Anda di halaman 1dari 8

ANALISA DISTRIBUSI PENGHAWAAN

RUANGAN, DENGAN MATLAB


Rizqy Amaliyatunnisa#1, Prisma Megantoro*
#
Metrologi dan Instrumentasi Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Jln. Sekip Unit 1 Catur Tunggal
Yogyakarta 55281 INDONESIA
1
rizqyamaliyatunnisa@gmail.com,2prisma.megantoro@giz.de

ABSTRAK
Telah dilakukan praktikum tentang Analisa Distribusi Penghawaan Ruangan pada hari Senin, tanggal 6
Februari 2017. Tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui distribusi penghawaan di ruang
S.204 MIPA Selatan. Alat dan bahan yang digunakan praktikum ini yaitu meteran dan termokopel. Suhu merupakan
besaran pokok fisika yang dimiliki bersama antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal,
dapat dikatakan bahwa suhu merupakan suatu ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau sistem.
Termokopel merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suatu suhu dalam suatu ruangan yang dibuat dari dua
jenis kawat dari logam yang berbeda dan disatukan pada salah satu ujungnya atau junction end.Kesimpulan yang
didapat pada praktikum ini yaitu distribusi penghawaan pada ruang S.204 MIPA Selatan tidak merata karena suhu
pada setiap sudut ruangan berbeda,alat untuk mengukur suhu pada suatu ruangan yaitu termokopel,nilai minimum
suhu yang terdapat pada ruang S.204 MIPA Selatan yaitu 270C,nilai maksimum suhu yang terdapat pada ruang
S.204 MIPA Selatan yaitu 280C,rata-rata keseluruhan data yang diperoleh dari hasil distribusi penghawaan ruangan
sebesar 27.57850C dengan standart deviasinya yaitu 0.47940C dan distribusi penghawaan di ruang S.204 MIPA
Selatan sesuai dengan standart menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1405 / Menkes / SK / XI / 2002.
KeywordsSuhu, Termokopel

