Anda di halaman 1dari 15

Puluhan rumah di Banyumas rusak diterjang

angin kencang

Merdeka.com - Puluhan rumah di desa


Banjarparakan kecamatan Rawalo,
Banyumas, Jawa Tengah rusak diterjang
angin kencang pada Selasa (8/4) sore.
Akibat peristiwa tersebut sedikitnya tiga
puluh rumah warga rusak.

Seorang warga setempat, Nasilah,


mengatakan angin yang kencang tersebut terjadi dengan cepat. "Pertama kali ya terjadi hujan,
kemudian ada angin kecil. Tak berselang lama, hujannya tambah besar, sehingga asbesnya jatuh,
kemudian anginnya bertambah kencang," katanya, Rabu (8/40).

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas Prasetyo
Budi Widodo mengatakan pihaknya bersama dengan relawan dan dinas lainnya telah bergotong-
royong memperbaiki rumah-rumah yang rusak.

"Hari ini relawan bersama warga bekerja bakti menyingkirkan atap-atap rumah yang rusak.
Selain itu, Pemkab membantu berupa material berupa seng, kalsiboard, paku dan lainnya,"
katanya.

Sementara itu, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap, Teguh Wardoyo
menjelaskan mulai April hingga Juni merupakan masa transisi. "Saat musim transisi, ditandai
dengan curah hujan tinggi. Kami perkirakan, curah hujan masih berkisar antara 150 mm hingga
300 mm lebih," jelas Teguh.

Selain curah hujan tinggi, BMKG meminta warga mewaspadai munculnya angin puting beliung
dan petir. "Saat musim transisi seperti sekarang ini, akan ada pemanasan lokal yang
memunculkan awan konvektif. Awan konvektif ini berpotensi menimbulkan angin puting
beliung dan petir," ucapnya.

Ia menambahkan, potensi kemunculan awan konvektif terjadi di waktu sore hingga malam. Oleh
karena itu, pihaknya meminta warga untuk tetap waspada terhadap bencana khususnya angin
puting beliung.
Gempa 6,0 SR goyang Barat Daya Maluku
Tenggara

gempa. bolius.dk

Merdeka.com - Gempa berkekuatan 6,0 Scala Richter menggoyang 120 km Barat Daya Maluku
Tengara. Gempa terjadi pada pukul 16:35:58 WIB, dengan lokasi 6.81 Lintang Selatan, 132.44
Bujur Timur di kedalaman 10 km.

"Gempa tidak terasa di Maluku Tenggara. Namun gempa dirasakan cukup kuat di Saumlaki
selama 3 detik," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho
dalam pernyataannya, Rabu (1/4).

Tidak ada laporan korban jiwa dan kerusakan akibat gempa. Sementara, aktivitas masyarakat
juga tetap berlangsung normal.
"Di wilayah tersebut sering terjadi gempa skala 6 SR karena berada pada jalur subduksi lempeng
Hindia Australia dan lempeng Eurasia yang aktif."

"Masyarakat sudah mengantisipasi dengan segera keluar rumah saat merasakan guncangan
gempa," katanya.
Banjir bandang, 90 rumah dan jembatan di
OKU Selatan hanyut
Ilustrasi banjir.
2015 Merdeka.com

Merdeka.com -
Setidaknya 90 rumah
di tiga desa di
Kecamatan Buay
Pemaca, Kabupaten
Ogan Komering Ulu
(OKU) Selatan,
Sumatera Selatan
rusak parah akibat
diterjang banjir bandang. Musibah itu juga menyebabkan satu jembatan gantung sepanjang enam
meter hanyut terbawa arus.

Koordinator Taruna Siaga Bencana Sumatera Selatan, MS Sumarwan mengatakan, dari laporan
diterimanya musibah itu terjadi mendadak, Rabu (25/3) dini hari. Banjir bandang itu menerjang
tiga desa, yakni Desa Telmo, Desa Tanjung Mas, dan Desa Kota Way.

"Kejadiannya dini hari tadi. Laporannya ada tiga desa yang diterjang banjir bandang," kata
Sumarwan kepada merdeka.com, Rabu (25/3).

Dari musibah itu, kata Sumarwan, sekitar 90 rumah warga rusak parah. Tak hanya itu, banjir
juga menghanyutkan jembatan gantung sepanjang enam meter. Akibatnya, tiga desa itu terisolir
lantaran akses jalan terputus.

