Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komponen utama sistim pengerak sepeda adalah crank, sprocket dan
chain. Crank merupakan gigi pengerak yang diikatkan pada pedal sepeda,
sprocket adalah gigi yang terpasang pada roda belakang, chain adalah rantai yang
mentransmisikan putaran dari crank ke sprocket. Tampa ketiga bagian pengerak
ini daya putaran yang dihasilkan dari kayuhan pedal oleh pengendara tidak dapat
di transmisikan keroda belakang. Sebelum adanya pengembangan pada sprocket
sepeda dulunya hanya ada satu tingkat kecepatan sprocket dan crank dengan
jumlah gigi crank lebih banyak dari pada sprocket, ini bertujuan meringankan
putaran awal dengan perbandingan jumlah gigi tersebut.
Dizaman modern saat ini pengembangan sprocket sangatlah pesat, dengan
adanya fariasi tinggkat kecepatan dengan beberapa sprocket dan crank yang
berbeda-beda jumlah giginya yang berkombinasi untuk medan tertentu dan
kecepatan maksimal yang diinginkan. Jumlah kayuhan pedal sepeda oleh seorang
atlet balap sepeda maksimal hanya mencapai kecepatan detak jantung, rata-
ratanya 70-80 putaaran permenit. Dengan hal tersebut perlunya fariasi kecepatan
pada sepeda agar dapat memaksimalkan jumlah maksimal kayuhan tersebut
dengan kecepatan maksimal yang dicapai oleh sepeda.
Tidak ada bedanya dengan sepeda yang dikendarai oleh dua orang atau
sering disebut sepeda tandem. Sistim pengerak pada sepeda tandem juga terdiri
dari tiga komponen tersebut, hanya saja karena ada dua orang pengendara pada
sepeda tandem sehingan ada dua pedal penggerak. Kombinasi tingkat percepatan
crank hanya ada pada pedal belakang, sedangkan transmisi daya dan putaran dari
kedua pedal tersebut adalah masing-masing satu tingkat kecepatan crank dengan
jumlah gigi yang sama. Ini bertujuan agar gerakan pedal pengendara yang didepan
dan belakang menghasilkan putaran yang sama.

1
1.2 Tujuan Perancangan
Karena suatu perencanaan elemen mesin harus benar-benar akurat dan
teliti, maka khusus dalam perencanaan ini terdapat beberapa tujuan agar memiliki
efesiensi yang tinggi, antara lain:

1. Merancang sistim penggerak pada sepeda gunung yang dimodivikasi


menjadi dau orang penggendara.
2. Memiliki efesiensi kerja yang tinggi.
3. Merancang sistim penggerak sepeda tandem dengan spesiifikasi crank
dan sprocket sepeda gunung.

Disainer ditujukan untuk digunakan dalam mengembangkan


komponen dasar hingga menjadi suatu barang kerja jadi maupun
setengah jadi karna disainer adalah tokoh utama dalam perancangan.

Portabilitas programmer sangatlah penting, khususnya


bagi programmer yang bisa mengendalikan aplikasi AutoCad yang
dapat merancang disain gambar.

Disainer selain sebagai program proses perancangan atau pembuatan


komponen maupun barang kerja tetapi juga merupakan suatu proses
penganalisaan yang baik termasuk pengukuran terhadap kekuatan dari
efisiensi rantai dan sproket dengan umur pemakaiannya terhadap
material yang digunakan.

1.3 Batasan Masalah


1. Perencanaan tidak termasuk bagai mana proses pembuatannya.
2. Perencaan sistim penggerak sepeda tidak semua bagian sistim
pengerak direncanakan.

BAB II

2
TEORI DASAR

2.1 Sistim Pengrak Sepeda


Pada umumnya sepeda menggunakan sistem tranmisi penggerak rantai rol,
komponen dari pengerak ini adalah crank ( gigi depan), bottom bracket (BB)
merupakan as crank yang berada ditenggah-tengah crank, berfung si sebagai
penyatu pedal kiri dan pedal kanan, chain (rantai sepeda), sprocket ( gigi
belakang), hub (as roda belakang), front deraileur (FD) merupakan yang
memindahkan gir bagian depan, rear deraileur (RD) merupakan yang
memindahkan gir bagian belakang, shifter merupkan yang menggerakkan FD dan
RD. Semua bagian ini seperti ada pada gambar 2-1.

Gambar 2-1. Bagian sepeda.

