Anda di halaman 1dari 11

BATUK BERDAHAK

Oleh:

Ayu Priyani Pathmanathan (1570121036)

I Nyoman Wira Wicaksana (1570121037)

I Gusti Ayu Gayatri Sidemen (1570121038)

Gusdek Ajie Sanjaya Puja (1570121039)

Delariana Starda Virgensia Anapah (1570121040)

A A Paramita Ardinari (1570121041)

Komang Sarizki Armidita (1570121042)

I Kadek Adi Surya Pramana (1570121043)

Anak Agung Ary Yuliani (1570121044)

I Nyoman Fidry Octora Young Amukty (1570121045)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WARMADEWA

AGUSTUS

2016
FAKTOR RISIKO

1. KEDINGINAN
Udara yang dingin & lembab menyebabkan bronkus mengalami vasokontriksi &
peningkatan produksi secret terjadinya penyumbatan saluran napas sesak napas
rangsangan reseptor aferen nervus vagus pusat batuk di medulla
oblongata efektor batuk.

2. PAPARAN POLUTAN UDARA


Udara yang kaya CO2 peningkatan tekanan CO2 bronkiolus berdilatasi
resistensi perifer menurun jalan napas meningkat hipoventilasi. Mekanisme
kompensasinya dengan hiperventilasi sehingga O2 yang masuk ke tubuh lebih besar
dari pada CO2.

3. IRITASI SALURAN PERNAPASAN


Infeksi paru yang disebabkan oleh virus menyebabkan iritasi & peradangan
bronkus menghasilkan mukosa lebih banyak sputum menumpuk tubuh
mengeluarkan sputum dengan cara batuk .
TINJAUAN PUSTAKA

1) Anatomi

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebralis
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea yang dilapisi oleh jenis sel yang
sama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek,
lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut lancip. Keanehan anatomis ini
mempunyai makna klinis yang penting. Tabung endotrachea terletak sedemikian rupa
sehingga terbentuk saluran udara paten yang mudah masuk kedalam cabang bronchus kanan.
Kalau udara salah jalan, maka tidak dapat masuk dalam paru- paru kiri sehingga paru-paru
akan kolaps (atelektasis). Tetapi arah bronchus kanan yang hampir vertical maka lebih mudah
memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan yang dalam. Juga benda asing yang
terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan bronchus kanan karena arahnya vertikal.

Cabang utama broncus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segmen lobus,
kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil
yang dinamakan bronchioles terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang
tidak mengandung alveolus.

Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1 mm. bronchiolus tidak diperkuat
oleh cincin tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah, semua saluran udara di bawah bronchiolus terminalis disebut saluran pengantar
udara karena fungsi utamanya adalah sebagai pengantar udara ketempat pertukaran gas paru-
paru. Di luar bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-
paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronchiolus respiratorius, yang kadang-
kadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli yang berasal dari dinding mereka. Duktus
alveolaris, yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan
struktur akhir paru-paru.
2) Fisiologi

Bronkus merupakan salah satu organ yang berfungsi sebagai saluran pernafasan. Bronkus
harus tetap terbuka dikarenakan adanya lempeng kartilago yang kecil dan melengkung,
yang mempertahankan rigiditas namun masih memungkinkan pergeraka yang cukup agar
paru dapat mengembang dan mengempis. Bronkus dipertahankan tetap terbuka agar udara
tetap masuk dan keluar dengan mudah. Dingding muscular bronkusyang tidak terdapat
kartilago, ditutupi oleh otot polos. Banyak penyakit obstruktif paru yang disebabkan oleh
penyempitan bronkus yang lebih kecil dan bronkiolus yang lebih besar, seringkali karena
kontraksi yang berlebihan dari otot polos itu sendiri.

Parasimpatik merupakan sistem otonom yang mempengaruhi kontriksi d bronkus.


Saraf simpatik berasal dari nerve Vagus menembus parenkim paru. Saraf ini
menyekresikan asetilkolin dan, bila diaktivasi, akan menyebabkan konstriksi ringan sampai
sedang pada brokiolus. Bila proses penyakit seperti asma telah menyebabkan beberapa
kontriksi pada bronkiolus, maka adanya perangsang saraf parasimpatis berikutnya
seringkali memperburuk keadaan. Bila hal ini terjadi, maka pemberian obat-obatan yang
menghambat efek asetilkolin, seperti atropin, kadang-kadang dapat merelaksasikan jalan
pernapasan sehingga cukup untuk mengatasi obstruksi.

