Makalah Filsafat Ilmu, Teknologi, Etika, Kebudayaan Dan Krisis Kemanusiaan
Makalah Filsafat Ilmu, Teknologi, Etika, Kebudayaan Dan Krisis Kemanusiaan
Disusun oleh:
Kelompok 3
Kelompok 3
Filsafat berasal dari bahasaYunani, philosophia atau philosophos. Philos atau philein
berarti teman atau cinta, dan shopia shopos kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah.atau
berarti. Filsafat berarti juga mater scientiarum yang artinya induk dari segala
ilmupengetahuan. Filsafat dan Ilmu adalah duakata yang saling berkaitan baik secara
substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat,
sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Ilmu atau Sains merupakan
komponenter besar yang diajarkan dalam semua strata pendidikan. Walaupun telah bertahun-
tahun mempelajari ilmu, pengetahuan ilmiah tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu dianggap sebagai hafalansaja, bukan sebagai pengetahuan yang mendeskripsikan,
menjelaskan,memprediksikan gejala alam untuk kesejahteraan dan kenyamananhidup. Kini
ilmu telah tercerabut dari nilai luhur ilmu, yaitu untuk menyejahterakan umat manusia.
Bahkan tidak mustahil terjadi, ilmu dan teknologi menjadi dibencana bagi kehidupan manusia,
seperti pemanasan global dan dehumanisasi. Ilmu dan teknologi telah kehilangan rohnya yang
fundamental, karena ilmu telah mengurangi bahkan menghilangkan peran manusia, dan
bahkan tanpa disadari manusia telah menjadi budakilmu dan teknologi. Oleh karena itu,
filsafat ilmu mencoba mengembalikan roh dan nilai luhur dari ilmu, agar ilmu tidak menjadi
boomerang bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu akan mempertegas bahwa ilmu dan
teknologi adalah instrument dalam mencapai kesejahteraan bukan tujuan.
Ilmu filsafat itu sangat luas lapangan pembahasannya. Tujuannya ialah mencari hakihat
kebenaran dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika),
maupun dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Etika baru menjadi ilmu bila
kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan
buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari
menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya
dengan filsafat moral. Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan
antara benar dan salah, baik dan buruk. Namun penilaian ini hanya bisa dilakukan oleh orang
lain yang melihat kita. Orang lain yang mampu memberikan penilaian secara objektif dan
tuntas, dan pihak lain yang melakukan penilaian sekaligus memberikan arti adalah
pengetahuan yang disebut filsafat. Filsafat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita
Direktur Avicena Center for Religions and Science (ACRoSS)-ICAS menyerukan agar
filsafat memilki komitmen intelektual terhadap problema peradaban kontemporer,
mengeksplorasi potensi filsafat yang memiliki visi dan perspektif yang lebih mampu
menyentuh isu-isu kemanusiaan dan kebudayaan pada umumnya. Kesadaran bahwa kini
filsafat dan kebudayaan Barat modern telah membonceng imperialisme politik dan ekonomi
Barat didukung oleh keunggulan sains dan teknologi mereka, telah membelenggu cara berpikir
manusia modern umumnya. Telah 300 tahun ditanamkan bahwa filsafat itu adalah semata
pelayan sains positivistik (materialisme ilmiah), bahwa filsafat terbatas pada olah nalar
menganalisis bahasa, bahwa berfilsafat itu identik dengan berpandangan skeptisisme yang
menolak kebenaran universal, bahwa filsafat tidak berhubungan dengan isu-isu moral dan
kemanusiaan. Dalam alam pemikiran postmodernis, Filsafat, dalam maknanya yang asli
sebagai cinta kebijaksanaan, sesungguhnya telah mati, dan ia telah bermetamorfose menjadi
miso-sophy (benci kebijaksanaan).