A. Pendahuluan (CFD); dan melakukan simulasi tinggi dan luas


Penghawaan dalam suatu ruangan sangat kandang sapi perah FH (dua arah angin) untuk
berpengaruh pada kenyamanan di ruangan tersebut mendapatkan distribusi suhu udara dalam kandang sapi
untuk mempermudah segala aktivitas agar lebih perah FH yang lebih baik. Pada penelitian ini memiliki
persamaan pada praktikum yang dilakukan praktikan
optimal. Penghawaan dibedakan menjadi penghawaan
yaitu menganalisis distribusi suhu pada suatu ruangan
alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami yang membedakan pada keduanya yaitu pada
biasanya dipengaruhi oleh pencahayaan, kelembaban, penelitian yang dilakukan A.Yani,dkk pada kendang
dan luas bukaan(pintu, jendela, jalusi, lubang angin atau sapi perah dengan penghawaan secara alami sedangkan
kisi-kisi, dan lubang-lubang lain yang mungkin ada pada praktikum ini praktikan melakukan praktikum
pada suatu ruangan). Jika sistem penghawaan ruangan pada ruangan perkuliahan dengan memanfaatkan
secara alami kurang maka dibutuhkan sistem penghawaan buatan(AC). Untuk menganalisasi
distribusi suhu penelitian A.Yani mengguunakan
penghawaan buatan. Sistem penghawaan buatan dibagi
program Computational Fluid Dynamics (CFD)
menjadi dua yaitu mekanik dan non mekanik. Mekanik sedangkan praktikan menggunakan program 3D Fields.
biasanya menggunakan kipas angina, exhaust fan, Hasil yang didapatkan pada penelitian A.Yani,dkk
inhaust fan. Non Mekanik biasanya menggunakan AC adalah distribusi suhu udara dalam kandang sapi perah
(Air Conditioner atau pengkondisian udara). Pada FH dengan ventilasi alamiah pada saat udara cerah di
praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat musim kemarau memiliki tingkat validasi cukup tinggi.
menganalisa distribusi penghawaan pada salah satu Perbedaan suhu udara rata-rata di tiga ketinggian antara
disain kandang terpilih dengan kondisi awal sebesar
ruangan perkuliahan.
0,474oC sehingga dapat meningkatkan dry matter
B. Literatur intake pada sapi perah FH sebesar 0,403 kg per ekor
Penelitian yang dilakukan A.Yani,dkk(2007) per hari.
berjudul Analisis dan Simulasi Distribusi Suhu Udara Penelitian yang dilakukan Mytha Arena(2013)
pada Kandang Sapi Perah Menggunakan dengan judul Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint
Computational Fluid Dynamics (CFD), tujuan dari dengan Mikrokontroler, tujuan dari penelitian ini
penelitian ini yaitu menganalisis distribusi suhu udara yaitu untuk membangun sebuah sistem akuisisi data
pada kandang sapi perah FH di daerah beriklim tropika suhu pada sejumlah titik pengukuran suatu plant besar
basah menggunakan Computational Fluid Dynamics yang mampu mengukur suhu secara real time
menampilkan, dan disimpan untuk diolah lebih lanjut. 3. Termokopel tipe J (iron/constantan), dapat
Pada penelitian ini memiliki persamaaan dengan mengukur dengan rentang terbatas yaitu -40
praktikum yang dilakukan oleh praktikan yaitu hingga +7500C dan memiliki sensitivitas
menggunakan alat bantu termokopel untuk mengetahui ~52V/oC.
suhu ruangan tersebut akan tetapi pada penelitian 4. Termokopel tipe N (Nicrosil(Ni-Cr-Si
Mytha Arena menggunakan 3 termokopel untuk alloy)/Nisil(Ni-Si alloy) yang dapat
melakukan perbandingan antara termokopel 1 dengan mengukur suhu diatas 12000C dan memiliki
termokopel yang lain. Pada praktikum yang dilakukan sensitifitas sebesar 39 V/oC pada suhu 9000C.
praktikan menggunakan Analisa grafik dengan Matlab 5. Termokopel tipe B (platinum-rhodium/Pt-Rh)
sedangkan penelitian Mytha Arena hanya merupakan termokopel yang digunakan untuk
menggunakan program Microsoft Excel. Hasil dari mengukur suhu diatas 1800 0C.
penelitiannya yaitu Sistem akuisisi data suhu yang 6. Termokopel tipe R (platinum /platinum with
terdiri atas 3 termokopel telah menunjukkan 7% rhodium) merupakan termokopel yang
