Anda di halaman 1dari 18

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN

ANGIN TIPE HORIZONTAL SEBAGAI PENGGERAK


MULA POMPA TORAK
Manufacture and test of wind turbine horizontal type as prime mover pinston pump

Proposal Tugas Akhir Mahasiswa Diploma III

Disusun Oleh :
RIKY PERMANA
(131711055)

DEPARTEMEN TEKNIK KONVERSI ENERGI


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN ANGIN TIPE

HORIZONTAL SEBAGAI PENGGERAK MULA POMPA

TORAK

Manufacture and test of wind turbine horizontal type as prime mover piston pump

Diajukan oleh :

Riky Permana NIM: 131711055

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I,

Rusmana, S.ST., M.Eng.

NIP 19580519 198503 1 002 Tanggal : .


1. Latar Belakang

Salah satu energi terbarukan yang berkembang pesat di dunia saat ini adalah energi
angin. Energi angin merupakan energi terbarukan yang sangat fleksibel. Indonesia merupakan
negara tropis yang memiliki potensi angin yang banyak, namun sampai saat ini tenaga angin
masih jarang dimanfaatkan sebagai sumber energi. Energi angin sebenarnya dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan misalnya untuk pemompaan air untuk irigasi, pembangkit listrik,
pengering atau pencacah hasil panen, aerasi tambak ikan/udang, pendingin ikan pada perahu-
perahu nelayan dan lain-lain. Selain itu, pemanfaatan energi angin dapat dilakukan baik di
daerah landai maupun dataran tinggi, bahkan dapat di terapkan di laut.

Salah satu jenis turbin angin yang umumnya digunakan adalah jenis turbin angin
sumbu horizontal. Turbin angin sumbu horizontal merupakan turbin angin yang memiliki sumbu
putar terletak sejajar dengan permukaan tanah, selain itu sumbu putar rotornya selalu searah
dengan arah angin. konsep turbin axial adalah menyerupai baling-baling yang menangkap
energi angin dan mengubahnya menjadi energi gerak poros. Layaknya seperti mesin pada
umumnya, setiap turbin angin memiliki nilai efisiensi yang berbeda beda dan hal ini ditentukan
oleh bentuk sudu, sudut sudu, bentuk ekor, material bahan pembuat turbin angin, bentuk
transmisi, dan jumlah sudu.

Daya keluaran yang dihasilkan turbin angin ini akan dimanfaatkan sebagai penggerak
mula pompa. Pompa merupakan alat konversi energi yang mengubah energi putar menjadi
energi tekan untuk dapat menaikkan atau mengalirkan fluida dari satu tempat ke tempat lainnya.
Jenis pompa yang digunakan yaitu pompa torak. Hal ini dikarenakan pompa ini dapat
memanfaatkan gerak rotasi dari poros menjadi gerak translasi untuk dapat menarik air.

Dalam tugas akhir ini, penulis akan melakukan rancang bangun dan pengujian
mengenai turbin angin sumbu horizontal sebagai penggerak mula pompa torak. Yang nantinya
akan dicari perbandingan nilai efisiensi turbin angin yang berbentuk data daya keluaran,
kemudian dari data daya keluaran tersebut akan didapat nilai energi yang dihasilkan turbin
angin.
2. Tujuan

Adapun Tujuan dari pelaksanaan tugas akhir ini adalah :

1. Membuat turbin angin sumbu horizontal sebagai penggerak mula pompa torak
untuk operasi pada kecepatan angin rendah dan kontruksi sederhana.
2. Mengidentifikasi kinerja turbin angin sumbu horizontal sebagai penggerak mula
pompa torak.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah
masalah yang akan dihadapi dalam tugas akhir ini diantaranya adalah cara menentukan
kontruksi, material, dan pembuatan turbin angin sumbu horizontal serta mengidentifikasi kinerja
turbin angin sumbu horizontal sebagai penggerak mula pompa torak.

4. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam pembuatan alat ini yaitu :

1. Pembuatan turbin angin sumbu horizontal didesain dengan jumlah sudu 12 buah
dengan jari jari sebesar 0.6 m.
2. Turbin angin yang akan dibuat dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah
tangga, sehingga penempatannya tidak jauh dari daerah pemukiman. Kecepatan
angin yang diambil sebagai acuan nominalnya adalah 3 m/s.
3. Pembuatan turbin angin sumbu horizontal dirancang untuk dapat dijadikan sebagai
penggerak mula pompa torak.

5. Landasan Teori

5.1. Turbin Angin Sumbu Horizontal

Turbin angin sumbu horizontal ialah jenis turbin angin yang paling banyak digunakan.
Turbin ini terdiri dari sebuah menara yang di puncaknya terdapat sebuah baling-baling yang
berfungsi sebagai rotor dan menghadap atau membelakangi arah angin. Kebanyakan turbin
angin jenis ini mempunyai dua atau tiga bilah baling-baling walaupun ada juga turbin bilah
baling-balingnya kurang atau lebih daripada yang disebut diatas.

Kelebihan turbin angin horizontal adalah :

1. Towernya yang tinggi memunkikan untuk mendapatkan angin dengan kekuatan


yang lebih besar. Pada beberapa area, setiap 10 meter ada kenaikan tambahan
kekuatan angin 20% dan peningkatan daya 34%.
2. Efisiensi lebih tinggi, karena blades selalu bergerak tegak lurus terhadap arah
angin, menerima daya sepanjang putaran. Sebaliknya pada turbin
vertikal, melibatkan gaya timbal balik yang membutuhkan permukaan airfoil untuk
mundur melawan angin sebagian bagian dari siklus . Backtracking melawan angin
menyebabkan efisiensi lebih rendah.

Kekurangan turbin angin horizontal adalah :

1. Dibutuhkan konstruksi tower yang besar untuk mensupport beban blade, gear box
dan generator.
2. Komponen-komponen dari turbin angin horisontal (blade, gear box dan generator)
harus diangkat ke posisinya pada saat pemasangan.
3. Membutuhkan kontrol yawn sebagai mekanisme untuk mengarahkan blade ke arah
angin
4. Pada umumnya membutuhkan sistem pengereman atau peralatan yaw pada angin
yang kencang untuk mencegah turbin mengalami kerusahakan.

5.2. Teori Momentum Elementer Betz

Turbin angin yang di asumsikan oleh Beltz adalah turbin angin yang ideal yaitu turbin
angin yang tidak mempunyai poros dan mempunyai jumlah sudu yang tak terbatas tapi tidak
menimbulkan gaya hambat (Drag Force) pada angin yang melaluinya. Beltz mengasumsikan
kecepatan udara yang melewati rotor dianggap bergerak secara aksial.
Energi mekanik yang dihasilkan turbin angin besarnya akan sama dengan energi
kinetik angin sebelum melewati turbin angin dikurangi dengan energi kinetik angin sesudah
melewati turbiin angin. Jika angin yang melewati turbin angin dianggap inkompresible, maka
menurut hukum kontinuitas dapat ditulis:

1 1 = 2 2

Gambar 5.1 Kondisi aliran udara akibat ekstraksi energi mekanik dari aliran udara bebas
sesuai dengan teori momentum elementer.

Energi kinetik dari massa udara sebesar m yang bergerak pada kecepatan v dinyatakan
sebagai :

1
= 2
2

Dengan menganggap udara melalui luas penampang A pada waktu tertentu, maka laju
aliran udara tersebut menjadi

= .

Dan bila kerapatan udara adalah , maka laju aliran massa udara adalah

= . .

Dari persamaan-persamaan di atas didapat ekspresi daya angin seperti berikut :

1
= . . 3 .
2
Energi mekanik yang dapat diekstraksi oleh konverter piringan dari aliran udara
merupakan selisih daya aliran udara sebelum dan sesudah melewati konverter, yaitu :

1 1
= . 1 . 1 3 2 . 2 . 2 3
2

Persamaan kontinuitas mensyaratkan :

. 1 . 1 = . 2 . 2

sehingga, daya yang dapat diekstraksi menjadi

1
= . 1 . 1 . (1 2 2 2 )
2

Pengolahan lebih lanjut terhadap persamaan-persamaan sebelumnya akan


menghasilkan ekspresi daya yang dapat diekstraksi menjadi

1
= . . (1 2 )(1 + 2 )
4

sedangkan daya angin sebelum mencapai rotor adalah

1
= . . 3 .
2

Rasio antara daya mekanik yang dapat diekstraksi dan daya angin sebelum mencapai
rotor disebut koefisien daya (power coefficient) Cp, yaitu :

1
(1 2 2 2 )+(1 2 +2 2 )
4
= = 1
2
2

atau dapat dinyatakan dalam bentuk :

1 2 2
= = |1 ( 2 ) | |1 + ( 2 ) |
2 1 1
Gambar 5.2 Hubungan koefisien daya dengan rasio v1/v2

Dari persamaan dan kurva di atas, maka Cp maksimum atau koefisien daya ideal
terjadi pada saat v2/v1 = 1/3 dan besarnya adalah

16
= 27 = 0.593

Hasil penting yang didapat dari teori momentum ini adalah :

1. Daya mekanik yang dapat diekstraksi dari aliran udara akan bertambah besar
sebagai fungsi kecepatan angin pangkat tiga.
2. Daya yang dihasilkan berbanding lurus dengan luas penampang sapuan rotor atau
berbanding kuadratis dengan diameter rotor.
3. Daya mekanik maksimum yang dapat diekstraksi dari aliran udara adalah sebesar
59,3 %.
4. Jika koefisien daya mencapai harga maksimum, yaitu 0,593, maka kecepatan udara
setelah melewati rotor tinggal 1/3 kali kecepatan udara sebelum melewati rotor.
5.3. Tip Speed Ratio

Koefisien daya tergantung pada rasio antara komponen-komponen energi dari gerak putar rotor
dan gerak aliran udara. Rasio ini ditentukan oleh kecepatan tangensial bilah rotor dan aliran
udara aksial sebelum mencapai rotor dan rasio ini disebut tip sped ratio,


= =

Gambar 5.3 Model Teori Pelat Tipis dan Kecepatan tangensial ujung bilah rotor
5.4. Karakteristik Daya Rotor

Dengan menggunakan koefisien daya rotor CPR, daya rotor dapat dihitung sebagai
fungsi kecepatan angin seperti berikut :


= . . 3 .
2

dimana A = Luas sapuan rotor

v = kecepatan angin
= rapat massa udara

PR = daya rotor

Koefisien daya rotor, CPR, dihitung dengan menggunakan teori pelat tipis untuk suatu
rasio kecepatan rotor/kecepatan angin tertentu pada satu harga tip speed ratio. Dengan
mengulangi perhitungan ini untuk sejumlah tip speed ratio, maka diperoleh variasi koefisien
daya sebagai fungsi tip speed ratio. Parameter lain yang penting dalam menentukan karakteristik
unjuk kerja rotor adalah torsi. Sama seperti daya, torsi rotor dapat juga dihitung dengan
menggunakan koefisien torsi seperti berikut :


= . 2 . 2 . .

dimana, R adalah radius rotor dan sebagai parameter acuan. Koefisien daya dan
koefisien torsi dapat dikaitkan dengan hubungan berikut :

=
6. Metodologi Penyelesain

6.1. Rencana Pembuatan Turbin Angin

Gambar 6.1 Diagram alir perencanaan pelaksanaan tugas Akhir


6.2. Perhitungan Daya pada Berbagai Kecepatan Angin

6.2.1. Menetapkan Kecepatan Angin Nominal

Turbin angin yang akan dibuat dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah
tangga, sehingga penempatannya tidak jauh dari daerah pemukiman. Kecepatan angin yang
diambil sebagai acuan nominalnya adalah 3 m/s.

6.2.2. Perhitungan Daya Angin

Dari persamaan Betzs dapat diketahui tentang persamaan daya yang terjadi pada turbin
angin untuk berbagai kecepatan angin, yaitu:

1
= 2 . . . 3 ,

Dengan diketahui :

d = 1.2 m

A = 1.1304 m2

V = 3 m/s

= 1.2 kg/m3

1 3
Maka, = 1.2 [3 ] 1.1304[2 ] 33 [ 3 ]
2

= 18.31 []

Tabel 6.1 Daya Angin untuk diameter 1.2 meter pada berbagai kecepatan

Kecepatan Angin (m/s) Daya Angin (Watt)


1 0.68
2 5.43
3 18.31
4 43.41
5 84.78
6 146.50
7 232.64

6.3. Tahap Rencana Pembuatan Alat

6.3.1. Perancangan Sudu Rotor

Sudu merupakan komponen turbin angin yang sangat signifikan. Sudu berkontak
dengan udara yang mengakibatkan sudu bergerak (berputar) karena adanya gaya drag dan lift.
Pangkal sudu menempel pada suatu hub yang menghubungkan antara sudu dengan poros. Gerak
putar sudu akan memutar poros yang dijadikan sebagai penggerak mula pompa. Oleh karena itu
kontruksi sudu pun harus dibuat sebaik mungkin.

Pada pembuatan kontruksi turbin angin ini material yang digunakan untuk membuat
sudu berasal dari kayu. Selain karena segi ekonomis nya yang handal seperti: harganya yang
murah, penggunaanya yang mudah, dan mudah dicari, juga dari aspek pembuatan yang efisien
dimana material kayu mudah dibuat. Dibandingkan dengan material logam yang memerlukan
mesin khusus dalam membentuk atau mendeformasi logam menjadi sudu, pengolahan material
kayu menjadi sudu memerlukan alat yang lebih efisien yaitu berupa alat potong (cutter) dan alat
serut. Secara mekanika, material kayu memiliki massa yag relatif ringn sehingga memperkecil
beban yang diterima oleh tiang penyangga, memiliki nilai inersia yang rendah, mudah
digerakkan oleh energi angin dengan kecepatan rendah, dan torsi yang terjadi pada rotor dapat
dibuat lebih besar.
Gambar 6.1 Rancangan Pembuatan Sudu

6.3.2. Batang Sudu

Batang sudu dibagi menjadi tiga bagian yaitu batang sudu yang menempel pada hub,
batang sudu yang menempel pada pangkal sudu, dan batang sudu yang menyambung potongan
sudu. Ketiga bagian ini ditempelkan menggunakan mur dan baut dengan bantuan flens yang
dilas pada bagian yang harus disambung. Sambungan ini dibuat agar sudut pitch dapat diatur
dengan mudah.

6.3.3. Perancangan Yaw Mechanism

Yaw Mechanism adalah komponen yang menghubungkan antara tiang penyangga dan
rangka turbin. Fungi yaw mechanism adalah menjaga arah turbin angin sehingga sudu rotor selalu
menghadap arah datangnya angin. Prinsip kerja yaw mechanism berupa putaran pada sumbunya
dimana ketika sudu menerima angin dari arah samping, yaw mechanism akan berputar sehingga
sudu tetap menghadap angin dan dapat berputar.

Yaw Mechanism menggunakan material dari logam seperti baja karbon. Hal ini
dikarenakan beban yang diterima yaw mechanism sangat besar yang berasal dari beban komponen
turbin selain tiang dan beban dari energi angin itu sendiri.

Yaw Mechanism terdiri dari beberapan komponen mekanis, seperti poros dalam, poros
luar, dan bearing. Poros dalam menempel pada tiang penyangga yang terhubung pada sebuah
flange, sedangkan poros luar terhubung dengan dengan rangka turbin angin. Sebuah rangka turbin
angin terdiri dari sudu dan ekor.

6.3.4. Perancangan Ekor

Ekor turbin angin adalah komponen yang letaknya dibagian belakang turbin angin.
Fungsi ekor turbin angin adalah untuk merespon angin dan menstabilkan gerakan turbin angin
sehingga sudu rotor selalu menghadap arah datangnya angin.

