Anda di halaman 1dari 32

DUKUNGAN KELUARGA DAN

PERAN PERAWAT TERHADAP


LANSIA DENGAN DIMENSIA

Dra Junaiti sahar, PhD


Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
LATAR BELAKANG
 Usia harapan hidup meningkat dari tahun ke
tahun shg populasi lansia juga meningkat.
 Menua  proses universal dan alami

Perubahan fisik & psikososial

Teori Konsekuensi Fungsional


(cth: Perubahan menua SSP & faktor risiko)

Dimensia
LATAR BELAKANG ....
 Hampir 60% lansia dengan dimensia
meninggal di rumah dibandingkan dengan RS
hanya 32%

 70% lansia akan mengalami dimensia dengan


tingkatan yang berbeda dan risiko akan
meningkat sejalan dengan bertambah usia

 Dimensia tidak dikenal sebagai kondisi


terminal, meskipun bantuan yang diperlukan
hampir sama.
ISU & KECENDERUNGAN...
 Peningkatan kasus, 35,6 juta orang dg
dimensia tahun 2010 akan meningkat
65,7 tahun 2030 dan 115,4 14 juta
tahun 2050
 60% berada di Asia Fasifik
 Peningkatan kasus Dimensia 
Alzeimer’s Disease (AD)
 Stigma
ISU & KECENDERUNGAN...
 Ratio pelaku rawat dengan lansia
menurun akibat meningkatan
kesempatan perempuan bekerja di
luar rumah dan meningkatnya kasus.
 Jumlah lansia dg dimensia yang
terabaikan meningkat
(cth:kebersihan diri kurang, makan-
minum tidak adekuat, hilang dari
rumah).
ISU & KECENDERUNGAN...
 Technologi utk membantu Assisstive
technology) lansia dimensia, mulai
dari yang sederhana kalender dan
jam digital, sampai yang canggih
misalnya misalnya gunakan GPS utk
memantau keberadaan lansia.
 Perawatan di rumah Versus di Panti
Wredha ??
ISU & KECENDERUNGAN...

 Ketergantuangan dalam Aktivitas


sehari-hari (ADL)
 Peningkatan kecemasan klien dan
pelaku rawat keluarga
 Beban fisik, psikologis dan ekonomi
utk keluarga dan masyarakat
 Isu etik  lansia dimensia termasuk
klp rentan (vulnerable).
ISU & KECENDERUNGAN.
 Kemampuan caregiver (pelaku rawat)
dalam merawat lansia masih rendah 
pengabaian cukup tinggi baik caregiver
formal atau informal.
 Pendidikan formal dan pelatihan caregiver
informal ?
 Kondisi dimensia ini akan berdampak pada
kualitas hidup klien dan beban terhadap
keluarga yang merawat

Dukungan Keluarga dan Peran Perawat


Terhadap Lansia Dengan Demensia
LANDASAN TEORITIS
Teori Konsekuensi Fungsional
dari Miller (2004):

Tidak terjadi
Gangguan
+

Perubahan
Menua Faktor Risiko

_
Gangguan/Sakit
PENGERTIAN DIMENSIA
Gangguan kognitif yang ditandai dengan
penurunan daya ingat jangka pendek
dan panjang serta penurunan kemampuan
kognitif lainnya, yang timbul secara bertahap
dan bertambah berat dengan sejalan dengan
bertambahnya usia (Miller, 1995;
Lueckenotte,
1996).
GEJALA YANG LAZIM PADA
DIMENSIA

Hilangnya memori ( loss of memory)


Hilang ketrampilan berfikir (loss of
“thinking” skills)
Hilangnya ketrampilan berbicara (loss of
language skills)
Menurunya persepsi (decrease
perception)
TANDA-TANDA DIMENSIA
Tanda-tanda awal dimensia yang dapat
diamati adalah sebagai berikut:
a. Kesulitan mempelajari dan mengingat informasi
baru
b. Mengulangi pembicaraan dan perilaku
c. Kesulitan dalam daya ingat jangka pendek,
misalnya lupa terhadap apa yang baru
dibicarakan; lupa meletakkan sesuatu yang baru
saja dilakukan; lupa terhadap janji yang baru
dibuat.
d. Kesulitan dalam mengatasi tugas yang rumit
atau memerlukan tahapan
e. Kesulitan untuk fokus atau beri perhatian.
TIPE DIMENSIA
1) Dimensia dibagi berdasarkan penyebab
timbulnya yakni:
a) Alzheimer disebut juga Sinile Dimensia
yakni perubahan struktur dan fungsi kimia
otak. Tipe ini terjadi sekitar 50% dari
seluruh kasus dimensia.
b) Vaskular Dimensia atau Multi-infact
dimentia yakni dimensia yang terjadi
sebagai akibat dari kematian sebagian
jaringan otak akibat penyakit
kardiovaskuler seperti hipertensi dan
stroke. Biasanya terjadi pada 20% kasus
dimensia.
TIPE DIMENSIA….
c) Dimensia gabungan (mixed dimentia)
yakni dimensia yang terjadi akibat dari
Alzheimer dan Vaskular dimensia, biasanya
terjadi pada 20% kasus dimensia.
d) Dimensia sebagai akibat dari berbagai
penyakit seperti AIDS, kecanduan alkohol
(alcohol abuse) dan penyakit infeksi serius
lainnya yang berdampak terhadap susunan
saraf pusat.
TIPE DIMENSIA….
2) Dimensia menurut gejala yang timbul dibagi menjadi:
a) Dimensia ringan ditandai dengan penurunan daya
ingat jangka pendek, konsentrasi, dan gerakan
spontan, namun usia lanjut masih mampu
melakukan akitifitas sehari-hari dengan baik

