Anda di halaman 1dari 10

ANALISA KARAKTERISTIK 2 SENSOR

ARUS DAN TEGANGAN


Rizqy Amaliyatunnisa#1, Prisma Megantoro*2
Metrologi dan Instrumentasi Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Jln. Sekip Unit 1 Catur Tunggal
Yogyakarta 55281 INDONESIA
1
rizqyamaliyatunnisa@gmail.com,2prisma.megantoro@giz.de

ABSTRAK
Telah dilakukan praktikum tentang Analisa Karakteristik 2 Sensor Arus dan Tegangan pada hari
Senin,tanggal 6 Maret 2017 di laboratorium SV 118 Universitas Gadjah Mada. Tujuan dari praktikum ini agar
mahasiswa dapat menganalisa karakteristik sensor arus dan tegangan dari nilai output dan inputnya. Pada praktikum
ini , praktikan menganalisa sensor arus WCS 1800. Sensor arus WCS 1800 adalah sensor arus yang bekerja secara
hall effect, yang digunakan untuk mendeteksi medan magnet. Sensor arus WCS memiliki 4 pin yaitu pin VCC, pin
GND, Pin Analog output dan pin digital output.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan yaitu sensor arus WCS 1800 termasuk dalam
karakteristik sensor zero drift dengan nilai zero drift yang didapatkan pada praktikum ini yaitu -0,049 Volt dan nilai
dari sensitivity driftnya yaitu 0,013732 Volt/Ampere,pada grafik hubungan antara nilai output (tegangan) dan nilai
input (arus) nya yang paling tinggi pada grafik zero drift dan sensitivity drift yaitu pada kondisi suhu tinggi
(300C),grafik zero drift dan sensitivity drift menunjukan bahwa semakin besar nilai inputnya (arus) maka semakin
besar pula nilai outputnya (tegangan),hubungan data forward dan data backward dapat dikatakan tidak balance
karena nilai pada data forward dan data backward pada grafik histerisis tidak memiliki kesesuaian dan mengalami
penyimpangan yang signifikan, menunjukan sensor arus WCS 1800 memiliki karakteristik sensor histerisis yang
tidak baik, dan hubungan antara grafik histerisis dan grafik linearitasnya dapat dikatakan bahwa grafik histerisis
menjauhi grafik linearitasnya. Nilai histerisis yang diperoleh pada praktikum ini yaitu 0,19403% pada 0,975
Ampere , dan nilai linearitasnya yaitu 0,089552% pada 0,061 Ampere.
Keywords Karakteristik Sensor,Sensor Arus WCS 1800

