Anda di halaman 1dari 17

MODUL PERKULIAHAN

PUBLIC
SPEAKING
Modul ini membahas
tentang seni berbicara di
depan umum (public
speaking) dan
kompetensi seorang
public speaker.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

04
Ilmu Komunikasi Hubungan MK42025 Ety Sujanti, M.Ikom
Masyarakat

Abstract Kompetensi
Public Speaking merupakah suatu Diharapkan dengan adanya modul ini
ketrampilan berkomunikasi yang harus mahasiswa memahami dan bisa
dimiliki oleh setiap orang, khususnya menerapkan ketrampilan public
yang bekarya pada profesi PR speaking dalam menjalankan
profesinya.

Seni Keprotokolan

1. Knowledge protokoler secara sistematis

A. Arti dan asal kata protokol

Dari segi bahasa, protocol berasal dari bahasa latin protocollum, yang terdiri

atas kata yaitu protos dan kolla, yang artinya lembar pertama dari dokumen resmi

(the first leaf of legal document)

Kata protokol mengandung pengertian :

Rules of etiquette and order in diplomatic or military ceremonies

Minutes of rough draft of some diplomatic document

A document relating the proceedings of diplomatic meeting, and after ratification,

having the force of treaty

Inti pengertiannnya kira-kira sebagai berikut:

Lembaran pertama yang dilekatkan pada suatu dokumen yang berisi


persetujuan, baik yang bersifat nasional maupun internasional

Keseluruhan dokumen persetujuan (bukan hanya lembaran pertama)

Selain dokumen itu sendiri, juga seluruh dokumen yang melengkapi persetujuan
pokok, yaitu seluruh catatan resmi yang dibuat pada akhir sidang dan ditandatangani oleh
seluruh peserta. Dokumen yang mencantumkan hak-hak, kewajiban, kelonggaran dan
kekebalan diplomatik.

Kata protokol itu sendiri dalam bahasa Indonesia mula-mula diartikan sebagai tata
tertib pergaulan internasional atau sopan-santun diplomatik. Dari pengertian ini kemudian
berkembang sehingga istilah protokol diterapkan juga untuk upacara-upacara yang meliputi

14 Public Speaking
2 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
segala bentuk pertemuan, baik yang bersifat nasional maupun internasional, dan juga
upacara yang resmi maupun setengah resmi, kenegaraan maupun sosial kemasyarakatan
(Suyuti, 2002: 91). Semua hal yang mengatur pelaksanaan suatu kegiatan disebut dengan
istilah protokoler.

Dalam hubungannya dengan praktik keprotokolan yang sesungguhnya Haryadi

(1994) mengemukakan adanya beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, di antaranya:

1. Mengikuti rapat-rapat panitia sejak awal sehingga mengetahui rencana awal dan
perubahan-perubahan yang terjadi,
2. Mengetahui secara mendalam tentang bentuk kegiatan, penanggung jawab
kegiatan, pelaksana kegiatan, teknik pelaksanaan, perlengkapan yang
diperlukan, dan susunan acara.
3. Menguasai susunan acara dan petugasnya,
4. Mempersiapkan script atau konsep wacana yang akan disampaikan,
5. Menunjuk salah seorang sebagai pembantu/penghubung atau stage manager
yang menjadi penghubung antara pembawa acara dan pelaksana.

B. Aktivitas keprotokolan

Aktivitasnya terdiri atas 5 hal yaitu:

a. Tata ruang

b. Tata upacara

c. Tata Tempat

d. Tata Busana

e. Tata Warkat

1. Tata ruang,

Ialah pengatur ruang atau tempat yang akan dipergunakan sebagai tempat aktivitas. Ruang
harus dipersiapkan sesuai dengan ketentuan, tergantung dari jenis aktivitas. Misalnya
aktivitas untuk upacara pelantikan dan serah terima jabatan akan berlainan dengan tata
ruang yang akan dipergunakan untuk upacara wisuda sarjana.

a. Perangkat keras, adalah berbagai macam perlengkapan yang diperlukan untuk maksud
suatu kegiatan berupa meja, kursi/sofa, sound system/ public address, dekorasi, permadani,
bendera, taman dan lain sebagainya b. Perangkat lunak, antara lain personil yang terlibat
dalam rangka pelaksanaan suatu kegiatan seperti, penerima tamu, pemandu acara, petugas

14 Public Speaking
3 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
keamanan, petugas konsumsi dan sebagainya. Penunjang lain seperti palu, gong,
nampan /alasnya dan lain-lain.

