Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PROFIL PERUSAHAAN/LEMBAGA


Puspiptek (Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan salah satu
kawasan yang digunakan untuk riset di Indonesia atau lebih dikenal dengan Kawasan
Puspiptek. Kawasan Puspiptek juga merupakan kawasan riset terbesar di Indonesia.
Berlokasi di Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten Puspiptek didirikan
dengan tujuan untuk mendukung proses indutrialisasi di Indonesia. Dengan alasan tersebut,
kawasan ini dibuat untuk menjadi kawasan yang dapat mensinergikan SDM terdidik dan
terlatih dengan peralatan penelitian dan pelayanan teknis yang terlengkap di Indonesia serta
teknologi dan keahlian yang telah ada lebih dari 25 tahun.
Awal mula berdirinya PUSPIPTEK dimulai dari ide Menteri Riset Prof. Dr. Sumitro
Djojohadikusumo dan diimplementasikan oleh menteri Negara Riset dan Teknologi,
Prof. Dr.-Ing. B.J. Habibie. Kemudian dengan Keputusan Presiden Nomor 43 tahun 1976,
dibangunlah Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sekarang lebih dikenal
dengan nama PUSPIPTEK.
PUSPIPTEK merupakan salah satu sarana untuk menyelenggarakan riset yang
terintegrasi dan terarah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan
kesadaran tentang pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, penelitian untuk pembangunan
nasional. Selama ini PUSPIPTEK telah memberikan pelayanan berupa teknis maupun
hasil inovasi
dari laboratorium yang tersedia didalamnya. Meskipun banyak hasil inovasi dari
PUSPIPTEK, belum banyak yang dimanfatkan oleh industri terutama hasil inovasi yang
telah teruji secara ilmiah maupun teknis. Hal ini menunjukan masih adanya kesenjangan
antara kegiatan riset dan kegiatan industri. Untuk mengatasi itu semua, sudah banyak
upaya yang dilakukan untuk komersialisasi namun belum ditangani dengan baik. Jenis
komersialisasi tersebut antara lain inkubasi bisnis untuk mematangkan inovasi yang
sudah teruji secara ilmiah agar inovasi atau produk tersebut bisa bersaing dipasar bebas.
Pada kawasan PUSPIPTEK ini terdapat 47 laboratorium yang sudah beroperasi,
juga merupakan kordinasi dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), BPPT (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi), BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) dan
1
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Kementrian Riset dan Teknologi. Sedangkan 2 laboratorium, Sarpedal (Sarana Pengendalian


Dampak Lingkungan) dan Pusdiklat Lingkungan.
BPPT itu sendiri awalnya bernama ATTP (Advance Teknologi dan Teknologi
Penerbangan) yang kemudian diubah menjadi Divisi advance Teknologi Pertamina dan
akhirnya berubah menjadi Badan Pengkajian dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan teknologi
melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus 1978.
Badan Pengkajian dan Perapan Teknologi berdiri berdasarkan keputusan Presiden
No.31 Tahun 1982 yang dibagi menjadi enam kedeputian, dimana salah satu diantaranya
adalah Deputi Pengembangan Teknologi yang terdiri dari empat direktorat yaitu Lingkungan
dan pemukiman hidup proses industry, Konversi dan konservasi energy, elektronika dan
informatika dan direktorat sarana fasilitas dan Laboratorium.
Kemudian terjadi perubahan organisasi di lingkungan BPP Teknologi, berdasarkan
keputusan Presiden Nomer 47 Tahun 1991. Di bawah kedeputian Pengembangan Teknologi
terdapat perubahan direktorat menjadi Direktorat Teknologi Energi, Direktorat Teknologi
Elektronika dan Informatika serta Direktorat Teknologi Manufakturing dan Sertifikasi.
Pada tahun 1998, Direktorat Teknologi Manufakturing dan Sertifikasi berubah menjadi
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi material (P3TM). P3TM inilah yang
menjadi cikal bakal Pusat Teknologi Material (PTM) dan ditetapkan menjadi PTM sejak
tahun 2006. Adapun struktur organisasi Pusat Teknologi Material (PTM) Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.1 Struktur Organisasi PTM BPPT


2
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Pusat Teknologi Material (PTM) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi


(BPPT) terdapat dua kantor. Kantor yang pertama adalah kantor pusat yang berlokasi di
Jalan MH. Thamrin 8, Jakarta 10340. Sedangkan kantor yang kedua adalah kantor
cabang yang berlokasi di Pusat Teknologi Material BPPT, Gedung 224, Kawasan
PUSPIPTEK Serpong - Tangerang Selatan 15314.

Gambar 1.2 Lokasi Kantor Pusat PTM BPPT

Gambar 1.3 Lokasi Kantor Cabang PTM BPPT

3
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Gambar 1.4 Gedung 224 Kawasan PUSPIPTEK PTM BPPT

1.1.1 TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERUSAHAAN/LEMBAGA


Tugas Pokok dan Fungsi dari Pusat Teknologi Material dituangkan dalam "PERATURAN
KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR:
170/Kp/KA/BPPT/IV/2006" pada Pasal 170, 171, 172, 173, 174, dan 175.

Pasal 170
Pusat Teknologi Material mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di
bidang teknologi material.
Pasal 171
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 170, Pusat Teknologi Material
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi logam paduan;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi polimer rekayasa;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi keramik rekayasa.

4
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Pasal 172
Pusat Teknologi Material terdiri dari:
a. Bidang Logam Paduan;
b. Bidang Polimer Rekayasa;
c. Bidang Keramik Rekayasa.
Pasal 173
(1) Bidang Logam Paduan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di
bidang teknologi logam paduan.
(2) Bidang Polimer Rekayasa mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di
bidang teknologi polimer rekayasa.
(3) Bidang Keramik Rekayasa mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di
bidang teknologi keramik rekayasa.

Bagian ketujuh
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 174
Kelompok Jabatan Fungsional pada masing-masing bidang mempunyai tugas melakukan
kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 175
(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti, Perekayasa dan
sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan
fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.
(2) Masing-masing kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditetapkan oleh Kepala
BPPT.
(3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja.
(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

1.1.2 VISI DAN MISI PERUSAHAAN/LEMBAGA


1.1.2.1 VISI PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT
Pusat unggulan teknologi material yang mengutamakan kemitraan melalui
pemanfaatan hasil rekayasa teknologi secara maksimum.
1.1.2.2 MISI PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT
1. Memacu perekayasaan teknologi material untuk meningkatkan daya saing produk industri.
2. Memacu perekayasaan teknologi material untuk meningkatkan pelayanan publik instansi
pemerintah.
3. Memacu perekayasaan teknologi material untuk kemandirian bangsa.

1.1.3 NILAI NILAI PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT

Nilai - Nilai
Creativity
Integrity

Professional

Team Work
Accountable
1.2 LINGKUP PEKERJAAN PKL
Kegiatan PKL yang telah saya laksanakan selama satu bulan terhitung mulai tanggal
15 Januari 2015 s/d 13 Februari 2015 berjalan dengan lancar. Selama kegiatan PKL
berlangsung, saya difokuskan pada interface Surface Plasmon Resonance Sedangkan

6
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

untuk 2 minggu pertama PKL, saya ditugaskan untuk kegiatan lain seperti pembuatan
power supply sekaligus mengajarkan kepada mahasiswa PKL dari Universitas lain, dan
juga belajar bagaimana system sensor microcantilever berjalan .
Untuk kegiatan PKL 2 minggu pertama tersebut berlangsung di beberapa tempat,
yaitu di Laboratorium Sensor Lantai 2 PTM BPPT dan di Hanggar Lantai 1 PTM BPPT.
Di Laboratorium Sensor digunakan untuk tempat penyolderan + wiring (pengkabelan),
set up alat, dan pengujian alat. Sedangkan Hanggar digunakan untuk tempat pengeboran,
pengikiran dan pemotongan.

Sedangkan untuk kegiatan PKL 2 minggu terakhir berlangsung juga di


Hanggar Lantai 1 PTM BPPT, Laboratorium sensor Lantai 2 PTM BPPT. Dan Hanggar
digunakan sebagai tempat untuk pengeboran, pengikiran dan pemotongan serta lab
diogunakan untuk pengujian fenomena SPR serta uji interfacenya..

1.3 JADWAL PELAKSANAAN PKL


Kegiatan PKL ini dilaksanakan di Pusat Teknologi Material (PTM) Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang berlokasi di Pusat Teknologi Material BPPT,
Gedung 224, Kawasan PUSPIPTEK Serpong - Tangerang Selatan 15314, yang telah
dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2015 s/d tanggal 13 Februari 2015.

7
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

BAB II
PELAKSANAAN PKL

2.1 PERENCANAAN PEKERJAAN


Praktik Kerja Lapangan berlangsung 5 (lima) hari setiap minggunya yaitu mulai
hariSenin s/d Jumat dengan waktu normal berlangsung mulai pukul 07.30 WIB s/d 16.00
WIB.
Tabel 2.1 Rancangan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

8
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

2.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN


Adapun realisasi kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah saya
lakukan selama 1 (satu) bulan, terhitung mulai tanggal 15 Januari 2015 s/d 13
Februari 2015 dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini :

9
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

BUKU CATATAN HARIAN PENELITIAN (BCHP)

Nama : Mochammad Aldi Mauludin


Jurusan & Asal Universitas : Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta
Periode KP/PKL : 15 Januari 2015 18 Februari 2015
Pembimbing : 1. Dr. Ratno Nuryadi
2. Rina Dewi Mayasari, S.Si
Hari,
No. Jam Kegiatan Catatan Kemajuan
Tanggal
1. Kamis, 15 07.30 Perkenalan Sebelum melaksanakan kegiatan pkl harian, hari
Januari 16.00 WIB kepada seluruh pertama mahasiswa diarahkan untuk menata
2015 direksi dan staff ruangan kerja pkl agar lebih nyaman dalam
BPPT bagian melaksanakan rutinitas harian pkl.
material bahan.

Menyiapkan
peralatan &
perlengkapan
Lab.

Pengarahan Surface plasmon (SP) merupakan gelombang


mengenai bagian elektromagnetik (EM) yang menjalar sepanjang
Surface Plasmon permukaan antara dua medium, yaitu logam dan
Resonance dielektrik dalam arah tegak lurus (ragam
(SPR). transverse magnetic).