karakteristik sistematik yang baik, yaitu mempunyai digunakan untuk mengukur suhu diatas 1600
0
karakteristik linier dengan sensitivitas ukur 41.11 C dan mempunyai sensitivitas rendah yaitu
V/C dan nilai kesalahan 1,15%. 10 V/oC
7. Termokopel tipe S (platinum with 10%
C. Dasar Teori rhodium) merupakan termokopel yang
Suhu merupakan besaran pokok fisika yang digunakan untuk mengukur suhu diatas 1600
0
dimiliki bersama antara dua benda atau lebih yang C dan mempunyai sensitivitas rendah yaitu
berada dalam kesetimbangan termal, dapat dikatakan 10 V/oC
bahwa suhu merupakan suatu ukuran atau derajat panas 8. Termokopel tipe T (copper/constantan)
atau dinginnya suatu benda atau sistem. Suatu benda merupakan termokopel yang memiliki
atau sistem yang dalam keadaan panas dikatakan rentang pengukuran -200 sampai 350oC dan
memiliki suhu yang tinggi, dan sebaliknya, suatu benda memiliki sensitifitas sebesar ~43 V/oC.
yang dalam keadaan dingin dikatakan memiliki suhu Prinsip kerja termokopel menggunakan efek
yang rendah. Berdasarkan Peraturan Menteri thermoelectric . Thermoelectric effect merupakan efek
Kesehatan Nomor : 1405 / Menkes / SK / XI / 2002 yang berhubungan dengan konversi dari perbedaan
tentang pedomanan penyehatan udara dalam ruangan temperatur menjadi tegangan listrik dan sebaliknya.
kerja Nilai Ambang Batas (NAB) atau standar untuk Ketika ujung logam ini dipanaskan maka kedua akan
temperature ruangan adalah 180C sampai 300C mengalami pemuaian. Pemuaian ini diakibatkan oleh
kelembaban udara dalam ruangan kerja yaitu berkisar pergerakan atom atau electron dari temperature tinggi
antara 40% sampai 60% untuk situasi kerja masih bisa menuju temperature rendah dan pergerakan electron ini
di hadapi oleh tenaga kerja di dalam bekerja sehari-hari tergantung pada bahan logam itu sendiri, artinya logam
dimana tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan satu dengan logam lain nya memiliki kecepatan muai
kesehatan dan menurut Manuaba suhu nyaman dalam yang berbeda-beda. Hal ini lah yang menyebabkan
ruangan adalah 220C - 280C. perbedaan potensial diujung-ujung logam tersebut
Termokopel merupakan alat yang digunakan sehingga akan terbaca suhu pada layer display
untuk mengukur suatu suhu dalam suatu ruangan yang termokopel.
dibuat dari dua jenis kawat dari logam yang berbeda
dan disatukan pada salah satu ujungnya atau junction
end. Junction end digunakan untuk mengukur panas
dari objek yang akan diukur sedangkan tail end adalah
ujung yang kita sambungkan dengan
rangkaianelektronika dan berada pada suhu ruang.
Termokopel memiliki banyak jenis, yaitu :
1. Termokopel Tipe K (Chromel(Ni-Cr
alloy)/Alumel (Ni-Al alloy) , termokopel jenis
ini memiliki harga yang lebih murah,
termokopel ini dapat mengukur suhu dari
rentang -2000C hingga +1200o C.
2. Termokopel E (Chromel/Constantan(Cu-Ni
alloy)),merupakan termokopel yang cocok
digunakan untuk temperature rendah karena
memiliki output yang besar yaitu 68V/oC.
Gambar 3.1 Termokopel
D. Langkah Kerja Dari denah diatas dapat dilihat bahwa terdapat
Pelaksanaan praktikum pada hari Senin, 6 dua buah AC pada ruangan tersebut yang dalam
Februari 2017 di laboratorium SV 118 dibentuk keadaan ON, sedanngkan jendela dalam keadaan
menjadi 3 kelompok. Dari 3 kelompok tersebut yang tertutup, sehingga pada praktikum ini distribusi
membedakan adalah mengukur distribusi penghawaan penghawaan hanya berasal dari AC saja. Berikut ini
diruangan yang berbeda. Kelompok 1 di ruang S 204 flowchart yang digunakan untuk menganalisis
MIPA Selatan , kelompok 2 di ruang S 203 MIPA distribusi penghawaan dengan menggunakan matlab
Selatan dan kelompok 3 di ruang S 202 MIPA Selatan. dan 3D Field :
Praktikan melakukan pengukuran distribusi
penghawaan di ruang S 204 MIPA Selatan. Alat dan
bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu START

