Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Nama : Zaky Zaenal Muntaha


NRP : 143020185
Kelompok :G
Meja : 12 (Duabelas)
Asisten : Gabby Wintirani

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2014
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Zaky Zaenal Muntaha


143020185
Asisten : Gebby Wintirani

Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan sifat koligatif larutan adalah untuk menentukan
penurunan tekanan uap, menentukan titik didih dan menentukan tekanan osmotic
suatu larutan

Prinsip percobaan
Berdasarkan hukum roult yang menyatakan bahwa penurunan titik beku
larutan, sebanding dengan konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan metode
molaritas
1. Penentuan Tekanan Uap

P = XP0

2. Penurunan Titik Beku

Tf = Kf. m

3. Kenaikan Titik Didih

Td = Kd. m

4. Tekanan Osmotik

= M .R . T
Metode percobaan
1. Penentuan Penurunan Titik Beku Naftalena
a. Siapkan alat-alat yang akan digunakan.
b. Kemudian timbang 5 gram naftalena, lalu masukkan kedalam tabung reaksi.
c. Tempatkan tabung reaksi didalam gelas kimia yang berisi air 200 mL.
d. Kemudian panaskan gelas kimia yang berisi air sampai naftalena meleleh.
e. Setelah meleleh hentikan pemanasan dan ukur suhu serta perubahannya setiap
satu menit hingga suhunya mencapai 700C.

Metode 1. Penentuan Titik Beku Larutan

2. Penentuan Titik Beku Naftalena dan Belerang


a. Penentuan kembali air yang berada digelas kimia sampai naftalena meleleh.
b. Kemudian masukkan belerang. Aduk campuran belerang dan naftalena hingga
belerang larut.
c. Setelah larut, hentikan pemanasan. Ukur dan catat suhu setiap satu menit
sampai suhu mencapai 700C.
Metode 2. Percobaan Tekanan Osmosis

3. Penentuan Kenaikan Tititk Didih Larutan Gula


a. Sebanyak 200 mL air dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu panaskan.
b. Kemudian catat suhu awal setelah air mendidih.
c. Lalu masukkan 10 gram gula ke dalam air yang mendidih.
d. Amati hingga mendidih, kemudian catat suhu akhir dan hitung Kb.

Metode 3. Penentuan Titik Didih Larutan


Hasil Pengamatan
Titik Didih

1. Larutan Garam 2. Larutan Gula


1000 1000
n = . n = .

1000 1000
0,25 = . 0,25 = .
58,5 50 342 50

0,25 = . 20 0,25 = . 20
58,5 342
0,25 . 58,5 342 . 0,25
gr = gr =
20 20

= 0,731 gr = 4,273 gr
Titik Beku

1. Larutan Garam 0,5 M, 5 mL 2. Larutan Gula 0,1 M


1000 1000
m = . m = .

1000 1000
0,5 = . 0,1 = .
342 5 342 5


0,5 = . 200 0,1 = . 200
342 342

342 . 0,5 342 . 0,5


gr = gr =
200 200

= 0,855 gr = 0,171 gr

Tabel 1. Hasil Pengamatan Percobaan Penentuan Titik Didih Air


Waktu Suhu
(per 1 menit) (0C)

0 350C

1 530C

2 750C

3 910C

(Sumber : Zaky Zaenal Muntaha dan Elita, Ita, Meja 12, Kelompok G, 2014)
Tabel 2. Hasil Pengamatan Percobaan Penentuan Titik Didih Garam
Waktu Suhu
(per 1 menit) (0C)

0 250C

1 350C

2 550C

3 740C

4 890C

(Sumber : Zaky Zaenal Muntaha dan Elita, Ita, Meja 12, Kelompok G, 2014)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Percobaan Penentuan Titik Didih Gula


Waktu Suhu
(per 1 menit) (0C)

0 250C

1 320C

2 490C

3 670C

4 830C

5 920C

(Sumber : Zaky Zaenal Muntaha dan Elita, Ita, Meja 12, Kelompok G, 2014)

Tabel 4. Hasil Pengamatan Percobaan Penentuan Titik Didih Tb dan Tb


Sampel Tb Pelarut Tb Larutan Tb Teori Tb Praktikum
Air 910C - - -
Garam - 890C 0,2470C -20C
Gula - 920C 0,130C 10C
(Sumber : Zaky Zaenal Muntaha dan Elita, Ita, Meja 12, Kelompok G, 2014)
Cara Teori