Dokumentasi :

10
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Wiring Atomic Langkah pertama yang dilakukan adalah


Force melakukan setting tegangan masukkan jala-jala
Microscope. listrik PLN sebesar 100 Volt AC menggunakan
Step Down, kemudian dipastikan terlebih dahulu
presisi tegangan menggunakan Multimeter.
Frekuensi 100 Volt AC ini digunakan sebagai
supply CPU dan AFM Control System yang
didatangkan dari Jepang.
Adapun alat & bahan yang digunakan untuk
kegiatan set up atomic force microscope adalah:
Stabilizer & Step Down
AFM Control System
Driver
Force Detector
Oscilloscope
PC & CPU
Cantilever Holder
Cantilever Statis
Multimeter
Kabel BNC
Setelah proses wiring selesai, kemudian
dilakukan percobaan uji permukaan material
pada bahan. Setelah komputer menerima data
dari sistem tersebut ternyata percobaan kali ini
belum berhasil. Data yang tampil pada komputer
hanya berupa noise saja, selektor yang terdapat
11
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

pada force detector tidak mempengaruhi posisi


garis pada layar oscilloscope.
Dokumentasi :

Mencari cara Kemudian pada bagian Interfacing sistem sensor


yang baik agar surface plasmon resonance saya mencoba
sistem sensor mencari cara agar sistem otomasi pengukuran
surface plasmon yang dikehendaki yaitu 0.5 cm dapat terealisasi
resonance dapat yakni dengan menggunakan arduino UNO yang
mengukur secara terkoneksi dengan motor dc 12v kemudian di
otomatis seuai hubungkan dengan belt . Namun dikarenakan
derajat yg keterbatasan komponen dan ide awal tentang
ditentukan. sistem otomasi, pada hari pertama hanya sebatas
perancangan sederhana .
Dokumentasi :

12
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

2 Jumat, 15 07.30 Studi pustaka 1. Surface Plasmon merupakan osilasi kolektif


Januari 16.00 WIB menganai dari elektron bebas yang merambat pada film
2015 1. Surface tipis. Surface Plasmon juga didefinisikan
Plasmon sebagai gelombang elektromagnetik yang
(SP) merambat sepanjang interface lapisan logam
2. Total tipis dan bahan dielektrik.
Internal 2. Total Internal Reflection (TIR), yaitu
Reflection suatu kondisi ideal dimana tidak ada
3. Surface gelombang yang dibiaskan. Total Internal
Plasmon Reflection adalah fenomena optic saat
Resonance cahaya sinar menembus batas medium
dan dengan sudut datang lebih besar daripada
Attenuated sudut kritis saat ia mengenai permukaan.
Total Saat terjadi TIR maka gelombang
Reflection elektromagnetik yang terbiaskan mempunyai
4. Cara kerja bentuk gelombang bidang dengan amplitude
sensor SPR meluruh secara eksponensial saat ia menjauhi
bidang batas kedua medium yang disebut
sebagai gelombang evanescent.Perilaku
gelombang ini sama dengan perilakun
gelombang Surface Plasmon. Artinya yang
akan beresonansi dalam fenomena SPR
adalah kedua gelombang tersebut.
3. Attenuated total reflection (ATR)
merupakan kondisi dimana Pemantulan
total hanya dapat terjadi pada satu nilai sudut
kritis saja, diatas nilai sudut kritis akan
terjadi pelemahan atau pengurangan
intensitas sinar pantul dan Surface
plasmon terjadi pada kondisi ATR,
karena pembangkitan surface plasmon
memerlukan energi yang cukup besar
dari gelombang datang.

13
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Surface plasmon resonance (SPR)


merupakan fenomena resonansi antara
gelombang cahaya dan elektron-elektron
pada permukaan logam yang menghasilkan
osilasi elektron-elektron di permukaan logam
yang terkuantisasi.

4. Sensor Surface Plasmon Resonance dapat


terjadi pada bidang batas logam/dielektrik
ketika sebuah berkas sinar datang dari
medium dielektrik dengan sudut datang yang
lebih besar dari sudut kritis. Dalam kondisi
seperti itu, di bidang batas persambungan
dielektrik/logam akan terbentuk gelombang
evanesen yang menembus masuk ke dalam
medium logam. Jika kondisi resonansi
terpenuhi, akan terjadi resonansi antara
gelombang evanesen dan elektron-elektron
bebas di permukaan logam yang

menghasilkan medan listrik lokal dan


14
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

penetrasi gelombang evanesen yang jauh


lebih besar.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan


laser sebagai media pemantulan cahaya

Proses pegambilan data dilakukan dengan


menggunakan set-up SPR pada gambar diatas. Sinar
laser dilewatkan melalui polarisator. Lensa positif
untuk memfokuskan sinar yang keluar. Selanjutnya
sinar akan melewati beam splitter yang berfungsi
membagi sinar menjadi dua bagian dengan intensitas
sama yang akan ditangkap oleh laser beam receiver
pertama (detector 1) dan laser beam receiver kedua
(detector 2). Detector 1 terletak sebelum sinar
mengenai prisma, sedangkan detector 2 letaknya
setelah sinar mengenai prisma. Alat yang digunakan
untuk menampilkan nilai tegangan yang terbaca
adalah mikrokontroler. Dalam alat ini juga telah
diatur agar nlai reflektansi dapat langsung diketahui,
yaitu nilai tegangan D2 dibagi D1. Saat sinar
mengenai prisma, divariasi sudut datangnya dengan
memutar meja dudukan prisma. Sebelumnya
ditentukan terlebih dahulu sudut kritisnya sebagai
parameter utama dalam memulai penambilan data
pada sudut tertentu. Nilai output yang diperoleh
adalah sudut datang vs reflektansi.
3 Selasa, 20 07.30 Membuat proyek Pada project power supply ini desain layout
15
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

januari 16.00 WIB 4 buah power sudah ada, jadi di sini kami memulainya
2015 supply +15 Vdc, - langsung dengan menyablon layout pada papan
15 Vdc dan +5 PCB. Pada proses penyablonan ini kami
Vdc. menggunakan lotion anti nyamuk sebagai
pengganti dari setrika listrik. Setelah layout
tercetak pada papan PCB, langkah selanjutnya
yaitu meng-etching papan PCB tersebut ke dalam
larutan FeCl3 + H2O dengan perbandingan 1 : 2.
Fungsi dari meng-etching ini adalah untuk
mengikiskan atau membuang tembaga pada PCB
yang tidak digunakan sebagai jalur rangkaian
power supply.
Setelah tahap etching selesai, dilanjutkan
dengan proses melubangi pad untuk
dimasukkannya kaki komponen ke pad PCB.
Melubangi pad PCB ini menggunakan bor tangan
dengan mata bor ukuran 0,8 1mm.
Dokumentasi :

Gambar 1. 1 Pembuatan design PCB

Gambar 1.2 Hasil design PCB dengan menggunakan


softwaredan dicetak dengan HVS

16
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Gambar 1.3 Proses penyablonan design pada kertas HVS


ke papan PCB

Gambar 1.4 Hasil penyablonan

Gambar 1.5 Proses pemotongan papan PCB

17
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Gambar 1.6 Proses pengeboran papan PCB

Gambar 1.7 Hasil pengeboran papan PCB

Pengarahan
tentang project
PLL serta Jadi rangkaian PLL ini digunakan sebagai
Amplitudo to pengunci fasa. Di mana pada saat terdapat
Voltage inputan berupa frekuensi, PLL memberikan
Converter. kembali frekuensi dan membandingkannya
dengan frekuensi yang datang. Kemudian di
dalam PLL terdapat VCO yang berfungsi untuk
mengunci frekuensi yang baru masuk.
Kemudian untuk Converter Amplitude to DC
Voltage digunakan sebagai inputan ke sistem
Mikrokontroller. Jadi dalam pembacaan

18
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

gelombang pada mikrokantilever pada saat ini


masih terbatas pada pembacaan manual di
oscilloscope.
Converter Amplitude to DC Voltage ini
diharapkan dapat berjalan dengan lancar agar
dapat memberikan masukan berupa tegangan DC
5V ke sistem mikrokontroller yang nantinya akan
mengirimkan data mikrokantilever ke Personal
Computer (PC). Selain Converter Amplitude to
DC Voltage sebagai inputan ke sistem
mikrokontroller, terdapat pula Converter
Frequency to DC Voltage yang sedang dalam
masa percobaan.
Pada saat pengukuran pertama untuk
Converter Amplitude to DC Voltage, kami
menggunakan IC AD637 yang menurut datasheet
IC ini dapat mengubah RMS menjadi DC
Voltage. Akan tetapi untuk bentuk serta
perhitungan gelombang yang muncul pada
oscilloscope belum sesuai dengan apa yang kami
harapkan.
Dokumentasi :

19
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Meeting
Perkembangan Pada kegiatan Meeting Project ini kami di
Project kedepan berikan pengenalan dan teori dasar mengenai :
1. Sensor SPR (Surface Plasmon
Resonance)
2. Sensor Microcantilever
Pada penjelasan kali ini pembimbing kami
memaparkn bagaimana bahan bahan, prinsip
kerja serta prosses pengambilan data dari kedua
sensor tersebut dilakukan.
Presentasi mengenai SPR oleh mba Rina
*Sistem SPR yang ada di Lab. Material
menggunakan prisma setengah lingkaran. Hal
tersebut agar sinar yang dipancarkan dapat
diteruskan dan ada yang dipantulkan sebesar 90o.
*Aplikasi SPR sensor sensitivitas tinggi :
1. Biological elemen
DNA
2. Deteksi gas berbahaya
3. Deteksi bahan
makanan (keamanan
pangan)
Perkembangan SPR untuk meningkatkan
selektivitas objek yang dideteksi. Untuk dapat
mengetahui selektivitas objek dibutuhkan
material tambahan untuk menangkap target
tertentu pada permukaan sensor. Materialnya
misalnya Pedot : PSS (gas amoniak), graphene :
DNA, magnetic nanoparticle, ZnO : gas CO
Sensor SPR (Surface Plasmon Resonance)
merupakan fenomena resonansi antara
gelombang cahaya dan elektron-elektron pada
permukaan logam yang menghasilkan osilasi
elektron-elektron di permukaan logam yang
20
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

terkuantisasi.
TIR (Total Internal Reflection) berada ketika
kondisi sudut reflektansinya lebih dari 90o.
Menggunakan Hukum Snellius.
SPR merupakan plasma (lautan elektron) yang
berosilasi yang terlokaliksasi pada permukaan
atau batas antarmuka.
SPR menggunakan logam karenaSPR akan
muncul ketika menggunakan cahaya tampak,
sehingga digunakanlah logam. Logam yang
digunakan adalah emas dan perak.
*Gelombang evanescent adalah gelombang
elektromagnetik polarisasi p atau tranverse
magnetic (TM) menjalar secara perlahan
sepanjang batas antarmuka logam-dielektrik dan
meluruh secara eksponensial pada arah vertical
terhadap antarmuka.
*Fenomena SPR terjadi ketika diberi logam
antara kaca dan udara dan ada sinar datang
dengan syarat vektor gelombang SP sama
dengan vektor gelombang EW

*Konfigurasi prima terkopling dibedakan


menjadi tiga, yaitu diantaranya :
Konfigurasi Otto
Konfigurasi Kretchsmann
Konfigurasi Kretchsmann

21
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

*Set-up eksperimen SPR dengan lapisan tipis


ZnO untuk sensing gas NO
Hasil eksperimen oaring lain dengan lapisan
ZnO yang menggunakan konfigurasi
Kretchsmann yaitu dengan logam Cr 2nm, Au
50nm, dan variasi ketebalan ZnO. Untuk ZnO
dengan ketebalan 10,5 nm dan 74,0 nm tidak
muncul SPR. Sedangkan untuk ZnO dengan
ketebalan 20nm dan 29,3 SPRnya muncul.
Semakin besar gas NO maka reflektansi
semakin tinggi.
Presentasi Microcantilever oleh mba Lia
TIP : 100 mikrometer dari silikon.
Sensitivitas tinggi terhadap suatu objek.
*Teknik deteksi defleksi microcantilever ada
dxua yaitu :
1. Static mode defleksi
2. Dinamic mode osilasi
Semakin besar massa pada microcantilever,
semakin besar
Memiliki 4 katoda yang disambung pada
Wheatstone Bridge .
Dokumentasi :

22
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

4. Rabu, 21 07.30 Melanjutkan Setelah semua pad selesai dilubangi, barulah


Januari 16.00 WIB project 4 buah masuk ke tahap penyolderan rangkaian.
2015 power supply +15 Penyolderan ini untuk merekatkan antar kaki
Vdc, -15 Vdc dan komponen pada pad PCB dengan menggunakan
+5 Vdc. solder sebagai pemanasnya dan timah sebagai
bahan perekatnya.
Adapun komponen-komponen yang
dibutuhkan dalam proyek power supply ini antara
lain :
Bagian dalam PCB
- Dioda Bridge (2 buah)
- Elco 2200 F 50 V (3 buah)
- Elco 47 F 50 V (3 buah)
- Kapasitor 0,1 F (6 buah)
- IC Regulator 7805 (1 buah)
- IC Regulator 7815 (1 buah)
- IC Regulator 7915 (1 buah)
Bagian luar PCB
- Transformator CT 1A (1 buah)
- Heatsink (3 buah)
- Noise Filter (1 buah)
- Saklar (1 buah)
- Kabel AC (1 buah)
- Fuse 2A + Home Fuse (1 buah)

23
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

- Banana port to output.

