RELATION OF EDUCATION INSTITUTION WITH PUBLIC RELATION
CURRICULUM 2013 LESS OF SOCIALIZATION
GROUP 1 Anggrek Sinta Sari (11317244001) Afina Nahla (11317244007) Findhira Retiyani (11317244011)
INTERNATIONAL BIOLOGY EDUCATION FACULTY OF MATHEMATHIC AND NATURAL SCIENCES YOGYAKARTA STATE UNIVERSITY 2013 A. HOT ISSUES (CASE STUDY)
Kurikulum 2013 Kurang Sosialisasi Selasa, 09 April 2013 18:56 wib Rachmad Faisal Harahap Okezone
JAKARTA - Lagi-lagi Kurikulum 2013 menjadi polemik yang belum terselesaikan. Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pun menyarankan untuk menundanya.
Demikian disampaikan Ketua Presidium GMNI Twedy Noviady Ginting kepada Okezone, di Ruang Ketua MPR RI lantai 9, Gedung Nusantara III, Komplek MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Selasa (9/4/2013).
"Di satu sisi kita apresiasi terhadap kinerja mendikbud yang sudah berusaha mengupayakan Kurikulum 2013, tapi di sisi lain ada kelemahan yaitu kurangnya sosialisasi," tegasnya.
Sehingga, kata dia, banyak sekali interpretasi yang beragam serta membuat Kurikulum 2013 ini menjadi sebuah polemik.
"Menurut analisis kami, Kurikulum 2013 ini belum matang dan belum sesuai menjadi kebutuhan masyarakat, khususnya komersialisasi bidang pendidikan. Pendidikan tugas negara ini bagaimana diimplementasikan dalam konteks kepentingan, ini yang kami belum lihat di Kurikulum 2013 ini," imbuhnya.
Peserta Presidium GMNI yang meminta Kurikulum 2013 ini ditunda masing-masing dari berbagai universitas di daerah seperti Universitas Padjajaran, STAIN, Universitas Sumatera Utara (USU), dan Universitas Brawijaya, Malang. (ade) Mendikbud Sidak Kesiapan Kurikulum 2013 ke Sekolah DIY
Liputan 6 Min, 14 Jul 2013
Liputan6.com, Yogyakarta : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ini dilakukan untuk memastikan kesiapan sekolah dalam melaksanakan kurikulum 2013 yang dimulai pada tahun ajaran 2013/2014, Senin 15 Juli besok.
"Peluncuran secara resmi kurikulum 2013 dilakukan di SMA 1 Bantul pada Senin 15 Juli, karenanya saya pun ke sekolah-sekolah untuk memastikan bagaimana persiapannya, seperti bukunya. Kemarin saya juga sudah ke Surabaya," kata M Nuh saat meninjau persiapan di SMA Kolese De Britto di Yogyakarta, Minggu (14/7/2013).
Dijelaskan dia, pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk jenjang SD hingga SMA/SMK akan diterapkan secara bertahap dan terbatas. Artinya, belum semua sekolah akan menerapkan kurikulum tersebut. Bahkan sangat dimungkinkan, dalam 1 sekolah, belum semua rombongan belajar akan menerapkannya. "Itu tidak apa-apa, namanya juga dilaksanakan secara bertahap dan terbatas. Sedangkan, untuk sekolah lain tetap menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)" ujar M Nuh. Dia juga menyadari kemungkinan penerapan kurikulum 2013 mengalami sejumlah kendala. Seperti buku mata pelajaran yang kurang atau guru yang masih belum sepenuhnya memahami bagaimana menerapkan kurikulum baru itu. "Hal-hal seperti itu sangat mungkin terjadi. Guru yang ada tercatat sebanyak 3 juta orang, namun yang dilatih baru 70.000. Tahun ini, kami akan latih lagi 80 ribu untuk instruktur nasional," katanya. Di DIY, Kurikulum 2013 akan diterapkan di 64 SD, 29 SMP, 29 SMA dan 23 SMK. Kecuali SMA/SMK yang hanya diterapkan untuk Matematika, Bahasa Indonesia dan Sejarah, seluruh mata pelajaran untuk jenjang SD dan SMP sudah menerapkan Kurikulum 2013. Nuh berharap, Kurikulum 2013 tersebut sudah bisa diterapkan secara penuh untuk siswa kelas 2 di seluruh jenjang pada 2014 dan pada tahun ajaran 2015/2016 dapat diterapkan di seluruh sekolah. Selain di SMA Kolese De Britto, M Nuh dijadwalkan meninjau persiapan di SMK 2 Depok Sleman, SMP 8 Yogyakrta dan SD Serayu Yogyakarta. Kepala