Daya Ingat (memori), berupa penurunan kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan
mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information
retrieval from memory).
Intelegensia Dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak bagian kanan yang
antara lain berupa kesulitan dalam komunikasi non verbal, pemecahan masalah, mengenal
wajah orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi
1. DEFENISI
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan,
dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Pada usia muda, demensia bisa terjadi
secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida)
menyebabkan hancurnya sel-sel otak.
1. KONDISI DEMENSIA
Kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis gangguan seperti mudah
lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan
pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan masyarakat, gangguan
dalam aktivitas di rumah dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.
o Kondisi normal (mengidentifikasi BSF dan AAMI): kondisi kognitif pada lanjut usia
yang terjadi dengan adanya penambahan usia dan bersifat wajar. Contoh: keluhan
mudah-lupa secara subyektif, tidak ada gangguan kognitif ataupun demensia.
o Kondisi pre-demensia (mengidentifikasi CIND dan MCI): kondisi gangguan kognitif
pada lanjut usia dengan ciri mudah lupa yang makin nyata dan dikenali (diketahui dan
diakui) oleh orang dekatnya. Mudah lupa subyektif dan obyektif serta ditemukan
performa kognitif yang rendah tetapi belum ada tanda-tanda demensia.
o Kondisi demensia : kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis
gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu,
gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam
hubungan dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat
intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.
1. STRATEGI LATIHAN KOGNITIF
o Menurunkan cemas
o Tehnik relaksasi
o Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan memodifikasi
respon perilaku.
o Systematic desenzatization. Dirancang untuk menurunkan perilaku yang
berhubungan dengan stimulus spesifik misalnya karena ketinggian atau
perjalanan melalui pesawat. Tehnik ini meliputi relaksasi otot dengan
membayangkan situasi yang menyebabkan cemas.
o Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu cemas
(tidak dilakukan secara berangsur angsur) dengan menggunakan
bayangan/imajinasi
o Pencegahan respon klien. Klien didukung untuk menghadapi situasi tanpa
melakukan respon yang biasanya dilakukan.
1. TERAPI KOGNITIF
o Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan pertanyaan, memberikan
salam, berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain
o Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak
diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang
membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive dilakukan
klien.
o Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang
apa definisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku itu
jika dilakukan. Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan
dan konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak diinginkan.
https://weenbee.wordpress.com/2011/09/28/latihan-kognitif-pada-lansia/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang dapat dipercaya sebagai
Setiap perawat selesai melakukan proses keperawatan, perawat harus segara melakukan
pendokumentasian. Dokumentasi merupakan segala sesuatu yang ditulis atau dicetak , yang dapat
keperawatan, agar klien mendapatkan pelayanan/asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat
mengarahkan klien dan perawat untuk bersama-sama menetapkan kebutuhan terhadap asuhan,
Oleh karena itu, Standard praktik keperawatan ditetapkan dengan mengacu pada proses
Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan terutama dalam
proses dokumentasi. Oleh karena itulah penulis menagmbil dokumentasi keperawatan pada asuhan
keperawatan pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada klien diabetes militus
yang digunakan sebgai bahan kajian dan untuk meningkatkan pengetahuan penulis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
diabetes militus.
2. Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui komponen-komponen yang perlu didokumentasikan pada tahap pengkajian pada
b. untuk mengetahui komponen-komponen yang perlu didokumentasikan pada tahap analisa data
c. untuk mengetahui komponen-komponen yang perlu didokumentasikan pada tahap diagnosa pada
C. Manfaat
1. Dapat memahami tentang dokumentasi keperawatan pada asuhan keperawatan pasien dengan
2. untuk mengetahui komponen-komponen yang perlu didokumentasikan pada tahap pengkajian pada
3. untuk mengetahui komponen-komponen yang perlu didokumentasikan pada tahap analisa data
4. untuk mengetahui komponen-komponen yang perlu didokumentasikan pada tahap diagnosa pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang
tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis / tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan
b. Biling keuangan
c. Bahan pendidikan
e. Audit keperawatan
g. Informasi statistik
h. Bahan penelitian
Aspek-aspek keakuratan data, brevity (ringkas) dan legibility (mudah dibaca). Hal yang pokok
a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada
b. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien/keluarganya tentang informasi / data yang penting
tentang keadaannya.
mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian
sampai evaluasi.
e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : adanya perubahan kondisi
f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah unik dan setiap pasien
g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat, harus
h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan pinsil agar tidak
mudah dihapus.
i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang
j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas penulis
k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum menulis data terakhir.
a. Pengkajian
- Mengumpulkan Data
- Validasi data
- Organisasi data
- Mencatat data
b. Diagnosa Keperawatan
- Analisa data
- Identifikasdi masdalah
- Formulasi diagnosa
c. Perencanaan/Intervensi
- Prioritas Masalah
- Menentukan tujuan
d. Pelaksanaan/implementasi
e. Evaluasi
1. Pengkajian Keperawatan
a. Definisi
Pengkajian keperawatan suatu kegiatan pemeriksaan dan atau peninjauan terhadap situasi/kondisi
- Validasi data
- Organisasi data
Mengelompokan data ke dalam kelompok informasi yang dapat membantu dalam mengidentifikasi
Membuat kesan awal tentang pola informasi dan penambahan data yang diperlukan untuk mengisi
c. Koleksi Data
- Kekurangan/kelemahan/keterbatasan fisik
d. Jenis Data
1) Data Objektif
2) Data Subjektif
- Lengkap
- Relevan
4) Pengorganisasian Data
a) Mengelompokan data berdasarkan kerangka kerja yang dapat membantu mengidentifikasi masalah
keperawatan
Pola eliminasi
2. Diagnosa Keperawatan
Definisi
Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah
a. Perumusan tujuan
- Realistis
b. Rencana tindakan
- Realistis
c. Kriteria hasil
- Spesifik
d. Dokumentasi yang ekslusif untuk pencatatan hasil yang diharapkan untuk pasien.
e. Sebagai landasan ilmiahyang logis dan sistimatis dalam mengerjakan asuhan keperawatankepada
pasien.
f. Agar semua rencan tindakan dapat dipilih disesuaikan kondisi klien sehingga efektif.
4. Implementasi Keperawatan
b. Terdiri semua aktivitas yang dilakukan oleh perawat dan klien untuk merubah efek dari masalah
dilakukan oleh :
- Perawat
Pada saat melakukan kegiatan perawat tetap menjalankan pengkajian dan pengumpulan data.
Contoh : Saat melakukan prosedur memandikan pasien ditempat tidur atau saat melakukan backrub,
perawat akan memperoleh data tentang status fisik seperti kondisi kulitnyadan kemampouan
pergerakannya
a. Mengevaluasi kondisi kesehatan pasien dalam periode yang singkat (evaluasi formatif) setelah
tindakan dilakukan.
b. Mengetahui jumlah tenaga/jenis tenaga kesehatan yang terlihat langsung memberikan pelayanan
e. Dokumentasi legal intervensi keperawatan yang telah diberikan kepada klien dan keluarganya
d. Berikan tanda tangan dan nama jelas perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi
a. Gunakan ballpoint tertulis jelas, tulis dengan huruf cetak bila tulisan tidak jelas. Bila salah tidak
boleh di tipp ex tetapi dicoret saja, dan ditulis kembali diatas atau disamping.
RR : 42 kali/menit
Suhu : 39 C
Nadi : 98 kali/menit
TD :140/90 mmHg
c. Jangan membiarkan baris kosong, tetapi buatlah garis kesamping untuk mengisi tempat yang tidak
digunakan
d. Dokumentasikan sesegera mungkin setelah tindakan dilaksanakan guna menghindari kealpaan (lupa)
h. Dokumentasikan pula modifikasi lingkungan bila itu merupakan bagian dari tindakan keperawatan.
i. Dokumentasikan.persetujuan keluarga untuk prosedur khusus dan tindakan invasif yang mempunyai
resiko tambahan.
j. Dokumentasikan semua informasi yang diberikan dan pendidikan kesehatan yang diberikan.
k. Dokumentasikan dengan jelas, lengkap, bukan berarti semua kalimat harus ditulis, tetapi kata-kata
kunci dan simbol-simbol / lambang-lambang sudah baku/lazim dapat digunakan
l. Spesifik hindarkan penggunaan kata yang tidak jelas,bila perlu tuliskan ungkapan klien untuk
memperjelas maksud.
Klien tidak dapat tidur, sering menekuk kaki sebelah kanannya dah ia mengatakan "ingin bertemu'.
m. Rujuk ke petunjuk, kebijakan dan prosedur rumah sakit untuk penggunaan format
a. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk klien. Hal ini
penting untuk :
- Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang seharusnya tidak perlu terjadi
Contoh: Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat Sehingga diberikan obat kembali
- Quality Assurance (menjamin mutu) yang akan menunjukkan apa yang secara nyata telah dilakukan
terhadap klien dan bagaimana hubungannya dengan standar yang telah dibuat
- Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan yang sudah diberikan
(evaluasi klinis)
Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan keperawatan yang sudah ada, untuk
selanjutnya digunakan dalam menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift
jaga
Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membpntu perhitungan anggaran
Catatan Keperawatan
- Gunakan tinta yang jelas, menulis dengan huruf cetak / bila tulisan tidak jelas
- Catatan meliputi :
Pengkajian
Intervensi aktivitas
Evaluasi respon
No.
No Hari/ tgl Jam Tindakan keperawatan TTD
dx
7-3-1998 Respon
Respon / hasil :
TD : 150/90 mmHg
S : 37.8oC
RR : 24 x/mnt
9. EVALUASI
a. Pengertian
- Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/perbuatan dengan standar untuk tujuan pengambilan
- Evaluasi keperawatan: membandingkan efek/hasil suatu tindakan keperawatan dengan norma atau
kesehatan
- Mengumpulkan dat asehubungan dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Contoh : dalam waktu
1 mg BB naik kg
- Kumpulkan data untuk menentukan apakah timbul masalah baru atau dx tidak tercapai
- Ubah dx keperawatan/masalah kolaboratif yang tidak tepat, kemudian ganti dengan yang baru
d. Macam Evaluasi
- Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat / setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa pusing
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan
1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem
dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan
kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. (Suyono,
2002).
2. Etiologi
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a. Faktor genetik
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan
kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus
mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka
1, 96 %.
1.) Infeksi
Virus dianggap sebagai trigger pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap
diabetes mellitus.
2.) Nutrisi
3.) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan
hyperglikemia sementara.
4.) Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah
3. Klasifikasi
Dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin
untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau
b. Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM)
Dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu:
2.) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi
insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak
dengan obesitas.
c. Diabetes mellitus type lain
1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena
2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain : Furasemid, thyasida diuretic
3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak
pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
4. Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama
a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi
metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan
aterosklerosis.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang
tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa
yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa
dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180
mg%.
dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto
5. Manifestasi Klinis
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal
terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk
memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus
merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosasarbitol fruktasi) yang disebabkan karena
insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.
6. Pemeriksaan Penunjang
c. Glukosa plasma dari sample yang diambil 2 jm kemudian sesugah mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2
7. Penatalaksanaan
a. Penyuluhan
penderita sehari-hari. Penyuluhan bagi pasien DM tidak hanya dilakukan oleh dokter yang
menghimbau tetapi juga oleh segenap jajaran yang terkait seperti perawat penyuluh, ahli
gizi,pekerjaan sosial.
Disadari penyuluhan pada lansia tidak mudah apalagi bagi penderita yang suda hada
gangguan pendengaran, kesukaran bicara, demensia, aktivitas fisik sudah Sangay menurun.
Penyuluhan dapat diberikan individu atau dalam grup-grup Cecil sehingga lebih efektif.
b. Perencanaan Makan
Perencanaan makan pada lansia dikaitkan dengan tujuan mencapai berat badan ideal basal
metabolismo index antara 22-25 pada laki-laki dan 18-24 pada wanita termasuk diet bila komplikasi-
komplikasi sudah ada, pemberian serat yang cukup 23-25 gram perhari, pemberian vitamin dan
Makanan terbagi dalam 3 porsi : makan besar pagi 20%, siang 30% dan sore 25% ditambah
makan ringan total 10-15%. Komposisi makanan seimbang yang dianjurkan yaitu karbohidrat 60-
70%, protein 10-15% dan lemak 20-25%. Jumlah kalori tentu disesuaikan yaitu kebutuhan basal 24-
c. Latihan Jasmani
- Mengurangi obesitas
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
- Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
- Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki
- Makanan/Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
- Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan.
- Nyeri / Kenyamanan
- Pernapasan
- Keamanan
B. Diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu
4. Resiko infeksi dengan faktor resiko destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan terhadap
pathogen
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu
NIC:
Nutrition Management:
Nutrition Monitoring:
NOC:
Fluid balance:
- Hematokrit dbn
Status Hydration:
NIC:
Fluid Management:
NOC:
pigmentasi kulit)
NIC:
Pressure Management:
4. Resiko infeksi dengan faktor resiko destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan terhadap
pathogen
NOC:
Risk Control:
Knowledge:
Infection Control:
NIC:
Infection Protection:
Control Infection:
NOC:
Risk Control:
NIC:
Environment Management:
- Identifikasi kebutuhan kemanan pasien sesuai dengan koordinasi fisik dan fungsi kognitif
NOC:
NIC:
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan gating (rencana diit dan penggunaan makanan tinggi serat)
- Diskusikan pentingnya melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien maupun
keluarga
D. Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual,
teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu
memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi
yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana
tujuan tercapai:
1. Berhasil: prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian: pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai.: pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai
F. Dokumentasi
Mendokumentasikan semua hal yang telah dikerjakan merupakan hal sangat pemting untuk
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dalam format pengkajian yang paling atas terdapat tanggal masuk, jam masuk, ruang/kelas,
nomor kamar dan nomor registrasi dengan tujuan memudahkan perawat mengetahui klien berada
di ruang mana, selain itu untuk mengetahui klien masuk dari tanggal berapa dan sudah berapa lama
1. Data Biografi
Dalam dokumentasi pada bagian ini sudah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk
mengkaji status pasien yang dapat dijadikan pedoman perawatan pasien dengan kebutuhan nutrisi
Dalam dokumentasi bagian ini agar lebih mengetahui pasien dengan kebutuhan nutrisi pada
- Kapan, dimana dan berapa lama penyakit yang pernah dialami oleh klien
- Obat obatan yang biasa dikonsumsi dan berapa lama obat obatan tersebut dikonsumsi
Dalam dokumentasi bagian ini masih mempunyai kekurangan yang seharusnya ditambahkan karena
komponen ini sangat berpengaruh pada kebutuhan keselamatan dan keamanan, yaitu:
karena format ini sudah mengarah pada data focus pemenuhan kebutuhan keselamatan dan
keamanan.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Di dalam format ini terdapat komponen : sinar x, USG, laboratorium. Komponen ini bertujuan
sebagai penunjang dokumentasi data focus pada pemenuhan kebutuhan keselamatan dan
keamanan.
Namun, perlu didokumentasikan juga : dosis obat, ferekuensi penggunaan obat yang dapat
Dalam format ini, komponen - komponen yang ada sudah mengarah pada kebutuhan
Sudah sesuai dengan konsep dasar yang terdapat di bab II. Namun analisa kelompok
Komponen ini berguna untuk menunjang keadaan psikologi klien yang berpengaruh pada kebutuhan
dalam komponen riwayat kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhdap kebutuhan kesehatan
dan keamanan.