Melubangi box kami mulai turun ke hanggar untuk membuat


power supply. lubang lubang port serta lubang untuk noise
filter. Selanjutnya kami mulai membuat lubang
lubang pada box dengan tersisa 3 orang
dikarenakan tim dari UGM sedang di beri tugas
membuat chamber yang nantinya pun akan
digunakan pada penelitian ini. Pada proses ini
kami mendapatkan sedikit kendala pada
pembuatan lubang box dikarenakan
keterbatasan penggunaan alat yang disebabkan
kami belum menguasai letak dari perkakas
bengkel yang ada disana sehingga kami agak
kesulitan membuat lubang. Namun dengan
bantuan dari staff hanggar disana kami sedikit
dipermudah dalam menemukan perkakas.
Kegiatan ini berlangsung hingga pukul 12.30.

Mengecek Setelah istirahat ishoma siang kami melanjutkan


keluaran tegangan dengan mengecek ulang rangkaian yang
power supply. nantinya akan dipasang, kami melakukan uji
coba pada bagian inputan maupun output yang
diharapkan sesuai SOP yang diberikan pada
project ini yakni
Input : 220 VAC
Output : +5 VDC, +15 VDC, dan -15 VDC
Setelah dicek inputan sesuai dengan yang
diinginkan. Namun saat kami mengecek output
yang diinginkan kami menemui sedikit kendala
yakni Output yang diharapkan tidak sesuai
yakni : Output : +5 VDC, +11,9 VDC dan -
16,98 VDC
Terdapat selisih yang cukup jauh pada output

24
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

+15 VDC dan terdapat kelebihan tegangan pada


-15 VDC. Kemudian kami analisis dengan
melakukan pengecekan kaki kaki komponen
dan melakukan analisis perbandingan terhadap
power supply yang memang telah dibuat
sebelumnya. Dari segi trace dan tata letak
komponen semua sudah sesuai namun setelah di
ukur dengan AVO meter baik analog maupun
digital terdapat perbedaan tersebut. Selanjutnya
kami bertanya terhadap mbak lia M.T selaku
pembimbing kami pada project ini, kemudian
kami diberikan solusi dengan menvcoba
mengganti komponen IC 7815 dengan IC yang
baru, setelah di ganti ternyata benar. Output
yang diinginkan sesuai untuk output 15 VDC .
kemudian kami mengecek output 15 VDC dan
ternyata terdapat kelebihan keluaran, maka
kami mencoba dengan mengurangi keluarannya
dengan menggunakan resistor 10k Ohm.

25
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Kamis, 22 07.30 Melanjutkan Kami memulai hari ini dengan melanjutkan proses
Januari 16.00 WIB project 4 buah penyelesaian project power Supply. Langkah awal
2015 power supply +15 kami adalah dengan melakukan perencanaan
Vdc, -15 Vdc dan positioning trafo dari dalam box agar sesuai .
+5 Vdc. langkah pertama kami melakukan pembuatan mal.
Dengan memulai Kemudian kami turun ke hanggar untu melubangi
proses wiring box . setelah melubangi kami kembali naik dan
kabel memulai proses wiring tangkaian antara rangkaian
utama dengan trafo CT 1 Ampere. Pada kegiatan
kali ini kami memiliki kendala yakni kurangnya
trafo CT 1 Ampere yang sesuai yakni yang memiliki
output 18 VAC dan juga kamu mengalami
kekurangan socket banana yang berwarna merah
dan putih sebagai penanda keluaran Power Supply --
-15 VDC, 15 VDC dan 5 VDC.
Kami melanjutkan proses wiring dan kemudian
setelah wiring selesai kami mencoba
merampungkan Power Supply ini dan mulai
merakitnya agar sesuai dengan harapan awal. Pada
kegiatan ini kami berhasil menyelesaikan 3 Buah
Power Supply dan 1 Power Supply kurang trafonya
saja. Dari hasil outputan yang kami coba sudah
sesuai dengan yang diharapkan.
Pada saat mengecek keluaran tegangan sebelum
wiring atau pengkabelan pada box power supply

26
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

ada beberapa kesalahan terutama pada keluaran


IC 7815 dan IC 7915. Adapun hasil keluaran
tegangan sebelum tahap perbaikan adalah sebagai
berikut:
7805 7815 7915
PCB I 4,94V 11,98V -15,62V
PCB II 4,96V 11,99V -23,2V
PCB III 5V 12,4V -16,5V
PCB IV 4,92V 14,9V -14,9V

Dari kesalahan di atas disebabkan karena IC


regulator yang rusak, hal ini disebabkan oleh
penyolderan yang terlalu lama sehingga
menyebabkan panas yang berlebih pada kaki IC
tersebut, IC ini sangat rentan terhadap panas.
Kemudian untuk PCB II dan III pada kaki keluaran
IC 7915 kami tambahkan R 10K, dikarenakan
pada keluarannya selalu tidak sesuai dengan yang
diharapkan walaupun IC tersebut telah diganti.
Adapun hasil keluaran tegangan setelah tahap
perbaikan adalah sebagai berikut:
7805 7815 7915
PCB I 4,94V 15,14V -14,9V
PCB II 4,96V 14,91V -15V
PCB III 5V 15,1V -15V
PCB IV 4,92V 14,9V -14,9V

27
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Setelah selesai merakit power supply dan


keluaran tegangan telah sesuai dengan yang
diharapkan, barulah tahap pemasangan kaki box
power supply dan pelabelan power supply.

Jumat, 23 07.30 Presentasi Kegiatan ini dimulai pukul 09.00 dipimpin


Januari 16.00 WIB Kemajuan oleh Dr. Ratno Nuryadi selaku pembimbing
2015 Project 1. Pada kegiatan ini kami bergantian
minggu memaparkan kemajuan project kami masing
pertama masing dimulai dari tim mikrokantilever
kemudian disambung pada tim SPR dan yan
terakhir AFM. Berikut adalah Perkembangan
Project yang saya paparkan.

28
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Presentasi Gelombang I dimulai pukul 09.00 s/d


10.45 WIB yang diawali oleh tim
Microcantilever. Presentasi microcantilever
diawali oleh ka Fadhli, kemudian disusul oleh ka
Rezky, ka Azizah, ka Diana, dan Ossa.
Kemudian dilanjutkan oleh presentasi tim SPR
(Surface Plasmon Resonance) yang diawali oleh
Aldi, kemudian dilanjutkan oleh ka Amran
sebagai presentasi penutup Gelombang I.

Presentasi Gelombang II dilanjutkan pukul 13.30


s/d 15.45 WIB, dimulai kembali oleh tim SPR
(Surface Plasmon Resonance) yang dilanjutkan
oleh Sonya, dan terakhir oleh Putri. Kemudian
presentasi selanjutnya oleh Rafty tentang Logam
Tanah Jarang. Dan presentasi terakhir tentang

29
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

AFM (Atomic Force Microscope) oleh Gigih.

BUKU CATATAN HARIAN PENELITIAN (BCHP)

Nama : Mochammad Aldi Mauludin


Jurusan & Asal Universitas : Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta
Periode KP/PKL : 15 Januari 2015 18 Februari 2015
Pembimbing : 1. Dr. Ratno Nuryadi
2. Rina Dewi Mayasari, S.Si
Hari,
No. Jam Kegiatan Catatan Kemajuan
Tanggal
1. Senin, 26 07.30 Diskusi dengan Pemasangan rumah trafo ini dimaksudkan untuk
Januari 16.00 WIB Pak Ratno, gigih meminimalisir medan elektromagnetik yang
2015 & Ossa mengenai ditimbulkan dari lilitan trafo mengganggu
pemasangan rangkaian power supply seperti noise atau
rumah trafo, kecacatan bentuk gelombang yang terlihat pada
sekaligus oscilloscope.
memberikan
komponen yang
kurang untuk
penyelesaian
power supply dan
bahan untuk Dalam pemasangan rumah trafo ini haruslah
interface SPR dilakukan dengan baik , agar posisi rumah trafo
30
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

tidak berubah dan mengganggu rangkaian saat di


Pengeboran untuk pasang adalah dengan membuat lubang sebagai
pemasangan dudukan untuk memberikan mur dan baut
rumah trafo pada sebagai pengencagnya.
box power Dokumentasi :
supply.

Memasang gear Dari bahan yang diberikan pembimbing hari ini


box dengan saya mulai memperkirakan dan mengirta ngira
menggunkan apakah roller yg diberikan mampu
roller di ujung menggerakkan belt dan roller yg seperti apakah
penggeraknya yg nantinya akan digunakan selain itu saya pun
sehingga bisa mulai mempelajari arduino.
menggerakkan Dokumentasi :
belt.

2. Selasa, 27 07.30 Melakukan Pada saat ingin menggunakan power supply yang
Januari 16.00 WIB wiring telah kami buat, ternyata jika saklar dalam posisi
2015 (pengkabelan) OFF maupun ON output power supply malah
ulang pada bagian mengeluarkan tegangan. Hal ini berarti terdapat
AC karena pada kesalahan dalam penyambungan kabel pada
saat posisi saklar bagian AC. Akhirnya kami membongkar kembali

31
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

OFF tegangan box power supply yang telah dibautkan, dan


output DC dalam menyolder kembali penyambungan kabel yang
keadaan ON. kiranya salah.

Adapun penyusunan wiring (pengkabelan)


yang benar adalah sebagi berikut:

Karena pada hari senin hanya sebatas coba coba


dan lebih fokus kepada power supply maka hari
ini mulailah desain dan tatat letak dari interface
yang nantinya akan real di terapkan. Setelah itu
saya kembali membantu 3 kelompok power
supply yang belum selesai proses
pengkabelannya.
Pada saat salah satu kelompok power supply
yang telah selesai pengkabelan dan ingin
mengecek tegangan keluaran yang dihasilkan,
tiba-tiba stop kontak langsung mati. Setelah saya
cek ternyata ada kabel yang short antara 0V dan
220V trafo. Akhirnya sumber listrik di ruang lab
sensor pun padam.

32
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Mendesain tata
letak interface Sambil menunggu listrik di benahi di ruangan
yang nantinya maka saya mencoba menggambar desain yang
akan diterapkan.. nantinya akan diterapkan

Menggambar
desain sederhana
3 Rabu, 28 07.30 Melanjutkan Pembuatan Interface dilanjutkan dengan
januari 16.00 WIB perancangan menentukan posisi mana yang nantinya akan
2015 interface SPR dipasangkan gearbox kemudian melakukan
positioning yang sesuai dengan arah pergerakan
lengan ukur skala seperti yang telah dirancang
sebelumnya.
Dokumentasi :

Pembuatan Setelah melakuakan pengkondisian tempat lalu


33
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Holder Untuk membuat holder untuk dudukan motor dc


Gear Box penggerak belt beserta gearboxnya
menggunakan acrylic ukuran 8 x 20 cm
Kegiatan ini dimulai dengan memotong acrylic
kemudian melakukan pengeboran titik yang
digunakan sebagai penyambung potongan dan
pengikat gearbox menggunakan baut.
Dokumentasi :

Pemasangan Mulai melakukan pemasangan holder motor dc


Interface dan gearbox menggunakan penjepit kertas
automatic dan kemudian mulai memposisikan interface
Uji coba awal penarik tuas ukur derajat dengan
menyambungkan satu motor dc dengan 2 roller
pemutar menggunakan belt sebagai penggerak .
kemudian melakukan uji coba menggunakan
baterai
o 1.5 VDC : hasil yang didapat adalah
pergerakan sudah mulai terlihat namun
kurang konstan di awal dan ritme tarikan
kurang seirama.
o 3 VDC : hasil yang didapat adalah tarikan

34
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

mulai konstan dia awal dan mulai halus


seirama
o 6 VDC : hasil yang di dapat adalah tarikan
konstan dengan ritme tarikan cukup cepat
dan stabil halus seirama
Untuk kedepanya akan diberikan delay sebagai
waktu tunda pergerakan motor untuk pembacaan
data oleh photo diode dan Osciloscope.