A. Pendahuluan sebenarnya, dapat digunakan media ukur power


supply. Pada pengukuran kali ini, multimeter
Dewasa ini listrik sangat penting untuk digunakan sebagai volt meter, sedangkan pada
kehidupan sehari-hari. Hal tersebut membuat power supply dibaca adalah nilai arrus atau
masyarakat harus selalu mengikuti perkembangan amperenya sebagai standar.
jaman, termasuk belajar mengenai listrik dan
komponen-komponennya. Arus listrik dibagi B. Literatur
menjadi dua, yaitu arus listrik searah dan arus Penelitian yang dilakukan oleh Hans
listrik bolak-balik. Arus listrik searah disebut Wibowo Putra (2013) yang berjudul Analisis
dengan Direct Current, sedangkan arus bolak-balik Transduser Arus dengan Menggunakan Berbagai
disebut dengan Alternating Current. Tegangan AC Macam Resistansi dan Ukuran Toroida, tujuan
sendiri digunakan sebagai power supply untuk dari penelitian ini yaitu merancang alat yang dapat
menghidupkan alat-alat yang membutuhkan listrik. mengukur arus dengan menggunakan transduser
Tegangan AC yang disalurkan pada rumah tangga arus dan toroid serta membandingkan keluaran dari
berkisar sekitar 220V. Untuk arus yang terjadi, kedua alat untuk menganalisis hasilnya. Pada
digunakan sensor WCS dan untuk pembacaannya, praktikum yang dilakukan praktikan tidak
disambung dengan multimeter. menggunakan tranduser akan tetapi praktikan
menggunakan sensor arus WCS 1800 untuk
Untuk mengukur arus dan tegangan listrik mengukur nilai arusnya. Pada penelitian ini tidak
dapat menggunakan berbagai media. Media yang menganalisa karakteristik sensor arus tersebut
diguakan untuk mengukur arus dan tegangan ini sedangkan pada praktikum ini praktikan
yaitu multimeter. Pada umumnya, nilai yang melakukan analisa karakteristik sensor arus WCS
terukur pada multimeter bukan nilai sebenarnya, 1800 dengan melakukan pengukuran sebanyak 20
tetapi nilai efektifnya. Untuk mendapatkan nilai kali dengan menggunakan beban lampu led
sedangkan pada penelitian ini Hans Wibowo Putra
tidak menggunakan beban lampu LED tetapi beban
resistor. Pada penelitian ini juga menggunakan
power supply untuk mengetahui arusnya.
Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini
yaitu tranduser arus dipengaruhi oleh banyaknya
lilitan,tegangan,dan arus yang mau diukur.
Komponen ini tampak dapat bekerja secara ideal
dalam kondisi tertentu. Namun, waktu delay tetap
harus diperhitungkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Joko Andi
Nababan(2011) yang berjudul Karakteristik Kerja Gambar 3.1 Sensor arus WCS 1800
Sensor Arus ACS-712 ELC-05 B dengan Sensor arus WCS 1800 memiliki spesifikasi seperti
Menggunakan Metode Regresi, tujuan dari dibawah ini :
penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik a. Tegangan proporsional pada AC dan DC
sensor berupa tanggapan tegangan keluaran b. Sensitivitasnya 60mv/A
terhadap perubahan daya beban masukan. Pada
c. Range arus dari 0~35 A dan Tegangan 5 Volt
penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang
d. Memiliki bandwidth 23K Hz
dilakukan praktikan yaitu sama-sama mencari tahu
karakteristik suatu sensor menggunakan sensor e. Diameternya 9.0 mm
arus. Akan tetapi, penelitian ini menggunakan Proses konversi measurand ke dalam
sensor Arus ACS-712 ELC-05 B sedangkan sensor bentuk sinyal listrik (sinyal yang dapat diukur)
yang digunakan praktikan yaitu sensor WCS 1800. melewati sejumlah proses yang menentukan output
Pada praktikum ini untuk mengetahui suatu
karakteristik sensor dengan menggunakan beban dari suatu sensor. Untuk mengetahui suatu sensor
lampu led.. dapat bekerja dengan baik yaitu dengan
C. Dasar Teori mengetahui hubungan antara input dan ouputnya.
Sensor adalah suatu peralatan yang Dari hubungan input dan output tersebut dapat
berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau diketahui pula karakteristik dari sensor tersebut :
sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu 1. Fungsi Transfer
energi seperti energi listrik, energi fisika, energi Fungsi transfer didefinisikan sebagai suatu
kimia, energi biologi, energi mekanik dan persamaan matematik yang merepresentasikan
sebagainya.. hubungan antara input dan output dari sebuah
Sensor arus WCS 1800 adalah sensor arus
sensor. Dalam kondisi ideal, fungsi transfer bersifat
yang bekerja secara hall effect, yang digunakan
untuk mendeteksi medan magnet. Sensor hall stabil baik secara nilai, grafik, maupun
effect terdiri dari lapisan silicon dan 2 elektrode persamaannya (Jacob Fraden, 2004) Fungsi
pada masing-masing lapisan silicon. Ketika tidak transfer pada sebuah sensor bergantung dari
ada pengaruh dari medan magnet, makan arus inputnya atau dapat dirumuskan y = f (x), dengan y
listrik mengalir tepat di tengah-tengah lapisan adalah output dan x adalah inputnya. Pada banyak
silicon sehingga menghasilkan tegangan keluaran 0 kasus, fngsi transfer yang dihasilkan adalah linier :
Volt. Namun, ketika mendapat pengaruh dari
medan magnet. Arus mengalir berbelok
mendekati/menjauhi sisi yang dipengaruhi medan y = a + bx
magnet. sehingga, mengakibatkan perbedaan dimana a adalah intercept (output ketika input
tegangan keluaran ketika lapisan silicon dialiri arus sama dengan 0) dan b adalah sensitivitas sensor
listrik. (Jacob Fraden, 2004). Fungsi transfer dari sebuah
Sensor arus WCS memiliki 4 pin yaitu pin sensor tidak selalu linier, akan tetapi dapat berupa
VCC, pin GND, Pin Analog output dan pin digital fungsi nonlinier seperti fungsi logaritma,
output. Pin analog output dapat dihubungkan
dengan beberapa perangkat analog seperti ADC eksponensial, ataupun fungsi polynomial.
arduino ataupun ADC mikrokontroler. Berikut ini 2. Sensitivitas
merupakan gambar dari sensor arus WCS1800 : Sensitivitas merupakan bagian dari
hubungan antara sinyal input dengan sinyal output.
Untuk mengetahui besarnya sensitivitas sebuah
sensor dapat dilakukan penurunan terhadap fungsi atau memiliki resolusi yang sangat kecil (Jacob
transfer sensor (John Wilson, 2005). Fraden, 2004).
3. Span (Full-Scale Input) 8. Repeatabilitas
Span adalah range measurand yang dapat Repeatability atau reproducibility
dikonversi oleh sensor atau sering juga error disebabkan karena ketidakmampuan sensor
disebut input full scale. Span merepresentasikan untuk menghasilkan nilai yang sama pada kondisi
nilai input yang dapat dikonversi sensor tanpa yang sama. Kesalahan ini dapat disebabkan
menyebabkan ketidakakuratan (Jacob Fraden, karena sifat material, gangguan temperatur, dan
2004). kondisi lingkungan lainnya. (Jacob Fraden,
4. Akurasi 2004).
Akurasi pada kenyataannya dapat diketahui
D. Langkah Percobaan
dari ketidakakuratan sensor. Ketidakakuratannya
dapat diukur dari deviasi terbesar yang dihasilkan Pelaksanaan praktikum pada hari Senin ,6
Maret 2017 di laboratorium SV 118 dibentuk
sensor dalam pengukuran. Deviasi dapat diartikan
menjadi 4 kelompok. Dari 4 kelompok tersebut
sebagai perbedaan antara nilai perhitungan dengan yang membedakan adalah kelompok 1 dan
nilai eksperimen. kelompok 2 mengukur tegangan dengan
5. Nonlinearitas menggunakan sensor tranduser CR3510 sedangkan
Nonlinearity error dikhususkan untuk sensor pada kelompok 3 dan kelompok 4 arus dengan
yang memilki fungsi transfer dengan pendekatan menggunakan led dan sensor WCS 1800. Pada
praktikum ini praktikan mengukur arus dengan
linier. Nonlinearitas merupakan deviasi maksimum
sensor WCS 1800. Alat dan bahan yang digunakan
fungsi transfer dari pendekatan garis linier. Dapat pada praktikum ini yaitu power supply,multimeter,