Tanggal pengkajian dan tanda tangan sudah tercantum di dalm format pengakajin ini, dengan tujuan
untuk mengetahui siapa yang mengkaji dan kapan pengkajian tersebut dilakukan. Selain itu juga
berfungsi sebagai bukti tertulis untuk tanggung jawab dan tanggung gugat.
ANALISA DATA
Pada analisa data terdapat nama , nomor kamar ,nomor register, umur, kelas,data focus,etiologi,
dan masalah. Identitas yang terdapat diatas table berguna agar mempermudah perawat dalam
mencari data pasien dan jelas,serta agar tidak tertukar dengan pasien lain.
Pada data focus dibagi menjadi 2 yaitu:Data Obyektif ( data yang didapat dari hasil pemeriksaan,dan
dari hasil observasi perawat), Data Subyektif ( data yang didapat dari keluhan pasien/dari hasil
anamnesa). Data ini untuk mempermudah perawat dalam menentukan masalah kebutuhan pasien.
Pada data etiologi diisi berdasarkan masalah yang berhubungan dengan penyakit pasien. Data etiologi
ini berguna untuk mempermudah perawat dalam merumuskan diagnosa dan intervensi.
Pada kotak masalah diisi kebutuhan yang telah ditentukan oleh perawat sesuai dengan data-data yang
telah didapat dan ditulis pada data focus. Masalah ini berfungsi untuk mempermudahkan perawat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pda format diagnosa keperawatan terdapat juga nama , nomor kamar ,nomor register, umur, kelas.
Identitas yang terdapat diatas berguna agar mempermudah perawat dalam mencari data pasien dan
jelas,serta agar tidak tertukar dengan pasien lain. Pada format diagnosa keperawatan terdapat
kolom antara lain: No.Dx, Diagnosa keperawatan,Tanggal ditemukan,Tanggal teratasi, dan paraf.
No.Dx harus diisi berdasarkan jumlah diagnosa keperawatan yang telah ditentukan oleh
Diagnosa Keperawatan ditulis berdasarkan masalah dan etiologi yang telah ditentukan.
Diagnosa berfungsi untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang
Tanggal Ditemukan ditulis berdasarkan kapan perawat menentukan masalah dan etiologi
pada pasien.berfungsi untuk memperjelas data dan membantu dalam penyusunan tindakan.
Tanggal Teratasi ditulis apabila masalah yang ada pada pasien telah teratasi, gunanya agar
perawat mengetahui apakah masalah pasien suadah teratasi atau belum. Ini juga sebagai
pembuktian bagi perawat yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik sehingga masalah
Paraf wajib diisi dan disertai nama jelas perawat yang telah melakukan pemeriksaan dan
jawaban, tanggung gugat, dan pembuktian bagi perawat jika terjadi masalah yang
Sudah sesuai dengan konsep dasar dokumentasi keperawatan karena sudah mengandung
RENCANA TINDAKAN
Pada format rencan keperawatan juga terdapat identitas yang juga harus diisi oleh perawat nama ,
nomor kamar ,nomor register, umur, kelas,Identitas yang terdapat diatas berguna agar
mempermudah perawat dalam mencari data pasien dan jelas,serta agar tidak tertukar dengan
pasien lain.
Pada format ini juga terdapat kolom-kolom yaitu kolom tanngal, no.dx, tujuan, kriteria hasil,
Tanggal diisi berdasarkan kapan perawat membuat intervensi/rencana tundakan untuk memenuhi
pendokumentasian.
No.Dx dituliskan berdasarkan jumlah masalah yang sebelumnya telah ditentukan oleh perawat.
Tujuannya agar mempermudah perawat dalam penyusuanan data dan mengurangi kemungkinan
Tujuan Dan Kriteria Hasil ditulis berdasarkan masalah yang terdapat pada pasien berfungsi untuk
memudahkan perawat dalam menyusun intervensi dan menjadi patokan bagi perawat untuk
melakukan asuhan keperawatan. Kriteria Hasil biasanya ditulis berdasarkan data tidak normal yang
Intervensi diisi berdasarkan rencana perawat dalam memenuhi kebutuhan pada pasiennya. Berfungsi
untuk memudahkan perawat dalam melakukan tindakan keperawatan. Disetiap intervensi harus
memiliki rasional. Intervensi keperawatan harus ditulis dengan spesifik dan dinyatakan denagn
jelas(operasional) dan dimulai dengan kata kerja/kata perintah. Pda penyusunan intervensi perawat
juga harus merencanakan tindakan mandiri dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain.
Rasional ditulis sesuai pada intervensi yang telah dibuat oleh parawat, rasional disertakan untuk
membantu perwat pelaksanaan dalam menhubungkan prinsip patofisiologi dan psikologi dengan
intervensi keperawatan yang dipilih. Rasional juga dapat mempermudah perawat dalam
suatu saat kondisi pasien memburuk atau sampai berda ditangan hokum.
CATATAN KEPERAWATAN
Pada format catatan keperawatan juga terdapat identitas yang juga harus diisi oleh perawat nama ,
nomor kamar ,nomor register, umur, kelas,Identitas yang terdapat diatas berguna agar
mempermudah perawat dalam mencari data pasien dan jelas,serta agar tidak tertukar dengan
Tanggal Dan Waktu ditulis berdasarkan kapan perawat melakukan tindakan keperwatan terhadap
No.Dx No.Dx dituliskan berdasarkan jumlah masalah yang sebelumnya telah ditentukan oleh perawat.
Tujuannya agar mempermudah perawat dalam penyusuanan data dan mengurangi kemungkinan
Implementasi ditulis setelah selesai melakukan tindakan keperawatan. Pda tahap implementasi harus
sesuai dengan intervensi, setiap tindakan yang dilakukan terhadap pasien harus didokumentasikan
pada kolom implementasi dan ditulis hasil dari tindakan tersebut (respon pasien).
Paraf harus disertai nama jelas,. Tujuannya untuk pembuktian dan pertanggung gugat bagi perawat jika
suatu saat kondisi pasien memburuk atau sampai berda ditangan hokum.
EVALUASI
Pada format Evaluasi juga terdapat identitas yang juga harus diisi oleh perawat nama , nomor kamar
,nomor register, umur, kelas,Identitas yang terdapat diatas berguna agar mempermudah perawat
dalam mencari data pasien dan jelas,serta agar tidak tertukar dengan pasien lain. Ditable Evaluasi
juga terdapat:
Tanggal dan Waktu ditulis berdasarkan kapan perawat melakukan tindakan keperwatan terhadap
pasien. Berfungsi agar jelas dalam pendokumentasiannya serta terperinci.
Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan terhadap pasien. Pada tahap evaluasi
S : Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh pasien biasanya data ini berhubungan dengan
criteria hasil
O : Hasil pemeriksaan terkhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data ini juga berhubungan
A : Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah terpenuhi atau tidak
Paraf harus disertai nama jelas,. Tujuannya untuk pembuktian dan pertanggung gugat bagi perawat jika
suatu saat kondisi pasien memburuk atau sampai berda ditangan hokum.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
didokumentasikan pada pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan. Namun ada beberapa
c. Obat-obatan, dan
d. Keadaan psikologi
Sedangkan pada tahap analisa data sampi evaluasi sudah menggunakan konsep
dokumentasi yang baik dan benar sesuai dengan konsep dasar yang ada sehingga di dalam tahapan
B. Saran
kebutuhan keselamatan dan keamanan perlu memperhatikan bagian riwayat kesehatan saat ini
terutama pada keluhan yang dirasakan pasien. Pada tahap pengkajian perlu didokumentasikan
pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan sensori dan ekstremitas karena pemeriksaan ini mengarah
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa manusia lansia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial,
perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatuan khusus dengan
tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai
dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.
Beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia, meliputi :
1. Pensiun-pensiunan dan masalah-masalahnya
2. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
3. Meningkatkan jumlah lanjut usia
4. Pemerataan pelayanan kesehatan
5. Kewajiban Pemerintah terhadap orang cacat dan jompo
6. Perkembangan ilmu :
Gerontologi
Geriatri
7. Program PBB
8. Konferensi Internasional di WINA tahun 1983.
9. Kurangnya jumlah tempat tidur rumah sakit
10. Mahal obat-obatan
11. Tahun Lanjut Usia Internasional 1 Oktober 1999
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penting bagi kita untuk mengetahui lebih lanjut
hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan yang perlu diberikan pada lansia yang di
bahas pada bab selanjutnya. Hal ini penting karena agar lansia dapat hidup secara produktif
dan dapat memberikan asuhan secara tepat pada lansia sesuai dengan asuhan yang
diperlukannya.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
C. METODE PENULISAN
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan
dan mencari beberapa sumber dari internet.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini adalah :
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
BAB III Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA
Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus,
yakni :
1. Status gizi
2. Anemia
3. Adanya hipoalbunemia
4. Adanya penyakit-penyakit neurologik
5. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6. Adanya dehidrasi
1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang
dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian,
yakni :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini
terutama tentang hal-hal yang berhubunga dengan keberhasilan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya. kebersihan perorangan (personal hygiene) sanga penting
dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
keberihan kurang mendapat perhatian.
2. Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan adukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhaadap segala
sesuatu yang asing, sebagai penamung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan
waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia
merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip Triple S, yaitu sabar, simpatik, dan
service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung
mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa pua
dan bahagia.
3. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame
klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan social ini merupakan
suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalh mahluk social yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan
social antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton film, atau
hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv,
mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam
proses penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien lanjut usia dalam keadaan sakit
atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi
kematian, DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa
takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti tidakpastian akan
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit / penderitaan yang sering menyertainya,
kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga / lingkungan sekitarnya.
Meliputi aspek :
a. Fisik
Wawancara
Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan sistem tubuh.
Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu :
a) Head to tea
b) Sistem tubuh
b. Psikologis
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi,
dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
c. Sosial ekonomi
Darimana sumber keuangan lanjut usia
Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
Dengan siapa dia tinggal.
Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Siapa saja yang bisa mengunjungi.
Seberapa besar ketergantungannya.
Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
d. Spiritual
Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya
pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
Mungkn serendah 95 F(hipotermi) 35C.
Lebih teliti di periksa di sublingual.
2. Pulse (denyut nadi)
Kecepata, irama, volume.
Apikal, radial, pedal.
3. Respirasi (pernapasan)
Kecepatan, irama, dan kedalaman.
Tidak teratutnya pernapasan.
4. Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri.
Hipotensi akibat posisi tubuh.
5. Berat badan perlahan lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.
6. Tingkat orientasi.
7. Memori (ingatan).
8. Pola tidur.
9. Penyesuaian psikososial.
Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
Tidak semua orang mnjadi snile
Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
Jangan di tes depan jendela
Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi mata
6. Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
7. Ketajaman pendengaran
Apakajh menggunakan alat bantu dengar
Tinutis
Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri.
Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema
Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi
Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
3. Frekwensi, tekanan, desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
Atrofi otot
Mengecilkan tendo
Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. paralisis
5. kifosis
Psikososial
1. Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan hambatan
penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau adanya sekret
pada jalan nafas.
b. Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan pendapat
secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi
kematian.
Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.
3. RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas :
Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
4. Cegah timbulnya masalah-masalah.
5. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
6. Tulis semua rencana dan jadwal.
Perencanaan :
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar,
antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
3. Memelihara kebersihan diri.
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
2. Lingkungan
Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkaui.
Letakkan bel didekat klien dan aja rkan cara penggunaannya.
Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
Letakkan meja kcil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-alat yang biasa
digunakannya.
Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
Pasang pegangan dikamar mandi / WC
Hindari lampu yang redup / menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100 watt.
Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan mata sesaat.
3. Memelihara Kebersihan Diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
Penurunan daya ingat
Kurangnya motivasi
Kelemahan dan ketidak mampuan fisik
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain :
Mengingatkan / membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung minyak atau
berikan skin lotion
Mengingatkan lansia untuk membersihkan telinga, mata, dan gunting kuku
4. Memelihara Keseimbangan Istirahat Tidur
Upaya yang dilakukan, antara lain :
Menyediakan tempat / waktu tidur yang nyaman
Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan
Melatih lansia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot
(dapat disesuaikan dengan hobi)
Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
Masalah umum yang dikemukakan pada lansia adalah daya ingat menurun, depresi, lekas
marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan hubungan interpersonal yang tidak
adekuat
Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2. Member stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan
3. Menggunakan Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang pada lansia
4. Memberikan kesempatan pada lansia untuk menekspresikan atau tanggap terhadap respond
an verbal lansia
5. Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia
6. Menghargai pendapat lansia
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Meliputi :
Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
Sediakan cukup penerangan
Penerangan alam lebih baik
Hindarkan cahaya yang menyilaukan
Penerangan malam sepanjang waktu dikamar mandi dan ruangan
Tingkatkan rangsangan panca indra melalui :
Buku-buku yang dicetak besar
Perubahan lingkungan
Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien
Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan :
Kalender atau penanggalan
Jam
Saling mengunjungi
Berikan perawatan sirkulasi
Hindarkan pakaian yang menekan yang mengikat atau sempit
Ubah posisi
Berikan kehangatan dengan selimut pakaian
Berikan dorongan dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi
Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama perpindahan
Lakukan penggosokan pada waktu mandi
Berikan perawatan pernapasan
Bersihkan nostril atau kotoran hidung
Lindungi dari angin
Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan-latihan seperti
- Bernapas dalam (deep breathing)
- Latihan batuk
- Latihan menghembuskan napas
Hati hati dengan terapi O2, cek terjdinya CO2 narkosis, yang biasanya ditandai dengan :
- Gelisah
- Keringat berlebihan
- Gangguan pengelihatan
- Kejang otot
- Tekanan darah renda (hipotensi)
- Kerja otot menurun
Berikan perawatan pada alat pencernaan
Ransangan nafsu makan
- Berikan makanan porsi sedikit-sedikit tapi sering dan kualitasnya bergizi
- Berikan makanan yang menarik
- Bisa minum anggur bila dibolehkan
- Sediakan makanan yang hangat-hangat
- Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya
Cegah terjadinya gangguan pencernaan
- Berikan sikap fowler waktu makan
- Pertahankan keasamn lmbung
- Berikan makanan yang tidak membentuk gas
- Cukup cairan
Cegah konstipasi / sembelit
- Jamin kecukupan cairan dalam diet
- Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
- Fasilitas gerakan usus dalam mencerna
- Berikan kebebasan dan posisi tubuh normal
- Berikan laksatif atau supositorial , jika hal hal diatas tak efektif
Berikan perawatan genitorinaria
Cukup cairan masuk 2000-3000 ml per hari
Cegah ankontinensia
- Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk BAK tiap 2 jam
- Pertahankan penerangan dikamar mandi un tuk mencegah jatuh
- Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari
- Batasi cairan terutama mendekati waktu tidur
Seksualitas
- Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi
- Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaanya terhadap keinginan seksual
- Berikan dorongan untuk menumbuhkan rasa persahabatan
Berikan perawatan kulit
Mandi
- Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk mandi bersih hanya 2x seminggu untuk
mencegah kekeringan kulit
- Gunakan sabun superfot atau lotion yang mengandung lemak untuk menambah kesehatan
kulit
Potong kuku kaki jika tidak ada kontra indikasi, missal : ada jamur dikuku atau adanya
gangguan medic atau bedah
Berikan perawatan muskuluskeletal
Bergerak dengan keterbatasan
Ganti posisi tiap 2 jam, luruskan dan hati-hati
Cegah osteoporosis dari tulang panjang dengan menberikan latihan
Lakukan latihan aktif dan pasif misalnya waktu istirahat atau pada waktu waktu tertentu
Berikan arah dan latihan gerak pada sendi 3x.