Yang perlu diperhatikan:

1) Ruang harus sesuai dengan kebutuhan (jumlah kursi dan meja)

2) Pengaturan pemasangan bendera kebangsaan merah putih, disesuaikan dengan


ruangan

3) Gambar Presiden dan Wakil Presiden

4) Lambang Garuda Pancasila

5) Papan nama petunjuk yang diperlukan

6) Tata suara yang memadai, disesuaikan dengan tata ruang dan tempat

7) Tata lampu yang mencukupi kebutuhan.

Penjelasan mengenai perangkat keras sudah disebutkan, namun masih perlu diingat
mengenai:

a. Jumlah kursi, meja dan perlengkapan sound system, perlengkapan konsumsi

b. Perangkat lunak, terdiri dari personil yang bertugas sebagai pelaksana di lapangan,
termasuk pemandu acara/pembawa acara, penerima tamu, konsumsi, keamanan dan
sebagainya

c.Khusus Pemandu Acara (MC), dapat dijelaskan sebagai berikut:

1). Sebagai pemandu acara ia akan melaksanakan tugas sebagai MC

o Sikap yang tegas dan berdisiplin tinggi

o Volume suara yang konstan dan mantap

o Kemampuan menguasai bahasa secara baik, bahasa Indonesia maupun


bahasa asing.

o Kepekaan terhadap situasi, dalam arti mampu menguasai keadaan dan


mampu mengambil keputusan

o Sifat yang tidak mudah tersinggung

o Berkepribadian

14 Public Speaking
4 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2). Pemandu acara adalah kemudi dari seluruh pelaksanaan kegiatan acara, oleh
sebab itu harus trampil dengan cepat tanggap membaca situasi.

3) Harus dapat menempatkan diri cukup sopan dan simpatik

4). Mengetahui tempat posisi berdiri yang tepat (menguasai arena kegiatan)

5) Pandai mengatur volume suara

6). Tidak dibenarkan pemandu acara mengulas (memberikan komentar) pidato


seseorang

7). Mampu menguasai massa

2. Tata upacara,

Ialah tata urutan kegiatan, yaitu bagaimana suatu acara harus disusun sesuai dengan
jenis aktivitasnya. Untuk keperluan itu harus diperhatikan :

a) jenis kegiatan;

b) bahasa pengantar yang dipergunakan;

c) materi aktivitas

Dalam tata upacara, supaya direncanakan siapa yang akan terlibat dalam kegiatan
upacara, personil penyelenggara dan alat penunjang lain. Pengisi acara, misal dalam
memberikan sambutan, diperhatikan jenjang jabatan mereka yang akan memberikan
sambutan. Kesediaan mereka yang menyambut, jauh sebelumnya sudah dihubungi.
Untuk kelancaran suatu upacara diperlukan seorang stage manajer yang bertugas
menjadi penghubung antara pembawa acara dan pelaksana upacara.

3. Tata Tempat atau Preseance,

Ialah ketentuan atau norma yang berlaku dalam hal tata duduk para pejabat, yang
biasanya didasarkan atas kedudukan ke tata negaraan dari pejabat yang bersangkutan,
kedudukan administratif/struktural dan kedudukan sosial. Tata urutan tempat duduk di
Indonesia diatur dengan Keputusan Presiden nomor 265 tahun 1968.

Tata tempat pada hakekatnya meliputi:

o Tata tempat duduk

o Tata urutan memasuki kenderaan

o Tata urutan kedatangan dan kepergian/pulang.