1. Teori Garam 2. Teori Gula


1000
Tb = Kb . m . I Tb = Kb . .

1000 4,273 1000


= Kb . . = 0,52 . .
342 50

0,731 1000 4,273


= 0,52 . . . 1,9 = 0,52 . . 20
58,5 50 342

0,731
= 0,52 . . 20 . 1,9 = 0,52 . 0,0125 . 20
58,5

= 0,52 . 0,0125 . 20 . 1,9 = 0,130C

= 0,2470C

Tabel 1. Hasil Pengamatan Percobaan Titik Beku Air


Waktu Suhu
(per 30 detik) (0C)

0 250C

1 90C

2 50C

3 10C

4 10C

5 00C

6 00C

7 00C

8 00C

9 -30C

10 -50C

(Sumber : Zaky Zaenal Muntaha dan Elita, Ita, Meja 12, Kelompok G, 2014)
Tabel 2. Hasil Pengamatan Percobaan Titik Beku Gula I
Waktu Suhu
(per 30 detik) (0C)
0 250C
1 20C
2 -10C
3 -10C
4 -10C
5 -10C
(Sumber : Zaky Zaenal Muntaha dan Elita, Ita, Meja 12, Kelompok G, 2014)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Percobaan Titik Beku Gula II


Waktu Suhu
(per 30 detik) (0C)
0 250C
1 90C
2 -10C
3 -20C
4 -20C
5 -30C
6 -30C
7 -50C
(Sumber : Zaky Zaenal Muntaha dan Elita, Ita, Meja 12, Kelompok G, 2014)

Tabel 4. Hasil Pengamatan Percobaan Penentuan Titik Beku Tf dan Tf


Sampel Tb Pelarut Tb Larutan Tb Teori Tb Praktikum
Air -50C - - -
Gula I - -10C 0,930C -40C
Gula II - -50C 0,1860C 00C
(Sumber : Zaky Zaenal Muntaha dan Elita, Ita, Meja 12, Kelompok G, 2014)

Tabel 5. Hasil Pengamatan Percobaan Penentuan Tekanan Osmosis


Keterangan Hasil
Nama Sampel Wortel
Berat Awal 1,665
Berat Akhir 1,669
(Sumber : Zaky Zaenal Muntaha dan Elita, Ita, Meja 12, Kelompok G, 2014)
Titik Beku

1. Teori Larutan Gula I 2. Teori Larutan Gula II


1000
Tf = Kf . m Tf = Kf . .

1000 0,171 1000


= Kf . . = 1,86 . .
342 5

0,855 1000 0,171


= 1,86 . . = 1,86 . . 200
342 5 342

0,855
= 1,86 . . 200 = 1,86 . 5x10-4 . 200
342

= 1,86 . 2,5x10-3 . 200 = 0,1860C

= 0,930C

Cara Praktikum

1. Praktikum Larutan Gula I 2. Praktikum Larutan Gula II

Tf = Tf pelarut Tf larutan Tf = Tf pelarut Tf larutan


= -5 (0 - (-10C) = -5 (0 - (-50C)
= -40C = -40C

Gambar 1. Kurva Kenaikan Titik Didih Air, Gula, Garam.


100
90
80
70
60
Air
50
Garam
40
Gula
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5

(Sumber : Zaky Zaenal Muntaha dan Elita, Ita, Meja 12, Kelompok G, 2014)
Gambar 2. Kurva Kenaikan Titik Beku Air, Gula I, Gula II.
30

25

20

15
Air
10 Gula I
Gula II
5

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
-5

-10
(Sumber : Zaky Zaenal Muntaha dan Elita, Ita, Meja 12, Kelompok G, 2014)