Anjurkan dan berikan dorongan pada keluarga untuk memandirikan klien contohnya
membiarkan klien duduk tanpa dibantu
Berikan perawatan psikososial
Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial agar tercipta suasana
normal
Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas
Fasilitas pembicaraan
Pertahankan sentuhan yang merupakan suatu alat yang sangat berguna dalam menetapkan
atau memelihara kepercayaan.
Berikan penghargaan dan rasa empathi
Pelihara Keselamatan
Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan
Klien diberikan pegangan di kamar mandi / WC
Tempat tidur dalam posisi rendah
Usahakan ada pagar tempat tidur jika tempat tidur dalam posisi tinggi
Kamar dan lantai terhindar dari keadaan licin
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang kami buat, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Fokus asuhan keperawatan lanjut usia terdiri dari :
Peningkatan kesehatan (health promotion)
Oencegahan penyakit (preventif)
Mengoptimalkan fungsi mental.
Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar,
antara lain :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Peningkatan keamanan dan keselaamatan.
Memelihara kebersihan diri.
Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
Implementasi keperawatan, terdiri dari :
Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
Sediakan cukup penerangan
Tingkatkan rangsangan panca indra
Pertahankan dan latih daya orientasi nyata
Berikan perawatan sirkulasi
Berikan perawatan pernapasan
Berikan perawatan pada alat pencernaan
Berikan perawatan genitorinaria
Berikan perawatan kulit
Berikan perawatan muskuluskeletal
Berikan perawatan psikososial
Pelihara Keselamatan
B. SARAN
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i
Jurusan Keperawatan Singkawang, hendaknya memberikan asuhan keperawatan lansia
dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6. Jakarta
: EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Asuhan Keperawatan Dokumentasi Pada Lansia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980
penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen.
Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen
dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4
persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke
waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun
1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun
1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000).
Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 - 2025, tergolong tercepat di
dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10). Meningkatnya jumlah lansia akan membutuhkan perawatan
yang serius karena secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi
maupun mentalnya (Nugroho, 2004). Usia lanjut (USILA) merupakan tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan manusia. Setiap orang yang dikaruniai umur panjang akan mengalami tahapan
ini. Dengan berhasilnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan
hidup maka kesempatan menjadi usila semakin besar sehingga diperkirakan jumlah usila semakin
bertambah. Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang
didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat,
baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan
yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan
aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Pada makalah ini akan dibahas tentang dokumentasi
asuhan keperawatan lanjut usia, dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan
yang meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis),
merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan
(Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation). Serta akan menjelaskan pula tentang
kebutuhan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritiual, dan tentang dementia pada lansia. Sehubungan
dengan masalah tersebut di atas, maka kelompok usila perlu mendapat perhatian dan pembinaan
khusus baik oleh pemerintah atau swasta maupun berbagai disiplin ilmu termasuk keperawatan,
agar para usia lanjut dapat mempertahankan kondisi kesehatannya sehingga tetap dapat produktif,
berperan aktif di masyarakat dan tetap bahagia di usia lanjut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu : 1. Bagaimana proses asuhan
keperawatan dokumentasi pada lansia 2. Bagaimana cara mengisi format asuhan keperawatan pada
lansia 3. Bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual untuk lansia 4. Bagaimana dementia pada lansia C.
Tujuan Penulis a. Tujuan umum Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang dokumentasi asuhan
keperawatan pada usia lanjut, bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual, dan daya ingat pada lansia. b.
Tujuan khusus 1. Mahasiswa mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan 2. Mahasiswa
mengetahui bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual pada lansia 3. Mahasiswa mengetahui dementia
pada lansia
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Dokumentasi
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi keperawatan
merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan
perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memeberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan
tanggung jawab perawat. Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai
tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami klien baik
masalah kepuasan maupun ketidak puasan terhadap pelayanan yang diberikan. Dokumentasi
keperawatan mempunyai beberapa kegunaan bagi perawat dan klien antara lain :
Dokumentasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang terkoordinasi dengan baik akan
menghindari atau mencegah informasi yang berulang. Kesalahan juga akan berkurang sehingga
dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Disamping itu, komunikasi juga dapat dilakukan
secara efektif dan efisien.
Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang pelaksanaan pendokumentasian. Oleh
karena itu, kualitas kebenaran standar pendokumentasian akan mudah dipertanggung jawabkan dan
dapat digunakan sebagai perlindungan atas gugatan karena sudah memilki standar hukum.
Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data data pasien tentang kemajuan atau
perkembangan dari pasien secara objektif dan mendeteksi kecendrungan yang mungkin terjadi.
Dapat digunakan juga sebagai bahan penelitian, karena data datanya otentik dan dapat dibuktikan
kebenarannya. Selain itu, dokumentasi dapat digunakan sebagai data statistic.
Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang kebutuhan terhadap pelayanan
keperawatan yang meliputi kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual sehingga individu dapat merasakan
manfaat dari pelayanan keperawatan.
e. Sarana evaluasi
Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan adalah evaluasi tentang hal hal
yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
f. Sarana meningkatkan kerja sama antar tim kesehatan
Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan tenaga kesehatan, akan saling kerja
sama dalam memberi tindakan yang berhubungan dengan klien. Karena hanya lewat bukti bukti
otentik dari tindakan yang telah dilaksanakan, kegiatan tersebut akan berjalan secara professional.
Bukti yang telah ada menuntut adanya system pendidikan yang lebih baik dan terarah sesuai dengan
program yang diinginkan klien. Khusus bagi tenaga perawat, bukti tersebut dapat digunakan sebagai
alat untuk meningkatkan pendidikan lanjutan tentang layanan keperawatan
h. Digunakan sebagai audit pelayanan keperawatan Dokumentasi berguna untuk memantau kualitas
layanan keperawatan yang telah diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.
2. Dokumentasi Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk
mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat catatan
tentang respon kesehatan klien. Pengkajian adalah awal dari tahapan proses keperawatan. Dalam
mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari klien ( sumber data
primer ), data yang didapat dari orang lain ( data sekunder ), catatan kesehatan klien informasi atau
laporan laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan orang terdekat, atau anggota tim kesehatan
merupakan pengkajian data dasar. Pengumpulan data menggunakan berbagai metode seperti
observasi ( data yang dikumpulkan berasal dari pengamatan ), wawancara ( bertujuan mendapatkan
respons dari klien dengan cara tatap muka ), konsultasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, ataupun pemeriksaan tambahan. Manusia mempunyai respons terhadap masalah
kesehatan yang berbeda sehingga perawat harus mengkaji respons klien terhadap masalah secara
individual. Tujuan dokumentasi pengkajian adalah :
a. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons pasien terhadap masalah yang dapat
mempengaruhi perawatan
b. Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang didapat dianalisis dan diidentifikasi
c. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mencapai/mendapatkan informasi. Dengan kata lain,
dapat dijadikan sebagai rujukan untuk ukuran dan perubahan kondisi pasien.
d. Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi pasien dan respons yang akan
mempengaruhi perencanaan perawatan.
e. Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasi terhadap respons pasien.
I. Pengkajian Awal ( Initial Assesment ) Pengkajian awal ( intial assessment ), dilakukan ketika pasien
masuk kerumah sakit. Bentuk dokumentasi biasanya merujuk pada data dasar perawatan. Selama
pengkajian umum, perawat mengidentfikasi masalah kesehatan yang dialami klien, dengan
mengumpulkan data pengkajian baik umum maupun khusus dapat memudahkan perencanaan
perawat klien.
II. Pengkajian kontinu ( Ongoing Assesment ) Pengkajian kontinu merupakan pengembangan data
dasar, informasi yang diperoleh dari pasien selama pengkajian awal daan informasi tambahan (
berupa tes diagnostic dan sumber lain ) diperlukan untuk menegakkan data.
III. Pengkajian ulang ( Reassesment ) Data pengkajian ulang merupkan pengkajian yang didapat dari
informasi selama evaluasi. Pengkajian ulang berarti perawat mengevaluasi kemajuan data dari
masalah pasien atau pengembangan dari data dasar sebagai informasi tambahan dari pasien.
Diagnose keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seeorang, keluarga, atau masyarakat
sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan potensial (
NANDA,1990 ), Diaognose keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi
tanggung gugat perawat.
Diagnose keperawatan actual menurut NANDA adalah menyajikan keadaan klinis yang telah
divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi. Diagnose keperawatan actual
memiliki empat komponen diantaranya : label, definisi, batasan karakterstik, dan factor yang
berhubungan. Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnose dan batasan karakterstik (
Gordon, 1990 ), Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnose, batasan
karakterstik menentukan karakteristik yang mengacu pada petunjuk, klinis, tanda subjektif, dan
objektif. Batasan ini juga mengacu pada diagnose keperawatan, yang terdiri dari batasan mayor dan
minor. Factor yang berhubungan merupakan etiologi atau factor penunjang. Factor ini dapat
mempengaruhi perubahan status kesehatan. Factor yang berhubungan terdiri dari empat komponen
yaitu : Patofisiologis ( biologis atau psikologis ) Tindakan yang berhubungan Situasional (
lingkungan, personal ) Maturasional. Penulisan rumusan ini adalah PES ( Problem +
etiologi+symtoms).
b. Diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi Menurut NANDA, diagnosa keperawatan risiko
adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk
mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir
sama. Diagnosa keperawatan ini mengganti istilah diagnosa keperawatan potensial dengan
menggunakan risiko terhadap atau risiko tinggi terhadap . validasi untuk menunjang diagnosa
risiko tinggi adalah factor risiko yang meperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat
terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik.Penulisan rumusan
diagnosa keperawatan risiko tinggi adalah PE ( problem+etiologi )
Gunakan format PES untuk semua masalah actual dan PE untuk masalah resiko
Catat diagnosa keperawatan yang dibuat risiko dan risiko tinggi ke dalam masalah atau format
diagnosa keperawatan
Mulai pernyataan diagnosa keperawatan dengan mengidentifikasi informasi tentang data untuk
diagnosa
Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi, dan
evaluasi 4. Dokumentasi Rencana Keperawatan Dokumentasi rencana keperawatan merupakan
catatan tentang penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk menanggulangi masalah dengan cara mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
masalah. Selain itu, untuk memberikan kesempatan pada perawat, klien, keluarga, serta orang
terdekat dalam merumuskan rencana tindakan. Perencanaan adalah bagian dari fase
pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapkan
pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien. Tujuan
rencana keperawatan : Konsolidasi dan organisasi informasi pasien sebagai sumber dokumentasi
Sebagai alat komunikasi antara perawat dank lien Sebagai alat komunikasi antar anggota tim
kesehatan Langkah dari proses keperawatan ( pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
) yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan a. Tipe Dokumentasi Rencana Keperawatan
Ada dua tipe dokumentasi rencana keperawatan menurut fischbach yaitu : Traditionally designed
care plans Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan tiga pendekatan yaitu diagnosa
keperawatan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan atau instruksi perawatan Standarlized
care plan Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan standar praktik keperawatan
dalam pendokumentasian yaitu : a. Rencana perawatan di cetak berdasarkan diagnosa medic atau
prosedur khusus seperti prosedur katerisasi jantung, pembedahan, dan lain-lain. Tipe ini
mengantisipasi respon terhadap prosedur yang dilakukan b. Rencana perawatan dibuat berdasarkan
diagnosa keperawatan. Hal ini digunakan berdasarkan pengkajian pasien yang mendukung diagnosa
perawatan. Kemudian perawat menuliskan secara lengkap etiologi dan masalah c. Rencana
perawatan dibuat dengan menggunakan standar computer. Perawat dapat menyeleksi masalah klien
dari menu yang terdapat dalam computer. 5. Dokumentasi implementasi keperawatan Dokumentasi
implementasi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh perawat. Dokumentasi
intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan
keperawatan mandiri, dan tindakan kolaboratif. Tindakan keperawatan mandiri merupakan tindakan
yang dilakukan perawat tanpa pesanan dokter. Tindakan ini telah ditetapkan oleh standar praktik
keperawatan. Intervensi keperawatan mencakup mengkaji klien, mencatat respons klien terhadap
tindakan, melaporkan status klien kepetugas jaga berikutnya, dan mencatat respons klien terhadap
asuhan keperawatan. Selain itu perawat mengajarkan klien untuk mengubah posisi tidur, melakukan
rentang gerak, mengkaji status fisik klien, dan mengkaji aktivitas hisup sehari-hari. Tindakan
kolaboratif adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang bekerja sama dengan anggota tim
kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah klien. Tindakan ini mencakup membahas perencanaan
pulang, membahas respons pasien, merujuk klien keterapi okupasi, memberi obat-obat nyeri sesuai
dengan pesanan dokter. Intervensi keperawatan ( tindakan atau implementasi ) merupakan bagian
dari proses keperawatan. Tujuan intervensi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia.
Intervensi keperawatan dicatat untuk mengkomunikasikan rencana perawatan, mencapai tujuan,
dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan masalah, serta tetap melakukan pengkajian untuk
evaluasi efektif terhadap perawatan. 1. Tipe intervensi keperawatan Menurut bleich dan fischbach,
tipe intervensi keperawatan dibagi menjadi dua komponen yaitu : a. Intervensi perawatan terpeutik
Intervensi ini memberikan pengobatan secara langsung pada masalah yang dialami pasien,
mencegah komplokasi, dan mempertahankan status kesehatan. Intervensi keperawatan terapeutik,
contohnya diagnosa keperawatan : bersihan jalan nafas tidak efektif. Intervensi keperawatan
diantaranya atur posisi pasien untuk oksigenasi, ajarkan tekhnik batuk secara efektif, lakukan
pengisapan ( suction ) pada jalan napas. b. Intervensi surveilens Intervensi ini menyatakan tentang
survey data dengan melihat kembali data umum dan membuktikan kebenaran data. Dengan kata
lain, sifatnya tidak langsung karena menyediakan data lebih dulu. Intervensi keperawatan surveilens
: 1. Lakukan observasi tanda vital 2. Lakukan pemeriksaan status neurologis 3. Kumpulkan dan tes
urine 4. Lakukan pemantauan glukosa darah 5. Lakukan pemeriksaan fisik 6. Lakukan pemantauan
jantung 7. Lakukan pemantauan respirasi 8. Lakukan pemantauan masukan dan keluarkan 6.
