Anda di halaman 1dari 46
Bab 8 Akuntansi Sewa Guna Usaha PENGERTIAN LEASING Pengertian leasing menurut Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan adalah sebagai berikut: Leasing adalah ...” setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala diser tai hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama” Pengertian leasing di atas hanya terbatas pada satu jenis leasing yang lazim disebut finance lease atau sewa guna usaha pembiayaan. Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1988 pada tanggal 20 Desember 1988, maka jenis kegiatan leasing diperluas seperti yang tercantum dalam pasal satu keputusan. Keputusan Menteri Keuangan menampung definisi-definisi finance lease, operating lease, perusahaan sewa guna usaha (leasing company) dan penyewa guna usaha (lessee). Finance lease adalah kegiatan leasing dimana lessee mempunyai hak opsi untuk membeli barang yang dileasenya berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama setelah masa lease berakhir. Dalam finance lease, lessee biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama lessor melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal yang menjadi obyek transaksi leasing. Operating lease adalah kegiatan leasing di mana lessee tidak mempunyai hak opsi untuk membeli barang yang dileasenya pada akhir masa lease. Dalam operating lease, lessor sebagai pemilik barang modal meleasekan barang modal tersebut kepada lessee, biasanya lessor bertanggung jawab atas biaya-biaya pelaksanaan leasing seperti asuransi, pajak dan pemeliharaan barang modal. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, yang dimaksud perusahaan leasing (leasing company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara finance ease maupun operating lease. Sedang yang dimaksud dengan lessee adalah perusahaan atau orang yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari lessor. Menurut FASB Statement No.13, yang dimaksud dengan leasing adalah: suatu perjanjian yang memberikan hak untuk menggunakan harta, pabrik atau 250 alat-alat (tanah atau aktiva yang didepresiasi atau kedua-duanya), biasanya mempunyai jangka waktu tertentu”. FASB menyatakan bahwa prinsip akuntansi tersebut tidak berlaku untuk lease dalam bidang eksplorasi atau eksploitasi sumber-sumber alam seperti minyak, gas, mineral dan kayu dan tidak berlaku untuk film, sandiwara, manuskrip, hak paten dan hak cipta. Dari kedua definisi leasing di atas, dapat diketahui bahwa leasing merupakan suatu perjanjian kontrak antara lessee dengan lessor. Lessor memberi hak pada lessee tertentu, sekaligus membebani lessee kewajiban untuk membayar sewa yang telah disepakati secara periodik. Hak yang diberikan oleh lessor kepada lessee, misalnya pada akhir jangka waktu lease, lessee mempunyai hak opsi untuk membeli aktiva tersebut atau memperpanjang kontrak Jease dengan nilai kontrak yang baru. Dalam perjanjian lease ditegaskan bahwa lessee mempunyai hak untuk memperoleh manfaat ekonomis dengan menggunakan aktiva yang dilease. Dengan demikian leasing bukan merupakan transaksi yang mengakibatkan perpindahan hak milik maupun transaksi jual beli. Perbandingan antara Leasing dengan Pembelian Sebelum pembiayaan barang modal dengan leasing dikenal, biasanya pemilikan atas suatu aktiva tetap di Indonesia diperolch dengan pembelian. Perusahaan melakukan pembelian disebabkan beberapa alasan, antara lain depresiasi akan mengurangi besamnya pajak dan biasanya aktiva mempunyai nilai residu jika sudah habis umur ekonomisnya, Perusahaan tidak akan ‘mendapatkan nilai residu jika membiayai aktiva tetap yang dibutuhkannya dengan cara leasing. Dalam Kondisi tertentu perusahaan tidak dapat membeli aktiva, Hal ini disebabkan terbatasnya dana, tingkat pengembalian yang cukup lama, adanya kebutuhan lain yang lebih mendesak dibanding kebutuhan aktiva dan lain-lain, Dalam hal ini leasing merupakan alternatif pembelanjaan yang tepat. Keuntungan pembiayaan dengan metode leasing yang dapat diperoleh lessee adalah sebagai berikut: 1, Penghematan modal Lessee dapat inempergunakan aktiva tetap tanpa harus mengeluarkan dana dalam jumlah yang besar sekaligus. Dana yang ada dapat dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek lain atau sebagai cadangan untuk pengeluaran-pengeluaran musiman sehingga akan menurunkan biaya kesempatan (opportunity cost). 2. Menahan pengaruh inflasi Lessee akan membayar biaya sewa (rental) dalam jumlah yang tetap sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, sehingga lessee akan terhindar dari resiko penurunan nilai uang yang disebabkan oleh inflasi ataupun kebijaksanaan pemerintah yang lain seperti devaluasi. 3. Menghindari keusangan Leasing akan melindungi lessee dari keusangan karena perubahan teknologi, situasi 251 pasar atau situasi-situasi lain di masa yang akan datang yang sifatnya tidak pasti. Karena lessee mempunyai hak opsi pada akhir kontrak lease, maka apabila aktiva yang dilease sudah usang maka lessee dapat memindahkan resiko atas nilai residu aktiva pada lessor. 4, Menguntungkan cash flow Besarnya rental suatu kontrak lease dapat disesuaikan dengan pola penerimaan lessee, dengan demikian memudahkan lessee dalam menyusun cash flow, sehingga fluktuasi dana dalam perusahaan dapat dicegah. 5. Sarana kredit jangka menengah dan jangka panjang Adanya kebijaksanaan uang ketat yang dikeluarkan oleh pemerintah menimbulkan kesulitan untuk memperoleh pinjaman jangka menengah dan jangka panjang. Leasing merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tidak setiap perusahaan dapat menikmati semua keuntungan yang dapat diperolehnya dengan cara leasing. Mungkin suatu perusahaan hanya memperoleh keuntungan dari segi cash flownya, sedang perusahaan lain memperoleh manfaat dari beberapa keuntungan sekaligus. Klasifikasi Leasing Perkembangan usaha leasing disertai pula dengan perkembangan jenis-jenis leasing menyebabkan perlakuan akuntansi untuk masing-masing jenis leasing akan berbeda. Ada perbedaan pendapat mengenai masalah pelaporan transaksi leasing sebagai capital lease atau operating lease. Berbagai pandangan akuntansi untuk leasing adalah sebagai berikut: - Tidak mengkapitalisasi aktiva. Alasan yang mendukung pandangan ini adalah sebagai berikut: 1. Lessee tidak mempunyai hak milik atas aktiva yang dilease 2. Leasing merupakan suatu kontrak executory, seperti halnya perjanjian pembelian yang menuntut kehadiran kedua belah pihak yang berkepentingan. Apabila saat ini kontrak executory tidak dikapitalisasi, maka leasing seharusnya juga tidak dikapitalisasi. - Kapitalisasi leasing yang mirip dengan pembelian angsuran. Akuntan harus melaporkan transaksi-transaksi sesuai dengan hakekat ekonominya. Apabila pembelian angsuran dikapitalisasi, maka leasing yang mempunyai karakteristik sama dengan pembelian angsuran harus dikapitalisasi juga. - _ Kapitalisasi leasing jangka panjang. Persyaratan yang harus dipenuhi déngan pendekatan ini adalah hak untuk menggunakan aktiva jangka panjang agar dapat dikapitalisasi. Kapitalisasi lease tepat apabila dalam kontrak memberikan sangsi keras atas ketidaktaatan kedua belah pihak terhadap kontrak lease. Pendekatan terakhir untuk kapitalisasi tepat apabila hak dan kewajiban berdasarkan perjanjian tidak dapat dibatalkan. FASB dan IAI setuju dengan pendekatan kapitalisasi, karena kondisi leasing mirip dengan pembelian angsuran dengan catatan jika transaksi leasing memindahkan manfaat dan 252 resiko kepemilikan aktiva secara substantial, maka harus dikapitalisasi. Pendekatan ini menunjukkan tiga kesimpulan dasar: 1. Karakteristik yang menunjukkan bahwa manfaat dan resiko kepemilikan aktiva secara substansial yang dipindahkan harus diidentifikasi, Jika transaksi leasing sebagai capital lease, maka harus dicatat sebagai pembelian dan penjualan aktiva. Agar konsisten, maka karakteristik yang digunakan oleh lessee dan lessor harus sama. 3, Jikaleasing tidak memindahkan seluruh manfaat dan resiko kepemilikan, diakui sebagai operating lease dan tidak dikapitalisasi, sehingga hanya dicatat sebagai pembayaran dan penerimaan sewa nN Dalam penetapan jumlah, waktu dan besarnya pembayaran sewa, leasing memberikan dasar perhitungan mengenai aktiva dan utang. Agar terdapat akuntansi yang seragam untuk suatu jenis transaksi leasing, maka dibutuhkan suatu pengklasifikasian transaksi leasing yang ditetapkan dalam standar yang berlaku. Ditinjau dari segi lessee, akuntansi leasing dapat diklasifikasikan sebagai capital lease dan operating lease. Kriteria yang dipakai untuk mengklasifikasikan transaksi leasing di Indonesia diatur dalam PAI 1984 - Pernyataan No.6 dan di Amerika diatur dalam FASB Statement No.13. Kriteria Pengklasifikasian Transaksi Leasing Menurut PAI 1984 Pernyataan No.6 Dasar pertimbangan utama yang digunakan untuk mengklasifikasikan transaksi leasing adalah asas makna ekonomi, yaitu melihat siapa yang mengendalikan, memperoleh manfaat ekonomisdan menanggung resikoatas aktiva tersebut. Suatu transaksi leasing diklasifikasikan sebagai capital lease apabila dipenuhi semua kriteria sebagai berikut: 1. Penyewagunausaha mempunyai hak opsi untuk membeli aktiva yang disewagunasahakan pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha. 2. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang disewagunau- sahakan serta bunganya sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease). 3. Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua tahun) Kalau semua kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi, maka transaksi leasing akan dikelompokkan sebagai transaksi sewa menyewa biasa (operating lease). Kriteria Pengklasifikasian Transaksi Leasing Menurut FASB Statement No.13 SFAS No.13 menentukan kriteria pengklasifikasian transaksi leasing berdasarkan suatu konsep makna ekonomi, yaitu apabila suatu transaksi leasing memindahkan seluruh manfaat dan resiko yang melekat pada kepemilikan aktiva, maka harus diakui sebagai perolehan aktiva dan terjadinya suatu kewajiban bagi lessee, dan suatu penjualan atau pembiayaan bagi 253 lessor. Suatu transaksi leasing akan diklasifikasikan sebagai capital lease apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: 1,” Perjanjian lease akan memindahkan hak milik atas aktiva yang dileasekan kepada lessee pada akhir jangka waktu lease. 2. Terdapat hak opsi untuk membeli aktiva yang dilease pada akhir masa lease dalam perjanjian lease. 3. Jangka waktu lease lebih panjang atau sama dengan 75% dari taksiran umur ekonomis aktiva yang dilease. Akan tetapi apabila kontrak lease dimulai pada saat umur ekonomis aktiva yang dilease tinggal 25% dari total taksiran umur ekonomis aktiva tersebut, maka kriteria ini tidak dapat diterapkan. Hal ini juga berlaku untuk kriteria keempat. 4, Pada permulaan lease, nilai sekarang dari pembayaran lease minimum lebih besar atau sama dengan 90% dari nilai wajar aktiva yang dilease. Apabila tidak ada satupun dari kriteria-kriteria di atas yang dipenubi, maka transaksi leasing harus dikelompokkan sebagai operating lease. Dari segi lessor, suatu transaksi leasing dapat diklasifikasikan menjadi sales type lease, direct financing lease, leverage lease dan operating lease. Transaksi leasing dapat diklasifikasikan menjadi sales type lease, direct financing lease atau leverage lease apabila salah satu atau lebih dari keempat kriteria di atas dipenuhi. Selain itu masih ada dua kriteria yang harus dipenuhi pula, yaitu: 1. Kolektibilitas pembayaran lease minimum dapat diperkirakan secara wajar. 2. Tidak terdapat unsur ketidakpastian yang berarti dalam biaya-biaya yang dapat diperoleh kembali penggantiannya sehubungan dengan transaksi leasing tersebut. Unsur ketidakpastian yang berarti termasuk tanggung jawab lessor untuk melindungi lessee dari Keusangan aktiva yang dilease. Keharusan untuk menaksir biaya pelaksanaan, seperti asuransi, biaya pemeliharaan dan pajak yang harus dibayar oleh lessor tidak otomatis dapat dianggap sebagai unsur ketidakpastian. Mekanisme Leasing a, Pihak-Pihak Yang Terlibat Pada umumnya suatu transaksi leasing melibatkan lessee, lessor dan penyedia barang (supplier). Pada jenis lease tertentu yaitu leverage lease, pihak lain yang ikut terlibat adalah penyedia dana jangka panjang (credit provider). Lessee adalah pihak yang memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa dan mempunyai hak opsi. Sebelum kontrak lease dilakukan, terlebih dahulu lessee melakukan negosiasi dengan supplier. Negosiasi biasanya menyangkut harga barang, jenis barang dan tipenya, masalah garansi, perawatan, penyediaan suku cadang dan sebagainya. Lessee akan mengadakan perjanjian kontrak leasing apabila sudah memilih aktiva yang dibutuhkan dari supplier yang dipilih sebelumnya. Lessor adalah pihak yang meleasekan barang yang menjadi obyek lease. Klasifikasi leasing dari lessor meliputi sales type lease, direct finance lease, leverage lease dan operating 254 lease. Dalam sales type lease, lessor dapat merupakan suatu pabrikan atau dealer yang memakai metode leasing sebagai salah satu jalur pemasarannya. Dalam direct finance lease, lessor membeli barang atas permintaan lessee dan membiayai sepenuhnya aktiva yang dileasekan, Dalam leverage lease, lessor tidak membiayai barang modal 100% dari harga barang tersebut, tapi hanya menanggung sekitar 20% sampai dengan 40% dan sisanya akan dibiayai oleh pihak ketiga, yaitu credit provider. Dalam operating lease, lessor adalah pemilik aktiva yang dileasekan kepada lessee. Dengan demikian lessor merupakan pemilik barang atau sekaligus merangkap sebagai supplier dalam hal ini adalah penghasil barang, dealer atau distributor atas barang-barang yang dibutuhkan lessee. Setelah lessee memilih barang yang dibutuhkan, supplier membuat order penjualan kepada lessor sebagai pemiliknya. Credit Provider atau penyedia dana jangka panjang adalah pihak yang menyediakan dana dalam jangka waktu yang cukup panjang selain lessor. Dalam leverage lease, credit provider merupakan penyedia dana yang lebih besar dibandingkan lessor. b. Komponen-Komponen Harga dalam Kontrak Lease Besarnya harga yang tercantum dalam sebuah kontrak lease ditetapkan pada saat perjanjian leasing ditanda-tangani. Harga lease sudah mencakup semua jenis resiko yang mungkin terjadi selama periode lease dan mengandung unsur profit yang diharapkan oleh lessor. Komponen-komponen harga yang tercakup dalam kontrak lease adalah: a. Biaya Perolehan Biaya perolehan adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan, Besarnya biaya ini ditentukan oleh harga beli aktiva yang bersangkutan ditambah dengan ongkos angkut dari tempat supplier sampai ke tempat lessee, biaya pemasangan aktiva sampai aktiva siap untuk dioperasikan dan syarat-syarat pembayaran ditetapkan oleh supplier. b.Biaya Bunga Pada umumnya lessor meminjam uang dari lembaga-lembaga keuangan yang ada schingga lessor akan menetapkan biaya bunga lebih besar daripada bunga pinjaman bank. Selisih lebih antara bunga yang ditetapkan oleh lessor dengan bunga bank disebut spread. Besarnya spread yang ditetapkan lessor tidak bisa semaunya, melainkan diatur oleh pemerintah melalui pengumuman Direktorat Jendral Moneter No.307/DJM/IL 1/ 1974, yaitu : “Tingkat suku bunga yang dapat diperhitungkan di dalam leasing setinggi-tingginya 8% diatas prime rate Bank Indonesia, (yaitu suku bunga tertinggi kredit likuiditas Bank Indonesia yang pada saat thi adalah sebesar 10%)”. Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut, maka pendapatan lessor dalam bentuk spread sangat terbatas. Apabila lessor melakukan kerja sama dengan bank asing dalam membiayai kegiatan nya akan sangat menguntungkan, karena tingkat bunga pinjaman bank di luar negeri lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat bunga pinjaman bank di Indonesia. c. Premi Asuransi Fungsi asuransi adalah memberikan perlindungan ganda, yaitu melindungi lessee dari resiko operasional dan melindungi lessor atas barang yang dimilikinya. d. Commitment Fee Yang dimaksud dengan commitment fee adalah biaya yang dikenakan apabila lessee tidak memanfaatkan dana yang sudah disediakan lessor tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian. Biaya ini dikenakan kepada lessee apabila lessee menunda atav membatatkan kontrak lease. e. Profit Margin Profit Margin adalah bagian dari harga tarip, merupakan keuntungan yang diharapkan oleh lessor dari suatu transaksi leasing. Profit Margin tidak harus selalu ada dalam setiap transaksi leasing. Bagi perusahaan tertentu, pendapatan bunga sudah merupakan profit margin, f. Biaya lain-lain Selainbiaya-biaya yang disebutkan diatas, mungkin ada biaya-biaya lain yang dikeluarkan lessor dalam bentuk out of pocket expenses dan nantinya akan dibebankan pada lessee. Biaya-biaya itu antara tain biaya konsultasi hukum, perpajakan atau akuntasi, biaya survey, komisi pada broker atau perantara dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lessor sehubungan dengan penyediaan dana yang akan dipergunakan. Pembebanan biaya kepada lessee dapat dilakukan dengan pembayaran tersendiri kepada lessor untuk semua biaya, dikapitalisir dan ditambahkan pada cost of equipment, atau lessor menetapkan suatu tarip yang didalamnya sudah terkandung semua perkiraan biaya-biaya yang telah dan akan dikeluarkan. ¢. Dokumen-Dokumen yang Dipergunakan dalam Kontrak Lease. Dokumen-dokumen yang biasa dipergunakan dalam kontrak lease terdiri dari dokumen pokok perjanjian leasing dan dokumen pendukung. Dokumen-dokumen yang sering dipergunakan tersebut antara lain: a. Surat Penawaran, yaitu surat penawaran resmi yang dikirim lessor kepada lessee. Isi offering letter antara lain mengenai jenis dan besarnya fasilitas, jangka waktu penawaran, besamnya interest, besarnya fee, bentuk rental, dokumen- dokumen yang dibutuhkan dan hal-hal lain yang dianggap perlu. b. Pesanan Pembelian yang Dikonfirmasi, yaitu surat pemesanan barang yang ditujukan kepada supllier, dibuat oleh lessor dan ditandatangani oleh lessee. c. Bukti Pengiriman dan Penerimaan, yaitu surat tanda terima yang menyatakan bahwa lessee sudah menerima barang dari suplier dalam kondisi yang baik dan sesuai dengan yang dipesan. d._ Perjanjian Sewa Guna Usaha, yaitu dokumen-dokumen resmi dari perjanjian leasing antara lessor dan lessee, berisi pasal-pasal mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kontrak leasing. 256 Sertifikat Pemilikan, yaitu surat bukti kepemilikan atas aktiva yang menjadi obyek lease dan disimpan oleh lessor, karena secara hukum lessor adalah pemiliknya. Surat Garansi, yaitu surat jaminan yang diberikan oleh pihak ketiga atas kredit yang diberikan kepada lessee. Polis Asuransi, yaitu surat jaminan yang berisi jenis pertanggungan, masa berlaku polis, pihak yang menerima ganti rugi dan nilai pertanggungan dari barang yang diasuransikan. Dalam kontrak leasing disebutkan bahwa lessee adalah pihak yang bertanggung jawab atas biaya asuransi. Garansi Pembelian Kembali, yaitu jaminan yang diberikan oleh supplier bahwa ia akan membeli kembali aktiva lease apabila lessee tidak bisa menyelesaikan kontrak leasingnya hingga akhir masa kontrak. Garansi Penjualan Kembali, yaitu jaminan dari suplier bahwa ia sanggup menjualkan kembali barang yang dilease jika kontrak leasing tidak dapat berlangsung sampai masa Kontraknya selesai. Faktur, yaitu surat tagihan yang dikirimkan pada lessee setiap bulan berisi besarnya sewa yang harus dibayar dan tanggal jatuh temponya. AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA OLEH LESSEE PAI 1984 - Pernyataan No.6 menetapkan akuntansi untuk leasing berlandaskan pada konsep makna ekonomi (subtance over form), yaitu dengan melihat pada makna atau hakekat dari transaksi yang bersangkutan, apakah telah terjadi pemindahan secara substantial atas manfaat dan resiko yang inherent dalam pemilikan aktiva yang bersangkutan. Jika semua kriteria pengklasifikasian lease dipenuhi, maka resiko dan manfaat pemilikan leased asset dianggap telah berpindah. Pengklasifikasian transaksi leasing secara langsung berhubungan dengan perlakuan akuntansi terhadap transaksi tersebut. Ditinjau dari segi lessee, transaksi leasing dapat diklasifikasikan menjadi capital lease dan operating lease. Capital Lease Jika suatu transaksi leasing diklasifikasikan sebagai capital lease, maka perlakuan akuntansi dari sisi lessee adalah sebagai berikut: 1. ‘Transaksi leasing diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa lease sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran lease ditambah nilai sisa (hak opsi) yang harus dibayar oleh lessee pada akhir masa lease. Setiap pembayaran lease dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban Tease dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban lease. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan besarnyannilai tunai dari pembayaran Jease adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh lessor atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa lease. ‘Aktiva yang dilease harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran umur ekonomisnya. 257 5. 2 dotted eaten Jika aktiva yang dilease dibeli sebelum berakhirnya masa lease, maka selisih antara pembayaran yang telah dilakukan dengan sisa kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan. Kewajiban lease harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan kewajiban jangka Panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk jenis usaha lessee. Bila terjadi penjualan dan penyewaan kembali (sales and leaseback) maka transaksi tersebut haus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah, yaitu transaksi penjualan dan transaksi leasing, Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang dileasekan. Berikut ini contoh perlakukan akuntasi terhadap transaksi leasing sebagai capital lease, PT. Mawar yang bergerak dalam bidang jasa transportasi mengadakan suatu negosiasi dengan PT. ABC untuk menyewa sebuah truk dengan ketentuan sebagai berikut: a, 2 od Jangka waktu lease adalah 5 tahun mulai 1 Januari 1990 dengan syarat tidak dapat dibatalkan. Uang sewa per tahun Rp.5.520.632,- dibayar setiap awal tahun termasuk biaya asuransi sebesar Rp.150.000,- Pada saat itu truk yang dilease dapat dibeli secara tunai dipasar dengan harga Rp.25.000.000,- dengan taksiran umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu, Dalam perjanjian disebutkan bahwa lessee mempunyai hak opsi untuk membeli truk tersebut setelah masa lease berakhir sebesar Rp.5.000.000,- dan nilai wajar aktiva Rp.10.000.000,- Metode depresiasi yang digunakan oleh lessee adalah garis lurus, Tingkat bunga pinjaman dari bank oleh lessee sebesar 14% per tahun. Tingkat kembalian atas investasi (ROR) yang ditentukan lessor adalah 11% per tahun dan tarip tersebut diketahui oleh lessee. Selama perundingan dilakukan tidak ada biaya yang timbul. Periode tutup buku yang digunakan oleh PT Mawar adalah 31 Desember. Lessee memperlakukan transaksi leasing tersebut sebagai capital lease atau operating lease harus memperhatikan kriteria pengklasifikasian transaksi leasing yang harus dipenubi. Dari data di atas dapat diketahui bahwa: 1 2. 258 Dalam perjanjian menyatakan bahwa lessee mempunyai hak opsi untuk membeli aktiva yang dilease setelah masa lease berakhir. Seluruh pembayaran sewa dikurangi biaya asuransi selama masa lease dan ditambah dengan nilai sisa (hak opsi) mencakup pengembalian harga perolehan aktiva yang dileasekan. Perhitungan nilai tunai pembayaran lease adalah sebagai berikut: . 