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan dapat diketahui titik
didih air = 910C, titik didih garam = 890C, dan titik didih gula = 920C. Dan dapat
diketahui titik beku air = -50C, titk beku gula I = -10C, dan titik beku II = -50C.
Tekanan osmosis dapat diketahui beratnya bertambah 0,004 gram.
Definisi Sifat Koligatif Larutan adalah larutan yang tidak bergantung pada
jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya.
Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan dan sifat
koligatif larutan nonelektrolit.
Macam-macam Sifat Koligatif Larutan ada 4 yaitu penurunan titik beku,
penentuan titik didih, penentuan takanan uap, penentuan tekanan osmosis. Titik
beku yaitu suatu zat merupakan suhu dimana wujud padat dan wujud cair berada
dalam kesetimbangan termal. Pada titik beku, benda sedang mengalami perubahan
wujud dari cair ke padat atau dari padat ke cair dan selama perubahan wujud suhu.
Titik didih adalah suhu (temperature) ketika tekanan uap sebuah zat cair sama
dengan tekanan eksternal yang dialami oleh cairan. Sebuah cairan di dalam
vacuum akan memiliki titik didih yang rendah dibandingkan jika cairan itu berada
di dalam tekanan atmosfer. Cairan yang berada di dalam tekanan tinggi akan
memiliki titik didih lebih tinggi jika dibandingkan dari titik didihnya di dalam
tekanan atmosfer. Tekanan uap larutan adalah peristiwa yang terjadi ketika
partikel-partikel zat cair meninggalkan kelompoknya. Semakin lemah gaya tarik-
menarik antarmolekul zat cair, semakin mudah zat cair tersebut menguap.
Semakin mudah zat cair menguap, semakin besar pula tekanan uap jenuhnya.
Dalam suatu larutan, partikel-partikel zat terlarut menghalangi gerak molekul
pelarut untuk berubah dari bentuk cair menjadi bentuk uap sehingga tekanan uap
jenuh larutan menjadi lebih rendah dari tekanan uap jenuh larutan murni. Tekanan
osmosis adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesetimbangan
osmotic antara suatu larutan dan pelarut murninya yang dipisahkan oleh suatu
membran yang dapat ditembus hanya oleh pelarut tersebut. Dengan kata lain,
tekanan osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan osmosis,
yaitu gerakan molekul pelarut melewati membran semipermeabel ke larutan yang
lebih pekat. Tekanan osmotic merupakan salah satu sifat koligatif larutan.
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah larutan garam dan
larutan gula . Sifat koligatif larutan berdasarkan sampel yaitu, sifat larutan non
elektrolit, dalam hal ini adalah larutan gula, dan sifat larutan elektrolit dalam hal
ini larutan garam . Hasil pengamatan menunjukan bahwa suhu larutan gula lebih
tinggi dibandingkan larutan garam sedangkan berdasarkan literatur larutan
elektrolit dalam hal ini garam memiliki suhu yang lebih tinggi, karena sifat larutan
elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik,sedangkan sebaliknya larutan non
elektrolit dalam hal ini gula memiliki suhu yang rendah karena termasuk kedalam
larutan non elektrolit .
Larutan akan memiliki titik beku lebih tinggi dibandingkan pelarut, hal ini
dikarenakan membeku merupakan perubahan dari fase cair ke padat. Titik beku
adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya.
Titik beku larutan lebih tinggi dari pada titik beku pelarut. Hal ini disebabkan
karena larutan merupakan campuran antara larutan dan pelarut yang akan
membuat lartan lebih tinggi, karena zat terlarut mebuat larutan lebih cepat
membeku.
Pengaruh konsentrasi larutan terhadap titik beku adalah semakin besar
konsentrasi larutan maka semakin besar pula titik beku larutan. Jumlah ion yang
bereaksi, Semakin banyak jumlah ion yang mengalami reaksi, maka penurunan
titik beku semakin besar. Artinya, larutan elektrolit mengalami penurunan titik
beku yang lebih besar dibanding larutan nonelektrolit . Titik beku larutan
elektrolit lebih rendah daripada larutan nonelektrolit karena larutan elektrolit
dapat terionisasi sedangkan larutan noneektrolit tidak dapat terionisasi. Semakin
tinggih konsentrasi larutan maka semakin rendah titik bekunya.Perbandingan sifat
koligatif larutan elektrolit dengan larutan non elektrolit untuk konsentrasi yang
sama disebut faktor vant Hoff. Faktor vant Hoff dapat diukur, tetapi harganya