4. Kamis, 29 07.30 Menguji interface Nantinya sistem pengambilan data pada SPR ini
Januari 16.00 WIB yg terpasang akan dilaukan dengan menggerakkan tuas secara
2015 dengan arduino otomatis menggunakan pulsa pendetak yang
berasal dari arduinoUNO . pada hari ini kami
mulai mencoba untuk menggabungkan antara
arduino dengan Power supply guna
menggerakkan motor gearbox dengan software
Labview sebagai program drivernya. Hasil yng di
dapatkan saat menghubungkan gearbox dengan
power supply menggunakan variasi Vin 5, 9 dan
12 V DC adalah sebagai berikut :
o 5 VDC : hasil yang didapat adalah
pergerakan tidak terlihat bahkan arduino
langsung mereset off saat detak pertama.
o 9 VDC : hasil yang didapat adalah tarikan
mulai konstan diaawal namun variasi tarikan
belum sama dan seirama.
o 12 VDC : hasil yang di dapat adalah tarikan
konstan dengan ritme tarikan cukup cepat
dan stabil halus seirama
Dokumentasi :

35
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Jumat, 30 07.30 Mengkondisiakan Pada hari jumat ini kami tidak jadi melakukan
Januari 16.00 WIB tata letak presentasi namun kami diberikan tugas untuk
2015 pengukuran sesuai menyelesaikan interface agar dapat digunakan pada
yg telah dibuat hari senin dikarenakan prisma yg telah di coating
telah selesai dibuat dan siap di gunakan untuk
mengambil data.
Pengkondisian dilakukan sesuai dengan keadaan yg
ada , berhubung garis sudut belum dicetak maka
kami menggunakan patokan sesuai yg telah ada.
Hasil yang kami dapatkan ialah pengukuran masih
sangat halus belum sampai 0.5 degree pergeseran

36
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

lengan skala yang diharapkan namun untuk hari ini


sudah termasuk cukup baik , namun di akhir uji
kami mendapatkan kendala yakni roller yg kurang
kokoh . ini disebabkan rentang tegangan belt lebih
lebar sehingga semakin kuat bertumpu pada roller
sehingga membuat roller terpental lepas dari pad
nya,
Dokumentasi :

37
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

BUKU CATATAN HARIAN PENELITIAN (BCHP)

Nama : Mochammad Aldi Mauludin


Jurusan & Asal Universitas : Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta
Periode KP/PKL : 15 Januari 2015 18 Februari 2015
Pembimbing : 1. Dr. Ratno Nuryadi
2. Rina Dewi Mayasari, S.Si
Hari,
No. Jam Kegiatan Catatan Kemajuan
Tanggal
1 Senin, 2 07.3016.30 Mendesain garis Pengukuran SPR menggunakan variasi sudut yang
Februari sudut pengukuran berbeda beda ini bertujuan untuk mengetahui detail
2015 SPR menggukana data yang ingin diketahui dari sample yang diujikan
software correl .untuk di lab.sensor bppt ini menggunakan variasi
draw skala 1 degree dan 0.5 degree . untuk pengembangan
nantinya akan diukur menggunakan skala ukur 0.1
degree, 0.05 degree hingga sudut 0.01 degree

2 Selasa, 3 07.30-16.30 Studi literatur Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan
Februari mengenai atau mengatasi error yang masi terjadi pada interface
2015 interface SPR pendetak yak ni arduino . error yang masi belum
diketahui adalah ketika arduino dan program
labview sedang running untuk detak awal bisa
namun untuk selanjutnya langsung hilang , setelah
ditelusuri berdasarkan info yang ada pada internet
didapat bahwa yang mengatur/ yang menjadi jalur
komunikasi antara arduino dengan pc adalah pada
port conector pada pc nya yang di pakai yakni COM
4.

Belajar Kegiatan selanjutnya yaitu belajar mensetting micro


mensetting sensor cantilever yang akan digunakan untuk pengukuran
microcantilever menggunakan metode optic . metode optic
38
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Optik merupakan metode pemantulan cahaya laser yang di


tembakkan pada microcantilever yang nantinya
ujung / bagian utama sensor akan memantulkn
cahaya yang kemudian difokuskan oleh pemfokus
untuk selanjutnya di terima oleh photodiode yang
berfungsi menangkap sinar pantul micro cantilever.
Kemudian nantinya akan dikonvert hasil pemantulan
cahaya tersebut ke oscilloscope yang menunjukkan
perubahan gelombang cahaya yang diterima.
Dokumentasi :

IZIN Bimbingan ke kampus dan Mencetak scale degree untuk pengukuran SPR di jakarta

39
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

4 Kamis, 5 07.30 16.30 Pengambilan data dari Alat-alat yang digunakan :


Februari prisma kosong dan 1. Perangkat SPR (photodiode, beam splitter, polarizer,
2015 yang sudah terdeposisi laser berwarna merah, prisma)
perak, emas dan 2. Osiloscope untuk membaca informasi
Ag+CoFe2O4 untuk 3. Power supply untuk menyalakan perangkat SPR
melihat Total Internal 4. Driver untuk convert pembacaan photodiode ke
Reflection (TIR) osiloscope
5. Beberapa kabel penghubung

Cara menjalankan alat alat sistem SPR :


1. Power supply dinyalakan terlebih dahulu kemudian
laser dan osiloscope dinyalakan.
2. Awalnya diukur dahulu intensitas cahaya lingkungan
saat tak ada prisma dengan membaca informasi
channel satu (CH1) dan channel dua (CH2).
3. Kemudian diletakkan prisma kosong/prisma
perak/prisma emas/prisma Ag + CoFe2O4 yang
disetting agar cahaya berada di tengah-tengah
prisma.
4. Geser perubahan sudut pada perangkat SPR, maka
akan diperoleh intensitas cahaya yang datang (CH1)
dan cahaya yang dipantulkan (CH2).
5. Dicari intensitas cahaya datang dan intensitas cahaya
pantul dengan sudut awal 30o hingga 70o dengan
interval sudut 0,5o.
6. Kemudian dibuat grafik.
Foto hasil eksperimen :

Fenomena total internal


reflection pada prisma kosong
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
30 40 50 60 70

Gambar 4.1 Grafik yang terbentuk untuk prisma kosong

40
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Pr/Ag
0.8
0.6
0.4
0.2
0
30 40 50 60 70

Gambar 4.2 Grafik yang terbentuk untuk prisma yang


terdeposisi perak

Pr/Au
0.8
0.79
0.78
0.77
0.76
0.75
0 20 40 60 80

Grafik 4.3 Grafik yang terbentuk untuk prisma ayng


terdeposisi emas

Pr/Ag/CoFe2O4
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-0.2 30 40 50 60 70

Grafik 4.4 Grafik yang terbentuk untuk prisma yang


terdeposisi perak dan cobalt ferrite

Pada prisma kosong,terlihat pada grafik Gambar 4.1


tidak ada fenomena SPR karena prisma masih kosong
sedangkan untuk terjadi SPR prisma harus terdeposisi
logam. Dan pada grafik tersebut menunjukkan bahwa

41
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

terjadi total internal reflection (TIR).


Pada prisma yang terdeposisi perak terjadi fenomena
SPR pada sudut 46o yang disebut SPR angle.
Pada prisma yang terdeposisi emas tidak terjadi SPR
(lihat Gambar 4.3), hal ini dapat dikarenakan lapisan
emas yang terlalu tebal dan pemantulan dari sudut
datang stabil.
Pada prisma yang terdeposisi perak dan cobalt ferit
terjadi fenomena SPR pada sudut 46,5o yang disebut
SPR angle.

5 Jumat, 6 07.30 16.40 Mengukur pergerakan Cara mengatur interfacing SPR yaitu :
Februari cahaya pantul prisma 1. Nyalakan power supply serta cahaya laser.
2015 pada pergeseran skala 2. Prisma kosong/prisma perak/prisma emas/prisma
pengukuran range 30 Ag + CoFe2O4 diletakkan pada tempatnya yang

42
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

degree sampai kemudian disetting agar cahaya laser berada di


70degree tengah-tengah prisma.
3. Geser sudut pada perangkat SPR, kemudian
photodiode yang menangkap sinar pantul
dikondisikan agar cahaya atau sinar yang pantulkan
berada pada tengah-tengah photodiode.
4. Pergeseran photodiode dicatat berdasarkan
pergeseran sudut besar pada skala pengukurannya
yakni pada range 30degree sampai 70degree.

Cahaya pantul laser dari prisma menuju Photodiode


akan selalu berubah atau bergeser sesuai dengan
bergesernya sudut. Namun perbedaannya adalah
jika perpindahan atau pergeseran sudut sebesar 0,5o,
maka pergeseran cahaya pantul yang jatuh
mengenai photodiode besarnya sekitar 0,5 mm
sampai 1 mm dan nantinya hasil dari pengukuran ini
akan coba diterapkan pada automatic.

Foto hasil eksperimen :

Gambar 5.1 Hasil pergeseran photodiode pada prisma


kosong

43
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

BUKU CATATAN HARIAN PENELITIAN (BCHP)

Nama : Mochammad Aldi Mauludin


Jurusan & Asal Universitas : Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta
Periode KP/PKL : 15 Januari 2015 18 Februari 2015
Pembimbing : 1. Dr. Ratno Nuryadi
2. Rina Dewi Mayasari, S.Si
Hari,
No. Jam Kegiatan Catatan Kemajuan
Tanggal
1. Senin, 9 07.30 Mencetak scale Kemajuan yang diperoleh adalah berhasil dicetaknya
Februari 16.00 degree untuk garis dengan sudut 0.1 , 0.05 dan 0.01 dengan
2015 WIB pengukuran ketebalan garis sebesar 0.1mm
SPR Pencetakan dilakukan di area balai pustaka jakarta
timur dengan menggunkan kertas berukuran A0
Dokumentasi :
/

2. Selasa, 10 07.30 Melakukan Penambahan ini bertujuan agar pembacaan bisa lebih
Februari 16.00 penambahan akurat dengan memanjangkan garisnya dan
2015 WIB garis pada scale pergerakan tuas bisa teratur.
degree yang Dikarenakan kertas hanya berukuran A0 maka
telah tercetak pembuatan garis hanya dilakukan sampai batas akhir
pada sudut 0.1 kertas padahal meja ukur yang tersedia hampir
degree. berukuran 1.5 meter x 1 meter.
Kemudian dilakukan pemasangan skala ukur yang
baru yang disesuaikan dengan interface pengukuran
44
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

automatic nantinya
Dokumentasi :

3 Rabu, 11 07.30
Februari 16.00 Melanjutkan Penambahan ini bertujuan agar pembacaan bisa lebih
2015 WIB penambahan akurat dengan memanjangkan garisnya dan
garis pada pergerakan tuas bisa teratur.
sudut 0.05
degree

Pengambilan Alat-alat yang digunakan :


data untuk 1. Perangkat SPR (fotodiooda, beam splitter,
prisma yang polarizer, laser berwarna merah, prisma)
telah dideposisi 2. Multimeter untuk membaca informasi
emas 3. Power supply untuk menyalakan perangkat SPR
4. Driver untuk convert dari cahaya ke multimeter
5. Beberapa kabel penghubung

Cara menjalankan alat alat sistem SPR :