dilakukan pendekatan linier untuk sensor dengan kabel jumper,sensor arus WCS 1800,dan lampu led
fungsi transfer nonlinier. Diantaranya dengan sebagai beban . Dengan langkah percobaan seperti
menggunakan metode terminal point dan dibawah ini :
metode least square. Metode terminal point a) Membentuk kelompok diskusi
dilakukan dengan cara menarik garis lurus dua b) Menyiapkan alat dan bahan praktikum
yang digunakan.
titik output, yaitu output dengan input terkecil dan
c) Merangkai alat dan bahan sesuai dengan
terbesar. skema percobaan.
6. Saturasi d) Melakukan pengukuran pertama dengan
Setiap sensor memiliki batasan operasi. kondisi 1 lampu Led menyala.
Peningkatan nilai input tidak selalu menghasilkan e) Mengukur tegangan yang keluar dengan
output yang diinginkan. Dengan kata lain setiap menggunakan multimeter
sensor meskipun memiliki fungsi transfer linier, f) Mengukukur tegangan yang keluar dari
Power Supply
tetapi pada input tertentu memiliki kondisi
g) Melakukan pengukuran kedua hingga
nonlinear atau saturasi. (Jacob Fraden, 2004). pengukuran ke-20 dengan kondisi lampu
7. Resolusi LED yang bertambah seiring dengan
Resolusi didefinisikan sebagai kemampuan bertambahnya pengukuran
sensor untuk mendeteksi sinyal input minimum h) Mengulangi langkah d hingga g dengan
(John Wilson, 2005). Ketika sensor diberikan input suhu yang berbeda yaitu pada suhu panas
dan suhu dingin.
secara kontinyu, sinyal output pada beberapa jenis
i) Pada histerisis dilakukan pengukuran dari
sensor tidak akan memberikan output yang lampu LED ke 0 sampai dengan lampu
sempurna bahkan dalam kondisi tidak ada LED ke-20 kemudian pengukuran diulang
gangguan sama sekali. Pada kondisi demikian, yang dimulai dari 19 lampu menyala
biasanya terjadi sedikit perubahan output. Jika sampai dengan 0 lampu.
pada asebuah sensor tidak terjadi demikian, maka j) Menuliskan data hasil di laporan
sensor tersebut dapat dikatakan bersifat kontinyu sementara.
Pada proses mulai atau proses start praktikan
melakukan pengambilan data dari pengukuran
untuk mengetahui karakteristik sensor drif dan
karakteristik sensor histerisis dan linearitas serta
menulis hasil pengukuran tersebut ke dalam
program matlab . Pada proses input data dari excel
praktikan memasukan data tersebut ke dalam
program matlab. Setelah itu, praktikan menuliskan
codingan pada editor di program matlab untuk
mengetahui nilai zero drif dan sensitivity drif serta
nilai histerisis dan nilai linearitas. Setelah itu
praktikan mengeklik run maka akan menampilkan
grafik seperti dibawah ini :
1. Karakteristik Sensor Drift
Gambar 4.1 Skema Percobaan Pada praktium ini, praktikan mengukur
E. Hasil dan Pembahasan suatu karakteristik sensor drift pada kondisi suhu
Pada praktikum ini praktikan melakukan rendah (290C) dan pada kondisi suhu tinggi(300C).
pengukuran untuk mengetahui karakteristik suatu Pengukuran ini dilakukan sebanyak 20 kali pada
sensor. Sensor yang praktikan pakai adalah sensor setiap kondisi dengan nilai arus merupakan nilai
arus WCS 1800. Untuk menguji karakteristik standar dan nilai tegangan merupakan nilai uji
sensor arus WCS 1800 praktikan menggunakan dengan setiap pengukuran menyalakan beban 1
beban lampu LED dari lampu ke 0 sampai dengan lampu LED. Dan data yang didapatkan pada
lampu ke-20. Kemudian praktikan melakukan masing kondisi kemudian dimasukan ke dalam
pengukuran untuk mengetahui karakteristik sensor program matlab dengan coding dan penjelasan
drift pada suhu rendah maupun suhu tinggi,dan seperti dibawah ini :
pada praktikum ini praktikan juga mengetahui
karakteristik sensor dengan nilai histerisisnya. %% hitung drift
Berikut ini flowchart yang digunakan pada d_dr = xlsread('drift');
program matlab : untuk menginput data excel

