Anda di halaman 1dari 3

Jelang Full Day School Guru

Dilarang Beri PR ke Siswa


Harianpilar.com, Lampung Utara Terkait adanya persiapan kebijakan larangan sekolah memberikan Pekerjaan Rumah (PR) kepada siswa, Dinas
Pendidikan Lampung Utara (Lampura) mendukung kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tersebut.

Kebijakan pemberian larangan PR kepada siswa itu sebagai wahana penerapan Full Day School (sekolah sehari penuh). Kalau larangan pemberian PR
itu mengarah pada Full Day School tentu kita akan dukung. Karena jika siswa sudah belajar delapan jam di sekolah tentunya jika diberikan PR siswa
tidak akan ada waktu untuk istirahat. Semua masih wacana, untuk saat ini kita masih menggunakan sistem pembelajaran yang lama hingga Full Day
School diterapkan, ujar Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Lampura Suwandi melalui sambungan teleponnya, Minggu (23/10/2016).

Dikatan Suwandi, jika Full Day Shcool sudah diterapkan dan PR masih berjalan, tentunya anak-anak tidak akan memiliki waktu lagi untuk bermain
dan beristirahat.
Disdik Lampura akan melaksanakan keputusan yang sudah ditetapkan Kemendikbud sesuai dengan kemampuan yang ada di lapangan. Karena itu,
pihaknya akan mengadakan sosialisasi terlebih dahulu kepada orang tua siswa melalui Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan Unit
Pelaksana Tekhnis Dinas (UPTD).

Hal tersebut untuk mempersiapkan diri jika Full Day School benar-benar diterapkan di Bumi Ragem Tunas Lampung. Karena untuk di Lampura
sendiri masih banyak kekurangan dan sambil berjalan perlengkapan sarana dan prasarana pendukung Full Day School akan diterapakn, kata Suwandi.

Ditambahkan Suwandi, jika Full Day School diterapkan di Lampura, tentunya akan ada sekolah yang menjadi contoh. Seperti SMN 7 Kotabumi,
Xaperius, Insan Robani , SMPN 6 Kotabumi dan sekolah-sekolah lainnya. Karena sekolah-sekolah yang akan menjadi percontohan ini, siswa
dipulangkan pada pukul 14.00 WIB. Artinya sekolah-sekolah ini sudah mulai menjalankan Full Day School. Untuk di Lampura sendiri penerapan Full
Day Scholl sendiri tidak semudah yang dibayangkan. Karena banyak pertimbangan mulai dari ada sekolah yang masih masuk pagi dan siang.
Kemudian juga jarak tempuh anak dari rumah ke sekolah dan ini semua menjadi pertimbangan kita. Kalau memang nanti Full Day Scholl diterapkan di
Lampura kita akan berusaha keras,pungkasnya. (iswant/yoan)
Berlaku "Full Day School",
Siswa Diliburkan Hari Sabtu
dan LKS Dihapuskan
JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana memangkas hari belajar siswa SD dan SMP.

Selama ini, siswa SD dan SMP bersekolah dari Senin hingga Sabtu.

Rencananya, siswa akan diliburkan pada hari Sabtu dan Minggu.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, penambahan hari libur dimaksudkan agar siswa dapat menikmati waktu
lebih banyak bersama keluarga.

Pasalnya, waktu anak-anak di sekolah akan ditambah imbas penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPPK) atau "Full Day School".

"Sabtu-Minggu diliburkan karena waktu di sekolah lebih panjang sampai pukul 16.00 WIB. Nanti kami beri waktu longgar untuk hari keluarga
dan hari tamasya," kata Muhadjir, seusai Rapat Koordinasi di Kementerian PMK, Jakarta, Selasa (8/11).

Selain itu, Kemendikbud juga akan menghapus sistem Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sering menjadi pekerjaan rumah siswa.

Pekerjaan rumah ini membuat waktu anak di rumah juga tersita untuk mengerjakan tugas sekolah.
Dengan dihapusnya LKS, waktu anak-anak bersama keluarga sepulang sekolah diharapkan lebih berkualitas.

Selain itu, LKS dihapuskan karena tak efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa.

Kemampuan siswa, kata Muhadjir, tak bisa diukur dengan pengerjaan LKS.

"Iya (dihapus) karena tak memberi nilai tambah bagi siswa. Kemampuan siswa berkembang sendiri-sendiri. Tidak bisa disamaratakan dengan
LKS," kata Muhadjir.

Muhadjir mengatakan, kedua rencana itu akan diterapkan pada tahun ajaran baru 2017.

Saat ini, Kemendikbud tengah mematangkan rumusan tersebut agar bisa bersinergi dengan aturan lainnya.

"Tahun ajaran baru jadinya. Ini kami matangkan karena itu banyak Peraturan Menteri dan Peraturan Pemerintah yang harus disinkronkan dulu,"
kata Muhadjir.

Anda mungkin juga menyukai