termokopel dan meteran. Berikut ini langkah


percobaan yang harus dilakukan praktikan :
Deklarasi data, data1 n_ukur
a. Membentuk kelompok kerja
b. Berada pada ruangan yang telah ditentukan
c. Mengukur dimensi ruangan panjang dan
lebar untuk mengetahui luas ruangann Input nilai x dan y

d. Menggambar denah ruangan (dinding dan


posisi lampu/sumber cahaya yang lain,
missal jendela yang terbuka) Hitung nilai x1,y1
e. Menentukan grid/sport pengukuran,
mencatat setiap koordinatnya (dimulai dari
koordinat 0,0 adalah pojok utara -timur)
f. Menentukan jumlah grid koordinat x dan Hitung nilai min,max,rata-rata kolom,rata-rata
koordinat y keseluruhan,stdav
tidak
g. Mengukur distribusi penghawaan untuk
setiap sport pengukuran (jangan lupa
sesuaikan dan catat nilai pada koordinatnya)
pada ketinggian 75 cm dari lantai
Perhitungan
h. Masukan hasil data ke Matlab dan
selesai
membentuk matriks ukuran x y.
i. Memakai fungsi immagesc(data) untuk
menampilkan grafik distribusi dengan Ya
bermacam jenis.
j. Melakukan pengolahann data juga Plot grafik histogram
menggunakan 3D Field. plot grafik pengukuran
plot grafik distribusi
plot grafik 3D
E. Hasil dan Pembahasan
Dari praktikum yang telah dihasilkan oleh
praktikan dapat di lihat bahwa denah ruangan S 204 Finish
MIPA Selatan sebagai berikut :
Pada flowchart diatas dapat dijelaskan bahwa saat
proses start praktikan melakukan pengukuran ruang
dan didapatkan panjang ruangan 10,27 m dan lebar
ruangan 4,87 m, serta melakukan pengukuran dari
timur ke barat dengan jarak 50 cm, saat proses deklarasi
data didapatkan data sebanyak 121 data kemudian dari
121 data diinput menjadi nilai x dan y. Setelah data x
dan y di hitung pada program matlab maka dihasilkan
nilai minimum pada data yaitu 270C, nilai
maksimumnya yaitu 280C, rata-rata setiap kolom dari
kolom ke-1 sampai ke-7 yaitu 27.90910C , 27.00000C
Gambar.5.1 Denah Ruangan S.04 MIPA Selatan
, 27.27270C , 27.00000C , 27.54550C , 28.00000C ,
28.00000C, dan kolom, ke-8 sampai ke-11 yaitu sampai dengan ke-30 suhu yang terbaca 270C, pada
27.63640C , 27.72730C , 27.45450C , dan 27.81820C. data ke-31 sampai dengan ke-33 suhu mengalami
Nilai rata-rata data seluruhnya yaitu 27.57850C, peningkatan menjadi 280C, kemudian turun lagi
menjadi 270C pada pengukuran dengan rentang data
dengan standar deviasinya yaitu 0.47940C. Setelah
ke-34 sampai dengan data ke-34 sampai dengan data
melakukan perhitungan dengan matlab kemudian ke-46, data ke-47 sampai dengan data ke-50
dibuatlah grafik dengan menggunakan program matlab mengalami peningkatan 280C, dan pada pengukuran
seperti pada dibawah ini : data ke-51 sampai dengan data ke-53 suhu ruangan
turun lagi menjadi 270C, kemudian naik menjadi suhu
a. Plot Grafik Histogram 280C pada pengukuran ke-54 sampai dengan ke-87,
turun lagi menjadi 270C pada pengukuran ke-88 sampai
pengukura ke-88, pengukuran ke-89 sampai dengan ke-
95 suhu menjadi 280C, pengukuran ke-96 sampai
dengan ke-99 suhu ruangan menjadi 270C,lalu naik
kembali menjadi suhu 280C pada pengkuran ke-100
sampai dengan pengukuran ke-104, lalu turun menjadi
270C pada pegukuran ke-105 sampai dengan ke-
110,dan kemudian suhu menjadi stabil lagi pada
pengukuran ke-111 sampai dengan ke-115 dan
pengukuran ke-118 sampai dengan ke-121 ,
sebelumnya pada pengukuran ke- 106 dan ke-107
mengalami penurunan suhu menjadi 270C. dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa penghawaan dalam
Gambar 5.2 Hasil Grafik Histogram dengan ruangan S.204 MIPA Selatan tidak merata karena dari
Matlab proses pengukuran ke-1 sampai dengan pengukuran
ke-121 mengalami perubahan suhu yang cenderung
Pada grafik histogram sangat membantu konstan , suhu akan turun menjadi 270C dan akan naik
dalam pembacaan banyaknya data dengan bantuan menjadi suhu 280C,penunjukan yang cenderung
batang. Dapat dilihat dari hasil grafik tersebut bahwa konstan, hal ini karena alat termokopel dalam kondisi
suhu 270C memiliki data sekitar 50an data sedangkan baik sehingga tidak terjadi perubahan yang cukup
suhu 280C memiliki data sekitar 70an, dapat dikatakan drastis.
c. Plot Grafik Distribusi Penghawaan
bahwa suhu dalam ruang S.204 MIPA Selatan yang
paling banyak adalah suhu saat 280C.