Kadang-kadang saraf parasimpatis diaktivasi oleh refleks yang berasal dari paru.
Sebagian besar diawali dengan iritasi pada membran epitel dari jalan napas itu sendiri,
yang dicetuskan oleh gas-gas beracun, asap rokok, atau infeksi bronkial. Refleks
konstriktor bronkiolar juga sering kali terjadi bila mikroemboli menyumbat arteri paru
yang kecil.

Fakor-faktor Sekresi Lokal yang Sering Menyebabkan Konstriksi Brokiolus.

Beberapa substansi yang terbentuk dalam paru itu sendiri seringkali sangat aktif
menyebabkan konstriksi bronkiolus. Dua diantaranya yang paling penting adalah histamin
dan substansi anafilaksis yang bereaksi lambat. Keduanya dilepaskan dalam jaringan paru
oleh sel mast selama reaksi alergi, terutama yang disebabkan oleh adanya serbuk sari
dalam udara. Oleh karena itu, kedua substansi tersebut memegang peranan penting sebagai
penyebab obstruksi saluran napas yang terjadi pada asma alergika; terutama substansi
anafilaksis yang bereaksi lambat.

Bahan iritan yang juga menyebabkan refleks konstriktor parasimpatis pada saluran
napasrokok, debu, sulfur dioksida, dan beberapa elemen asam dalam kabut asapdapat
memicu reaksi nonsetempat yang menyebabkan konstriksi obstruksi dan jalan napas.

3) Histologi

1. Bronkus

Setiap bronkus primer bercabang-cabang dengan setiap cabang yang mengecil sehingga
tercapai diamter 5mm. Mukosa bronkus besar secara struktural mirip dengan mukosa trakea,
kecuali pada susunan kartilago dan otot polosnya. Di bronkus primer, kebanyakan cincin
kartilago sepenuhnya mengelilingi lumen bronkus, tetapi seiring dengan mengecilnya
diameter bronkus, cincin kartilago secara perlahan digantikan lempeng kartilago hialin.
Sejumlah besar kelenjar mukosa dan serosa juga ditemui dengan saluran yang bermuara ke
dalam lumen bronkus. Di lamina propria bronkus, terdapat berkas meyilang otot polos yang
tersusun spiral, yang menjadi lebih jelas terlihat di cabang bronkus yang lebih kecil.
Kontraksi lapisan otot ini bertanggung jawab atas tampilan berlipat mukosa bronkus yang
diamati pada sediaan histologi.

Lamina propria juga mengandung serat elastin dan memiliki banyak kelenjar serosa
dan mukosa, dengan saluran yang bermuara ke dalam lumen bronkus. Banyak limfosit
ditemukan baik di dalam lamina propria dan diantara sel-sel epiel. Terdapat kelenjar getah
bening dan terutama banyak dijumpai di tempat percabangan bronkus. Serat elastin, otot
polos dan MALT relatif bertambah banyak seiring dengan mengecilnya bronkus dan
berkurangnya kartilago dan jaringan ikat lain.
2.Bronchiolus

Yaitu jalan napas intralobular berdiameter 5mm atau kurang, terbentuk setelah generasi
kesepuluh percabangan dan tidak memiliki kartilago maupun kelenjar dalam mukosanya.
Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya masih epitel bertingkat silindris bersilia, tetapi
semakin memendek dan sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis
kuboid di bronchiolus terminalis yang lebih kecil. Sel goblet menghilang selama peralihan ini
tetapi epiel bronchiolus terminalisnya juga mengandung sejumlah besar sel kolumnar lain :
sel bronkiolar eksokrin yang lazim disebut sel Clara. Sel yang aktif bermitosis menyekresi
komponen surfaktan dan memiliki berbagai fungsi pertahanan yang penting. Sebaran sel
neuroendokrin juga dijumpai, yang menghasilkan serotonin dan peptida lain yang membantu
mengatur tonus otot polos setempat. Kelompok sel serupa, yang disebut badan neuroepitel,
dijumpai di sejumlah bronkiolus dan pada tingkat yang lebih tinggi di percabangan bronkus.
Badan ini dipersarafi oleh serabut saraf sensoris dan autonom serta sejumlah sel tampaknya
berfungsi sebagai reseptor kemosensorik dalam memantau kadar O2 udara. Sel punca
epitelial juga dijumpai pada kelompok sel-sel tersebut.