berubah bila konsentrasi larutan diubah, karena senyawa elektrolit tidak terion
100%. Dan nilai i makin besar bila larutan makin encer sehingga nilainya
maksimum pada encer tak hingga. Menurut faktor Vant Hoff larutan yang
terionisasi sempurna akan mengalami penurunan titik beku dua kali lebih besar.
Titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini
disebabkan adanya partikel partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi
peristiwa penguapan partikel-partikel pelarut,titik didih larutan lebih tinggi atau
lebih rendah bergantung pada kemudahan zat terlarutnya menguap, dibandingkan
dengan pelarutnya. Jika zat terlarut tersebut tidak mudah menguap, misalnya
larutan gula, larutan tersebut mendidih pada suhu yang lebih tinggi daripada titik
didih pelarut air. Sebaliknya, jika zat terlarut itu mudah menguap misalnya etanol,
maka, larutan akan mendidih dibawah suhu pelarut air.
Konsetrasi juga berpengaruh terhadap titik didih, semakin besar konsentrasi
larutan maka titik didihnya akan semakin rendah.Menurut faktor Vant Hoff
larutan yang terionisasi sempurna akan mengalami kenaikan titik dua kali lebih
besar.
Hipotonis adalah larutan yang mempunyai konsentrasi osmotik lebih rendah
dibanding larutan lainnya.Hipertonis adalah larutan yang mempunyai konsentrasi
lebih tinggi dibanding larutan lainnya.Isotonis adalah larutan yang tidak membuat
sel kehilangan ataupun kemasukan air. Reverse osmosis adalah proses pembalikan
arah osmosis dengan cara memberi tekanan yang lebih besar dari tekanan osmosis
larutan, osmosis balik berguna dalam desalinasi (penghilangan garam) dari air laut
untuk menjadi air tawar.
Pengaruh tekanan osmosis terhadap sampel dalam hal ini wortel yaitu wortel
yang direndam dengan air garam mengalami osmosis dan menyebabkan
kandungan air dalam wortel berkurang dan menyebabkan berat wortel juga
berkurang. Karena, larutan garam termasuk dalam larutan yang pekat. Selain itu,
wortel yang di masukkan ke air garam, sel-selnya akan mengalami proses
plasmolisis. Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran plasma dari dinding
sel karena peristiwa osmosis. Peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel
(plasmolisis) dapat terjadi jika sel tumbuhan (dalam percobaan ini adalah wortel)
diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel-sel wortel akan
kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel-sel wortel tersebut
lemah dan layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya
plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel
terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan
membran.
Aplikasi dalam bidang pangan untuk percobaan ini, pada proses titik beku
dari bahan pangan tersebut dapat diketahui suhu berapa yang tepat digunakan
untuk mengawetkan makanan dan minuman dalam suatu larutan pendingin
misalnya pada pengawetan buah-buahan dan sayuran, sebagai penentu titik beku
es krim dan coklat agar tidak mudah meleleh apabila di suhu luar, pada
pembuatan es lilin dengan memakai garam sebagai penurun titik bekunya. Pada
proses titik didih untuk proses pembuatan air mineral, dan pada proses tekanan
osmosis atau osmotik pada pembuatan telur asin dan asinan.

Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil sampel air Tb 91C, Tf -5C, Tb
larutan garam 89C, Tb larutan gula 92C, Tb praktikum larutan garam -2C,
larutan gula 1C,Tb teori larutan garam 0,247C dan larutan gula 0,13C. Tf
larutan gula 0,5 molal -1C, Tf larutan gula 1 molal -5C, Tf berdasarkan
praktikum larutan gula 0,5 molal -5C, larutan gula 1 molal -1C sedangkan
berdasarkan teori Tf larutan gula 0,5 molal 0,93C dan 1 molal 0,186C. untul
tekanan osmosis berat awalnya 1,665gram menjadi 1,669gram.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia dan Tupamahu, (1998), Struktur Atom Molekul Sistem


Periodik, ITB, Bandung.

Anonim,(2010), Sifat Koligatif Larutan , http// Wikipedia.org, diakses :


10/12/2014

Anonim,(2010), Sukrosa, http// wikipedia.org diakses : 10/12/2014

Brady, J.E. dan Humiston, G. E, (1998), Kimia Universitas Asas dan Struktur,
Binarupa Aksara, Jakarta.

Sutrisno, Ela Tumala., (2010), Penuntun Praktikum Kimia Dasar,


Universitas Pasundan : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai