Ketenagaan di RS PTN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan pegawai yang diangkat RS PTN sendiri sebagai pegawai
tetap atau kontrak. Dosen merupakan pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sebagai dosen,
di RS PTN terdapat dosen dengan Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN), Nomor Induk
Dosen Khusus (NIDK), dan Nomor Urut Pengajar (NUP).
Dosen yang diangkat oleh Pemerintah merupakan tenaga PNS atau penyelenggara
pendidikan tinggi sebagai tenaga tetap non PNS akan memiliki NIDN. Sedangkan Dokter
Pendidik Klinis merupakan dosen dengan NIDK. Dosen yang ditempatkan di RS PTN
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan
1.3 Tujuan
1. Dihasilkannya tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan KKNI 7
bagi pendidikan dokter, KKNI 8 bagi pendidikan dokter spesialis dan KKNI 9 bagi
pendidikan dokter subspesialis tinggi dan kepribadian yang baik sebagai pemberi
pelayanan kesehatan dan tenaga pendidik.
1.4 Manfaat
- Untuk pemerintah: kendali mutu, efektifitas, dan efisiensi dalam perekrutan
pegawai.
- Untuk RS PTN: perlindungan hukum kepada rumah sakit dan tenaga kesehatannya,
memperoleh kepuasan dan kesetiaan pelanggan.
- Untuk masyarakat: memperoleh layanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang
kompeten.
- Untuk peserta didik: memperoleh suasana dan mutu pembelajaran yang ideal,
memperoleh kesempatan untuk melakukan pelayanan kesehatan di bawah supervisi
tenaga kesehatan yang profesional sehingga tercapai kompetensi yang diharapkan.
1.6 Sasaran
Pengelola RS PTN, tenaga pendidik, peserta didik di RS PTN, Kemristekdikti,
Kemenkes, dan kementerian lain yang terkait.
LINGKUP PEMBAHASAN :
1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja SDM RS PTN
2. Peruntukan SDM (jabatan fungsional)
3. Jumlah dan jenis SDM sesuai fungsi
4. Klasifikasi SDM
5. Kualifikasi SDM
6. Rekrutmen SDM
7. Jenjang Karir SDM
8. Sistem Remunerasi
9. Sumber Pendanaan untuk Pengelolaan SDM
c. Organisasi RS PTN
1) Landasan Hukum Organisasi RS PTN mengacu kepada:
a) Peraturan Pemerintah RS No 93 tahun 2015 tentang RS Pendidikan.
b) Peraturan Presiden RI No 77 tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit pasal 3 dinyatakan bahwa Pengaturan Pedoman Organisasi
RS berlaku bagi seluruh RS di Indonesia.
2) Organisasi RS PTN dalam Peraturan ini setara dengan unsur-unsur RS Umum
Kelas B (PP No 77 / 2015) ditambah dengan Unsur Pendidikan, Unsur
Penelitian dan Komite Koordinasi Pendidikan.
3) Organisasi RS PTN paling sedikit terdiri atas:
a. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit;
b. Unsur Pendidikan;
c. Unsur Pelayanan Medis;
d. Unsur Penelitian;
e. Unsur Keperawatan;
f. Unsur Penunjang Medis;
Masing masing fungsi hospital engineering diisi personel minimal 1 (satu) orang sesuai
dengan keahliannya dalam jabatan struktural sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Adapun hal tersebut meliputi:
KLASIFIKASI SDM
A. DOSEN (TENAGA PENDIDIK)
ASAL STATUS PERUNTUKAN
FUNGSI
Perguruan Tinggi Pegawai ASN: Pendidikan
(Kemristekdikti) - PNS Penelitian
Kementerian Kesehatan - PPPK : Pegawai BLU, Pelayanan Medik
Pemda/Pemprov Pegawai PTN-BH Pelayanan Penunjang
K/L lainnya Honorer Medik
Manajemen
Hospital Engineering
B. TENAGA KEPENDIDIKAN
ASAL STATUS PERUNTUKAN
FUNGSI
Perguruan Tinggi Pegawai ASN : Pendidikan :
(Kemristekdikti) - PNS Pustakawan
Kementerian Kesehatan - PPPK : Pegawai BLU, Tenaga Administrasi
Rumah Sakit Pendidikan Pegawai PTN-BH Laboran
Pemda/Pemprov Honorer Teknisi
K/L lainnya Pranata Teknik
Informasi.
k. disiplin; disiplin;
4. Sumber Pembiayaan
a. Undang-Undang No 12 Tahun 2012
Pasal 83 :
1. Pemerintah menyediakan dana Pendidikan Tinggi yang
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
2. Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan dana
Pendidikan Tinggi yang dialokasikan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
Pasal 80
1. Selain gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, PNS juga
menerima tunjangan dan fasilitas.
2. Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan.
3. Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibayarkan sesuai pencapaian kinerja.
4. Tunjangan kemahalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan
indeks harga yang berlaku di daerah masing-masing.
5. Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintah pusat
dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara.
6. Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah
dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Catatan :
Perlu disesuaikan dengan status PTN
Perlu alokasi dana untuk human resources management & development (untuk keperluan
capacity building)
3.1 Pengertian
Ada beberapa istilah mengenai kewenangan klinis yang perlu diketahui terlebih
dahulu.Adapun istilah-istilah tersebut adalah:
1. Kewenangan Klinis (Clinical privilege) staf medis adalah hak khusus seorang staf
medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan
rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan
klinis (clinical appointment).1
2. Penugasan klnis (clinical appointment) staf medis adalah penugasan kepala/direktur
rumah sakit kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan
medis di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah
ditetapkan baginya.1
3. Penilaian Diri (Self assessment) adalah penilaian staf medis terhadap dirinya sendiri.
4. Komite Medik adalahperangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klnis
(clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi medis.1
5. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis, tenaga keperawatan, dan
tenaga kesehatan lainnya untuk menentukan kelayakan diberikan kewenangan klnis
(clinical privilege).1,2
6. Re-kredensial adalah proses re-evaluasi terhadap staf medis, tenaga keperawatan,
dan tenaga kesehatan lainnya untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan
klinis tersebut.1,2
7. Sub komite kredensial staf medis adalah anggota komite medik yang bertugas
menapis profesionalisme staf medis.1
8. Panitia ad hoc adalah staf medis yang tergolong mitra bestari yang ditetapkan oleh
kepala/direktur rumah sakit berdasarkan usulan ketua komite medik yang membantu
tugas dan fungsi komite medik.1
9. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis, tenaga keperawatan, dan
tenaga kesehatan lainnya dengan reputasi dan kompetensi profesi yang baik untuk
menelaah segala hal yang terkait dengan profesi tersebut.1,2
Kewenangan klinis tidak hanya dimiliki oleh staf medis, tetapi juga oleh tenaga
perawat/bidan dan tenaga kesehatan lainnya serta peserta didik yang terdapat di dalam RS-
PTN. Sidang kredensial merupakan tahapan akhir dari proses penerimaan tenaga
kesehatan di RS-PTN. Oleh karena itu, komite medik, komite keperawatan, dan komite
tenaga kesehatan lainnya harus dilibatkan dalam proses penerimaan tenaga kesehatan.
Kredensial
Rekredensial
3.5 Alur Kewenangan Klinis untuk Keperawatan (Profesi Perawat dan Bidan)
Alur kredensial calon staf keperawatan dimulai dari proses persiapan pelaksanaan
sidang kredensial oleh komite keperawatan dengan uraian tahapan sebagai berikut :
1. Proses Persiapan : Dimulai dengan diterimanya disposisi dari Direktur Rumah Sakit
yang meneruskan lamaran kerja tenaga perawat Komite Keperawatan, lalu Komite
Keperawatan memberikan daftar persyaratan dokumen kredensial yang dibutuhkan
kepada calon staf keperawatan
2. Calon staf keperawatan menyerahkan dokumen kredensial kepada Komite
Keperawatan.
3. Sub Komite Kredensial memeriksa kelengkapan berkas kredensial, bila lengkap
maka proses kredensial bisa dilanjutkan.
4. Sub komite kredensial mengajukan permohonan penerbitan SK Tim/Panitia Ad-Hoc
dengan melampirkan daftar nama tim Tim/Panitia Ad-Hoc.
5. Direktur Utama menerbitkan SK Tim/Panitia Ad-Hoc
6. Sub komite kredensial &tim Ad-Hoc melaksanakan sidang kredensial berdasarkan
adanya dokumen kelengkapan kredensial, undangan, absensi dan notulensi.
7. Sub komite kredensial mengajukan hasil sidang kredensial kepada Ketua Komite
Keperawatan dengan melampirkan daftar kewenangan klinis yang disetujui dan
resume hasil sidang kredensial
Direktur Utama RS
Menerbitkan SK Tim/Panitia Ad-Hoc SK Tim Ad-Hoc
Direktur Utama RS
Surat Penugasan Klinis (SPK)
Menerbitkan Surat Penugasan Klinik calon
staf keperawatan
Direktur Utama RS
Surat Rekomendasi Penerbitan
Menerbitkan Surat Rekomendasi Penerbitan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)
Surat Izin Praktek Perawat (SIPP) Ke Dinas
Kesehatan Kota
Tenaga kesehatan lain diartikan adalah tenaga kesehatan selain dokter, dokter gigi,
perawat dan bidan yang turut bertanggungjawab terhadap permasalahan dan penanganan
pasien di rumah sakit secara komprehensif. Contoh tenaga medis tersebut diantaranya
fisioterapis, ahli gizi, apoteker, tenaga radiologi, analis laboratorium klinik, dan lain-lain.