14 Public Speaking
5 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a - Tata Tempat duduk, mempunyai aturan dasar. Preseance berarti urutan yaitu
siapa yang berhak mendapatkan prioritas dalam suatu urutan atau tata urutan atau
tata tempat duduk. Secara umum tata urutan antara lain:

- Orang yang dianggap paling utama atau tertinggi, mempunyai urutan paling depan
atau mendahului,

- Apakah mereka duduk berjajar, orang yang duduk di sebelah kanan orangorang
yang paling utama, dianggap mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada
duduk sebelah kirinya.

- Jika duduknya menghadap meja, yang dianggap tempat pertama adalah


menghadap pintu keluar. Yang duduk di dekat pintu dianggap paling terakhir.

- Bila ada dua orang, yang kanan adalah yang pertama ( 2, 1)

- Bila ada tiga orang, yang kanan adalah yang pertama ( 3, 1, 2 )

Cara penempatan/penerapan harus ditetapkan terlebih dahulu tempat yang pertama

kemudian baru yang lain dengan ketentuan yang berada disebelah kanan dari

tempat yang pertama adalah dianggap lebih tinggi dari yang duduk di sebelah

kirinya.

b- Tata urutan memasuki kenderaan

Tata urutan memasuki kenderaan bagi undangan resmi atau kenegaraan memerlukan
perhatian dan penanganan khusus bahkan perencanaan yang matang. Tipe kenderaan
juga mempengaruhi pengaturan itu. Peranan pengemudi, ia juga harus mengenal
pengetahuan protokoler, termasuk penampilannya. Beberapa cara bagaimana
memasuki pesawat udara, kapal laut, kenderaan mobil atau kereta api sebagai berikut:

1. Pesawat udara: Seorang dengan urutan pertama akan masuk pesawat udara
yang paling akhir, sedangkan kalau menuruni pesawat, orang yang utama akan turun
lebih dahulu.

2. Kapal laut: orang yang utama, naik terlebih dahulu dan akan turun lebih dahulu

3. Kenderaan mobil atau kereta, - Orang yang paling utama, baik sewaktu naik
maupun sewaktu turun akan mendahului yang lain. Namun demikian apabila letak
kenderaan tidak dapat diatur sedemikian rupa karena keadaan, hal tersebut
merupakan suatu perkecualian.

14 Public Speaking
6 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Letak kenderaan hendaknya dihadapkan ke kiri, artinya arah kenderaan akan
menuju, berada di sebelah kiri kita

5. yang utama duduk di tempat duduk sebelah kanan, sedang berikutnya di sebelah
kiri

6. bila sampai ke tempat tujuan dan akan turun, hendaknya kenderaan dihadapkan

ke sebelah kanan, sehingga memudahkan yang utama dapat turun lebih dahulu

7. Jika penumpang mobil tiga orang dan duduk di belakang, maka orang yang paling
terhormat duduk disebelah kanan, orang ke dua duduk paling kiiri, dan orang ketiga
duduk di tengah.

8. Jika mobil dimungkinkan di duduki oleh lebih dari 5 atau 6 orang, karena ada
tambahan bak di tengah, maka bak yang paling tengah diduduki oleh orang yang
paling rendah kedudukannya, yang lebih tinggi menduduki di sebelah kanan kirinya.

4. Tata Busana.

Tata busana disini ialah pakaian yang harus yang dimaksud ialah pakaian yang harus
dikenakan pada suatu aktivitas protokoler, baik oleh para pejabat undangan ataupun
pelaksana kegiatan. Tata busana harus ditentukan atau dicantumkan pada surat
undangan yang dikirimkan.

Jenis tata busana yang perlu diketahui:

a. Pakaian Sipil Lengkap (PSL)

b. Pakaian Sipil Harian (PSH)

c. Pakaian Dinas Lapangan (PDL)

d. Pakaian Dinas Harian (PDH)

e. Pakaian Dinas Upacara I, II, II, (PDU) untuk kalangan militer.

f. Pakaian Resmi Jabatan (untuk pejabat tertentu)

g. Pakaian Nasional atau pakaian resmi organisasi (Dharma Wanita, Korpri)

h. Toga (Untuk Perguruan Tinggi/Institut)

Perlu diketahui termasuk di dalam Tata busana ialah sepatu yang dipakai, topi, tanda
kebesaran/kehormatan yang merupakan kelengkapannya. Sedangkan pakaian batik
lengan panjang sebenarnya hanya dianggap sebagai pakaian resmi dalam suatu jamuan

14 Public Speaking
7 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
makan yang bersifat resmi, sedang dalam suatu upacara masih belum dianggap resmi,
hanya disebut sebagai pakaian rapi. Hal tersebut tergantung pada catatan yang
disebutkan di dalam undangan mengenai jenis pakaian yang perlu dikenakan.

