LANDASAN TEORI
Proses
gabah menjadi beras melalui tahapan dimulai dari kegiatan pemanenan,
perontokan, pengeringan dan penggilingan. Setiap tahap kegiatan memerlukan penanganan
dengan teknologi yang berbeda-beda. Semua hasil pertanian mengandung air yang ada
dipermukaan maupun yang ada didalam gabah itu sendiri. Gabah memiliki 2 (dua)
komponen utama yaitu air dan bahan kering. Banyaknya air yang dikandung dalam gabah
disebut kadar
air dan dinyatakan dengan persen (%). Pengeringan dilakukan karena kadar
air gabah panen umumnya masih tinggi yaitu 20 %-26 % tergantung cuaca pada saat
pemanenan. Pengukuran kadar air pada gabah dilakukan melalui alat khusus penghitung
kadar air gabah. Pengeringan gabah adalah suatu perlakuan yang bertujuan menurunkan
kadar air sehingga gabah dapat disimpan lama, daya kecambah dapat dipertahankan, mutu
gabah dapat dijaga agar tetap baik (tidak kuning, tidak berkecambah dan tidak berjamur),
memudahkan proses penggilingan dan untuk meningkatkan rendemen serta menghasilkan
beras gilingan yang baik.
Pengeringan merupakan salah satu kegiatan pascapanen yang penting, dengan
tujuan agar kadar air gabah aman dari kemungkinan berkembangbiaknya serangga dan
mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Pengeringan harus sesegera mungkin dimulai
sejak saat dipanen. Apabila pengeringan tidak dapat dilangsungkan, maka usahakan agar
gabah yang masih basah tidak ditumpuk tetapi ditebarkan untuk menghindarkan dari
kemungkinan terjadinya proses fermentasi. Pengeringan akan semakin cepat apabila ada
pemanasan, perluasan permukaan gabah padi dan aliran udara. Adapun tujuan pengeringan
disamping untuk menekan biaya transportasi juga untuk menurunkan kadar air dari 23-27
% menjadi 14%, agar dapat disimpan lebih lama serta menghasilkan beras yang berkualitas
baik. Proses pengeringan gabah sebaiknya dilakukan secara merata, perlahan-lahan dengan
suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang kurang merata, akan menyebabkan
timbulnya retak-retak pada gabah dan sebaliknya gabah yang terlalu kering akan mudah
pecah tatkala digiling. Sedangkan dalam kondisi yang masih terlalu basah disamping sulit
untuk digiling juga kurang baik ditinjau dari segi penyimpanannya karena akan gampang
terserang hama gudang, cendawan dan jamur.
2.2 Metode
Pengeringan
a. Pengeringan
alami
Penjemuran gabah pada lantai jemur (lamporan) adalah cara pengeringan gabah
secara alami yang praktis, murah, sederhana dan umum digunakan oleh para petani. Energi
untuk penguapan diperoleh dari angin dan sinar matahari. Lamporan harus bersih agar
gabah padi yang dikeringkan tidak kotor. Lamporan haruslah memenuhi berbagai syarat
antara lain tidak menimbulkan panas yang terlalu tinggi, mudah dibersihkan dan
dikeringkan, tidak basah sewaktu digunakan, dan tidak berlubang-lubang. Lamporan pada
umumnya dibuat dari semen, permukaannya agak miring dan bergelombang dengan
maksud agar air tidak menggenang, mudah dikeringkan dan permukaannya menjadi lebih
luas. Cara penjemuran gabah dihamparkan di lamporan setipis mungkin, namun untuk
efisiensi dan mengurangi pengaruh lantai semen yang terlalu panas maka tebal lapisan
dianjurkan sekitar 5 7 cm. Padi harus sering dibolak-balik secara merata minimal 2 jam
sekali. Pengeringan padi dapat dilakukan selama 1 3 hari tergantung dengan cuaca
(mendung atau terik matahari). Penjemuran sebaiknya dilakukan ditempat yang bebas
menerima sinar matahari, bebas banjir dan bebas dari gangguan unggas dan binatang
pengganggu lainnya. Penjemuran sebaiknya dilakukan pada saat pukul 07.00 16.00 atau
tergantung pada intensitas panas sinar matahari. Apabila penjemuran selesai dan gabah
tidak akan segera dikemas serta disimpan dalam gudang, sebaiknya tumpukan gabah
ditutup dengan plastik atau zeng agar terhindar dari embun maupun hujan. Pengeringan
secara alami mempunyai kelemahan antara lain (a) memerlukan banyak tenaga kerja untuk
menebarkan, membalik dan mengumpulkan kembali, (b) sangat bergantung pada cuaca,
sehingga padi tidak dapat dikeringkan apabila cuaca buruk terlebih-lebih apabila hujan
datang pada saat sedang menjemur, (c) memerlukan lahan yang luas untuk jumlah gabah
padi yang besar dan lahan yang dijadikan lamporan semen tidak dapat lagi dipergunakan
untuk beberapa
keperluan lain, (d) sulit mengatur suhu dan laju pengeringan, sehingga
banyak butir
retak apabila terlalu panas seperti misalnya pengeringan di atas semen atau
alas logam.
