Anda di halaman 1dari 3

BATIK TRUNTUM

Disusun Oleh:
Aisya Nugrafitra Murti (1)
Arinda Tasya Avrianti (2)
Athalla Abhiyoga (3)
Faridah Nur Isnaini (8)
Fera Zahra Sekarbakri (9)
Muhammad Alfian Nurkholis (19)
Putu Rani Wulandiva (24)

SMA NEGERI 8 YOGYAKARTA


2017
A. FILOSOFI BATIK TRUNTUM
Motif batik Truntum adalah karya dari Ratu Kencono atau dikenal dengan nama Ratu
Beruk, permaisuri dari Paku Buwono III. Menurut cerita sang Ratu yang selama ini dicintai
dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru.
Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara
tidak sadar ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang
selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik
perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak
itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih
sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali
atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja
yang bersemi kembali.

B. KESELARASAN POLA
Pola batik truntum menggambarkan sebuah rangkaian bunga-bunga kecil berserta sari-
sarinya ibaratnya bunga melati gambir yang sedang mekar berkembang berbau harum
semerbak dengan semaraknya di taman. Suatu pengharapan bagi si pemakai motif ini, agar
di dalam hidup berkeluarga hendaknya selalu terjadi hubungan yang harmonis, penuh kasih
saying, baik kehidupan suami isteri, hubungan antara anak dengan orang tua dalam
keluarga sendiri, maupun meluas ke keluarga orang lain dan masyarakat luas. Hal ini sesuai
dengan fungsi motif truntum yang dikenakan pada saat upacara midodareni dan panggih
dipakai oleh kedua orang tua pengantin.
Batik ini dipakai oleh orang tua pada saat menikahkan anaknya dengan harapan jangan
sampai terjadi perselisihan antara ibu dan bapak dalam niat menjodohkan anaknya.
C. MAKNA WARNA BATIK TRUNTUM
Truntum merupakan salah satu jenis batik kraton. Motif truntum merupakan salah satu
motif batik yang berasal dari Yogyakarta, akan tetapi dapat juga ditemui di daerah lain
seperti Surakarta. Truntum berasal dari tumtum artinya tumbuh kembali, namun ada yang
mengatakan bahwa trumtun berasal dari kata tumaruntum yang berarti menuntun atau sering
juga dikaitkan dengan tentrem (bahasa Jawa) yang berarti terteram. Motif truntum ini
diciptakan oleh istri Raja yang sedang dilupkan karena Raja memiliki kekasih baru. Untuk
melupakan kepedihan hati, sang Ratu mulai membatik dengan motif bintang kecil di langit
yang selama ini menemaninya dalam kesepian. Dengan disertai doa agar sang Raja kembali
padanya. Ketlatenan Ratu dalam membatik dapat menarik perhatian Raja kepada sang Ratu
kembali, sehingga cinta kasih yang hilang dapat tumbuh kembali. Motif truntum biasa
digunakan oleh orang tua pengantin pada saat pesta perkawinan yang melambangkan
harapan agar orang tua mampu menuntun/memberi contoh kepada putra-putranya dalam
memasuki kehidupan berumah tangga dan mencapai ketenteraman hidup.

D. GOLONGAN MOTIF BATIK


Non Geometris
Galeri Foto

Sumber:
https://rantingkemuning.wordpress.com/2014/01/06/makna-di-balik-motif-truntum/
http://p4tksb-
jogja.com/arsip/index.php?option=com_content&view=article&id=381:makna-
simbolik-motif-batik&catid=69:seni&Itemid=192
http://gaya-hidup-terkini.weebly.com/motif-batik-beserta-maknanya.html
http://senirupaterapanbatikindonesia.blogspot.com/2013/12/makna-dan-filosofi-motif-
batik-truntum.html

Anda mungkin juga menyukai