4 Rp.25.000.000 = (Rp.5.520.632 - Rp.150.000) a") (5.000.000 x 0.59345) 3, Jangka waktu lease 5 tahun, lebih besar dari ketentuan yang berlaku. Dengan dipenuhinya ketiga kriteria capital lease yang diatur dalam PAI 1984 Pernyataan No.6 yaitu Standar Akuntansi Sewa Guna Usaha, maka transaksi tersebut oleh lessee diklasifikasikan sebagai capital lease. Jurnal yang haus dibuat lessee untuk mencatat transaksi di atas adalah sebagai berikut: a. Pada tanggal 1 Januari 1990 mencatat transaksi leasing sebagai aktiva tetap dan kewajiban sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran lease ditambah dengan nilai sisa (hak opsi), yaitu: Truk - Sewa Guna Usaha 25.000.000 Utang - Sewa Guna Usaha 25.000.000 b. Jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama pada tanggal 1 Januari 1990, yaitu: Utang - Sewa Guna Usaha 5.370.632 Biaya Asuransi 150.000 Kas 5.520.632 Pada periode-periode berikutnya pembayaran lease sebesar Rp.5.520.632,- terdiri dari: 1. pelunasan sebagian angsuran pokok utang 2. biaya bunga atas saldo utang pada periode berjalan 3. biaya asuransi terhadap truk yang dilease c. Jumnal untuk mencatat pembayaran lease kedua pada tanggal | Januari 1991, yaitu: Utang - Sewa Guna Usaha 3.211.402 Biaya bunga 2.159.230 Biaya asuransi 150.000 Kas 5.520.632 4. Jumal untuk mencatat pembayaran lease ketiga tanggal 1 Januari 1992, yaitu: Utang - Sewa Guna Usaha 3.564.656 Biaya bunga 1.805.976 Biaya asuransi 150.000 Kas 5,520,632 e. Jumal untuk mencatat pembayaran lease keempat pada tanggal 1 Januari 1993, yaitu: Utang - Sewa Guna Usaha 3.956.768 Biaya bunga 1.413.864 Biaya asuransi 150.000 Kas 5,520,632 f. Jumal untuk mencatat pembayaran lease kelima pada tanggal 1 Januari 1994, yaitu: Utang - Sewa Guna Usaha 4.392.012 Biaya bunga 978.619 Biaya asuransi 150.000 Kas 5.520.632 8. Setiap akhir periode, lessee harus membuat jurnal penyesuaian biaya depresiasi yang dibebankan pada periode yang bersangkutan, yaitu: Biaya Depresiasi Truk-SGU 5.000.000 Akumulasi Dep. Truk-SGU 5.000.000 h. Jurnal untuk mencatat pembelian aktiva sebesar hak opsi pada akhir masa lease, yaitu: Utang - Sewa Guna Usaha 4.504.530 Biaya bunga 495.470 Kas 5.000.000 i, _ Padaakhirmasa lease 1994 saat lessee melakukan pembelian truk sebesar Rp.5.000.000,- (sebesar hak opsi yang telah disepakati) maka lessee harus mengha pus perkiraan truk- SGU dan akumulasi depresiasi ruk- SGU, kemudian mengakui truk SGU sebagai aktiva milik sendiri, mencatat akumulasi depresiasi truk serta menghapus rekening utang-SGU sebesar hak opsi. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Truk 25.,000.000 Akumulasi Depresiasi Truk-SGU 25.000.000 Truk-SGU 25.000.000 Akwmulasi Depresiasi Truk 25.000.000 Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan skedul amortisasi lease Tanggal | Pembayaran Biaya | Beban Bunga | Angsuran Pokok | Saldo Utang : Periodik | Asuransi (11%) Utang retreat ee ee . : : - | Rp.25,000.000 Rp. 5.520.632 | Rp.150.000 -| — Rp.5.370.632 19.629.368 5.520.632} 150,000 | Rp. 2.159.230 3.211.402, 16.417.966 5.520.632 | 150.000 1.805.976 3,564,656 | — 12.853.310, 5.520.632 | 150.000 1.413.864 3.956.768 8.896.542 5.520.632 | 150.000 978.619 4.392.012 4.504.530 5.000.000 - 495.498 4.504.530 - Rp.32.603.160 | Rp.750.000 | Rp. 6.853.187] _ Rp.25.000.000 Rp.0 Pelaporan transaksi leasing sebagai capital lease dalam neraca harus dipisahkan dari perkiraan-perkiraan lain, yaitu aktiva yang dilease dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam kelompok tersendiri dan kewajiban lease, yang terdiri dari utang jangka pendek (utang Jancar dan utang bunga) dan utang jangka panjang harus disajikan secara terpisah dari kewajiban lainnya, Berikut ini contoh dari neraca sebagian lessee yang berhubungan dengan transaksi leasing, 260 PT Mawar Neraca per 31 Desember 1990 AKTIVA PASIVA | ncar Truk-SGU Rp.25.000.000 | Utang-SGU Rp. 3.211.402 Ak. Dep. Truk-SGU. (5.000.000) Utang bunga 2.159.230 Rp.20.000.000 Utang Jangka Panjang Utang-SGU | Rp.16.417.966 Utang SGU jangka panjang di atas diperoleh dari: Saldo awal utang-SGU 1-1-’90 Rp 25.000.000 (©) pembayaran angsuran utang pokok 1-1-’90 (5.370.632) Saldo utang lease Rp 19.629.368 yang terdiri dari utang lancar SGU Rp 3.211.402 dan utang SGU jangka panjang sebesar Rp 16.417.966. Biaya depresiasi tahun I sebagai lawan dari akumulasi depresiasi truk SGU dimasukkan ke Laporan R/L sebesar Rp 5.000.000. Operating Lease Transaksi leasing diklasifikasikan sebagai operating lease apabila persyaratan untuk dikelompokkan sebagai capital lease tidak dipenuhi. Bila dalam perjanjian lease pada contoh di atas tidak memenuhi persyaratan, maka transaksi leasing tersebut dikelompokkan sebagai operating lease dan dicatat sebagai biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus. Sebagai contoh jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama adalah: Biaya sewa 5.370.632 Biaya asuransi 150.000 Kas 5.520.632 Pembayaran lease tiap periode besarnya sama. Laporan Keuangan Lessee Laporan keuangan akan bermanfaat apabila memberikan informasi-informasi yang benar dan dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, Demikian pula 261 ht massimnary = laporan keuangan lessee harus memungkinkan para pemakai laporan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan transaksi leasing. Menurut Standar Khusus Akuntansi Sewa Guna Usaha informasi-informasi yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut: Capital Lease - Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dibayar paling tidak untuk dua tahun beri kutnya. - Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan. - Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. - Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi sale and leaseback. - _ Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha (major covenants). Operating Lease - Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan yang dibebankan sebagai biaya sewa. - Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak untuk dua tahun berikutnya. - Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. - Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi sale and leaseback. - Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha (major covenants), AKUNTANSI OLEH LESSOR Keuntungan-keuntungan yang diperoleh lessor: 1. PENDAPATAN BUNGA. Lembaga Keuangan dan Perusahaan Leasing dapat memperoleh tingkat bunga yang menarik dari usaha lease. 2. INSENTIVEPAJAK. Pemilikan aktiva memberikan keuntungan pajak bagi perusahaan yang mempunyai tingkat laba kena pajak yang ting; 3. NILAIRESIDU YANG TINGGI. Pengembalian aktiva pada akhir masa sewa kepada lessor kemungkinan akan menghasilkan laba atas residual value. Lessor menetapkan jumlah sewa berdasarkan tingkat hasil yang diinginkan (rate of return) dari penyewaan aktivatersebut. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan rate of return antara lain: kemampuan kredit lessee, lamanya sewa, status residual value dll. Tingkat hasil yang diinginkan, sering disebut tingkat bunga implisit yang diperhitungkan lessor. Contoh perhitungan sewa: Lessor menyetujui untuk menyewakan equipmen kepada lessee selama 5 tahun. Equipmen 262 tersebut mempunyai cost (nilai pasar) Rp 100.000. Pembayaran sewa dilakukan tiap-tiap awal tahun. Tingkat hasil yang diinginkan adalah 10%. Jumlah pembayaran sewa per tahun oleh lessor dihitung sebagai berikut: Cost equipmen yang dileasekan Rp100.000,00 () Present Vsle atas nilai residu -0- Jumlah yang harus ditutup lessor dari penetimaan pajak Rp100.000,00 Pembayaran sewa selama lima tahun, dibayar tiap awal tahun, dengan tingkat hasil 10% (Rp100.000 : 4,16986) ” Rp 23.981,62 Jika ada nilai residu maka lessor tidak menutup jumlah tersebut dari penerimaan sewa dari lessee. Klasifikasi Lease oleh Lessor Untuk tujuan akuntansi, lessor menggolongkan lease menjadi: 1. Operating Lease 2. Direct Financing Lease 3. Sales-type Lease Jika lessor mengadakan kontrak lease dan kontrak lease tersebut memenuhi salah satu kriteria Kelompok I, serta memenuhi dua kriteria Kelompok II yang ditentukan oleh FASB, maka persetujuan tersebut diklasifikasikan sebagai Direct Financing Lease atau Sales- Type Lease. Kriteria Kelompok I: 1. Lease memindahkan hak pemilikan aktiva kepada lessee 2. Ada hak opsi untuk membeli 3. Lama sewa 75% atau lebih dari umur ekonomis aktiva 4. Nilai tunai pembayaran sewa minimum 90% atau lebih dari nilai pasar aktiva Kriteria Kelompok II: 1. Kolektibilitas pembayaran sewa dapat dipastikan 2. Tidak ada ketidakpastian tentang jumlah biaya yang tidak dapat diganti yang akan dikeluarkan lessor (lessor telah melakukan sebagian besar kewajibannya atau biaya di masa datang dapat ditaksir secara layak) Kriteria kelompok II ditentukan oleh profesi (FASB) untuk memperjelas adanya transfer manfaat dan risiko pemilikan. Jika kolektibilitas pembayaran sewa tidak dapat dipastikan dan 263 lessor belum melaksanakan sebagian besar kewajibannya, maka hal itu menunjukkan tidak adanya transfer manfaat dan risiko pemilikan. Perbedaan antara Direct Financing Lease dengan Sales-Type Lease adalah adanya/ tidak adanya laba (rugi) lessor sebagai pabrikan atau dealer. Sales-Type Lease terjadi apabila pabrikan atau dealer mengunakan lease sebagai salah satu cara memasarkan produknya. Laba (rugi) lessor ditunjukkan oleh perbedaan antara nilai wajar aktiva yang di-lease-kan pada tanggal persetujuan kontrak lease dengan cost aktiva. Kontrak lease yang tidak mempunyai kualifikasi sebagai Direct Financing Lease dan Sales-Type Lease, oleh lessor diklasifikasikan sebagai Operating Lease. Direct Financing Method (Lessor) Informasi yang diperlukan untuk mencatat direct financing lease adalah: 1. INVESTASIKOTOR (Piutang Pembayaran Sewa). Pembayaran sewa minimum plus nilai residu yang tidak dijamin. 2. PENDAPATAN BUNGA DITANGGUHKAN. Perbedaan antara Investasi Kotor (Piutang Pembayaran Sewa) dengan nilai pasar aktiva. 3. INVESTASIBERSIH. Investasi Kotor (Piutang Pembayaran Sewa) dikurangi Pendapatan Bunga Ditangguhkan. Perhitungan Investasi Kotor seringkali rancu, yaitu berkenaan dengan jumlah nilai residu. Harap diingat kembali bahwa pembayaran sewa minimum terdiri dari: 1, Pembayaran sewa (tidak termasuk executory cost) 2. Harga beli hak opsi (jika ada) 3. Nilai residu yang dijamin (jika ada) Jadi, nilai residu yang dijamin termasuk di dalam pembayaran sewa minimum, Sehingga apabila Piutang Pembayaran Sewa didefinisikan sebagai pembayaran sewa minimum plus nilai residu yang tidak dijamin, maka berarti nilai residu baik dijamin maupun tidak termasuk dalam Piutang Pembayaran Sewa. Dengan kata lain Piutang Pembayaran Sewa termasuk di dalamnya: 1. Pembayaran Sewa (dikurangi executory cost yang ditanggung lessor) 2. Harga beli hak opsi 3. Nila residu yang dijamin maupun yang tidak dijamin Pendapatan Bunga Ditangguhkan diamortisasi sebagai Pendapatan Bunga selama umur sewa dengan menerapkan metode bunga efektif. Jadi, akan dihasilkari tingkat hasil yang tetapatas saldo Investasi Bersih Pembayaran sewakontingen, termasuk sewa yang didasarkan pada variabel-variabel, seperti jam mesin penggunaan, volume penjualan, dikreditkan pada pendapatan setelah dapat ditagih. Contoh: Berikut ini adalah informasi yang relevan bagi lessor berkenaan dengan kontrak lease: 1 Lama sewa 5 tahun dan dimulai tanggal 1 Januari 1987, tidak dapat dibatalkan, dan 264 memerlukan pembayaran sewa tetap tiap awal tahun Rp 25.98 1,62, termasuk didalamnya pembayaran executory cost (biaya asuransi) Rp 2.000. 