"Untuk sementara tidak ada korban jiwa akibat kejadian itu," lanjut Sumarwan.

Sumarwan menambahkan, hingga sore ini air sudah berangsur surut. Tim evakuasi dari Tagana
serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel dan OKU Selatan sudah turun ke
lokasi membantu warga menjadi korban.

"Petugas lapangan kita turunkan untuk membantu warga yang rumahnya mengalami kerusakan,"
tandas Sumarwan.
Gunung Sinabung Kembali Muntahkan Awan Panas, 8 Desa
Terkena Debu Vulkanik
Sabtu, 4 April 2015 |
03:05 WIB
TRIBUN MEDAN /
DEDY SINUHAJI
Gunung Sinabung
mengeluarkan lava pijar
bersama guguran awan
panas terlihat dari Desa
Tiga Pancur, Tanah
Karo, Sumut, Kamis
(10/9/2014). Aktivitas
Gunung Sinabung
sepekan terakhir masih
mengalami peningkatan.

KABANJAHE, KOMPAS.com - Meningkatnya aktivitas Gunung Sinabung di Karo membuat


warga di lingkar Gunung Sinabung panik. Pasalnya, gunung api, yang sekitar dua minggu tidak
erupsi, kini kembali mengeluarkan awan panas.

"Gunung Sinabung kembali mengeluarkan awan panas dan debu vulkanik, Kamis sekitar pukul
20.00 WIB. Semalam termasuk erupsi terdasyat dan hal itu membuat warga panik," kata warga
Desa Sibintun, D Sinuhaji, Jumat (3/4/2015).

Ia mengatakan delapan desa di lingkaran Gunung Sinabung seperti Sibintun, Tigaserangkai,


Tigapancur, Beganding, Berastepu, Gurukinayan, Mardingding, dan Payung terkena hujan
lumpur dan debu vulkanik. Aktivitas warga di lingkaran Gunung Sinabung masih berjalan seperti
biasa, kecuali di Desa Sibintun.

"Warga Desa Sibintun sudah tidak melakukan aktivitas. Mereka mengungsi karena ada informasi
lontaran awan panas mengarah ke desa tersebut. Hal itu diketahui warga, karena beberapa waktu
lalu ada imbauan dari pemerintah Kabupaten Karo agar desa ini disterilkan," ujarnya.

Sebagian warga Dusun Sibintun yang nekat tinggal di rumah, terpaksa dikeluarkan aparat
menuju ke Kabanjahe. Warga di Desa Sigaranggarang, Kutagunggung, dan Sukanalu yang
berjarak sekitar tiga kilomter dari puncak kawah panik dan ketakutan bahkan sudah bersiap
untuk evakuasi.

Warga yang baru kembali dari tempat pengungsian dan tengah menata kembali hidup mereka,
hanya bisa pasrah. Warga entah siapa, menuliskan kalimat berbahasa Karo, Ate-atendu, Tuhan.
Sinabung ampun! Kalimat ini, dalam bahasa Indonesia, berarti Kami berserah padamu, Tuhan.
(Bencana erupsi) Sinabung membuat kami minta ampun (tidak kuat).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo Subur Tarigan
Tambun mengatakan, meski aktivitas Sinabung Kamis lalu cukup tinggi, pihaknya tidak sampai
melakukan evakuasi warga ke posko pengungsian. Hanya kemarin, kata Subur, pihaknya bekerja
sama dengan aparat terkait menyuruh beberapa warga di Desa Sibintun keluar dari desa tersebut.

"Nggak ada evakuasi warga lagi ke pengungsian. Sejak 28 Maret lalu, semua pengungsi sudah
tidak ada lagi di posko. Semua sudah dipulangkan. Kemarin kita hanya menyuruh beberapa
warga Desa Sibintun keluar dari rumah," ujarnya, Jumat (3/4/2015) malam.

Subur menambahkan, Desa Sibintun memang termasuk satu dari tujuh desa yang masuk dalam
zona merah. "Desa Sibintun kan masuk zona merah. Warganya juga sudah menerima uang untuk
sewa rumah menunggu rumah relokasi di Siosar selesai," katanya.

