Al Mawaqif Wal Mukhotoba1 PDF
Al Mawaqif Wal Mukhotoba1 PDF
2 Ulasan | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
Dalam buku ini disebutkan pula bahwa Ibn Athaillah
membawakan sebuah kisah : Pada suatu hari pernah
terjadi suatu pertemuan di Cairo di rumah Zaky As
Sarrakh, dalam pertemuan tersebut Asy Syeikh Abdul
Hasan Asy-Syadzilly memegang sebuah kitab
Almawaqif wal Mukhotobat Kitab tersebut beliau
baca di hadapan Ibn Athaillah dan Abdul Abbas Am
Marsi...
An-Nafri | Ulasan 3
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 1
Tentang Tauhid
Ujian
8 U j i a n | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
Di Sinilah letak Ujian itu.
Allah berseru dengan tutur kata-Nya :
(Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
An-Nafri | U j i a n 9
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
ialah seorang hamba yang berdaya untuk
mengalahkan tabiatnya sendiri, adalah menjadi dalil
yang nyata bahwa hamba tersebut telah mengenal
dirinya dan telah pula mencapai kemuliaan nasabnya
dengan adanya suatu pertalian roh yang erat dan
berkait kepada ALLAH.... bukan jasad yang bernasab
pada tanah).
10 U j i a n | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
Dan Aku telah membangun di sekitarmu bendungan
yang mengelilingi dari segala jurusan demi cemburu-
Ku atasmu.
An-Nafri | U j i a n 11
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 3
Huruf
16 H u r u f | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
Asma dengan zat asmanya berdiri tanpa perbuatan,
asma dapat berbuat hanya dikarenakan Zat Allah
semata. Dan... sesungguhnya persoalannya berkisar
bagaikan perkakas dan alat-alat. Dan Huruf di dalam
Surga adalah merupakan alat-alat dan perkakas.
An-Nafri | H u r u f 17
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
kesemuanya ini Aku yang menjadikan dan Aku
berada di atas segala.
18 H u r u f | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
dan dari pengaruh yang bagaimanapun juga, terutama
dari rangsangan-rangsangan. Keluarlah engkau dari
ilmu pengetahuan, amal-amalmu, pengenalan
marifatmu, bahkan dari dirimu dan namamu
sekalipun. Keluarlah engkau dari huruf dan mahruf.
An-Nafri | H u r u f 19
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
suatu perjalanan rohani yang tidak dapat dicapai oelah
setiap orang, malainan oleh orang-orang tertentu.
20 H u r u f | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 6
Arti Ayat
Sebutan A K U
24 Sebutan A K U | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
Engkau dalam setiap saat terbagi kepada
menyaksikan dan disaksikan, dua menjadi satu
dalam bentuk penyatuan... jiwa yang mencapai dan
persoalan yang dicapai... adapun hakikatmu sendiri
tersembunyi jauh di balik penyatuan ini, meninggi
atasnya, jauh dari segala itu semua. Engkau bukan
lagi zat dan penyatuan, tetapi engkau hanyalah roh
dari Roh Ku, tiada nisbah bagimu melainkan pada-
Ku.
An-Nafri | Sebutan A K U 25
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 9
Ilmu Pengetahuan
Rahasia
34 R a h a s i a | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
Aku berada di belakang sirmu;.. Pengetahuan sirmu
tidak mengetahui akan Daku, dan isyarat-isyarat
sirmu tidak sampai menyaksikan Daku.
An-Nafri | R a h a s i a 35
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
tidak ada yang dapat menyatakan adanya menjadi
nyata selain Ku.
36 R a h a s i a | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 11
Dengarkan Isi
Perjanjian Pengangkatanmu
Penglihatan
An-Nafri | 43
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
Jagalah syahwatmu, niscaya Ku cukupi hajatmu
44 Penglihatan | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 14
46 | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 15
48 | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 16
An-Nafri | 51
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
yang nyata, Aku lebih dahulu menyingkirkan
daripadanya, demi cinta.. guna mendekatimu, maka
janganlah engkau membawa kenyataan-kenyataan
dalam menemui Ku, jika masih saja demikian halmu,
maka tiada kebaikan daripadamu.