45
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

1. Power supply dinyalakan terlebih dahulu kemudian


laser dinyalakan.
2. Awalnya diukur dahulu intensitas cahaya
lingkungan
3. Lalu, prisma emas diletakkan pada tempatnya
kemudian disetting agar cahaya berada di tengah-
tengah prisma.
4. Geser perubahan sudut pada perangkat SPR, maka
akan diperoleh intensitas cahaya yang dipantulkan.
5. Dicari intensitas cahaya pantul dengan sudut awal
30o hingga 70o dengan interval sudut 0,5o.
6. Kemudian dibuat grafik.
Foto hasil eksperimen :

Attenuated Total Reflection


(ATR)
1.00000000

0.80000000

0.60000000

0.40000000

0.20000000

0.00000000
30.0 40.0 50.0 60.0 70.0

Gambar 3.1 Grafik ATR untuk prisma yang terdeposisi


emas selama 60 menit
4. Kamis, 12 07.30 Pembuatan Holder untuk tuas dibuat dengan menggunakan
Februari 16.00 holder baru acrylic bertujuan agar holder ringan dan juga mudah
2015 WIB untuk tuas di sambungkandengan tuas besi yang termodifikasi
pengukuran dari penggaris besi dengan panjang 100cm
automatic Dokumentasi :
dengan
menggunakan
acrylicdengan
46
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

tebal 0.5 cm dan


polimer padat
dengan ukuran 3
x 3 cm

Ikut Untuk mengetahui hasil dari sintesis ZnO pada


menganalisa prisma yang telah di deposisi dengan lapisan emas,
hasil sintesis maka dilakukan analisa dengan menggunakan
ZnO mikroskop usb 1000x perbesaran yang terkoneksi
menggunakan dengan laptop serta hardness tester untuk
Microscope mengetahui hasil sintesis pada prisma.
USB dan
Hardness tester Foto eksperimen :

Gambar 2.1 Prisma yang sudah disintesis ZnO


nanoroods

47
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Gambar 2.2 Hasil analisis prisma bagian tengah


dengan perbesaran 10x

Gambar 2.3 Hasil analisis prisma bagian tengah


dengan perbesaran 60x

Gambar 2.4 Hasil analisis prisma bagian bawah


dengan perbesaran 10x

48
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Gambar 2.5 Hasil analisis prisma bagian bawah


dengan perbesaran 60x

Gambar 2.6 Hasil analisis prisma bagian atas


dengan perbesaran 10x

Pengambilan
Gambar 2.7 Hasil analisis prisma bagian atas
data untuk
dengan perbesaran 60x
prisma yang
telah dideposisi
Karena terjadi kesalahan dan sudah terlalu malam
emas dan telah
maka pengambilan data tidak dilanjutkan sehingga
disintesis ZnO
belum diperoleh data apapun pada pengambilan data
tersebut.

49
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Makan Sambil menunggu tim Elektrospinning dan


Malam menunggu alat SPR stabil , kami sempatkan untuk
bersama ikut makan malam bersama keluarga material
sensor di ruang meeting Lantai 2 PTM BPPT.

5. Jumat, 13 07.30 Pengambilan data Alat-alat yang digunakan :


Februari 16.00 untuk prisma yang 1. Perangkat SPR (foto katoda, eam splitter, polarizer,
2015 WIB telah dideposisi laser berwarna merah, prisma)
emas dan telah 2. Multimeter untuk membaca informasi
disintesis ZnO 3. Power supply untuk menyalakan perangkat SPR
4. Driver untuk convert dari cahaya ke multimeter
5. Beberapa kabel penghubung

Cara menjalankan alat alat sistem SPR :


1. Power supply dinyalakan terlebih dahulu kemudian
laser dinyalakan.
2. Awalnya diukur dahulu intensitas cahaya
lingkungan
3. Lalu, prisma emas diletakkan pada tempatnya
kemudian disetting agar cahaya berada di tengah-
tengah prisma.
4. Geser perubahan sudut pada perangkat SPR, maka
akan diperoleh intensitas cahaya yang dipantulkan.

50
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

5. Dicari intensitas cahaya pantul dengan sudut awal


30o hingga 70o dengan interval sudut 0,5o.
6. Kemudian dibuat grafik.
Foto hasil eksperimen :

Pr/Au/ZnO
0.76000000
0.74000000
0.72000000
0.70000000
0.68000000
0.66000000
0.64000000
0.62000000
30.0 40.0 50.0 60.0 70.0

Gambar 1.1 Grafik fenomena SPR pada prisma yang


terdeposisi emas dan ZnO

0.80000000
0.78000000
0.76000000
0.74000000
0.72000000
0.70000000 Au+ZnO
0.68000000
Au
0.66000000
0.64000000
0.62000000
0.60000000
30.0 40.0 50.0 60.0 70.0

Gambar 1.2 Grafik fenomena SPR pada prisma


terdeposisi emas dan prisma terdeposisi emas dan ZnO

Merapikan
ruangan Lab Setelah itu kami pun membersihkan ruangan
Sensor Lantai 2 dan lab sensor lantai 2 PTM BPPT setelah kami
PTM BPPT. gunakan kegiatan PKL selama 1 bulan.

51
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Presentasi Seusai sholat jumat, kami pun langsung menuju


laporan realisasi ruang pertemuan karet Lantai 2 PTM BPPT untuk
kegiatan PKL melaporkan realisasi kegiatan PKL selama 1 bulan.
selama 1 Tim yang membuka preseentasi dimulai dari tim
bulan. SPR (Aldi, Sonya & Putri), kemudian dilanjutkan
dengan tim Mickrokantilever (Ossa, Ka Fadly & Ka
Rezky), kemudian dilanjutkan dengan tim LTJ (Rafty
& Ka Azizah), dan tim kami yaitu tim ElNing sebagai
penutup (Gigih, Ka Amran & Ka Diana).

Setelah semua presentasi selesai, dilanjutkan dengan


sesi foto bersama keluarga PTM BPPT.

52
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

BAB III

ANALISIS PEKERJAAN

Pada bab ini disajikan mengenai landasan teori pada pelaksanaan pekerjaan mengenai

uji kinerja interface Surface Plasmon Resonance ( SPR )

3.1 Analisis Pekerjaan


3.1.1. Pengertian Surface Plasmon Resonance
Fenomena surface plasmon (SP) telah ditemukan pada tahun 1957 dan sejak ltu
banyak studi yang mulai dilakukan terhadap sifat-sifat fundamental dan aplikasinya.
Resonansi SP telah digunakan untuk menghasilkan beragam variasi sensor optik. Suatu SP
dapat dihasilkan melalui interaksi antara elektron pada berbagai macam permukaan, seperti
pada sebuah logam. dengan sebuah muatan partikel atau dengan sebuah foton. Hal ini
merupakan osilasi terkuantisasi kolektif dari elektron konduksi dekat permukaan logam atau
semikonduktor. SP dapat dihasilkan dalam lapisan tipis dengan menggunakan konfigurasi di
mana cahaya masuk pada lapisan dari suatu medium dengan indeks bias lebih besar dari satu
(>1). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode ATR (Attenuated Total Reflection)
dengan konfigurasi Kretschmann (Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Diagram skematik metode ATR dengan


menggunakan Konfigurasi Kretschmann,

Pada konfigurasi ini, cahaya masuk pada lapisan tipis melewati prisma dengan sudut
datang yang lebih besar daripada s muncul hanya dalam sepersekian derajat putaran sudut
datangnya.. Saat sudut SP dicapai, intensitas berkas terpantul secara dramatis berkurang
karena adanya transfer energi ke lapisan tipis logamnya
Gelombang SP adalah gelombang elektromagnetik berpolarisasi-p atau transverse
magnetic (TM) yang merambat sepanjang bidang batas dua medium berbeda (logam-
dielektrik). SP secara efektif dapat dihasilkan pada unsur logam maupun semikonduktor

53
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

ketika dimensi partikel lebih kecil daripada setengah panjang gelombang cahaya yang
mengenai partikel .
Total Internal Reflection (TIR) adalah fenomena optik saat cahaya sinar menembus batas
medium dengan sudut datang lebih besar daripada sudut kritis saat ia mengenai permukaan.
Saat terjadi TIR maka gelombang elektromagnetik yang terbiaskan mempunyai bentuk
gelombang bidang dengan amplitudo meluruh secara eksponensial saat ia menjauhi bidang
batas kedua medium yg disebut sebagai gelombang evanescent (Gambar 3.2). Perilaku
gelombang ini persis sama dengan perilaku gelombang SP. Artinya yang akan beresonansi
dalam fenomena SPR adalah kedua gelombang tersebut.

Gambar 3.2 Gelobang Evanescent

Surface plasmon resonance (SPR) merupakan fenomena resonansi antara gelombang cahaya
dan elektron-elektron pada permukaan logam yang menghasilkan osilasi elektron-elektron di
permukaan logam yang terkuantisasi.

Gambar 3.3 simulasi permukaan SPR

Permukaan Plasmon Resonance (SPR) adalah proses deteksi optik yang terjadi ketika
cahaya terpolarisasi hits prisma ditutupi oleh tipis (emas) lapisan logam. Dalam kondisi
tetentu (panjang gelombang, polarisasi dan sudut datang) electron bebas pada permukaan
54
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

biochip menyerap insiden foton cahaya dan mengubahnya menjadi gelombang plasmon
permukaan. Jadi Surface Plasmon Resonance (SPR) adalah osilasi kolektif elektron dalam
padat atau cair dirangsang oleh insiden cahaya. Kondisi resonansi dibuat bila frekuensi cahaya
foton sesuai dengan frekuensi alami dari permukaan elektron yang berosilasi terhadap gaya
pemulih inti positif. SPR dalam struktur berukuran nanometer disebut lokal permukaan
plasmon resonansi. SPR ini merupakan dasar dari banyak alat-alat standar untuk mengukur
adsorpsi bahan ke logam planar (biasanya emas dan perak) atau permukaan ke permukaan
logam nanopartikel . Ini adalah prinsip dasar di balik banyak warna berbasis biosensor
aplikasi dan berbeda lab-on-a-chip sensor.
Permukaan polaritas plasmon merupakan gelombang elektromagnetik yang merambat
dalam arah sejajar dengan logam/dielektrik (atau logam/ vakum) interface. Karena gelombang
adalah pada batas logam dan media eksternal (udara atau air misalnya), osilasi ini sangat
sensitif terhadap perubahan batas ini, seperti adsorpsi molekul pada permukaan logam.
Untuk menggambarkan keberadaan dan sifat polaritons plasmon permukaan, seseorang dapat
memilih dari berbagai model (teori kuantum, Model Drude , dll).

3.1.2. Prinsip Kerja Surface Plasmon Resonance (SPR)


SPR dapat terjadi pada bidang batas logam/dielektrik ketika sebuah berkas sinar
datang dari medium dielektrik dengan sudut datang yang lebih besar dari sudut kritis. Dalam
kondisi seperti itu, di bidang batas persambungan dielektrik/logam akan terbentuk gelombang
evanesen yang menembus masuk ke dalam medium logam. Jika kondisi resonansi terpenuhi,
akan terjadi resonansi antara gelombang evanescent dan elektron-elektron bebas di permukaan
logam yang menghasilkan medan listrik lokal dan penetrasi gelombang evanescent yang jauh
lebih besar.