b. Plot Grafik Pengukuran

Gambar 5.4 Hasil Grafik Distribusi Penghawaan


dengan Matlab
Gambar 5.3 Hasil Grafik Plot Pengukuran dengan
Matlab Dari pengukuran distrubusi penghawaan ruangan
praktikan melakukan pengukuran dari kordinar barat
Pada plot pengukuran diatas dapat dilihat
ke timur. Dari grafik distribusi tersebut dapat dilihat
pada pengukuran ke 1 suhu yang terbaca yaitu 270C,
pengukuran dengan rentang data ke-2 sampai dengan bahwa terdapat dua buah warna pada distribusi
data ke-11 suhu yang terbaca 280C. Pengukuran ke-12 penghawaan, warna biru merupakan warna yang
memiliki suhu 270C, sedangkan warna merah memiliki d. Plot Grafik 3D
suhu 280C, dapat dikatakan bahwa suhu 270C
merupakan suhu yang rendah (sejuk) sedangkan suhu
280C merupakan suhu yang tinggi (panas). Pada
koordinat 0-1 dari arah barat ke timur memiliki suhu
sebesar 270C ditunjukan dengan warna biru, sedangkan
koordinat 2-11 dari arah yang sama menunjukan warna
merah atau suhu pada koordinat tersebut sebesar 280C.
Dari koordinat 1-2 arah utara ke selatan dan dari
koordinat 0-11 arah barat ke timur memiliki suhu 270C
karena ditunjukan dengan warna biru. Dari koordinat
2-3 arah utara ke selatan dan dari koordinat 0-8 dari Gambar 5.5 Hasil Grafik 3D dengan Matlab
arah barat ke timur ditunjukan dengan warna biru atau
Untuk mempermudah pembacaan Analisa pada
memiliki suhu sebesar 270C sedangkan koordinat 9-11
program matlab maka dibuatlah grafik 3D seperti pada
memiliki suhu sebesar 280C karena ditunjukan dengan
gambar diatas. Pada gambar diatas dapat diketahui
warna merah. Pada koordinat 3-4 dari arah utara ke
bahwa suhu diruangan tersebut fluktuatif karena
selatan dan dari koordinat barat ke timur dengan titik
terdapat garis yang berwarna biru merupakan garis
0-11 ditunjukan dengan warna biru atau suhu sebesar
yang memiliki suhu sebesar 270C sedangkan garis yang
270C. Untuk Koordinat utara ke selatan pada titik 4-5
berwarna merah memiliki suhu sebesar 280C. Dari
dan dari koordinat barat ke timur dengan titik 0-2 dan
grafik tersebut dapat dilihat bahwa garis yang berwarna
titik 7-8.5 dapat dilihat warna yang dihasilkan warna
merah lebih banyak dari pada garis yang berwarna biru
biru sedangkan dari koordinat 3- 6 dan koordinat 9-11
, ini menunjukan bahwa ruangan S.204 MIPA Selatan
arah barat ke timur memiliki suhu tinggi yaitu 280C
masih dalam suhu yang tinggi , ini karena hembusan
sehingga ditunjukan dengan warna merah. dari titik 5-
angin AC yang tidak merata dalam setiap sudut
11 arah utara ke selatan dan dari koordinat barat ke
ruangan.
timur dengan titik 0-6 memiliki suhu yang tinggi yaitu
280C ditunjukan dengan warna merah . koordinat utara Berikut ini merupakan hasil data yang praktikan olah
ke selatan dari titik 5-9dan titik 6-7 pada koordinat menggunakan program 3D Field untuk mempermudah