2. Equipmen mempunyai harga pokok (=cost) Rp 100.000, dan harga pasarnya pada saat persetujuan kontrak adalah Rp 100.000, taksiran umur ekonomis 5 tahun, dan tidak mempunyai nilai residu. 3, Tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk bernegosiasi dan menutup perjanjian lease tersebut. 4. Kotrak lease tidak memberi hak untuk memperbarui kontrak, setelah masa sewa berakhir equipmen dikembalikan kepada lessor. 5. Kolektibilitas pembayaran sewa terjamin secara layak, dan tidak ada biaya-biaya tambahan yang akan dikeluarkan oleh lessor (kecuali biaya asuransi yang pembayarannya diperoleh dari lessee). 6. Lessor menetapkan sewa untuk mendapatkan hasil (rate of return) 10%. Dari informasi di atas, perhitungan penentuan sewa oleh lessor adalah sebagai berikut: Cost equipmen yang dileasekan Rp100.000,00 () Present Vale atas nilai residu -0- Jumlah yangharus ditutup lessor dari penerimaan sewa Rp100.000,00 Pembayaran sewa selama lima tahun, dibayar tiap awal tahun, dengan tingkat hasil 10% (Rp 100.000 : 4,16986) Rp23.981,62 Kontrak lease tersebut memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai Direct Finane- ing Lease, karena (1) umur sewa lebih lama dari 75% umur ekonomis aktiva, (2) present value pembayaran sewa minimum lebih besar dari 90% harga pasar equipmen, (3) kolektibilitas pembayaran sewa terjamin secara layak, (4) tidak ada biaya tambahan yang akan dikeluarkan oleh lessor. Kontrak lease tersebut bukan merupakan Sales-Type Lease karena tidak ada perbedaan antara nilai pasar (Rp 100.000) dengan cost equipmen (Rp 100.000) tersebut. Piutang Pembayaran Sewa (Investasi Kotor) dihitung sebagai berikut: Pembayaran sewa minimum minus executory cost yang ditanggung lessor plus nilai residu yang tidak oie : [€Rp25.981,62 - Rp2.000) x 5] Rp O Rp 119.908 Piutang Pembayaran Sewa wo O° im ra ee Rea Pendapatan Bunga Ditangguhkan (uneamed interest revenue) adalah selisih antara jumtah piutang sewa dengan nilai pasar aktiva yang dilease: Piutang Pembayaran Sewa minus Harga passraktiva Rp 119.908,10 - Rp 100.000 Rp 19.908,10 Piutang Pembayaran Sewa Investasi bersih dalam direct financing lease adalah Rp 100.000, yaitu investasi kotor Rp 119.908, 10 dikurangi pendapatan bunga ditangguhkan Rp 19.908,10. Penyewaan equipmen, piutang yang timbul, dan pendapatan bunga ditangguhkan pada tanggal 1 Januari 1987 (saat persetujuan) dicatat sebagai berikut: Piutang Pembayaran Sewa 119.908,10 Equipmen 100.000,00 Pendapatan Bunga Ditangguhkan-Lease 19,908.10 Pendapatan Bunga Ditangguhkan di neraca diklasifikasikan sebagai pengurang Piutang Pembayaran Sewa, apabila Piutang Pembayaran Sewa disajikan dengan jumlah kotor. Namun demikian pada umumnya, walaupun Piutang Pembayaran Sewa dicatat pada jumlah kotornya, tetapi disajikan di neraca pada jumlah investasi bersih (Investasi Kotor dikurangi Pendapatan Bunga Ditangguhkan), dan diberi nama “Investasi Bersih pada Kapital Lease”, serta diklasifikasikan sebagai aktiva lancar atau tetap, tergantung pada berapa lama investasi tersebut tertutup. Seperti halnya perlakuan lessee terhadap bunga, lessor juga menerapkan metode bunga efektif dan mengakui pendapatan bunga atas saldo investasi bersih yang belum tertutup, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut: Pada tanggal | Januari 1987 jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan pembayaran sewa tahun pertama sebagai berikut: Kas 25.981,62 Piutang Pembayaran Sewa 23.981,62 Utang Biaya Asuransi 2.000,00 Pada tanggal 31 Desember 1987 untuk mengakui pendapatan bunga tahun pertama, dibuat jurnal sebagai berikut: Pendapatan Bunga Ditangguhkan-Lease 7.601,84 Pendapatan Bunga-Lease 7.601,84 Pada tanggal 31 Desember 1987, investasi bersih dalam capital lease dilaporkan di neraca lessor sebagai aktiva lancar dan aktiva tidak lancar (tetap). Bagian yang akan dibayar dalam satu tahun disajikan sebagai aktiva lancar, dan sisanya disajikan sebagai aktiva tidak lancar (tetap), Jumlah investasi bersih tanggal 31/12/87 sebesar Rp 83.620,22, yaitu: 266 sercarmtete LESSOR COMPANY Tabel amortisasi lease (Annuity due basis) Executory | Bunga (10%) |Penutupan | Investas Cost | dariinvestasi | Investasi Bersih bersih b) © 100.000,00 25.981,62 2.000,00 -0- | 23.981,62 76.018,38 25.981,62 2.000,00 7.601,84 | 16.379,78 59.638,60 25.981,62 2.000,00 5.963,86 | 18.017,76 41.620,84 25.98162 2.000,00 4.162,08 | 19.819,54 21.801,30 25.981,62 2.000,00 2.180,30 | 21,801,30 7 129,90810 10.000,00 19,90810* | 100.000,00 (a) Sewa tahunan yang memberikan tingkat hasil 10% dari investasi bersih (b) Executory cost yang termasuk dalam pembayaran sewa (©) Sepuluh persen dari saldo sebelumnya (e), kecuali tanggal 1/1/87 (d) (a) minus (b) dan (c) (©) Saldo sebelumnya minus (4) * Dibuatlan 19 sen saldo investasi bersih 1/1/87 (Plus) piutang bunga untuk tahun 1987 1,601.84 Jumlah investasi bersih 31/12/87 Rp 83.620,22 atau, Piutang Pembayaran Sewa (investasi kotor) 31/12/87 Rp —_‘95.926,48 Pendapatan Bunga Ditangguhkan 31/12/87 12.306,26 Jumlah investasi bersih 31/12/87 Rp _83.620,22 Dari jumlah tersebut, yang akan diterima tahun 1988, adalah pengembalian investasi Rp 16.379,78 ditambah bunga Rp 7.601,84. Sisanya, Rp 59.638,60 (Piutang Pembayaran Sewa Rp71.944,86 [Rp 23.98 1,62 X 3] minus Pendapatan Bunga Ditangguhkan Rp 12.306,60 [Rp 5,963,86 + Rp 4.162,08 + Rp 2.180,32] dilaporkan sebagai aktiva tidak lancar. Penyajiannya dalam neraca tanggal 31/12/87 adalah sebagai berikut: 267 Aktiva Lancar Investasi Bersih dalam Capital Lese Rp 23.981,62 Aktiva Tetap: Investasi Bersih dalam Capital Lease - Jurnal untuk mencatat penerimaan sewa dan pengakuan bunga tahun ke dua adalah sebagi berikut: Kas 25.981,62 Piutang Pembayaran Sewa 23.981,62 Utang Biaya Ansuransi 2.000,00 Pendapatan Bunga Ditangguhkan-Lease 5.963,86 Pendapatan Bunga-Lease 5.963,86 Jumal yang dibuat sampai tahun 1991 (tahun terakhir) sama dengan jurnal-jumnal yang dibuat tahun sebelumnya, kecuali jurnal pengakuan bunga. Karena piutang telah sepenuhnya Tunas tanggal 1/1/91, maka tidak ada saldo investasi yang menghasilkan bunga bagi lessor. Pada saat masa sewa telah berakhir, rekening Piutang Pembayaran Sewa dan Pendapatan Bunga Ditangguhkan akan bersaldo nol. Lessor tidak mencatat depresiasi, Jika pada akhir masa sewa equipmen dibeli lessee dengan harga Rp 5.000, maka lessor mencatatnya sebagai berikut: Kas 5.000,00 Laba atas Penjualan-Lease Equipmen 5.000,00 Klasifikasi Utang Sewa/Investasi Bersih (Ordinary Annuity) Klasifikasi utang sewa/investasi bersih yang diuraikan sebelumnya adalah untuk situasi annuity due, bagaimana kalau ordinary annuity ? Kalau kita mengacu pada contoh-contoh sebelumnya, pembayaran sewa dilakukan pada awal tahun (pembayaran sewa pertama dilakukan pada tanggal 1/1/87, yaitu saat persetujuan lease) atau annuity due, bagaimana kalau pembayaran sewa dilakukan pada akhir tahun (pembayaran sewa pertama dilakukan pada tanggal 31/12/87, yaitu setahun setelah tanggal persetujuan) atau ordinary annuity? Seperti telah dibahas dalam sub bahasan akuntansi untuk lessee, utang lancar lessee tanggal 31/12 (Rp 23.981,62) adalah atas pembayaran yang akan dilakukan pada tanggal 1/ 1 tahun berikutnya. Begitu juga seperti yang telah dibahas pada sub bahasan akuntansi untuk lessor, aktiva lancar lessor tanggal 31/12 (Rp 23.981,62) adalah jumlah yang akan diterima tanggal 1/1 tahun berikutnya. Tanggal neraca kedua belah pihak adalah 31/12, dan tanggal pembayaran sewa 1/1 (kurang dari satu tahun), sehingga nilai tunai pembayaran sewa yang akan dilakukan tanggal 1/1 (Rp 23.981,62) adalah sama dengan besarnya pembayaran sewa (Rp 23.981,62). ‘Apa yang terjadi apabila dalam situasi ordinary annuity ? Misalnya apabila pembayaran sewa seperti dalam contoh-contoh sebelumnya tidak ditakukan pada awal tahun (1/1), tetapi dilakukan pada akhir tahun (31/12) ? FASB tidak menunjukkan bagaimana mengukurjumlah yang lancar dan jumlah yang tidak lancar, hanya menyaratkan bahwa utang sewa di neraca harus diklasifikasikan sebagai utang lancar (jangka pendek) dan utang tidak Jancar (jangka panjang) seperti halnya dengan utang-utang yang lan. Metode yang paling umum untuk mengukur bagian yang merupakan utang lancar dalam ordinary annuity Jease adalah metode perubahan nilai tunai (change in present value method). Sebagai contoh penggunaan metode perubahan nilai tunai, kita asumsikan kasus Lessor Company/Lessee Company terdahulu merupakan situasi ordinary annuity, dan dianggap executory cost Rp 2.000 tidak ada. Karena pembayaran sewa dilakukan pada akhir periode, dengan tingkat bunga efektif 10%, jumlah pembayaran sewa per tabun selama lima tahun dihitung oleh lessor sebagai berikut: Cost equipment yang dileasekan Rp100.000,00 ( Present Vale atas nilai residu -0- Jumlah yang harus ditutup lessor dari penerimaan sewa Rp_100,000.00 Pembayaran sewa selama lima tahun, dibayar tiap awal tahun, dengan tingkat hasil 10% (Rp 100.000 : 3,79079) Rp 26,379.73 ‘Tabel amortisasi ordinary annuity dibuat sebagai berikut: LESSOR COMPANY Tabel amortisasi lease (Annuity due basis) Tanggal Bunga Pengurangan sewa tahunan 10% Pokok (principial) Saldo Utang V/87 7 100.000,00 31/12/87 Rp26.379,73 | Rp10.000,00 Rp16.379,73 83.620,00 31288 26.379,73 " 8.362,03 18.017,70 65.602,57 31/12/89 26.379,73 560,26 19.819,47 45.783,10 31/12/90 26.379,73 4578,31 21.801,42 23,981,68 31/1201 (26.379,73 2.398,05 - 23,981,68 0} Rp131.898,65 | Rp31.898,65 Rp100,000,00 ” eA EEE SE Jumlah utang lancar (jangka pendek)/investasi bersih lancar (jangka pendek) dengan menggunakan metode perubahan nilai tunai pada tanggal 31/12/87 adalah Rp 18.017,70 (Rp 83.620,27 - Rp 65.620,57), dan pada tanggal 31/12/88 adalah Rp 19.819,47 (Rp 65.602,57 - Rp 45.783,10). Utang sewa/investasi bersih yang tidak lancar diklasifikasikan sebagai utang/investasi jangka panjang, yang pada tanggal 31/12/87 berjumlah Rp 65.602,57. Jadi, baik dalam situasi annuity due maupun ordinary annuity melaporkan pengurang pricipal (pokok) periode berikutnya sebagai utang lancar/aktiva lancar. Dalam situasi annuity due, bunga yang diakui dalam suatu tahun, belum dibayar sampai dengan akhir tahun. Pembayaran dilakukan pada awal tahun berikutnya. Sebagai akibatnya, dalam situasi tersebut utang lancar/investasi lancar timbul Karena pembayaran pokok dan pembayaran bunga yang akan diterima pada periode berikutnya. Dalam situasi ordinary annuity, bunga yang diakui pada suatu periode dibayar pada periode yang sama, oleh karena itu hanya pengurang principal (pokok) yang disajikan sebagai utang/aktiva lancar. Operating Method (Lessor) Dalam metode operating lease, tiap-tiap penerimaan sewa oleh lessor dicatat sebagai pendapatan sewa. Aktiva yang disewakan didepresiasi dengan cara biasa, dan biaya depresiasi tersebut kemudian ditandingkan dengan pendapatan sewa pada periode yang bersangkutan. Pendapatan sewa yang diakui pada tiap-tiap periode akuntansi jumlahnya tetap (straight-line basis), kecuali dalam perjanjian lease ditentukan lain, atau ada dasar yang lebih tepat. Beban depresiasi, biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lain dibebankan sebagi biaya pada periode bersangkutan. Sebagai contoh, kontrak lease pada contoh sebelumnya tidak memenuhi kriteria kapitalisasi, oleh karena itu harus diperlakukan sebagai operating lease. Untuk mecatat penerimaan kas pembayaran sewa, termasuk didalamnya Rp 2.000 untuk pembayaran asuransi, dibuat jurnal sebagai berikut: Kas 25,981,62 Pendapatan Sewa 25.981,62 Depresiasi dicatat oleh lessor sebagai berikut (menggunakan metode garis lurus, cost aktiva Rp 100.000, dengan umur 5 tahun): Biaya Depresiasi-Eqipmen Dileasekan 20.000,00 Akumulasi Depresiasi-Equipmen Dileasekan 20.000,00 Jika biaya pajak, asuransi, pemeliharaan, dan biaya-biaya operasional