Pemkab Karo kembali mengimbau warga tidak masuk dalam zona merah. "Kita melarang jangan
masuk dalam zona merah, khususnya jalur awan panas ke Tenggara dan Selatan. Kita juga nggak
tahu (warga masuk), karena kita pun tidak bisa masuk. Kita sudah berikan uang sewa untuk
warga tujuh desa yang masuk zona merah. Mereka menunggu sampai rumah relokasi rampung,"
katanya.

Pada 28 Maret 2015 sebanyak 795 KK (2.442 jiwa) warga Desa Sigaranggarang dan Sukanalu
dipulangkan, karena sesuai rekomendasi PVMBG kedua desa tersebut aman dari erupsi Gunung
Sinabung. Posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung telah ditutup Bupati Karo, karena sudah
tidak ada pengungsi.

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada. Masyarakat dan pengunjung atau wisatawan tidak
mendaki dan melakukan aktivitas di dalam radius tiga kilometer dari Sinabung, dan tidak
melakukan aktivitas dalam radius lima kilometer untuk sektor Selatan hingga Tenggara
(cenderung ke Timur) Gunung Sinabung, yang merupakan bukaan lembah gunung tempat terjadi
aliran lava dan awan panas.
Akibat longsor di Cililin, 154 warga mengungsi
Kamis, 2 April 2015 16:20

Merdeka.com - Sebanyak 154 orang dari 58 kepala keluarga mengungsi akibat tanah tebing longsor
menimpa pemukiman warga di Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Kamis (2/4). Kepala
Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Barat, M.
Faqih mengatakan, warga mengungsi itu karena lokasi rumahnya terancam bahaya longsor.

"Mereka diungsikan karena rumahnya tidak layak ditempati dan terancam longsor," kata Faqih seperti
dilansir dari Antara.

Bencana longsor melanda perumahan Asabri di Kampung Cinangsi, Desa Karangtanjung, Kecamatan
Cililin, telah menyebabkan 12 rumah rusak. Sementara 30 rumah terancam terkena dampak bencana
longsor.

Warga saat ini dipindahkan ke tempat pengungsian di bangunan Sekolah Dasar, Pendidikan Anak Usia
Dini, Pos Pelayanan Terpadu, dan lapangan futsal aman dari bahaya longsor.

"Mereka kami evakuasi ke tempat pengungsian sementara. Mungkin selama tiga hari sampai menunggu
perkembangan di kawasan longsor itu," ujar Faqih.

BPBD Kabupaten Bandung Barat dan Provinsi Jawa Barat menggelar operasi tanggap darurat bagi korban
rumahnya terkena bencana longsor. Mereka menyediakan kebutuhan logistik dan lainnya dibutuhkan
warga di tempat pengungsian.

"Kebutuhan mendesak alat tidur, selimut, tikar, pakaian," kata Faqih.


Longsor di Kebumen, seorang nenek tewas
setelah tertimbun 15 jam

Merdeka.com - Satiyem (80),


warga Desa Krakal Kecamatan
Alian, Kebumen Jawa Tengah,
tewas, setelah tertimbun longsor
yang terjadi, Minggu (23/11)
malam. Selain di Desa Krakal,
longsor juga terjadi di beberapa
desa lainnya di Kebumen.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kebumen Muhyidin mengatakan wilayah Desa Krakal merupakan daerah yang rawan longsor.
Muhyidin mengemukakan dalam proses evakuasi sempat mengalami kesulitan, karena jalan
menuju ke Desa Krakal tertimbun longsor. Nenek Satiyem tewas setelah tertimbun longsoran
selama 15 jam.

"Setelah kami kerahkan dua alat berat, longsoran di jalan desa bisa disingkirkan dan evakuasi
korban bisa berjalan. Tetapi, korban ditemukan sudah tidak bernyawa," jelasnya, Senin (24/11).

Selain menewaskan Satiyem, dilaporkan juga ada tiga rumah yang diterjang longsor di desa
tersebut. Selain di Desa Krakal, bencana tanah longsor juga menerjang sejumlah rumah di Desa
Kalirancang, Alian yang menyebabkan sekitar 10 rumah rusak.

Muhyidin mengatakan, untuk saat ini 10 keluarga harus diungsikan ke tempat saudaranya. Dalam
waktu yang hampir bersamaan, tanah longsor menimbun jalan desa di Desa Kalijaya.

Saat ini, lanjutnya, BPBD, telah mengirimkan bantuan berupa logistik kepada para korban
bencana yang rumahnya rusak.