barat ke timur memiliki suhu yang tinggi , sedangkan praktikan dalam menganalisa distribusi penghawaan
dari titik 5-9 dari arah utara ke selatan dengan titik ruangan S.204 MIPA Selatan. Sebelum memasukan
koordinat barat ke timur yang sama memiliki suhu data yang akan diolah menggunakan 3D Field ,
yang rendah yaitu 270C. Pada Koordinat 6-8 ke arah praktikan menghitung rata-rata dari data sebanyak 121
utara ke selatan dan koordinat 8-11 dari arah barat k data menjadi 36 data yang akan diinput pada program ,
timur memiliki suhu yang tinggi yaitu 280Ckarena sehingga dihasilkan 3D Field seperti dibawah ini :
ditunjukan dengan warna merah . pada koordinat utara a. Color Cell 3D Field
selatan dengan titik 8-10 dikali dengan koordinat barat
ke timur dengan titik 8-11 membentuk sebuah persegi
yang berwarna biru atau dapat dikatakan bahwa suhu
tersebut sebesar 270C sedangkan dalam persegi
tersebut terdapat kotak kecil bersuhu 280Ckarena
berwarna merah ,dan pada koordinat 10-11 arah utara
ke selatan dan koordinat barat ke timur pada titik 8-11
memiliki suhu sebesar 280C karena berwarna
merah.Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa bagian
yang berwarna biru merupakan bagian yang terkena
hembusan AC yang membuat udara tersebut lebih
dingin daripada udara yang pada daerah warna merah.
Gambar 5.6 Hasil Color Cell dengan 3D Field
perbedaan ini terjadi karena posisi AC yang didapat
menjangkau setiap ruangan.
b. Color Fill Contour karena memiliki rata-rata suhu keseluruhannya yaitu
27.57850C.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Distribusi penghawaan pada ruang S.204 MIPA
Selatan tidak merata karena suhu pada setiap
sudut ruangan berbeda.
2. Alat untuk mengukur suhu pada suatu ruangan
yaitu termokopel.
3. Nilai minimum suhu yang terdapat pada ruang
S.204 MIPA Selatan yaitu 270C.
4. Nilai maksimum suhu yang terdapat pada ruang
S.204 MIPA Selatan yaitu 280C
5. Rata-rata keseluruhan data yang diperoleh dari
hasil distribusi penghawaan ruangan sebesar
27.57850C dengan standart deviasinya yaitu
0.47940C.
6. Distribusi penghawaan di ruang S.204 MIPA
Selatan sesuai dengan standart menurut
Gambar 5.7 Hasil Color Fill Contour dengan 3D Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1405 /
Field Menkes / SK / XI / 2002.
c. 3D Color Fill Contour 7. Saran, seharusnya sebelum melakukan suatu
praktikum alat yang digunakan dalam
praktikum perlu dicek terlebih dahulu
keakuratannya. Karena pada praktikum ini,
praktikan terhambat karena termokopel yang
digunakan pertama kali oleh praktikan tidak
dalam kondisi yang baik sehingga harus diganti
dengan termokopel yang lain, hal ini tentunya
membuat pengukuran kelompok praktikan
menjadi tidak efektif dan terlambat dalam
melakukan pengukuran.