An-Nafri | 57
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 20
Hijab Hijab
16. Huruf itu adalah huruf Ku, dan ilmu itu adalah
ilmu Ku, sedangkan engkau adalah hamba Ku, bukan
hamba huruf Ku, bukan pula hamba ilmu Ku.
(2)
Kawanku yang semajelis adalah hamba-hamba
Ku yang paling dekat pada Ku, melebihi dekatnya
dari pada mereka yang melihat Ku... Duduk semajelis
dengan Ku adalah buah dari Penglihatan Yang
Agung yaitu melihat Ku dalam segala sesuatu dan
pada setiap waktu, dan barangsiapa yang
mencapainya, maka ssampai pula kepada ketenangan
dan ketentraman di bawah ssayap ke Maha Agungan
dan Ketetapan nan Teguh.
Kawan Ku yang semajelis adalah kawan duduk
Ku, sudah enggan berkawan duduk dengan selain Ku;
Kalau bersama Kitab Ku, ia pun akan berpisah dengan
(3)
Bila engkau melihat Ku, jangan hendaknya
engkau menjadi kawan duduk Ku; Penglihatan itu
jangan diartikan izin untuk berkawan semajelis,
melainkan bila penglihatan itu adalah Penglihatan
Yang Agung yang dengannya engkau melihat Ku
dalam segala sesuatu dan pada setiap waktu.
Duka cita itu adalah sifat hamba Ku. Barang
siapa yang menghambakan diri pada Ku, akan
memperoleh kesedihan hingga sampai ke tahap
Milhat Ku dan yang sudah melihat Ku akan
bersedih pula sebelum sampai pada Berkawan duduk
semajelis Dan barang siapa yang Berkawan duduk
semajelis dengan Ku disusul pula oleh kesedihan
Luput daripada Ku. Karena Aku yang akan
meluputkan . Keluputan itu aalah sifat Ku, karenanya,
duka cita dan kesedihan itu akan selalu menyertainya.
Sesungguhnya yang menyertainya itu adalah jru
bicara dari lisan-lisan di bawah pemeliharaan Ku.
Adapun Berita gembira (Al Busyra) adalah juru
bicara dari lisan-lisan keridhaan Ku; Jangan
hendaknya engkau berhenti, baik dalam duka maupun
suka, berdirilah hanya untuk Ku, sebagaimana
layaknya para Kawan duduk semajelis dengan Ku,
berdiri di anatara kedua tangan Ku. Baru tahap inilah
(4)
Di dalam kawan duduk semajelis, sudah
tiadalagi zikir, dan tiada pula berzikir, dalam ia
memandang tidak berbalik kembali pandangannya,
paham..... tiada ucap pemahamannya.
(5)
Sudah berkesudahan keteguhann ilmu-ilmu
pada ketenangan makrifat, telah berkesudahan
ketentuan makrifat pada budi pekerti penglihatan,
telah berkesudahan budi pekerti penglihatan pada budi
pekerti kawan duduk semajelis. Kesemuanya telah
berlalu, kesemuanya sudah dikenal dan dialami, maka
ia pun akan melihat Ku antara hati dan kemauan
kerasnya, dan antara lidah dan tutur katanya.
Kesabaran
An-Nafri | K e s a b a r a n 115
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
mendatangi hamba Nya dengan membawa hijab, agar
hamba Nya tidak melihat amal perbuatannya!
Ia pula yang menguji.
Ia pula yang mencoba.
Hamba itu telah termakan fitnah oleh amal
perbuatannya.
Lalu apa yang dikerjakan oleh si hamba itu?
Ia harus bersabar demi tuhannya, ia harus bersabar
atas Tuhannya, hingga tiba saatnya Keyakinan
mendatanginya.
Bila ia diserang dengan tebasan pedang hendaklah ia
maju menghadapinya.