Dia mengemukakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan beberapa tokoh di daerah rawan
tersebut. Menurutnya, dalam beberapa waktu terakhir, curah hujan di Kebumen cukup tinggi.
"Selain itu di Kebumen, ada 100 desa di 16 kecamatan dari 460 di 26 kecamatan yang rawan
longsor," jelasnya.

Oleh karena itu, dia berharap masing-masing perangkat desa dan warga terus bersiaga, terutama
kalau hujan deras turun.
Banjir bandang di Aceh rendam 21.726 rumah

Merdeka.com - Hujan
berintensitas tinggi melanda Aceh
dalam dua hari terakhir. Akibatnya
terjadi longsor dan banjir bandang
di beberapa kabupaten.

Sedikitnya ada 21.726 rumah


terendam banjir dengan ketinggian
mencapai 2,5 meter. Kabupaten
yang dilanda banjir dan longsor terjadi di Kabupaten Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Selatan,
Aceh Jaya dan juga Aceh Barat Daya (Abdya).

Penanganan darurat masih terus dilanjutkan untuk dilakukan evakuasi sejumlah warga yang
masih terjebak di rumah. Data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA)
yang diterima merdeka.com, dampak dari banjir tersebut di Kabupaten Abdya menyebabkan
8.000 rumah terendam banjir. Lalu Di Aceh Besar sekitar 10.000 rumah dan di Aceh Jaya 1.863
rumah terendam banjir.

Sedangkan dampak banjir bandang di Aceh Jaya terdapat di lima kecamatan yaitu Kecamatan
Jaya, Indra Jaya, Sampoiniet, Setia Bakti dan Darul Hikmah. Dampaknya ada 6.892 jiwa harus
mengungsi.

"Kecamatan Sampoiniet terbanyak warga yang mengungsi mencapai 2.818 jiwa," kata petugas
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Jaya, Rimbawan, Senin malam (3/11).

Sedangkan kerugian materiil yang dialami di Kabupaten Aceh Jaya, katanya, ada lebih kurang
1.863 unit rumah terendam hingga mencapai ketinggian 75 sampai 250 cm. Bahkan ada 5 rumah
terkena longsor dan tidak dapat digunakan lagi dan ada 9 titik longsor terdapat di Aceh Jaya.

"Upaya yang dilakukan, BPBD, TNI, Polri, SAR dan Muspika setempat sudah melakukan
evakuasi, mendirikan tenda, dapur umum dan saat ini masih melakukan pendataan, sedangkan
longsor dalam proses penanganan pembersihan," tegasnya.
Bencana Tanah Longsor di Jombang, 6 Tewas
Selasa, 28 Januari 2014 | 11:34

Ilustrasi Tanah Longsor [google]

[JOMBANG] Sebanyak 14 orang tewas tertimbun dalam bencana tanah longsor di Dusun
Kopen, Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Selasa (28/1). Dari jumlah
tersebut, enam orang warga sudah ditemukan, sedangkan yang delapan korban lainnya masih
dilakukan pencarian.

Bencana tanah longsor di Dusun Kopen berawal dari hujan disertai angin yang terus
mengguguyur mulai Senin (27/1) malam pukul 18.00 WIB. Guyuran air hujan itu baru reda
Selasa dini hari tadi sekitar pukul 02.30 WIB. Pada saat hujan reda itu tiba-tiba terdengar suara
gemuruh dan tiga unit rumah yang terletak di bawah lereng bukit itu lenyap disapu longsoran
tanah berbatu.

Diperkirakan seluruh korban yang masih terlelap dalam nyenyak tidur, tidak sempat
menyelamatkan diri. Ada enam 6 korban tewas dalam bencana longsor di Dusun Kopen, Desa
Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang ini, semuanya sudah kita semayamkan di masjid desa
setempat, ujar Kapolres Jombang AKBP Tribisono Soemiharso yang dikonfirmasi melalui
Kasubbag Humas Polres Jombang AKP Sugeng Widodo, Selasa tadi pagi.