Dokumentasi Evaluasi Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien
terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk
mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan. Evaluasi memberikan informasi,
sehingga memungkinkan revisi perawatan Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan. Pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang
menyatakan status kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari
tindakan yang diberikan pada pasien. Tipe Dokumentasi Evaluasi Terdapat dua tipe dokumentasi
evaluasi yaitu evaluasi formatif yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respons segera dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu. Untuk dokumentasi evaluasi yang
memenuhi standar, dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan aplikasi prinsip ukuran dan proses
evaluasi. Proses ini kemungkinan hanya dipakai jika tujuan dapat di ukur, kepekaan pada pasien
tentang kemampuan mencapai status tujuan, kesadaran tentang factor lingkungan, social dan
system pendukung memadai. Disamping itu, evaluasi juga digunakan sebagai alat ukur suatu tujuan
yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai, atau
tercapai sebagian. Contoh penulisan sebagai berikut. Kriteria tujuan tercapai Contoh : pasien dapat
makan sendiri dengan menghabiskan 1 porsi pada tanggal 30/09/2013 Kriteria tujuan tercapai
sebagian Contoh : pasien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual setelah makan bahkan
kadang muntah Kriteria tujuan tidak tercapai Contoh : Pasien tidak dapat makan pada tanggal
30/09/2013 B. Biopsiko Sosial dan Spiritual Pada Lansia 1. Ruang Lingkup Permasalahan a.
Kesehatan. Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada usia
setengah baya. Penyakit-penyakit degeneratif mulai menampakkan diri pada usia ini. Namun
demikian kenyataan menunjukkan bahwa kebugaran dan kesehatan pada usia lanjut sangat
bervariasi. Statistik menunjukkan bahwa usia lanjut yang sakit-sakitan hanyalah sekitar 15-25%,
makin tua tentu presentase ini semakin besar. Demikian pula usia lanjut yang tidak lagi dapat
melakukan "aktivitas sehari-hari" (Activities of Daily Living) hanya 5-15%, tergantung dari umur. Di
samping faktor keturunan dan lingkungan, nampaknya perilaku (hidup sehat) mempunyai peran
yang cukup besar. Perilaku hidup sehat harus dilakukan sebelum usia lanjut (bahkan jauh-jauh
sebelumnya). Perilaku hidup sehat, terutama adalah perilaku individu, dilandasi oleh kesadaran,
keimanan dan pengetahuan. Menjadi tua secara sehat (normal ageing, healthy ageing) bukanlah
satu kemustahilan, tapi sesuatu yang bisa diusahakan dan diperjuangkan. Seyogyanya dianut
paradigma, mencegah dan mengendalikan faktor-faktor risiko sebaik mungkin, kemudian menunda
kesakitan dan cacat selama mungkin. b. Sosial. Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut
juga akan mengalami perubahan-perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang
menduduki jabatan atau pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua perlakuan yang selama
ini didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan. Bagi orang-orang yang tidak
mempunyai waktu atau tidak merasa perlu untuk bergaul di luar lingkungan pekerjaannya, perasaan
kehilangan ini akan berdampak pada semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya. Di dalam
keluarga, peranannya-pun mulai bergeser. Anak-anak sudah "jadi orang", mungkin sudah punya
rumah sendiri, tempat tinggalnya mungkin jauh. Rumah jadi sepi, orangtua seperti tidak punya peran
apa-apa lagi. Teori Kejiwaan Sosial 1) Aktivitas atau kegiatan ( Activity Theory ) a. Ketentuan akan
mengingatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social b. Ukuran
optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia c. Mempertahankan hubungan
antara system social dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan kelanjut usia 2) Kepribadian
berlanjut ( Continuity Theory ) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya. 3) Teori Pembebasan ( Didengagement Theory )
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh Cummning
dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur angsur mulai melepaskan pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
social usia lanjut menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingg sering terjadi kehilangan
ganda ( triple loos ) yakni : Kehilangan peran ( loss of role ) Hambatan kontak social ( Restrastion
of Contacts and Relation ship ) Berkurangnya komitmen ( reuced commitmen to social mores dan
values ) c. Psikososial Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak kepada penghasilan.
Bagi mereka yang menduduki jabatan formal, pegawai negeri atau ABRI, pension menyebabkan
penghasilan berkurang dan hilangnya fasilitas dan kemudahan kemudahan. Bagi para profesional,
pensiun umumnya tidak terlalu menjadi masalah karena masih tetap dapat berkarya setelah
pensiun. Namun bagi "non profesional" pensiun dapat menimbulkan goncangan ekonomi. Oleh
karena itu, pensiun seyogyanya dihadapi dengan persiapan-persiapan untuk alih profesi dengan
latihan latihan keterampilan dan menambah ilmu, baik dengan pengembangan hobi maupun
pendidikan formal. Bagi mereka yang mencari nafkah melalui sektor non formal, seperti petani,
pedagang dan sebagainya, memasuki usia lanjut umumnya tidak akan banyak berdampak pada
penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak terlalu cepat mengalami kemunduran dan kesehatannya
tidak terganggu. Terganggunya kesehatan berdampak seperti pisau bermata dua. Pada sisi yang satu
menjadi kendala : Untuk mencari nafkah, pada sisi lain menambah beban pengeluaran. Oleh karena
itu, jaminan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan, dan sebagainya akan sangat membantu pada
kondisi ini. Perubahan Perubahan Psikososial Pensiun Nilai seseorang sering diukur oleh
produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaaan, bila seseorang pension (
purna tugas ) ia akan mengalami kehilangan antara lain : Kehilangan finansial ( income berkurang )
Kehilangan status ( dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap segala fasilitasnya )
Kehilangan teman / kenalan atau relasi Kehilangan pekerjaan / kegiatan d. Psikologi. Masalah-
masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, sendiri-sendiri atau bersama-sama secara kumulatif dapat
berdampak negatif secara psikologis. Hal-hal tersebut dapat menjadi stresor, yang kalau tidak
dicerna dengan baik akan menimbulkan masalah atau menimbulkan stres dalam berbagai
manifestasinya. Sikap mental seseorang sendiri dapat menimbulkan masalah. Usia kronologis
memang tidak dapat dicegah, namun penuaan secara biologis dapat diperlambat. Rambut yang
memutih, kulit yang mulai keriput, langkah yang tidak lincah lagi dan sebagainya, harus diterima
dengan ikhlas. Namun janganlah penuaan secara psikologis terjadi lebih cepat daripada usia
kronologis. Untuk itu diperlukan sikap mental yang positif terhadap proses penuaan. Menua tidak
harus sakit-sakitan, juga tidak harus loyo dan jompo. Kehidupan spiritual mempunyai peran yang
sangat penting. Seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya, tentu akan memelihara umurnya dan
mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti kata sebuah hadis : "sebaik-baik manusia
adalah yang umurnya panjang dan baik amal perbuatannya". Kalau mensyukuri nikmat sehat, maka
akan memelihara kesehatan kita sebaik-baiknya. Kalau silaturachmi itu memperpanjang umur, kita
sebaiknya memelihara kehidupan sosial selama mungkin. e. Spiritual Spiritualitas adalah
hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang
dianut oleh individu. Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia
dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi:
kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas
diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi,
keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup
yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003). Spiritual adalah keyakinan dalam
hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 1999). Spiritual juga disebut
sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat
diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati
setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya
doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002). Menurut Mickley et al (1992) menguraikan
Spiritual sebagai suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksitensial dan dimensi agama. Dimensi
eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada
hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi
vertikal sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan
seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang.
Dimensi Spiritual Pada Pasien Lansia Menurut Koezier & Wilkinson, 1993 cit Hamid, 2000, dimensi
spiritual adalah upaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar,
berjuang untuk menjawab atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional,
penyakit fisik atau kematian. kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia. Dimensi spiritual
berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang
untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit
fisik, atau kematian. Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar
kekuatan manusia (Kozier, 2004). Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi
eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,
sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha
Penguasa. Spirituailitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan
Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal
adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat
hubungan yang terus menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002). Perkembangan Spiritual
Pada Pasien Lansia Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama
yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta
menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.
Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat
menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).
Mubarak et.al (2006),perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia antara lain.
Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan Lanjut usia makin matur dalam
kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler : universalizing, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai dan keadilan. 2. Batasan Dan Pemahaman a. Pendekatan Holistik Pendekatan holistik,
adalah pendekatan "secara utuh" bio-psiko-sosial ekonomi dan spiritual, terhadap kehidupan,
dengan mengingat bahwa pada hakikatnya Manusia adalah hamba Allah Manusia adalah
makhluk sosial dan bagian dari alam semesta Manusia adalah "Kesatuan yang utuh" (an integrated
whole) jasmanirohani. Dengan cara pendekatan ini, maka gangguan pada salah satu aspek
kehidupan, misalnya gangguan kesehatan jiwa, dapat dan bahkan harus dicari sebabnya pada
kemungkinan adanya "disharmoni" salah satu atau lebih dari sisi kehidupan manusia tersebut. b.
Usia Lanjut Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam Undang-undang No.12/1998
tentang Kesejahteraan Usia Lanjut adalah sebagai berikut : Usia lanjut adalah seorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (Depsos,1999); batasan ini sama dengan yang dikemukakan oleh
Burnside dkk. Menurut WHO Elderly (64 - 74 thn) Old (75 - 90 thn) Very Old (> 90 thn) c. Usia
Lanjut Sehat Usia lanjut sehat adalah usia lanjut yang dapat mempertahankan kondisi fisik dan
mental yang optimal serta tetap melakukan aktivitas sosial dan produktif. Ciri usia lanjut sehat :
Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa hidupnya bermakna, mampu
menerima kegagalan yang dialaminya sebagai bagian dari hidupnya yang tidak perlu disesali dan
justru mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya. Memiliki integritas pribadi yang baik,
berupa konsep diri yang tepat dan terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada di antara orang-orang yang
memiliki kedekatan emosi dengannya, yang memberi perhatian dan kasih sayang yang membuat
dirinya masih diperlukan dan dicintai. Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, didukung
oleh kemampuan melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat. Memiliki keamanan finansial,
yang memungkinkan hidup mandiri, tidak menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri, sehingga dapat menentukan
nasibnya sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Hal ini dapat menjaga kestabilan harga dirinya. d.
Proses Penuaan Proses penuaan pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi sejak
pembuahan/konsepsi dan berlangsung sampai-pada saat kematian. Dalam perjalanannya proses
tersebut akan dipengaruhi oleh variabel-variabel : Kultural dan etnik Polesan genetik dan
keturunan Kondisi fisiologis pada waktu konsepsi dan kelahiran Pertumbuhan dan maturasi
Lingkungan, sistem famili dan hubungara kemaknaan lainnya. Proses penuaan mengakibatkan
terganggunya berbagai organ di dalam tubuh seperti system gastro-intestinal, sistem genito-urinaria,
sistem endokrin, sistem immunologis, sistem serebrovaskular dan sistem saraf pusat, dsb.
Perubahan yang terjadi pada otak mulai dari tingkat molekuler, sampai pada struktur dan fungsi
organ otak. Akibat dari perubahan tersebut maka antara lain akan terjadi penurunan peredaran
darah ke otak pada daerah tertentu dan gangguan metabolisme, neurotransmiter, pembesaran
ventrikel sampai akhimy a terjadi atrofi dari otak dan berat otak mengalami pengurangan kurang
lebih 7% dari berat sebelumnya. Akibat di atas, maka fenomena yang muncul adalah perubahan
struktural dan fisiologis, seperti sulit tidur, gangguan perilaku, gangguan seksual dan gangguan
kognitif. e. Kesejahteraan Usia Lanjut Menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Usia Lajut bahwa yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan
dan ketenteraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila.
Kesejahteraan ini hanya dapat tercapai jika ada jaminan sosial terutama dalam bentuk pensiun,
asuransi pensiun dan asuransi kesehatan dari pemerintah ataupun swasta, jaminan dari anak-
anaknya atau keluarganya atau yang bersangkutan sendiri. Usia Lanjut Potensial adalah usia lanjut
yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan
atau jasa. f. Budaya Konsep budaya menurut Linton adalah : suatu tatanan pola perilaku yang
dipelajari, diciptakan, serta ditularkan di antara suatu anggota masyarakat tertentu. Batasan budaya
menurut Koentjaraningrat adalah : keseluruhan sistemgagasan, tindakan dan basil karya manusia,
dalam rangka kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Karakteristik budaya menurut TO. Ihromi adalah : Budaya diciptakan dan ditransmisikan lewat
proses belajar Budaya dimiliki bersama oleh sekelompok manusia dan merupakan pola kelakuan
umum Budaya merupakan mental blue print Penilaian terhadap budaya bersifat relative
Budaya bersifat dinamis, adaptif dan integratif. Pemahaman akan konsep budaya, membawa kita
pada kesimpulan bahwa gagasan, perasaan dan perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya sangat
dipengaruhi oleh budaya yang berlaku di masyarakat. Demikian pula pergeseran ataupun perubahan
pada tatanan budaya dalam suatu masyarakat akan diiringi dengan perubahan perilaku dari individu
yang hidup di dalamnya. Budaya tercipta sebagai upaya manusia untuk beradaptasi terhadap
masalahmasalah yang timbul dari lingkungan hidupnya. Selanjutnya budaya mempengaruhi
pembentukan dan perkembangan kepribadian manusia dalam kelompoknya. Interaksi keduanya
membentuk suatu pola spesifik perilaku, proses pikir, emosi dan persepsi individu atau kelompok
dalam bereaksi terhadap tekanan-tekanan kehidupan. Dengan demikian dapat dimengerti peranan
budaya dalam masalah kesehatan jiwa. g. Gangguan Psikologis dan Masalah Perilaku pada Usia
Lanjut Tahap memasuki usia tua ini akan dialami oleh semua orang (tak bisa dihindarkan), tetapi
kondisi fisik dan psikologis usia lanjut sangat berbeda dari satu usia lanjut dengan usia lanjut lainnya.
Kekuatan tubuh yang mulai berkurang daya penyesuaian diri, reaksi terhadap lingkungan, daya
inisiatif dan daya kreatif ini pada usia lanjut dapat menimbulkan masalah psikologis. Kondisi menjadi
tua bukan terjadi dalam waktu semalam, tetapi telah mengikuti rentang kehidupan yang cukup lama
dan dalam memandang pembentukan kepribadian seseorang pandangan holistik dapat membantu
kita lebih memahami perilaku seseorang. Pandangan holistik ini ialah bahwa pribadi seseorang yaitu
faktor biologis, psikologis, sosial budaya, dan agama; keempat faktor inilah yang memberikan warna
tertentu pada seseorang sejak dalarn kandungan sampai usia lanjut. Dengan kata lain apa yang
terjadi dan akan dialami oleh usia lanjut tidak dapat dilepaskan dari pembentukan pengalaman masa
lalu di mana dia akan memperlihatkan wxrna kepribadian tertentu yang akan menentukan seberapa
berhasil dan tidak berhasil dalam memasuki dan menjalani usia lanjut. Misalnya seseorang yang
sebelumnya sudah memperlihatkan kemampuan penyesuaian diri yang baik, tentunya diharapkan
dapat menjalani usia lanjut dengan lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang sebelumnya
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri. Persepsi psikologis usia lanjut terhadap dirinya. Seperti
yang telah diulas di muka, persepsi seseorang tentang citra dirinya akan sangat dipengaruhi oleh
bagaimana dia membentuk kepribadiannya. Seseorang dengan kepribadian yang stabil, hangat,
positif dalam menentukan jalan pikirannya, biasanya akan lebih baik dan mudah dalam menghadapi
usia lanjutnya. Walaupun demikian memang tidak dapat dipungkiri bahwa sikap dari masyarakat
terhadap sosial budaya ikut andil dalam menentukan persepsi citra diri usia lanjut ini. Secara budaya
ada pandangan bahwa usia lanjut sudah tidak dapat didayagunakan, sudah ada keterbatasan gerak
dan pengambilan keputusan. Budaya sering kali mendudukkan mereka pada peran yang dituakan, di
sini mengandung dua pengertian, yaitu dituakan untuk tempat mencari nasihat hidup bagi generasi
yang lebih muda, atau dituakan dalam arti tidak lagi diajak berdiskusi, berkomunikasi. Untuk
selanjutnya terjadi lingkaran setan antara sikap lingkungan dan perilaku yang diperlihatkan oleh usia
lanjut dengan memasuki dan menjalani usia lanjut, seseorang akan dituntut untuk mengadakan
penyesuaian diri. Beberapa kendala yang bisa muncul : 1. Sikap dan pandangan masyarakat terhadap
usia lanjut dapat memicu munculnya perilaku/sikap tidak berdaya tidak berguna, tidak bisa
membantu apapun. 2. Keadaan yang sulit berkomunikasi disebabkan kurangnya daya pendengaran,
kurangnya kemampuan mengingat, kesulitan menangkap isi pembicaraan orang lain menyebabkan
usia lanjut akan memperlihatkan perilaka menjauh dan menjaga jarak dengan orang sekitarnya. 8.