b. Pengeringan buatan
Pengeringan buatan mempunyai kelebihan dibanding pengeringan alami yaitu
waktu penjemuran yang lebih singkat dan gabah yang dijemur lebih bersih dan terlindung
dari debu, hujan dan lain-lain. Pengering buatan bermacam-macam, ada yang
menggunakan listrik, matahari, bahan bakar sekam dan lain-lain.
2.3 Teori Pengeringan
2.3.1 Penentuan kandungan air suatu bahan
Kandungan air suatu bahan dapat dinyatakan dalam wet basis atau dry basis.
Kandungan kelembaban dalam wet basis menyatakan perbandingan massa air dalam bahan
dengan massa total bahan. Pada dry basis, kandungan air dihitung dengan membagi massa
air dalam bahan dengan massa keringnya saja. Keduanya baik wet basis dan dry basis
dinyatakan dalam persen kelembaban :
(2.1)
Mw = wet basis
mw = massa air
md = massa kering bahan
(2.2)
Md = dry basis
Ukuran wet basis secara khusus digunakan dalam perdagangan hasil bumi. Dalam
pembahasan tugas akhir ini, ukuran kandungan kelembaban suatu bahan dipakai wet basis.
2.3.2 Perhitungan
massa uap air yang diuapkan dalam pengeringan
Proses
pengeringan adalah proses menurunkan kadar air suatu bahan sampai pada
batas kandungan air yang ditentukan. Dalam wet basis, jumlah (massa) air yang diuapkan
dihitung berdasarkan selisih massa air mula-mula mw1 dan massa air akhir mw2.
(2.3)
mw = massa air yang diuapkan pada proses pengeringan
mw1 = massa air mula-mula
(2.5)
(2.6)
Sehingga didapatkan :
( ) ( )
( ) ( ) (2.7)
( )
Persamaan diatas digunakan untuk menghitung massa air yang diuapkan dalam suatu
bahan pada proses pengeringan.
2.3.3 Kelembaban
udara
Kelembaban
udara mempengaruhi kemampuan udara untuk memindahkan uap air.
Secara umum, kelembaban udara adalah ukuran kandungan air di udara. Kelembaban udara
dapat dinyatakan dalam dua pengertian yang berbeda yaitu kelembaban relatif dan
kelembaban mutlak.
Kelembaban
mutlak adalah massa uap air dalam tiap satuan massa udara kering,
dinyatakan oleh satuan massa uap air per satuan massa udara kering. Kelembaban udara
relatif adalah perbandingan kelembaban udara tertentu dengan kelembaban udara jenuh
pada kondisi dan tekanan yang sama. Perbandingan ini dinyatakan dalam persentase
kejenuhan dengan 100% untuk udara jenuh dan 0% untuk udara yang benar-benar kering.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara adalah sling
psychrometer. Alat ini terdiri atas dua termometer standar yang ditancapkan pada suatu
kerangka yang dapat diputar. Termometer pertama ditutup dengan kain basah sedangkan
termometer yang lain dibiarkan terbuka. Sling kemudian diputar, termometer yang ditutup
kain basah menunjukkan suhu wet bulb sedangkan termometer yang lainnya menunjukkan
dry bulb.
Kelembaban
relatif dapat dicari dengan menggunakan diagram psikrometrik dengan
mengeplotkan
wet bulb dan dry bulb yang telah didapat pada diagram.
( )( ) (2.8)
dimana :
k = konduktivitas termal (W/m.K)
A = luas penampang yang tegak lurus aliran kalor (m2)
dT/dx = gradien temperatur dalam arah aliran panas (K/m)
2.4.2 Konveksi
Perpindahan
panas secara konveksi terbagi menjadi 2 bagian yaitu : konveksi alami
dan konveksi paksa. Konveksi alami jika gerakan dari fluida adalah karena perbedaan
temperatur pada fluida tersebut. Pada konveksi paksa gerakan pada fluida terjadi karena
adanya paksaan dari luar, alat yang sering digunakan misalnya blower atau pompa.