Untuk merancang sistem penggerak rantai rol dibutuhkan jarak antara titik
pusat crank atau bottom bracket dengan pusat sprocket atau hub roda belakang
untuk menentukan panjang rantai. Chainstay atau, lebih tepatnya, rear center.Ini
adalah pengukuran horisontal antara pusat roda belakang dan tengah BB. Panjang
chainstay menenukan dimana pengendara berada pada sepeda, chainstay ynga
lebih panjang dapat membantu sepeda tetap stabil saat turunan dan juga

3
membantu tetap didepan saat tanjakan. Sebagai hitungan kasar 450mm merupakan
ukuran standar untuk sepeda gunung. Sedangkan jarak antara kedua titik pusat
crank ideal adalah 770 mm, tapi ini juga tergantung dengan ukuran travel roda.

Gambar 2-2. Chainstay.

3.1 Crank
Crank adalah gigi depan yang menggabung dengan pedal. Terbagi atas tiga
bagian: single ring, double ring, triple ring. Pada umumnya sepeda gunung
dilengkapi tiga crank (triple ring), jumlah giginya: 44-32-22, penomeran crank
dimulai dengan gigi yang paling dekat dengan frem, semakin jauh dari frem
nomornya membesar dan apabila dikayuh sepeda akan terasa lebih berat. Contoh
crank ada pada gambar 2-3.

4
Gamabar 2-3. Crank.

Penggunaan crank disesuaikan dengan kondisi jalan yang ditempuh:

Crank no.1 digunakan ketika sepeda menemui tanjakan terjal dimana


ujung jalan tidak terlihat.
Crank no. 2 digunakan untuk menapaki jalan yang sedikit menanjak atau
berbatuantidak merata. Crank ini juga lebih sering digunakan terutama
bagi pemula ketikabelum terbiasa memainkan shifter
Crank no. 3 digunakan untuk menambah kecepatan di jalan datar /
menurun.

5
3.2 Sprocket
Sprocket adalah gigi belakang sepeda yang menggabung dengan wheelset
(satu set roda) yang terdiri dari hub, pelg, dan jari-jari. Sprocket pada sepeda
bermacam-macam tingkat kecepatan: 6,7,8,9,dan 10 tingkat kecepatan. biasanya
sepeda gunung menggunakan sprocket dengan 9 tingkat kecepatan yaitu dengan
fariasi jumlah gigi 32 28 24 21 18 16 14 12- 11. Contoh sprocket
seperti pada gambar 2-4 dibawah ini.

Gambar 2-4. Srocket.

Sprocket digunakan untuk mengatur kecepatan atau beban kayuhan dengan


perubahan permukaan jalan. Fariasi kecapatan pada srocket ini sangat lah penting
karena seorang atlet balap sepeda hanya mampu mengayuh pedal maksimal sama
dengan kecepatan detak jantung permenit, sekitar 180 putaran per menit, dengan
rata-rata kayuhan 80 putaran permenit ini bertujuan untuk menjaga stamina sang
atlet ketika balapan.

6
Untuk sproket dudukannya tidak lansung keporos seperti roda gigi. Pada
sepeda sproket menempel pada hub wheelset, berdasarkan spesifikasi hub roda
belakang sepeda gunung diameter dudukan sproket adalah 45mm.

2.1.1 Sepede Tandem

Sepeda tandem sendiri merupakan sepeda dengan jenis dua orang


pengendara. Untuk sistim pengerak roda belakang sepeda tandem sama degan
sepeda pada umumnya hanya saja pada penggerak depan terdapat dua crank yang
berputar bersamaan. Jumlah gigi sprocket pada penggerak depan sama karena
hanya satu tinggkat kecepatan ini bertujuan agar putaran pedal depan dan
belakang sama, karena putaran pedal yang mampu dikayuh oleh seorang atlet
balap sepeda rata-rata sama, ini juga bertujuan agar beban yang diterima
pengendara depan dan belakang sama.

Seperti sepeda pada umumnya sepeda tandem menggunakan sistim penggerak


rantai rol, hanya saja pada sproket penggerak terdapat dua buah crank dengan satu
tingkat kecepatan dan jumlah gigi yang sama, ini bertujuan agar putaran pedal
depan dan belakang sama. Jadi sistimnya paralel dimana putaran yang dihasilkan
tetap sama tapi dengan daya dua kali lipat karena digerakkan oleh dua orang,
meski beban bertambah karena bertambahnya pengendara dan panjang serta
mekanisme sepeda.

7
2.2 Rantai Rol

Ciri dasar dari penggerak rantai antara lain perbandingan yang konstan
karena tidak ada slip, umur panjang dan kemampuannya untuk menggerakkan
sejumlah poros dari suatu sumber daya tunggal. Rantai rol telah distandarisasikan
ukurannya oleh ANSI.

Gambar 2-5. bagian dari rantai rol

Gambar diatas menunjukkan tata namanya, jarak puncak (pitch) adalah


jarak lurus antara pusat-pusat rol. Lebarnya adalah ruang antara pelat penghubung
sebelah dalam. Ukuran dari rantai standar terdapat dalam tabel 2-1. Pada gambar
2-2 tampak sebuah sproket yang menggerakkan rantai pada arah yang berlawanan
denganputaran arah jarum jam. Dengan menyatakan pncak rantai dengan p, sudut
puncak dengan , dan diameter puncak dari sproket dengan D, dari ilmu ukur
sudut karena =360/N, dimana N adalah jumlah gigi dari sproket.

Tabel 2-1. Ukuran rantai rol beruntai tunggal menurut standar amerika

8
9
Gambar 2-6. Perikatan rantai dan sproket
Sudut /2, melalui mana mata rantai berayun sementara ia memasuki
perkontakan, disebut sudut-artikulasi (angle of articulation). Dapat dilihat bahwa
besar sudut ini adalah fungsi dari jumlah gigi. Putaran dari mata ratai melalui
sudut ini menyebabkan tumbukan antara rol dengan gigi jentara dan juga keausan
pada sambungan rantai. Karena umur dari penggerak yang dipilih secara tepat
adalah fungsi dari keausan dan kekuatan lelah permukaan rol, maka adalah
penting untuk mengurangi sudut artikulasi tersebut sebanyak mungkin. Harga-
harga dari sudut ini telah digambarkan sibagai fungsi dari jumlah gigi pada
gambar berikut

Gambar 2-7. Hubungan antara sudut artikulasi dengan jumlah gigi spriket;
hubungan antara jumlah gigi sproket dengan variasi kecepatan penghubung.

10
Jumlah gigi jentara juga mempengaruhi perbandingan kecepatan selama
putaran melalui sudut puncak . Pada posisi yang tampak pada gambar 2-6 rantai
AB menyinggung lingkaran puncak sproket.
Sproket rantai dibuat dari baja karbon untuk ukuran kecil, dan besi cor
untuk ukuran besar. Untuk penghitungan kekuatan belum ada cara yang tetap
seperti roda gigi. Dalam gambar 2-8 ditunjukan dua macam bentuk gigi, dimana
bentuk-S adalah yang biasa dipakai. Tata cara pemillihan rantai dapat diuraikan
menurut diagram pada gambar 2-9. Daya yang akan ditransmisikan (kW), putaran
poros penggerak dan yang digerakkan (rpm) dan jarak sumbu poros kira-kira
(mm), diberikan terlebih dahulu. Daya yang akan ditransmisikan perlu dikoreksi
menurut mesin yang akan digerakkan dan penggerak mulanya, dengan faktor
koreksi dalam tabel 2-2. Dengan menggunakan putaran (rpm) dari poros yang
berutaran tinggi dan daya yang telah dikoreksi (kW), carilah nomor rantai dan
jumlah gigi sproket kecil sesuai gambar 2-9. Jumlah gigi ini sebaiknya merupakan
bilangan ganjil dan lebih dari 15. Jumlah gigi minimum yang diizinkan adalah 13,
dan jumlah gigi besar dibatasi , maksimum 144 buah. Perbandingan dapat
diizinkan sampai 10/1. Sudut kontak antara rantai dan sproket kecil harus lebih
besar dari 120o.

Gambar 2-8. Profil gigi dari sproket rantai rol.

11
Gambar 2-9. Diagaram pemilihan rantai rol.
(1) tiga rangkaian
(2) dua rangkaian
(3) satu rangkaian

Tabel 2-2. Faktor koreksi fc.

Transmisi rantai akan lebih halus dan kurang bunyinya jika dipakai rantai
dengan jarak bagi kecil dan jumlah gigi sproket yang lebih banyak. Rangkaia
banyak dipakai apabila rangkaian tunggal tidak mempunyai kapasitas yang cukup.

12
Periksa apakah naf sproket cukup besar untuk lubang yang diperlukan dengan
atau tampa pasak. Sering kali nomor rantai yang akan dipelih tergantung dengan
pemeriksaan ini. Nomor rantai dan jumlah rangkaian dapat berubah sesuai dengan
ruang yang tersidia.
Diameter lingkaran jarak bagi Dp (mm), diameter luar Dk (mm), telah
disinggung diatas bos atau naf DB (mm), adalah penting untuk lubang poros.
Diameter naf yang diberi alur pasak dapat dihitung dengan persemaan DBmax, jika
jarak bagi rantai dan jumlah jarak bagi sproket diketahui, diameter naf dapat
dihitung.
Jarak sumbu poros pada dasarnya dapat dibuat sependek mungkin sampai
gigi kedua sproket hampir bersentuhan. Tetapi, jarak yang ideal adalah antara 30
sampai 50 kali jarak bagi rantai. Untuk beban yang berfluktausi, jarak tersebut
harus dikurangi sampai 20 kali jarak bagi rantai. Setelah jumlah gigi sproket dan
jarak sumbu poros ditentukan.
Apa bila dipakai motor listrik sebagai penggerak, maka pada waktu distart
dan dihentikan, harga gaya F akan lebih besar daripada yang dihitung. Dalam hal
ini, kekuatan rata-rata dibagi dengan beban maksimum yang diizinkan, yaitu
faktor keamanan harus diambil sebesar 6 atau lebih untuk satu rangkaian. Harga F
tidak boleh lebih dari beban maksimum yang diizinkan Fu (kg).