Pola Tidur Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jagka waktu yang relatif menetap
dan meliputi : Jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun Irama tidur Frekuensi tidur dalam sehari
Mempertahankan kondisi tidur Kepuasan tidur. Tidur adalah kondisi organisme yang sedang
istirahat secara reguler, berulang dan reversibel dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap
rangsangan dari luar lebih tinggi jika dibandingkan dengan pada keadaan jaga. C. Dementia Pada
Lansia Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan Asosiasi Psikogeriatrik Amerika, Demensia
adalah kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat yang cukup parah sehingga
mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan yang diakibatkan dari gangguan di otak. Pikun atau istilah
bahasa latin Demensia adalah kerusakan progresif dari fungsi kognitif yang terjadi dalam kesadaran
yang jernih. Demensia mempunyai banyak tanda dan gejala terdapat disfungsi kronik dan tersebar.
Gambaran utama ialah adanya kerusakan menyeluruh kemampuan intelek, dengan manifestasi
sebagai kesulitan dalam ingatan, perhatian, berpikir, dan penggabungan. Pikun hampir selalu
beridentifikasi usia lanjut, namun sesungguhnya pikun bisa terjadi pada semua segmen umur, yaitu
saat usia muda. Proses terjadinya pikun usia muda berbeda dengan usia tua. Menurut Harianti
(2008: 9), berdasarkan persepsi yang berkembang di masyarakat, dengan bertambahnya usia,
seseorang akan bertambah menjadi pelupa atau demensia, tidak kreatif dan tidak bisa bekerja lagi.
Hal ini tentu saja tidak benar. Demensia sebenarnya bukan karena faktor usia orang menjadi pikun.
Beberapa faktor penyebab demensia antara lain sering mengonsumsi jenis obat tertentu, penyakit,
gizi yang kurang baik dan memercayai anggapan yang beredar bahwa usia yang menua akan
membuat seseorang menjadi pelupa atau demensia. Ahli saraf dari Jepang, Dr Nozomi Okamoto
dalam penelitian terbarunya mengungkap bahwa kondisi kesehatan gusi yang merupakan penyebab
gigi tanggal berhubungan erat dengan risiko kepikunan. Ia menyimpulkan hal itu setelah meneliti
6.000 lansia berusai 65 tahun ke atas. Infeksi yang terjadi di gusi dapat menyebabkan senyawa
tertentu yang memicu radang yang bisa terbawa oleh aliran darah menuju tempat lain termasuk
otak, kemudian menyebabkan radang di jaringan tersebut. Radang yang terjadi di jaringan otak
dapat menyebabkan kematian sel-sel saraf yang hampir seluruhnya berpusat di sana. Kerusakan
pada saraf-saraf memori dan kognitif adalah penyebab utama terjadinya demensia pada orang
dewasa maupun lansia. Gejala klinik demensia penting dengan mengidentifikasikan sindrom dan
penatalaksanaan klinis dari penyebabnya. Kelainan ini dapat progresif atau statis, permanen atau
tidak menetap. Tingkat pemulihan demensia dihubungkan dengan kondisi patologi penyakit yang
mendasarinya dan penggunaan pengobatan yang efektif. Pengelompokan Demensia a. Demensia
yang tidak dapat pulih (Irreversible Dementia) Demensia Tipe Alzheimer (DTA) Korea Huntington
Penyakit Parkinson Lain-lain b. Demensia yang dapat pulih (Reversible Dementia) Demensia
vaskuler. Hidrosefalus dengan Tekanan Normal (Normal Pressure Hydrocephalus) c. Demensia
menetap yang diinduksi oleh zat Intoksikasi obat Tumor Otak Trauma Otak Infeksi
Gangguan metabolic Gangguan jantung, paru, hati dan ginjal. Tanda & Gejala Demensia
Penurunan memori (daya ingat) Penurunan daya orientasi Hendaya (impairment) intelektual
Gangguan daya nilai (judgment) Gejala psikotik Hendaya berbahasa Tanda Dan Gejala Demensia
Stadium Dini 1. Perubahan samar-samar kepribadian 2. Hendaya (gangguan) penampilan 3. Minat
berkurang 4. Depresi sering terjadi Tanda Dan Gejala Demensia Stadium Lanjut 1. Penurunan
memori (daya ingat) 2. Penurunan daya orientasi 3. Daya intelektual 4. Gangguan daya nilai 5. Gejala
psikotik 6. Daya berbahasa D. Daya Ingat (Memori) Pada Lansia Memori atau daya ingat dan proses
belajar merupakan satu kesatuan. Belajar merupakan proses untuk memperoleh informasi atau
pengetahuan baru, sedangkan memori adalah proses penyimpanan informasi tersebut serta dapat
mengingatnya kembali bila dibutuhkan. Proses ingat-mengingat memori terdiri atas : a. Encoding, di
mana suatu informasi dari dunia luar akan ditera dan didistribusikan ke beberapa unit penyimpanan
di otak sebelum unit tersebut dapat mempelajari materinya. b. Konsolidasi merupakan Retrieval
adalah mengingat kembali penyimpanan informasi tersebut yang lebih permanen bahan informasi
yang telah disimpan. c. Retrieval adalah mengingat kembali bahan informasi yang telah disimpan.
Memori terdiri atas : a. Daya ingat sesaat (Immediate Memory) yaitu informasi yang hanya disimpan
selama beberapa detik saja : contoh, memutar nomor telpon sambil melihat nomor tersebut di buku
telpon, di mana kita langsung lupa nomor tersebut setelah memutarnya. b. Daya ingat jangka
pendek (Short-term Memory) yaitu informasi dapat diingat setelah beberapa menit memperhatikan
dan menghafalnya contoh, memutar nomor telpon sambil menghafalnya. Dapat bertahan dalam
beberapa menit ---jam. c. Daya ingat jangka panjang (Long - term Memory) yaitu informasi masa
lampau masih dapat diingat. Ini merupakan bank memori tentang apa yang kita ketahui dari
pendidikan dan pengalaman, sebagian besar akan hilang setelah beberapa lama. E. Masalah Daya
Ingat (Memori_) Menurut isinya daya ingat terdiri atas Episodic Memory tentang peristiwa dan
fakta dalam hidup. Semantic Memory tentang pelajaran di sekolah. Semantic memory lebih diingat
ketimbang episodik. Procedural Memory tentang bagaimana melakukan kegiatan sehari-hari
(berjalan, bersepeda). Pada umumnya memory ini tidak mudah dilupakan. LUPA Adalah keadaan di
mana informasi yang pernah dipelajari tidak dapat dikeluarkan pada waktu dibutuhkan. Beberapa
penyebab mudah lupa. Fisiologis : benign senescent forgetfulness Patologis : merupakan
gangguan mental ringan yang masih normal pada usia lanjut. a. Keadaan Reversibel Drug induced
(Single or Drug interactions) : Obat-obat analgesics (NSAID), sedative (benzodiazepine),
antidepresan, alkohol, antihipertensi, antihistamin, antikonvulsan, antibiotik, antiaritmik,
antiparkinson, muscle-relaxant, logam berat dan insektisida. Metabolik / Endo krin tuitarisme,
penyakit Wilson, hipotiroidi, defisiensi Vit. B1,,B2, B6, B12. Neurologik : gegar otak, tumor,
hidrosefalus tekanan normal, hematoma subdural kronik, sifilis, meningitis kronik. depresi, gangguan
Psikiatrik mood bipolar. b. Keadaan Irreversibel / Progresif Neurologik : penyakit Alzheimer, penyakit
Lewy - body, demensia vaskular, demensia fronto-temporal, penyakit Pick, penyakit Prion. Tahap
penurunan fungsi kognitif pads usia lanjut Age-associated memory impairment (AAMI) atau benign
senescent forgetfulness merupakan gangguan mental ringan yang masih normal pada usia lanjut.
Pada mereka ditemukan perlambatan dalam belajar, sering membutuhkan cue pada retrieval dan
mengalami forget to remember menurut diagnostic criteria of aging - associated cognitive decline
(AACD) - Working Party of the International Psychogeriatric Association in collaboration with the
WHO. 1. Adanya laporan yang dapat dipercaya bahwa fungsi kognitifnya mulai menurun. 2.
Timbulnya kemunduran tersebut terjadi bertahap minimal dalam enam bulan. 3. Dijumpai adanya
gangguan pada salah satu fungsi yaitu memori dan belajar, atensi dan konsentrasi, problem solving -
abstraksi, bahasa (comprehension, mencari kata yang tepat) dan visuospasial. 4. Pada asesmen (tes
neuropsikologi dan mini mental) memberikan hasil paling sedikit 1 SD (standar deviasi) di bawah
normal. 5. Kriteria eksklusif; penyakit serebral, sistemik, depresi, anxietas, delirium, postensefalitis,
postkontusio dan pengaruh obat-zat. AAMI disebabkan oleh beberapa keadaan yaitu 1. Proses
berpikir yang lamban 2. Kesulitan memusatkan perhatian dan konsentrasi 3. Memerlukan waktu
lebih lama untuk belajar sesuatu yang baru 4. Kesulitan menghindari hal yang tidak perlu (distraktor)
5. Memerlukan lebih banyak isyarat (cue) untuk me-recall (mengingat) sesuatu 6. Kurang
menggunakan strategi memori yang tepat. Kriteria Mudah Lupa (Forgetfulness) 1. Mudah lupa nama
benda, nama orang dan sebagainya 2. Gangguan dalam mengingat kemb ali (Retrieval) 3. Gangguan
dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan dalam memori (Recall = Active retrieval)
4. Memerlukan isyarat (cue) untuk retrieval 5. Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk
ketimbang menyebut namanya. Tahapan Penurunan Fungsi Memori 1. Memori deklaratif episodik,
yaitu mengingat kembali masalah yang berkaitan dengan waktu dan tempat (kapan dan di mana
peristiwa itu terjadi). 2. Penurunan memori deklaratif semantik (masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan dan pengalaman). 3. Penurunan memori prosedural (keterampilan motorik yang
pemah dipelajari). F. Tes Skrining MMSE Salah satu cara yang mudah untuk melakukan skrining
terhadap kemunduran ini adalah dengan Mini Mental State Examination (MMSE) yang merupakan
suatu tes skrining yang valid terhadap gangguan kognisi yang berkorelasi cukup baik dengan tes
standard Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Clock Drawing Test Pertama kali penelitian
tentang Clock Drawing Test (CDT) tahun 1983. Saat itulah tes tersebut digunakan di berbagai macam
setting. Tes tersebut memerlukan kemampuan pemahaman, kemampuan visual spasial, kemampuan
merekonstruksi, konsentrasi, pengetahuan angka, ingatan visual dan fungsi eksekutif. Meskipun tes
tersebut mampu untuk menguji aspek kognitif yang luas, CDT tidak terlalu menekankan pada aspek
pengetahuan dibandingkan dengan tes lain misalnya The abbreviated mental test score (AMTS) yang
lebih pendek ataupun the Mini Mental State Examination (MMSE) yang lebih umum. (Henderson,
Scot, & Hotopf, 2007), Inti dari tugas tes tersebut adalah aktivitas menggambar permukaan jam
kemudian menggambar jarum jam yang menunjuk pada arah tertentu sebagai simbol dari waktu.
Sejumlah variasi sudah berkembang, demikian juga variasi dari sistem penilaiannya, akan tetapi yang
disering digunakan adalah yang dikembangkan oleh Manos dan Shulman. CDT menunjukkan korelasi
yang baik dengan tes fungsi kognitif yang lain yaitu MMSE dan The Blessed Dementia Rating Scale
(Henderson, Scot, & Hotopf, 2007). CDT mempunyai kemungkinan kelemahan terbesar karena tidak
sesuai untuk orang-orang yang mengalami gangguan penglihatan atau gangguan neurologis lengan
bagian atas seperti kelumpuhan atau tremor. Beberapa ahli berpendapat bahwa umur dan
pendidikan menyebabkan bias pada penilaian CDT, meskipun ahli lain mengatakan sebaliknya. Di sisi
lain, CDT mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode skrining gangguan kognitif
yang lain yaitu tidak terpengaruh dengan suasana hati, bahasa atau budaya, selain itu tidak
membutuhkan pengetahuan yang tidak semestinya. Selain itu, CDT biasanya menarik perhatian para
penderita karena tidak terlalu lama dan mudah diterima. (Henderson, Scot, & Hotopf, 2007). Tujuan
Penelitian Tujuan dari penelitian ini memberikan gambaran mengenai pengadministrasian Clock
Drawing Test di Indonesia dan fungsinya untuk mengetahui tanda-tanda orang lanjut usia yang
mengalami demensia. METODE Pemilihan Subjek Subjek penelitian merupakan responden dari
mahasiswa peserta mata kuliah Psikogeriatri. Mereka mendapatkan tugas untuk mencari orang
lanjut usia yang ada di sekitar mereka untuk dites, diobservasi dan diwawancarai, Orang lanjut usia
yang dipilih yang mempunyai kriteria berumur diatas 55 tahun. Sebelumnya, mahasiswa diberikan
pelatihan selama satu hari (dalam satu kali pertemuan kuliah) untuk memberikan instruksi, aspek
yang diobservasi dan diawawancarai. Para mahasiswa yang bertugas mengambil data sudah
mempunyai bekal pengetahuan tentang orang lanjut usia, baik berkaitan dengan perubahan fisik,
kognitif, emosi dan sosialnya maupun dengan berbagai macam penyakit yang biasa di alami orang
lanjut usia tersebut. Responden yang diberikan CDT sebanyak 140 orang, tetapi tidak seluruhnya
dapat dianalisis karena ada beberapa data yang tidak ditampilkan misalnya pendidikan, tidak ada
hasil wawancara dan observasi mengenai keseharian responden. Jumlah data yang memadai adalah
133 responden. Instrumen Penelitian Untuk mengambil data digunakan Clock Drawing Test dari
Shulman, Gold, Cohen, dan Zucchero (1993). Pengadministrasiannya sebagai berikut : Hartati dan
Widayanti, Clock Drawing Instruksi Langkah 1: Memberikan responden sehelai kertas dengan
lingkaran yang seperti jam, besarnya relatif sesuai dengan angka yang akan digambar. Ditunjukkan
bagian atas dan bawah. Langkah 2: Responden diminta untuk menggambar angka-angka di lingkaran
tersebut sehingga berbentuk seperti jam dan menggambar jarum jam yang menunjuk jam 11 lewat
10 menit. b) Skoring Skoring dapat diperhatikan pada tabel 1 berikut ini. Skor Kesalahan Contoh-
contoh 1 Sempurna Tidak ada kesalahan sama sekali 2 Kesalahan visual spasial kecil a) kesalahan
membuat spasi angka yang kecil b) menggambar angka jam di luar lingkaran c) membalik kertas saat
menuliskan jam sehingga angka terbalik d) Menggambar jari-jari untuk menyesuaikan angka jam 3
Tidak mampu menunjuk seting jam 11 lebih 10 menit padahal saat organsasi visual spasial terlihat
sempurna atau hanya menunjukkan penyimpangan yang kecil a) Jarum yang menunjuk menit ada di
angka 10 b) Menulis jam 11 lebih 10 menit c) Tidak mampu menggambar penunjuk waktu 4
Disorganisasi visual spasial yang ringan sehingga tidak mungkin akan menunjuk jam 11 lebih 10
menit a) Pembuatan spasi yang tidak akurat b) Menghilangkan angka c) Perseverasi: mengulang
lingkaran atau melanjutkan lebih 12 dengan 13, 14, 15, dst d) Bagian kiri kanan terbalik: angka
digambarkan berkebalikan arah jarum jam e) Disgrapia: tidak mampu menulis angka dengan akurat 5
Tingkat yag parah pada disorganisasi tersebut seperti pada skoring 4 Lihat contoh dari skoring 4 6
Tidak mampu merepresntasikan jam a) Tidak ada usaha sama sekali b) Tidak ada kemiripan dengan
jam sama sekali c) Menulis nama atau kata Alat Ukur Demensia Untuk mengetahui ada tidaknya
demensia pada lansia digunakan tes Mini Mental state Examination (tes mini mental) untuk
mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual. No. Orientasi Skor 1 Sebutkan : Tahun berapa
sekarang Musim apa (hujan/kemarau) Tanggal Bulan 1 1 1 1 1 2 Sebutkan dimana kita sekarang : a.
Negara b. Propinsi c. Kota d. Rumah sakit (paling dekat dengan rumah) e. Bagian rumah (sebutkan) 1
1 1 1 1 1 3 Registrasi Pemeriksa menyebutkan 3 nama benda dengan antara 1 detik waktu menyebut
nama benda tersebut (misalnya : buku, mangkok, payung). Setelah selesai, suruh penderita
menyebutnya. Beri angka 1 tiap jawaban yang betul. Bila salah, suruh mengulang sampai betul
semua. 1 1 1 1 13 1 4 Perhatian dan Kalkulasi : Hitungan kurang 7. Misalnya : 100-7, pendapatannya
dikurangi lagi dengan 7, demikian seterusnya sampai 5 jawaban. Jadi : ( 100 7 = 93 7 = 86 7 =
79; 72; 65 ). Beri angka 1 bagi tiap jawaban yang betul. Tes 4 ini dapat diganti dengan tes mengeja,
yaitu mengeja mundur kata : kartu (utrak ). 3 5 Mengingat kembali Tanyakan nama benda yang telah
disebutkan pada pertanyaan nomor 3. beri angka 1 bagi tiap jawaban yang betul. 5 3 6 Bahasa Anda
tunjuk pada pensil dan arloji. Suruh penderita menyebutkan nama benda yang anda tunjuk. 2 5 7
Suruh penderita mengulangi kalimat berikut : tanpa kalau, dan atau tetapi . 1 8 Suruh penderita
melakukan suruhan 3 tingkat yaitu: Ambil kertas dengan tanganmu 3 BAB III PEMBAHASAN A.
Contoh Format dan Asuhan Keperawatan Pada Lansia Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.S
Dengan Rematik (Osteoartritis) Di Perumahan Villa Adi Prima Kota Sukabumi A. Karakteristik
Demografi 1. Identitas Diri Klien Nama : Ny. S Tempat/ tanggal lahir : Sukabumi, 10 Agustus 1936
Jenis kelamin : Perempuan Pendidikan terakhir : SKKP/ SMP Golda : O Agama : Islam Status
perkawinan : Janda Alamat : JL.Nakula No 10 sukaraja Keluarga atau orang lain yang penting/ yang
dapat di hubungi Nama : Ny. D Alamat : JL.Nakula No 10 sukaraja No. telp : - Jenis kelamin :
perempuan Hubungan dengan usila/klien : anak 2. Riwayat pekerjaan Saat ini Ny.S tidak bekerja,
sebelumnya Ny.S bekerja sebagai penjahit. Sumber pendapatan Ny.S yang di dapat dari hasil kebun
miliknya dan uang pensiunan suaminya masih dapat mencukupi kebutuhan Ny.S sehari-hari. 3.
Aktivitas rekreasi Di rumah Ny.S suka masak-masak, Ny.S juga sering memasak untuk cucu-cucunya
yang tinggal dengan klien. Ny.S jarang pergi berwisata. Ny.S sering mengikuti pengajian yang
diadakan di masjid,biasanya diadakan seminggu 2 kali. 4. Riwayat keluarga a. Saudara/ anak kandung
Nama Keadaan saat ini keterangan Tn. I Sehat Tinggal serumah Ny. D Sehat Tinggal serumah Tn. E
Sehat Tidak tinggal serumah Ny. R Sehat Tidak tinggal serumah Ny. N Sehat Tidak tinggal serumah
Ny. Y Sehat Tinggal serumah Ny. R Sehat Tidak tinggal serumah Ny. A Sehat Tidak tinggal serumah b.
Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir) Dalam 1 tahun terakhir tidak ada keluarga yang
meninggal c. Kunjungan keluarga Setiap lebaran (Idul fitri) keluarga besar Ny.S selalu berkumpul di
rumah Ny. S. B. Pola Kebiasaan Sehari-Hari 1. Nutrisi Ny.S mengatakan makan 3x sehari 1 centong,
makannya selalu habis. Setiap hari klien makan dengan nasi, sayur dan lauk dengan menu yang
berbeda. Ny.S lebih suka makan menggunakan tangan, klien selalu mencuci tangannya sebelum
makan. Ny.S mengatakan tidak suka makan mie instan. Ny.S mengatakan tidak ada riwayat alergi,
pantangan ataupun keluhan yang berhubungan dengan makan. 2. Eliminasi BAK dan BAB Klien
mengatakan biasanya BAK 6x/hari dengan warna putih bening,bau khas. Klien BAB 1x/ 2 hari dengan
konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan bau khas. Biasanya klien BAB di pagi hari. Klien
tidak mempunyai keluhan mengenai BAK ataupun BAB. 3. Personal hygiene a. Mandi Ny.S
mengatakan mandi sehari 2x dengan menggunakan sabun. b. Oral hygiene Ny.S tidak menggosok gigi
karena Ny.S sudah tidak mempunyai gigi. c. Cuci rambut Biasanya Ny.S membersihkan rambutnya
dengan shampo 2 hari 1x. d. Kuku dan tangan Ny.S mengatakan memotong kukunya setiap hari
jumat, Ny.S juga sering mencuci tangannya dengan sabun. e. Istirahat dan tidur Ny.S mengatakan
tidurnya tidak bisa nyenyak karena Ny.S sering terbangun di tengah malam, merasa kepalanya
pusing dan sulit untuk bisa tidur lagi. Keluarga Ny.S (anak klien) mengatakan Ny.S sering nglindur
saat tidur. Ny.S mengatakan biasa nonton tv sebelum tidur dan biasanya Ny.S tidur malam jam
21.00-02.00 dan tidur siang jam13.10-15.30 f. Kebiasaan mengisi waktu luang Ny.S suka jalan-jalan
ke pasar di pagi hari. Biasanya Ny.S menggunakan waktu luangnya untuk nonton tv, memasak
ataupun berkebun. g. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Ny.S tidak pernah melakukan
kebiasaan yang dapat menurunkan kesehatannya seperti merokok, minum-minuman keras, Ny.S
juga tidak ada ketergantunag terhadap obat-obatan. Uraian kronologis sehari-hari Jenis kegiatan
Lama waktu setiap kegiatan Sholat tahajud 02.10 04.00 Sholat subuh 04.30 05.00 Masak untuk
sarapan 05.00 06.00 Membersihkan halaman dan rumah 06.00 08.00 Belanja 08.00 09.00
Nonton tv 09.00 11.00 Masak untuk makan siang 11.00 12.00 Sholat duhur 12.00 12.30 Makan
siang 12.30 13.00 Tidur siang 13.10 15.30 Mandi 15.30 15.45 Sholat asar 16.00 16.20 Nonton
tv 16.30 17.20 Persiapan sholat magrib dan isya 17.20 19.30 Makan malam 19.30 20.00 Nonton
tv 20.00 21.00 Tidur 21.00 02.00 C. Status Kesehatan 1. Status kesehatan saat ini a. Keluhan
utama 1 tahun terakhir : Ny.S mengatakan pegal-pegal pada persendian bila Ny.S merasa kecapean.
b. Gejala yang di rasakan Ny.S mengatakan merasa pegal pada pundak, pinggul dan lutut. c. Faktor
pencetus Ny.S mengatakan mungkin penyebabnya karena kelelahan. d. Timbulnya keluhan Ny.S
mengatakan pegal-pegal timbul setelah beraktifitas berat. e. Waktu timbulnya keluhan Ny.S
mengatakan timbul pegal setelah beraktifitas berat dan merasa tambah pegal lagi setelah itu,
biasanya di rasakan pada sore/ malam hari. Ny.S mengatakan terkadang tidak bisa tidur karena
nyeri. f. Upaya mengatasi Ny.S mengatakan biasanya kalau asam uratnya kambuh Ny.S memanggil
tukang pijat, Mengkonsumsi obat-obatan tradisional, Pergi ke klinik pengobatan atau dokter praktik.
2. Riwayat kesehatan masa lalu a. Penyakit yang pernah di derita Ny.S mengatakan tidak pernah
punya penyakit yang serius. b. Riwayat alergi Ny.S mengatakan tidak ada riwayat alergi. c. Riwayat
kecelakaan Ny.S mengatakan dulu Ny.S pernah mengalami kecelakaan motor, tapi lukanya tidak
serius, hanya lecet-lecet saja. d. Riwayat di rawat di rumah sakit Ny.S mengatakan tidak pernah di
rawat di rumah sakit. e. Riwayat pemakaian obat Ny.S mengatakan tidak ketergantungan dengan
obat, bila sakit, Ny.S mengkonsumsi jamu atau membeli obat yang di beli di warung. 3. Pengkajian /
pemeriksaan fisik (observasi, pengukran, auskultasi, perkusi, palpasi) a. Keadaan umum (TTV) : TD
110/70 mmHg N : 90 x / menit RR : 20 x / menit S : 36,5 C b. BB/TB : 40 Kg / 143 cm c. Mata : bentuk
simetris, konjungtiva ananemis, sklera an ikterik, penglihatan klien tidak jelas (+3) d. Telinga : telinga
klien bersih, bentuk simetris, pendengaran sudah agak berkurang e. Mulut, gigi dan bibir : keadaan
mulut baik, gigi tidak ada, bibir agak kering. f. Leher : baik, tidak ada pembesaran tiroid, Klien
mengatakan leher terasa kaku dan pegal g. Dada Jantung Inspeksi : Simetris, tidak ada pembesaran
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Perkusi : pekak Auskultasi : Reguler, tidak ada bunyi jantung
tambahan Paru Inspeksi : Simetris, tidak ada odem Palpasi : Taxtil premitus sama, tidak ada nyeri
tekan Perkusi : Redup Auskultasi : Vasikuler h. Abdomen Inspeksi : Simetris Auskultasi : Refluks 10x
/mnt Palpasi : Tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan Perkusi : Timpani i. Fungsi
reproduksi : sudah tidak bereproduksi/ tidak mengalami menstruasi j. Kulit : kriput, warna sawo
matang, tugor kulit baik k. Ekstrimitas atas : baik, dapat di gerakkan, CRT < 3 detik. l. Ekstrimitas
bawah : baik, dapat di gerakkan, ada nyeri tekan skala 5, warna kemerahan, akral hangat, kekuatan
otot skala 4. D. Hasil Pengkajian Khusus ( Lampiran ) 1. Masalah kesehatan kronis Berdasarkan
analisa hasil, Ny.S penglihatannya sering kabur, mata berair, pendengaran sudah berkurang, telinga
sering berdenging, sering nyeri pinggang dan tulang belakang, nyeri persendian dan bengkak, nyeri
pegal pada daerah tengkuk. Masalah kesehatan Ny.S dengan jumlah 19 yang menunjukan bahwa
Ny.S tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan. 2. Fungsi kognitif
Berdasarkan analisa hasil, Ny.S tidak bisa menjawab pertanyaan di mana alamatnya. Dengan jumlah
kesalahan total 1 yang menunjukan bahwa fungsi intelektual Ny.S utuh. 3. Status fungsional Analisa
hasil dengan jumlah 17 yang menunjukan bahwa Ny.S masih bisa melakukan aktifitas dengan
mandiri seperti mandi di kamar mandi, menyiapkan pakaian dan mengenakannya, memakan
makanan yang telah di siapkan, memelihara kebersihan diri, dapat mengontrol pengeluaran fases
dan air kemih, berjalan tanpa alat bantu, menjalankan ibadah, melakukan pekerjaan rumah,
berbelanja, dll. 4. Status psikologis (skala depresi) Ny.S mengatakan Ny.S sering merasa bosan. Dari
analisa hasil dengan Jumlah 1 yang menunjukan bahwa Ny.S Normal / tidak mengalami depresi. 5.
Dukungan keluarga Ny.S mengatakan selalu puas bahwa Ny.S dapat kembali pada keluarga (teman-
teman) Ny.S untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan Ny.S, Ny.S selalu puas dengan cara
keluarga (teman-teman) Ny.S membicarakan sesuatu dengan Ny.S dan mengungkapkan masalah
dengan Ny.S, Ny.S selalu puas bahwa keluarga (teman-teman) Ny.S menerima dan mendukung
keinginan Ny.S untuk melakukan aktivitas atau arah baru, Ny.S selalu puas dengan cara keluarga
(teman-teman) Ny.S mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-emosi Ny.S, Ny.S kadang-
kadang puas dengan cara teman-teman Ny.S dan Ny.S menyediakan waktu bersama-sama. Dari
analisa hasil APGAR yang di peroleh dari Ny.S adalah 9 yang menunjukan bahwa fungsi sosial Ny.S
normal. E. Lingkungan tempat tinggal 1. Kebersihan dan kerapian ruangan Keadaan rumah Ny.S
bersih dan rapi, Ny.S mengatakan setiap hari membersihkan dan merapikan rumahnya sendiri. 2.