Gambar 3.4 Permukaan dielektrik

55
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

3.1.3. Skema alat Surface Plasmon Resonance

Gambar 3.5 Skema interfacing SPR

Proses pegambilan data dilakukan dengan menggunakan set-up SPR pada gambar
diatas. Sinar laser dilewatkan melalui dua buah polarisator yang salah satu sudutnya dibuat
45. Lensa positif untuk memfokuskan sinar yang keluar. Selanjutnya sinar akan melewati
beam splitter yang berfungsi membagi sinar menjadi dua bagian dengan intensitas sama yang
akan ditangkap oleh laser beam receiver pertama (detector 1) dan laser beam receiver kedua
(detector 2). Detector 1 terletak sebelum sinar mengenai prisma, sedangkan detector 2
letaknya setelah sinar mengenai prisma. Alat yang digunakan untuk menampilkan nilai
tegangan yang terbaca adalah mikrokontroler. Dalam alat ini juga telah diatur agar nlai
reflektansi dapat langsung diketahui, yaitu nilai tegangan D2 dibagi D1. Saat sinar mengenai
prisma, divariasi sudut datangnya dengan memutar meja dudukan prisma. Sebelumnya
ditentukan terlebih dahulu sudut kritisnya sebagai parameter utama dalam memulai
penambilan data pada sudut tertentu. Nilai output yang diperoleh adalah sudut datang versus
reflektansi. Bila menggunakan cahaya untuk merangsang gelombang SPR, ada dua
konfigurasi yang terkenal.
Dalam Konfigurasi Otto
Pada konfigurasi Otto, lapisan dielektrik berada di antara prisma dan lapisan metal.
Cahaya datang dari prisma dan kemudian masuk ke dalam medium dielektrik sehingga
menghasilkan gelombang evanesen di bidang batas lapisan dielektrik/ logam. Gelombang SPR
terbentuk pada bidang batas tersebut jika kondisi resonansi di atas terpenuhi, seperti
ditunjukkan dalam Gambar.

56
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Gambar 3.6 Konfigurasi Otto

Dalam Konfigurasi Kretschmann


Pada konfigurasi Kretschmann, lapisan logam berada kontak langsung dengan prisma
sedangkan lapisan dielektriknya menutupi lapisan logam tersebut. Dengan konfigurasi ini,
gelombang SPR terbentuk pada bidang batas metal/ lapisan dielektrik di sisi sebelah luar dari
lapisan metalnya, seperti dalam Gambar. Konfigurasi Kretschmann ini sering dipakai untuk
keperluan pendeteksian dimana lapisan sampel yang ingin diukur dapat langsung ditaruh di
atas lapisan emas. Dalam hal ini, lapisan sampel tersebut ini dianggap sebagai lapisan
dielektriknya.

Gambar 3.7 Konfigurasi Kretschmann

3.1.4 .Aplikasi Surface Plasmon Resonance

Plasmon permukaan telah digunakan untuk meningkatkan sensitivitas permukaan


beberapa pengukuran spektroskopi termasuk fluoresensi, hamburan Raman, dan generasi
harmonik kedua. Namun, dalam bentuk yang paling sederhana, SPR pengukuran reflektifitas
dapat digunakan untuk mendeteksi adsorpsi molekul, seperti polimer, DNA atau protein, dll
Secara teknis, itu adalah umum, bahwa sudut minimum refleksi (maksimum penyerapan)
diukur. Ini perubahan sudut di urutan 0,1 selama adsorpsi Film tipis (sekitar ketebalan nm).
Dalam kasus lain perubahan dalam panjang gelombang penyerapan diikuti. Mekanisme
deteksi didasarkan pada bahwa molekul menyerap menyebabkan perubahan dalam indeks bias
lokal, mengubah kondisi resonansi dari plasmon permukaan gelombang. Jika permukaan
berpola dengan biopolimer yang berbeda, menggunakan optik yang memadai dan sensor

57
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

pencitraan (yaitu kamera), teknik ini dapat diperpanjang ke permukaan plasmon resonance
imaging (SPRI).

Gambar 3.8 Simulasi pengambilan data sample


Metode ini memberikan kontras yang tinggi dari gambar berdasarkan jumlah molekul
teradsorpsi, Untuk nanopartikel, lokal osilasi plasmon permukaan dapat menimbulkan warna
intens suspensi atau sols mengandung nanopartikel. Nanopartikel atau kawat nano logam
mulia menunjukkan kuat pita penyerapan dalam ultraviolet tampak rezim cahaya yang tidak
hadir dalam logam massal. Peningkatan ini penyerapan yang luar biasa telah dimanfaatkan
untuk meningkatkan penyerapan cahaya dalam sel fotovoltaik dengan mendepositokan
nanopartikel logam pada permukaan sel. Energi (warna) penyerapan ini berbeda ketika cahaya
terpolarisasi sepanjang atau tegak lurus terhadap nanowire. Pergeseran dalam resonansi ini
karena perubahan indeks bias lokal terhadap adsorpsi ke nanopa.2rtikel juga dapat digunakan
untuk mendeteksi biopolimer seperti DNA atau protein. Terkait teknik pelengkap termasuk
plasmon Waveguide resonansi, QCM , transmisi optik yang luar biasa , dan ganda polarisasi
interferometri.

3.1.5. Arduino
Arduino dirilis oleh Massimo Banzi dan David Cuartielles pada tahun 2005.
Arduino merupakan sistem mikrokontroler yang relatif mudah dan cepat dalam
membuat aplikasi elektronika maupun robotika. Arduino terdiri dari perangkat
elektronik atau papan rangkaian elektronik open source yang di dalamnya terdapat
komponen utama yaitu sebuah chip mikrokontroler dengan jenis AVR dari perusahaan
Atmel. Arduino memiliki software dan hardware.

58
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Gambar 3.9 Logo Arduino


3.1.5.1 Hardware
Arduino saat ini telah menggunakan seri chip megaAVR , khususnya ATmega8,
ATmega168, ATmega328, ATmega1280, ATmega2560. Kebanyakan papan Arduino
memiliki regulator linear 5 volt dan 16 MHz osilator kristal (atau resonator keramik
dalam beberapa varian). Arduino memiliki banyak jenisnya. Tabel 2.3 berikut ini
menunjukkan beberapa jenis Arduino.
Tabel 3.1 Jenis Arduino

59
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Arduino Uno adalah sebuah mikrokontroler dengan menggunakan IC


ATmega328 sebagai IC pemrogramannya yang memiliki 32 KB Flash Memory.
Arduino Uno memiliki 14 pin digital input/ output dimana 6 pin dapat digunakan
sebagai keluaran PWM (Pulse Width Modulation) dan memiliki 6 pin analog input.
Arduino Uno menggunakan oscilator crystal sebesar 16 MHz dan pada board
Arduino terdapat konektor USB sebagai media memasukkan data/ program, sebuah
konektor daya, ICSP Header, dan tombol reset. Tegangan yang dibutuhkan untuk
mengaktifkan arduino ini adalah 7-12Volt dengan arus keluaran pada tiap pin adalah
40mA.

Gambar 3.10 Arduino Uno

3.1.5.2 Software
Arduino diciptakan untuk para pemula bahkan yang tidak memiliki dasar bahasa
pemograman sama sekali karena menggunakan bahasa C++ yang telah dipermudah
melalui library. Arduino menggunakan software processing yang digunakan untuk
menulis program kedalam Arduino. Processing sendiri merupakan penggabungan antara
bahasa C++ dan Java. Software Arduino ini dapat di-install di berbagai operating
system (OS) seperti : LINUX, Mac OS, Windows. Software IDE Arduino terdiri dari 3
bagian :
1. Editor program, untuk menulis dan mengedit program dalam bahasa processing.
Listing program pada Arduino disebut sketch.
2. Compiler, modul yang berfungsi mengubah bahasa processing (kode program) ke
dalam kode biner karena kode biner adalah satu-satunya bahasa program yang
dipahami oleh mikrokontroller.
3. Uploader, modul yang berfungsi memasukkan kode biner kedalam mikorokontroller
Struktur perintah pada Arduino secara garis besar terdiri dari dua bagian yaitu void
setup dan void loop. Void setup berisi perintah yang akan dieksekusi hanya satu kali

60
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

sejak Arduino dihidupkan sedangkan void loop berisi perintah yang akan dieksekusi
berulang ulang selama Arduino dinyalakan. Gambar 3.8 menunjukkan tampilan
utama software Arduino.

Gambar 3.11 Tampilan Software Arduino

3.1.6. Labview (Laboratory Virtual Instrumentation Engineering Workbench)


LabVIEW adalah produk dari National Instruments yang berupa software
pengembangan program aplikasi dan hardware input-output untuk keperluan akusisi
dan pengendalian. Perangkat lunak (software) ini dapat dijalankan pada sistem operasi
Linux, Unix, Mac OS X dan Windows. Berbeda dengan pemograman berbasis teks
dimana instruksi-instruksi menentukan eksekusi program pada sistem kendali,
LabVIEW merupakan pemograman aliran data dimana aliran data menentukan eksekusi
dari program.

Gambar 3.11 Tampilan halaman utama LabVIEW

61
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

3.1.6.1 LabVIEW Software


Perangkat lunak LabVIEW atau LabVIEW software merupakan sebuah bahasa
pemograman graphical yang menggunakan simbol (ikon) untuk membuat aplikasi.
Sedangkan Visual Instruments (VIs) adalah program LabVIEW yang
menirukan instrumen sebenarnya dalam bentuk simbol-simbol.
Untuk membuat tampilan program aplikasi LabVIEW, digunakan tools dan
objek. Tampilan aplikasi ini kemudian dikenal dengan jendela front panel. Dari
tampilan jendela front panel kemudian ditambahkan kode yang direpresentasikan
oleh simbol dari fungsi untuk mengatur objek. Sedangkan source code simbol
tersebut ada dalam tampilan jendela block diagram. LabVIEW software terdiri
dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu front panel, block diagram dan tipe data.
Front Panel
Front panel merupakan penghubung (interface) antara pengguna (user)
dengan program aplikasi. Didalam front panel terdapat kontrol (input) dan indikator
(output) sebagai masukan atau keluaran instrumen. Kontrol adalah instrumen
mekanisme masukan yang menyuplai data dari block diagram yang mencakup
knop, push button, dial dan mekanisme masukan lainnya. Sedangkan indikator
adalah instrumen mekanisme keluaran yang menampilkan data dari block
diagram, mencakup grafik,

Gambar 3.10 Tampilan jendela front panel LabVIEW

Gambar 3.13 Tampilan tool pada front panel LabVIEW

62
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Dari Gambar 3.11 diatas dapat dijelaskan fungsi masing masing tombol
pada:
Tabel 3.2 Fungsi masing-masing tombol pada jendela front panel LabVIEW

Untuk membuat front panel maka disediakan sebuah control palette. Control palette
berisi control dan indicator. Control dan indicator tersedia dalam subpalette yang berbeda.
Dalam control palette disediakan beberapa menu seperti Boolean, numeric, graph, arracy
dan cluster, IO ,string dan path.

63
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Gambar 3.14 Tampilan control palette pada front panel

Block Diagram
Block diagram merupakan jendela tempat menuliskan perintah dan fungsi, berisikan
source code berupa simbol-simbol, node dan garis sebagai data flow untuk mengeksekusi
program termasuk kode dari front panel. Pada block diagram juga tersedia function
palette yang berisi fungsi-fungsi yang digunakan untuk memanipulasi input, contohnya
fungsi array, matematika, fungsi IO dan sebagainya. Pada block diagram, tool palette
juga dipakai untuk mengatur dan menghubungkan ikon.

Gambar 3.15 Tampilan function palette pada block diagram

64
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Gambar 3.16 Tampilan jendela block diagram pada LabVIEW

Gambar 3.17 Tampilan tool pada block diagram

Tool di block diagram hampir sama dengan tool di front panel, hanya sedikit
berbeda, yaitu di block diagram tidak ada tool resize objects dan ada 6 tombol
tambahan. Tabel 3.3 menunjukkan 6 tombol tambahan block diagram.