5. Tata Warkat.

Pengaturan mengenai undangan yang akan dikirim untuk suatu kegiatan. Hal yang perlu
diperhatikan ialah:

a. Daftar nama tamu yang akan diundang hendaknya sudah disiapkan sesuai dengan
jenis/keperluan kegiatan

b. Jumlah undangan disesuaikan dengan kapasitas tempat, kepentingan serta


tercapainya tujuan kegiatan sendiri.

c. Bentuk undangan sedapat mungkin dibakukan untuk setiap jenis kegiatan, baik
mengenai format, isi dan sebagainya.

d. Menulis nama orang yang diundang hendaknya secara benar dan jelas baik
mengenai nama, pangkat, jabatan dan alamatnya.

e. Dalam undangan perlu dijelaskan undangan diperuntukkan beserta istri/suami atau


tidak. Tidak dibenarkan dalam undangan resmi disebutkan undangan berlaku untuk
beberapa orang.

f. Mencantumkan kode undangan pada sampul undangan untuk mempermudah


penempatan duduknya.

g. Mencantumkan ketentuan mengenai pakaian yang dikenakan

h. Menentukan batas waktu penerimaan tamu

i. Catatan dalam undangan agar memberitahukan kehadirannya atau ketidak


hadirannya (RSVP yang merupakan singkatan : repondez sil vous plaiz)

j. Undangan dikirim dalam waktu relatif tidak terlalu lama dengan waktu pelaksanaan
kegiatan (seminggu sebelumnya hendaknya sudah terkirim)

Bagaimana keprotokolan di Indonesia?

Protokol di Indonesia diatur dalam Undang-undang nomor 8 tahun 1987, ialah


serangkaian aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi aturan
mengenai tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan kepada seseorang sesuai
dengan jabatan atau kedudukannya dalam Negara, pemerintahan atau masyarakat.
Dalam Rapat Kerja Nasional-Rakernas Protokol tanggal 7 9 Maret 2004 di Jakarta

14 Public Speaking
8 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
disepakati, bahwa keprotokolan ialah Norma-norma atau aturan-aturan atau kebiasaan-
kebiasaan yang dianut atau diyakini dalam kehidupan bernegara, berbangsa,
pemerintah dan bermasyarakat. Siapa yang mengatur? Yang mengatur pejabat protokol
yang berkompeten dalam penyelenggaraan keprotokolan dan seseorang yang memiliki
tugas dan fungsi yang berkaitan dengan keprotokolan.

Bagaimana cara mengaturnya?

1. Tata cara: setiap kegiatan acara harus dilakukan secara tertib, khidmat serta setiap
perbuatan atau tindakan yang dilakukan menurut aturan dan urutan yang telah dilakukan

2. Tata krama: yaitu etiket dalam pemberian penghormatan

3. Aplikasi aturan-aturan: yaitu penerapan ketentuan peraturan perundangundangan di


bidang keprotokolan dan yang berkaitan dengan keprotokolan harus berlaku selaras
dengan situasi dan kondisi Sebelum lahir Undang-undang keprotokolan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan sebuah pedoman Keprotokolan yang
berdasarkan Keputusan Menteri nomor 0298 tahun 1984 di lingkungan Departemen P
dan K (sekarang disebut Departemen Pendidikan Nasional 2005),bahwa keprotokolan
mengatur tata cara pergaulan antar pejabat yang dilibatkan dalam suatu kegiatan
tertentu yang bersifat resmi berdasarkan norma, kesepakatan, atau kelaziman yang
berlaku dalam tata pergaulan tersebut.

2. 3 Jenis-jenis kegiatan.