Penerangan dan Sirkulasi udara Pencahayaan dan sirkulasi di rumah Ny.S cukup, dilihat dari umah
Ny.S yang memiliki jendela dan ventilasi di setiap ruangan. 3. Keadaan kamar mandi dan wc Rumah
Ny.S memiliki kamar mandi beralaskan kramik, lantainya licin karena sering basah . Wc berbentuk
leher angsa dan terlihat bersih. 4. Pembuangan air kotor Rumah Ny.S memiliki pembuangan air kotor
(got). 5. Sumber air minum Ny.S menggunakan air minum dari tanah (air tanah). 6. Pembuangan
sampah Pembuangan sampah ada di belakang rumah (10m), di bakar 2 minggu sekali 7. Sumber
pencemaran asap dari dapur (Ny.S masih menggunakan tungku untuk memasak) 8. Penataan
halaman (kalau ada) 9. Privasi privasi cukup baik, kamar mandi Ny.S tertutup kamar tidur Ny.S
memiliki cendela dan pintu yang mudah di tutup. 10. Risiko injury keadaan kamar mandi licin, tidak
ada tangga di rumah Ny.S. Lampiran : 1. Masalah kesehatan kronis No. Keluhan kesehatan/ gejala
yang di rasakan klien dalam waktu 3 bulan terakhir berkaitan dengan fungsi-fungsi Selalu (3) Sering
(2) Jarang (1) Tidak pernah (0) A. Fungsi Penglihatan 1. Penglihatan kabur V 2. Mata berair V B.
Fungsi pendengaran 3. Pendengaran berkurang V 4. Telinga berdenging V C. Fungsi paru-paru 5.
Batuk lama disertai keringat malam V 6. Sesak nafas V 7. Berdahak/sputum V D. Fungsi jantung 8.
Jantung berdebar-debar V 9. Cepat lelah V 10. Nyeri dada V E. Fungsi pencernaan 11. Mual/ muntah
V 12. Nyeri ulu hati V 13. Makan & minum banyak (berlebihan) V 14. Perubahan kebiasaan BAK
(mencret/sembelit) V F. Fungsi pergerakan 15. Nyeri kaki saat jalan V 16. Nyeri pinggang dan tulang
belakang V 17. Nyeri persendian dan bengkak V G. Fungsi persyarafan 18. Lumpuh/kelemahan pada
kaki atau tangan V 19. Kehilangan rasa V 20. Gemetar/tremor V 21. Nyeri pegal pada daerah tengkuk
V H. Fungsi saluran perkemihan 22. BAK banyak V 23. Sering BAK pada malam hari V 24. Tidak
mampu mengontrol pengeluaran air kemih (ngompol) V Jumlah 13 6 19 Analisa hasil : Skor 25 :
tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan Skor 26 50 : masalah
kesehatan kronis sedang Skor 51 : masalah kesehatan kronis berat 2. Fungsi kognitif Pengkajian
status kognitif dan afektif Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Skor No Pertanyaan
Jawaban + - V 1. Tanggal berapa hari ini? 20 V 2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun)
Senin,07-10- 2013 V 3. Apa nama tempat ini? Rumah 4. Berapa nomor telepon anda? - V 4a. Di mana
alamat anda? (tanyakan bila klien tidak mempunyai telepon) JL.Flores no 28 tegal V 5. Berapa umur
anda? 76 V 6. Kapan anda lahir 10 Agustus 1946 V 7. Siapa presiden sekarang? SBY V 8. Siapa
presiden sebelumnya? Megawati V 9. Siapa nama kecil ibu anda? Ami V 10. Kurangi 3 dari 20 dan
tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun 30.000-5.000= 25.000 35.000-
20.000 = 5000 5000-3000 = 2000 Jumlah kesalahan total 1 Analisa hasil Kesalahan 0-2 fungsi
intelektual utuh Kesalahan 3-4 fungsi intelektual ringan Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang
Kesalahan 8-10 fungsi intelektual berat 3. Status fungsional No Aktifitas Mandiri (nilai 1) Tergantung
(nilai 0) 1. Mandi di kamar mandi (menggosok, membersihkan dan mengeringkan badan) V 2.
Menyiapkan pakaian, menggunakan dan mengenakannya V 3. Memakan makanan yang telah di
siapkan V 4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri (menyisir rambut, mencuci rambut,
menggosok gigi, mencukur kumis) V 5. Buang air besar di WC (membersihkan dan mengeringkan
bokong) V 6. Dapat mengontrol pengeluaran fases (tinja). V 7. Buang air kecil di kamar mandi
(membersihkan dan mengeringkan daerah kemaluan). V 8. Dapat menguntrol pegeluaran air kemih
V 9. Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluar ruangan tanpa alat bantu seperti tongkat V 10.
Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianut V 11. Melakukan pekerjaan rumah
seperti merapikan tempat tidur, mencuci pakaian, memasak dan membersihkan ruangan V 12.
Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga V 13. Mengelola keuangan
(menyimpan dan menggunakan uang sendiri) V 14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk
bepergian V 15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan (takaran obat dan waktu
minum obat tepat) V 16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan keluarga
dalam hal penggunaan uang, aktivitas social yang dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan
kesehatan. V 17. Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan keagamaan, social, rekreasi, olahraga
dan menyalurkan hobi). V Jumlah 17 Analisa hasil : Skor 13 17 : mandiri Skor 0 12 :
ketergantungan 4. Pengkajian status fungsional yang belum di modifikasi A : Kemandirian dalam hal
makan,kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi 5. Status psikologis Modifikasi
skala depresi geriatrik yesavage No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir Jawaban 1
Merasa puas dengan hidup yang di jalani? Ya Ya 2 Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan
aktivitas anda? Tidak Tidak 3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa? Tidak Tidak 4 Sering merasa
bosan? Tidak Ya 5 Penuh pengharapan akan masa depan? Ya Ya 6 Mempunyai semangat yang baik
setiap waktu? Ya Ya 7 Di ganggu oleh pikirang-pikiran yang tidak dapat di ungkapkan? Tidak Tidak 8
Merasa bahagia di sebagian besar waktu? Ya Ya 9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda?
Tidak Tidak 10 Sering kali merasa tidak berdaya ? Tidak Tidak 11 Sering merasa gelisah dan gugup?
Tidak Tidak 12 Memilih tinggal di rumah daripada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat? Tidak
Tidak 13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan? Tidak Tidak 14 Merasa mempunyai lebih
banyak masalah dengan daya ingat di bandingkan orang lain? Tidak Tidak 15 Berfikir bahwa hidup ini
sangat menyenangkan sekarang? Ya Ya 16 Sering kali merasa merana? Tidak Tidak 17 Merasa kurang
bahagia? Tidak Tidak 18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? Tidak Tidak 19 Merasakan bahwa
hidup ini sangat menggairahkan? Ya Ya 20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru?
Tidak Tidak 21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? Ya Ya 22 Berpikir bahwa keadaan anda
tidak ada harapan? Tidak Tidak 23 Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? Tidak
Tidak 24 Seringkali menjadi kesal dengan hal yang sepele? Tidak Tidak 25 Seringkali merasa ingin
menangis? Tidak Tidak 26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? Tidak Tidak 27 Menikmati tidur? Ya Ya
28 Memilih menghindar dari kumpulan social? Tidak Tidak 29 Mudah mengambil keputusan? Ya Ya
30 Mempunyai pikiran yang jernih? Ya Ya Jumlah 2 Analisa hasil : = terganggu nilai 1 = normal nilai 0
Nilai : 6 15 ; depresi ringan sampai sedang Nilai : 16 30 ; depresi berat Nilai : 0 - 5 ; normal 6.
Pengkajian status sosial Status sosal lansia dapat di ukur dengan menggunakan APGAR Keluarga.
Penilaian : bila pertanyaan-pertanyaan yang di jawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir
tidak pernah (poin 0) APGAR Keluarga No Fungsi Uraian Skore 1. Adaptasi Saya puas bahwa saya
dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya. 2 2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya. 2 3. Pertumbuhan
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru. 2 4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai. 2 5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama. 1 Analisa hasil : Skor 8-10 ; fungsi sosial normal Skor 5-7; fungsi sosial cukup Skor 0-4
; fungsi sosial kurang/ suka menyendiri Analisa Data No. Data Etiologi Masalah 1. Ds : - Ny.S
mengatakan P = Pegal2 timbul setelah beraktifitas berat. Q = Seperti di terjerat tali. - R = Pegal-pegal
pada pundak, pinggul dan lutut. S = Skala 5 - T = Biasanya di rasakan pada sore/ malam hari. - Ny.S
mengatakan pegal-pegal pada persendian bila Ny.S merasa kecapean. - Ny.S mengatakan terkadang
tidak bisa tidur karena nyeri. Do : - Ny.S tampak meringis kesakitan - Ny.S tampak gelisah - Ny.S
tampak berhati-hati saat bergerak. - Kekuatan otot ekstrimitas bawah skala 4. - Terdapat nyeri tekan
di pundak, pinggul dan lutut. - Warna kulit pada bets terlihat kemerahan, akral hangat, kekuatan
otot skala 4. destruksi sendi Nyeri akut 2. Ds : - Ny.S mengatakan tidurnya tidak bisa nyenyak. - Ny.S
mengatakan biasa nonton tv sebelum tidur. - Ny.S mengatakan sering terbangun tengah malam dan
merasa kepalanya pusing. - Ny.S mengatakan bila sudah bangun sulit untuk tidur lagi. - Keluarga Ny.S
(anak klien) mengatakan Ny.S sering nglindur saat tidur. - Ny.S mengatakan tidur malam jam 21.00-
02.00 dan tidur siang jam13.10-15.30 - Ny.S mengatakan bila beraktifitas cepat lelah. Do : - Ny.S
tampak mengantuk - Ny.S terlihat pucat - Terdapat kantong mata - Konjungtiva Ny.S terlihat
kemerahan. pergeseran tahap tidur terkait dengan proses penuaan Deprivasi tidur Diagnosa
Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi. 2. Deprivasi tidur berhubungan
dengan pergeseran tahap tidur terkait dengan proses penuaan. Intervensi No Diagnosa Tujuan
Intervensi Rasional Evaluasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan : - Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol. -
Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan. -
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan. - Menggabungkan keterampilan relaksasi dan
aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri. 1. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-
10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal. 2. Berikan
matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan. 3. Libatkan dalam
aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. 4. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai
petunjuk. 5. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan. 6. Anjurkan pasien untuk terapi herbal
dengan menggunakan jahe 1. Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program. 2. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian
linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri. 3. Memfokuskan
kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
4. Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan
mobilitas. 5. Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut. 6.
Penggunaan jahe dapat mengurangi gejala inflamasi dan gejala rematik pada pasien. - Menunjukkan
nyeri hilang/ terkontrol. - Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampua. - Mengikuti program farmakologis yang diresepkan. Menggabungkan
keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri. 2. Deprivasi tidur
berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait dengan proses penuaan. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan : - Menunjukkan tidur yang dibuktikan dengan
perasaan segar setelah tidur - Penurunan gejala deprivasi tidur - Kualitas tidur meningkat - Tidak ada
gangguan tidur. 1. Ciptakan lingkungan rasa nyaman dan rileks untuk klien. 2. Anjurkan pasien untuk
minum obat analgesik sebelum tidur. 3. Bantu kebiasaan klien sebelum tidur misalnya
mendengarkan musik, membaca dan berdoa. 4. Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur
5. Ajarkan pada klien dan keluarga tentang faktor yang dapat mengganggu tidur. 1. Lingkungan yang
tenang dapat meningkatkan kualitas tidur klien. 2. Pemberian analgesik untuk klien yang nyeri dapat
membantu klien tidur nyenyak. 3. Kebiasaan sebelum tidur yang baik dapat membuat pkiran rileks.
4. Latihan fisik yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan. 5. Memberikan informasi kepada
klien dan keluarga tentang faktor apa saja yang dapat mengganggu tidur. - Menunjukkan tidur yang
dibuktikan dengan perasaan segar setelah tidur - Penurunan gejala deprivasi tidur - Kualitas tidur
meningkat - Tidak ada gangguan tidur. Implementasi No. Tanggl Intervensi Respon 1. Senin 07-10-
2013 1. Mengkaji dan mencatat lokasi dan intensitas 2. Catat faktor-faktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non verbal. 3. Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. 4. Libatkan dalam
aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. 5. Berikan kompres hangat jika dibutuhkan. 6.
menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi obat herbal dengan menggunakan jahe. Ds: - Ny.S
mengatakan P = Pegal-pegal timbul setelah beraktifitas berat. Q = Seperti di terjerat tali. R = Pegal-
pegal pada pundak, pinggul dan lutut. S = Skala nyeri berkurang menjadi 4 T = di rasakan pada sore/
malam hari Do: - Ny.S tampak lebih rileks Ds : - Ny.S mengatakan terasa pegal bila gerak. Do : - Ny.S
tampak memijat-mijati kakinya. Ds: - Ny.S mengatakan nyaman Do: - Ny.S terlihat rileks Ds: - Do: -
Ny.S terlihat sibuk menonton tv. Ds: - Ny.S mengatakan nyerinya berkurang Do: - Nyeri berkurang
menjadi skala 4 Ds : - Ny.S mengatakan kondisinya sedikit lebih baik. Do : - 2. Senin,07-10-2013 1.
Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur, tempat tidur yang bersih dan rapi. 2. Menganjurkan
pasien minum obat analgesik yang di berikan dokter sebelum tidur. 3. Membantu kebiasaan klien
sebelum tidur misalnya mendengarkan musik, membaca dan berdoa. 4. menghindari latihan fisik
yang berlebihan sebelum tidur 5. memberikan informasi pada klien dan keluarga tentang faktor yang
dapat mengganggu Ds : - Ny.S mengatakan lebih nyaman miring ke kanan Do : - Ny.S tampak nyaman
Ds : - Ny.S mengatakan bisa tidur nyenyak Do : - Ny.S minum analsik setelah makan 3x1 hari Ds : -
Ny.S mengatakan suka nonton tv sebelum tidur - Ny.S mengatakan selalu membaca doa sbelum
tidur Do : - Ds : - Ny.S mengatakan tidak jarang melakukan aktivitas yang berat sebelum tidur. Do : -
Ny.S terlihat rileks. Ds : - Ny.S dan keluarga klien mengatakan paham terhadap apa yang di
sampaikan perawat. - Keluarga Ny.S mengatakan bersedia untuk menerapkan apa yang di sampaikan
perawat. Do : - Ny.S tampak kooperatif Evaluasi No. Tanggal Diagnosa kep. Evaluasi 1. Senin,07-10-
2013 Nyeri kronis berhubungan dengan destruksi sendi. S : - Ny.S mengatakan P = Pegal2 timbul
setelah beraktifitas berat. Q = Seperti di terjerat tali. R = Pegal-pegal pada pundak, pinggul dan lutut.