b) Dimensia sedang ditandai dengan penurunan daya


ingat jangka pendek, konsentrasi yang lebih berat dan
usia lanjut mulai mengalami keterbatasan dalam
gerakan spontan dan sebagian aktifitas sehari-hari
seperti mandi, berhias, makan dan minum tidak
teratur. Namun aktifitas sehari-hari yang bersifat
instrumental masih dapat dilakukan mandiri.
TIPE DIMENSIA….

c) Dimensia berat ditandai dengan


penurunan daya ingat jangka pendek dan
panjang, hilangnya konsentrasi dan
gerakan spontan serta tidak mampu
melakukan ADL dan IADL mandiri bahkan
dapat terjadi perubahan perilaku, terutama
pada penyakit Alzheimer.
DETEKSI DINI DIMENSIA
Uji kenal wajah figur publik
• Klien ditunjukkan foto org terkenal
• Klien diminta menjelaskan siapa figur tersebut.

Uji retensi memori


• Perawat menyebutkan tiga benda yang sehari hari
dikenal lansia
• Setelah tiga menit lansia diminta mengulangi
kembali, bila tdk dapat mengulangi  MME test

MINI MENTAL STATUS EXAM


• Anjurkan lansia duduk santai
• Jika lansia bisa membaca dan menulis, minta
mengisi form “MMSE”: Total skor= 30 (23-30
normal; 19-23 borderline; < 19 gangguan)
PERAN PERAWAT
Peran perawat sebagai provider dan edukator
pada lansia yang belum mengalami
Dimensia atau dimensia ringan, perlu
melakukan edukasi tentang:
1.Gaya hidup sehat
a. Nutrisi yang cukup  Protein hewani
dan nabati (cth. Ikan, tempe membantu
pertahankan daya ingat).
b. Pentingnya olah raga fisik dan kognitif (senam
otak)
c. Melakukan kegiatan sesuai hobi:
berkebun, handy craft, membaca, catur,dll
d. Mengatur jadual kegiatan yang fleksibel
PERAN....
2. Perlunya mengelola stres:
a. Menghindari sumber stres dengan
mencari solusi masalah yang dihadapi.
b. Meminimalkan stres dengan teknik
relaksasi nafas dalam, relaksasi progresif,
yoga, dll
3. Perlunya melakukan konsultasi ke pelayanan
kesehatan, jika terjadi perubahan memori
untuk deteksi dini dimensia.
4. Bila terdeteksi dimensia ringan-sedang
ditambah dengan melakukan stimulasi
kognitif secara teratur.
5. Sebagai pengelola perawat perlu menyediakan
pelayanan yang komprehensif dan berlanjut:
PERAN....
Bila terdeteksi dimensia sedang-berat,
sebagai fasilitator untuk memfasilitasi keluarga
dalam:
 Perawatan klien-

- Mempertahankan keseimbangan intake


& output
- Mengajarkan keluarga untuk membantu
lansia dalam melakukan aktifitas sehari-
hari klien: makan, minum, mandi,
berpakaian, dll
- Memastikan lingkungan aman utk klien
- Menjaga kebersihan diri klien
PERAN.

 Dukungan untuk keluarga:


- Bimbing keluarga utk melakukan cara
menolong diri sendiri sebagai pelaku rawat
(Caregiver).
- Berikan arahan dimana pelaku rawat
keluarga dapat berkonsultasi jika ada
masalah atau ada keluhan merasa jenuh
dan tidak nyaman, karena kondisi ini
berisiko untuk terjadi pengabaian pada
lansia yang dirawat.
PENUTUP...
 Proses menua mempengaruhi sistem organ
tubuh termasuk SSP/otak  penurunan
fungsi kognitif sehingga perlu distimulasi
agar fungsi kognitif berfungsi optimal

 Dimensia merupakan salah satu gangguan


kognitif yang lazim terjadi pada Lansia,
sbg akibat penurunan fungsi kognitif
terutama fluid intelligensia
PENUTUP.
 Dimensia dapat ditunda timbulnya atau
dampak lanjutnya apabila dilakukan
intervensi scara teratur dan tepat

 Dampak dimensia dapat menjadikan kualitas


hidup lansia menurun dan merupakan beban
bagi keluarga yang merawat sehingga
deteksi dan intervensi dini perlu dilakukan;

 Perawat berperan penting dalam


memfasilitasi perawatan lansia di rumah dan
memberikan dukungan terhadap keluarga
dalam merawat lansia dimensia di rumah
LAMPIRAN
STIMULASI KOGNITIF...