Arti Ayat : Bukanlah kamu yang membunuh mereka,
tetapi Allah-lah yang membunuh mereka (QS. Al
Anfal 8:17).
116 K e s a b a r a n | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
An-Nafri | K e s a b a r a n 117
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 26
Akal Budi
Penglihatan KUN
Nafsu
An-Nafri | N a f s u 129
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
meninggalkan tentaranya dan meninggalkan mahligai-
mahligainya, dan balik kembali membawa persoalan
yang sama, yaitu mengajakmu bicara tentang
persoalan lapar, bukan persoalan yang lain, maka
jangan disahuti bicaranya dan jangan pula
menyambutnya, karena sesungguhnya bila engkau
melayaninya bicara atau menjawab bagaikan engkau
memberi peluang padanya untuk menarikmu dan
merangsangmu, lalu ia akan berani-berani
mengeluarkanmu dari pada apa yang selama ini
engkau rahasiakan dan sembunyikan.
130 N a f s u | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
An-Nafri | N a f s u 131
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 33
Bukti Nyata
(2)
Bukti nyata Bukanlah suatu perkataan, dan ia
dalam perkataan; bukan pula ilmu dan ia dalam ilmu,
bukan pula makrifat, tetapi ia di dalam makrifat.
(3)
Bukti nyata itu, ialah yang dapat dengannya engkau
mengenal dalam engkau melihat dengan
penglihatanmu pada Ku, dan makrifat itu ialah apa
yang dengannya engkau dapat mengenal dalam
kegaiban Ku; Makrifat itu juru bicara Ku untuk bukti
Ku yang nyata, sedang Bukti nyata itu juru bicara
Berdiri Ku sendiri (Qoyyumiati); Dan Diam itu,
(4)
Bukan sembarang yang melihat Ku dapat melihat
Wajah Ku, tetapi yang telah melihat Wajah Ku itulah
yang sungguh-sungguh telah melihat Ku; Jika engkau
melihat Ku dalam suasana kenikmatan, berarti engkau
sudah melihat Wajah Ku, dan siapa melihat Ku tidak
dalam kenikmatan berarti tidak melihat Wajah Ku,
tidak ghalib atasnya melihat Ku, dan siapa yang
melihat Wajah Ku ghalib atasnya melihat Ku.
(5)
Bila engkau melihat Ku dalam kejadian malapetaka,
maka Aku telah dilihat oleh umum, dan bila engkau
melihat Ku dalam suasana kenikmatan niscaya engkau
akan menjadi baik untuk selama-lamanya, dan tiada
engkau akan gaib dengan apa-apa yang nyata.
(6)
Sesungguhnya engkau telah melihat Ku sebelum
sesuatu, maka hendaknya engkau melihat Ku dalam
kedatangan sesuatu, maka hendaknya engkau menjadi
pengganti Ku atas sesuatu itu; Jika tidak, maka
sesuatu itu akan menjadikanmu sebagai pengganti atas
sesuatu itu.
(7)
Aku telah bersumppah atas Diri Ku, tiada bertetangga
dengan Ku kecuali siapa-siapa yang telah
mendapatkan dengan Ku, atau dengan apa yang
daripada Ku.
(8)
Siapa yang tidak mau menyerahkan kepada Ku apa
yang telah diketahui, niscaya akan Ku buka apa yang
telah diketahui, niscaya akan Ku buka baginya pintu-
pintu pendapat tentang hal yang berkaitan dengan
pengetahuan, lalu ia condong memasukinya, dan akan
Ku dorong masuk ke dalamnya, maka terhijablah ia.
(9)
Jika keterbatasan-keterbatasan itu memberikan
kepadamu, maka kumpulkanlah, dan jika Aku yang
memberikan kepadamu, maka jangan dikumpulkan.
( 10 )
Jangan engkau berpisah dari pendapat yang
bermaksud hanya tertuju kepada Ku semata-mata,
hendaklah lisan keadaanmu selalu dan selamanya
atas... Ilahi Hanya Engkaulah maksud tujuanku;
Dengan demikian engkau akan memenangkan dengan
sesuatu kekuatan yang tak terkalahkan, bahkan dirimu
sendiri akan menaatimu.
( 11 )
Jika engkau telah mengetahui dan meyakini sepenuh
keyakinan, maka hindarkan dirimu dari menghukum
dan serahkanlah hukum itu kepada Ilmu Ku karena
sesungguhnya tiada hukum melainkan Kepunyaan Ku.
Merantau
140 M e r a n t a u | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 37
144 Dan Kami lebih dekat padanya dari urat lehernya | An-
Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
146 Dan Kami lebih dekat padanya dari urat lehernya | An-
Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 40
DOA
YA Tuhanku !
Denganku daku hina; Dengan Mu daku mulia;
Denganku aku papa; Dengan Mu aku kaya;
Denganku daku lemah; Dengan Mu daku perkasa.
DIA
An-Nafri | D I A 167
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
adalah Bahasa Ku dan lisan-lisan Ku, Malaikat itu
berkenan melapangkan Nama itu, karena itu adalah
pintunya, dan Jin melapangkan kemauan keras, karena
itu adalah pintunya, dan insan melapangkan semua
huruf karena itu adalah pintunya.
168 D I A | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
BAB 51
(3)
Aku ditegakkan berdiri di dalam sesuatu, maka oleh
Nya aku di bawah kepada nama-nama, akupun
ditegakkan berdiri dalam nama-nama itu, lalu aku
dibawa pula ke arti mankna-arti makna itu, setelah
itu aku dibawa pula ke arti makna-arti makna itu,
setelah itu aku dibawa kepada diriku dan
ditegakkan berdiri pula di dalamnya.
(4)
Aku telah diteguhkan berdiri tegak di dalam
kesempurnaan maka aku melihat di dalamnya
berhimpunan Ke Maha Besaran) (Al Jalal) dan Ke
Maha Indahan: (Al Jamal)
(5)
Bila engkau telah mengenal Daku dengan Ku, tidak
lagi perkenalan dengan Ku itu akan dapat ditambah
oleh sesuatu (Karena Aku lah yang membawamu
sampai kepada puncak makrifat, yang dikemudiannya
tiada lagi tambahan).
(6)
182 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
Engkau sendiri yang Ku maukan dari sekian banyak
apa yang telah Ku Ciptakan, maka hendaknya engkau
pun demikian juga!. Hanya kepada Ku sendiri arahkan
kehendakmu, bukan mengarah ke lain dari Ciptaan
Ku.
(7)
Batas yang dapat dicapai oleh penglihatan mata hati,
ialah mengenal apa yang dikehendaki oleh Nya (Nabi
Musa .as. menyanggah tindakan-tindakan Al Khidr di
saat melobangi perahu (Qs. Al Kahfi 18:71) karena ia
tidak diberi penglihatan mata hati seperti halnya Al
Khidr, yang mana penglihatannya sudah mencapai
apa yang dikehendaki Nya dan memahami maksud
dan persoalan raja yang main rampas perahu secara
paksa).
(8)
Mengerutkan kekuasaan bagi Allah SWT, adalah satu
cara lisan mencari jalan keluar bila engkau telah
mencapai makrifat, dan telah engkau ketahui hak
kekuasaan penguasa itu adalah milik Allah semata,
maka engkaupun akan angkat tangan dari ikut campur
tangan dan akan gugur segala kepengurusan).
(9)
Menziarahi para orang yang sudah mendapat
sedangkan pada dirinya tiada mendapatkan, itu berarti
suatu pelanggaran (berkumpulnya seorang ahli tasauf
tanpa ada padanya zauqiah) (hal-hal yang
menyangkut rasa dalam hal ikhwal mereka, adalah
merupakan suatu pelanggaran)).
(11)
Luput ketinggalan suatu nasib bersama keluputan dari
keridaan, adalah merupakan suatu penyakit.
(12)
Ada kebiasaan yang bersumber dari dosa-dosa yang
dilakukan kelompok manusia-manusia, dapat
membentuk arca-arca sembahan, yang mana sumber
kekuasaan arca-arca itu atas manusia-manusia
disebabkan karena kebiasaan yang dilakukan berulang
kali. Misalnya apa yang dilakukan oleh orang-orang
Samiri yang telah membentuk dari perhiasan-
perhiasan yang dicuri oleh Bani Israel berupa se
ekor anak sapi yang dapat mengeluarkan suara
lenguhan.
(13)
Hai hamba ! Bila engkau mengenal Aku, maka
tinggalkanlah apa-apa selain Ku, sekalipun ap yang
selain Ku itu pernah melihat Ku, dan tinggalkan pula
apa yang pernah dilihatnya, walaupun dengan Ku ia
datang... Ha hamba! Bila engkau merasakan
ketentraman dengan perkenalan kepada selain Ku,
(14)
Syarat keridaan itu ialah penilaian sama antara
penolakan dan pemberian.
(15)
Ilmu itu lisan lahir, dan makrifat itu lisan bathin
(16)
Hukum kenyataan itu seluruhnya adalah ketakutan...
Dan bahaya itu mendapingi setiap hukum (karena
segala yang nyata dari apa yang lahir itu akan
berkesudahan pada kelenyapan.
(17)
Ilmu minuman jiwa; makrifat itu minuman hati;
Hukum itu minuman akal; dan Kepuasan itu minuman
Ruh
(18)
Kejahilan itu lintasan hati di dalam ilmu; Ilmu itu
lintasan hati di dalam karifat; Makrifat itu lintasan
hati di dalam perkenalan; pekenalan itu lintasan hati
di dalam waqwah; Waqwah itu kesudahan, tiada lagi
bahaya dan tiada pula lintasan hati,
(19)
Akal itu merupakan alat bagi ilmu; Ilmu itu
merupakan alat bagi makrifat; makrifat itu merupakan
alat bagi perkenalan; dan perkenalan itu bukanlah alat
An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 185
Martabat martabatnya
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
dan bukan pula waqwah itu alat. Setiap ala
mempunyai dua tangan,tangan pertama bertugas
memegang dan yang lainnya melepaskan. Memegang
dan melepaskan itu menunjukan tanda-tanda
pertentangan, maka bila tanpa alat tiada pula
pertentangan.
(20)
Sesungguhnya Aku mempunyai hamba-hamba yang
lancar berbicara, namun mereka itu tidak berbicara
dan enggan diajak oleh sipapun untuk berbicara.... Ku
katakan padanya : Tetapkan sikapmu; berbicaralah
kepada Ku saja! Terhadap selain Ku sedapat mungkin
jangan berbicara.... engkau pun akan menjadi hamba
Ku yang pandai bicara.... dan Ku jadikan bagimu
suatu syafaat.
(21)
Ketahuilah! Kuajak engkau berbicara, supaya engkau
dapat melihat, bukan untuk berbicara ... Katakanlah
padamu ... inilah penglihatanmu! Agar engkau
memperoleh bukti di dalam makrifatmu kepada Ku;
Bukan untuk engkau pamerkan atas Ku kepada siapa
yang tidak melihat Ku.
(22)
Siapa yang tidak naik atasnya Nur Cahaya Ku, maka
ia dalam api... dan siapa-siapa yang naik atasnya Nur
Cahaya Ku, maka ia akan dapat melihat Ku.
(23)
Hati-hati yang tetap teguh adalah hati-hati yang
bermaqam di Hadirat.... ia tidak hadir mudik dengan
pelbagai lintasan hati, karena sesungguhnya ia sudah
melihat Ku sebelum KUN (Jadilah) yakni sebelum
Aku menyatakan dan sebelum akau berbuat, maka
setelah tiba KUN dan telah datang lintasan-lintasan
hati, Aku telah menghentikannya di dalam maqam
Hadirat.
(24)
Lemparkan apa yang dengannya Aku rahasiakan, dan
lemparkan apa yang dengannya Aku nyatakan.....