Keenam korban yang sudah ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa karena tertimpa bangunan
rumah mereka yang ambruk dan longsoran batu dan tanah liat yang masih satu keluarga itu,
antara lain; 1. Sariaji (50), 2. Rohiman (45), istri Sariaji, 3. Udin (17), 4. Khoirunnisa atau Iroh
(24), ketiganya anak kandung pasangan suami isteri Sariaji-Rohimah, 5. Madun (27), menantu
dan 6. Sodik (17), tetangga tapi tinggal serumah dengan keluarga Sariaji. Delapan orang yang
hilang itu maing-masing, 1. Sail (56), 2. Lilik (45) istri Sail, 3. Farkhur (17), anak Sail, 4. Sunar
(58), 5. Yaroh (50) istri Sunar, 6. Panji (35) menantu Sunar, 7. Nurul (30), anak Sunar yang juga
istri Panji serta 8. balita usia 3 tahun yang belum diketahui namanya anak dari pasangan suami
isteri Panji-Nurul. [ARS]
Akibat angin kencang, belasan rumah di
Boyolali rusak
Merdeka.com - Belasan rumah warga Desa Sembungan, Kecamatan Nogosari Boyolali, Jawa Tengah
rusak parah setelah disapu angin kencang Selasa (24/3) malam. Hujan deras yang menyertai makin
memperparah kerusakan yang terjadi sehingga 2 rumah diantaranya roboh.

"Sejak maghrib sudah hujan


deras hingga malam. Setelah
hujan turun cukup lama, angin
kencang tiba-tiba datang," ujar
Suyono, warga setempat.

Menurut dia hujan di desa


Sembungan terjadi cukup lama.
Amukan angin yang juga cukup
lama, membuat warga sekitar
kebingungan. Bahkan beberapa
warga sempat berusaha keluar rumah, akan tetapi derasnya hujan, membuat warga bertahan di teras
rumah masing-masing.

"Kami awalnya mau keluar rumah untuk menyelamatkan diri, tetapi angin justru menyapu semakin
kencang dan merobohkan dua rumah milik warga," tuturnya.

Dua rumah yang roboh adalah milik Supratpo, di Dusun Cabean Desa Sembungan. Rumah tersebut
sebagian besar sudah roboh dan hampir rata dengan tanah, sehingga tidak bisa ditempati.

Sebuah rumah tempat penggergajian milik Gito Gandi juga mengalami nasib yang sama. Selain itu,
belasan rumah lainnya saat ini juga dalam kondisi rusak ringan hingga sedang.

"Rata-rata rumah yang rusak di bagian atap karena hujan dan tersapu angin. Banyak pula rumah yang
gentingnya berterbangan dibawa angin," ucapnya.

Tak hanya rumah, puluhan pohon juga tumbang. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam bencana
tersebut. Namun demikian diperkirakan kerugian yang diderita masyarakat mencapai ratusan juta
rupiah.

Hingga sore ini, warga masih mengevakuasi pohon tumbang yang mengganggu jalan. Sejumlah dahan
yang mengganggu jaringan listrik saat ini sudah mulai dibereskan.

Pembersihan pohon dilakukan oleh masyarakat sekitar dengan dibantu dengan petugas TNI-Polri serta
relawan dari berbagai pihak.
Puluhan rumah di Blitar ambles

Ilustrasi Tanah Kering. Ilustrasi


shutterstock.com

Merdeka.com - Tanah rekat yang


terjadi di Desa Kalitengah,
Kecamatan Panggungrejo,
Kabupaten Blitar, Jawa Timur,
mengakibatkan puluhan rumah
rusak. Para warga rumahnya rusak
langsung mengungsi ke tempat
aman.

"Mereka mengungsi ke rumah tetangga. Tadi, warga sudah melakukan kerja bakti, dan akan dilanjutkan
besok (Kamis)," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar
Heru Irawan di Blitar, seperti dilansir dari Antara, Rabu (25/12).

Ia mengatakan, ada sekitar 20 rumah terkena dampak akibat retakan tanah tersebut. Dari jumlah itu,
delapan unit di antaranya kondisinya rusak parah, sehingga pemilik rumah tidak berani menempatinya
lagi.

Sementara itu, anggota RAPI Kabupaten Blitar Heru mengatakan tim juga sudah memantau lokasi
bencana tersebut. Ia mengatakan, sejumlah rumah warga kondisinya memang mengkhawatirkan.
Retakan di tanah itu membuat rumah mereka ambles dan sebagian ambruk, sehingga berbahaya jika
digunakan untuk tempat tinggal.

"Beberapa hari ini hujan terus, dan melihat struktur tanah mirip tanah liat, itu yang kami prediksi
menjadi pemicu tanah retak," katanya.