SMA Kolese De Britto, Ag. Prih Adiartanto mengatakan, pelaksanaan Kurikulum 2013 terkesan sangat mendadak dan pelatihan guru baru selesai pada pekan ini. SMA tersebut diminta mengirimkan satu guru inti dan satu guru sasaran untuk mengikuti pelatihan. "Kami akan tetap laksanakan Kurikulum 2013. Materi pelajaran diambil dari kurikulum baru, namun struktur masih mengacu pada KTSP," jelas Adiartanto. Ia mengatakan, pelaksanaan Kurikulum 2013 tersebut harus terus dievaluasi dan diterapkan sesuai dengan komitmen, visi serta misi lembaga karena sebagai sekolah swasta juga memiliki visi misi tersendiri. Kurikulum 2013 di SMA Kolese De Britto akan diterapkan untuk siswa Kelas X di tujuh kelas dengan 264 siswa. "Kami sudah sosialisasi ke siswa dan orang tua siswa. Namun, akan kami sosialisasikan terus menerus," ujar Adiartanto. (Ant/Riz/Ism)
Stok Guku Minim, Guru Kurang Pelatihan, Orang Tua Murid Bingung YOGYAKARTA - Senin (15/7) pagi ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh resmi meluncurkan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Bantul, Yogyakarta.
Menurut Nuh, Kurikulum 2013 disiapkan bukan sekadar untuk memperlancar proses belajar mengajar, tapi dalam rangka membangun peradaban.
Namun pantauan SH di sekolah-sekolah sasaran di DKI Jakarta, juga di sejumlah daerah lainnya, Senin, menunjukkan penerapan Kurikulum 2013 kurang persiapan, termasuk dalam hal ketersediaan buku dan pelatihan guru.
Ketidaksiapan ini terlihat dari pertemuan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta dengan para tenaga pendidik sekolah sasaran di SMAN 68 Salemba, Jakarta Pusat, hari ini.
"Para guru sekolah yang belum menerima buku ajar dan buku pegangan guru, saya minta kesediaannya untuk mengunduhnya dari internet," tutur Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto dalam acara tersebut.
Selain soal ketersediaan buku, hingga saat ini, guru kelas 1 di sejumlah sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013, belum semuanya mendapat pelatihan. Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Abdul Muid Zein mencontohkan, sekitar 20 persen guru SD sasaran belum hadir pada hari kedua pelatihan. "Baru 80 persen guru sasaran yang hadir dari target 400 guru sasaran dari 72 SD di DKI Jakarta. Kami akan terus memanggilnya," tutur Abdul Muid kepada SH di LPMP DKI Jakarta, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (10/7) lalu. Begitu juga untuk sekolah sasaran tingkat SMP, SMA dan SMK.
Berdasarkan data laman Kemendikbud, guru yang dijadwalkan ikut pelatihan untuk SD sasaran di DKI Jakarta umumnya berjumlah 1-3 guru untuk kelas 1 SD, 3-10 guru untuk kelas 7 SMP, dan 3-10 guru untuk kelas 10 SMA/SMK. Menurut Abdul Muid, belum semua guru sasaran di tingkat SMP, SMA/SMK telah mengikuti pelatihan pada 8-13 Juli, karena sebagian memang belum hadir.
Seperti diketahui, sekolah sasaran di DKI Jakarta yang menerapkan Kurikulum 2013 berjumlah 248 sekolah, yang terdiri dari 72 SD, 31 SMP, 90 SMA, dan 55 SMK. Sekolah sasaran ini merupakan sekolah yang ditunjuk pemerintah sebagai percontohan dengan berbagai pertimbangan, antara lain sekolah yang berakreditasi A dan sekolah eks RSBI.
Menurut pantauan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), belum semua guru mata pelajaran sekolah sasaran mendapat pelatihan. Menurut Agus Sahrir, aktivis FSGI yang juga kepala sekolah SMKN di Batam, guru SMK yang dipanggil pelatihan baru guru mata pelajaran umum, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Sejarah.
Sekjen FSGI Retno Listyarti kepada SH mengatakan bahwa pada minggu ini, para siswa sekolah sasaran memang masih dalam masa orientasi siswa (MOS). "Lama MOS biasanya tiga hari untuk tingkat SD-SMA sama.