Tenaga kesehatan tersebut memiliki hak dan kewajiban di dalam pelayanan kesehatan
sesuai kompetensinya sehingga kewenangan klinis patut diajukan sesuai kebutuhan dan
fasilitas yang dimiliki rumah sakit. Dalam memperoleh kewenangan klinis sampai
diterbitkannya penugasan klinis dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
3.7 Kewenangan Klinis Peserta Didik Dokter/Dokter Gigi pada Tahap Kepaniteraan
Klinik
Pada tahap pendidikan profesi diharapkan peserta didik mencapai kemampuan
profesi klinik yang dilakukan minimal tiga semester, dimana sebelumnya peserta didik
telah mendapatkan surat keterangan lulus OSCE komprehensif. Pada surat keterangan
tersebut tertera keterampilan yang telah diujikan. Keterampilan yang belum tertera
diharapkan diujikan oleh RS PTN. Pada tahap pendidikan ini mahasiswa
kedokteran/kedokteran gigi akan menjalani rotasi di berbagai departemen (tahap praktik
klinik). Tahap ini merupakan salah satu komponen penting dalam kurikulum, saat
mahasiswa akan berkontak langsung dengan pasien. Selama melakukan kontak dengan
pasien, dimanfaatkan untuk mempelajari interaksi antara faktor penyebab, patogenesis,
faktor fisik dan psikologis keluarga, komunitas, sosial, dan lingkungan yang
mempengaruhi perjalanan penyakitnya. Kontak dengan pasien pada tahap ini akan
melibatkan aspek medik legal/hukum dan etika kedokteran.
Pada proses pendidikan dokter/dokter gigi, mahasiswa kedokteran/kedokteran
gigi tahap kepaniteraan klinik mendapatkan pengecualian untuk melakukan tindakan-
tindakan yang merupakan wewenang dokter/dokter gigi.
Sesuai dengan pasal 35 Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran, wewenang seorang dokter/dokter gigi adalah6:
Melakukan anamnesis
3.8 Alur Kewenangan Klinis untuk Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS)/Dokter Gigi Spesialis (PPDGS)-subspesialis
PPDS/PPDGS yaitu program pendidikan untuk melatih seorang dokter umum dan
dokter gigi untuk menjadi dokter spesialis dan dokter gigi spesialis tertentu. Program ini
baru dilaksanakan oleh beberapa fakultas kedokteran di universitas negeri yang bekerja
sama dengan rumah sakit pendidikan dan organisasi profesi. Dalam melaksanakan
pendidikan, PPDS/PPDGS berada di bawah pengawasan dokter konsultan (sekaligus
4 Peserta didik sudah kompeten Supervisor tidak harus ada di tempat yang
melakukanpemeriksaan, tindakan sama, tapiharus dapat melakukan supervisi
atau prosedur. Peserta didiktetap langsung biladiperlukan.Bukti supervisi
perlu melaporkan sebelum dan berupa tanda tangan yang dibubuhkanpada
sesudahmelakukan pemeriksaan, rekam medis dan logbook terhadap
tindakan, atau prosedur. pemeriksaan,tindakan atau prosedur tersebut
dilakukan pada hariberikutnya.
5a Peserta didik sudah kompeten Supervisor tidak harus ada di tempat yang
melakukanpemeriksaan, tindakan, sama.Supervisor melakukan kajian laporan
atau prosedur. Peserta didiktidak secarakeseluruhan.
perlu melapor sebelum dan sesudah
melakukanpemeriksaan, tindakan, bukti supervisi berupa tanda tangan yang
atau prosedur. Peserta didikperlu dibubuhkanpada rekam medis dan logbook
melaporkan seluruh kegiatan di terhadap pemeriksaan,tindakan, atau
akhir hari.Peserta didik dapat prosedur tersebut dilakukan pada hariyang
melakukan pembimbingan sama.
atausupervisi untuk juniornya bila
diperlukan.
5b Peserta didik sudah kompeten Supervisor tidak harus ada di tempat yang
melakukanpemeriksaan, tindakan, sama.Supervisor melakukan kajian laporan
Fotokopi salinan SuratTanda Registrasi Dokter dan Dokter Gigi WNA di Negara asal, yang masih
berlaku dan di legalisir
Letter of Goodstanding (LoG) Dokter dan Dokter Gigi WNA yang diterbitkan oleh badan regulator
kedokteran /kedokteran gigi negara asal atau Negara terakhir tempat melakukan praktik kedokteran
Daftar riwayat hidup Dokter atau Dokter Gigi WNA yang akan memberikan pendidikan dan
pelatihan sesuai format KKI
Daftar riwayat hidup Dokter WNI yang menjadi penanggung jawab kegiatan alih Iptekdok
Rekomendasi Kolegium
Fotokopi sertifikat kompetensi atau sertifikat kualifikasi tambahan Dokter atau Dokter Gigi WNA
terkait bidangnya
Surat pernyataan bahwa Alih Iptekdok ini tidak untuk melakukan pelayanan kesehatan.