Pada
umumnya perpindahan panas secara konveksi dapat dinyatakan melalui
persamaan :
( )( ) (2.9)
dimana :
h = koefisien perpindahan panas secara konveksi (W/m2.K)
A = luas permukaan yang kontak dengan fluida (m2)
Tw = suhu permukaan yang kontak dengan fluida (K)
T = suhu fluida (K)
2.4.3 Radiasi
Perpindahan panas radiasi adalah perpindahan panas yang disebabkan oleh adanya
radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu benda karena suhunya. Perpindahan
panas radiasi antara dua buah benda ideal (hitam) adalah :
( )( ) (2.10)
dimana :
= konstanta Stefan Boltzmann = 5,6697 x 10-8 W/m2.K4
Gambar diatas menunjukan besar energi radiasi yang diterima dari matahari per
satuan area per satuan waktu sebagai fungsi dari panjang gelombang. Pada permukaan
matahari energi radiasi yang dipancarkan yaitu sebesar 62 MW/m2, dan diatas atmosfer
bumi radiasinya berkurang menjadi total sebesar 1353 W/m2. Untuk radiasi blackbody,
semakin tinggi temperatur obyek blackbody tersebut maka semakin besar juga energi
radiasinya. Blackbody pada temperatur rata-rata bumi yaitu 300 K, paling kuat
memancarkan pada gelombang infrared dan radiasinya tidak dapat terlihat oleh mata.
Untuk matahari, dengan temperatur sekitar 5800 K, radiasinya paling kuat berada pada
gelombang cahaya tampak (visible) dengan panjang gelombang sekitar 300 800
nanometer (nm), seperti terlihat pada gambar diatas.
Gambar 2.4 Energi radiasi matahari yang diterima diberbagai belahan bumi
Sumber : http://teknologisurya.wordpress.com/2011/10/03/pengenalan-energi-surya/
diakses pukul 11.23 WIB tanggal 6/18/2012
Energi radiasi matahari yang diterima di berbagai belahan bumi dalam satuan
kWh/m2/hari untuk kondisi langit cerah dan cahaya matahari tepat horizontal diatas
permukaan bumi. Intensitas radiasi matahari di Indonesia mencapai 4,8 kWh/m2/hari.
2.5.3 Konstanta
matahari
Ada
suatu harga yang disebut sebagai satu satuan astronomi yang menyatakan jarak
rata-rata matahari dan bumi yaitu 1,495 x 1011 m. Hubungan geometri matahari-bumi
diperlihatkan pada Gambar 2.6. Dalam kaitannya dengan hubungan ruang diatas, radiasi
yang dipancarkan matahari menghasilkan intensitas radiasi di luar atmosfir yang mendekati
konstan. Konstanta matahari, Gsc adalah energi yang dipancarkan matahari tiap satuan
waktu yang diterima oleh suatu luasan permukaan yang tegak lurus arah perambatan
radiasi pada satu satuan astronomi di luar atmosfir.
Beberapa
radiasi yang sudah mengalami penghamburan ini mencapai permukaan
bumi dikenal
dengan radiasi difusi. Radiasi difusi biasanya juga disebut radiasi langit.
Apabila radiasi surya tidak mengalami penghamburan oleh atmosfir, maka radiasi sampai
pada daerah panjang gelombang ultra violet dan panjang gelombang radiasi di bawah 0,29
m. Uap air memegang peranan penting dalam penyerapan spektrum radiasi inframerah.
Banyaknya pelemahan radiasi ditentukan oleh panjang lintasan atmosfir yang dilalui sinar
dan komposisi atmosfir. Panjang lintasan atmosfir dinyatakan dalam massa udara (air
mass) yaitu rasio massa atmosfir dalam lintasan bumi-matahari yang sesungguhnya
terhadap massa yang berada dalam lintasan dimana matahari tepat di atas permukaan laut.
Rasio massa udara dirumuskan :
(2.11)
Jadi pada permukaan laut apabila matahari berada tepat pada zenith nilai m = 1.
Secara umum radiasi termal dapat dibedakan menurut daerah panjang
gelombangnya yaitu radiasi surya atau radiasi gelombang pendek dan gelombang panjang.