d_dr_in = d_dr(1:end,1); menuliskan


data dr_in dari kolom 1 hingga akhir
d_dr1 = d_dr(1:end,2); menuliskan data
dr_in dari kolom 2 hingga akhir
d_dr2 = d_dr(1:end,4); menuliskan data
dr_in dari kolom 4 hingga akhir
[baris, n] = size(d_dr); untuk
menghitung ukuran datanya

Batas1 = (n
*(sum(d_dr_in.*d_dr1)))-
((sum(d_dr_in)) *(sum(d_dr1)));
Bbawah1 = (n *(sum(d_dr_in.^2)))-
((sum(d_dr_in)^2));
sens1 = abs(Batas1 /Bbawah1);
[baris, n] = size(d_dr); untuk
mencari nilai korelasi

Batas1 (n *(sum(d_dr_in.*d_dr1)))-
((sum(d_dr_in)) *(sum(d_dr1)));
Bbawah1 = (n *(sum(d_dr_in.^2)))-
((sum(d_dr_in)^2));
sens1 = abs(Batas1 /Bbawah1); untuk
Gambar 5.1 Flowchart program matlab mencari nilai korelasi
Batas2 = (n
*(sum(d_dr_in.*d_dr2)))-
((sum(d_dr_in)) *(sum(d_dr2)));
Bbawah2 = (n *(sum(d_dr_in.^2)))-
((sum(d_dr_in)^2));
sens2 = abs(Batas2 /Bbawah2);
mencari nilai sensitivitas pada data bias panas dan
bias dingin)