Sejumlah bencana terjadi di Kabupaten Blitar. Sampai saat ini, banjir yang terjadi di Kecamatan
Sukorejo, belum surut. Sejumlah daerah lain juga mengalami bencana seperti di Kecamatan
Panggungrejo ini.
Banjarnegara ditetapkan sebagai wilayah siaga
darurat bencana

Merdeka.com - Bupati Banjarnegara Jawa


Tengah, Sutedjo Slamet Utomo menetapkan
wilayahnya dalam kondisi siaga darurat
bencana. Penetapan tersebut dilakukan untuk
mengantisipasi bencana longsor yang hampir
terjadi setiap tahun terjadi di Kabupaten
Banjarnegara.

"Masa tanggap darurat longsor ditetapkan sejak 21 Desember 2014 hingga 3 Januari 2014.
Sedangkan masa siaga darurat longsor, banjir dan angin puting beliung ditetapkan mulai 1
Desember 2013 hingga 28 Februari 2014," kata Sutedjo, Rabu (25/12).
Dalam rentang waktu sejak 19-24 Desember 2013, tercatat ada beberapa bencana alam terjadi di
Kabupaten Banjarnegara. Bencana tersebut disebabkan curah hujan deras, tingginya kerentanan
dan batuan labil.
Dari catatan Pemkab, dalam seminggu terakhir, terdata 60 titik di 32 desa yang tersebar di 13
kecamatan terjadi bencana alam. Akibat bencana tersebut, telah menyebabkan 1 warga
meninggal dunia. Sedangkan dalam bentuk kerugian material, sedikitnya 32 rumah rusak berat,
21 rusak sedang, 56 rusak ringan, 135 rumah terancam dan 46 kepala keluarga mengungsi di 5
desa.
Selain itu, kerusakan infrastruktur terjadi di 23 titik. Kerusakan infrastruktur meliputi jalan,
jembatan, sekolah, dan irigasi. Total kerusakan diperkirakan mencapai Rp 1,4 miliar. "Saat ini
upaya yang telah dilakukan BPBD bersama TNI, Polri, relawan dan masyarakat dengan
melakukan evakuasi, pendirian posko, pengiriman logistik, pembersihan material longsor," jelas
Sutedjo.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif,
dalam kunjungan kerja ke lokasi longsor di Banjarnegara pada Selasa (25/12), mengapresiasi
kinerja Pemkab Banjarnegara dalam penanganan bencana longsor. Selain itu, ia meminta adanya
peraturan daerah dan pembangunan di Banjarnegara bisa menjauhkan warga dari risiko ketika
hidup di daerah bencana alam.
"Bentuk Perda-nya bisa dengan aturan agar tempat hunian lama tidak dihuni kembali, setelah
warga relokasi dan bisa dijadikan kawasan konservasi sehingga tidak timbul korban. Selain itu,
penduduk harus dilibatkan dalam proses pembangunan," ujarnya.
Lebih jauh, ia menekankan program penghijauan dicanangkan Pemkab, tidak semata hanya
berorientasi pada hijau daun, tetapi harus memberikan manfaat ekonomi. "Tanamannya harus
mampu mengikat tanah dan ada nilai ekonominya, sehingga bio-engineering bisa dilakukan
masyarakat," pesannya.
Dalam kesempatan tersebut, Syamsul menyerahkan bantuan dana siap pakai Rp 250 juta, serta
logistik peralatan untuk penanganan darurat di Banjarnegara.
Padang diterjang badai, pemancing hilang dan 4
pohon tumbang

Merdeka.com - Hujan lebat disertai badai angin kencang yang menerjang Bandar Bekali
Andalas, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang Sumatera Barat selama dua hari, menyebabkan
empat pohon besar tumbang dan orang hilang.

Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban hilang. "Korban yang hilang di Bandar bekali,
Andalas tersebut atas nama Sugiono (33)," kata Kabid Penanggulangan Bencana Dinas
Pemadam Kebakaran dan BPBD (Damkar dan BPBD) Padang, Edi Asri di Padang, Selasa
(11/6). Demikian tulis Antara.

Menurut dia, Tim SAR gabungan melakukan penyisiran sepanjang aliran Bandar Bekali Andalas
untuk mencari korban yang hilang saat memancing ikan.

"Tim SAR menggunakan dua unit perahu karet menyisiri aliran bandar bekali untuk mencari
korban hilang tersebut," ungkap dia.