Untuk mampu menahan beban yang diterima ekor, material yang digunakan untuk
membuat ekor harus kuat. Material yang digunakan berupa baja karbon rendah. Kekuatan baja
karbon rendah dalam menahan beban yang diterima menjadi acuan dalam pemilihan material.

Selain faktor material, desain dan kontruksi ekor memegang peranan penting. Ekor
yang dibuat berasal dari dan pada ujung ekor dipasang pelat. Penggunaan pelat ini bertujuan
untuk merespon arah angin. Ekor disambung dengan mekanisme yaw dengan menggunakan
baut dan mur.

6.3.5. Perancangan Hub dan Hidung

Hub adalah bagian rotor yang berada di pusat rotasi. Hub dibuat dari pelat baja yang
melalui proses pemesinan dan pengelasan sehingga memungkinkan untuk dipasangi batang
sudu dan perlu counterbalance.

Hidung diletakkan pada hub dengan bentuk hampir menyerupai setengah bola. Hidung
memiliki fungsi diantaranya mengurangi tahanan turbin angin terhadap angin, melindungi
komponen-komponen yang menempel pada hub, dan menberikan nilai keindahan pada turbin
angin. Bentuk hidung yang menyerupai setengah bola menjaga agar aliran udara yang menerpa
hub tetap laminar atau setidaknya meminimalisir turbulensi yang terjadi di sekitar hub.
6.4. Mengidentifikasi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal

Mengidentifikasi kinerja turbin angin sumbu horizontal meliputi pelaksanaan


pengujian, dimana pada tahap ini akan dilakukan pengambilan data. Parameter yang diukur
dalam pengujian adalah :

1. Kecepatan angin (m/s) yang akan digunakan memutar sudu turbin.


2. Putaran poros (rpm), yaitu putaran yang dihasilkan oleh poros turbin setelah sudu
turbin dikenai angin dengan kecepatan yang telah ditentukan.
3. Torsi (Nm), yaitu besarnya torsi yang dihasilkan dari putaran poros setelah sudu turbin
dikenai angin dengan kecepatan yang telah ditentukan.
4. Daya angin (watt) daya turbin (watt), yaitu besarnya daya yang mampu dihasilkan
oleh turbin angin;
5. Koeffiensi Daya (CP), yaitu rasio antara daya mekanik yang dapat diekstraksi dan
daya angin sebelum mencapai rotor.
6. Effisiensi (%), yaitu perbandingan antara daya keluaran dengan daya masukan.

Parameter yang ditentukan dan merupakan variabel dalam pengujian ini adalah
kecepatan angin pada rotor turbin angin sumbu horizontal yang divariasikan, setiap variasi
dilakukan pencatatan terhadap parameter diatas.
7. Jadwal TA

Bulan
Rencana
November Desember Januari Februari Maret April Mei
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi literatur
Pengumpulan
Proposal TA
Seminar
Proposal TA
Pembuatan
alat
Pengujian
alat
Pembuatan
Laporan
Seminar
Kemajuan
TA
Seminar
Akhir

8. Rencana Anggaran Biaya

No. Bahan Jumlah Satuan Harga


1. Kayu (400x6x12) cm3 3 Lembar Rp. 300.000
2. Baja ST37 Pejal 1 batang Rp. 480.000
3. Pelat Baja Ringan 1 Lembar Rp. 300.000
4. Pipa Besi 1 batang Rp. 225.000
5. Bevel Gear 1 set Rp. 400.000
6. Bearing 4 Buah Rp. 200.000
7. Sekrup 20 Buah Rp. 20.000
8. Mur-baut 20 Buah Rp. 20.000
Total Rp. 1.945.000
9. Daftar Pustaka

1. Desain Teknologi Turbin Angin Bandung: PT. Entec Indonesia.

2. Hau E. Wind Turbines Fundamentals, Technologies, Aplication, Economics 2nd Edition Berlin:
Springer; 2006.

3. Meyers B. Centurion Energy Alternative Energy. [Online].; 2013. Available from:


http://centurionenergy.net/types-of-wind-turbines.

Anda mungkin juga menyukai