lainnya dalam suatu tahun merupakan kewajiban (tanggung jawab) lessor, maka dicatat sebagai biaya dan akan dibebankan pada pendapatan sewa. Aktiva yang dileasekan harus dipisahkan dengan aktiva yang lain, dan diberi nama yang cocok, misalnya saja Aktiva yang Dileasekan kepada Pihak Lain atau Investasi pada Aktiva yang Dileasekan; akumulasi depresiasi di sajikan sebagai pengurang investasi. Jika jumlahnya material, pendapatan sewa dan biaya-biaya yang bersangkutan disajikan secara terpisah dengan pendapatan dari penjualan dan harga pokok penjualan di laporan rugi-laba. 270 SA SS BRENMER Pe MASALAH-MASALAH KHUSUS AKUNTANS!I SEWA GUNA USAHA Masalah-masalah khusus dalam akuntansi kontrak lease: 1. Nilai residu 2. Sales-Type Lease 3. Harga beli hak opsi 4. Initial direct costs 5. Sale lease-backs Nilai Residu Nilai residu adalah taksiran nilai wajar aktiva yang dileasekan pada akhir masa sewa. Scringkali, nilai residu mempunyai jumlah yang besar, terutama apabila masa lease lebih pendek dari umur ekonomis aktiva. Apabila kontrak sewa tidak memindahkan hak pemilikan aktiva pada akhir masa sewa (kriteria 1), dan tidak memuat hak opsi untuk membeli, pada akhir masa lease (kriteria 2), lessee mengembalikan aktiva yang dilease kepada lessor. Nilai residu mungkin dijamin atau tidak dijamin oleh lessee. Sebagai contoh, apabila lessee menyetujui untuk membayar kekurangan atas nilai residu yang ditetapkan (taksiran harga pasar pada akhir masa sewa) dengan jumlah yang direalisasi lessor (harga pasar sesungguhnya), maka berarti nilai residu yang ditetapkan tersebut dijamin oleh lessee. Nilai residu, baik dijamin maupun tidak dijamin, mempunyai konsekuensi ekonomik bagi lessor (tentu saja, nilai residu yang dijamin lebih terjamin untuk dapat direalisasi oleh lessor). Sebagai akibatnya, jumlah sewa harus disesuaikan, karena lessor mendapatkan tambahan penutupan bagi investasinya. Dengan kata lain, tidak seluruh harga pasar aktiva ditutup dari penerimaan sewa, karena sebagian dari jumlah tersebut akan ditutup dengan jumlah realisasi nilai residu. Setelah jumlah sewa ditetapkan, kemudian dari sudut pandang akuntansi pihak lessor tidak ada pembedaan antara nilai residu yang dijamin maupun yang tidak dijamin. Investasi bersih yang dicatat oleh lessor (pada waktu sewa ditentukan) akan sama apakah nilai residu dijaminkan atau tidak dijaminkan, Sebagai contoh kita menggunakan data yang sama dengan contoh sebelumnya, yaitu kontrak lease antara Lessor Company dengan Lessee Company kecuali nilai residu pada akhir masa lease ditaksir berjumlah Rp 5.000. Dengan nilai residu Rp 5.000 baik dijamin maupun tidak, dan tingkat hasil yang diinginkan 10%, Lessor Company akan menghitung jumlah pembayaran sewa sbb: PERHITUNGAN PEMBAYARAN SEWA LESSOR (ROI 10%) (Annuity due basis, termasuk nilai residu) Nilai residu dijamin maupun tidak dijamin « Cost equpment yang dileasean Rp100,000,00 (-) Present Vale atas nilai residu (Rp 5.000X 0,62092 3,104,60 Jumilah yang harus ditutup lesor dari penerimaan sewa Rp 100.000,00 Pembayaran sewa lima periode Rp 96.895,40 : 4,1696) a7 Jumlah pembayaran sewa berbeda dengan yang terdahulu, dimana tidak ada nilai residu. Jumlahnya lebih rendah karena jumlah yang harus ditutup lessor (Rp 100.000) dikurangi dengan present value nilai residu (3.104,60). Akuntansi Lessee untuk Nilai‘Residu Apakah taksiran nilai residu dijamin atau tidak dijamin, mempunyai konsekuensi ekonomi maupun akuntansi bagi lessee. Perbedaan akuntansinya terletak pada pembayaran sewa minimum yang dipergunakan sebagai dasar kapitalisasi. Pembayaran sewa minimum termasuk didalamnya nilai residu yang dijamin, tetapi tidak termasuk nilai residu yang tidak dijamin. Nilai Residu yang Dijamin (Akuntansi Lessee). Nilai residu yang dijamin mempengaruhi perhitungan pembayaran sewa minimum lessee, oleh karena itu juga mempengaruhi jumlah aktiva dan utang yang dikaputalisasi. Dengan dijaminnya nilai residu maka akan ada pembayaran tambahan pada akhir masa sewa. Menggunakan jumlah pembayaran sewa yang dihitung lessor di atas, pembayaran sewa minimum berjumlah Rp 121.185,45 ({Rp 23.237,09 X 5] + Rp 5.000). Kapitalisasi nilai tunai pembayaran sewa minimum (tidak termasuk executory cost) dihitung sebagai berikut: 7 JUMLAH YANG DIKAPITALISASI LESSEE (tingkat bunga 10%) (annuity due basis, termasuk nilai residu yang dijamin) Present value lima kali pembayaran sewa (Rp 23.237 x 4,19986) Rp 96.895,40 Nilai residu yang dijamin berjumlah Rp 5.000 pada 5 tahun setelah tanggal persetujuan (Rp 5.000 x 0,62092) 3.104,60 Jumlah yang dikapitalisasi lesse Rp 100.000,00 Tabel biaya bunga dan amortisasi utang sewa Rp 100.000 yang akan menghasilkan pembayaran terakhir Rp 5.000 atas nilai residu yang dijamin oleh Lessee Company disajikan pada tabel halaman berikut ini : Jika pada akhir masa lease, harga pasar dari nilai residu kurang dari Rp 5.000, Lessee Company mencatat kerugian. Sebagai contoh, dimisalkan lessee Company mendepresiasi aktiva lease hingga menunjukkan nilai residu Rp 5.000, tetapi ternyata harga pasar dari nilai residu pada tanggal 31/12/91 hanya Rp 3.000. Pada kasus seperti ini, Lessee Company harus mencatat kerugian Rp 2.000. Jurnal pencatatannya adalah sebagai berikut (diasumsikan kekurangan harga pasar atas nilai residu dibayar dengan kas oleh Lessee): Kerugian atas Kapital Lease 2.000 Utang-SGU 5.000 Akumulasi Depresiasi-Equipmen SGU 95.000 7 Equipment-SGU 100.000 Kas 2.000 ‘Apabila harga pasar melebihi Rp'5.000, maka diakui sebagai laba. Laba atas penjaminan nilai residu mungkin dibagi diantara lessor dan lessee menurut rasio yang disetujui dalam kontrak. LESSOR COMPANY Tabel amortisasi lease (Annuity due basis) ‘Tanggal | Pembayaran| Executory Bunga atas Pengura- ‘Utang sewatahunan| ~ Cost| Utang yang be-| ngan Utang Lease +NRD lum Dibayar Lease ae @) o © @ ©. ws7 | 100,000,00 WV1/87 25.237,90 | Rp2.000,00 -0-| Rp23.237,09 | 76.762,91 VU88 25.237,09 2,000,00: Rp7.676,29 15.560,80| 61.202,11 1/1/89 25.237,09 2.000,00} 6.120,21 17.116,88} 44.085,23 1/1/90 25.237,09 2.000,00 4.408,52 18.828,57 | 25.256,66 vil 25.237,09 2.000,00 2.525,67 20.711,42| 4,545,247 31/12/91 5.000,00* aaa 4.545,24 -0- Rp131.185,45 | Rp10.000,00 Rp21.185,45 |Rp100.000,00 (a) Pembayaran sewa tahunan oleh lessee (b) Executory cost yang termasuk dalam pembayaran sewa (c) Sepuluh persen dari saldo sebelumnya x 10% kecuali tanggal 1/1/87 (@) (a) minus (b) dan (c) (e) Saldo sebelumnya minus (4) * Menunjukkan nilai residu yang dijamin, seluruh tersebut atau sebagian akan dibayar apabila nilai residu tanggal 31/12/91 kurang dari Rp 5.000 ** Dibuatlan 24 sen Nilai Residu yang Tidak Dijamin (Akuntansi Lessee). Nilai residu yang tidak dijamin dari sudut pandang lessee sama dengan apabila tidak ada nilairesidu pada akhir masa lease, Didalam menghitung pembayaran sewa minimum dan kapitalisasi aktiva dan titang, lessee tidak memasukkan jumlah nilai residu yang tidak dijamin. Sebagai contoh. misalnya nilai residu Rp 5.000 contoh sebelumnya apabila tidak dijamin. Pembayaran sewa tahunan akan sama Rp 23.237,00 karena baik nilai residu dijamin ataupun tidak, jumlah yang harus ditutup Lessor Company dari penerimaan sewa adalah Rp 96.895,40. Pembayaran 273 So nn este Sewa minimum adalah Rp 116.185,45 (Rp 23.237,09 x 5). Lessee Company akan mengkapitalisasi dengan jumlah sebagai berikut: JUMLAH YANG DIKAPITALISASI LESSE (tingkat bunga 10%) (annuity due basis, termasuk nilai residu yang dijamin) - Present value lima kali pembayaran sewa (Rp 23.237 x 4,16986) Rp 96.895,40 Nilai residu yang dijamin berjumlah Rp 5.000 (tidak dikapitatisasi) 0- Jumlah yang dikapitalisasi lesse Rp 96.895,40 Tabel biaya bunga dan amortisasi utang lease Rp 96.895,40 yang dibuat Lessee Company adalah sebagai berikut: LESSOR COMPANY Tabel amortisasi lease (Annuity due basis) V87 Rp96.895,40 W/1/87 25.237,90 | Rp2.000,00 -0- | Rp23.237,09 73.658,31 V1/88 25.237,09 2.000,00 | Rp7.365,83 15.871,26 57.658,61 W189 25.237,09 2.000,00 5.778,71 17.458,28 40.328,67 1/1/90 25.237,09 2.000,00 4.032,87 19.204,22 21.124,45 VV91 25.237,09 2.000,00 2,112,64* 21.124,45 -0- Rp126.185,45 | Rp10.000,00 | Rp19.290,05 Rp96.895,40 (@) Pembayaran sewa tahunan oleh lessee (6) Executory cost yang termasuk dalam pembayaran sewa (©) Saldo sebelumnya x 10% kecuali tanggal 1/1/87 d) (a) minus (b) dan (c) (©) Saldo sebelumnya minus (4) ** Dibuatlan 24 sen 274 Levene Ke Apabila ternyata pada akhir masa lease harga pasar equipmen tersebut Rp 3.000, maka tidak ada kerugian yang harus diakui Lessee Company. Pada tanggal tersebut aktiva telah habis didepresiasi dan utang telah sepenuhnya diamortisasi, Jurnal yang dibuat pada akhir masa lease hanya diperlukan untuk menghilangkan saldo rekening Equipmen-SGU dan Akumulasi Depresiasi Equipmen-SGU. Jumal-jurnal yang dibuat oleh Lessee Company apabila nilai residu dijamin dan tidak dijamin adalah sebagai berikut: 1987 >Kapitalisasi kontrak lease 1/1/87 Equipmen-SGU —_100.000,00 Utang-SGU 100.000,00 >Pembayaran sewa pertama 1/1/87 Biaya Asuransi 2.000,00 Utang-SGU 23.237,09 Kas 25.237,09 >Jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga 31/12/87 Biaya Bunga 7.616,29 Utang Bunga 7.616,29 >Jurnal untuk mencatat depresiasi 31/12/87 Depresiasi Equipmen-SGU19.000,00 ‘Akom. Depresiasi Equipmen- SGU ({Rp 100.000 - Rp 5.000] : 5 tahun) 19.000,00 1988 >Pembayaran ke dua 1/1/88 Biaya Asuransi 2.000,00 Utang-SGU 15.560,80 Utang Bunga 7.616,29 Kas 25.237,09 1987 Kapitalisasi kontrak lease 1/1/87 Equipmen-SGU _-96.895,40 Utang-SGU 96.895,40 Pembayaran sewa pertama 1/1/87 Biaya Asuransi 2.000,00 Utang-SGU 23.237,09 Kas 25.237,09 Jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga 31/12/87 Biaya Bunga Utang Bunga 7.365,83 7.365,83 Jurnal untuk mencatat depresiasi 31/12/87 Depresiasi Equipmen-SGU19.379,08 ‘Akum. Depresiasi Equipmen- sGU 19.379,08 (Rp 96.895,40 : 5 tahun) 1988 Pembayaran ke dua 1/1/88 Biaya Asuransi 2.000,00 Utang-SGU 15.871,26 Utang Bunga 7,365,83 Kas 25.237,09 275 >Jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga 31/12/88. Biaya Bunga 6.120,21 Utang Bunga 6.120,21 >Jurnal untuk mencatat depresiasi 31/12/88 Depresiasi Equipmen-SGU19.000,00 Akum. Depresiasi Equipmen- sGu 19.000,00 1989 >Pembayaran ke tiga 1/1/89 Biaya Asuransi 2.000,00 Utang-SGU 17.116,88 Utang Bunga 6.12021 Kas 25.237,09 >Jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga 31/12/89 Biaya Bunga 4,408.52 Utang Bunga 4.408,52 >Jurnal untuk mencatat depresiasi 31/12/89 Depresiasi Equipmen-SGU19.000,00 Akum, Depresiasi Equipmen- sGU 19.000,00 1990 >Pembayaran ke empat 1/1/90 Biaya Asuransi 2.000,00 Utang-SGU 18.828,57 Utang Bunga 4,408,52 Kas 25.237,09 >Jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga 31/12/90 Biaya Bunga 2.525,67 Utang Bunga 2.526,67 276 Jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga 31/12/88 Biaya Bunga 5.778,71 Utang Bunga 5.778,71 Jurnal untuk mencatat depresiasi 31/12/88 Depresiasi Equipmen-SGU19.379,08 Akum. Depresiasi Equipmen- SGU 19,379,08 1989 Pembayaran ke tiga 1/1/89 Biaya Asuransi 2.000,00 Utang-SGU 17.458,38 Utang Bunga 5.778,71 Kas 25.237,09 Jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga 31/12/89 Biaya Bunga 4.032,87 Utang Bunga 4.032,87 Jurnal untuk mencatat depresiasi 31/12/89 Depresiasi Equipmen-SGU19.379,08 Akum. Depresiasi Equipmen- scu 19.379,08 1990 Pembayaran ke empat 1/1/90 Biaya Asuransi 2.000,00 Utang-SGU 19.204,22 Utang Bunga 4,032.87 Kas 25.237,09 Jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga 31/12/90 Biaya Bunga 2.112,64 Utang Bunga 2.112,64 >Jurnal untuk mencatat depresiasi 31/12/90 Depresiasi Equipmen-SGU19.000,00 ‘Akum. Depresiasi Equipmen- SGU 19.000,00 1994 >Pembayaran ke lima 1/1/91 Biaya Asuransi 2.000,00 Utang-SGU 20.711,42 Utang Bunga 2.525,67 Kas 25.237,09 >Jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga atas nilai residu 31/12/91 Biaya Bunga 454,76 Utang-SGU 454,76 >Jurnal untuk mencatat depresiasi 31/12/91 Depresiasi Equipmen-SGU19.000,00 ‘Akum. Depresiasi Equipmen- SGU 19.000,00 >Jurnal untuk mencatat pengembalian equipmen kepada lessor, apabila pada tanggal 31/12/91 equipmen mempunyai harga pasar Rp 3.000 Rugi atas Kapital Lease2.000,00 Utang-SGU 5.000,00 Akum. Depresiasi Equipmen- SGU 95.000,00 Equipmen-SGU 100.000,00 Kas 2.000,00 Jurnal untuk mencatat depresiasi 31/12/90 Depresiasi Equipmen-SGU19.379,08 ‘Akum. Depresiasi Equipmen- SGU 19.379,08 1991 Pembayaran ke lima 1/1/91 Biaya Asuransi 2.000,00 Utang-SGU 21.124,45 Utang Bunga 2.11264 Kas 25.237,09 Jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga atas nilai residu 31/12/91 Tidak ada Jurnal untuk mencatat depresiasi 31/12/91 Depresiasi Equipmen-SGU19.378,08 ‘Akum, Depresiasi Equipmen- sGuU 19.378,08 Jurnal untuk mencatat pengembalian ‘equipmen kepada lessor, apabila pada tanggal 31/12/91 equipmen mempunyai harga pasar Rp 3.000 ‘Akum. Depresiasi Equipmen-SGU 96.895,40 Equipmen-SGU 96.895,40 Akuntansi Lessor untuk Nilai Residu Sepertitelah dijelaskan sebelumnya, investasi bersih yang harus ditutup dari penerimaan sewa oleh lessor akan sama, apakah nilai residu dijamin atau tidak dijamin, Lessor ‘mengasumsikan bahwa nilai residu akan dapat direalisasi sepenuhnya, baik dijamin atau tidak, Sepertitelah ditunjukkan pada hal 1, lessor menetapkan jumlah sewa tiap tahun dengan Jumlah yang sama (Rp 23.237,09), baik nilai residu dijamin maupun tidak dijamin, Perbedaan akuntansinya bagi lessor hanya apabila kontrak lease tersebut merupakan direct financing lease atau sales-type lease, seperti yang akan dibahas berikut ini. Direct Financing Lease Dengan menggunakan data Lessee Company/Lessor Company, diasumsikan nilai residu Rp 5.000 (dijamin ataupun tidak), dan diklasifikasikan sebagai direct financing lease, jumlah-jumlah yang harus dihitung adalah: Investasi Kotor = (Rp 23.237,09 x 5) + Rp 5.000 = Rp 121.185,45 Pendapatan Bunga Ditangguhkan = Rp 121.185,45 - Rp 100.000 = Rp 21.185,45 Investasi Bersih = Rp 121.185,45 - Rp 21.185,45 = Rp 100.000 Tabel amortisasi baik nilai residu dijamin atau tidak adalah sebagai berikut: LESSOR COMPANY Tabel amortisasi lease (Annuity due basis) Tanggal | Pembayaran| Executory | Bunga atas | Penutupan| Investasi sewa tahunan Cost | Investasi Investasi| Bersih +NRD | Bersih (a) (b) © @ ©) ee 1/1/87 100.000,00 1/1/87 25.237,90 | Rp2.000,00 -0- | Rp23.237,09} 76.762,91 1/88 25.237,09 | 2.000,00 | Rp7.676,29 15.560,80| 61.202,11 1/89 25.237,09| 2.00000 | 6.120,21 17.116,88| 44.085,23 1/1/90 25.237,09} —2.000,00 | 4.408,52 18.828,57) 25.256,66 v1 25.237,09 | 2.00000 | 2.525,67 20.711,42| 4,545,247 31/12/91 5.000,00* 454,76** 4.545,24 -0- Rp131.185,45 | Rp10.000,00 |Rp21.185,45 | Rp100.000,00 (a) Pembayaran sewa tahunan oleh lessee (b) Executory cost yang termasuk dalam pembayaran sewa 278 nahmep sense: (c) Saldo sebelumnya x 10% kecuali tanggal 1/1/87 (@ (@) minus (b) dan (©) (e) Saldo sebelumnya minus (4) * Menunjukkan nilai residu yang dijamin, seluruh tersebut atau sebagian akan dibayar apabila nilai residu tanggal 31/12/91 kurang dari Rp 5.000 ** Dibuatlan 24 sen Dengan ménggunakan jumlah-jumlah yang dihitung di atas, jurnal-jurnal yang dibuat lessor selama tahun pertama direct financing lease adalah: Lessor Company Jurnal-jurnal yang dibuat lessor baik nilai residu dijamin atau tidak Persetujuan kontrak lease tanggal 1/1/87 Piutang Pembayaran Sewa 121.185,45 Equipmen 100.000,00 Pendapatan Bung Ditangguhkan-Lease 21,185.45 Penerimaan pembayaran sewa pertama tanggal 1/1/87 Kas 25.237,09 Piutang Pembayaran Sewa 23.237,09 Utang Biaya Asuransi 2.000,00 Jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga tanggal 31/12/87 Pendapatan Bunga Ditangguhkan-Lease Rp 7.676,29 Pendapatan Bunga-Lease Rp 7.676,29 Sales-Type Lease (Lessor) Sepertitelah dijelaskan, perbedaan utama antara direct financing lease dengan sales-type ease adalah adanya laba (rugi) yang diperoleh lessor sebagai pabrikan atau dealer. Informasi yang diperlukan untuk mencatat sales-type lease adalah sebagai berikut: 1. Investasi Kotor (Piutang Pembayaran Sewa). Pembayaran sewa minimum plus nilai residu yang tidak dijamin. 2, Pendapatan Bunga Ditangguhkan. Investasi kotor dikurangi harga pasar aktiva. 3, Harga Penjualan Aktiva. Nilai tunai pembayaran sewa minimum. 4. Harga Pokok Penjualan. Harga pokok aktiva (cost) dikurangi nilai tunai nilai residu yang tidak dijamin. Perlu diingat bahwa jumlah investasi kotor dan pendapatan bunga ditangguhkan akan sama, baik nilai residu dijamin atau tidak, Nilai residu yang dijamin termasuk dalam pembayaran sewa minimum dan nilai residu yang tidak dijamin ditambahkan pada pembayaran sewa minimum untuk mendapatkan jumlah investasi kotor. Jadi kedua- 279 Ae Ban tS a Ace cS Sa ARON BORER ie Ah ts aL Ma ecb tehats duanya masuk dalam jumlah investasi kotor. Perbedaan akuntansi untuk nilai residu dijamin atau tidak dijamin terletak pada jumlah yang harus dicatat sebagai pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan. Dalam hal nilai residu dijamin, nilai residu diperlakukan sebagai bagian pendapatan penjualan, karena menurut pandangan lessor seluruh aktiva telah terjual. Apabila nilai residu tidak dijamin, belum tentu jumlah tersebut sudah terjual (dapat direalisasi), oleh karena itu penjualan dan harga pokok penjualan yang diakui hanya untuk bagian dari aktiva yang realisasinya terjamin. Namun demikian, jumlah laba(rugi) atas penjualan aktiva tersebut akan sama apakah nilai residu dijamin atau tidak, Perbedaan ke dua situasi tersebut terletak pada jumlah yang dicatat sebagai penjualan dan harga pokok penjualan. Sebagai contoh sales-type lease dengan nilai residu dijamin dan tidak dijamin, kita ambil contoh sebelumnya. Taksiran nilai residu Rp 5.000 (dengan nilai tunai Rp 3.104,60) dan harga pokok equipmen yang dileasekan Rp 85.000. Pada akhir masa sewa harga pasar equipmen Rp 3.000. Jumlah-jumlah yang relevan dengan sales-type lease dihitung sebagi berikut: Sales-type Lease Nilai Residu DijaminNilai —_ Residu Tidak Dijamin Investasi Kotor Rp 121.185,45 (Rp 23.237,09 x 5] + Rp 5.000) sama Pendapatan Bunga Ditangguhkan Rp 21.185,45, (Rp 121.185,45 - Rp 100.000) sama Harga jual equipmen Rp 100.000 (Rp 96.895,40 + Rp 3.104,60) Rp 96.895,40 Harga Pokok Penjualan Rp 85.000 Rp 81.895,40 (Rp 85.000 - Rp 3.104,60) Laba Kotor Rp 15.000 (Rp 100.000 - Rp 85.000) Rp 15.000 (Rp 96.895,40 - Rp 81.895,40) Jurnal untuk mencatat transaksi tanggal 1/1/87 dan penerimaan nilai residu pada akhir masa lease adalah sebagai berikut: 280 LESSOR COMPANY Jurnal-jurnal untuk nilai residu dijamin dan tidak dijamin Nilai Residu DijaminNilai Residu tidak Dijamin Mencatat persetujuan Sales-type lease 1/1/87 Harga Pokok Penjualan85.000,00 Piutang Pembayaran Sewal21.185,45 Pendapatan Penjualan 100.000,00 Pendapatan Bunga Ditangguhkan 21.185,45 Persediaan 85.000,00 Mencatat penerimaan pembayaran sewa pertama 1/1/87 Kas 25.237,09 Piutang Pembayaran Sewa —23.237,09 Utang Biaya sewa 2,000,00 Untuk mengakui bunga selama tahun pertama 31/12/87 Pendapatan Bunga Ditangguhkan 7.676,29 Pendapatan Bunga 7.616,29 Untuk mencatat penerimaan pembayaran ke dua 1/1/88 Kas 25.237,09 Piutang Pembayaran Sewa —-23.237,09 Utang Biaya Asuransi 2.000,00 Untuk mengakui bunga selama tahun ke dua 31/12/88 Pendapatan Bunga Ditangguhkan 6.120,21 Pendapatan Bunga 6.120,21 Nilai Residu DijaminNilai Residu tidak Dijamin Mencatat persetujuan Sales-type lease 1/1/87 Harga Pokok Penjualan81.895,40 Piutang Pembayaran Sewal21.185,45, Pendapatan Penjualan 96.895,40 Pendapatan Bunga Ditangguhkan 21.185,45 Persediaan 85.000,00 Mencatat penerimaan pembayaran sewa pertama 1/1/87 Kas 25.237,09 Piutang Pembayaran Sewa —23.237,09 Utang Biaya sewa 2,000,00 Pendapatan Bunga Ditangguhkan 7.676,29 Pendapatan Bunga 7.616,29 Kas 25.237,09 Piutang Pembayaran Sewa ——-23.237,09 Utang Biaya Asuransi 2.000,00 Pendapatan Bunga Ditangguhkan 6.120,21 Pendapatan Bunga 6.120,21 281 Untuk mengakui penerimaan nilairesidu pada Untuk mengakui penerimaannilairesidu pada akhir masa sewa 31/12/91 akhir masa sewa 31/12/91 Persediaan 3.000.00 Persediaan 3.000,00 Kas 2.000.00 Kerugian atas Kapital Lease?.000,00 Piutang Pendapatan Sewa 5,000.00 Piutang Pendapatan Sewa $.000.00 Laba ang diakui oleh Lessor Company pada saat penjualan jumlahnya sama Rp 15.000 apakab nilai residu dijamin atau tidak dijamin. tetapi jumlah pendapatan penjualan dan harga pokok penjualannya berbeda Bargain Purchase Option (Lessee) Adanya hak opsi memungkinkan lessee untuk membeli aktiv: angkutan pada akhir masa lease dengan harga yang jaub lebih murah dari taksiran nilai pasar aktiva di masa akan datang. sehingga pada tanggal persetujuan kontrak penggunaan hak tersebut terjamin secara layak. Jika ada hak opsi. lessee harus menambah nilai tunai pembayaran sewa minimum dengan nilai tunai harga beli (hak opsi) Sebagai contoh. kita ambil contoh sebelumnya jika ada hak opsi untuk membeli dengan harga Rp 5.000 pada akhir masa lease. taksiran nilai wajar aktiva saat itu Rp 18.000. Perbedaan yang besar tersebut akan menjamin penggunaan hak opsi oleh Lessee. Perhitungan- perhitungan (1) jumlah lima kali pembayaran sewa yang diperlukan lessor untuk mendapatkan tingkat hasil 10% dari investasi bersih. (2) jumlah pembayaran sewa minimum. (3) Jumlah yang dikapitalisasi sebagai aktiva lease dan utang lease. dan (4) amortisasi utang lease karena adanya hak opsi sama dengan apabila nilai residu dijamin. Oleh karena itu perhitungan- perhitungan, tabel amortisasi. dan jurnal-jurnal yang dibuat karena adanya hak opsi Rp 5.000. identik dengan apabila ada nilai residu Rp 5.000 yang dijamin. Initial Direct Cost (Lessor) Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lessor untuk bernegois kontrak sewa disebut initial direct cost. Termasuk dalam biaya tersebut adalah biaya komis legal fees, biaya pemeriksaan status keuangan lessee, biaya menyiapkan dan mempro dokumen, gaji sales person, dan upah-upah lainnya yang dikeluarkan dalam rangka menyelesaikan transaksi le: Dalam operating lease. lessor harus menangguhkan initial direct costdan mengalokasikan kepada seluruh masa lease proporsional dengan pendapatan sewa yang diakui. Dalam transaksi sales-type lease, lessor mengakui initial direct cost sebagai biaya pada periode pengeluaran, yaitu pada periode dimana laba dari penjuatan diakui. Sedang dalam direct fnancing lease, initial direct cost harus dialokasikan selama umur lease. dengan cara membebankan initial direct cost tersebut sebagai biaya pada periode pengeluaran dan mengakui pendapatan bunga pada periode yang sama, dengan jumlah yang sama dengan initial direct cost tersebut. 282 oreo. en . . 