G. Daftar Pustaka
1. Yani,A,dkk. 2007. Analisis dan Simulasi
Gambar 5.8 Hasil 3D Colour Fill Contour Distribusi Suhu Udara pada Kandang Sapi
dengan 3D Field Perah Menggunakan Computational Fluid
Dynamics (CFD). Institut Pertanian Bogor :
Dari hasil 3D field dapat diketahui bahwa pada Bogor, Indonesia.
ruangan S.204 MIPA Selatan penghawaannya tidak 2. Arena,Myta. 2013. Sistem Akuisisi Data Suhu
merata karena terlihat dari setiap sudut ruangan Multipoint dengan Mikrokontroler. STTNAS :
memiliki warna yang berbeda. Setiap warna memiliki Yogyakarta,Indonesia.
penghawaan yang berbeda. Pada 3D Field dapat dilihat 3. Gilang,Hadyan. 2013. Makalah Termokopel.
bahwa warna ungu muda merupakan warna yang Universitas Diponegoro : Semarang, Indonesia.
memiliki suhu rendah yaitu sekitar 270C 27,100C,
warna biru merupakan warna yang memiliki suhu
antara 27,100C 27, warna hijau merupakan suhu yang
sedang berkisar antara 27,400C sampai dengan 27,600C,
dan suhu yang paling panas yaitu berwarna merah
karena memiliki rentang suhu 27,900C - 280C. Dari
hasil data tersebut dapat diketahui bahwa berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1405 / Menkes /
SK / XI / 2002 standart ruangan yang baik adalah 180C
sampai dengan 300C sehingga pada ruangan S.204
memiliki penghawaan yang sesuai dengan standart
H. Lampiran
program matlab untuk menampilkan nilai maksimm,minimum,rata-rata per kolom,rata-rata keseluruhan,dan standar
deviasi dengan coding seperti dibawah ini :
clear all
clc
data = xlsread('suhu'),
[baris,kolom] = size(data),
n_data = baris *kolom;
x2 = 1:n_data,
data1 = data(:),
x=1:11,
x1=repmat (x,11,1),
y=x',
y1=repmat (y,1,5),
Maks = max (data1)
Min = min (data1)
rata_rata = mean (data)
rata_rata_keseluruhan = mean (mean (data))
stdev = sqrt(rata_rata_keseluruhan/(n_data-1))
clf

a. Grafik Histogram
clf
figure('Name','Grafik Analisa Distribusi Penghawaan')
subplot(2,2,1),
hist(data1),
axis tight,
title ('Histogram'),
xlabel('Suhu'), ylabel('Jumlah Data'),
axis tight,

b. Plot Pengukuran
subplot(2,2,2),
plot(data1,'*'),
title('Plot Pengukuran'),
xlabel('Pengukuran Ke-'),ylabel('Suhu'),
axis tight,

c. Distribusi Pencahayaan
subplot (2,2,3),
imagesc(data),
colorbar,
title('Distribusi Penghawaan'),
xlabel('Koordinat Utara-Selatan'), ylabel('Koordinat Timur Barat'),
axis tight,

d. Grafik Mesh
subplot (2,2,4),
mesh(x1,y1,data),
title('Grafik Mesh'),
xlabel('Koordinat Utara selatan'),ylabel('Koordinat Timur Barat')
zlabel('Suhu (`C)'),
axis tight,
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Suhu Ruangan (oC)

Hasil Data Pengukuran Suhu Ruangan (oC)

27 27 27 27 27 28 28 28 28 28 28

28 27 27 27 27 28 28 28 28 28 28

28 27 27 27 28 28 28 28 28 28 28

28 27 27 27 28 28 28 28 28 28 28

28 27 27 27 28 28 28 28 28 28 28

28 27 27 27 28 28 28 28 28 27 27

28 27 27 27 27 28 28 28 28 27 27

28 27 27 27 27 28 28 27 27 27 28

28 27 28 27 27 28 28 27 27 27 28

28 27 28 27 28 28 28 27 28 27 28

28 27 28 27 28 28 28 27 27 27 28

Tabel 2. Hasil Data Rata-Rata setiap Pengukuran


1 2 3 4 5 6

1 27,25 27 27,5 28 28 28

2 27,5 27 28 28 28 28

3 27,5 27 28 28 27,75 27,5

4 27,5 27 27,5 27,75 27,25 27,5

5 27,5 27,5 27,75 27,5 27,25 28

6 27,5 27,5 28 27,5 27 28

I.

Anda mungkin juga menyukai