Standar pelayanan persalinan normal mengikuti acuan asuhan persalinan normal yang tercantum
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Adapun untuk persalinan dengan
komplikasi mengikuti acuan dari Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Rujukan.
Defenisi Operasional Capaian Kinerja : dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan ibu bersalin
sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan
persalinan sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau
Dokter Spesialis Kebidanan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah maupun
Swasta yang memiliki Surat Tanda Register (STR) baik persalinan normal dan atau persalinan
dengan komplikasi.
Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes, Poskesdes, Puskesmas, bidan praktek swasta,
klinik pratama, klinik utama, klinik bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit
pemerintah maupun swasta. Standar pelayanan persalinan normal mengikuti acuan asuhan
persalinan normal yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
Adapun untuk persalinan dengan komplikasi mengikuti acuan dari Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Rujukan.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan
ibu bersalin dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar di wilayah
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun. Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam pelayanan kesehatan ibu bersalin adalah 100 persen. Rumus
Langkah-langkah Kegiatan :
2. Pelayanan persalinan
Untuk memantau pelaksanaan SPM ini bisa dilakukan monitoring dan evaluasi melalui :
1. Bidan
2. Dokter/DLP
3. Dokter Spesialis
Terkait dengan SPM 1 dan 2 ini dapat diketahui bahwa Sistem Informasi Kesehatan sangat
diperlukan untuk pemantauan dan evaluasi SPM, baik di puskesmas, rumah sakit maupun Sistem
informasi kesehatan daerah di Kabupaten/Kota anda. Demi terlaksananya SPM ini, mari kita
bantu advokasi pemerintah daerah di kabupaten/kota untuk mengadakan Sistem Informasi di
Puskesmas, Rumah Sakit maupun Sistem Informasi Kesehatan Daerah yang adekuat.
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
DI KABUPATEN/KOTA
Menimbang:
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal, perlu ditetapkan Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota.
Mengingat:
10. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;
11. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 1562 Tahun 2006 tentang Penjabaran
Program dan Kegiatan Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
dalam Pengelolaan Keuangan Daerah;
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;
M emutuskan
Menetapkan: Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Becanda Dan Keluarga Sejahtera Di Kabupaten/Kota
A. KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal.
2. Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi Pemerintah dalam memberikan dan
mengurus keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
rakyat.
3. Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera yang
selanjutnya disingkat SPM Bidang KB dan KS adalah tolok ukur kinerja pelayanan
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera yang diselenggarakan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota.
4. Jenis Pelayanan Dasar Bidang KB dan KS adalah Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KIE-KB dan KS), penyediaan Alat dan Obat
Kontrasepsi serta penyediaan Informasi Data Mikro.
5. Kriteria merupakan faktor-faktor penentu serta karakteristik dari jenis pelayanan dasar,
indikator dan nilai, batas waktu pencapaian, dan pengorganisasian penyelenggaraan
pelayanan dasar dimaksud
6. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM
tertentu berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan.
10. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah adalah Kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat APBN adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dan ditetapkan dengan Undang-Undang.
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
Pemerintahan Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
2. SPM Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi jenis pelayanan dasar beserta indikator kinerja dan target tahun 2010
2014 yang terdiri dari:
3. Cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak terpenuhi (unmet need) sebesar
5,0% pada tahun 2014;
4. Cakupan anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-KB sebesar 70% pada
tahun 2014;
(4) Untuk melaksanakan dan mencapai target SPM sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan (3) dalam pelaksanaannya dilengkapi dan ditetapkan Petunjuk Teknis
SPM Bidang KB dan KS di Kabupaten/Kota sebagaimana tercantum dalam
lampiran II merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
Pasal 3
SPM Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
diberlakukan juga bagi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
C. PENGORGANISASIAN
Pasal 4
PELAKSANAAN
Pasal 5
2. Pencapaian target SPM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan
Petunjuk Teknis pendanaan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6
Tahun 2007.
D. PELAPORAN
Pasal 6
1. Kepala BKKBN melaksanakan Monitoring dan Evaluasi atas penerapan dan pencapaian
SPM Bidang KB dan KS oleh Pemerintahan Daerah.
2. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling
sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 8
Hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPM Bidang KB dan KS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dipergunakan sebagai bahan masukan bagi
pengembangan kapasitas pemerintah daerah dalam pencapaian SPM Bidang KB dan KS.
F. PENGEMBANGAN KAPASITAS
Pasal 9
G.PENDANAAN
Pasal 10
2. Pendanaan yang berkaitan dengan pencapaian SPM bidang KB dan KS, yang
merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah dibebankan kepada APBD.
Pasal 11
1. Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007, Kepala
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional melakukan pembinaan dan pengawasan
pencapaian SPM Bidang KB dan KS.
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaksanaannya diatur
dalam Petunjuk Teknis yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala BKKBN.
I. KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Pada saat Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ini mulai
berlaku, semua peraturan yang berkaitan dengan SPM Bidang KB dan KS dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 13
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ini mulai berlaku sejak
tanggal ditetapkan.
Ditetapkan : di Jakarta