Kebudayaan adalah aktivitas khas manusia yang berkembang seiring kemajuan daya
pikir suatu masyarakat. Meski tidak tepat untuk menggolongkan budaya manusia dengan
klasifikasi budaya primitif dan budaya maju, namun proses perkembangan kebudayaan terus
berjalan seiring dinamisasi kehidupan manusia. Filsafat kebudayaan menjadi penting, karena
memberikan penunjuk arah kemana manusia seharus berkembang dengan menyelidiki
sedalam-dalamnya siapa manusia itu, kemana jalannya dan kemana tujuan akhir hidupnya.
Interaksi antar bangsa-bangsa di dunia berkorelasi dengan proses saling mempengaruhi di
bidang kebudayaan. Pada makalah kali ini, kami akan membahas lebih lanjut tentang
hubungan antara ilmu, teknologi, etika, kebudayaan, dan krisis kemanusiaan.
A. Definisi Ilmu, Teknologi, Etika, Kebudayaan, dan Krisis Kemanusiaan
1) Ilmu
Pengertian kata ilmu secara bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu
yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu (Bakhtiar, 2007).
Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi adalah:
1. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat
diukur dan dibuktikan.
2. Koherensi sistematik ilmu.
3. Tidak memerlukan kepastian lengkap.
4. Bersifat objektif.
5. Adanya metodologi.
6. Ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya.
2) Teknologi
Pada umumnya orang selalu memahami bahwa teknologi itu bersifat fisik,
yakni yang dapat dilihat secara inderawi. Teknologi dalam arti ini dapat diketahui
melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh
manusia untuk memudahkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga
memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani: techne)
manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah teknologi, yang
berarti ilmu yang mempelajari tentang techne manusia.
Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari
kandungan kata teknologi. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan
barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber.
Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi
manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya
cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah
menjadi suatu daya pencipta yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang
pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia
yang lain.
Awalnya teknologi dapat dipahami sebagai hasil buatan manusia, tetapi kini
teknologi juga harus dipahami sebagai sesuatu yang dapat menghasilkan suatu
kemanusiaan tertentu. Teknologi bukan lagi sebagai barang, tetapi telah menjadi
semacam ke-barang-an yang mampu melahirkan sejumlah cara hidup, pola
hidup, dan karakter hidup dari manusia, yang dulu menciptakannya. Demikianlah
teknologi tidak hadir lagi secara fisik-inderawi dalam barang atau benda atau alat,
melainkan telah hadir dalam bentuk sebagai suatu roh zaman, sistem sosial dan
struktur masyarakat manusia dalam suatu komunitas. Meminjam istilah
Mangunwijaya, maka teknologi telah menjadi tuan yang memperbudak, raja
yang otonom dan totaliter, bahkan dewa yang menuntut pengorbanan dari
manusia.
Dalam pemahaman seperti itu, maka teknologi jangan dianggap sebagai
suatu pokok yang enteng atau gampangan, melainkan ia harus dipandang sebagai
suatu pokok yang serius dan bahkan harus mengundang suatu kreativitas
pengkajian yang lebih cermat, dalam dan kritis, baik secara filosofis maupun
teologis. Dalam arti bahwa teknologi juga adalah persoalannya manusia dan dunia
ini.
(http://forumteologi.com/blog/2007/04/30/sefnat/)
Dengan orientasi pemahaman seperti itu, kita juga dapat mengerti bahwa
teknologi sebenarnya bukanlah suatu pokok atau tema yang parsial
sifatnya, melainkan adalah sesuatu yang total dan menyeluruh. Dapat dikatakan
bahwa teknologi sesungguhnya adalah tema atau pokok yang universal dan
global. Pemahaman atau pemaknaan terhadapnya tidak dapat dilakukan hanya
dengan mengandalkan pendekatan-pendekatan lokal tradisional sebagai yang adi-
luhung, suci dan bersih, lalu memandang teknologi sebagai sesuatu yang dari luar
(keBarat-Baratan), kotor dan jahat, melainkan memerlukan suatu pendekatan yang
melibatkan seluruh bangsa dan masyarakat untuk berbicara bersama. Pendekatan
seperti ini adalah begitu penting, mengingat bahwa teknologi selain mempunyai
manfaatnya bagi manusia, ia juga punya dampak-dampak yang merugikan
keberadaan manusia. Dan baik manfaat dan maupun kerugian itu, juga bukan
hanya menjadi bagiannya masyarakat kemana teknologi itu dimanfaatkan, tetapi
juga dialami oleh masyarakat dimana teknologi itu dimulai (dihasilkan atau
diciptakan). Jadi sesungguhnya, teknologi itu adalah tema-nya dan pokok-nya
masyarakat global (Mangunwijaya, 1999).
Beberapa pengertian teknologi telah diberikan atara lain oleh David L.
Goetch yaitu people tools, resources, to solve problems or to extend their
capabilities. Sehingga teknologi dapat dipahami sebagai "upaya" untuk
mendapatkan suatu "produk" yang dilakukan oleh manusta dengan memanfaatkan
peralatan (tools), proses, dan sumberdaya (resources).
Pengertian yang lain diberikan oleh Arnold Pacey yang berbunyi "The
application os scientific and other knowledge to practical task by ordered systems,
that involve people and organizations, living things and machines". Dari definisi
ini nampak, bahwa teknologi tetap terkait pada pihak-pihak yang terlibat dalam
perencanaannya, karena itulah teknologi tidak bebas organisasi, tidak bebas budaya
dan sosial, ekonomi dan politik.
Definisi teknologi yang lain diberikan oleh Rias Van Wyk adalah
"Technology is a "set of means" created by people to facilitate human endeavor".
Dari definisi tersebut, ada beberapa esensi yang terkandung yaitu:
1. Teknologi terkait dengan ide atau pikiran yang tidak akan pernah berakhir,
keberadaan teknotogi bersama dengan keberadaan budaya umat manusia.
2. Teknologi merupakan kreasi dari manusia, sehingga tidak alami dan bersifat
artifisial
3. Teknologi merupakan himpunan dari pikiran (set of means), sehingga teknologi
dapat dibatasi atau bersifat universal, tergantung dari sudut pandang analisis
4. Teknologi bertujuan untuk memfasilitasi ikhtiar manusia (human endeavor).
Sehingga teknologi harus mampu meningkatkan performa (kinerja)
kemampuan manusia.
Dari definisi di atas, ada 3 entitas yang terkandung dalam teknologi yaitu:
ketrampilan (skill), logika berpikir (Algorithnia), dan perangkat keras (hardware).
Dalam pandangan Management of Technology, Teknologi dapat digambarkan
dalam beragam cara yaitu sebagai berikut:
1. Teknologi sebagai makna untuk memenuhi suatu maksud di dalamnya
terkandung apa saja yang dibutuhkan untuk mengubah (mengkonversikan)
sumberdaya (resources) ke suatu produk atau jasa.
2. Teknologi tidak ubahriya sebagai pengetahuan, sumberdaya yang diperlukan
untuk mencapai suatu tujuan (objective).
3. Technologi adalah suatu tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa
(engineering) yang dapat diaplikasikan pada perancangan produk dan atau
proses atau pada penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru.
3) Etika
Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti kebiasaan,
adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bahasa Latin, etika disebut
dengan moral (Mos/Mores) yang memiliki pengertian adat kebiasaan atau
kesusilaam.
4) Kebudayaan
Kata "kebudayaan" berasal dari kata Sansekerta yaitu buddhayah, ialah
bentuk jamak dari buddhi yang berarti "budi" atau "akal". Dengan demikian
kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada pendapat
lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk
budidaya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari
kebudayaan. Dengan demikian budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,
karsa dan rasa itu. (Kontjoroningrat, 1986). Adapun istilah dari bahasa Latin yaitu
colere, yang berarti "mengolah, mengerjakan", terutama mengolah tanah atau
bertani. Dari arti ini berkembang istilah culture (bahasa Inggris), sebagai segala
daya dan usaha manusia untuk mengubah alam.