2.3 Rumus-Rumus Yang Digunakan


1. Penghitungan daya rencana

2. Perbandingan reduksi putaran

3. Momen rencana

4. Diameter lingkaran jarak bagi sproket

5. Diameter lingkaran luar sproket

13
6. Diameter naf maksimum

7. Panjang rantai yang dinyatakan dalam jumlah mata rantai

8. Kecepatan rantai

9. Beban yang bekerja pada suatu rantai

10. Jarak sumbu

BAB III

PENGHITUNGAN ULANG

2.1 Penghitungan Penggerak Tandem

3.3 Penghitungan daya rencana

Faktor koreksi yang di ambil dari tabel 2-2 adalah motor bakar
dengan penggetrak mekanis, kejutan sedang.

14
Dari gambar 2-9 diagram pemilihan rantai rol dengan kecepatan
putaran crank 180rpm maka dipilih nomor rantai ANSI 40
berdasarkan daya diatas

3.4 Perbandingan reduksi putaran

3.5 Momen rencana

3.6 Penhitungan diameter jarak bagi crank

Dari nomor rantai ANSI 40 didapat jarak puncak rantai 12,70

3.7 penghitungan diameter lingkaran luar crank

3.8 Diameter naf maksimum

15
3.9 Panjang rantai yang dinyatakan dalam jumlah mata rantai

Dari dasar teori kita ketahui jarak sumbu kedua crank adalah 770mm

Panjang rantai dari jumlah mata rantai tidak boleh ganjil karena ada
rantai offside jadi panjang jumlah mata rantai 154

3.10 Kecepatan rantai

3.11 Beban yang bekerja pada rantai

3.12 Jarak sumbu

Karena panjang mata rantai maka jarak sumbu harus disesuaikan denagan
panjang mata rantai yang dipilih

16
3.1 Penghitungan Sistim Penggerak Roda Belakang

3.13 Penghitungan daya rencana

Faktor koreksi yang di ambil dari tabel 2-2 adalah motor bakar dengan
penggetrak mekanis, kejutan sedang.

Dari gambar 2-9 diagram pemilihan rantai rol dengan kecepatan putaran
crank 180rpm maka dipilih nomor rantai ANSI 40 berdasarkan daya diatas

3.2.1 Penghitungan Crank 1


3.2.2 Penghitungan Crank 2


3.2.3 Penghitungan Crank 3

17


3.2.4 Perbandingan reduksi putaran Crank 1

Crank1-Sproket1

Crank1-Sprocket2

Crank1-Sprocket3

Crank1-Sprocket4

Crank1-Sprocket5

Crank1-Sprocket6

3.2.5 Perbandingan reduksi putaran Crank 2

Crank2-Sproket1

Crank2-Sprocket2

Crank2-Sprocket3

Crank2-Sprocket4

18
Crank2-Sprocket5

Crank2-Sprocket6

3.2.6 Perbandingan reduksi putaran Crank 3

Crank3-Sproket1

Crank3-Sprocket2

Crank3-Sprocket3

Crank3-Sprocket4

Crank3-Sprocket5

Crank3-Sprocket6

3.2.7 Penghitungan Sproket 1


3.2.8 Penghitungan Sproket 2

19

3.2.9 Penghitungan Sproket 3


3.2.10 Penghitungan Sproket 4


3.2.11 Penghitungan Sproket 5


3.2.12 Penghitungan Sproket 6

3.2.13 Penghitung diameter naf maksimum sproket

3.2.14 Panajang Rantai Yang Dinyatakan Dalam Jumlah Mata Untai

20
Maka jumlah mata untai rantai digenapkan menjadi 124 mata untai

3.2.15 Kecepatan Rantai maksimum (crank3-sproket6)

3.2.16 Beban Yang Bekerja Pada Rantai

3.2.17 Jarak sumbu sproket

Karena jumlah mata rantai di genapkan menjadi 124 mata rantai


maka jarak sumbu sproket

21

Anda mungkin juga menyukai