zero_dr mengetahui nilai zero drift pada data


bias panas dan bias dingi
= min(d_dr1) - 2.5; untuk mengambil
data tegangan terendah pada data bias panas dan
bias dingin Gambar 5.2 Grafik zero drift dan sensitivity drift
sens_dr mengetahui nilai sensitivty drift pada
bias panas dan bias dingin Dapat dilihat bahwa sumbu y merupakan
= sens2 - sens1; rumus mengetahui nilai uji atau nilai outputnya yaitu tegangan(Volt)
sensitifity drift dan sumbu x merupakan nilai standar atau nilai
inputnya (Ampere). Dari tabel tersebut terdapat
disp(['Zero drift = ' dua garis yang menyinggung, garis yang berwarna
num2str(zero_dr) ' Volt']) merah merupakan drift pada sensor arus WCS
disp(['Sensitivity drift = '
1800 dalam kondisi rendah (290C) sedangkan pada
num2str(sens_dr) ' Volt']) untuk
garis biru merupakan drift sensor arus WCS 1800
menampilkan nilai pada command window
figure(2) dengan kondisi tinggi (300C). Dari kedua garis
plot(d_dr_in,d_dr1,'r',d_dr_in,d_d tersebut dapat dilihat bahwa nilai yang pertama
r2,'b'), untuk memplot grafik kali keluar dari kedua garis tersebut tidak sama
title('Grafik Zero Drift dan keluarannya dari awal atau tidak berhimpit
Sensitivity Drift'), untuk memberikan garisnya pada posisi awal. Pada garis warna biru
judul pada grafik (300C) dimulai dari nilai 2,45 Volt sedangkan garis
legend('29 Celcius', '30
warna merah (290C) dimulai dari nilai 2,44 Volt ,
Celsius'), untuk memberikan keterangan
nama pada grafik sehingga dapat dikatakan bahwa grafik diatas
axis([min(d_dr_in) max(d_dr_in) merupakan grafik zero drift sedangkan jika pada
min(min([d_dr1 d_dr2]))... keluaran pertama kedua garis berhimpit maka
max(max([d_dr1 d_dr2]))]), dapat dikatakan grafik tersebut merupakan grafik
xlabel('Input(Ampere)'), untuk sensitivity drift. Pada perhitungan program matlab ,
menamai pada sumbu x maka dapat dilihat bahwa nilai dari zero drift yaitu
ylabel('Output(Volt)'), untuk menamai -0,049 Volt dan nilai dari sensitivity drift yaitu
pada sumbu y
0,013732 Volt/Ampere. Hasil zero drift
Dan dengan codingan diatas jika di run
menunjukan nilai negatif, hal ini karena
maka akan dihasilkan grafik seperti dibawah ini :
berdasarkan karakteristik sensor arus WCS 1800
seharusnya nilai pada titik awal nilai keluarannya
yaitu 2,5 Volt sedangkan pada pengukuran ini nilai
keluarannya dibawah dari 2,5 Volt sehingga nilai
zero driftnya menunjukan nilai yang negatif.
Karena nilai keluaran atau otput yang kurang dari
2,5 Volt ini maka nilai maksimum keluarannya
bukan lagi 5 Volt akan tetapi 4,9 Volt dan 4,88
Volt. Jika kita bandingkan nilai uji (tegangan) dan
nilai standar (arus) nya yang paling tinggi antara
drift kondisi suhu rendah (290C) dan drift kondisi
tinggi (300C) yaitu pada kondisi suhu tinggi [hyst,no] = max (fso_h);
(300C). Dari kedua garis tersebut dapat kita lihat data_hyst_m = data_input(no);
bahwa semakin besar nilai inputnya (arus) maka disp(['Hysteris = ' num2str(hyst)
'%pada '...
semakin besar pula nilai outputnya (tegangan).
num2str(data_hyst_m) ' Ampere
'])
2. Karakteristik Sensor Histerisis dan x = data_input(1:21,1);
Linearitas
Selain menganalisa karakteristik sensor
figure(1)
drif pada sensor arus WCS 1800 praktikan plot
menganalisa juga karakteristik sensor histerisis dan (x,data_f,'mo',x,data_b_s,'go'),
lineritas. Pada pengukuran ini praktikan untuk membuat grafik atau memplot grafik
mengambil data sebanyak 41 data dengan beban title('Grafik Histerisis dan
lampu LED pada suhu 300C. Hasil pengambilan Linearitas'), untuk membuat judul pada
data tersebut kemudian dimasukan ke dalam grafik
program matlab untuk mengetahui grafik histerisis axis ([min(x) max(x) minnmaxn]),
dan linearitasnya dengan coding dan penjelasan xlabel ('Input (Ampere)'),ylabel
seperti dibawah ini : ('Output (Volt)'), untuk menamai sumbu
x dan sumbu y
Clc hold on,
Clear xs = [min(x) max(x)];
Syntax dari kodingan matlab clear all ys = [minnmaxn];
mempunyai arti yaitu untuk menghapus data dari plot (xs,ys,'k'),
workspace. Syntax clc mempunyai arti legend ('Data Forward', 'Data
Backward' , 'Garis Linear'), untuk
menghapus data sebelumnya dari command
menamai data pada grafik
windows. %%hitunglinearitas
d_in = data_input(1:end,1);
%%hitunghisterisis d_out = data_input(1:end,2);
data_input=xlsread('histerisis);
untuk menginput data excel
d_endpoint = ((max(d_out) -
min(d_out)) .* (d_in -min(d_in))
data_f = data_input(1:21,2); ./...
menuliskan data f dari baris ke 1 sampai 21 pada (max(d_in) - min(d_in))) +
kolom ke 2 min(d_out);
data_b = data_input(21:41,2); d_lin = [d_endpointd_out];
menuliskan data b dari baris ke 21 sampai 41 pada
kolom ke 2 fso_1 = (d_lin(1:end,2) -
data_b_s = sort(data_b); mengurutkan d_lin(1:end,1)) ./r;
data pada data_b [lin,no1] = max(fso_1);
data_hist_n = [data_f data_b_s]; data_lin_m = data_input(no1);
menuliskan pada data_f dan data_b_s
minn = min(min(data_hist_n)); (rumus diatas adalah syntax untuk
mencari nilai minimum sebuah data menuliskan rumus linearitas)
maxn = max(max(data_hist_n));
mencari nilai maksimum sebuah data
disp(['Linearitas = ' num2str(lin)
'% pada '...
r = max(max(data_hist_n))- num2str(data_lin_m) 'Volt'])
min(min(data_hist_n)); untuk mencari Dari codingan diatas maka dihasilkan
nilai r grafik dan perhitungan seperti dibawah ini:

fso_h = abs(data_hist_n(1:end,1))
- (data_hist_n(1:end,2)) ./r; untuk
mencari nilai fso
Gambar 5.4 Hasil Command Window pada
program

F. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
Gambar 5.3 Grafik histerisi dan linearitas sebagai berikut :
1. Sensor arus WCS 1800 termasuk dalam
Untuk menghasilkan grafik seperti diatas karakteristik sensor zero drift dengan nilai
dari 41 data tersebut praktikan membedakan data zero drift yang didapatkan pada praktikum
antara data forward dan data backward. Data ini yaitu -0,049 Volt dan nilai dari
forward merupakan data kenaikan dari data 1 sensitivity driftnya yaitu 0,013732
sampai dengan data 21 sedangkan data backward Volt/Ampere.
merupakan data penurunan yaitu dari data 22 2. Pada grafik hubungan antara nilai output
sampai dengan data 41. Sumbu x pada grafik diatas (tegangan) dan nilai input (arus) nya yang
merupakan nilai inputnya (arus) sedangkan pada paling tinggi pada grafik zero drift dan
sumbu y merupakan nilai outputnya (tegangan). sensitivity drift yaitu pada kondisi suhu
Nilai data forward dan data backward ditunjukan tinggi (300C).
dengan lingkaran-lingkaran kecil yang menunjukan 3. Grafik zero drift dan sensitivity drift
grafik histerisisnya sedangkan pada grafik menunjukan bahwa semakin besar nilai
linearitas ditunjukan dengan garis warna hitam inputnya (arus) maka semakin besar pula
seperti garis diagonal. Lingkaran yang berwarna nilai outputnya (tegangan).
biru menunjukan data backward sedangkan 4. Hubungan data forward dan data backward
lingkaran berwarna merah menunjukan data dapat dikatakan tidak balance karena nilai
forward. Dari hubungan data forward dan data pada data forward dan data backward pada
backward dapat dikatakan tidak balance karena grafik histerisis tidak memiliki kesesuaian
nilai pada data forward dan data backward tidak dan mengalami penyimpangan yang
memiliki kesesuaian dan mengalami signifikan, menunjukan sensor arus WCS
penyimpangan yang signifikan. jadi dapat kita 1800 memiliki karakteristik sensor
ketahui bahwa karakteristik sensor histerisisnya histerisis yang tidak baik.
tidak baik. Hubungan antara grafik histerisis dan 5. Hubungan antara grafik histerisis dan
grafik linearitasnya dapat dikatakan bahwa grafik grafik linearitasnya dapat dikatakan bahwa
histerisis menjauhi grafik linearitasnya. Hal yang grafik histerisis menjauhi grafik
menyebabkan data forward dan data backward yag linearitasnya. Nilai histerisis yang
dihasilkan pada praktikum ini tidak balance yaitu diperoleh pada praktikum ini yaitu
pada praktikum ini praktikan mengalami kendala 0,19403% pada 0,975 Ampere , dan nilai
sebagai berikut : saat membaca arus pada power linearitasnya yaitu 0,089552% pada 0,061
supply praktikan melakukan kesalahan dalam Ampere.
membaca sehingga mengakibatkan arus yang tidak
stabil, dan kabel probe pada multimeter tidak tpada G. Daftar Pustaka
posisi yang tepat sehingga mempengaruhi nilai 1. Wibowo, Hans Putra. 2013. Analisis
tegangan yang terbaca pada multimeter. Dari Transduser Arus dengan Menggunakan
program matlab diketahui nilai histerisnya yaitu Berbagai Macam Resistansi dan Ukuran
0,19403% pada 0,975 Ampere , dan nilai Toroida. Universitas Indonesia : Depok,
linearitasnya yaitu 0,089552% pada 0,061 Ampere. Indonesia.
2. Luden, A. Sasnugraha. 2006. Analisa Kuat
Berikut ini merupakan hasil command window sensor di Sekolah Pelangi Kristus
pada coding grafik histeris dan linearitas nya : Surabaya.http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_d
g_8288.html. Diakses pada hari Senin, 13
Maret 2017 pukul 19.30 WIB
3. Sapiie, Soedjana., Nishino, Osamu. 2000.
Pengukuran Dan Alat-Alat Ukur
Listrik,Cetakan Keenam. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.