Jenis-jenis kegiatan yang diatur oleh Surat Keputusan Menteri P & K no.0298/1984,
tentang keprotokolan yang tadinya digunakan dalam lingkungan Departemen Pendidikan
Nasional (dahulu Dep.P&K), tiga tahun kemudian dituangkan dalam Undang-undang
nomor 8/tahun 1987 tentang keprotokalan Jenis-jenis kegiatan keprotokolan tersebut
meliputi:

1. Umum/Kenegaraan

2. Universitas/Perguruan Tinggi/kedinasan instansi.

Jenis kegiatan yang bersifat umum, dapat pula berlaku di tingkat Universitas/Perguruan
Tinggi/ Kedinasan instansi, antara lain berbentuk:

1) Upacara Pelantikan dan serah terima jabatan

2) Upacara penandatangan naskah kerjasama

3) Upacara Sumpah pegawai

14 Public Speaking
9 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4) Upacara peresmian / pembukaan gedung baru

5) Peresemian pembukaan seminar, symposium, diskusi dan

sebagainya.

Jenis kegiatan yang bersifat Universitas/ Perguruan Tinggi:

Upacara Dies Natalis

Upacara Wisuda Sarjana

Upacara Pengukuhan Guru Besar

Upacara Promosi Doktor / Doktor Honoris Causa.

Kegiatan dan pelaksanaan Upacara :

a). Upacara Pelantikan dan Serah Terima Jabatan

Jenis kegiatan banyak terjadi di kalangan pemerintah dan perguruan tinggi

Yang perlu diperhatikan :

1. Tata ruang

2. Kelengkapan upacara, dan

3. Urutan Acara:

a) Pembukaan

b) Pembacaan surat keputusan (tidak dibaca keseluruhan)

c) Pelantikan pejabat baru, didahului dengan pengambilan sumpah jabatan


menurut agama / kepercayaan yang dilantik, didampingi rohaniwan yang
bersangkutan, kemudian penandatangan, saksi

d) Pembacaan naskah berita acara serah terima

e) Penandatangan berita acara

f) Sambutan tunggal pejabat yang melantik

g) Penutup dengan pemberian ucapan selamat kepada pejabat baru dan


pejabat lama

h) Ramah tamah

14 Public Speaking
10 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Adakalanya di dalam acara setelah penandatanganan naskah berita acara,
diselipkan penyerahan memorandum akhir jabatan dari pejabat yang lama kepada
yang melantik dan atau penyematan tanda jabatan yang dapat berupa kalung atau
lencana jabatan oleh pejabat yang melantik

b). Upacara Penanda tanganan Naskah kerjasama

Yang perlu diperhatikan adalah:

1. Tata ruang

2. Kelengkapan upacara

3. Urutan acara:

a) Pembukaan

b) Pembacaan naskah kerjasama oleh petugas

c) Penandatangan naskah kerjasama oleh Pemimpin

d) Saling menyerahkan naskah kerjasama

e) Sambutan-sambutan:

Sambutan tuan rumah

Sambutan pihak tamu

Ramah Tamah

f) Penutup

c). Penyelenggaraan Seminar dan Simposium

Seminar adalah pertemuan ilmiah untuk membahas suatu masalah tertentu. Dalam
seminar hal yang pokok adalah terdapatnya makalah atau paper yang dibahas,
diperlukan penyaji bahan makalah, moderator atau pengatur seminar dan pembahas
untuk setiap jenis makalah dan panitia pengarah, yang akan membuat kesimpulan
mengenai hasil seminar. Berkaitan dengan seminar, protokoler yang memperhatikan
Tata ruang, tata tempat dan perlengkapan seminar.

Mengenai urutan acara, secara protokoler diatur sebagai berikut:

Pembukaan seminar diresmikan oleh pejabat terkait, dihadiri oleh undangan dan

peserta seminar.

14 Public Speaking
11 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pembukaan upacara Seminar, diikuti oleh peserta seminar, membahas sesuatu
topik berupa makalah.

