Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN AKHIR

Pemanfaatan Jerami Nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai


Bahan Baku Biodegradable Film

Disusun oleh :
1. Bintang Putri Gani NIM. 1431410025
2. Wulandari Syaifatul Assyfa NIM. 1431410134

DOSEN PEMBIMBING
Profiyanti Hermien Suharti, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2017
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN AKHIR
PEMANFAATAN JERAMI NANGKA (ARTOCARPUS HETEROPHYLLUS)
SEBAGAI BAHAN BAKU BIODEGRADABLE FILM

Oleh :
1. Bintang Putri Gani NIM. 1431410025
2. Wulandari Syaifatul Assyfa NIM. 1431410134

Tanggal Pengajuan :
1 Agustus 2017

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia Dosen Pembimbing

Ir. Hardjono, M.T. Profiyanti Hermien Suharti, S.T., M.T.


NIP. 19600205 198803 1 003 NIP. 19780323 200312 2 002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat lulus
Program Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang

Oleh :
1. Bintang Putri Gani NIM. 1431410025
2. Wulandari Syaifatul Assyfa NIM. 1431410134

Tanggal Ujian
7 Agustus 2011

Disetujui oleh :
Profiyanti Hermiyen Suharti.ST.,MT (Pembimbing)
NIP. 197803232003122002

Dr. Sandra Santosa (Penguji I)


NIP. 196605241991031001

Muchamad Syarwani, Drs.,MMT (Penguji II)


NIP. 1954070811987101001

Nanik Hendrawati, ST., MS (Penguji III)


NIP. 198511162009122004

Mengetahui, :
Ketua Jurusan Teknik Kimia

Ir. Hardjono, M.T.


NIP. 19600205 198803 1 003

iii
LEMBAR REVISI

Judul : Pemanfaatan Jerami Nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai Bahan


Baku Biodegradable Film

Penguji Revisi Tanda Tangan


Dr. Sandra Santosa, B. 1.
2.
3. dst.
Muchamad Syarwani, 1.
2.
Drs.,MMT
3. dst.
Nanik Hendrawati, ST., 1.
2.
MS
3. dst.

Malang, 7 Agustus 2017


Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Profianti Hermien Suharti, S.T.,M.T


NIP. 197803232003122002

iv
Pemanfaatan Jerami Nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai
Bahan Baku Biodegradable Film

Bintang Putri Gani (1431410025), Wulandari Syaifatul Assyfa (1431410134)


Dosen Pembimbing : Profiyanti Hermien Suharti, S.T., M.T.
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang

ABSTRAK
Jerami Nangka merupakan bagian buah nangka yang sering dibuang atau
merupakan limbah. Kandung pati dalam jerami nangka dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan biodegradable film. Namun, biodegradable film
berbahan baku jerami cenderung bersifat lengket. Untuk memperbaiki sifat
mekanik plastik yang dihasilkan, maka ditambahkan pati biji nangka, sorbitol dan
gliserol sebagai plasticizer serta CMC sebagai filler. Tujuan dari peneltian ini
untuk mengetahui pengaruh jenis dan jumlah plasticizer dan filler terhadap
biodegabable film. Pembuatan biodegradable film dilakukan dengan metode
casting plate. Dari penelitian ini didapatkan biodegradable film dengan
plasticizer sorbitol memiliki nilai berat molekul lebih besar yaitu sebesar
20738,501 gram/mol daripada biodegradable film dengan plasticizer gliserol
dengan berat molekul 10303,879 gram/mol. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa biodegradable film dengan konsentrasi plasticizer sorbitol 2% dan CMC
1,3% memberikan pengaruh kuat tarik paling kuat sebesar 9,93 N/mm2.
Biodegradable film dengan plasticizer gliserol l8% dan CMC 0,3% memiliki nilai
persen pemanjangan paling tinggi sebesar 35%. Hasil plastik yang memiliki nilai
degradasi paling cepat yaitu biodegradable film dengan plasticizer sorbitol 6%
dengan persen degradasi sebesar 100% dalam 2 minggu. Uji water absorption
menunjukkan biodegradable film dengan plasticizer sorbitol 8% dan CMC 1,3%
memiliki ketahanan penyerapan air tertinggi sebesar 500%.

Kata Kunci : jerami nangka, gliserol, biodegradable film, sorbitol

v
Pemanfaatan Jerami Nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai
Bahan Baku Biodegradable Film

Bintang Putri Gani (1431410025), Wulandari Syaifatul Assyfa (1431410134)


Dosen Pembimbing : Profiyanti Hermien Suharti, S.T., M.T.
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang

ABSTRACT

Jackfruit straw is a part of jackfruit that is often discarded or a waste. The starch content
in jackfruit straw can be utilized as raw material for making biodegradable film.
However, biodegradable film made from raw straw tends to be sticky. To improve the
mechanical properties of the resulting plastic, added jackfruit seed starch, sorbitol and
glycerol as plasticizer and CMC as filler. The purpose of this research is to know the
influence of type and amount of plasticizer and filler on biodegabable film.
Biodegradable film making is done by casting plate method. From this research,
biodegradable film with sorbitol plasticizer has greater molecular weight value of
20738,501 gram / mol than biodegradable film with glycerol plasticizer with molecular
weight 10303,879 gram / mol. The results of this study showed that biodegradable film
with concentration of 2% sorbitol plasticizer and 1.3% CMC gave the strongest tensile
strength effect of 9.93 N / mm2. Biodegradable film with glycerol plasticizer l8% and
0.3% CMC has the highest elongation percent value of 35%. The most rapid degradation
of biodegradable film with plasticizer sorbitol 6% with 100% degradation percentage in 2
weeks. The water absorption test showed a biodegradable film with an 8% sorbitol
plasticizer and 1.3% CMC having the highest water absorption resistance of 500%.

Keywords : biodegrdable film, glycerol, jackfruit straw, sorbitol

vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA, sehingga penyusun diberi kelancaran dan
kemudahan untuk menyelsaikan Laporan Akhir dengan judul Pemanfaatan Jerami
Nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai Bahan Baku Biodegradable Film.
Laporan Akhir tersebut disusun untuk memenuhi salah satu syarat lulus Program
Diploma III Politeknik Negeri Malang.
Penyusunan laporan Akhir ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
dukungan, bimbingan dan bantuan dari banyak pihak yang sangat berarti bagi
penyusun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang menyertai setiap jalan yang dilalui, yang telah memberikan
semua kemudahan atas segala masalah yang dihadapi dan mengabulkan segala
doa sehingga dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.
2. Kedua orang tua dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan
dukungan baik secara moral dan material sehingga kegiatan Kerja Praktek
dapat terlaksana dengan lancar
3. Bpk. Ir. Hardjono, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Malang.
4. Ibu Profiyanti Hermien Suharti, ST.,MT selaku dosen pembimbing kerja
praktek Program Studi Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang
5. Semua pihak yang telah membantu dalam Praktek Kerja ini
Demikian Laporan Akhir ini, semoga dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Teknik Kimia,
Politeknik Negeri Malang. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap kami
harapkan untuk lebih menyempurnakan laporan ini.
Malang, 1 Agustus 2017

Penyusun

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii
LEMBAR REVISI.........................................................................................iv
ABSTRAK.....................................................................................................v
ABSTRACT...................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.....................................................................................vii
DAFTAR ISI..................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup Masalah....................................................................3
1.3 Batasan Masalah.................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah..............................................................................4
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jerami Nangka (Artocarpus heterophyllus)........................................5
2.2 Biodegredable Film ...........................................................................6
2.3 Plasticizer...........................................................................................8
2.4 Gliserol...............................................................................................9
2.5 Sorbitol ..............................................................................................10
2.6 CMC (Carbon Methyl Cellulose).......................................................11
2.7 Uji Hasil.............................................................................................12
2.8.1 Uji Sifat Mekanik .....................................................................12
2.8.2 Water Absorption Test................................................................13
2.8.3 Uji Biodegradasi........................................................................13
2.8.5 Perhitungan Berat Molekul Polimer dan Derajat Polimerisasi
Menggunakan Metode viskositas........................................... 14
2.8.6 Uji FT-IR...................................................................................16
2.8 Penelitian Terdahulu...........................................................................17

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian...............................................................................19
3.2 Alat dan Bahan...................................................................................20
3.2.1 Alat............................................................................................20
3.2.2 Bahan.........................................................................................20
3.3 Prosedur Kerja....................................................................................21
3.3.1 Pembuatan Filtrat Jerami Nangka.............................................21
3.3.2 Skema Kerja Ekstraksi Pati Biji Nangka Menggunakan

viii
Metode Penambahan Aquades..................................................21
3.3.3 Pembuatan Biodegradable Film................................................21
3.3.4 Uji Persen Perpanjangan............................................................22
3.3.6 Uji Tarik.....................................................................................22
3.3.4 Water Absorption Test................................................................22
3.3.5 Uji Biodegradasi........................................................................23
3.3.7 Perhitungan Berat Molekul Polimer dan Derajat Polimerisasi
Menggunakan Metode viskositas..............................................23
3.3.8 Uji FT-IR...................................................................................23
3.4 Skema Kerja.......................................................................................24
3.4.1 Pembuatan Filtrat Jerami Nangka.............................................24
3.4.2 Skema Kerja Ekstraksi Pati Biji Nangka Menggunakan Metode
Penambahan Aquades................................................................24
3.4.3 Pembuatan Biodegredable Film................................................25
3.4.4 Uji Persen Elongasi...................................................................25
3.4.5 Water Absorption Test................................................................26
3.4.6 Uji Biodegradasi........................................................................26
3.4.7 Uji Tarik.....................................................................................26
3.4.7 Perhitungan Berat Molekul Polimer dan Derajat Polimerisasi
Menggunakan Metode viskositas..............................................27
3.4.8 Uji FT-IR...................................................................................27
3.5 Variabel Percobaan.............................................................................27
3.5.1 Kondisi Tetap.............................................................................27
3.5.2 Kondisi Berubah........................................................................27
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data.....................................28
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.....................................................................................................31
4.1.1 Data Uji Viskositas, Kuat Tarik, Elongasi, Water
Absorption dan Biodegradasi......................................................31
4.1.2 Hasil Produk Biodgradable Film.................................................34
4.1.3 Hasil Analisa Uji Viskositas, Kuat Tarik, Elongasi, Water
Absorption dan Biodegradasi......................................................38
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji viskositas.............................................................................41
4.2.2 Uji Kuat Tarik............................................................................42

ix
4.2.3 Uji Elongasi...............................................................................43
4.2.4 Water Absorption Test................................................................44
4.2.5 Uji Biodegradasi........................................................................45
4.2.6 Uji Fourier Transformed Infrared (FT-IR)................................46
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan .........................................................................................48
5.2 Saran....................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................50
LAMPIRAN...................................................................................................53

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi kimia dan sifat-sifat jerami nangka..............................5
Tabel 2.2 Komposisi Biji Nangka per 100 gram............................................6
Tabel 2.3 Penelitian Edible Film dan Biodegredable Film Sebelumnya........18
Tabel 3.1 Kode pengolahan data....................................................................28
Tabel 3.2 Tabel teknik pengumpulan data dan analisa data sorbitol
dengan CMC..................................................................................28
Tabel 4.1 Data Uji Viskositas Larutan Polimer Menggunakan Plasticizer
Sorbitol...........................................................................................31
Tabel 4.2 Data Uji Viskositas Larutan Polimer Menggunakan Plasticizer
Gliserol...........................................................................................31
Tabel 4.3 Data Uji Kuat Tarik Biodegradable Film......................................31
Tabel 4.4 Data Uji Elongasi Biodegradable Film.........................................32
Tabel 4.5 Data Water Absorpsi Test Biodegradable Film.............................32
Tabel 4.6 Data Uji Biodegradasi Biodegradable Film dengan Plasticizer
Sorbitol...........................................................................................33
Tabel 4.7 Data Uji Biodegradasi Biodegradable Film dengan Plasticizer
Gliserol...........................................................................................33
Tabel 4.8 Hasil Produk Biodegradable Film Menggunakan Plasticizer
Sorbitol...........................................................................................34
Tabel 4.9 Hasil Produk Biodegradable Film Menggunakan Plasticizer
Gliserol...........................................................................................36
Tabel 4.10 Hasil Analisa Uji Viskositas Larutan Polimer Menggunakan
Plasticizer Sorbitol.....................................................................38
Tabel 4.11 Hasil Analisa Uji Viskositas Larutan Polimer Menggunakan
Plasticizer Gliserol......................................................................38
Tabel 4.12 Hasil Analisa Uji Kuat Tarik Biodegradable Film......................38
Tabel 4.13 Hasil Analisa Uji Elongasi Biodegradable Film.........................39
Tabel 4.14 Hasil Analisa Water Absorpsi Test Biodegradable Film.............39
Tabel 4.15 Hasil Analisa Uji Biodegradasi Biodegradable Film..................40
Tabel 4.16 Hasil Spektra FT-IR Pati Biji Nangka, Biodegradable Film
Pati Biji Nangka- Gliserol...........................................................47