S = Skala nyeri berkurang menjadi 4 T = di rasakan pada sore/ malam hari - Ny.S mengatakan terasa
pegal bila gerak. - Ny.S mengatakan nyaman - Ny.S mengatakan nyerinya berkurang - Ny.S
mengatakan kondisinya sedikit lebih baik - O : - Ny.S tampak lebih rileks - Ny.S tampak memijat-
mijati kakinya. - Ny.S terlihat rileks - Ny.S terlihat sibuk menonton tv. - Nyeri berkurang menjadi skala
4 A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 2. Senin,07-10-2013 Deprivasi tidur
berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait dengan proses penuaan. S: - Ny.S mengatakan
lebih nyaman miring ke kanan. - Ny.S mengatakan bisa tidur nyeyak. - Ny.S mengatakan suka nonton
tv sebelum tidur . - Ny.S mengatakan selalu membaca doa sbelum tidur. - Ny.S mengatakan tidak
jarang melakukan aktifitas yang berat sebelum tidur. - Ny.S dan keluarga Ny.S mengatakan paham
terhadap apa yang di sampaikan perawat. - Keluarga Ny.S mengatakan bersedia untuk menerapkan
apa yang di sampaikan perawat. O : - Ny.S tampak nyaman - Ny.S diberi analsik 3x1 hari setelah
makan - Ny.S terlihat rileks. - Ny.S tampak kooperatif A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan
intervensi Format Asuhan Keperawatan Pada Lansia 1. Identitas Diri Klien Nama : Tempat/ tanggal
lahir : Jenis kelamin : Pendidikan terakhir : Golda : Agama : Status perkawinan : Alamat : Keluarga
atau orang lain yang penting/ yang dapat di hubungi Nama : Alamat : No. telp : Jenis kelamin :
Hubungan dengan usila/klien : 5. Riwayat pekerjaan 6. Aktivitas rekreasi 7. Riwayat keluarga d.
Saudara/ anak kandung Nama Keadaan saat ini keterangan e. Riwayat kematian dalam keluarga (1
tahun terakhir) f. Kunjungan keluarga F. Pola Kebiasaan Sehari-Hari 4. Nutrisi 5. Eliminasi BAK dan
BAB 6. Personal hygiene 7. Istirahat dan tidur 8. Kebiasaan mengisi waktu luang Uraian kronologis
sehari-hari Jenis kegiatan Lama waktu setiap kegiatan Sholat tahajud 02.10 04.00 Sholat subuh
04.30 05.00 Masak untuk sarapan 05.00 06.00 Membersihkan halaman dan rumah 06.00 08.00
Belanja 08.00 09.00 Nonton tv 09.00 11.00 Masak untuk makan siang 11.00 12.00 Sholat duhur
12.00 12.30 Makan siang 12.30 13.00 Tidur siang 13.10 15.30 Mandi 15.30 15.45 Sholat asar
16.00 16.20 Nonton tv 16.30 17.20 Persiapan sholat magrib dan isya 17.20 19.30 Makan malam
19.30 20.00 Nonton tv 20.00 21.00 Tidur 21.00 02.00 G. Status Kesehatan 4. Status kesehatan
saat ini g. Keluhan utama 1 tahun terakhir h. Gejala yang di rasakan i. Faktor pencetus Ny.S
mengatakan mungkin penyebabnya karena kelelahan. j. Timbulnya keluhan Ny.S mengatakan pegal-
pegal timbul setelah beraktifitas berat. k. Waktu timbulnya keluhan l. Upaya mengatasi 5. Riwayat
kesehatan masa lalu f. Penyakit yang pernah di derita g. Riwayat alergi h. Riwayat kecelakaan i.
Riwayat di rawat di rumah sakit j. Riwayat pemakaian obat 6. Pengkajian / pemeriksaan fisik
(observasi, pengukran, auskultasi, perkusi, palpasi) m. Keadaan umum (TTV) : TD : N : RR : S : n.
BB/TB : o. Mata : p. Telinga : q. Mulut, gigi dan bibir : r. Leher : s. Dada Jantung Inspeksi : Palpasi :
Perkusi : Auskultasi : Paru Inspeksi : Palpasi : Perkusi : Auskultasi : t. Abdomen Inspeksi : Auskultasi
: Palpasi : Perkusi : u. Fungsi reproduksi : v. Kulit : w. Ekstrimitas atas : x. Ekstrimitas bawah : H. Hasil
Pengkajian Khusus ( Lampiran ) 6. Masalah kesehatan kronis 7. Fungsi kognitif 8. Status fungsional 9.
Status psikologis (skala depresi) 10. Dukungan keluarga I. Lingkungan tempat tinggal 11. Kebersihan
dan kerapian ruangan 12. Penerangan dan Sirkulasi udara 13. Keadaan kamar mandi dan wc 14.
Pembuangan air kotor 15. Sumber air minum 16. Pembuangan sampah 17. Sumber pencemaran 18.
Penataan halaman (kalau ada) 19. Privasi 20. Risiko injury Lampiran : 7. Masalah kesehatan kronis
No. Keluhan kesehatan/ gejala yang di rasakan klien dalam waktu 3 bulan terakhir berkaitan dengan
fungsi-fungsi Selalu (3) Sering (2) Jarang (1) Tidak pernah (0) A. Fungsi Penglihatan 25. Penglihatan
kabur 26. Mata berair B. Fungsi pendengaran 27. Pendengaran berkurang 28. Telinga berdenging C.
Fungsi paru-paru 29. Batuk lama disertai keringat malam 30. Sesak nafas 31. Berdahak/sputum D.
Fungsi jantung 32. Jantung berdebar-debar 33. Cepat lelah 34. Nyeri dada E. Fungsi pencernaan 35.
Mual/ muntah 36. Nyeri ulu hati 37. Makan & minum banyak (berlebihan) 38. Perubahan kebiasaan
BAK (mencret/sembelit) F. Fungsi pergerakan 39. Nyeri kaki saat jalan 40. Nyeri pinggang dan tulang
belakang 41. Nyeri persendian dan bengkak G. Fungsi persyarafan 42. Lumpuh/kelemahan pada kaki
atau tangan 43. Kehilangan rasa 44. Gemetar/tremor 45. Nyeri pegal pada daerah tengkuk H. Fungsi
saluran perkemihan 46. BAK banyak 47. Sering BAK pada malam hari 48. Tidak mampu mengontrol
pengeluaran air kemih (ngompol) Jumlah Analisa hasil : Skor 25 : tidak ada masalah kesehatan
kronis s.d masalah kesehatan kronis ringan Skor 26 50 : masalah kesehatan kronis sedang Skor 51
: masalah kesehatan kronis berat 8. Fungsi kognitif Pengkajian status kognitif dan afektif Short
Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Skor No Pertanyaan Jawaban + - 1. Tanggal berapa
hari ini? 2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun) 3. Apa nama tempat ini? 4. Berapa nomor
telepon anda? 4. Di mana alamat anda? (tanyakan bila klien tidak mempunyai telepon) 5. Berapa
umur anda? 6. Kapan anda lahir 7. Siapa presiden sekarang? 8. Siapa presiden sebelumnya? 9. Siapa
nama kecil ibu anda? 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua
secara menurun Jumlah kesalahan total Analisa hasil Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh Kesalahan
3-4 fungsi intelektual ringan Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang Kesalahan 8-10 fungsi
intelektual berat 9. Status fungsional No Aktifitas Mandiri (nilai 1) Tergantung (nilai 0) 1. Mandi di
kamar mandi (menggosok, membersihkan dan mengeringkan badan) 2. Menyiapkan pakaian,
menggunakan dan mengenakannya 3. Memakan makanan yang telah di siapkan 4. Memelihara
kebersihan diri untuk penampilan diri (menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi, mencukur
kumis) 5. Buang air besar di WC (membersihkan dan mengeringkan bokong) 6. Dapat mengontrol
pengeluaran fases (tinja). 7. Buang air kecil di kamar mandi (membersihkan dan mengeringkan
daerah kemaluan). 8. Dapat menguntrol pegeluaran air kemih 9. Berjalan di lingkungan tempat
tinggal atau keluar ruangan tanpa alat bantu seperti tongkat 10. Menjalankan ibadah sesuai agama
dan kepercayaan yang dianut 11. Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur,
mencuci pakaian, memasak dan membersihkan ruangan 12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri
atau kebutuhan keluarga 13. Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan uang sendiri) 14.
Menggunakan sarana transportasi umum untuk bepergian 15. Menyiapkan obat dan minum obat
sesuai dengan aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat) 16. Merencanakan dan
mengambil keputusan untuk kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas social yang
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan. 17. Melakukan aktivitas di waktu luang
(kegiatan keagamaan, social, rekreasi, olahraga dan menyalurkan hobi). Jumlah Analisa hasil : Skor
13 17 : mandiri Skor 0 12 : ketergantungan 10. Pengkajian status fungsional yang belum di
modifikasi A : Kemandirian dalam hal makan,kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi 11. Status psikologis Modifikasi skala depresi geriatrik yesavage No Apakah Bapak/Ibu dalam
satu minggu terakhir Jawaban 1 Merasa puas dengan hidup yang di jalani? 2 Banyak meninggalkan
kesenangan/minat dan aktivitas anda? 3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa? 4 Sering merasa
bosan? 5 Penuh pengharapan akan masa depan? 6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? 7
Di ganggu oleh pikirang-pikiran yang tidak dapat di ungkapkan? 8 Merasa bahagia di sebagian besar
waktu? 9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? 10 Sering kali merasa tidak berdaya ? 11
Sering merasa gelisah dan gugup? 12 Memilih tinggal di rumah daripada pergi melakukan sesuatu
yang bermanfaat? 13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan? 14 Merasa mempunyai lebih
banyak masalah dengan daya ingat di bandingkan orang lain? 15 Berfikir bahwa hidup ini sangat
menyenangkan sekarang? 16 Sering kali merasa merana? 17 Merasa kurang bahagia? 18 Sangat
khawatir terhadap masa lalu? 19 Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan? 20 Merasa
berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? 21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? 22
Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? 23 Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik
daripada anda? 24 Seringkali menjadi kesal dengan hal yang sepele? 25 Seringkali merasa ingin
menangis? 26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? 27 Menikmati tidur? 28 Memilih menghindar dari
kumpulan social? 29 Mudah mengambil keputusan? 30 Mempunyai pikiran yang jernih? Jumlah
Analisa hasil : = terganggu nilai 1 = normal nilai 0 Nilai : 6 15 ; depresi ringan sampai sedang Nilai :
16 30 ; depresi berat Nilai : 0 - 5 ; normal 12. Pengkajian status sosial Status sosal lansia dapat di
ukur dengan menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian : bila pertanyaan-pertanyaan yang di jawab
selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0) APGAR Keluarga No Fungsi
Uraian Skore 1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya. 2. Hubungan Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya. 3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru. 4. Afeksi Saya puas dengan
cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai. 5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan
saya menyediakan waktu bersama-sama. Analisa hasil : Skor 8-10 ; fungsi sosial normal Skor 5-7;
fungsi sosial cukup Skor 0-4 ; fungsi sosial kurang/ suka menyendiri Analisa Data No. Data Etiologi
Masalah 1. Ds : Do : Diagnosa Keperawatan Intervensi No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Evaluasi . Implementasi No. Tanggl Intervensi Respon 1. Evaluasi No. Tanggal Diagnosa kep. Evaluasi
S : O : A : P : BAB IV KESIMPULAN Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau
semua warkat asli yang dapat dijadikan dalam persoalan hokum, dan merupakan bukti pencatatan
dalam pelaporan yang dimiliki perawat dan tim kesehatan lainnya. Dokumentasi keperawatan ini
mengacu pada nursing proses yang terdiri dari pengkajian, dignosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan
(Pudjiasti & Utomo, 2003). Salah satu masalah yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia
adalah demensia yang lebih dikenal dengan kepikunan. Untuk mencegah demensia pada lansia
tersebut, solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan melakukan tes MMSE, dimana tes ini sangat
mudah di kerjakan dan dilakukan untuk para lansia sehari-harinya. Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
sangatlah penting untuk para lansia karena kebutuhan mereka haruslah sangat terpenuhi dimana
para lansia secara tidak sadar suka terganggu dan butuh di motivasi oleh seorang perawat agar
kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritualnya terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA Budi Ana Keliat. 1996.
Proses Keperawatan.jakarta,EGC Carpenito, LJ. 1995. Hand Book of Nursing Diagnosis. Philadelphia,
J.B. Lippincott. Griffit, JW and Christensen, PJ. 1948. Nursing Process Application of Theories
Frameworks and Models. CV. Mosby Company. http://solusiayurveda.wordpress.com
Author.2001.Sympton of Dementia. American Family Physician. http://www.aafp.
org/afp/2001/0215/p717.html. (3 Mei 2011) Ag Masykur & Fathani A.B. 2008. Mathematical
Intellegince. Jogjakarta: Ar ruz Media Group. Harvey, Robinson & Rossor. 2003. The prevalence and
causes of dementia in people under the age of 65 years. Journal Neurosurgery Psychiatry, 74: 1206-
1209. Markam, S. Latihan Vitalisasi Otak (Senam untuk Kebugaran Fisik Dan Otak). Jakarta: Grasindo.
Nugroho. 2000.Keperawatan Gerontik.Edisi 2. Jakarta: EGC, hal.13, 19-28, 42-43. Pudjiastuti &
Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC, hal 2-8 Santoso, H dan A. Ismail. 2009.
Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia, hal.50. Suara Merdeka. 30 Juni, 2010.
Demensia Pada Lansia. Suara Merdeka. Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998. Behavioral
symptom of dementia. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA Dosen Pembimbing :
Suprapto,S.Pd,S.Kep,MM Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik Di
Susun Oleh : Vina Rahmawianti 029P.A11.167 Yogie Firman Hidayat 029P.A11.171 Solehudin
Danuwinata 029P.A11.165 PROGRAM DIII-KEPERAWATAN POLTEKKES YAPKESBI SUKABUMI 2013
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, karena berkat rahmat dan
ridho-Nya alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Gerontik dengan judul Dokumentasi Asuhan Keperawatan Lansia . Dalam
penyusunannya, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan baik secara moril maupun
materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik Bapak Suprapto,S.Pd,S.Kep,MM yang telah
membimbing dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangannya baik dari segi materi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakannya. Semoga makalah
yang telah penulis susun dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
yang membaca. Amin. Sukabumi, Oktober 2013 Penulis DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB
1 Pendahuluan 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Tujuan Penulis 2 BAB II Landasan
Teori 3 A. Dokumentasi Asuhan Keperawatan 3 1. Dokumentasi 3 2. Dokumentasi Pengkajian 4 3.
Dokumentasi Diagnose Keperawatan 5 4. Dokumentasi Rencana Keperawatan 7 5. Dokumentasi
Intervensi Keperawatan 8 6. Dokumentasi Evaluasi 9 B. Biopsiko Sosial dan Spiritual Pada Lansia 11 1.
Ruang Lingkup Permasalahan 11 a. Kesehatan 11 b. Sosial 11 c. Psikososial 12 d. Psikologi. 13 e.
Spiritual 13 2. Batasan Dan Pemahaman 15 1. Pendekatan Holistik 15 2. Usia Lanjut 15 3. Usia Lanjut
Sehat 15 4. Proses Penuaan 16 5. Kesejahteraan Usia Lanjut 16 6. Budaya 17 7. Gangguan Psikologis
dan Masalah Perilaku pada Usia Lanjut 17 C. Dementia Pada Lansia 19 D. Daya Ingat (Memori) Pada
Lansia 20 E. Masalah Daya Ingat (Memori_) 21 F. Tes Skrining MMSE 23 BAB III Pembahasan 28 A.
Contoh dan Format Asuhan Keperawatan Pada Lansia 28 BAB IV Kesimpulan 48 Daftar Pustaka Yogie
Firman Hidayat Solehudin Danuwinata Vina Rahmawianti
http://vinaputrisuwardan.blogspot.co.id/2013/11/asuhan-keperawatan-dokumentasi-pada.html