1. Pengertian:
Stimulasi Kognitif adalah upaya menstimulasi
bagian cair otak (liquid intelligent) khususnya
memori melalui latihan mengingat yang
dilakukan secara teratur.

2. Tujuan: Memberikan ransangan pada


susunan saraf pusat khususnya liquid
intelligent (daya ingat atau memori), agar
dapat dipertahankan seoptimal mungkin.
STIMULASI…
3. Prosedur:
a. Persiapan:
1) Klien dan Keluarga:
- Jelaskan pada klien dan keluarga arti dan
tujuan stimulasi yg akan dilakukan dgn
bahasa yg mudah dipahaminya.
- Minta persetujuan klien dan keluarga
terkait kesediaan mereka utk mengikuti
terapi tersebut guna mendapatkan komitmen
pelaksanaan terapi tersebut pd saat dilatih
perawat dan ditugaskan perawat utk berlatih
dengan keluarga yg merawat.
STIMULASI…
b. Prosedur:
1) Persiapan:
Perawat yang memberikan terapi:
- Menyiapkan diri baik pemahaman tentang
terapi maupun kesediaan melatih dgn penuh
kesabaran dan keikhlasan.
- Menyiapkan selutuh peralatan yang diperlukan
berkoordinasi dgn keluarga.

Peralatan yang diperlukan:


- Kalender dengan angka yang besar-besar
- Jam meja dengan angka yang mudah dibaca
usia lanjut
STIMULASI…
- Poster dengan berbagai gambar yang ada di

lingkungan sekitar

2) Proses:
- Klien (usia lanjut) didampingi keluarga
dianjurkan untuk duduk rileks atau santai dan
letakkan alat peraga kalender/jam/poster di
depannya dengan jarak yang dapat melihat
dengan jelas, bila perlu anjurkan usia lanjut
menggunakan kaca mata .
- Ingatkan keluarga untuk tidak membisikan
pada usia lanjut tentang apa yang ditanya.
STIMULASI…
Tugas keluarga pendamping untuk mengamati
respon usia lanjut selama dan sesudah terapi
serta mengamati jalannya terapi.
- Anjurkan klien untuk menyebutkapa yg
ditunjukan perawat, misalnya hari, tanggal
atau bulan pada kalender atau jam atau
gambar. Alat peraga yg digunakan secara
bergantian.
- Tutup alat peraga selama 5 menit minta klien
utk mengulangi. Jika klien belum bisa
mengingatnya, anjurkan klien untuk tenang
dan risleks serta pelahan-lahan mengingat
kembali.
STIMULASI…
Ingatkan tentang apa yang dilatihkan
dimulai dari satu kata atau benda,
ditingkatkan menjadi beberapa kata atau
benda, dengan tidak memaksakan pada
klien. Jika klien terlihat lelah dan cemas,
latihan dapat diberhentikan sebentar.
Lanjutkan kembali sesuai persetujuan klien.
- Latihkan secara teratur minimal 2 kali
seminggu oleh perawat dan setiap hari oleh
klien didampingi keluarga. Lamanya setiap
kali latihan 20-30 menit.
STIMULASI….
3) Evaluasi:
a)Observasi atau amati respon verbal dan
non verbal klien terhadap apa yang dirasakan
selama dan setelah latihan.
Jika ditemukan hal-hal yang membuat klien tidak
merasa nyaman, klarifikasi apa yang membuat
klien tidak nyaman, dengarkan keluhan klien
dengan penuh perhatian dan kesabaran, serta
ciptakan rasa nyaman untuk klien dan keluarga
pendamping.

b)Anjurkan klien untuk berlatih minimal sekali


sehari setiap hari selama 20-30 menit terkait
kemampuan mengingat yang dilatihkan perawat.
REFERENSI
1. Aggarwal, N.T., Tripathi,M.,Dodge, H.H.,
Alladi,s., Anstey, K.J. (2012).Trends in Alzheimer's
Disease and Dementia in the Asian-
PacificRegion,http://dx.doi.org/10.1155/2012/17132
7, diunduh tanggal 2 Desember 2013.
2. Cirillo, A. (2012). Dimentia-Public Health Crisis and
Priority, Geneva: WHO.
3. Lueckenotte, A.G. (1996). Gerontological nursing,
St.Louis: Mosby
4. Mooney, R.A. dan Greenway, M.(1996). Rapid nursing
interventions: Gerontology, Albany: Delmar
Publisher.
5. Miller, C. (2004). Nursing care of older adults:Theory
and practice, 3rd.ed, Philadelphia: J.B Lippincott.
6. Tyson, S.R. (1999). Gerontological nursing care,
Philadelphia: W.B Saunders Co

Anda mungkin juga menyukai