Pada lamina propria bronchiolus sebagian besar terdiri atas otot polos dan serat
elastin. Otot-otot bronkus dan bronchiolus berada di bawah kendali nervus vagus dan sistem
saraf simpatis, selain pengaruh peptida neuroendokrin. Stimulasi nervus vagus mengurangi
diameter struktur-struktur tersebut, stimulasi simpatis menghasilkan efek yang kebalikannya.
3. Bronchiolus Respiratorius

Setiap bronkus terminalis bercabang menjadi dua atau lebih bronchiolus respiratorius yang
berfungsi sebagai peralihan antara bagian konduksi dan bagian respiratorik sistem
pernapasan. Mukosa bronchiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa
bronchiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus tempat
terjadinya pertukaran gas. Bagian bronchiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia
dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronchiolus menyatu dengan sel-sel
alveolus gepeng (sel alveolus tipe I). Semakin ke distal di sepanjang bronchiolus ini, jumlah
alveolusnya semakin banyak, dan jarak di antaranya semakin pendek. Di antara alveolus,
epitel bronchiolusnya terdiri atas epitel kuboid bersilia, meskipun silia tidak dijumpai di
bagian yang lebih distal. Otot polos dan jaringan ikat elastis terdapat di bawah epitel
bronchiolus respiratorius.

4) Biokimia

Keseimbangan Asam Basa pada Proses Respirasi.

Sebelumnya harus diketahui bahwa peningkatan CO2 mempengaruhi keasaman sedangkan


peningkatan HCO3 mempengaruhi kebasaan. Dalam keseimbangan asam basa dikenal adanya
asidosis respiratorik, asidosis metabolic, alkalosis respiratorik, dan alkalosis metabolic.
Dalam mengkompensasi peningkatan CO2 maupun penurunan CO2, dapat dilakukan dengan
hypoventilasi dan hyperventilasi.

Jika asam berlebih, pH akan turun :

Tekanan CO2 meningkat yang berarti tekanan HCO3 juga meningkat. Peningkatan HCO3 juga
disebabkan peningkatan H+ . Peningkatan H+ menyebabkan turunnya pH. Dalam
menyeimbangkannya, HCO3 harus disekresikan lebih banyak sehingga dapat menurunkan H+.

Tekanan CO2 dan HCO3 yang meningkat dan pH yang turun menggambarkan keadaan
asidosis respiratorik, dimana dalam mengkompensasinya yaitu dengan alkalosis metabolik,
yaitu dengan mensekresi HCO3 lebih banyak sehingga H+ akan turun dan pH akan kembali
normal.

Jika asam berkurang, pH akan naik :


Tekanan CO2 menurun yang berarti tekanan HCO3 juga menurun. Penurunan HCO3 juga
disebabkan penurunan H+ . Penurunan H+ menyebabkan naiknya pH. Dalam
menyeimbangkannya dapat dengan hypoventilasi yang dapat menaikkan H+.

Tekanan CO2 dan HCO3 yang menurun dan pH yang naik menggambarkan keadaan
alkalosis respiratorik, dimana dalam mengkompensasinya yaitu dengan asidosis metabolik,
yaitu dengan hypoventilasi sehingga H+ akan turun dan pH akan kembali normal.
FOTO KUNJUNGAN

FOTO KEADAAN RUMAH


Referensi :

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC

Junqueira,et.all. 2007. Histologi Dasar, Teks dan Atlas edisi 10. Jakarta: EGC

Moore, Keith L. Agur, Anne M.R. 2013. Anatomi Klinis Dasar. Laksman, H. Jakarta:
Hipokrates

Murray, RK, et al. 2009. Harpers Biochemistry. 28th ed. McGraw-Hill Companies,
New York

Anda mungkin juga menyukai