Susunan ruangan, tempat dan pengaturannya berbeda dengan upacara pembukaan


pada saat seorang pejabat secararesmi membuka (sekitar satu jam)

Dengan kata lain penyelenggaraan seminar dibagi dalam dua kegiatan, seminar
dibuka oleh seorang pejabat dan seminar yang dipimpin oleh seorang moderator dan
kemungkinan terdapat beberapa penyaji dengan berbeda makalah. (Biasanya
pejabat dan undangan lain tidak hadir dalam seminar tersebut.)

Yang perlu diketahui protokol:

Tata busana dalam suatu seminar, pada upacara pembukaan hendaknya PSL

(pakaian sipil lengkap), sedangkan dalam persidangan seminar, pakaian rapih.

Protokol dalam acara ini hendaknya dapat mengatur akomodasi setiap peserta

seminar, juga tiket kepulangan serta penjemputan, kedatangan dan keberangkatan.

Urut-urutan acara:

1. Pembukaan

2. Sambutan-sambutan

Panitia pelaksana seminar

Pejabat atasan pelaksana seminar dilanjutkan dengan peresmian pembukaan


seminar

Istirahat

Pidato pengarahan pejabat tertentu

Persidangan seminar.

Simposium sejenis seminar, hanya perbedaannya adalah dalam suatu symposium


disamping disajikan makalah, juga dilakukan suatu forum yang disebut sebagai floor
artinya pembahasan tidak hanya dilakukan oleh seorang atau dua pembahas, melainkan
oleh peserta symposium. Didalam sympo-sium tidak dilakukan suatu kesimpulan
sebagai hasil pertemuan yang diumumkan. Tata upacara, tata ruang dan tata tempat
tidak jauh berbeda dengan bentuk seminar.

Wisuda Sarjana dan promosi doktor.

14 Public Speaking
12 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Upacara Wisuda.

Penyelenggaraan upacara Wisuda Sarjana, nampaknya di berbagai Perguruan Tinggi


sudah lazim, namun menurut pengamatan masih terdapat beberapa hal yang perlu
dibenahi, baik tata cara protokolnya, maupun tehnis pelaksanaannya tata cara itu sendiri

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Tata ruang, dibagi tiga bagian yaitu tata ruang untuk kelompok Pimpinan Universitas,
untuk kelompok wisudawan dan kelompok orangtua wisudawan

Tata tempat

Perlengkapan yang diperlukan

Tata busana

Tata Upacara:

1. Pembukaan oleh Rektor

2. Pelantikan wakil lulusan/ sarjana utama oleh Rektor, didahului amanat


Rektor

3. Penyampaian ijazah

4. Sambutan-sambutan

2. Upacara promosi doktor

Upacara semacam ini diatur oleh Departemen Pendidikan Nasional, hanya


diperkenankan kepada Perguruan Tinggi tertentu yang memiliki program studi
Pascasarjana, baik Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Tata ruang

Tata tempat

Seorang pedel / pembawa barisan tim penguji, yang juga akan mengatur jalannya ujian
promosi

Tata busana

Tata Upacara

3. Upacara Pengukuhan Guru Besar

14 Public Speaking
13 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Seseorang sebelum dikukuhkan sebagai Guru Besar,terlebih dahulu dilakukan upacara
pelantikan yang bersangkutan sebagai Guru Besar. Sekaligus sebagai anggota Senat
Universitas. Hal tersebut dilakukan dengan suatu upacara mendahului dilangsungkan
suatu Rapat Senat Universitas. Biasanya dasar yang dipakai untuk melantik seseorang
sebagai Guru Besar adalah surat keputusan Menteri Pendidikan Nasional Hal-hal yang
perlu diperhatikan secara protokoler adalah sebagai berikut:

a. Tata ruang diatur sebagaimana terlihat pada

b. Tata tempat, dibagi menjadi tiga bagian, masing-masing untuk para guru besar yang
bertoga, undangan VIP dan undangan bagi keluarga Guru Besar yang dikukuhkan, yang
kesemuanya di lakukan berdasarkan preseance.