Berdasarkan laporan pihak keluarga korban yang diterima Damkar dan BPBD Padang, warga
hilang tersebut pada Senin (10/6) malam hari di bandar bekali Andalas.

"Pihak keluarga melaporkan korban atas nama Sugiono berangkat dari rumah untuk pergi
memancing ikan di bandar bekali Andalas," jelas Edi Asri.
78 Rumah di Riau hancur diterjang puting
beliung

Merdeka.com - Angin puting


beliung menerjang sedikitnya 78
rumah di Desa Bekawan, Kecamatan
Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir,
Provinsi Riau, Sabtu (14/6).
Kejadiannya tidak diduga-duga. Dari
78 rumah itu, sebagian ada yang
mengalami rusak berat hingga tidak
bisa ditempati lagi.

Menurut informasi dari sejumlah warga, angin puting beliung menerjang pada pagi hari sekitar
pukul 07.30 WIB. Kejadian itu, bertepatan dengan perayaan puncak hari jadi Kabupaten
Indragiri Hilir ke 49 tahun. Sekitar 96 keluarga di empat wilayah Rukun Tetangga (RT) Desa
Bekawan, Kecamatan Mandah rumahnya ambruk dan porak poranda dihantam angin puting
beliung.

Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir juga telah menyerahkan bantuan kepada para korban
puting beliung yang diserahkan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Yusfik. Bantuan itu berupa peralatan dapur, selimut dan bahan makanan serta beberapa item
obat-obatan.

Namun, Ratusan jiwa dari puluhan keluarga korban angin puting beliung di Desa Bekawan,
Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, masih mengeluhkan kurangnya
perhatian pemerintah setempat.

"Bantuan yang kami terima juga sangat sedikit dan tidak berarti banyak," kata Nelson, seorang
kepala keluarga yang menjadi korban bencana itu, seperti dikutip dari Antara, Senin (16/6) siang.

Kejadian puting beliung itu sejak Sabtu (14/6), tapi sampai Senin pagi (16/6) hanya Kepala
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Indragiri Hilir yang sampai ke lokasi dan
itupun hanya untuk menyerahkan bantuan pemerintah dan kemudian langsung kembali ke
Tembilahan, katanya.

"Mereka tidak tahu atau tidak mengerti, jika kami sebenarnya masih memerlukan arahan dan
pimpinan dalam mengatur suasana yang tidak menentu seperti tempat tinggal sementara,"
katanya.
Puting beliung hajar 150 rumah di
Musirawas

Merdeka.com - Puting beliung


menghajar 150 rumah warga
Desa Lubuk Rumbai, Kabupaten
Musirawas, Sumatera Selatan.
Dari jumlah itu sebanyak 5
rumah dinyatakan rusak total
sehingga mereka kehilangan
tempat tinggal.

Selain itu, kejadian yang berlangsung sekitar pukul 17.30 WIB tersebut juga menyebabkan satu
korban jiwa akibat tertimpa pohon besar.

"Bencana puting beliung yang terjadi sekitar pukul 17,30 WIB itu menelan satu orang korban
jiwa akibat tertimpa pohon besar," kata salah seorang tokoh pemuda Lubuk Rambai, Iwan seperti
dilansir dari Antara, Senin (7/4).

Iwan menambahkan, korban yang hilang itu belum diketahui namanya. Namun saat bencana itu
terjadi korban sedang mandi di Sungai Lakitan setempat. Puting beliung yang tiba-tiba datang
sangat kencang dan menumbangkan satu pohon besar di tepi sungai dan kebetulan menimpa
salah seorang korban tersebut.

Sedangkan rumah warga rusak pada umumnya atapnya berterbangan bahkan ada yang roboh,
namun belum diketahui nasib pemilik rumah yang ikut terbawa angin kencang tersebut.

Sementara itu, Bupati Musirawas H Ridwan Mukti setelah mendapat informasi itu langsung
menurunkan tim ke lokasi karena beliau masih meninjau lokasi banjir bandang di Kecamatan
BTS Ulu atau sekitar 85 kilometer dari Kota Lubuklinggau.

"Setelah mendapat informasi dari warga Desa Lubuk Rambai, langsung memerintahkan tim
penanggulangan bencana ke lokasi untuk menyelamatkan warga yang tertimpa rumah atau pohon
tumbang," ujar Musirawas.

Anda mungkin juga menyukai