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Kimia Gliserol .............................................................9
Gambar 2.2 Struktur Kimia Sorbitol..............................................................11
Gambar 2.3 Struktur CMC (Carboxyl Methyl Cellulose)..............................12
Gambar 3.1 Skema Kerja Pembuatan Filtrat Jerami Nangka
(Atocarpus heterophyllus)............................................................24
Gambar 3.2 Skema Kerja Ekstraksi Pati Biji Nangka Menggunakan Metode
Penambahan Aquades..................................................................24
Gambar 3.3 Skema Kerja Pembuatan Biodegradable Film...........................25
Gambar 3.4 Skema Kerja Uji Elongasi..........................................................25
Gambar 3.5 Skema Kerja Water Absorption Test...........................................26
Gambar 3.6 Skema Kerja Uji Biodegradasi...................................................26
Gambar 3.7 Skema Kerja Uji Tarik................................................................26
Gambar 3.8 Skema Kerja Uji Viskositas........................................................27
Gambar 3.9 Skema Kerja Uji FT-IR...............................................................27
Gambar 4.1 Grafik Nilai Viskositas Intrinsik Biodegradable film
(a) Plasticizer Sorbitol (b) Plasticizer Gliserol...........................41
Gambar 4.2 Uji Kuat Tarik Biodegradable film dengan (a) Plasticizer
Sorbitol (b) Plasticizer Gliserol dan Filler CMC........................42
Gambar 4.3 Uji Elongasi Biodegradable film dengan (a) Plasticizer Sorbitol
(b) Plasticizer Gliserol dan Filler CMC......................................43
Gambar 4.4 Water Absorption Test Biodegradable film dengan (a) Plasticizer
Sorbitol (b) Plasticizer Gliserol dan Filler CMC........................44
Gambar 4.5 Uji Biodegradasi Biodegradable film dengan (a) Plasticizer
Sorbitol (b) Plasticizer Gliserol dan Filler CMC........................45
Gambar 4.6 Hasil Spektra FTIR (a) Pati Biji Nangka (b) Biodegradable film pati biji
nangka dengan plasticizer gliserol...................................................46

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemakaian plastik saat ini sangat dibutuhkan, karena plastik merupakan
sarana penunjang kehidupan bagi masyarakat. Umumnya, plastik digunakan
sebagai kemasan karena bentuknya elastis, ringan, tahan air, serta transparan.
Plastik yang digunakan saat ini adalah plastik non-biodegradable (plastik yang
tidak dapat terurai secara biologis), terbuat dari minyak bumi yang
keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui, akibatnya
semakin banyak penggunaan plastik semakin meningkat pula pencemaran
lingkungan. Untuk mengurangi pencemaran lingkungan tersebut, saat ini
sedang dikembangkan biodegradable film, yakni plastik yang dapat duraikan
kembali oleh mikroorganisme secara alami menjadi senyawa yang ramah
lingkungan. Berdasarkan proses pembuatannya, biodegradable film dapat
dihasilkan melalui tiga cara yaitu pertama biosintesis, seperti pada pati dan
selulosa, kedua bioteknologi, yang dihasilkan dari suatu bahan akibat kerja dari
suatu jenis mikroorganisme dan ketiga adalah sintesis kimia yaitu pembuatan
plastik dengan bahan baku biopolimer dan polimer sintetik sebagai hasil dari
sintesis minyak bumi (Christianty,2009). Biodegradable film yang paling luas
digunakan dan mendominasi 50% pasar biodegradable film adalah berbahan
dasar pati atau disebut juga Plastarch. Pati ditambahkan dengan bahan
flexybilizer dan plasticizer seperti sorbitol dan gliserol sehingga pati menjadi
bersifat termoplastik, mempunyai potensi untuk dibentuk atau dicetak menjadi
film kemasan. Keunggulan polimer jenis ini adalah tersedia sepanjang tahun
(renewable) dan mudah hancur secara alami (biodegradable). Pati didapatkan
dari sumber karbohidrat, di Indonesia banyak diperoleh sumber karbohidrat
seperti singkong, kentang, beras, dan tanaman lainnya penghasil karbohidrat.
Banyak tanaman yang berpotensi sebagai sumber karbohidrat. Salah
satunya adalah tanaman nangka. Tanaman tersebut banyak tersedia melimpah
di Indonesia. Pemanfaatan yang banyak dari tanaman nangka adalah buah
nangka. Buah nangka terdiri dari daging buah, biji, dan dami (jerami) nangka.

1
Buah nangka selama ini hanya diambil dagingnya, biji dan jerami nangka
menjadi limbah. Biji nangka berbentuk oval dan tertutup lapisan tipis coklat
yang disebut spermoderm. Spermoderm menutupi kotiledon yang berwarna
putih. Kotiledon ini mengandung pati yang tinggi. Oleh karenanya biji nangka
berpotensi sebagai bahan pembuat bioplastik (Purbasari dkk, 2013). Selain
buah, jerami nangka merupakan bagian buah nangka yang sering dibuang atau
merupakan limbah. Jerami nangka menempati porsi cukup besar yaitu 40%
sampai 50% dari total limbah yang dihasilkan. Padahal jerami nangka sangat
berpotensi sebagai sumber karbohidrat. Berdasarkan komposisi kimia, jerami
nangka memiliki kandungan karbohidrat sebesar 15,87% (Yuwono, 2015).
Kandungan karbohidrat jerami nangka tersusun atas glukosa, fruktosa, sukrosa,
pati, serat dan pektin dalam jumlah yang tinggi. Berdasar fakta ini, limbah
jerami nangka berpotensi dimanfaatkan sebagai tepung jerami nangka untuk
memberikan nilai tambah. Tepung jerami nangka bisa digunakan untuk
membuat berbagai macam olahan makanan seperti cookies, campuran kue, dan
dapat digunakan sebagai bahan baku biodegradable film. Jerami nangka
memiliki kandungan pati dan pektin yang berpotensi sebagai bahan baku
pembuatan biodegradable film (Garusti,2014).
Pemanfaatan limbah jerami nangka sebagai bahan baku pembuatan edible
film sudah mulai dikembangakan oleh peneliti sebelumnya, menurut penelitian
Arief (2013) untuk membuat Edible film memanfaatkan pektin jerami nangka
menggunakan bahan penstabil dan gliserol. Kemudian penelitian dari Neswati
dkk. (2015) pembuatan Edible film ditambahkan ekstrak jahe merah yang akan
mempengaruhi aktifitas air, ketebalan, dan laju alir transmisi uap air edible film
dari jerami nangka. Selanjutnya penelitian oleh Riyo (2010) pembuatan edible
film jerami nangka dengan CMC 2% dan Gliserol 2%. Penelitian lainnya oleh
Murtius dkk. (2015) yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba
pada edible film dari jerami nangka . Semua peneliti diatas memanfaatkan
jerami nangka sebagai produk edibel film, sedangkan untuk produk plastik
komersial (biodegredable film) belum ada. Berdasarkan uraian di atas, maka
akan dibuat penelitian tentang Pemanfaatan Jerami Nangka Sebagai Bahan
Baku Biodegradable film.

2
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Penelitian ini menggunakan jerami dan biji nangka jenis nangka kunir.
Metode yang akan digunakan pada percobaan ini adalah metode casting, yaitu
dengan mencampur bahan pendukung ke dalam bahan baku lalu dituang ke
cetakan. Sedangkan metode untuk mendapatkan pati dari biji nangka dengan
metode ekstraksi sederhana dan dekantasi (pengendapan). Proses ekstraksi
jerami nangka (Artocarpus heterophyllus) dilakukan dengan menggunakan
metode penghancuran dan penambahan aquades untuk mendapatkan filtratnya.
Selanjutnya, dilakukan pencirian polimer dengan cara analisa gugus molekul
menggunakan uji Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan
penentuan berat molekul berdasarkan viskositas. Selain itu, dilakukan analisa
sifat mekanik dari plastik yang dihasilkan, yaitu pengujian kuat tarik, persen
pemanjangan, uji kelarutan, dan uji biodegradablitas. Faktor-faktor yang akan
mempengaruhi karakteristik dari biodegradable film sebagai berikut : jenis
plasticizer (gliserol dan sorbitol), jumlah plasticizer, jumlah filler (CMC) yang
digunakan.

1.3 Batasan Masalah


Pembuatan biodegradable film dengan jerami dan biji nangka dipengaruhi
oleh banyak faktor. Pembatasan masalah dilakukan untuk mempersempit ruang
lingkup penelitian. Batasan-batasan yang digunakan adalah (1) Limbah nangka
jenis kunir (2) Ekstraksi pati biji nangka menggunakan metode ekstraksi
sederhana dengan penambahan aquades (3) Karakteristik uji hasil
biodegredable film yang dihasilkan menggunakan metode analisa gugus
molekul menggunakan uji Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR),
penentuan berat molekul berdasarkan viskositas dan uji sifat mekanik
menggunakan uji persen pemanjangan, uji tarik, water absorption test, dan uji
biodegradabilitas.

3
1.4 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh jenis plasticizer terhadap karakteristik plastik ?
2. Bagaimana pengaruh jumlah plasticizer terhadap karakteristik plastik ?
3. Bagaimana pengaruh jumlah filler terhadap karakteristik plastik ?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian pembuatan biodegredable film dari jerami dan biji buah
nangka (Artocarpus heterophyllus) meliputi :
1. Mengetahui pengaruh jenis plasticizer terhadap karakteristik plastik.
2. Mengetahui pengaruh jumlah plasticizer terhadap karakteristik plastik.
3. Mengetahui pengaruh jumlah filler terhadap karakteristik plastik.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Nangka
Buah nangka (Artocarpus heterophyllus) merupakan rangkaian majemuk
yang terdiri dari berbagai komponen buah, selain dipanen pada saat matang
buah nangka juga dipanen saat masih muda. Jerami nangka sebenarnya
merupakan bunga yang tidak dibuahi. Sementara bunga yang terbuahi akan
menjadi satu biji buah nangka yang dikenal dengan sebutan nyamplungan.
Damen/serabut/jerami terletak diantara nyamplungan nangka tersebut. Jerami
nangka merupakan bagian terbesar kedua setelah daging yang jumlahnya
cukup banyak. Seluruh bagian nangka yang masih muda dapat dimanfaatkan
semua seperti daging, biji dan jerami. Namun pada saat buah matang, jerami
sering kali dibuang karena rasanya yang tidak manis sehingga tidak enak
dimakan.
Jerami dari buah nangka selama ini masih dianggap sebagai limbah yang
dibuang begitu saja oleh sebagian besar masyarakat dan bahkan sering menjadi
masalah yang dapat mencemari lingkungan. Walaupun sering dianggap limbah,
ternyata jerami buah nangka masih banyak mengandung zat-zat yang sama
dengan daging buahnya seperti protein, serat kasar, gula, karbohidrat dan
sebagainya.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Jerami Nangka
Komposisi Kandungan (%)
Air 76,24
Abu 0,53
Protein 1,30
Lemak 0,60
Karboidrat 15,87

Air merupakan komponen terbesar yang menyusun jerami nangka.


Selebihnya merupakan bahan kering yang tersusun oleh karbohidrat.
Karbohidrat tersebut terdiri dari glukosa, fruktosa, sukrosa, pati, serat dan

5
pektin. Kandungan gula reduksi pada jerami nangka adalah 10,97% dan gula
terlarut sebanyak 49,21% (Yuwono, 2015).
Pati dari biji nangka merupakan polisakarida yang tersusun dari glukosa
yang saling berikatan melalui ikatan 1-4 -glukosida. Ikatan 1-4 -glukosida
tersebut dapat diputus secara kimia melalui proses hidrolisis dengan bantuan
asam sebagai katalisator. Glukosa merupakan unit terkecil dalam rantai pati
sehingga pati biji nangka dapat dihidrolisis membentuk glukosa. Reaksi
hidrolisis akan lambat jika tidak dikenai perlakuan apapun. Reaksi hidrolisis
tersebut dipengaruhi oleh adanya kadar suspensi pati, katalisator, dan
temperatur. Asam merupakan katalisator yang sering digunakan karena
reaksinya dapat berjalan cepat. Kecepatan reaksi tersebut dipengaruhi oleh
konsentrasi asamnya.
Tabel 2.2 Komposisi Biji Nangka per 100 gram
Komposisi Kandungan (%)
Uap Air 14,07
Protein 9,03
Lemak 1,10
Karbohidrat 70,26
Total Zat Mineral 3,01
Serat Kasar 2,55
Pati biji nangka merupakan polisakarida yang tersusun dari glukosa yang
saling berkaitan. Pembuatan pati dilakukan dengan ekstraksi sederhana
kemudian dikeringkan dengan oven (Fairus, dkk., 2010). Dalam penelitiannya,
Fairus, dkk (2010) mendapatkan hasil bahwa semakin banyak air yang
digunakan untuk mengekstrak amilum dari biji nangka, maka akan semakin
banyak pula endapan pati yang akan diperoleh.

4.2 Biodegradable Film


Biodegradable berasal dari kata bio dan degradable. Bio berarti hidup,
sedangkan degradable berarti dapat diuraikan. Biodegradable film merupakan
plastik yang digunakan layaknya seperti plastik sintetik, namun akan hancur
terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil akhir air dan gas

6
karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan.
Biodegradable film adalah bahan yang mampu mengalami dekomposisi
menjadi karbondioksida, metana, senyawa anorganik atau biomasa yang
mekanismenya didominasi oleh aksi enzimatis dari mikroorganisme yang bisa
diukur dengan pengujian standar, dalam waktu spesifik, mencerminkan kondisi
penggunaan yang tersedia (Anggarini,2013).
Biodegradable film dapat dihasilkan melalui tiga cara yaitu:
-Biosintesis, seperti pada pati dan selulosa
-Bioteknologi, seperti pada polyhydroxyl fatty acid
-Proses sintesis kimia seperti pada pembuatan poliamida, poliester dan polivinil
alkohol
Kelompok biopolimer yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan
biodegradable film, yaitu:
1. Campuran biopolimer dengan polimer sintetis. Bahan ini memiliki nilai
biodegradabilitas yang rendah.
2. Poliester. Biopolimer ini dihasilkan secara bioteknologi atau fermentasi
dengan mikroba genus Alcaligenes dan dapat terdegradasi secara penuh oleh
bakteri, jamur, dan alga.
3. Polimer pertanian. Polimer pertanian diantaranya, cellophan, seluloasetat,
kitin, pullulan.
Biodegradable film yang berbasiskan pati dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu:
- Mencampur pati dengan plastik konvensional (PE atau PP) dalam jumlah
kecil (10-20%)
- Mencampur pati dengan turunan hasil samping minyak bumi, seperti PCL,
dalam komposisi yang sama (50%)
- Menggunakan proses ekstrusi untuk mencampur pati dengan bahan-bahan
seperti protein kedelai, gliserol, alginat, lignin dan sebagainya sebagai
plasticizer.
(Christianty,2009)
Plastik berbahan dasar tepung pati (amilum) dan polisakarida telah
diproduksi oleh beberapa perusahaan dunia. Plastik starch-based ini seringkali

7
bersifat menyerap air sehingga semakin mudah didegradasi. Beberapa plastik
terdiri atas tepung pati saja, ada juga yang memadukan tepung pati dengan
komponen biodegradable lain. Plastik ini dibentuk dari bahan-bahan alam yang
dapat diperbaharui daripada dibuat dari bahan bakar fosil yang sulit
diperbaharui.
Degradasi (degradation) merupakan proses satu arah (irreversible) yang
mengarah pada perubahan signifikan dari suatu struktur material, dengan cara
kehilangan komponen, misalnya berat molekul atau berat struktur, disertai
dengan pemecahan (fragmentation). Degradasi disebabkan oleh kondisi
lingkungan dan terjadi dalam satu tahap atau lebih, sedangkan biodegradable
film menunjukkan keadaan plastik yang terdegradasi sebagai hasil dari
aktivitas alam yang melibatkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan alga.
Biodegradable film dapat terdegradasi oleh lingkungan tertentu misalnya
tanah, kompos, atau lingkungan perairan
Biodegradable film berbahan dasar pati/amilum dapat didegradasi oleh
bakteri pseudomonas dan bacillus memutus rantai polimer menjadi monomer-
monomernya. Senyawa-senyawa hasil degradasi biodegradable film selain
menghasilkan karbondioksida dan air, juga menghasilkan senyawa organik dan
aldehid sehingga plastik ini aman bagi lingkungan. Sebagai perbandingan,
plastik sintetik membutuhkan waktu sekitar 100 tahun agar dapat
terdekomposisi oleh alam, sementara biodegradable film dapat terdekomposisi
10 hingga 20 kali lebih cepat. Hasil degradasi plastik ini dapat digunakan
sebagai makanan ternak atau sebagai pupuk kompos. Biodegradable film yang
terbakar tidak menghasilkan senyawa kimia yang berbahaya.
Ungkapan biodegradable film merujuk pada serangan mikroorganisme
pada material berbasis polimer yang tidak larut dalam air, yaitu plastik. Oleh
karena kurang larut dalam air dan ukuran molekul polimer, mikroorganisme
tidak mampu berpindah dalam material polimer secara langsung kedalam sel
sebagai tempat sebagian besar proses biokimia (Anggarini,2013).

2.3 Plasticizer
Plasticizer didefinisikan sebagai bahan non volatile, bertitik didih tinggi
yang jika ditambahkan pada material lain dapat merubah sifat fisik dari

8
material tersebut. Penambahan plasticizer dapat menurunkan kekuatan
intermolekuler, meningkatkan fleksibilitas dan menurunkan sifat barrier suatu
film. Gliserol dan sorbitol merupakan plasticizer yang efektif karena memiliki
kemampuan untuk mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan
intromolekuler.
Plasticizer adalah bahan organik dengan berat molekul rendah yang
ditambahkan dengan maksud untuk memperlemah kekakuan dari polimer,
sekaligus meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas polimer. Plasticizer
berfungsi untuk meningkatkan fleksibilitas, elastisitas dan ekstensibilitas
material, menghindarkan material dari keretakan, serta meningkatkan
permeabilitas terhadap gas, uap air, dan zat terlarut (Anggarini,2013).

2.4 Gliserol
Gliserol merupakan senyawa alkohol yang memiliki tiga gugus hidroksil.
Gliserol memiliki nama baku 1,2,3-propanatriol.
CH2 OH

HC OH

CH2 OH
Gambar 2.1 Struktur Kimia Gliserol (Propana-triol)
(Anggarini,2013)
Di samping itu, gliserol juga salah satu senyawa poliol yang banyak
diguanakan sebagai plastisizer maupun pemantap karena tanpa penggunaan
gliserol, film plastik yang dihasilkan keras dan kaku. Gliserol bersifat manis, tidak
berwarna, dan merupakan senyawa yang netral. Gliserol tidak dapat larut dalam
minyak tetapi larut sempurna dalam air dan alkohol. Berbentuk kental dengan titik
lebur 20C dan titi didih tinggi yaitu 290C. Padahal ada banyak zat yang lebih
mudah larut dalam gliserol dibandingkan dalam air dan alcohol sehingga gliserol
adalah pelarut yang baik. Untuk memperoleh gliserol dapat langsung dari
transformasi minyak nabati dan olahan industri oleokimia atau dapat diperoleh
juga dari hasil industri petrokimia. Perbedaannya adalah gliserol yang berasal
langsung dari minyak bumi dan industri oleokimia dapat terdegradasi oleh alam
(ramah lingkungan), dapat diperbaharui dan sumber mudah diperoleh.

9
Pembuatan turunan gliserol paling banyak menggunakan proses esterifikasi
gliserol. Pembuatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi yang
lebih tinggi, serta turunan gliserol ini akan banyak diaplikasikan pada berbagai
produk yang sangat beragam. Penggunaan produk antara lain di bidang kosmetik,
makanan, kertas tisu, tinta, additive bahan bakar, plastik serta masih banyak lagi.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendapat turunan gliserol yang lain.
Serta pembaharuan dengan proses yang lebih mudah dan hemat biaya pengolahan
mengingat begitu banyaknya kegunaan turunan dari gliserol (Puspita,2013).
Pengaruh gliserol sebagai plasticizer pada molekul pati telah diteliti
menggunakan bahan pati dari kentang dengan komposisi amilopektin yang lebih
besar daripada amilosa. Kruiskamp mereaksikan gliserol dan etilen glikol dengan
amilopektin dan membandingkan entalpi reaksi keduanya. Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa gliserol dan etilen glikol mampu berinteraksi dengan
molekul amilopektin, namun mekanisme reaksi dan immobilisasi plasticizer belum
bisa dijelaskan karena belum ada penelitian lebih lanjut. Ada kemungkinan bahwa
plasticizer ikut andil dalam mekanisme substitusi, sehingga menurunkan mobilitas
keseluruhannya (Anggarini,2013).

2.5 Sorbitol
Sorbitol masuk dalam kelas senyawa yang disebut poliol. Poliol adalah
alkohol yang memiliki beberapa ikatan hidroksil (-OH) dalam strukturnya.
Molekul sorbitol terdiri dari enam rantai atom karbon dengan satu hidroksil
melekat pada setiap atom karbon.Sorbitol itu bisa larut dalam air. Larutan
sorbitol memiliki rasa manis dan tekstur mirip sirup. Tingkat rasa manis
sorbitol kira-kira setengah dari manis gula tebu. Sorbitol dapat berfungsi
sebagai sumber energi ketika dicerna, serta digunakan sebagai pengganti gula
dalam berbagai produk makanan.
Sorbitol adalah senyawa monosakarida polyhidric alcohol. Nama kimia
lain dari sorbitol adalah hexitol atau glusitol dengan rumus kimia C6H14O6.
Struktur molekulnya mirip dengan struktur molekul glukosa hanya yang
berbeda gugus aldehid pada glukosa diganti menjadi gugus alkohol. Sorbitol
pertama kali ditemukan dari juice Ash berry (Sorbus auncuparia L) di tahun
1872. Sorbitol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri barang

10
konsumsi dan makanan seperti pasta gigi, permen, kosmetik, farmasi, vitamin
C, dan termasuk industry textil dan kulit.
Sorbitol (C6H14O6) berasal dari golongan gula alkohol. Gula alkohol
merupakan hasil reduksi dari glukosa di mana semua atom oksigen dalam
molekul gula alkohol yang sederhana terdapat dalam bentuk kelompok
hidroksil, Rumus kimia sorbitol dapat dilihat pada Gambar 2.2
H2C OH

CH OH

OH C H

HC OH

HC OH

H2C OH
Gambar 2.2 Struktur Kimia Sorbitol
Sorbitol, juga disebut glucitol, ialah suatu gula alkohol yang dimetabolisir
oleh tubuh manusia secara lambat. Sorbitol dapat diperoleh melalui reduksi
glukosa, mengubah gugus aldehida menjadi gugus hidroksil. Sorbitol terdapat
dalam buah apel, pir, persik, dan prun. Sorbitol disintesis oleh sorbitol-6-fosfat
dehidrogenase, dan diubah menjadi fruktosa oleh suksinat dehidrogenase.
Suksinat dehidrogenase ialah suatu enzim kompleks yang turut serta dalam
siklus asam sitrat (Sari,2014)

2.6 Carboxy Methyl Cellulose (CMC)


Carboxy Methyl Cellulose merupakan eter polimer linier dan berupa
senyawa yang memiliki sifat biodegredable, tidak berbau, tidak berwarna,
tidak beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air, memiliki rentang pH
sebesar 6,5-8,0. CMC berasal dari selulosa kayu dan kapas yang diperoleh dari
reaksi antara selulosa dengan asam monokloroasetat dengan katalis berupa
senyawa alkali. CMC juga merupakan senyawa serbaguna yang memiliki sifat
penting seperti kelarutan, reologi dan adsorpsi dipermukaan.

11
Gambar 2.3 Struktur CMC (Carboxyl Methyl Cellulose)
Sifat dari CMC ialah mudah larut dalam air dingin maupun panas.
Selain itu juga CMC dapat membentuk lapisan pada suatu permukaan. Sifat
pada CMC diantaranya yaitu bersifat stabil terhadap lemak dan tidak larut
dalam pelarut organik, baik sebagai bahan penebal, sebagai zat inert, dan
bersifat sebagai pengikat. Berdasarkan sifatnya maka CMC dapat digunakan
sebagai bahan aditif pada produk minuman dan juga aman untuk dikonsumsi.
CMC mampu menyerap air yang terkandung dalam udara dimana banyaknya
air yang terserap dan laju penyerapannya bergantung pada jumlah kadar air
yang terkandung dalam CMC serta kelembaban dan temperatur udara
disekitarnya. Kelembaban CMC yang diizinkan dalam kemasan tidak boleh
melebihi 8% dari total berat produk (Khumairoh , 2016).

2.8 Uji Hasil


2.9 Uji Sifat Mekanik
Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material, maka yang harus
dilakukan adalah melakukan pengujian terhadap material tersebut. Ada
beberapa uji mekanik yang bisa dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat
material, salah satunya adalah uji tarik (tensile test). Respon dari uji tarik
berupa nilai kuat tarik dan persen pemanjangan. Uji tarik menjadi pengujian
yang paling disukai untuk dilakukan karena dari satu pengujian dapat diketahui
lebih banyak sifat material dari satu pengujian tersebut. Uji tarik mungkin
dapat dikatakan pengujian yang paling mendasar. Pengujian ini sangat
sederhana dan telah mengalami standarisasi di seluruh dunia, baik dari metode
pengujian, bentuk spesimen yang diuji dan metode perhitungan dari hasil
pengujian tersebut. Dengan menarik suatu material secara perlahan-lahan, kita
akan mengetahui reaksi dari material tersebut terhadap pembebanan yang

12
diberikan dan seberapa panjang material tersebut bertahan sampai akhirnya
putus. Data yang dihasilkan kemudian dianalisis sesuai persamaan (1) dan (2)

(1)
Dimana : S : Kekuatan Tarik (N/mm2 )
F.max : Beban Maksimum (N)
A : Luas Penampang awal (mm2 )

Persen pemanjangan (2)


Dimana: I1 : Panjang akhir
I0 : Panjang awal
2.8.2 Water Absorption Test
Water absorption dalam bioplastik merupakan kemampuan bioplastik
menyerap air dalam waktu tertentu. Water absorption pada bioplastik
merupakan salah satu masalah terutama dalam penggunaan bioplastik di luar
ruangan. Semua polimer akan menyerap air jika berada di udara lembab atau
ketika polimer tersebut dicelupkan di dalam air. Water absorption pada
bioplastik memiliki beberapa pengaruh dalam propertiesnya dan
kemampuannya dalam jangka waktu yang lama dan penurunan secara perlahan
dari ikatan interface bioplastik serta menurunkan sifat mekanikal bioplastik
seperti kekuatan tariknya. Karena itu, pengaruh dari water absorption sangat
vital untuk penggunaan bioplastik dari serat alami dilingkungan terbuka
Berdasarkan pengujian standar ASTM D570-98, untuk mengetahui
peningkatan berat bahan setelah dilakukan water absorption test adalah sebagai
berikut:

Dimana : W0 : Berat bahan pada kondisi awal (g)


W1 : Berat bahan pada kondisi akhir (g)

2.8.3 Uji biodegradasi


Uji biodegradasi dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
sampel film plastik sampai mengalami degradasi. Uji biodegradasi yang dipilih
dengan menggunakan tanah sebagai pembantu proses degradasi atau yang
disebut dengan teknik soil burial test (Ummah, 2013). Sampel berukuran 4x1
cm ditempatkan dan ditanam dalam pot yang telah terisi tanah, sampel

13
dibiarkan terkena udara terbuka tanpa ditutupi kaca. Pengamatan terhadap
sampel dilakukan dalam rentang waktu seminggu sekali hingga sampel
mengalami degradasi secara sempurna atau lembaran bioplastik tidak terlihat
lagi atau menyatu dengan tanah. Berdasarkan ASTM D6400, biodegradable
film dapat tergedegradasi sekitar 60-90% selama 6 bulan.
Perhitungan:

Dimana : W0 : Berat awal bahan (g)


W1 : Berat Akhir bahan (g)

2.8.5 Perhitungan Berat Molekul Polimer dan Derajat Polimerisasi


Menggunakan Metode viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau
fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat,
sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat seperti
air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang
mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai
viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya
suatu cairan. Penentuan berat molekul polimer sebelumnya telah dilakukan
melalui karakterisasi kenaikan titik didih suatu polimer, tetapi hal ini
membutuhkan waktu yang relatif lama dan sulit untuk diterapkan. Sehingga
peneliti ingin meneliti berat molekul polimer, dalam hal ini adalah polistirena
dengan metode lain yaitu menggunakan metode viskositas yang diharapkan
lebih efisien dilakukan dan mendapatkan hasil yang relatif benar.
(Magfhiroh,2014)
Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu larutan
polimer. Perbandingan antara viskositas larutan polimer terhadap viskositas
pelarut murni dapat dipakai untuk menentukan massa molekul polimer.
Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah
serta perhitungannya lebih sederhana. Alat yang digunakan adalah Viskometer
Ostwald. Prinsip kerjanya sebagai berikut:
1. Yang diukur adalah waktu yang diperlukan pelarut atau larutan polimer
untuk mengalir diantara 2 tanda x dan y.

14
2. Volume cair harus tetap karena ketika cairan mengalir kebawah melalui
pipa kapiler A, cairan harus mendorong cairan naik ke B. Akibatnya
volume cairan berbeda masuk percobaan, maka cairan yang didorong
menaiki tabung B akan berubah pula.
Dasar teori Viskositas yang digunakan untuk massa molekul polimer ialah
jika viskositas larutan polimer adalan dan viskositas pelarut murni ialah 0
maka viskositas jenis SP. Larutan polimer diabaikan oleh persamaan:

Persamaan ini menggambarkan peningkatan viskositas yang disebabkan


oleh polimer. C adalah konsentrasi larutan polimer. Harga SP disebut

viskositas tereduksi dan diberi lambang [ ] untuk pelarutan terbatas.


Secara matematis ditulis:

Karena massa jenis berbagai larutan yang dipakai hampir sama dengan
massa jenis pelarut maka dapat diandaikan viskositas tiap larutan hasil
pengenceran berbanding lurus dengan waktu alirnya dan pesamaannya adalah:

Dimana : t2 : Waktu alir untuk larutan.

t1 : Waktu alir untuk pelarut

Jika dihitung harga SP dan SP/c kemudian diekstrapolasi ke


konsentrasi awal (Co) akan menghasilkan harga [ ]. Dengan demikian dapat
dihitung massa molekul polimer dengan persamaan:

Dimana : M : Massa molekul relatif polimer

(Syafitri, 2015)

Penentuan Derajat Polimerisasi

15
Dihitung derajat polimerisasi yaitu dengan membandingkan antara berat
molekul yang diperoleh dengan berat molekul unit strukturnya.

2.8.5 Uji FT-IR


Spektroskopi FTIR adalah teknik pengukuran untuk mengumpulkan
spektrum inframerah. Energi yang diserap sampel pada berbagai frekuensi
sinar inframera direkam, kemudian diteruskan ke infrerometer. Sinar
pengukuran sampel diubah menjadi interferogram. Perhitungan secara
matematika Fourier Transform untuk sinyal tersebut akan menghasilkan
spektrum yang identik pada spektroskopi inframerah.
Mekanisme yang terjadi pada alat FTIR dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sinar yang datang dari sumber akan diteruskan, dan kemudian akan dipecah
oleh pemecah sinar menjadi dua bagian sinar yang saling tegak lurus. Sinar ini
kemudian dipantulkan oleh dua cermin yaitu cermin diam dan cermin gerak.
Sinar hasil pantulan kedua cermin akan dipantulkan kembali menuju pemecah
sinar untuk saling berinteraksi. Dari pemecah sinar, sebagian sinar akan
diarahkan menuju cuplikan dan sebagaian menuju sumber . Gerakan cermin
yang maju mundur akan menyebabkan sinar yang sampai pada detektor akan
berfluktuasi. Sinar akan saling menguatkan ketika kedua cermin memiliki jarak
yang sama terhadap detektor dan akan saling melemahkan jika kedua cermin
memiliki jarak yang berbeda. Fluktuasi sinar yang sampai pada detektor ini kan
menghasilkan sinyal pada detektor yang disebut interferogram ini akan diubah
menjadi spektra IR dengan bantuan computer berdasarkan matematika.
(Nugraha, 2008).
Metode Spektroskopi inframerah ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi suatu senyawa yang belum diketahui, karena spektrum yang
dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut. Metode ini banyak digunakan karena cepat dan
relatif murah serta dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional dalam
molekul. Spektrum inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas
dan olehkarena itu dapat menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari) untuk senyawa tersebut.
Berikut adalah tabel range serapan beberapa gugus fungsi

16
Tabel 2.3 Serapan Gugus Fungsi
Daerah Gugus Fungsi Nama Gugus Daerah
Nama Gugus Nama Gugus
serapan Gugus Fungsi Fungsi serapan Gugus Fungsi
Fungsi Fungsi
(cm-1) (cm-1)
2850-2960 Aldehida
C-H alkana
1350-1470 Keton
1690-1760 C=O
3020-3080 asam karboksilat
C-H alkena ester
675-870
3000-3100 alkohol
C-H aromatik 3610-3640 O-H
675-870 fenol (monomer)
Alkohol
3300 C-H alkuna 2000-3600 O-H fenol (ikatan
Hidrogen)
1640-1680 C=C alkena
3000-3600 O-H asam karboksilat
1500-1600 C=C aromatik (cincin)
3310-3500 N-H amina
Alkohol
Eter 1180-1360 C-N amina
1080-1300 C-O
asam karboksilat
ester 1515-1560
-NO2 nitro
Aldehida 1345-1385
Keton
1690-1760 C=O
asam karboksilat (Handareni, 2013)
ester
alkohol
3610-3640 O-H
fenol (monomer)

2.9 Penelitian Terdahulu


Mengacu pada penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, menurut
Arief (2013) untuk membuat edible film jerami nangka menggunakan bahan
penstabil dan gliserol. Kemudian penelitian dari Neswati dkk. (2015)
pembuatan edible film ditambahkan ekstrak jahe merah yang akan
mempengaruhi aktifitas air, ketebalan, dan laju alir transmisi uap air edible film
dari jerami nangka. Selanjutnya penelitian oleh Riyo (2010) pembuatan edible
film jerami nangka dengan CMC 2% dan Gliserol 2%. Penelitian lainnya oleh
Murtius dkk. (2015) yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba
pada edible film dari jerami nangka .
Penelitian lain yang memanfaatkan limbah nangka sebagai
biodegradable film yaitu, Puspita (2013) menggunakan pati biji nangka dengan
plasticizer gliserol dan kitosan sebagai zat aditif . Dengan variabel gliserol
yang digunakan yaitu sebesar 0,2%, 0,4%, dan 0,6% dari volume total. Hasil
gliserol yang optimal digunakan dalam pembuatan sampel yaitu 0,4% dari
volume total. Penelitian yang lain Anggarini (2013) menggunakan biji nangka
dengan plasticizer gliserol dan pelarut yang digunakan adalah aquades dan
pentanol. Variabel gliserol yang ditambahkan 20%, 25% dan 30% dari berat

17
pati. Formulasi terbaik dari bahan-bahan pembuat plastik yang mendekati sifat
plastik SNI dihasilkan oleh campuran pati-aquades-gliserol 20%. Selanjutnya
penelitian dari Manullang (2016) mengunakan biji nangka dengan campuran
sorbitol dan pengisi kitosan. Komposisi pati biji nangka kitosan yang
digunakan adalah 7:3, 8:2 dan 9:1 (g/g) dengan konsentrasi sorbitol digunakan
adalah 20 %, 25 %, 30 %, 35 %, dan 40 % berat kering bahan. Kondisi terbaik
bioplastik dari pati biji nangka diperoleh pada perbandingan pati: kitosan (w/w)
= 8:2 dan konsentrasi plasticizer sorbitol 25 %
Tabel 2.3 Penelitian Edible film dan Biodegredable Film Sebelumnya

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Langkah pertama proses pembuatan biodegradable film dari jerami dan
biji nangka ini dimulai dari pengumpulan jerami dan biji nangka jenis nangka
kunir. Langkah awal yang dilakukan setelah jerami dan biji nangka terkumpul
adalah yang pertama mengolah jerami nangka (Atocarpus heterophyllus)
menjadi filtrat yaitu dengan metode penghancuran dan penambahan aquades.
Kemudian mengektraksi pati dari biji nangka menggunakan metode
penambahan aquades dan dekantasi (pengendapan) (Noor, Fateatun 2014).
Pati dan filtrat yang telah didapatkan akan digunakan untuk bahan baku
pembuatan biodegradable film dengan menggunakan metode casting. Metode
casting ini merupakan metode yang sering digunakan untuk pembuatan
biodegradable film. Pada metode ini polisakarida didispersikan pada campuran
air dengan plasticizer dan filler kemudian campuran diaduk dan segera
mungkin dipanaskan dalam beberapa waktu dan dituangkan pada casting plate.
Pengeringan film diletakan dalam oven pada suhu 60C dalam waktu 24 jam.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
membandingkan penambahan beberapa konsentrasi plasticizer dan filler
terhadap karakteristik biodegredable film. Pengujian karakteristik
biodegradable film ini meliputi pencirian polimer dengan cara analisa gugus
molekul dengan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy
(FTIR) test dan penentuan berat molekul berdasarkan viskositas. Selain itu,
dilakukan analisa sifat mekanik dari plastik yang dihasilkan, yaitu pengujian
kuat tarik, uji elongasi, water absorption test, dan uji biodegradasi.

19
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1) Blender
2) Pisau
3) Pengayak
4) Termometer
5) Spatula
6) Baskom
7) Kertas Whatman
8) Kain Saring
9) Wadah plastik
10) Pemanas
11) Gelas ukur
12) Neraca analitik
13) Gelas kimia
14) Batang pengaduk
15) Cetakkan kaca
16) Desikator
17) Magnetic stirer
18) Oven
19) Kaca arloji
20) Erlenmeyer
21) Jangka Sorong
22) Testing Machine MPY
3.2.2 Bahan
1) Jerami Nangka
2) Biji Nangka
3) Aquades
4) CMC
5) Sorbitol (Hi-Media, Amani Media)
6) Gliserol (Hi-Media, Amani Media)
7) Tanah

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pembuatan Filtrat Jerami Nangka
a. Jerami nangka direbus dalam air mendidih selam 5 menit
b. Jerami nangka dipisahkan dengan airnya
c. Jerami nangka dicampur dengan aquades kemudian di blender dengan
perbandingan (1:6) sampai halus.
d. Setelah menjadi bubur, jerami nangka dipisahkan antara filtrat dan
residunya
3.3.2 Ekstraksi Pati Biji Nangka Menggunakan Metode Penambahan
Aquades
a. Mengupas biji nangka dan memotong kecil-kecil

20
b. Potongan biji nangka kemudian di blender dengan menambahan
aquades
c. Setelah menjadi bubur biji nangka kemudian di saring dengan kain
saring untuk mengambil filtratnya
d. Hasil saringan kemudian diendapkan selama 24 jam
e. Kemudian akan membentuk dua lapisan . Lapisan atas (supernatan)
dibuang dan lapisan bawah (endapan) dicuci dengan aquades.
Langkah ini diulangi 3 kali
f. Endapan dikeringkan pada suhu 50C selama 24 jam dalam oven
3.3.3 Pembuatan Biodegradable Film
a. Larutkan 10 gram pati dalam 150 ml filtrat jerami nangka.
b. Lakukan pemanasan dan pengadukan pada suhu 70 80oC selama 10
menit
c. Tambahkan sejumlah filler (CMC) ke dalam larutan pati dengan
konsentrasi sesuai variable. Setelah larutan homogen
d. Tambahkan plasticizer (gliserol atau sorbitol) dengan konsentrasi
sesuai variabel.
e. Lanjutkan pengadukan dengan pemanasan selama 2 3 menit.
f. Cetak diatas permukaan cetakkan kaca.
g. Panaskan di oven dengan suhu 60oC selama 24 jam kemudian
lepaskan dari cetakan dan dilakukan pengujian.

3.3.4 Uji Elongasi (ASTM D882)


1. Film di potong dengan ukuran 10cm x 0,5cm.
2. Sampel diletakkan pada alat Testing Machine MPY
a. Panjang sampel akhir di ukur.

b. Persen elongasi diukur dengan rumus


Keterangan : I1 : Panjang awal
I0 : Panjang akhir
3.3.5 Uji Tarik (ASTM D882)
a. Memotong film dengan ukuran 10cm x 0,5cm.
b. Mengukur kuat tarik film pada alat Testing Machine MPY.
c. Memasukan hasil kuat tarik film kedalam rumus sehingga dapat
diketahui persen kuat tarik film tersebut.

21
Dimana :

S : Kekuatan Tarik (N/mm2 )


F.max : Beban Maksimum (N)
A : Luas Penampang awal (mm2 )

3.3.6 Water Absorption Test (ASTM D570)


a. Memotong film dengan ukuran 2cm x 2cm.
b. Film yang telah dipotong di keringkan didalam oven selama 24 jam
dan dimasukkan desikator selama 15 menit kemudian ditimbang
c. Film yang sudah ditimbang dimasukan dalam bejana berisi air selama
24 jam
d. Film diamati tiap hari hingga 1 minggu.
e. Kemudian film diangkat dari bejana berisi air.
f. Film tersebut kemudian dikeringkan lagi didalam oven dan desikator
hingga konstan.
g. Berat film yang telah konstan tadi dimasukkan kedalam rumus.

Dimana : W0 : Berat bahan pada kondisi awal (g)


W1 : Berat bahan pada kondisi akhir (g)

3.3.7 Uji Biodegradasi (ASTM D6400)


a. Memotong film dengan ukuran 1cm x 4cm.
b. Menanam film didalam tanah.
c. Mengamati film setiap 2 hari sekali selam 2 minggu

Dimana : W0 : Berat awal bahan (g)


W1 : Berat Akhir bahan (g)

3.3.8 Perhitungan Berat Molekul Polimer dan Derajat Polimerisasi


a. Polimer dilarutkan dalam pelarut dengan berbagai konsentrasi
Larutan I : 0,00625 ; 0,0125 ; 0,025 ; 0,05 (gram/ml)
II: 0,00625 ; 0,0125 ; 0,025 ; 0,05 (gram/ml)
b. Larutan dengan masing masing konsentrasi dialirkan dalam
viskometer oswald , waktu alir dicatat (detik)
c. Pelarut juga dialirkan di viskometer oswald , waktu dicatta sebagai
to

22
d. Dibuat grafik sp/c vs C , kemudian grafik diregresi dan diperoleh
persaman y = ax + b
e. Kemudian dimasukkan ke dalam persamaan Mark Houwink

3.3.9 Uji FT-IR


a. Memotong film dengan ukuran 2cm x 2cm.
b. Meletakan film pada alat FT-IR
c. Menganailisa Data
(Handareni,2013)

23
3.4 Skema Kerja
3.4.1 Pembuatan Filtrat Jerami Nangka (Atocarpus heterophyllus)

Jerami Air

Direbus 5 menit

Rendaman jerami
Disaring

Aquades Jerami Air


Diblender

Bubur jerami
Disaring

Filtrat Residu

Gambar 3.1 Skema Kerja Pembuatan Filtrat Jerami Nangka


(Atocarpus heterophyllus)
3.4.2 Ekstraksi Pati Biji Nangka Menggunakan Metode Penambahan
Aquades

Biji Nangka Aquades

Diblender

Bubur Biji Nangka


Disaring

Filtrat Residu
Pengendapan

Endapan Supernatan
Dicuci dan Dikeringkan

Pati

Gambar 3.2 Skema Kerja Ekstraksi Pati Biji Nangka Menggunakan Metode
Penambahan Aquades

24
3.4.3 Pembuatan Biodegradable Film

150 ml filtrat 10 gram pati


jerami

Larutan pati Filler sesuai variabel


Dipanaskan dan diaduk 70 - 80C selama
5 10 menit

Larutan plasticizer sesuai


variabel
cetak

Biodegradable Film

Gambar 3.3 Skema Kerja Pembuatan Biodegradable Film


3.4.4 Uji Persen Elongasi

Film dipotong 10 cm
x 0,5 cm

Film diletakkan dialat


Testing Machine
MPY

Panjang akhir diukur

Dimasukkan dalam
rumus

Gambar 3.4 Skema Kerja Uji Elongasi

25
3.4.5 Water Absorption Test

Film dipotong 2 x 2 cm

Berat film dikonstankan


dalam oven dan desikator

Dimasukkan dalam bejana


berisi air

Film dikeringkan
menggunakan tisu

Ditimbang dan dihitung


persen penambahan berat

Gambar 3.5 Skema Kerja Water Absorption Test


3.4.6 Uji Biodegradasi

Film dipotong 1 x 4 cm

Film ditanam dalam


tanah

Film diamati hingga plastik


tergedradasi

Gambar 3.6 Skema Kerja Uji Biodegradasi


3.4.7 Uji Tarik
Film dipotong 10 x 0,5 cm

Film diletakkan dialat


Testing Machine MPY D882

Dimasukkan dalam rumus

Gambar 3.7 Skema Kerja Uji Tarik

26
3.4.8 Uji Viskositas

Polimer dilarutkan dalam pelarut dengan


berbagai konsentrasi

Larutan Polimer dialirkan dalam viskometer


oswald, waktu alir dicatat

Pelarut dialirkan di viskometer oswald,


waktu alir dicatat

Perhitungan Berat Molekul dengan


persamaan Mark Houwink

Gambar 3.8 Skema Kerja Uji Viskositas


3.4.8 Uji FT-IR
Memotong film dengan ukuran
2cm x 2cm

Meletakan film pada alat FT-IR

Menganalisa Data

Gambar 3.9 Skema Kerja FT-IR


3.5 Variabel Percobaan
3.5.1 Kondisi Tetap
1.) Pemanasan jerami nangka selama 5 menit
2.) Endapan pati dikeringkan pada suhu 50C selama 24 jam
3.) Volume pelarut 150 mL air.
4.) Suhu gelatinasi 70C.
5.) Waktu pengadukan 5-10 menit.
6.) Biodegradable film dipanaskan suhu 60oC selama 24 jam
7.) Dilakukan uji persen elongasi, water absorption test, uji tarik, uji
biodegradasi, uji FTIR dan uji viskositas

3.5.2 Kondisi Berubah

27
Filler
1) Jumlah CMC : 0 ; 0,3 ; 0,7 ; 1 ; 1,3 (w/v filtrat)
Plasticizer
1) Volume Gliserol : 0% ; 2% ; 4% ; 6% ; 8% (v/v filtrat)
2) Volume Sorbitol : 0% ; 2% ; 4% ; 6% ; 8% (v/v filtrat)
3.6 Teknik Pengumpulan dan Analisa Data
Teknik pengumpulan data diambil dari kegiatan observasi, studi pustaka
dan dokumentasi. Observasi yang dilakukan dengan cara praktikum oleh
peneliti sendiri sesuai dengan prosedur dan variabel yang ditentukan.
Penentuan variabel- variabel yang digunakan berasal dari studi pustaka yang
diperoleh dari penelitian - penelitian sebelumnya. Hasil dari observasi
dibandingkan dengan literatur yang sesuai dengan penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan dengan cara kuantitatif yaitu metode penelitian
yang bersifat deskriptif dan lebih banyak menggunakan analisis. Tujuannya
yaitu hasil dari observasi yang digunakan disesuaikan dengan pustaka yang
telah dicantumkan dan disimpulkan oleh peneliti.
Prosedur analisa data yang digunakan pada penelitian ini yaitu Uji persen
elongasi, Water absorption test, Uji biodegradasi, Uji tarik, Uji viskositas, Uji
FT-IR. Prosedur yang digunakan diambil dari American Standart Testing
Material (ASTM) dan dari prosedur percobaan peneliti-peneliti sebelumnya.
Pada pengolahan data praktikum ini menggunakan kode sebagai berikut
Table 3.1 Kode pengolahan data
Kadar CMC Kadar Sorbitol Kadar Gliserol
Kode
Gram/ml % %
C0S0 0 0 0
C1S0 0,3 0 0
C2S0 0,7 0 0
C3S0 1 0 0
C4S0 1,3 0 0
C0S2 0 2 2
C1S2 0,3 2 2
C2S2 0,7 2 2
Kadar CMC Kadar Sorbitol Kadar Gliserol
Kode
Gram/ml % %
C3S2 1 2 2
C4S2 1,3 2 2
C0S4 0 4 4

28
C1S4 0,3 4 4
C2S4 0,7 4 4
C3S4 1 4 4
C4S4 1,3 4 4
C0S6 0 6 6
C1S6 0,3 6 6
C2S6 0,7 6 6
C3S6 1 6 6
C4S6 1,3 6 6
C0S8 0 8 8
C1S8 0,3 8 8
C2S8 0,7 8 8
C3S8 1 8 8
C4S8 1,3 8 8
C0G0 0 0 0
C1G0 0,3 0 0
C2G0 0,7 0 0
C3G0 1 0 0
C4G0 1,3 0 0
C0G2 0 2 2
C1G2 0,3 2 2
C2G2 0,7 2 2
C3G2 1 2 2
C4G2 1,3 2 2
C0G4 0 4 4
C1G4 0,3 4 4
Kadar CMC Kadar Sorbitol Kadar Gliserol
Kode
Gram/ml % %
C2G4 0,7 4 4
C3G4 1 4 4
C4G4 1,3 4 4

29
C0G6 0 6 6
C1G6 0,3 6 6
C2G6 0,7 6 6
C3G6 1 6 6
C4G6 1,3 6 6
C0G8 0 8 8
C1G8 0,3 8 8
C2G8 0,7 8 8
C3G8 1 8 8
C4G8 1,3 8 8

30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Uji Viskositas, Kuat Tarik, Elongasi, Water Absorption, dan
Biodegradsi
Tabel 4.1 Data Uji Viskositas Larutan Polimer Menggunakan Plasticizer Sorbitol
(Larutan I)
Konsentrasi Larutan Waktu Alir Larutan Waktu Alir
Polimer Polimer Pelarut
(gram/ml) t (s) t (s)
0,00625 23 21
0,0125 48 21
0,025 90 21
0,05 321 21

Tabel 4.2 Data Uji Viskositas Larutan Polimer Menggunakan Plasticizer Gliserol
(Larutan II)
Konsentrasi Larutan Waktu Alir Larutan Waktu Alir
Polimer Polimer Pelarut
(gram/ml) t (s) t (s)
0,00625 22 21
0,0125 47 21
0,025 88 21
0,05 296 21

Tabel 4.3 Data Uji Kuat Tarik Biodegradable Film


Sampel Tebal (mm) Massa (kg) Sampel Tebal (mm) Massa (kg)
C1S2 0,25 0,87 C1G2 0,25 0,21
C1S4 0,26 0,84 C1G4 0,31 0,21
C1S6 0,35 0,79 C1G6 0,42 0,16
C1S8 0,36 0,43 C1G8 0,48 0,13
C2S2 0,26 1,01 C2G2 0,26 0,26
C2S4 0,27 0,94 C2G4 0,32 0,25
C2S6 0,36 0,94 C2G6 0,43 0,21
C2S8 0,38 0,84 C2G8 0,49 0,17
C3S2 0,26 1,18 C3G2 0,28 0,31
C3S4 0,28 1,10 C3G4 0,33 0,29
C3S6 0,39 1,13 C3G6 0,45 0,27
C3S8 0,42 1,09 C3G8 0,54 0,26
C4S2 0,28 1,42 C4G2 0,29 0,34
C4S4 0,31 1,32 C4G4 0,35 0,33
C4S6 0,40 1,31 C4G6 0,46 0,33
C4S8 0,47 1,30 C4G8 0,56 0,31
Tabel 4.4 Data Uji Elongasi Biodegradable Film
Panjang Penambahan Panjang Penambahan
Sampel Awal Panjang Sampel Awal Panjang
(mm) (mm) (mm) (mm)
C1S2 14 C1G2 32
C1S4 15 C1G4 33
C1S6 17 C1G6 34
C1S8 20 C1G8 35
C2S2 13 C2G2 26
C2S4 14 C2G4 29
C2S6 16 C2G6 30
C2S8 18 C2G8 31
C3S2 100 10 C3G2 100 18
C3S4 11 C3G4 25
C3S6 14 C3G6 28
C3S8 16 C3G8 29
C4S2 8 C4G2 16
C4S4 10 C4G4 20
C4S6 13 C4G6 26
C4S8 15 C4G8 27

Tabel 4.5 Data Water Absorption Test Biodegradable Film


Sampel wo (gram) w1 (gram) Sampel wo (gram) w1 (gram)
C1S2 0,08 0,16 C1G2 0,09 0,11
C1S4 0,09 0,19 C1G4 0,12 0,16
C1S6 0,14 0,34 C1G6 0,15 0,21
C1S8 0,12 0,31 C1G8 0,15 0,24
C2S2 0,07 0,19 C2G2 0,14 0,18
C2S4 0,10 0,29 C2G4 0,10 0,14
C2S6 0,13 0,42 C2G6 0,14 0,22
C2S8 0,14 0,47 C2G8 0,16 0,28
C3S2 0,11 0,35 C3G2 0,09 0,14
C3S4 0,09 0,29 C3G4 0,10 0,16
C3S6 0,10 0,36 C3G6 0,14 0,24
C3S8 0,16 0,68 C3G8 0,20 0,38
C4S2 0,10 0,38 C4G2 0,14 0,24
C4S4 0,11 0,43 C4G4 0,11 0,20
C4S6 0,15 0,66 C4G6 0,16 0,30
C4S8 0,15 0,90 C4G8 0,19 0,38
Tabel 4.6 Data Uji Biodegradasi Biodegradable Film dengan Plasticizer Sorbitol
Berat Awal Pengurangan Berat Per Dua Hari Dalam Seminggu
Sampel (gram) (gram)
wo w1 w2 w3 w4 w5
C1S2 0,12 0,07 0,07 0,06 0,06 0,05
C1S4 0,25 0,20 0,14 0,12 0,11 0,09
C1S6 0,17 0,14 0,12 0,11 0,10 0,05
C1S8 0,15 0,06 0,05 0,04 0,04 0,03
C2S2 0,15 0,10 0,09 0,08 0,07 0,07
C2S4 0,18 0,11 0,09 0,09 0,08 0,08
C2S6 0,28 0,24 0,20 0,19 0,18 0,12
C2S8 0,29 0,18 0,17 0,16 0,13 0,11
C3S2 0,21 0,12 0,08 0,06 0,05 0,04
C3S4 0,15 0,12 0,09 0,05 0,02 0,02
C3S6 0,18 0,10 0,04 0,03 0,02 0,00
C3S8 0,18 0,13 0,09 0,07 0,02 0,00
C4S2 0,16 0,08 0,07 0,06 0,05 0,05
C4S4 0,16 0,13 0,11 0,09 0,08 0,05
C4S6 0,16 0,08 0,07 0,06 0,05 0,03
C4S8 0,17 0,08 0,06 0,05 0,04 0,02

Tabel 4.7 Data Uji Biodegradasi Biodegradable Film dengan Plasticizer Gliserol
Berat Awal Pengurangan Berat Per Dua Hari Dalam Seminggu
Sampel (gram) (gram)
wo w1 w2 w3 w4 w5
C1G2 0,09 0,07 0,06 0,05 0,04 0,04
C1G4 0,17 0,14 0,11 0,10 0,07 0,06
C1G6 0,18 0,15 0,13 0,09 0,06 0,06
C1G8 0,19 0,15 0,13 0,09 0,08 0,06
C2G2 0,12 0,09 0,07 0,06 0,05 0,05
C2G4 0,12 0,07 0,06 0,06 0,05 0,03
C2G6 0,17 0,13 0,08 0,06 0,05 0,04
C2G8 0,14 0,16 0,09 0,07 0,05 0,03
C3G2 0,12 0,06 0,05 0,03 0,03 0,02
C3G4 0,12 0,09 0,07 0,05 0,03 0,01
C3G6 0,20 0,12 0,09 0,07 0,05 0,01
C3G8 0,25 0,12 0,10 0,08 0,06 0,00
C4G2 0,09 0,10 0,08 0,06 0,06 0,02
C4G4 0,10 0,06 0,04 0,04 0,04 0,02
C4G6 0,16 0,13 0,10 0,08 0,06 0,03
C4G8 0,18 0,08 0,07 0,06 0,04 0,03
4.1.2 Hasil Produk Biodgradable Film
Tabel 4.8 Hasil Produk Biodegradable Gambar Kode
Film Menggunakan Plasticizer Sorbitol (Keterangan)
Gambar Kode C4S8
Gambar Kode
(Keterangan) Gambar (Produk
Kode
(Keterangan)
Dapat
(Keterangan)
C0S0 C3S2
Dianalisa)
C1S6
(Produk Rusak) (Produk Dapat
(Produk Dapat
Dianalisa)
Dianalisa)
Gambar Kode
(Keterangan)
C1S0 C4S2
C2S6
(ProdukC0G0
Rusak) (Produk Dapat
(Produk Rusak) (Produk Dapat
Dianalisa)
Dianalisa)

C2S0 C0S4
C3S6
(ProdukC1G0
Rusak) (Produk Rusak)
(Produk Dapat
(Produk Rusak)
Dianalisa)

C3S0 C1S4
C4S6
(ProdukC2G0
Rusak) (Produk Dapat
(Produk Dapat
(Produk Rusak) Dianalisa)
Dianalisa)

C4S0 C2S4
C0S8
C3G0 (Produk
(ProdukDapat
Rusak)
(Produk Rusak)
(Produk Rusak) Dianalisa)

C0S2 C1S8
C3S4
(ProdukC4G0
Rusak) (Produk
(Produk Dapat
Dapat
(Produk Rusak) Dianalisa)
Dianalisa)

C1S2 C2S8
C4S4
(Produk Dapat (Produk
(Produk Dapat
Dapat
C0G2
Dianalisa) Dianalisa)
Dianalisa)
(Produk Rusak)

C2S2 C0S6
(Produk Dapat (ProdukC3S8
Rusak)
Dianalisa) (Produk Dapat
C1G2 Dianalisa)
(Produk Dapat
Dianalisa)

C2G2
(Produk Dapat
Dianalisa)
Tabel 4.9 Hasil Produk Biodegradable Film Menggunakan Plasticizer Gliserol
Gambar
Gambar Kode
Kode
(Keterangan)
(Keterangan)
Gambar Kode C4G8
(Keterangan) (Produk
C3G2 Dapat
Dianalisa)
(Produk Dapat
C1G6 Dianalisa)
(Produk Dapat
Dianalisa)

C4G2
(Produk Dapat
C2G6
Dianalisa)
(Produk Dapat
Dianalisa)

C0G4
C3G6 (Produk Rusak)
(Produk Dapat
Dianalisa)

C1G4
C4G6 (Produk Dapat
(Produk Dapat Dianalisa)
Dianalisa)

C2G4
C0G8 (Produk Dapat
(Produk Dapat Dianalisa)
Dianalisa)

C3G4
C1G8
(Produk Dapat
(Produk Dapat
Dianalisa)
Dianalisa)

C4G4
C2G8
(Produk Dapat
(Produk Dapat
Dianalisa)
Dianalisa)

C3G8 C0G6
(Produk Dapat (Produk Rusak)
Dianalisa)
4.1.3 Hasil Analisa Uji Viskositas, Kuat Tarik, Elongasi, Water Absorption dan
Biodegradasi
Tabel 4.10 Hasil Analisa Uji Viskositas Larutan Polimer Menggunakan Plasticizer
Sorbitol
Konsentrasi Waktu Alir Waktu

Larutan Larutan Alir Spesifik Reduksi
Polimer Pelarut
Polimer Polimer Pelarut ((-0)/0) (sp/C)
txc txc
(gram/ml) t (s) t (s)
0,00625 23 21 2,3598 2,1546 0,095238095 15,23809524
0,0125 48 21 4,9248 2,1546 1,285714286 102,8571429
0,025 90 21 9,234 2,1546 3,285714286 131,4285714
0,05 321 21 32,9346 2,1546 14,28571429 285,7142857

Tabel 4.11 Hasil Analisa Uji Viskositas Larutan Polimer Menggunakan Plasticizer
Gliserol
Konsentrasi Waktu Alir Waktu

Larutan Larutan Alir Spesifik Reduksi
Polimer Pelarut
Polimer Polimer Pelarut ((-0)/0) (sp/C)
txc txc
(gram/ml) t (s) t (s)
0,00625 22 21 2,2572 2,1546 0,047619048 7,619047619
0,0125 47 21 4,8222 2,1546 1,238095238 99,04761905
0,025 88 21 9,0288 2,1546 3,19047619 127,6190476
0,05 296 21 30,3696 2,1546 13,0952381 261,9047619

Tabel 4.12 Hasil Analisa Uji Kuat Tarik Biodegradable Film


Luas Luas
F=Mxa S = F/A F=Mx S = F/A
Sampel Permukaan Sampel Permukaan
(N) (N/mm) a (N) (N/mm)
(mm) (mm)
C1S2 8,54 1,25 6,83 C1G2 2,08 1,25 1,67
C1S4 8,25 1,32 6,26 C1G4 2,08 1,57 1,33
C1S6 7,72 1,73 4,46 C1G6 1,56 2,08 0,75
C1S8 4,20 1,80 2,33 C1G8 1,27 2,42 0,52
C2S2 9,93 1,28 7,74 C2G2 2,54 1,32 1,93
C2S4 9,25 1,33 6,94 C2G4 2,49 1,60 1,56
C2S6 9,18 1,78 5,15 C2G6 2,06 2,15 0,96
C2S8 8,22 1,92 4,29 C2G8 1,70 2,45 0,69
C3S2 11,61 1,30 8,93 C3G2 2,99 1,40 2,14
C3S4 10,84 1,40 7,74 C3G4 2,86 1,65 1,73
C3S6 11,07 1,95 5,67 C3G6 2,68 2,25 1,19
C3S8 10,70 2,10 5,10 C3G8 2,56 2,68 0,95
C4S2 13,91 1,40 9,93 C4G2 3,33 1,45 2,30
C4S4 12,95 1,55 8,36 C4G4 3,22 1,77 1,82
C4S6 12,82 2,00 6,41 C4G6 3,24 2,28 1,42
C4S8 12,75 2,35 5,43 C4G8 2,99 2,80 1,07
Tabel 4.13 Hasil Analisa Uji Elongasi Biodegradable Film
Sampel wo w1 Elongasi Sampel wo w1 Elongasi
(mm) (mm) (%) (mm) (mm) (%)
C1S2 114 14 C1G2 132 32
C1S4 115 15 C1G4 133 33
C1S6 117 17 C1G6 134 34
C1S8 120 20 C1G8 135 35
C2S2 113 13 C2G2 126 26
C2S4 114 14 C2G4 129 29
C2S6 116 16 C2G6 130 30
C2S8 118 18 C2G8 131 31
C3S2 100 110 10 C3G2 100 118 18
C3S4 111 11 C3G4 125 25
C3S6 114 14 C3G6 128 28
C3S8 116 16 C3G8 129 29
C4S2 108 8 C4G2 116 16
C4S4 110 10 C4G4 120 20
C4S6 113 13 C4G6 126 26
C4S8 115 15 C4G8 127 27

Tabel 4.14 Hasil Analisa Water Absorpsi Test Biodegradable Film


Sampel wo w1 Peningkatan Sampel wo w1 Peningkatan
(gram) (gram) Berat (%) (gram) (gram) Berat (%)
C1S2 0,08 0,16 100,00 C1G2 0,09 0,11 22,22
C1S4 0,09 0,19 111,11 C1G4 0,12 0,16 33,33
C1S6 0,14 0,34 142,86 C1G6 0,15 0,21 40,00
C1S8 0,12 0,31 158,33 C1G8 0,15 0,24 60,00
C2S2 0,07 0,19 171,43 C2G2 0,14 0,18 28,57
C2S4 0,10 0,29 190,00 C2G4 0,10 0,14 40,00
C2S6 0,13 0,42 223,08 C2G6 0,14 0,22 57,14
C2S8 0,14 0,47 235,71 C2G8 0,16 0,28 75,00
C3S2 0,11 0,35 218,18 C3G2 0,09 0,14 55,56
C3S4 0,09 0,29 222,22 C3G4 0,10 0,16 60,00
C3S6 0,10 0,36 260,00 C3G6 0,14 0,24 71,43
C3S8 0,16 0,68 325,00 C3G8 0,20 0,38 90,00
C4S2 0,10 0,38 280,00 C4G2 0,14 0,24 71,43
C4S4 0,11 0,43 290,91 C4G4 0,11 0,20 81,82
C4S6 0,15 0,66 340,00 C4G6 0,16 0,30 87,50
C4S8 0,15 0,90 500,00 C4G8 0,19 0,38 100,00
Tabel 4.15 Hasil Analisa Uji Biodegradasi Biodegradable Film
Sampel wo w5 Penurunan Sampel wo w5 Penurunan
(gram) (gram) Berat (%) (gram) (gram) Berat (%)
C1S2 0,12 0,05 58,33 C1G2 0,09 0,04 55,56
C1S4 0,25 0,09 64,00 C1G4 0,17 0,06 64,71
C1S6 0,17 0,05 70,59 C1G6 0,18 0,06 66,67
C1S8 0,15 0,03 80,00 C1G8 0,19 0,06 68,42
C2S2 0,15 0,07 53,33 C2G2 0,12 0,05 58,33
C2S4 0,18 0,08 55,56 C2G4 0,12 0,03 75,00
C2S6 0,28 0,12 57,14 C2G6 0,17 0,04 76,47
C2S8 0,29 0,11 62,07 C2G8 0,14 0,03 78,57
C3S2 0,21 0,04 80,95 C3G2 0,12 0,02 83,33
C3S4 0,15 0,02 86,67 C3G4 0,12 0,01 91,67
C3S6 0,18 0,00 100,00 C3G6 0,20 0,01 95,00
C3S8 0,18 0,00 100,00 C3G8 0,25 0,00 100,00
C4S2 0,16 0,05 68,75 C4G2 0,09 0,02 77,78
C4S4 0,16 0,05 68,75 C4G4 0,10 0,02 80,00
C4S6 0,16 0,03 81,25 C4G6 0,16 0,03 81,25
C4S8 0,17 0,02 88,24 C4G8 0,18 0,03 83,33
4.2 Pembahasan
Pembuatan biodegradable film dari jerami nangka menghasilkan film
transparan yang berwarna kecoklatan. Biodegradable film dari jerami dan biji
nangka ini memiliki kecerahan yang berbeda beda. Warna kecerahan
biodegradable film menurun seiring dengan meningkatnya plasticizer yang
ditambahkan. Hal ini disebabkan karena peningkatan plasticizer akan
meningkatkan kekentalan larutan plastik, dengan adanya padatan yang terlarut
semakin meningkat, menyebabkan polimer pembentuk plastik bertambah
banyak akibatnya intensitas kecerahan film menjadi menurun (Sitompul,2017).

4.2.1 Uji viskositas


Uji viskositas menggunakan sampel larutan plastik dengan plasticizer
sorbitol 8% dan gliserol 8%. Larutan plastik dibuat dengan konsentrasi yang
berbeda beda. Larutan sampel dialirkan pada tabung viskometer oswald untuk
mendapatkan waktu alirnya. Pendekatan penentuan berat molekul ini
berdasarkan persamaan Mark-Houwink, yang menyatakan sebagai berikut

Dengan nilai Kamilum = 1,18 x 10-5 dan amilum = 0,89 (Boediono, 2012)
Perhitungan lanjutan dilakukan untuk mendapatkan hasil viskositas
spesifik (sp) kemudian dibagi dengan konsentrasi larutan (C) sehingga didapat
nilai viskositas reduksi.. Nilai tersebut dibuat grafik antara konsentrasi dengan
viskositas reduksi. Grafik tersebut diperoleh viskositas intrinsik (). Seperti
pada Gambar 4.1

(a) (b)
Gambar 4.1 Grafik Nilai Viskositas Intrinsik Biodegradable film (a) Plasticizer
Sorbitol (b) Plasticizer Gliserol

40
Larutan plastik dengan plasticizer sorbitol dan gliserol menghasilkan
viskositas intrinsik sebesar 0,082 dan 0,044. Nilai viskositas intrinsik tersebut
digunakan untuk menentukan berat molekul dengan menerapkan persamaan
Mark-Houwink. Berat molekul yang didapatkan dari persamaan Mark-
Houwink sebesar 20738,501 gram/mol untuk larutan plastik dengan plasticizer
sorbitol dan 10303,879 gram/mol untuk larutan plastik dengan plasticizer
gliserol. Perhitungan peentuan berat molekul dapat dilihat pada lampiran.
Perhitungan berat molekul tersebut sudah membuktikan bahwa larutan
biodegradable film pada penelitian ini memenuhi parameter berat molekul
polimer yaitu mempunyai berat molekul lebih dari 10.000 g/mol
(Maghfiroh,2015)
Larutan biodegradable film dengan plasticizer sorbitol memiliki berat
molekul lebih besar daripada larutan biodegradable film dengan plasticizer
gliserol. Hal ini dipengaruhi karena jenis plasticizer. Plasticizer sorbitol
memiliki berat molekul lebih besar yaitu sebesar 182,17 gram/mol dan gliserol
sebesar 92,09 gram/mol (Maghfiroh,2015).

4.2.2 Uji Kuat Tarik


Kuat tarik merupakan gaya maksimum yang dapat ditahan oleh plastik
hingga terputus. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan suatu
bahan terhadap pembebanan pada titik lentur dan juga untuk mengetahui
keelastisan suatu bahan. Gambar 4.2 menunjukkan hasil uji kuat tarik
biodegradable film.

(a) (b)
Gambar 4.2 Grafik Uji Kuat Tarik (a) Plasticizer Sorbitol (b) Plasticizer
Gliserol
Gambar 4.2 menunjukkan jika penambahan konsentrasi plasticizer dapat
menurunkan nilai kuat tarik biodegradable film. Hal ini sesuai dengan
penelitian Riza (2013) bahwa peningkatan konsentrasi plasticizer akan
menurunkan ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen yang turun akan meningkatkan
fleksibilitas. Fleksibilitas yang meningkat akan menghasilkan kuat tarik yang
rendah.
Biodegradable film dengan plasticizer sorbitol memiliki nilai kuat tarik
lebih besar dari pada plasticizer gliserol. Hal ini dikarenakan plasticizer
dengan berat molekul tinggi dapat meningkatkan nilai kuat tarik (Down
Howey). Berat molekul sorbitol yaitu 182,17, sedangkan gliserol memiliki
berat molekul 92,09. Selain itu, berdasarkan molekulnya, gugus OH- pada
sorbitol lebih banyak dibanding gugus OH- pada gliserol dalam kadar yang
sama, sehingga ikatan hidrogen yang terbentuk semakin banyak (Wirawan,
2012).
Kadar CMC yang tinggi memberikan nilai kuat tarik biodegradable film
semakin tinggi. Hal ini dikarenakan adanya ikatan hidrogen antara gugus
hidroksil (OH) dari pati dengan gugus hidroksil (OH) dan karboksil (COOH)
dari CMC. Ikatan hidrogen tersebut mengakibatkan kekuatan material menjadi
semakin meningkat (Mahlinda, 2015).
Nilai kuat tarik terendah diperoleh oleh C1G8 dengan nilai 0,5 N/mm2 dan
C1S8 sebesar 2,33 N/mm2. Nilai kuat tarik tertinggi diperoleh oleh C4G2
dengan nilai 2,3 N/mm2 dan C4S2 dengan nilai 9,93 N/mm2. Nilai kuat tarik
tersebut hampir mendekati standar ASTM D638-02a pada Low Density
Polyethylene (LDPE) dengan kuat tarik yaitu 10 N/mm2.

4.2.3 Uji Elongasi


Nilai elongasi atau persen pemanjangan merupakan perubahan panjang
maksimal biodegradable film sebelum terputus. Nilai elongasi menunjukkan
kemampuan bahan kemasan biodegradable film untuk merenggang.
(a) (b)
Gambar 4.3 Grafik Uji Elongasi (a) Plasticizer Sorbitol (b) Plasticizer Gliserol
Gambar 4.3 menunjukkan jika penambahan konsentrasi plasticizer dapat
menaikan nilai Elongation at Break biodegradable film. Hal ini karena adanya
plasticizer menyebabkan ikatan antar polimer menjadi berkurang. Ikatan antar
polimer yang rendah akan membuat plastik lebih fleksibel (Hardjono, 2014).
Biodegradable film dengan plasticizer gliserol memiliki nilai elongasi
lebih besar dari sorbitol. Hal ini karena gliserol memiliki sifat lebih volatil
daripada sorbitol, sehingga volume gliserol yang hilang akibat proses pembuatan
dan pengovenan lebih banyak daripada sorbitol. Volume gliserol yang hilang
mengakibatkan gugus OH pada gliserol yang akan membentuk ikatan
intermolekuler dengan rantai polimer berkurang. Ikatan intermolekuler yang
berkurang menyebabkan menikatnya fleksibilitas plastik (Wirawan,2012).
Kadar CMC menyebabkan nilai persen elongasi semakin menurun. Hal ini
dikarenakan penambahan CMC akan menambah intensitas gugus OH
karboksil dan berdampak pada menambahnya nilai kuat tarik. Peningkatan kuat
tarik akan berdampak pada menurunya elastisitas (Khumairoh, 2016).
Nilai persen elongasi tertinggi diperoleh oleh C1S8 dengan nilai 20% dan
C1G8 dengan nilai 35%. Nilai persen elongasi terendah diperoleh oleh C4S2
dengan nilai 8% dan C4G2 dengan nilai 16%.

4.2.4 Water Absorption Test


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui % peningkatan berat bahan dari
biodegradable film yang dihasilkan. Berikut ini disajikan hasil water
absorption test dari biodegradable film dengan plasticizer sorbitol dan gliserol.
(a) (b)
Gambar 4.4 Grafik Water Absorpstion Test (a) Plasticizer Sorbitol (b)
Plasticizer Gliserol
Grafik diatas menunjukkan jika penambahan plasticizer akan
meningkatkan nilai water absorpstion. Hal ini dikarenakan plasticizer memiliki
sifat higroskopis. Sifat higroskopis akan mengakibatkan film mampu menyerap
air (Safitri , 2016).
Biodegradable film dengan plasticizer sorbitol memiliki nilai penyerapan
air lebih besar dari pada gliserol. Hal ini dikarenakan sorbitol yang memiliki
ukuran molekul yang lebih besar dibandingkan gliserol. Ukuran molekul besar
akan memperbesar volume bebas antar rantai polimer dan mempermudah
transfer molekul air (Wirawan, 2012).
Kadar CMC menyebabkan meningkatnya nilai water absorption. Hal ini
sesuai dengan penelitian ( Hidayat, 2012) yang menyatakan bahwa CMC
mempunyai sifat hidrofil. Sifat hidrofil menyebabkan plastik lebih menyerap
air. Nilai water absorption tertinggi diperoleh oleh C4S8 sebesar 500% dan
C4G8 sebesar 100%. Nilai water absorption terendah diperoleh oleh C1S2
sebesar 100% dan C1G2 sebesar 22,22%.

4.2.5 Uji Biodegradasi


Uji biodegradasi dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan dapat
terdegradasi dengan baik di lingkungan. Berikut ini disajikan hasil uji
biodegradasi biodegardable film dengan plasticizer sorbitol dan gliserol.
(a) (b)
Gambar 4.5 Grafik Uji Biodegradasi (a) Plasticizer Sorbitol (b) Plasticizer
Gliserol
Grafik diatas menunjukkan semakin banyak plasticizer menyebabkan nilai
degradasi semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena sifat plasticizer yang
higroskopis. Sifat film yang higroskopis akan menyerap air dari udara maupun
lingkungan sekitarnya lebih banyak (Wirawan, 2012). Semakin banyak
kandungan air suatu film, maka mikroorganisme bertumbuh lebih cepat dan
mudah bagi film itu untuk terdegradasi.
Plasticizer sorbitol menyebabkan nilai degradasi lebih tinggi daripada
gliserol. Hal ini dikarenakan sorbitol memiliki ukuran molekul yang lebih
besar dibandingkan gliserol. Ukuran molekul besar akan memperbesar volume
bebas antar rantai polimer dan mempermudah transfer molekul air (Wirawan,
2012). Banyak air yang terserap menyebabkan semakin banyak
microorganisme yang masuk ke dalam matrix. Microorganisme yang banyak
akan memepercepat degradasi film.
Kadar CMC mengakibatkan nilai persen biodegradasi semakin besar. Hal
ini dikarenakan CMC bersifat hidrofil, sehingga penambahan CMC akan
membuat plastik mempunyai tingkat kelembaban yang tinggi (Hidayat , 2013).
Tingkat kelembaban yang tinggi merupakan habitat yang baik bagi bakteri,
maka bakteri bertumbuh lebih cepat dan mendegradasi plastik lebih cepat.
Nilai degradasi paling tinggi dihasilkan oleh C3S8, C3S6, C3G8 yaitu 100%.
Nilai degradasi paling rendah dihasilkan oleh C1S2 yaitu 58% dan C1G2 yaitu
56%.
4.2.6 Fourier Transformed Infrared (FTIR)
Pada penelitian ini pengujian FTIR dilakukan pada sampel biodegradable
film dari pati biji nangka menggunakan plasticizer gliserol dan filler CMC.
Gambar 4.11 merupakan hasil spektra uji FTIR pati biji nangka dan
biodegradable film dari pati biji nangka gliserol.