c. Tata busana bagi semua Guru Besar: Toga dengan dasi kupu-kupu berwarna putih.
Bagi undangan VIP pakaian sipil lengkap, TNI dan Polisi menyesuaikan

d. Tata upacara :

o Pembukaan

o Pidato Pengukuhan oleh Guru Besar yang bersangkutan

o Pemberian ucapan selamat kepada Guru Besar yang bersangkutan disertai


keluarganya

o Ramah tamah

e. Lain-lain

- Pada waktu selesai pemberian ucapan dibagikan buku pidato pengukuhan kepada
hadirin

- Pada tata warkat hendaknya diperhatikan :

= batas waktu penerimaan tamu

= tatabusana yang diperlukan

= RSVP bagi undangan VIP

- Undangan hendaknya dikirimkan selambat-lambatnya satu minggu sebelumnya hari


kegiatan.

4. Upacara Bendera

14 Public Speaking
14 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Upacara dapat dilakukan setiap tanggal 17 bulan berjalan atau pada hari yang dianggap
penting seperti hari peringatan yang bersifat Nasional maupun Lokal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh protokol:

Tata ruang: biasanya dilakukan di lapangan terbuka

Tata perlengkapan, bendera, Mimbar upacara, sound system, naskah-naskah

yang akan diucapkan; petugas bendera, Komandan upacara dan sebagainya

Tata busana, pakaian sipil harian (PSH) :

Tata urutan upacara :

1. Barisan peserta upacara disiapkan oleh komandan Upacara

2. Pembina Upacara memasuki lapangan upacara

3. Pembina upacara menuju mimbar upacara

4. Penghormatan umum kepada Pembina uopacara

5. Laporan Komandan Upacara kepada Pembina upacara

6. Pengibaran sang Merah Putih diiringi lagu Kebangsaan Indonesia Raya oleh

suara paduan suara Pengibaran sang saka ini dibarengi dengan penghormatan kepada
bendera, dipimpin oleh Komandan Upacara. Tidak dibenarkan peserta upacara
memberikan penghormatan kepada sang saka merah putih dengan menyanyikan lagu
kebangsaan.

7. Mengheningkan cipta dipimpin oleh Pembina Upacara

8. Pembacaan naskah Pembukaan UUD 1945

9. Pembacaan naskah Pancasila oleh Pembina Upacara ditirukan oleh semua peserta
upacara

10. Sambutan tunggal Pembina Upacara

11. Doa (kalau diperlukan)

12. Penghormatan umum kepada Pembina upacara

13. Laporan Komandan upacara

14. Pembina upacara meninggalkan lapangan upacara

14 Public Speaking
15 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
15. Upacara dibubarkan oleh Komandan Upacara

16. Selesai

Upacara Dies Natalis

Pada upacara Dies Natalis dilaksanakan dalam suasana lebih khidmat dari pada
upacara yang lain, baik mengenai acara-acara yang dilangsung dalam rangkaian
kegiatan Dies maupun upacara itu sendiri.

a. Tata ruang pada upacara ini dapat dikatakan hampir hampir sama dengan upacara
pengukuhan Guru Besar

b. Tata tempat duduk berpedoman pada preseance.

c. Perlengkapan yang diperlukan:

o Mimbar pidato

o Sound system

o Meja dan kursi

o Dekorasi, bendera dan bendera Universitas?Fakultas

o Buku pidato Dies, buku tahubnan tahunan Rektor

o OPetugas pelaksana upacara, taplak meja secukupnya

oTanda pengfhargaan/tanda

14 Public Speaking
16 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. De Vito, Joseph A. (1994), The Public Speaking Guide. New York: Harper College.
2. Helena Olli, Public speaking , PT Indeks, Jakarta, 2007

3. Prochnow, Herbert V (1987), Penuntun menuju sukses dam berpidato, Bandung, CV


Pionir
4. Rakhmat, Jalaluddin (2000, cetakan ke 6) Retorika Modern,Pendekatan Praktis. Bandung,
Remaja Rosdakarya.
5. Susanto, Astrid (1975), Pendapat Umum, Bandung, Binacipta
6.Suyuti, Achmad. 2002. Cara Cepat Menjadi Orator, DaI, dan MC Profesional.
Pekalongan: Cinta Ilmu.
7. www.publicspeakingproject.org

14 Public Speaking
17 Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai