dokter/dokter gigi.
Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan registrasi dokter/dokter
gigi peserta PPDS/PPDGS dan penggunaan STR-P PPDS/PPDGS dilakukan oleh KKI,
institusi pendidikan kedokteran/kedokteran gigi, kolegium dokter spesialis/dokter gigi
spesialis yang sesuai bidang spesialisasi peserta PPDS/PPDGS, rumah sakit pendidikan,

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 42


dan dinas kesehatan kabupaten/kota setempat sesuai dengan fungsi dan tugas masing-
masing.

Level Kompetensi Peserta Didik


Level kompetensi adalah tingkat kemampuan yang harus dicapai oleh pesrta didik. Level
kompetensi dibagi menjadi 4 tingkat kemampuan, antara lain7:
1. Tingkat Kemampuan 1 (Knows): mengetahui dan menjelaskan
Pada tingkat ini, peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS) dapat mengenali dan
menjelaskan suatu keterampilan klinis atau gambaran klinik penyakit, dan mampu
menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan psikososial
keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan
keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan
komplikasi yang mungkin timbul.
2. Tingkat Kemampuan 2 (Knows How): pernah melihat atau pernah didemonstrasikan.
Pada tingkat ini, PPDS dalam masa pendidikannya pernah melihat atau
didemonstrasikan suatu keterampilan klinis.Selain itu juga menguasai pengetahuan
teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada clinical reasoning dan problem
solving serta berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut
dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien.
3. Tingkat Kemampuan 3 (Shows): pernah melakukan atau pernah menerapkan dibawah
supervisi.
PPDS pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi pada saat
menjalani masa pendidikan. PPDS menguasai pengetahuan teori dasar dan ilmiah
dari keterampilan ini termasuk latar belakang, dan dampak klinis dan psikososial dari
keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan
tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien, serta
berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau patient.
4. Tingkat Kemampuan 4 (Does): mampu melakukan secara mandiri. PPDS dapat
mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas, dan dapat
memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh teori, prinsip,
indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 43


Tabel 1. Tahapan Supervisi Peserta Didik Tahap Klinik (Dokter/Dokter
Gigi/Spesialis/Subspesialis).
Tahap Deskripsi Peserta Didik Deskripsi Supervisi
Supervisi
1 Peserta didik melakukan observasi Supervisor (atau peserta didik senior)
pemeriksaan,tindakan atau
prosedur yang dilakukan. mendemonstrasikan pemeriksaan, tindakan
atauprosedur yang dilakukan.
2 Peserta didik melakukan Supervisor ada di tempat melakukan
pemeriksaan, tindakan observasilangsung sepanjang pemeriksaan,
atauprosedur di bawah pengawasan tindakan atau prosedur
langsung dokterspesialis yang
memiliki SIP (DPJP). tersebut dilakukan.Bukti supervisi berupa
tanda tangan yang dibubuhkan di
rekam medis dan logbook segera setelah
pemeriksaan,tindakan atau prosedur tersebut
dilakukan.
3 Peserta didik dapat melakukan Supervisor tidak harus ada di tempat yang
tindakan dengansupervisi minimal. sama, tapi harus dapat segera melakukan
supervisi langsung.Bukti supervisi berupa
Peserta didik harus melapor tanda tangan yang dibubuhkanpada rekam
sebelum dan sesudahtindakan medis dan logbook terhadap
dilakukan. Selama tindakan, pemeriksaan,tindakan atau prosedur tersebut
peserta didik dilakukan pada hariyang sama (sebelum 24
dapat berkonsultasi kepada DPJP. jam).

4 Peserta didik sudah kompeten Supervisor tidak harus ada di tempat yang
melakukanpemeriksaan, tindakan sama, tapiharus dapat melakukan supervisi
atau prosedur. Peserta didiktetap langsung biladiperlukan.Bukti supervisi
perlu melaporkan sebelum dan berupa tanda tangan yang dibubuhkanpada
sesudahmelakukan pemeriksaan, rekam medis dan logbook terhadap
tindakan, atau prosedur. pemeriksaan,tindakan atau prosedur tersebut
dilakukan pada hariberikutnya.
5a Peserta didik sudah kompeten Supervisor tidak harus ada di tempat yang
melakukanpemeriksaan, tindakan, sama.Supervisor melakukan kajian laporan
atau prosedur. Peserta didiktidak secarakeseluruhan.
perlu melapor sebelum dan sesudah
melakukanpemeriksaan, tindakan, bukti supervisi berupa tanda tangan yang
atau prosedur. Peserta didikperlu dibubuhkanpada rekam medis dan logbook
melaporkan seluruh kegiatan di terhadap pemeriksaan,tindakan, atau
akhir hari.Peserta didik dapat prosedur tersebut dilakukan pada hariyang
melakukan pembimbingan sama.
atausupervisi untuk juniornya bila
diperlukan.
5b Peserta didik sudah kompeten Supervisor tidak harus ada di tempat yang
melakukanpemeriksaan, tindakan, sama.Supervisor melakukan kajian laporan

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 44


atau prosedur. Peserta didiktidak secara acak yaitutidak setiap hari dan tidak
perlu melapor sebelum dan sesudah untuk semua rekam medis(contoh: untuk
melakukanpemeriksaan, tindakan, peserta didik di tahap mandiri di
atau prosedur. Peserta didikperlu wahanaluar). Bukti supervisi berupa tanda
melaporkan seluruh kegiatan di tangan yang dibubuhkanpada rekam medis
akhir stase.Peserta didik dapat dan logbook terhadap pemeriksaan,tindakan
melakukan pembimbingan atau atau prosedur tersebut dilakukan pada
akhirstase.
supervisi untuk juniornya bila
diperlukan.
(Sumber: tahapan Supervisi pendidikan spesialis di FK UI/RS Cipto Mangunkusumo)8

Untuk kemudahan penerapan tahapan-tahapan supervisi tersebut oleh para Ketua


Program Studi sehubungan dengan penerbitan surat keterangan kompetensi, maka dapat
disederhanakan sebagai berikut:
1. Tahap Supervisi 1, 2, dan 3 dikategorikan tahap junior.
2. Tahap supervisi 4 dikategorikan tahap madya
3. Tahap supervisi 5a dan 5b dikategorikan tahap senior.

Prosedur Pengajuan Level Kompetensi Peserta Didik


Ketua Program Studi (KPS) menetapkan dan mengajukan daftar masing-masing
peserta PPDS/PPDGS sesuai level kompetensi kepada Direktur Rumah Sakit
Pendidikan
Direktur Rumah Sakit Pendidikan meminta Komite Koordinator Pendidikan
(Komkordik) untuk melakukan verifikasi dan validasi data
Komkordik bekerja sama dengan unit SDM untuk mengeluarkan tanda pengenal
sesuai level kompetensi

3.9 Pemberian Kewenangan Klinis pada Keadaan Khusus


Rumah sakit pendidikan tentu menjadi wahana pendidikan yang komprehensif
yang tidak menutup kemungkinan adanya pakar atau ahli khusus yang bukan berasal dari
institusi atau rumah sakit pendidikan tersebut (berlaku juga bila berasal dari luar negeri).
Sehingga dalam proses pelayanan kesehatan, pakar tersebut berhak untuk mengajukan
kewenangan klinis kepada rumah sakit pendidikan, baik untuk proses pelayanan
kesehatan maupun konteks pendidikan.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 45


Berdasarkan Permenkes No. 2052 tahun 2011 tentang izin praktik dan pelaksanaan
praktik kedokteran, pada pasal 7 menyebutkan9:
1. Dokter dan Dokter Gigi yang telah memiliki SIP yang memberikan pelayanan
kedokteran atau memberikan konsultasi keahlian dalam hal:
a. diminta oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan
pelayanan kedokteran yang bersifat khusus, yang tidak terus menerus atau
tidak berjadwal tetap;
b. dalam rangka melakukan bakti sosial/kemanusiaan;
c. dalam rangka tugas kenegaraan;
d. dalam rangka melakukan penanganan bencana atau pertolongan darurat
lainnya;
e. dalam rangka memberikan pertolongan pelayanan kedokteran kepada
keluarga, tetangga, teman, pelayanan kunjungan rumah dan pertolongan
masyarakat tidak mampu yang sifatnya insidentil; tidak memerlukan SIP di
tempat tersebut.
2. Pemberian pelayanan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
huruf b, huruf c dan huruf d harus diberitahukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
3. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh
institusi penyelenggaranya.
Berikut adalah proses pengajuan kewenangan klinis khusus:

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 46


Proposal Alih Iptekdok

Fotokopi salinan SuratTanda Registrasi Dokter dan Dokter Gigi WNA di Negara asal, yang masih
berlaku dan di legalisir

Letter of Goodstanding (LoG) Dokter dan Dokter Gigi WNA yang diterbitkan oleh badan regulator
kedokteran /kedokteran gigi negara asal atau Negara terakhir tempat melakukan praktik kedokteran

Daftar riwayat hidup Dokter atau Dokter Gigi WNA yang akan memberikan pendidikan dan
pelatihan sesuai format KKI

Daftar riwayat hidup Dokter WNI yang menjadi penanggung jawab kegiatan alih Iptekdok

Rekomendasi Kolegium

Foto kopi paspor Dokter/Dokter Gigi WNA

Fotokopi sertifikat kompetensi atau sertifikat kualifikasi tambahan Dokter atau Dokter Gigi WNA
terkait bidangnya

Rekomendasi dari organisasi profesi/institusi pendidikan kedokteran/kedokteran gigi di


negaraasal/organisasi profesi internasional bidang spesialisasi atau subspesialisasi terkait

Surat pernyataan bahwa Alih Iptekdok ini tidak untuk melakukan pelayanan kesehatan.

Gambar 5. Alur pengajuan kewenangan klinis khusus

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 47


3.10 Surat Izin Praktik
Pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit pendidikan, tenaga medis harus memiliki
SIP (surat izin praktik). SIP bagi dokter/dokter gigi dalam rumah sakit pendidikan dapat
memberikan peran ganda, yaitu sebagai pemberi pelayanan kesehatan, sekaligus sebagai
staf pendidik bagi peserta pendidikan dokter/dokter gigi pada rumah sakit pendidikan
tersebut. Dalam hal ini, dokter/dokter gigi dapat berperan sebagai dosen sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku9.
Berdasarkan Permenkes No. 2052 tahun 2011 tentang izin praktik dan pelaksanaan
praktik kedokteran, pada pasal 5 menyebutkan10:
1. SIP bagi Dokter dan Dokter Gigi sebagai staf pendidik yang melakukan praktik
kedokteran atau praktik kedokteran gigi pada rumah sakit pendidikan, berlaku juga
untuk melakukan proses pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi di rumah sakit
pendidikan lainnya dan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang
dijadikan sebagai jejaring pendidikannya.
2. Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sebagai jejaring pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui kerjasama Dekan Fakultas
Kedokteran/Dekan Fakultas Kedokteran Gigi dengan rumah sakit pendidikan
berdasarkan standar rumah sakit sebagai tempat pendidikan.
3. Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dilaporkan Dekan Fakultas
Kedokteran/Dekan Fakultas Kedokteran Gigi kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 48


DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/Menkes/PER/IV/2011


tentang penyelenggaraan komite medik di Rumah Sakit.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49 tentang Komite
Keperawatan Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 93 tahun 2015 tentang Rumah Sakit
Pendidikan.
4. PERSI. Pedoman Kredensial dan Kewenangan Klinis di Rumah Sakit. 2009. Jakarta,
5. Permenkes no. 755 tahun 2011 tentang penyelenggaraan komite medik di rumah sakit
6. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
7. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21/KKI/KEP/IX/2006 tentang
Pengesahan Standar Pendidikan Dokter Spesialis.
8. FK UI/RS Cipto Mangunkusumo. Buku Pedoman Pendidikan Spesialis. 2016. Jakarta.
9. Permenkes RI No. 512 Tahun 2007 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran
10. Permenkes No. 2052 tahun 2011 tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik
kedokteran

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 49


TIM PENYUSUN

Dr. dr. Achmad Fauzi Kamal, Sp.OT(K)


dr. A. Boy Timor R., MmedEd
Aprilia Ekawati Utami, S.T., M.T.
Aris Cahyo Purnomo, S.Kep.Ns., M.Kes.
dr. Citra Manela, Sp.F
dr. Dewi Wulandari
dr. Daniel R. Kambey
Dr.dr. Ina Rosalina Dadan, Sp.A(K), M.Kes, MH.Kes
dr. Mira Delima Asikin, MMR
Dr. dr. Rahyussalim, Sp.OT(K)
dr. Ristantio, Sp.A., M.kes.
dr. Rusdi, Sp.A
Dr. med. Setiawan, dr.
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ
Dr. dr. Susi Aulina, Sp.S(K)
dr. Tira Alfiani Laariya

Panduan Ketenagakerjaan dan Kewenangan Klinis RS PTN 50

Anda mungkin juga menyukai