(Anggarini,2013)
(a)
(b)
Gambar 4.6 Hasil Spektra FTIR (a) Pati Biji Nangka (b) Biodegradable film pati biji
nangka dengan plasticizer gliserol
Tabel 4.16 Hasil Spektra FTIR Pati Biji Nangka, Biodegradable film Pati Biji
Nangka- Gliserol
BIODEGRADABLE FILM DARI PATI BIJI
PATI BIJI NANGKA NANGKA DAN GLISEROL

Jenis Vibrasi Bilangan Jenis Bilangan Gelombang


Gelombang Vibrasi (cm-1)
(cm-1)
OH 3441,01 OH 3504,69 - 3523,95
Karboksil Karboksil
N-H 3310-3500 O -H 2906,52 2692,30
Amina Alkohol

C=C 1640-1680 CH 1433,11


alkena Alkana
CO 1107,29 CO 1050 1300
Ester Ester

CH 2931,80 C=C 1340 - 1470


Alkana Alkena

Tabel 4.16 menunjukan bahwa gugus pada biodegradable film dari pati
biji nangka dengan plasticizer gliserol sudah berbeda dengan gugus fungsi dari
bahan penyusunnya yaitu pati biji nangka.
Adanya gugus fungsi O-H karboksil pada biodegradable film
mengindikasikan plastik tersebut memiliki kemampuan degradasi. Hal ini
disebabkan karena gugus-gugus tersebut bersifat hidrofilik. Kemampuan gugus
tersebut dalam mengikat molekul-molekul air yang berasal dari lingkungan
mengakibatkan mikroorganisme yang dapat memasuki matriks plastik juga
semakin banyak seiring dengan semakin tingginya intensitas gugus-gugus yang
bersifat hidrofilik (Anggarini,2013)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan Pemanfaatan Jerami Nangka (Artocarpus
heterophyllus) sebagai Bahan Baku Biodegradable Film diperoleh kesimpulan,
yaitu :
1. Pengaruh jenis plasticizer terhadap karakteristik plastik
Plasticizer yang memberikan sifat mekanik paling baik yaitu plasticizer
sorbitol
Plasticizer yang memberikan sifat degradasi plastik paling baik yaitu
plasticizer sorbitol
Plasticizer yang memberikan sifat ketahanan terhadap air paling baik
yaitu plasticizer gliserol
2. Pengaruh jumlah plasticizer terhadap karakteristik plastik.
Semakin tinggi jumlah plasticizer akan menurunkan nilai kuat tarik

plastik dan meningkatkan nilai persen pemanjangan plastik


Semakin tinggi jumlah plasticizer akan meningkatkan persen penurunan
berat plastik
Semakin tinggi jumlah plasticizer akan meningkatkan nilai daya serap

terhadap air
3. Mengetahui pengaruh jumlah filler terhadap karakteristik plastik.
Semakin tinggi jumlah filler akan meningkatkan nilai kuat tarik dan

menurunkan nilai persen pemanjangan plastik


Semakin tinggi jumlah filler akan meningkatkan nilai degradasi suatu

film
Semakin tinggi jumlah filler akan meningkatkan nilai daya serap
terhadap air

5.2 Saran
Pengujian berbagai analisa sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali
Bahan yang digunakan sebaiknya memiliki spesifikasi yang sama dalam
setiap pembuatan plastik
Perlakuan kerja dalam pembuatan plastik sebaiknya dilakukan sama
dalam setiap variabel
Perlu dipelajari lebih lanjut teori penentuan berat molekul
DAFTAR PUSTAKA

Anggarini, Fetty. 2013. Aplikasi Plasticizer Gliserol Pada Pembuatan


Biodegradable film Dari Biji Nangka. Laporan Skripsi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang.
Semarang
Arief, Dede Zainal. 2013. Memperbaiki Karakteristik Edible Film Jerami Nangka
(Artocarpus Heterophyllus) Menggunakan Bahan Penstabil dan
Gliserol. Prosiding Seminar Nasioanl Perhimpunan Ahli Teknologi
Pangan Indonesia ISBN 978-9890211
Boediono, Mario. 2012. Pemisahan Dan Pencirian Amilosa Dan Amilopektin
Dari Pati Jagung Dan Pati Kentang Pada Berbagai Suhu. Laporan
skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Christianty, Maria Ulfa. 2009. Produksi Biodegradable Plastic Melalui
Pencampuran Pati Sagu Termoplastis Dan Compatibilized Linear Low
Density Polyethylene. Laporan Tesis Program Studi Teknologi Industri
Pertanian . Institusi Pertanian Bogor. Bogor
Garusti. 2014. Analisis Penerimaan Konsumen Untuk Produk Edible Film
Berbahan Tepung Dami Nangka Sebagai Bahan Kemasan Serbuk Sereal.
Laporan Tesis Teknologi Industri Pertanian UGM. Yogyakarta
Haleem, Noor dkk. 2014. Synthesis of carboxymethyl cellulosefrom wasteof
cotton ginning industry. Jurnal Sciences and Technology. National
University of Sciences and Technology
Handareni, Nita dkk. 2013. Pengujian Poly (ethylene terephthalate)
menggunakan FTIR. Laporan Praktikum Karakterisasi Material Jurusan
Teknik Kimia dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri. Institusi
Teknologi Sepuluh November. Surabaya
Hardjono, dkk. 2016. Pengaruh penambahan asam sitrat terhadap karakteristik
film plastik biodegrdable dari pati kulit pisang kepok (Musa Acuminata
Balbisiana Colla. Jurnal Bahan Alam Terbarukan Teknik Kimia.
Politeknik Negeri Malang. Malang
Khumairoh, Ulfa. 2016. Pengaruh Konsentrasi Gliserol Dan Konsentrasi Cmc
Terhadap Karakteristik Biodegradable Film Berbasis Ampas Rumput
Laut Eucheuma Cottonii. Laporan Skripsi Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung
Khumairoh, Ulfa. 2016. Pengaruh Konsentrasi Gliserol Dan Konsentrasi Cmc
Terhadap Karakteristik Biodegradable Film Berbasis Ampas Rumput
Laut Eucheuma Cottonii. Laporan Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas
Lampung. Lampung
Maghfiroh, Imroatul. 2014. Penentuan Berat Molekul Polimer Dengan Metode
Viskositas. Laporan Fisika Eksperimental. Universitas Airlangga.
Surabaya
Mahlinda. 2015. Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset Dan Standardisasi
Industri V "Peranan Iptek, Standardisasi Dan SDM Industri Untuk
Meningkstksn Daya Saing Industri Nasional Dalam Menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)".Bali riset dan standarisasi banda
aceh. Aceh
Manullang, Anita. 2016. Pemanfaatan Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus)
Pada Pembuatan Bioplastik Menggunakan Plasticizer Sorbitol Dan
Pengisi Kitosan. Laporan Skripsi Fakultas Teknik. Universitas Sumatera
Utara. Sumatera Utara
Murtius, dkk. 2015. Antimicrobial Activity of Jackfruits Straws Film Which has
been enriched by Temulawak. Journal ofBioSciencies
Neswati, dkk. 2015. Characteristics of Jackfruit Straws Edible film Enriching by
Gingers Red (Zingiber 0fficianale, Rose. International Journal
Advanced Science Engineering Infornation Technology.
Noor, Fateatun. 2014. Physicochemical properties of flour and extraction of
starch from jackfruit seed. International Journal of Nutrition and Food
Sciences. Bangladesh
Nugraha, Febrinaldo. 2008. Optimasi Pemecahan Emulsi Air Dalam Pelumas
Bekas Menggunakan Campuran Larutan Nacl-Etanol. Laporan Skripsi
Jurusan Teknik Kimia. Institusi Teknologi Bandung. Bandung
Purbasari,Aprilina. 2013. Bioplastik dari Tepung dan Biji Nangka. Laporan skripsi
Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Kimia. Universitas Diponegoro.
Semarang
Puspita, Ajeng. 2013. Pembuatan Dan Karakterisasi Struktur Mikro Dan Sifat
Termal Film Plastik Berbahan Dasar Pati Biji Nangka (Artocarpus
Heterophyllus). Laporan skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Riyo, Yunus. 2010. Edible Film Jerami Nangka dengan CMC 2% dan gliserol 2%.
Laporan Skripsi Universitas Pasundan. Bandung.
Riza, Medyan. Sintesa Biodegradable film Dari Pati Sagu Dengan Gliserol Dan
Sorbitol Sebagai Plasticizer. Jurnal Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS.
Surakarta
Safitri, Isna. 2016. Uji Meka nik Biodegradable film Dari Pati Sagu Dan
Grafting Poly(Nipam)-Kitosan Dengan Penambahan Minyak Kayu

51
Manis (Cinnamomum Burmannii) Sebagai Antioksidan. Laporan Skripsi.
Jurusan Magister Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala. Aceh
Sari, Dian Permata. 2014. Pembuatan Biodegradable film Menggunakan Pati
Dari Umbi Keladi. Laporan Skripsi Jurusan Teknik Kimia. Politeknik
Negeri Sriwijaya. Palembang
Sitompul, Alfredo. 2017. Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Plasticizer Terhadap
Sifat Fisik Edible Film Kolang Kaling (Arenga pinnata). Jurnal Pangan
dan Agroindustri Vol.5 No.1; 13-25. Universitas Brawijaya. Malang
Syafitri, Indah. 2015. Penentuan Berat Molekul Polimer. https://id.scribd.com
/document/292419357/penentuan-berat-molekul-polim er. Diakses pada
tanggal 01 April 2017.
Ummah, Nathiqoh. 2013. Uji Ketahanan Biodegradable Plastic Berbasis Tepung
Biji Durian (Durio Zibethinus Murr)Terhadap Air Dan Pengukuran
Densitasnya. Laporan Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Wirawan, Sang Dkk. 2012. Pengaruh Plasticizer Pada Karakteristik Edible
Film Dari Pektin. Laporan Skripsi Jurusan Teknik Kimia. Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Yuwono,Sudarminto. 2015. Jerami Nangka. Laporan Tesis. Universitas
Brawijaya. Malang
LAMPIRAN
A. Contoh Perhitungan
1. Analisa Penentuan Berat Molekul Metode Viskositas
Konsentrasi polimer dalam 200 ml larutan
Mencari konsentrasi larutan dalam 4 kali pengenceran
gram/ml
C1 = 10 Gram = 0,05
200 Ml
C2 = C1 V1 = C2 V2
0,05 100 = C2 200
C2 = 0,025
C3 = C2 V1 = C3 V2
0,025 100 = C3 200
C3 = 0,0125
C4 = C3 V1 = C4 V2
0,0125 100 = C4 200
C4 = 0,00625
Viskometer size = 200
C = 0,1026
Konstanta 0,0000
Amilum = 118 (Boediono, 2012)
Alfa Amilum = 0,89

Mencari viskositas reduksi untuk memperoleh viskositas intrinsik


Konsentrasi Waktu Waktu Spesifik Reduksi
Larutan Alir Alir Polimer Pelarut
Polimer Larutan Pelarut
Polimer
(gram/ml) t (s) t (s) txc txc ((-0)/0) (sp/C)
0,00625 23 21 2,3598 2,1546 0,095238095 15,23809524
0,0125 48 21 4,9248 2,1546 1,285714286 102,8571429
0,025 90 21 9,234 2,1546 3,285714286 131,4285714
0,05 321 21 32,9346 2,1546 14,28571429 285,7142857

53
[] = k (Mv)^
0,082 = 0,0000118 Mv^0,89
Mv = 20738,501 g/mol

2. Contoh perhitungan Uji Tarik Biodegradable film


Jenis Plasticizer : Sorbitol
Jenis Filler : CMC
Jumlah Plasticizer : 8%
Jumlah Filler : 0,3 %
Data diperoleh :
Massa saat ditarik (m) : 0,43 kg
Percepatan gravitasi () : 9,81 m/s2
Luas Permukaan Sample : 1,80 mm2

Perhitungan :
Fmaks = m .
Fmaks = 0,43 kg x 9,81 m/s2
Fmaks = 4,20 N
Subtitusikan nilai Fmaks kedalam persamaan dibawah ini :

= 2,33

Jadi (kuat tarik) dari sampel biodegradable film dengan variable


plasticizer sorbitol 8% dan filler CMC 0,3% adalah 2,33 N/mm2

3. Contoh perhitungan Uji Elongasi Biodegradable film


Jenis Plasticizer : Gliserol
Jenis Filler : CMC
Jumlah Plasticizer : 8%
Jumlah Filler : 0,3%
Data diperoleh :
Panjang awal sample (wo) : 100 mm
Penambahan panjang sample (wt) : 35 mm

Perhitungan :

% Elongasi plastik = x 100%

% Elongasi plastik = x 100%

% Elongasi plastik = 35%


4. Contoh perhitungan Water absorption Test Biodegradable film
Jenis Plasticizer : Sorbitol
Jenis Filler : CMC
Jumlah Plasticizer : 8%
Jumlah Filler :1%
Data diperoleh :
Berat Awal (wo) : 0,16 gram
Berat Akhir (w1) : 0,68 gram

Perhitungan :

% peningkatan berat bahan = x 100%

% peningkatan berat bahan = x 100%

% peningkatan berat bahan = 325 %

5. Contoh perhitungan Uji Biodegradasi Biodegradable film


Jenis Plasticizer : Gliserol
Jenis Filler : CMC
Jumlah Plasticizer : 6%
Jumlah Filler :1%
Data diperoleh :
Berat Awal (w0) : 0,20 gram
Berat Akhir (w5) : 0,01 gram

Perhitungan :

% bahan yang terdegradasi = x 100%

% bahan yang terdegradasi = x 100%

% bahan yang terdegradasi = 95 %

B. Gambar

Gambar B1. Jerami Nangka


Gambar B2. Proses Pengendapan Pati Biji Nangka

Gambar B3. Hasil Ekstraksi Pati Biji Nangka

Gambar B3. Produk Biodegradable Film dari Jerami dan Biji Nangka
Gambar B3. Sampel Uji viskositas dalam penentuan Berat Molekul

Gambar B4. Penentuan Berat Molekul dengan Metode Viskositas

Gambar B5. Spesimen Uji Kuat Tarik (ASTM D882)


Gambar B6. Uji Kuat Tarik pada Biodegradable Film dari Jerami dan Biji Nangka

Gambar B6. Water Absorption Test (ASTM D570)

(a) (b)
Gambar B7. Sampel (a) Sebelum Dilakukan (b) Sesudah Dilakukan Water
Absorption Test
Gambar B8. Uji Biodegradasi

Anda mungkin juga menyukai