Radiasi gelombang pendek berasal atau dipancarkan dari matahari dan berada pada daerah
panjang gelombang 0,3-3,0 m. Radiasi gelombang panjang berasal dari suatu sumber
pada temperatur mendekati temperatur ambien dengan daerah panjang gelombang lebih
dari 3 m. Radiasi gelombang panjang bisa dipancarkan oleh atmosfir, kolektor atau benda
lain pada temperatur normal. Apabila radiasi dipancarkan dari bumi maka disebut radiasi
terrestrial. Gambar 2.7 menunjukkan sifat radiasi yang sampai ke permukaan bumi.
Gambar 2.7 Sifat radiasi yang penting dalam proses termal surya
Sumber : J.A. Duffie & W.A. Beckman, Solar Engineering of Thermal Process,
John Willey & Sons, inc., New York, 1991, hal 47.
Radiasi termal adalah suatu bentuk energi elektromagnetik yang dipancarkan oleh
permukaan suatu benda pada temperatur tertentu. Tidak seperti halnya pada perpindahan
panas konduksi dan konveksi yang memerlukan medium untuk perpindahan energinya,
pada radiasi termal energi dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain tanpa
kehadiran suatu bentuk materi apapun sebagai medium pemindahnya. Pada kenyataannya,
perpindahan energi radiasi paling efisien terjadi dalam vakum.
Radiasi termal dapat dipancarkan oleh segala benda yang ada disekitar kita.
Mekanisme pancaran atau emisi ini yaitu energi yang dilepaskan oleh gerakan bolak-balik
atau transisi sejumlah atom-atom, molekul-molekul, elektron-elektron pembentuk materi.
Gerakan-gerakan ini didukung oleh energi dalam yang dibangkitkan pada suatu keadaan
yang tereksitansi secara termal.
Dilihat dari sifat pemindahannya, radiasi dapat dipandang sebagai perambatan dari
kumpulan partikel-partikel yang disebut sebagai perambatan gelombang elektromagnetik.
Oleh karena itu, radiasi dapat dipandang sebagai perambatan gelombang elektromagnetik.
Oleh karena itu, radiasi yang dipancarkan dapat didistribusikan berdasarkan daerah
panjang gelombang. Gambar 2.8 menunjukkan spektrum radiasi elektromagnetik yang
dibagi dalam kumpulan panjang gelombang.
Dalam energi surya, daerah panjang gelombang yang paling penting yaitu dari
spektrum ultraungu hingga inframerah dekat, dari 0,3-25 m. Radiasi surya diluar atmosfir
memuat energi paling banyak pada daerah 0,3-3 m. Radiasi merambat dalam vakum
dengan kecepatan cahaya, diformulasikan oleh :
(2.12)
Dimana Co adalah kecepatan cahaya dalam ruang hampa dan n adalah indeks bias medium,
adalah panjang gelombang dan v frekuensi.
2.7 Proses
Pengeringan
Proses
pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air
Dengan cara menurunkan RH dengan mengalirkan udara panas
disekeliling bahan.
Sehingga tekanan uap air bahan lebih besar daripada tekanan uap air di udara.
P menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara
Uap air
P Terjadi perpindahan massa
(Proses pengeringan)
Bahan Pangan
Terjadi perpindahan panas
P
(Proses pemanasan, air
menjadi uap )
Tudara = Tbahan
Sebelum pengeringan P uap air bahan = P uap air udara (dalam keadaan seimbang).
Saat pengeringan dimulai, uap panas yang dialirkan meliputi permukaan bahan akan
menaikkan P uap air bahan, terutama pada daerah permukaan sejalan dengan kenaikan
suhunya. Pada saat itu terjadi perpindahan massa dari bahan ke udara dalam bentuk
uap air (terjadi pengeringan pada permukaan bahan). Setelah itu tekanan uap air pada
permukaan bahan akan menurun.
Setelah kenaikan suhu terjadi pada seluruh bagian bahan, maka terjadi pergerakan air
secara difusi dari bahan ke permukaan dan seterusnya proses penguapan pada
permukaan bahan diulang lagi.
Akhirnya
setelah air bahan berkurang, tekanan uap air bahan akan menurun
sampai
terjadi keseimbangan dengan udara disekitarnya.
proses pengeringan berlaku dua proses, yaitu pada permulaan proses air dipermukaan
bahan akan diuapkan, seperti yang digambarkan pada kurva pengeringan yang
berkemiringan rendah, kemudian barulah berlaku proses pemindahan air dari bagian
dalam bahan ke permukaaannya. Semakin lama semakin sedikit air yang diuapkan. Proses
ini berlangsung sampai air yang terikat saja yang tinggal di dalam bahan tersebut.
2.9 Konstanta
Pegas
( )
(2.14)
( )