Waktu belajar, termasuk penerapan Kurikulum 2013 di sekolah sasaran baru efektif, Senin (22/7), karena Kamis biasanya wali kelas baru masuk. Jadwal mata pelajaran baru diberikan, disusul penyusunan pengurus kelas dan lain-lain. Kalau masuk pun guru kelas hanya berkenalan," kata Retno, Minggu (14/7).
Di sejumlah daerah, banyak orang tua murid mengaku masih bingung dengan kurikulum ini. Sejumlah orang tua murid di SD Negeri 11 dan 6 Manado yang ditemui SH, mengaku bingung dengan kurikulum 2013 dan menyesalkan Kemendikbud yang minim sosialisasi. Kendati kami hanya sebagai orang tua murid, tapi kami harus tahu agar dapat memantau perkembangan pendidikan anak kami," ungkap salah satu orang tua murid.
Di Kalimantan Barat, pelatihan untuk guru yang mengajar di kelas 1 tingkat SD, SMP, dan SMA baru dilakukan pekan lalu untuk kesiapan penerapan Kurikulum 2013 hari ini. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar, Aleksius Akim, menjelaskan, Kurikulum 2013 memang diterapkan secara bertahap. Sekitar 2 persen dari keseluruhan sekolah di Kalbar menerapkan Kurikulum 2013, ungkapnya, Senin.
Di Lampung, baru sekitar 5 persen yang menerapkan kurikulum baru. Menurut Kadis Pendidikan Lampung (Disdik), Tauhidi, masih kecilnya kuota sekolah (SD) yang melaksanakan kurikulum baru terkait dengan kebijakan Kemendikbud dan kesiapan sekolah. Kami tunduk pada aturan, untuk sementara kita baru diberi 5 persen saja, ungkapnya.
Di Semarang, baru 35 sekolah dari tingkat SD, SMP, hingga SMA/SMK yang menjadi proyek percontohan pelaksanaan Kurikulum 2013. Ada satu SD, lima SMP, 13 SMA, dan 16 SMK," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bunyamin.
Sekolah-sekolah yang dijadikan proyek percontohan itu adalah sekolah eks-RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional), baik itu sekolah negeri maupun swasta. Sosialisasi dan bimbingan teknis kurikulum baru itu dilaksanakan mulai Senin (8/7) lalu dan baru berakhir pada Minggu (14/7).
Untuk tingkar regional Jawa Tengah dan Yogyakarta pelaksanaan bimbingan teknik tingkat SMA/SMK digelar di Yogyakarta. Sementara untuk tingkat SMP di Solo.
Di Balikpapan, penerapan kurikulum baru untuk sejulah sekolah sasaran juga belum berlangsung mulus karena buku standar pelajaran belum dibagi. Kami harus beli lagi buku pelajaran dengan kurikulum baru, ujar Rani, calon siswa pada sekolah swasta yang dikelola Pertamina.
B. CASE ANALYSIS Relation of educational institutions with public relation is basically conducted by institutions of formal or non-formal educational institution.
Basically, public relations have the process of public relations activities with the following stages: preparation, implementation, checking public response, assessment and control of the results and provision of advice to the leadership. Through these stages should publicists of the school should know in advance that there is a problem preparatory curriculum change. Public relations in schools should liaise with the public relations of the Minister of Education. So the publicist of the schools will understand the steps which will be held discussions on the changes to the school curriculum as the teachers, students, parents and employees. Of socialization of the later will get some opinions from some of the responses that were positive or negative. Furthermore publicist must evaluate the result of socialization.
From the issue we adopted the curriculum in 2013 less of socialization. This fact is evidenced by the still existing confusion teachers to implement the curriculum in 2013 when Mr. Mohammad Nuh conducted inspection in 1 Bantul Senior High School. There are many stages of training that needs to be followed by all teachers of subjects related to changes in the curriculum in 2013. In fact, some schools such as elementary school, junior high school and senior high school is not all in the school curriculum in 2013. They are still using the old curriculum that is curriculum KTSP. Lack of textbooks is also an obstacle in the implementation of the 2013 curriculum changes. In the case that has been described above, some parents admitted confuse with the ministries of education and culture about curriculum 2013 and regret about the less of socialization. In order for public relations activities can be carried out properly, there are some principles that need to be considered as guidelines. Public relations activities, which also has a principle: 1. Principle and objective legal notice 2. The principle of greatness internal monitoring agency 3. The principle consideration and exploitation of public support 4. Principle continuity of relationship 5. The principle of public opinion observer 6. Quality improvement principles and activities
Public Relations have the types of activities in educational institutions. Public relations activities can generally be divided into public relations activities out (external public relation) and public relation activities to the inside (internal public relations). Similarly, in educational institutions, especially schools. In this case we present the case of the management of educational institutions with public relations. Case that we present a case that raged again in mid-2013 was the lack of socialization curriculum in 2013 to the public, teachers, school, or college education majors who incidentally. Basically, the curriculum 2013 removes some of the subject lesson that was previously applied to primary education, junior high school and senior high school. Because it is reaping a lot of pros and cons due to lack of socialization of the authorities to prepare and make the Ministry of Education curriculum. We think that the problem is a very serious problem because of curriculum changes experienced by all educational institutions in Indonesia, both levels of elementary school, junior high school or senior high school. We know that education is very important and a provision for us for the future. Therefore the determination of changes in KTSP curriculum into curriculum 2013 should not be done carelessly without the participation and needs of the students in particular and society in general in the present and the future. We have to realize that the role of public relations in an educational institution is required. Public relations play an important role in this case that is to tell or convey information to the public about the content of the curriculum changes before they are applied in the school curriculum. From the socialization, public relation can find deficiencies, excess and the society needs at the present time and future. Public relation have to review the outreach to educational institutions (schools) to both teachers and students, school committee, to parents, and other educational institutions such as universities. At its core is a very necessary public participation and be considered as a success of the national program. C. CASE SOLUTION (PROBLEM SOLVING) 1. Through an external public relations activities : Public Relation activity is addressed to the public or the community outside the school. These activities can be through direct and indirect activities. Hands-on activities such as face to face in person by attending the participant will be socialized. While, indirectly including through radio, television, and print media. - Giving information through television The way it can be done by the parties concerned or the Education Minister on television. These activities can be done well in advance before the curriculum was approved in 2013. Education Minister must explain the program and the issues that will be assessed against the curriculum change curriculum 2013. Proficiency level of information delivery can be done with interviews, lectures or discussions. From the way the viewer can assess the advantages and disadvantages curriculum 2013 and can give suggestions about what needs to be addressed.
- Giving information through radio Public relation should be good public relations from the Ministry of Education and disseminating information before the passage of the new curriculum. By using radio broadcasts, turn information KTSP curriculum into Curriculum 2013 accessible to the wider community. Because not all people in remote areas of Indonesia have televisions. So all the people in Indonesia can learn to change the curriculum and understand what needs to be considered when the curriculum has changed. - Giving information through print media Dissemination of information by using print media can be done by writing the main points of the material to be modified and improved related to the curriculum in 2013. From there, the public or the reader can judge and know the content of the material in the new curriculum. 2. Through internal public relations activities: Public relation activity is socialize or delivery information into. The goal is the school community of teachers, administrators and students. In principle, the internal activities aimed at: - Give an explanation of policy implementation and development of the school. PR activity here is very important because for the successful implementation of this 2013 Organizing curriculum to achieve the success of a school. - Holds the school community suggestions and opinions relating to the fostering and development of the school. Public Relations is authorized to accommodate the suggestions and responses coming from those who are in school to identify the weaknesses and shortcomings of a curriculum implementation program 2013 so that later the public relation can fix and revise the implementation of curriculum 2013. - Maintaining harmonious relationships that create cooperation among the school community. Public relation will have to give information about the change of curriculum 2013 and socialization are held in a transparent manner to the parties who are in school. So teachers, students and employees are not surprised and awkward when applied in the school curriculum in 2013 D. CONCLUSION Berdasarkan kasus diatas tentang kurangnya sosialisasi kurikulum 2013 dapat ditarik kesimpulan bahwa sosialisasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yakni perubahna kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Pihak humas sebagai pihak yang menyampaikan informasi sangat berperan penting terutama di dalam suatu instansi pendidikan. Penyampaian informasi melalui penyampaian informasi dilakukan agar pelaksanaan program kurikulum 2013 dapat berhasil dalam pelaksanaannya dan pihak pihak yang menjadi sasaran perubahan kurikulum seperti guru, siswa dan karyawan sekolah.
E. REFERENCES http://id.berita.yahoo.com/mendikbud-sidak-kesiapan-kurikulum-2013-ke-sekolah-diy- 050400207.html http://www.harianjogja.com/baca/2013/01/25/kurikulum-2013-direalisasikan-bertahap-372269 http://www.shnews.co/detile-22079-kurikulum-2013-kurang-persiapan.html