Tabel 3.3 Tombol tambahan block diagram

65
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

3.1.6.2 Tipe Data


Dalam membuat aplikasi VIs, harus diperhatikan tipe data tiap simbol agar data
flow dapat berjalan semestinya. Tipe data yang tersedia yaitu numerik, boolean dan
string. Tipe data dari sebuah simbol dapat diketahui dari warna node atau warna kabel
ketika dihubungkan ke simbol lainnya. Untuk tipe data numerik ditandai dengan warna
oranye (untuk bilangan float) atau biru (untuk bilangan integer), tipe data boolean
ditandai dengan warna hijau dan tipe data string ditandai dengan warna merah muda.
LabVIEW banyak digunakan karena memiliki kelebihan. Beberapa kelebihan LabVIEW
antara lain :

1. Pembuatan program di LabVIEW jelas dan mudah dipahami, karena berbentuk


grafis, dengan instruksi berbentuk ikon-ikon, yang dihubungkan dengan garis untuk
menunjukkan aliran data, mirip flowchart.
2. Pembuatan program yang mudah, yaitu hanya dengan menarik keluar ikon instruksi
yang sudah tersedia di palet (kotak instruksi), dan menghubungkannya dengan garis
ke ikon lain. Garis ini sama seperti variabel pada bahasa pemograman teks. Dengan
cara ini, LabVIEW menyederhanakan pembuatan program, karena garis tersebut
hanya akan terhubung apabila tipe datanya sesuai sehingga menghilangkan
kebutuhan manajemen memori dan deklarasi tipe data setiap variabel seperti dalam
bahasa pemograman teks. Juga tidak perlu mengingat nama instruksi, karena semua
ditampilkan pada palet.
3. Mempersingkat waktu pembuatan program karena mudah dipahami dan mudah
dibuat.
4. LabVIEW didesain sebagai sebuah bahasa program paralel (multicore) yang mampu
menangani beberapa instruksi sekaligus dalam waktu bersamaan. Hal ini sangat sulit
dilakukan dalam bahasa program teks, karena biasanya bahasa program teks
mengeksekusi instruksinya secara berurutan per baris, satu demi satu. Dengan
LabVIEW, pengguna dapat membuat aplikasi eksekusi paralel ini secara mudah
dengan menempatkan beberapa struktur loop secara terpisah dalam block diagram.
5. Sifat modular LabVIEW memungkinkan pengguna untuk membuat program yang
kompleks dan rumit menjadi sederhana, yaitu dengan cara membuat subprogram,
atau di LabVIEW disebut subVI. Ikon-ikon dalam LabVIEW sebenarnya merupakan
66
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

subVI. Beberapa subVI dapat digabungkan menjadi sebuah subVI. subVI-subVI


gabungan tersebut dapat digabungkan lagi menjadi sebuah subVI lain, demikian
seterusnya dengan tingkat hirerarki yang tidak terbatas.

3.1.7 LabVIEW-Arduino Interface


Diperlukan interaksi Arduino-Labview dikarenakan untuk mempermudah
pemograman. Pemograman yang dilakukan hanya pada satu sisi saja apabila
menggunakan serial Firmata (akan dijelaskan kemudian). Selain itu, baik LabVIEW maupun
Arduino masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, yang mana bila digabungkan,
maka kelebihan keduanya akan saling menambahkan, sebaliknya kekurangan
keduanya akan saling meniadakan. Dengan melakukan interaksi Arduino- LabVIEW akan
dapat dihasilkan sebuah perpaduan yang sangat menguntungkan, dimana dari sisi
hardware harga Arduino sangat murah, sedangkan dari sisi software dengan LabVIEW
akan dihasilkan aplikasi yang tak terbatas dalam berbagai bidang, termasuk bidang otomotif,
biomedis, komunikasi, instrumentasi energi, kontrol, akustik, mekatronika, vision dan masih
banyak lagi.
Gambar 3.16 menunjukkan kelebihan dan kelemahan Arduino dan LabVIEW
secara terpisah dan Gambar 3.17 menunjukkan hal yang dihasilkan ketika interaksi
dibuat antara Arduino dan LabVIEW, terlihat bahwa keduanya saling melengkapi kelebihan
dan meniadakan kelemahan.

Gambar 3.18 Kelebihan dan kelemahan Arduino dan LabVIEW

Gambar 3.19 Interaksi Arduino dan LabVIEW


67
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Interaksi Arduino dengan LabVIEW melalui komunikasi serial diantara keduanya.


Interaksi ini tidak menggunakan komunikasi paralel karena tidak lebih aman dari
komunikasi serial dan kebanyakan komputer ataupun laptop saat ini sudah tidak
menyediakan port paralel, hanya port USB (Universal Serial Bus) saja. Disamping itu,
alasan yang lain adalah hampir semua mikrokontroler saat ini telah dilengkapi fungsi
built-in serial UART (Universal Asynchronous Receiver-Transmitter). UART adalah bagian
perangkat keras komputer yang menerjemahkan antara bit-bit paralel data dan bit-bit
serial.
Mikrokontroler Arduino sudah dilengkapi USB serial di dalam rangkaiannya sehingga
membuat komunikasi serial antara Arduino dengan komputer melalui port USB lebih
mudah. Ada dua komunikasi yang bisa diterapkan, yaitu komunikasi serial biasa dan
komunikasi serial Firmata.

3.1.8 Komunikasi Serial Biasa


Komunikasi serial biasa yaitu komunikasi yang harus memprogram dari kedua sisi
yaitu dari sisi Arduino dan sisi LabVIEW. Kecepatan komunikasi (baud rate) dari sisi
arduino maupun LabVIEW haruslah sama yaitu sebesar 9.600 bps (bit per second).

3.1.9 Komunikasi Serial Firmata


Komunikasi serial Firmata adalah sebuah protokol yang ditulis pada
mikrokontroler, salah satunya adalah mikrokontroler Arduino. Firmata ini ditulis untuk
memudahkan komunikasi Arduino dengan perangkat lunak yang lain termasuk
LabView. Firmata ini dapat memudahkan kita dalam membuat program karena tidak
lagi dilakukan di kedua sisi, tetapi hanya di satu sisi yaitu sisi perangkat lunak komputer
saja (LabVIEW). Firmata memiliki keuntungan, diantaranya adalah :
1. Kecepatan komunikasi yang bisa mencapai 115.200 bps, lebih cepat dibandingkan dengan
kecepatan default komunikasi serial yang hanya 9.600 bps.
2. Firmata ini membuat Arduino seperti layaknya sebuah DAQ card, dimana semua
kaki IO (input-output) Arduino telah difungsikan secara tetap, sehingga hanya
tinggal memasukkannya pada program di perangkat lunak komputer. Dengan cara
seperti ini, setiap kali program dimodifikasi, atau butuh penambahan kaki IO, tidak
perlu lagi memprogram Arduino, tetapi cukup memprogram di sisi komputer saja.
68
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

3. Untuk aplikasi komunikasi serial yang membutuhkan penggunaan kaki IO Arduino


yang cukup banyak, baik difungsikan sebagai masukan maupun keluaran, digital maupun
analog, atau yang membutuhkan penambahan fungsi-fungsi komunikasi yang lebih
rumit, maka penggunaan Firmata lebih menguntungkan, karena semuanya sudah
tersedia fungsinya, hanya tinggal mengaktifkannya. Sebaliknya bila tanpa Firmata
maka akan berurusan dengan penulisan kode program yang panjang.
Kerugian Firmata yaitu kaki IO Arduino tidak lagi fleksibel, karena telah
difungsikan secara tetap, sehingga untuk aplikasi-aplikasi khusus atau untuk fungsi
fungsi yang belum tersedia, seperti pembacaaan sensor ultrasonik, dimana
membutuhkan pembacaan pulsa yang sangat cepat, akan sulit dilakukan. Namun kedepannya
ada kemungkinan bisa dilakukan, apabila fungsinya sudah dimasukkan ke dalam Firmata.

3.2 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.2.1 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pekerjaan ini dilakukan secara bertahap agar pelaksanaannya dapat terkontrol

dengan baik sehingga tujuan dari pekerjaan ini dapat tercapai. Tahapantahapan pekerjaan

ini meliputi:

1. Tahap persiapan, yaitu studi referensi dan set up peralatan


Surface Plasmoon Resonance.

2. Tahap pengujian interface Surface Plasmon Resonance dan pengambilan data.

3. Tahap pengolahan data.

4. Tahap penulisan laporan hasil kerja praktek

3.2.2 LOKASI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Program Kerja Praktik ini bertempat di Pusat Teknologi Material Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (PTM BPPT) Kawasan Puspiptek Gedung 224, Tangerang Selatan.

3.2.3 ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam kerja praktik ini antara lain, sebagai berikut :
1. Laser 3. Beam splitter
2. Polarizer 4. Prisma

69
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

5. Photodiode 12. Gear box


6. Meja skala 13. Roller
7. Oscilocope 14. Tuas
8. Multimeter 15. Belt karet
9. Arduino 16. Acrylic
10. Relay dc 17. Power supply
11. Motor dc 18. Driver converter

3.2.4 Tahapan Pengujian Alat

3.2.4.1 Set Up interface SPR

Set-up peralatan dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. Laser, polarizer, beam
splitter, dan prisma diatur agar ke empatnya sejajar. Laser yang digunakan adalah laser
pointer biasa yang mempunyai panjang gelombang 620 nm. Fungsi polarizer adalah
sebagai filter intensitas cahaya sinar laser yang masuk, beam splitter berfungsi untuk
membagi berkas cahaya menjadi dua yaitu ke arah s dan p. Berkas cahaya arah s
ditangkap oleh photodioda 2, sedangkan berkas cahaya arah p diteruskan ke prisma. Sudut
prisma diatur agar terjadi pemantulan berkas cahaya, biasanya pemantulan terjadi pada

sudut 300 700. Berkas yang dipantulkan prisma ditangkap oleh photodioda 1 dan
intensitasnya bisa diperoleh dari osiloskop atau multimeter.

70
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Gambar 3.20 Set-up peralatan optik untuk pengambilan data SPR


3.3 HASIL PEKERJAAN

3.3.1 Hasil pengamatan menggunakan prisma kosong, prisma perak, prisma emas
dan prisma Ag+CoFe2O6 menggunakan interface manual.

Langkah kerja
1. Perangkat SPR (photodiode, beam splitter, polarizer, laser berwarna merah, prisma)
2. Osiloscope untuk membaca informasi
3. Power supply untuk menyalakan perangkat SPR
4. Driver untuk convert pembacaan photodiode ke osiloscope
5. Beberapa kabel penghubung
Cara menjalankan alat alat sistem SPR :
1. Power supply dinyalakan terlebih dahulu kemudian laser dan osiloscope dinyalakan.
2. Awalnya diukur dahulu intensitas cahaya lingkungan saat tak ada prisma dengan
membaca informasi channel satu (CH1) dan channel dua (CH2).
3. Kemudian diletakkan prisma kosong/prisma perak/prisma emas/prisma Ag + CoFe2O4
yang disetting agar cahaya berada di tengah-tengah prisma.
4. Geser perubahan sudut pada perangkat SPR, maka akan diperoleh intensitas cahaya
yang datang (CH1) dan cahaya yang dipantulkan (CH2).

71
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

5. Dicari intensitas cahaya datang dan intensitas cahaya pantul dengan sudut awal 30o
hingga 70o dengan interval sudut 0,5o.
6. Kemudian dibuat grafik
Foto hasil eksperimen :

Fenomena total internal


reflection pada prisma kosong
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
30 40 50 60 70

Gambar 3.21 Grafik yang terbentuk untuk prisma kosong

Pr/Ag
0.8
0.6
0.4
0.2
0
30 40 50 60 70

Gambar 3.22 Grafik yang terbentuk untuk prisma yang terdeposisi perak

Pr/Au
0.8
0.79
0.78
0.77
0.76
0.75
0 20 40 60 80

Grafik 3.23 Grafik yang terbentuk untuk prisma ayng terdeposisi emas

72
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Pr/Ag/CoFe2O6
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-0.2 30 40 50 60 70

Grafik 3.24 Grafik yang terbentuk untuk prisma yang terdeposisi perak dan cobalt ferrite

3.3.2 Hasil pengamatan simpangan titik pantul sinar laser menggunakan interface
manual untuk refrensi interface automatic.
Cara mengatur interfacing SPR yaitu :
1. Nyalakan power supply serta cahaya laser.
2. Prisma kosong/prisma perak/prisma emas/prisma Ag + CoFe2O4 diletakkan pada
tempatnya yang kemudian disetting agar cahaya laser berada di tengah-tengah prisma.
3. Geser sudut pada perangkat SPR, kemudian photodiode yang menangkap sinar pantul
dikondisikan agar cahaya atau sinar yang pantulkan berada pada tengah-tengah
photodiode.
4. Pergeseran photodiode dicatat berdasarkan pergeseran sudut besar pada skala
pengukurannya yakni pada range 30degree sampai 70degree.