LAMPIRAN

1. Data Hasil (drift suhu rendah dan suhu tinggi)

2. Data hasil histerisis


3. Coding Matlab

clc
clear

%% hitung histerisis
data_input = xlsread('histerisis');
data_f = data_input(1:21,2);
data_b = data_input(21:41,2);
data_b_s = sort(data_b);
data_hist_n = [data_f data_b_s];
minn = min(min(data_hist_n));
maxn = max(max(data_hist_n));

r = max(max(data_hist_n)) - min(min(data_hist_n));

fso_h = abs(data_hist_n(1:end,1) - data_hist_n(1:end,2)) ./r;

[hyst,no] = max(fso_h);
data_hyst_m = data_input(no);
disp(['Hysterisis = ' num2str(hyst) '% pada ' ...
num2str(data_hyst_m) ' Ampere'])
x = data_input(1:21,1);

figure(1)
plot(x,data_f,'ro',x,data_b_s,'bo'),
title('Grafik Histerisis dan Linearitas'),
axis([min(x) max(x) minn maxn]),
xlabel('Input(Ampere)'), ylabel('Output(Volt)'),
hold on,
xs = [min(x) max(x)];
ys = [minn maxn];
plot(xs,ys,'k'),
legend('Data Forward', 'Data Backward', 'Garis Linear'),

%% hitung linearitas
d_in = data_input(1:end,1);
d_out = data_input(1:end,2);

d_endpoint = ((max(d_out) - min(d_out)) .* (d_in - min(d_in)) ./...


(max(d_in) - min(d_in))) + min(d_out);
d_lin = [d_endpoint d_out];

fso_l = (d_lin(1:end,2) - d_lin(1:end,1)) ./r;


[lin,no1] = max(fso_l);
data_lin_m = data_input(no1);

disp(['Linearitas = ' num2str(lin) '% pada ' ...


num2str(data_lin_m) ' Ampere'])

%% hitung drift
d_dr = xlsread('drift');
d_dr_in = d_dr(1:end,1);
d_dr1 = d_dr(1:end,2);
d_dr2 = d_dr(1:end,4);
[baris, n] = size(d_dr);

Batas1 = (n *(sum(d_dr_in.*d_dr1)))-((sum(d_dr_in)) *(sum(d_dr1)));


Bbawah1 = (n *(sum(d_dr_in.^2)))-((sum(d_dr_in)^2));
sens1 = abs(Batas1 /Bbawah1);

Batas2 = (n *(sum(d_dr_in.*d_dr2)))-((sum(d_dr_in)) *(sum(d_dr2)));


Bbawah2 = (n *(sum(d_dr_in.^2)))-((sum(d_dr_in)^2));
sens2 = abs(Batas2 /Bbawah2);

zero_dr = min(d_dr1) - 2.5;


sens_dr = sens2 - sens1;

disp(['Zero drift = ' num2str(zero_dr) ' Volt'])


disp(['Sensitivity drift = ' num2str(sens_dr) ' Volt/Ampere'])
figure(2)
plot(d_dr_in,d_dr1,'r',d_dr_in,d_dr2,'b'),
title('Grafik Zero Drift dan Sensitivity Drift'),
legend('30 Celcius', '33 Celsius'),
axis([min(d_dr_in) max(d_dr_in) min(min([d_dr1 d_dr2]))...
max(max([d_dr1 d_dr2]))]),
xlabel('Input(Ampere)'), ylabel('Output(Volt)'),

Anda mungkin juga menyukai