Defini kebudayaan ialah cara berpikir dan cara merasa, yang menyatakan diri
dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan
sosial dalam suatu ruang dan waktu. Cara berpikir dan cara merasa itu menyatakan
diri dalam cara berlaku dan cara berbuat. Dengan demikian definisi itu dapat
dipersingkat sebagai berikut: cara berlaku atau berbuat dalam kehidupan, atau
dapat disingkat lagi menjadi cara hidup (Inggris: way of life). Jadi kebudayaan
meliputi seluruh kehidupan manusia. Segi kehidupan yang dimaksud identik
dengan apa yang diistilahkan oleh antropologi dengan cultural universal atau pola
kebudayaan sejagat, yaitu segi-segi kebudayaan yang universal ditemukan dalam
tiap kebudayaan. Antara masyarakat dan kebudayaan terjalin hubungan dan
pengaruh yang sangat dekat. Masyarakat adalah wadah kebudayaan dan
kebudayaan membentuk masyarakat. Masyarakat ialah kelompok besar manusia,
dimana hidup terkandung kebudayaan yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai
kebudayaan mereka. Ruang dan waktu menentukan kebudayaan. Berbeda ruang,
dan waktu berbeda pula kebudayaannya.
(http://sites.google.com/site/filsafatindonesia/Home/b/budaya/)
5) Krisis kemanusiaan
Krisis adalah suatu keadaan dimana terjadinya peralihan dari keadaan lama
menuju keadaan baru yang belum pasti. Misalnya, metode lama telah ditinggalkan,
tetapi metode baru belum sepenuhnya dapat digunakan, sehingga yang terjadi
adalah kebingungan, karena belum adanya metodologi baru yang memadai.
(http://rezaantonius.multiply.com/journal/item/66/)
Krisis kemanusiaan merupakan suatu peristiwa atau runtutan peristiwa
ancaman kritis terhadap kesehatan, keamanan, dan keberadaan atau eksistensi suatu
komunitas atau suatu kelompok besar dalam suatu wilayah luas.
(http://www.scribd.com/doc/20719218/Krisis-Kemanusiaan-di-Bangsa-Beradab-
Indonesia/)
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan mendorong kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dapat
berakibat positif maupun negatif. Supaya ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif
bagi manusia perlu dikendalikan oleh etika. Etika merupakan penilaian terhadap kebudayaan.
Perubahan kebudayaan dapat terjadi akibat perkembangan ilmu dan teknologi. Perubahan
kebudayaan dapat mengakibatkan terjadinya krisis etika sehingga dapat terjadi krisis
kemusiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta.
Kanisius
http://www.scribd.com/doc/20719218/Krisis-Kemanusiaan-di-Bangsa-Beradab-Indonesia/16
nov/ 15.24
Soewardi H. 1999. Roda Berputar Dunia Bergulir Kognisi Baru Tentang Timbul-
Tenggelamnya Sivilisasi. Bandung. Bakti Mandiri
http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/agama-krisis.pdf
http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalam-islamisasi-ilmu-
pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/teori-ilmu
http://miftahul_ulum.dikti.net/index.php?option=com_content&view=article&id=6:we-are-
volunteers&catid=1:latest-news&Itemid=50
http://elhasyimieahmad.multiply.com/reviews/item/29
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Teori
%96teori+Kebenaran+Dalam+Ilmu+Pengetahuan&dn=20080702084806
Presiden Foundation for a Global Ethic (Stiftung Weltethos), Guru Besar Emeritus Teologi
Ekumenis pada University of Tbingen . http://www.ahmadheryawan.com/opini-
media/internasional/2204-etika-global-dan-obama.html. Harian Tempo 2/3/2009
http://www.tugaskuliah.info/2009/06/etika-profesional-dalam-pendidikan.html
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2001. Filsafat Ilmu. 2nd ed. Yogyakarta.
Liberty
Daruni, EA. 1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat. Fakultas
Filsafat UGM Yogyakarta. Seri 8
Maarif S. 1997. Dalam Kata Pengantar Buku Agama dan krisis Kemanusiaan Modern oleh
Nashir H. 1997. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Nashir H. 1997. Agama dan krisis Kemanusiaan Modern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Irfan LA. 2009. Kajian Terhadap Islamizing Curicula Al- Faruqi. http://iptekita.com. Diunduh
22/11/09.