Cahaya pantul laser dari prisma menuju Photodiode akan selalu berubah atau bergeser
sesuai dengan bergesernya sudut. Namun perbedaannya adalah jika perpindahan atau
pergeseran sudut sebesar 0,5o, maka pergeseran cahaya pantul yang jatuh mengenai
photodiode besarnya sekitar 0,5 mm sampai 1 mm dan nantinya hasil dari pengukuran ini
akan coba diterapkan pada automatic.
Foto hasil eksperimen :

73
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

Gambar 3.25 Hasil pergeseran photodiode pada prisma kosong

3.3.3 Hasil pengamatan menggunakan prisma emas yang telah terdeposisi oleh ZnO
menggunakan interface manual.

Alat-alat yang digunakan :


1. Perangkat SPR (foto katoda, beam splitter, polarizer, laser berwarna merah, prisma)
2. Multimeter untuk membaca informasi
3. Power supply untuk menyalakan perangkat SPR
4. Driver untuk convert dari cahaya ke multimeter
5. Beberapa kabel penghubung

Cara menjalankan alat alat sistem SPR :


1. Power supply dinyalakan terlebih dahulu kemudian laser dinyalakan.
2. Awalnya diukur dahulu intensitas cahaya lingkungan

74
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

3. Lalu, prisma emas diletakkan pada tempatnya kemudian disetting agar cahaya berada
di tengah-tengah prisma.
4. Geser perubahan sudut pada perangkat SPR, maka akan diperoleh intensitas cahaya
yang dipantulkan.
5. Dicari intensitas cahaya pantul dengan sudut awal 30o hingga 70o dengan interval sudut
0,5o.
6. Kemudian dibuat grafik.
Foto hasil eksperimen :

Pr/Au/ZnO
0.76000000
0.74000000
0.72000000
0.70000000
0.68000000
0.66000000
0.64000000
0.62000000
30.0 40.0 50.0 60.0 70.0

Gambar 3.26 Grafik fenomena SPR pada prisma yang terdeposisi emas dan ZnO

0.80000000
0.78000000
0.76000000
0.74000000
0.72000000
0.70000000 Au+ZnO
0.68000000 Au
0.66000000
0.64000000
0.62000000
0.60000000
30.0 40.0 50.0 60.0 70.0

Gambar 3.27 Grafik fenomena SPR pada prisma terdeposisi emas dan prisma terdeposisi
emas dan ZnO

75
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

3.3.4 Hasil pengujian interface automatic SPR berbasis arduino-uno dengan software
Labview.

Pemasangan holder motor dc dan gearbox menggunakan penjepit kertas kemudian mulai
memposisikan interface penarik tuas ukur derajat dengan menyambungkan satu motor dc
dengan 2 roller pemutar menggunakan belt sebagai penggerak . kemudian melakukan uji
coba menggunakan power supply

o 1.5 VDC : hasil yang didapat adalah pergerakan sudah mulai terlihat namun kurang
konstan di awal dan ritme tarikan kurang seirama.
o 3 VDC : hasil yang didapat adalah tarikan mulai konstan dia awal dan mulai halus
seirama
o 6 VDC : hasil yang di dapat adalah tarikan konstan dengan ritme tarikan cukup cepat
dan stabil halus seirama

Untuk kedepanya akan diberikan delay sebagai waktu tunda pergerakan motor untuk
pembacaan data oleh photodiode dan Osciloscope. Nantinya sistem pengambilan data pada
SPR ini akan dilaukan dengan menggerakkan tuas secara otomatis menggunakan pulsa
pendetak yang berasal dari arduinoUNO . pada hari ini kami mulai mencoba untuk
menggabungkan antara arduino dengan Power supply guna menggerakkan motor gearbox
dengan software Labview sebagai program drivernya. Hasil yang di dapatkan saat
menghubungkan gearbox dengan power supply menggunakan variasi Vin 5, 9 dan 12 V DC
adalah sebagai berikut :

o 5 VDC : hasil yang didapat adalah pergerakan tidak terlihat bahkan arduino langsung
mereset off saat detak pertama.
o 9 VDC : hasil yang didapat adalah tarikan mulai konstan diaawal namun variasi
tarikan belum sama dan seirama.
o 12 VDC : hasil yang di dapat adalah tarikan konstan dengan ritme tarikan cukup cepat
dan stabil halus seirama

3.4 HAMBATAN DAN SOLUSI PEKERJAAN

Secara garis besar, pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang

telah saya tempuh selama 1 bulan berjalan dengan lancar. Adapun sedikit hambatan

76
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

pada saat praktik kerja lapangan berlangsung adalah pada saat pemotongan acrylic

menggunakan mesin pemotong khusus, dimana pada saat pemotongan acrylic ini harus

menunggu petugas hanggar yang siap untuk men-setup mesin pemotong tersebut.

Selain itu hambatan yang terjadi pada saat praktik kerja lapangan berlangsung adalah

pada system control arduino yang belum stabil dalam mengeluarkan clock, dimana pada

proses ini merupakan hal yang penting karena dari pulsa pendetak tersebut akan memicu

motor dc untuk memutar tuas ukur sehingga pengukuran automatic belum bisa dilakukan.

Menindak lanjuti kedua hambatan tersebut, intinya adalah sama yakni saya harus

pandai dalam membagi waktu saat praktik kerja lapangan berlangsung dan saya harus

mengetahui secara detail software penggerak dan juga controller yang digunakan agar saya

dapat melakukan pekerjaan saya dengan lancar dan bijak.

77
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pada prisma kosong,terlihat pada grafik tidak ada fenomena SPR karena prisma masih
kosong sedangkan untuk terjadi SPR prisma harus terdeposisi logam. Dan pada grafik
tersebut menunjukkan bahwa terjadi total internal reflection (TIR).
Pada prisma yang terdeposisi perak terjadi fenomena SPR pada sudut 46o dan susdut
dimana terjadi SPR disebut SPR angle.
Pada prisma yang terdeposisi perak dan cobalt ferit terjadi fenomena SPR pada sudut 46,5o
Pada prisma yang terdeposisi emas tidak terjadi SPR , hal ini dapat dikarenakan lapisan
emas yang terlalu tebal dan pemantulan dari sudut datang yang stabil.
Pada hasil pengukuran pergeseran cahaya jatuh pada photodioda adalah Cahaya pantul
laser dari prisma menuju Photodiode akan selalu berubah atau bergeser sesuai dengan
bergesernya sudut. Namun perbedaannya adalah jika perpindahan atau pergeseran sudut
sebesar 0,5o, maka pergeseran cahaya pantul yang jatuh mengenai photodiode besarnya
sekitar 0,5 mm sampai 1 mm dan nantinya hasil dari pengukuran ini akan coba diterapkan
pada automatic.
Pada pengujian pendetak dari arduino untuk menggerakkan motor DC dilakukan
pengujian dengan memberikan variasi tegangan input pada motor DC dan hasilnya :
o 1.5 VDC : hasil yang didapat adalah pergerakan sudah mulai terlihat namun kurang
konstan di awal dan ritme tarikan kurang seirama.
o 3 VDC : hasil yang didapat adalah tarikan mulai konstan dia awal dan mulai halus
seirama
o 6 VDC : hasil yang di dapat adalah tarikan konstan dengan ritme tarikan cukup cepat
dan stabil halus seirama
o 5 VDC : hasil yang didapat adalah pergerakan tidak terlihat bahkan arduino langsung
mereset off saat detak pertama.
o 9 VDC : hasil yang didapat adalah tarikan mulai konstan diaawal namun variasi tarikan
belum sama dan seirama.

78
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

o 12 VDC : hasil yang di dapat adalah tarikan konstan dengan ritme tarikan cukup cepat
dan stabil halus seirama

4.2 SARAN

Adapun saran untuk Penelitian selanjutnya meliputi:

1. Karena interface Surface Plasmon Resonance yang digunakan masih sangat terbatas

dalam segi automaticnya, maka perlu dilakukan optimalisasi terhadap interface SPR ini.

Terutama pada bagian pulsa pendetak penggerak tuas yang dihasilkan.

2. Papan skala ukur yang digunakan sudah mulai kurang jelas derajat ukurnya, diharapkan

dilakukan penggantian papan skala ukur dengan yang sudah dibuat dan dengan variasi

sudut yang ada.

3. Dilakukan penggantian motor DC dengan motor Stepper sebagai penggeraknya karena

step ( pergeseran ) tuas yang di gunakan menggunakan derajat yang tidak besar.

79
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,https://creamydogs.wordpress.com/2014/10/21/penentuan-indeks-bias-secara-

refraktometri/ (Diakses: Minggu, 18 Januari 2015)

Anonim, http://arduino.cc/ (Diakses: Minggu, 18 Januari 2015)

Artanto, Dian. 2012. Interaksi Arduino dan LabVIEW. Jakarta: Elex Media Kompetindo

Arifianto, Deni. 2011. Kumpulan Rangkaian Elektronika. Surabaya: Kawan Pustaka

Almarafus Sholihah Rifqi Rufaida. 2011,"Pengamatan Fenomena Surface Plasmon


Resonance Pada Permukaan Lapisan Tipis Perak Menggunakan Laser dengan Panjang
Gelonibang Berbeda dalam Konfigurasi Kretschmann". Skripsi S I , Program Studi Ilmu
Fisika FMIPA UGM. Yogyakarta
B. Evans. 2004."Surface Plasnions: An Introduction to Optical Excitation of Surface Plasnion
Modes", University of Exeter. England. UK..
G. Jiang, A. Baba. H. Ikarashi, R_ Xu, J. Locklin, K. R_ Kashif, K. Shinbo, K. Kato, F.
Kaneko. dan R. Adviucula. 2007, "Signal Enhancement and Tuning of Surface Plasmon
Resonance in Au Nanoparticle/ Polyelectrolyte Ultrathin Films", J. Phys. Chem., Ill,
18687-18694.
Homola, J. , 2008, Surface Plasmon Resonance Sensors for Detection of Chemical and

Biological Species. Chem.Rev. (108): 462-493;

H. J. Simon. D.E. Mitchell, dan J.G. Watson, 1975, "Surface Plasmons in Silver Films a
Novel Undergraduate Experiment". Am. J. Phys.. 43,630-635.
National Instrument, 2003, LabVIEW: User Manual, National Instrument

Nagata, K. and Handa, H. 2000, Real-Time Analysis of Biomolecular Interactions.

Paliwal, A. Sharma, V. Gupta, M. Tomar, Dielectric Properties of SnO2 Thin Film Using

SPR Technique for Gas Sensing Applications, Conference Papers in Science, vol. 104,

2014 http://www.filmetrics.com/refractive-index-database/Au/Gold (Diakses: Minggu,

18 Januari 2015)

80
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PUSAT TEKNOLOGI MATERIAL BPPT SERPONG

P. Orfanides. T. F. Buckner, dan M. C. Buncick, 2000, "Demonstration of surface plasmons in


metal island films and the effect of the surrounding mediumAn undergraduate
experiment". Am. J. Phys. 68. 936-942.
Purdum, Jack. 2012. Beginning C for The Arduino and Compatible Microcontrollers. New

York: Apress

81

Anda mungkin juga menyukai