7 ener Sebagai contoh, misalnya Lessor Company mengeluarkan initial direct cost Rp 4.900 untuk mengadakan kontrak lease tersebut. Jumal yang dibuat adalah: Macam-macam Biaya (biaya komisi, biaya gaji, dll) 4,900 Kas/Utang biaya 4.900 Pendapatan Bunga Ditangguhkan 4.900 Pendapatan Bunga 4,900 Saldorekening Pendapatan Bunga Ditangguhkan dimortisasi selama umur sewa, dengan menerapkan metode bunga efektif. Karena Pendapatan Bunga Ditangguhkan telah dikurangi dengan initial direct cost, maka tingkat bunga implisit yang baru harus dihitung dan dipergunakan untuk mengamortisasi saldo Pendapatan Bunga Ditanggubkan. Sales-Leasepack Sales-Leaseback adalah transaksi dimana pemilik aktiva (Seller-Lessee) menjual aktivanya kepada pihak lain dan kemudian menyewanya kembali dari pemilik yang baru. Sebagai contoh misalnya sebuah perusahaan membeli tanah dan membangun gedung menurut spesifikasi yang diinginkannya, kemudian menjual gedung tersebut kepada investor dan menyewanya kembali. Pada umumnya, pada transaksi seperti itu aktiva dijual dengan harga yang sama dengan harga pasar atau lebih besar dan menyewa kembali selama umur pemakaian aktiva dan jumlah pembayaran sewanya cukup untuk membayar kembali kas yang diinvestasikan pembeli berikut tingkat hasil yang wajar. Mekanisme sale-leaseback sering dipergunakan untuk masalah pembelanjaan. Lessee. Jika kontrak lease memenuhi salah satu dari kriteria kapital lease, seller-lessee memperlakukan transaksi penjualan dan penyewaan tersebut sebagai capital lease. Jikatidak adakriteria yang dipenuhi seller-lessee memperlakukan transaksi tersebut sebagai operating ease. Laba (rugi) yang diperoleh seller-lessee dari penjualan dan penyewaan kembali yang diklasifikasikan sebagai capital lease, harus ditangguhkan dan diamortisasi selama umur sewa (atau umur ekonomis apabila memenuhi kriteria 1 dan 2) proporsional dengan depresiasi aktiva yang dilese. Sebagai contoh, jika Lessee Inc. menjual equipmen yang ‘mempunyai nilai buku Rp 580.000 dan harga pasar Rp 623.110 kepada Lessor Inc. dengan harga Rp 623.110 kemudian menyewa kembali dengan pembayaran sewa Rp 50.000 selama 20 tahun. Laba sebesar Rp 43.110 harus diamortisasi selama 20 tahun dengan tarip yang sama dengan depresiasi aktiva-lease Rp 623.110. Pada operating lease , laba(rugi) ditangguhkan dan diamortisas dengan proporsi yang sama dengan pembayaran sewa selama periode aktiva digunakan cleh lessee. Jika aktiva yang dilease berupa tanah, amortisasinya menggunakan garis lurus. Namun demikiam FASB mengatur apabila nilai pasar aktiva lebih rendah dari nilai bukunya (cost aktiva), kerugian harus diakui secepatnya dengan jumlah sebesar perbedaan tersebut. Sebagai contoh misalnya Lessee Inc. menjual equipmen yang mempunyai nilai buku Rp 650.000 dengan harga jual (pasar) Rp 623.110, kerugian sebesar Rp 26.890 seluruhnya dibebankan sebagai kerugian pada periode penjualan. 283 Lessor. Jika kontrak lease memenuhi salah satu kriteria Kelompok I, dan kedua kriteria Kelompok Il, purchaser-lessor mencatat transaksi kontrak lease tersebut sebagai pembalian dan direct financing lease. Jika kontrak lease tidak memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka purchaser-lessor mencatat transaksi tersebut sebagai pembelian dan operating lease. Contoh sale-leaseback Pada tanggal 1/1/87 Lessee Corp. menjual Boeing 747 miliknya dengan harga Rp 80.000.000 kepada Lessor Corp.. Nilai buku pewasat tersebut Rp 75.500.000. Setelah itu Lessee Corp. menyewa kembali pesawat tersebut dari pihak Lessor Corp. Informasi- informasi berkenaan dengan kontrak lease tersebut adalah: 1 .Masa sewa 15 tahun, tidak dapat dibatalkan, dan memerlukan pembayaran sewa Rp 12,487.443 pada setiap awal tahun. 2. Pesawat tersebut mempunyai harga pasar Rp 80.000.000 pada tanggal 1/1/87 dengan taksiran umur ekonomis 15 tahun. 3. Lessee Corp. membayar semua exeutory cost. 4 Lessee Corp. mendepresiasi dengan metode garis lurus selama 15 tahun. 5. Tingkat hasil yang diperhitungkan lessor 12% 6. Tingkat bunga pinjaman Lessee Corp. 12% Kontrak sease tersebut merupakan Kapital lease bagi Lessee Corp. karena masa sewa melebihi 75% dari umur ekonomis pesawat, dan present value pembayaran sewa lebih besar dari 90% harga pasar pesawat. Jika diasumsikan kolektibilitas pembayaran sewa terjamin dan tidak ada ketidakpastian tentang jumlah biaya-biaya tambahan yang akan dikeluarkan lessor, Lessor Corp. mengklasifikasikan kontrak lease tersebut sebagai direct financing lease. Jurnal-jumal untuk mencatat kontrak lease baik oleh lessor maupun lessee adalah sebagai berikut: Jurnal-jurnal untuk Sale-Leaseback Penjualan pesawat oleh Lessee kepada Lessor, v/87 Kas 80.000.000 Pesawat 80,000,000 Pesawat 75.500,000 Kas 80.000.000 Laba Ditangguhkan dari Sale-leaseback 4.500.000 PiutangSewa —_157.311.645 Pesawat 0.000.000 Pesawat-SGU 80.000.000 Pendapatan Bunga Utang-SGU 0.000.000 Ditangguhkan 7.311.645 (Rp 10.487.443 x 15 = Rp 157.311.645) 284 Pembayaran sewa pertama 1/1/87 Utang-SGU 10.487.443 Kas 10.487.443 Pembayaran dan pengeluaran executory cost oleh lessee selama tahun 1987 Asuransi, Pemeliharaan dIlxxxxx Kas/Utang Biaya XXX Biaya depresiasi pesawat, 31/12/87 Biaya Depresiasi 5.333.333 ‘Akum. Depresiasi Pesawat- SGU (Rp 80.000.000 : 15)Tidak ada jurnal 5.333.333 Amortisasi Laba atas Sale-Leaseback oleh Les- see tanggal 31/12/87 Laba Ditangguhkan dari Sale-Leaseback 300,000 Laba Direalisasi dari 300.000 Bunga untuk tahun 1987, 31/12/87 Biaya Bunga 8.341.507 Utang Bunga 8.341.507 ‘Tabel amortisasi lease sebagian: Tanggal Pembayaran sewa tahunan Bunga 12% W837 W837 W188 Rp 10.487.443, 10.487.443 Rp 8.341.507 en SaaS Kas Piutang Pembayaran Sewa 10.487.443 10.487.443 Pembayaran dan pengeluaran executory cost oleh lessee selama tahun 1987 Tidak ada jurnal Tidak ada jurnal Tidak ada jurnal Pendapatan Bunga Ditangguhkan 8.341.507 Pendapatan Bunga 8.341.507 Pengurangan Saldo Saldo Rp 80.000.000 Rp 10.487.443 69.512.557 2.145.936 67.366.621 SOAL-SOAL 1 286 Prinsip akuntansi yang berterima umum mengharuskan bahwa perjanjian sewa tertentu harus diperlakukan sesuai dengan tujuannya. Dasar teori perlakuan ini adalah karena sewa jenis ini a. Secara efektif memindahkan manfaat dan risiko dari pemilik aktiva b. Salah satu contoh subtansi lebih penting dari formalitas c. Menyerahkan penggunaan aktiva yang disewakan kepada penyewa (lesee) untuk periode waktu tertentu dd. Harus dicatat sesuai dengan konsep sebab dan akibat Jawab: a Profesi akuntansi menggunakan prinsip akuntansi yang menekankan subtansi ekonomi suatu transaksi dari pada formalitasnya. Oleh karena itu, lease yang mempunyai subtansi pembelian karena memindahkan semua manfaat dan risiko pemilikan harus diperlakukan sebagai pembelian. Informasi berikut untuk menjawab soal no. 2 dan 3. SFAS no. 13: “Accounting for Leases” menentukan empat kriteria untuk menentukan kapan suatu lease diklasifikasikan sebagai capital lease oleh lessee. Salah satu kriterianya adalah nilai tunai pembayaran sewa minimum pada awal sewa dibandingkan dengan nilai pasar aktiva yang disewa harus sama atau lebih besar dari a. 50 persen b. 60 persen c. 75 persen d. 80 persen e. 90 persen Jawab: € Kriteria Jainnya adalah jangka waktu sewa harus sama atau lebih besar dibanding persentase tertentu dari taksiran umur ekonomis aktiva. Persentase tersebut adalah a. 50 persen b. 60 persen c. 75 persen d. 80 persen e. 90 persen Jawab: ¢ Kontrak sewa Y memuat untuk hak membeli dan masa sewa sama dengan 75 persen taksiran umum ekonomis aktiva yang dilease. Kontrak sewa Z_memuat hak untuk membeli dan masa sewa lebih pendek dari 75 persen taksiran umur ekonmis aktiva yang dilease. Bagiamanakah lesee mengklasifikasikan kontrak-kontrak sewa tersebut? Kontrak Sewa Y Kontrak Sewa Z a. Operating lease Operating lease b. Operating lease Capital lease c. Capital lease Capital lease d. Capital lease Operating lease Jawab: ¢ Karena kedua kontrak lease tersebut memuat hak untuk membeli, makaharus dikapitalisasi Mana dari berikut ini yang oleh lesee pembayaran sewa bulanan harus dibebankan sebagai biaya sewa? Capital Lease a. Ya Tidak b. Ya Ya ce. Tidak Tidak d. Tidak Ya Jawab: d Dalam kapital lease, pembayaran sewa dibebankan sebagai biaya bunga dan perigurang utang sewa. PT Standar menyewakan equipmen kepada PT Pipih pada tanggal 1 Juli 1987 selama satu tahun berakhir tanggal 30 Juni 1988 dengan sewa Rp90.000 per bulan. Pada tanggal 1 Juli 1988 PT Standar menyewakan equipmen tersebut kepada PT Tina selama tiga tahun berakhir 30 Juni 1991 dengan sewa Rp100.000 per bulan. Equipmen tersebut disewakan mulai sejak tanggal 1 Juli 1983, didepresiasi dengan metode garis lurus selama delapan tahun tanpa nilai sisa. Diasumsikan kedua penyewaan tersebut, baik kepada PT Pipih maupun kepada PT Tina, untuk tujuan akuntansi tepat dicatat sebagai operating lease, berapah jumlah laba (biaya) sebelum pajak penghasilan yang dicatat oleh masing-masing perusahaan akibat fakta di atas untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1988? a. Rp390.000 (Rp540.000) (Rp600.000) b. Rp390.000 (Rp540.000) (Rp975.000) c. Rp.140.000 (Rp165.000) (Rp225.000) d. Rp1.140.000 (Rp915.000) (Rp600.000) Jawab: a Perhitungan Pendapatan sewa Penerimaan dari PT Pipih (6 bln x Rp90.000) Rp 540.000 Diterima dari PT Tina (6 bln x Rp100.000) -600.000 Total Rp 1.140.000 Dikurangi: Biaya depresiasi (1/8 x Rp6.000.000) 750.000 Laba bersih operasi dari penyewaan PT Pipih dan PT Tina masing-masing akan mencatat biaya sewa Rp540.000 (6 x Rp90.000) dan Rp600.000 (6 x Rp100.000) . 288 Sebuah sewa yang dicatat sebagai operating lease oleh lease, pembayaran sewa bulan harus di a. Dialokasikan sebagai biaya sewa dan biaya depresiasi b. Dialokasikan sebagai pengurang utang aktiva yang disewa dan biaya bunga c. Dicatat sebagai pengurang utang aktiva yang disewa d. Dicatat sebagai biaya sewa Jawab: d Lease tersebut dicatat sebagai operating lease oleh lessee, sehingga pembayaran sewa bulanan dicatat sebagai biaya sewa. . Dalam capital lease, jumlah sebesar nilai tunai pada awal sewa atas pembayaran sewa minimum selama jangka waktu sewa (tidak termasuk pembayaran untuk executory cost, misalnya biaya asuransi, biaya pemeliharaan, dan pajak kekayaan) dicatat oleh lesee sebagai a. Biaya b. Sebagai utang, tetapi tidak sebagai aktiva c, Sebagai aktiva, tetapi tidak sebagai utang d. Sebagai aktiva dan sebagai utang Jawab: d Dalam kapital lease, lessee mecatat aktiva dan utang sebesar nilai tunai pembayaran sewa minimum. . Apakah tiga jenis biaya periode yang diakui oleh lesee dalam capital lease a. Biaya sewa, biaya bunga, biaya amortisasi b. Biaya bunga, biaya amortisasi, biaya executory ¢. Biaya amortisasi, biaya executory, biaya sewa d. Biaya executory, biaya bunga, biaya sewa Jawab: b Dengan kapital lease, lease mencatat aktiva dan utang. Biaya bunga diakui dari utang sewa. Aktiva lease didepresiasi selama umur aktiva, dan biaya executory biasanya dikeluarkan oleh lessee atas aktiva lease. . Pada tanggal 2 Januari 1982, PT Arman mengadakan kontrak sewa selama sepuluh tahun, tidak dapat dibatalkan, dengan pembayaran sewa Rp100.000 setiap akhir tahun, Tingkat bunga pinjaman PT Arman adalah 12%, sedangkan tingkat bunga implisit lessor adalah 10% (diketahui oleh PT Arman). Discount factor dari ordinary annuity untuk sepuluh tahun adalah 6,14457 pada 10% dan 5,65022 pada 12%. Pada tanggal selesainya sewa, pemilikan aktiva masih tetap ditangan lessor. Tidak ada hak untuk membeli. Aktiva yang disewakan mempunyai taksiran umur ekonomis 12 tahun, Berapakah jumlah yang dikapitalisasi oleh PT Arman atas aktiva yang disewa? a. Rpd b. Rp565.022 12. ec. Rp614.457 d. Rp1.000.000 Jawab: ¢ Perhitungan: (6.14457 x Rp100.000) = Rp614.457 . PT Haris menyewa equipmen dengan capital lease untuk jangka waktu tujuh tahun, dengan membayar sewa dimuka Rp 100.000 saat berlakunya masa sewa pada tanggal 31 Desember 1980 dan Rp 100.000 secara tahunan pada setiap tanggal 31 Desember selama enam tahun berikutnya. Nilai tunai pada tanggal 31 Desember 1980 tujuh kali pembayaran sewa selama jangka waktu sewa dengan tingkat bunga 10% (tingkat implisit) adalah Rp535.000. PT Haris mengamortisasi utang capital lease dengan metode bunga efektif. Pada tanggal 31 Desember 1981, Neraca PT Haris akan melaporkan utang capital lease sebesar a, Rp378.500 b. Rp391.500 cc. Rp437.350 4. Rp500.000 Jawab: a Perhitungan Saldo utang capital Jease 31/12/80 (Rp525.000 - Rp100.000) Rp 435.000 Dikurangi: Pembayaran pokok 31/12/81 [Rp100.000 - 0,10(Rp435.000)] 536.500 Saldo utang capital lease 31/12/81 Rp 378.500 Pada tanggal 2 Januari 1980, PT Latoya menandatangai kontrak sewa mesin cetak yang tidak dapat dibatalkan selama sepuluh tahun dengan pembayaran sewa tahunan Rp15.000 mulai dibayar pada akhir tahun pertama, dan hak pemilikan berpindah kepada PT Latoya pada akhir masa sewa. PT Latoya memperlakukan transaksi ini sebagai capital lease. Mesin cetak diperkirakan mempunyai umur kegunaan 15 tahun, tanpa nilai sisa. PT Latoya menggunakan metode amortisasi garis lurus untuk semua aktiva tetap. Seluruh pembayaran sewa telah ditentukan mempunyai nilai tunai sebesar Rp92.170 berdasarkan tingkat bunga implisit 10%. Pada tahun 1980, PT Latoya akan mencatat Biaya Bunga Biaya Depresiasi a. Rp0 Rp b. Rp7.717 Rp6.145 cc. Rp9.217 Rp6.145, d. Rp9.217 Rp9.217 Jawab: ¢ Perhitungan Biaya bunga: 10% x Rp92.170 = Rp9.217 Biaya depresiasi: Rp92.170/15 tahun = Rp6.145 13. Pada tanggal 1 Juli 1981, PT Moly mengadakan kontrak sewa yang tidak dapat dibatalkan selama 10 tahun untuk sebuah mesin yang dimiliki oleh PT Males. Mesin tersebut mempunyai nilai pasar Rp200.000 pada awal berlakunya masa sewa, dan ditaksir mempunyai umur kegunaan 13 tahun. Nilai tunai pembayaran sewa minimum adalah Rp120.000 dan biaya executory berjumlah Rp3.000. PT Moly berkewajiban mengembalikan mesin tersebut kepada PT Males pada waktu masa sewa berakhir. Tidak diberikan hak pembelian. Berapakah jumlah yang harus dicatat PT Moly sebagai aktiva dan utang pada awal berlakunya lease? a. Rp0 b. Rp120.000 cc. Rp123.000 d. Rp200.000 Jawab: b 14. Pada tanggal 1 Januari 1981, PT Alpa menandatangani perjanjian sewa jangka panjang dengan pembayaran sewa selama jangka waktu sewa. Controller perusahaan memutuskan bahwa sewa tersebut tidak dikapitalisasi. Internal auditor tidak setuju. Oleh karena itu, controller meminta auditor menyiapkan analisis yang membandingkan laporan keuangan yang dipengaruhi sewa yang kapitalisasi dengan yang tidak dikapitalisasi. Jika dikapitalisasi, lease diamortisasi dengan metode garis lurus. Mana dari penyataan berikut ini yang merupakan hasil analisis auditor yang benar jika sewa dikapitalisasi? a. Total biaya yang terkait dengan lease akan lebih besar selama umur sewa b. Total biaya yang terkait dengan lease akan lebih kecil selama umur sewa c. Biayatahunan yang terkait dengan lease akan berkurang setiap tahun selama jangka waktu sewa dd. Biaya tahunan yang terkait dengan lease akan bertambah setiap tahun selama umur sewa e. Baik b dan c merupakan jawaban yang benar. Jawab: ¢ Bunga utang sewa akan berkurang setiap tahun dengan berkurangkan pokok utang sewa. Biaya depresiasi akan tetap setiap tahun. Oleh karena itu, biaya-biaya yang terkait dengan lease akan berkurang setiap tahun selama umur sewa apabila dikapitalisasi. 15. Hanyadidasarkan pada keadaan-keadaan yang ditunjukkan berikut ini, manakah keadaan yang menimbulkan sales type atau direct financing lease bagi lessor? Transfer Berisi ketentuan Kolektibilitas Ada ketidak pemilikan pada hak untuk pembayaran sewa _pastian yang akhir lease membeli terjamin Penting a. Tidak Ya Ya Tidak b. Ya Tidak Tidak Tidak c. Ya Tidak Tidak Ya d. Tidak Ya Ya Ya 290 Informasi untuk menjawab soal no. 16 dan 17 Pada tanggal 1 Mei 1988, PT Mozart menyewakan sebuah equipmen kepada PT Liat. Pada waktu tersebut kolektibilitas pembayaran sewa minimum tidak dapat diperkirakan secara layak. Sewa tersebut berakhir pada tanggal 1 Mei 1990. PT Liat dapat membeli equipmen tersebut dari PT Mozart dengan harga Rp900.000 kalau tidak menyewanya, Catatan akuntansi PT Mozart menunjukkan bahwa nilai buku equipmen tersebut pada tanggal 1 Mei 1988 adalah sebesar Rp800.000. PT Mozart pada tahun 1988 mendepresiasi equipmen tersebut sebesar Rp200.000. Selama tahun 1988 PT Liat telah membayar uang sewa sebesar Rp240.000kepadaPT Mozart. PT Mozart mengeluarkan biayapemeliharaan dan biaya-biaya lain yang terkait dengan kontrak sewa Rp18.000 selama tahun 1988. Setelah masa sewa kepada PT Liat berakhir, PT Mozart akan menyewakan equipmen tersebut kepada PT Licik selama dua tahun. . Laba sebelum pajak yang diperoleh PT Mozart dari penyewaan tersebut untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1988 adalah a. Rp22.000 b. Rp100.000 cc. Rp122.000 d. _Rp240.000 Jawab: a Perhitungan Pendaptan sewa Rp 240.000 Dikurangi: Biaya depresiasi Rp200.000 Biaya pemeliharaan 18,000 218.000 Laba sebelum pajak 1988 dari operating lease Rp22.000 . Dengan pengabaikan pajak penghasilan, jumlah biaya yang dikeluarkan PT Liat dari penyewaan tersebut untuk tahun yang barakhir tanggal 31 Desember 1988 adalah a. Rp22.000 b. Rp100.000 c. ‘Rp122.000 d. Rp240.000 Jawab: d .. PT Panah membeli sebuah mesin padatanggal | Januari 1989 denganhargaRp1.440.000 untuk tujuan disewakan. Mesin tersebut diperkirakan berumur delapan tahun dari sejak pembelian, tidak mempunyai nilai sisa, dan didepresiasi dengan metode garis lurus. Pada tanggal 1 Februari mesin tersebut disewa oleh PT Busur selama tiga tahun berakhir tanggal 31 Januari 1992, dengan sewa bulanan Rp30.000. Pada tanggal | Februari 1989 PT Busurmembayar kepadaPT Panah sebesar Rp72.000 sebagai sewa bonus. Berapakah aba sebelum pajak yang harus dilaporkan PT Panah dari penyewaan aktiva tersebut untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1989? a. Rp172.000 b. _Rp187.000 c. Rp222.000 d. _Rp237.000 Jawab: a 291 20. 292 Perhitungan Pendapatan sewa: Pembayaran sewa bulanan (Rp30.000 x 11 bln) Rp 330.000 Bonus [(Rp72.000/36 bln) x 11 bln] 22.000 Jumlah Rp 352.000 Dikurangi: biaya depresiasi (Rp1.440.000/8 th) 130,000 Laba sebelum pajak 1989 dari aktiva yang disewakan Rp 172.000 . PT Dregil pada tanggal 1 Juli 1981 menyewa equipmen dari PT Uthil selama jangka waktu delapan tahun berakhir tanggal 30 Juni 1989. Pembayaran sewa dengan jumlah yang sama Rp600.000 dibayar tanggal 1 Juli setiap tahun. Pembayaran pertama dilakukan pada tanggal 1 Juli 1981. Tingkat bunga PT Dregil dan PT Uthil adalah 10%. Harga jual tunai equipmen tersebut Rp3.520.000 dan dari catatan akuntansi PT Uthil diketahui harga perolehan equipmen tersebut Rp2.800.000. Diasumsikan sewa tersebut tepat dicatat sebagai sales-type lease, berapakah jumlah laba dari penjualan dan pendapatan bunga PT Uthil yang harus dicatat untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1981? a. Rp0 dan RpO b. pO dan Rp146.000 c. Rp720.000 dan Rp146.000 d. —Rp720.000 dan Rp160.000 Jawab: ¢ Perhitungan Laba dari penjualan: Harga jual (nilai tunai pembayaran sewa minimum) Rp 3.520.000 Dikurangi: Biaya barang yang terjual -2.800.000 Laba dari penjualan Rp 720.000 Pendapatan bunga: 10% (Rp3.520.000 - Rp600.000) x 1/2 th = Rp146.000 Pada tanggal 1 Januari 1986, PT Alisan menyewakan sebuah mesin kepada PT PT Konyil. Jangka waktu sewa 10 tahun, yang merupakan taksiran umur ekonomis mesin. PT Alisan membeli mesin tersebut dengan harga Rp80.000 dan mengharap untuk memperoleh tingkat pengembalian hasil 10% dari investasinya, berdasarkan sewa tahunan Rp! 1.836 dimuka taip-tiap tanggal 1 Januari. Diasumsikan kontrak sewa tersebut financing lease, manakah jurnal yang digunakan untuk mencatat bunga dalam pembukuan tanggal 31 Desember 1986? a. Kas 3.836 Pendapatan Bunga 3.836 b. Piutang Pendapatan Bunga 6.816 Pendapatan Bunga 6.816 c. Kas 8.000 Pendapatan Bunga 8.000 21. 22. 23. d. Kas 11.836 Pendapatan Bunga 8.000 Equipmen 3.836 Jawab: b Karena merupakan financing lease, pendapatan bunga PT Alisan dihitung sebagai berikut: 0,10 (Rp80.000 - Rp11.836) = Rp6.816. Sewa yang dicatat sebagai sales-type lease oleh lessor, perbedaan antara investasi kotor dalam lease dan jumlah nilai tunai dua komponen investasi kotor harus dicatat sebagai a, Laba ditangguhkan b. _Laba pabrikan atau dealer c. Pendapatan sewa d. Beban ditanggubkan Jawab: a Kelebihan nilai wajar aktiva yang disewakan pada saat dimulainya lease di atas nilai buku harus diklasifikasikan oleh lessor sebagai a. Laba ditangguhkan dari sales-type lease b. Laba belum diakui dalam direct financing lease c. Laba pabrikan maupun dealer dari sales-type lease d. Laba pabrikan maupun dealer dari direct financing lease Jawab: ¢ Manakah salah satu dari unsur-unsur berikut ini yang bukan merupakan bagian dari pembayaran sewa minimum dari sudut pandang lessee? a. Pembayaran sewa minimum yang dibayar oleh lessee b. Penjaminan oleh lessee atas utang lessor c. Penjaminan oleh lessee atas nilai residu aktiva pada akhir masa sewa d. Pembayaran yang harus dilakukan oleh lessee apabila gagal memperbarui kontrak sewanya pada akhir masa sewa e. Jumlah yang dibayar oleh lessee pada akhir masa sewa untuk membeli aktiva yang dilease Jawab: b . Pada tanggal 31 Desember 1981, PT Bintang menyewa mesin dari PT Teknik dengan ketentuan Kontrak sebagai berikut: Jangka waktu sewa 10 tahun Sewa tahunan yang dibayar setiap awal tahun Rp200.000 Umur kegunaan mesin 15 tahun Tingkat bunga implisit 10% Nilai tunai annuity due Rp! selama 10 tahun pada tingkat 10% 6,76 Nilai tunai Rp! selama 10 tahun pada 10% 0,39 ” PT Bintang berhak membeli mesin tersebut pada tanggal 31 Desember 1991 dengan 293 25. 26. membayar Rp250.000, terpaut jauh lebih rendah dibandingkan harga pasar aktiva tersebut pada akhir masa sewa, yang ditaksir Rp500.000. Diasumsikan pada saat dimulainya, penggunaan hak beli tersebut terjamin secara layak. Pada tanggal dimulainya sewa, PT Bintang mencatat utang sewa guna usaha sebesar a. Rp1.254.500 b. Rp1.352.000 c. Rp1.449.500 d. Rp1.547.000 Jawab: ¢ Perhitungan Nilai tunai pembayaran sewa minimum (Rp200.000 x 6,76) Rp1.352.000 Ditambah: Nilai tunai harga beli (Rp250.000 x 0,39) 97.500 Nilai tunai pembayaran sewa minimum Rp1.449,500 PT Aman menjual gedung perkantorannya kepada sebuah perusahaan asuransi dan menyewanya Kembali selama 20 tahun. Gedung tersebut pada tanggal penjualan mempunyai nilai buku Rp4.650.000 dan masih mempunyai umur sisa 30 tahun. Harga penjualan, setelah dikurangi dengan biaya-biaya penjualan, sebesar Rp5.100.000. Sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, berapakah jumlah laba dari penjualan yang diakui? a. Mengakui laba Rp450.000 pada tahun penjualan b. _Mengamortisasi laba selama umur sisa gedung—30 tahun c. Mengamortisasi selama umur sewa—20 tahun 4. Semua jawaban benar e. Tidak ada jawaban yang benar Jawab: ¢ Laba atau rugi penjualan ditangguhkan dan diamortisasi proporsional dengan amortisasi aktiva lease jika capital lease, proporsional dengan pembayaran sewa selama periode aktiva digunakan jika operating lease. Padatanggal 1 Januari 1980, PT Kondor menjual_mesin kepadaPT Sesak dan menyewanya kembali selama tiga tahun. Data berkenaan dengan transaksi tersebut adalah sebagai berikut: Sisa umur kegunaan pada tanggal 31/12/7910 tahun Harga jual Rp120.000 Nilai buku pada tanggal 31/12/79 Rp20.000 Sewa bulanan Rp1.266 ‘Tingkat bunga implisit dalam lease12% Nilai tunai pembayaran sewa (Rp1.266 selam 36 bulan @12%) Rp38.166 Berapa jumlah laba yang diakui oleh PT Kondor pada tanggal 1 Januari 1980 dari penjualan mesin tersebut? 27. a, Rpd b. _Rp33.333 c. Rp61.884 d. Rp100.000 Jawab: ¢ Perhitungan Harga jual Dikurangi: Nilai buku mesin 1/1/80 Laba penjualan Dikurangi: Nilai tunai pembayaran sewa (Rp1.266 selama 36 bulan @12%) Laba diakui pada tanggal 1/1/80 Rp120.000 20.000 Rp100.000 38.116 Rp61.884 Mana dari kelompokrekening-rekening berikut ini yang tidak dipengaruhi oleh kapitalisasi sewa jangka panjang? a. Aktiva tetap b. Aktiva lancar c. Utang lancar d.— Utang jangka panjang e. Semua kelompok rekening tersebut dipengaruhi Jawab: b

Anda mungkin juga menyukai