Engkau adalah lebih mulia atas Ku daripada apa yang
telah dan akan Ku katakan kepadamu, maka
bagaimmana engkau memikul dan membawanya
kepada Ku, sedangkan engkau lebih perkasa di sisi Ku
daripada apa yang telah dan akan engkau katakan
kepada Ku; Maka janganlah engkau menjadi
kendaraan bagi selain Ku, niscaya engkau di dampingi
oleh derita dan malapetaka yang akan berembunyi di
dalam afiat itu. Jadilah engkau untuk Ku, bukan untuk
tutur kata Ku (yakni keikhlasan dalam menuju zat ...
untuk Zat Allah jangan ada sessuatu yang lain).
(25)
Alah berseru kepada hambanya yang dikatakan
yang ia kikir atas maqam manapun -... Wahai hamba
Ku! Engkau akan dipanggil oleh setiap ariff kepada
makrifatnya; Sedangkan itu adalha hak Ku atasnya;
maka janganlah engkau keluar dari makrifatmu
berpindah ke makrifatnya, itu adalah hak Ku atasmu.
(26)
Segala kenyataan yang telah nyata itu maqamnya
berada di belakangmu... di balik hatimu... maka
dudukanlah masing-msing itu di maqamnya...
(27)
Aku mempunyai di sisi Tuhan ku suatu maqam,
dimana tiada lagi di dalamnya perintah maupun
larangan . Itulah maqam di mana ku lihat Tuhanku
di dalamnya. Di dalamnya kau tidak lagi
Kemalaikatan, tiada pula aku dipengaruhi jin dalam
kedudukan selayaknya jin; tidak pula aku dipengaruhi
oleh hruf dalam kedudukan sebagai huruf, tidak pula
oleh alam semesta dalam bentuk alamiahnya.
(28)
Barang siapa yang telah melihat Ku, jika saja berdosa
maka dosanya lebih besar dari alam semesta; dan
beritakan tentang siksanya, bahwa derita siksanya
adalah seluruh penderitaan.
(29)
Ia bertutur kata kepadaku : Tidak Ku kirim
kepadamu ilmu-ilmu dan tidak pula makrifat-
makrifat, bahkan Aku mengutusmu agat segaa sesuatu
itu menjadi untukmu kekuasaan (Rabbaniah)
melaksanakan pengiriman.... Hendaklah engkau
berdiri di Hadirat Ku, niscaya Aku lah yang langsung
memerintahmu dengan segala sesuatu, dan tidaklah
aku memerintah sesuatu terhadap kepadamu.
(31)
Bila engkau telah melihat kepada Ku, ketahuilah
bahwa penglihatan itu karena mata manusiawai,
bukan hukum manusiawi (yang tidak lengah
sedikitpun walau sebagai tawanan dari kebutuhan
manusiawi). Dan bila engkau tidak dapat melihat
kepada Ku, itu adalah dikarenakan pandangan mata
manusiawi.
(32)
Bila engkau memberantas kebutuhan itu dengan
sesuatu kelengahan, niscaya kebutuhan itu makin jadi.
Bila engkau memberantas kelengahan dengan
keinginan-keinginan, akan bertambahlah kelengahan
itu.
(33)
Bila engkau tinggal menetap di dalam penglihatanmu
kepada Ku, niscaya engkau akan membenci dirimu
sendiri sebagaimana engkau membenci musuhmu.
(34)
190 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
Segala persoalan-persoalan dapat engkau ketahui, lalu
dapat engkau saksikan menurut kadar yang engkau
ketahui, kecuali persoalan yang mengenai ketuhanan,
pertama-tama engkau dapat menyaksikan kemudian
baru negkau dapat mengetahui ilmu-ilmu, Nya.
(35)
Bila engkau telah melihat Ku, niscaya segala ilmu dan
makrifat akan menjadi kayu bakar bagi api KU, dan
apabila engkau menginginkan, akan Ku sertakan pula
engkau dengannya.
(36)
Sekali-kali engkau tidak dapat mengenal Ku, bila
engkau tidak melemparkan hawa nafsumu, sekalipun
hawa nafsu itu didatangkan oleh tangan Ku.
(37)
Sekli-kali engkau tidak dapat menyaksikan Dau untuk
selama-lamanya dengan arti makna, karena
artimaknamu itu tidak dapat memiliki kecuali dirinya
sendiri., dan engkau akan menyaksikan Daku dengan
penyaksian Ku semata.
(38)
Segala apa yang nyata seluruhnya berbatas, batas-
batas itu adalah gambar-gambar lukisan, gambar-
gambar lukisan itu beraneka ragam, aneka ragam itu
saling serupa menyerupai dan saling lawan
berlawanan, yang saling lawan berlawanan itu
beramah-tamah satu sama lainnya serta bersimpang
siur.
(39)
Maulaya! Tiada Ilmu mu bebas merdeka dengan
melaksanakan perintah Mu, maka ilmu itu tentang Mu
dalam kebutaan. Bila engkau beri petunjuk, itulah
karunia Mu; Bila engkau menghijabnya, itulah hijab
Mu (alasan); itu semua adalah kepunyaan Mu, maka
ilmu itu tidak dapat menyaksikan kecuali kejahilan.
(40)
Sejauh-jauh kemauan keras itu masih berkaitan
dengan kebutuhan sehari-hari, dan siapa yang
merusaknya, maka jadilah rusak. Maka tiada jalan
keluar untuk menidadakan pemikiran tentangnya
sama sekali, karena sesungguhnya ia adalah asal
penderitaan yang dialami oleh manusia menurut
susunan manusiawinya.
(41)
Hakekat segala sesuatu itu adalah samar, karena
tiadanya kesanggupan. Manusia itu lenah, tiada daya
uneuk mengetahui dirinya, dan ia selalu luput untuk
192 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
mencapai manfaat atau mudharrat ... dan ilmu tentang
Tuhannya sangat lemah sekali.
(42)
Hai hamba! Teguhkanlah akal budimu di dalam
ketenangan dan ketentraman, lihatlah baik-baik apa
yang menjadi penyebab akal budimu tenang dan
tenteram, itulah artinya sampai, maka lihatlah tempat
sampainya itu, itu adalah merupakan mutiaranya,
lihatlah para mutiara itu, maka itulah mata yang
mampu melihat. Bila sampainya adalah siwa, niscaya
akan keheranan pada mulanya dan rugi setelah
kesudahannya.
(43)
Siapa yang beramal utuk memperoleh pahala, niscaya
ia akan letih dengan masuknya harapan-harapan,
barangsiapa yang beramal karena takut siksa, niscaya
(45)
Seluruh ketakutan itu berkaitan dengan perselisihan,
tidak cocok dengan pendengaran telinga, tidak cocok
dengan penglihatan mata, tidak cocok dengan apa
yang dijinaki oleh akal budi... Karena tiada jalan
keluar untuk meniadakan ketakutan itu daripada
manusia samak sekali karena tiadanya jalan menuju
kepada kesempurnaan.
(46)
Bukti dalil keyakinan itu ada empat.... penglihatan
nikmat, ketakutan hijab, penerimaan perkenalan dan
perpaling daripada siwa.
Pasak bagi hawa nafsu itu ada empat pula....
kekikiran, keserakahan, kesombongan dan panjang
angan-angan.
194 Maqam maqam mereka yang telah sampai dan Martabat
martabatnya | An-Nafri
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
(47)
Keserakahan itu mengiri segala sesuatu kecuali
makrifat, dan makrifat itu meniadakan segala sesuatu
itu kecuali keetakutan.
(48)
Keyakinan dan taqwa itusaling berdampingan, apabila
salah satu gaib, niscaya gaib pula yang lain.
Kesabaran dan kerelaan itu adalah berdampingan, bila
salah satu gaib, yang lain gaib pula. Dan Khalwah
(tapa menyepi menyendiri) dan ibadah itu
berdampingan, bila salah satu gaib, gaib pulalah yang
lain.
(49)
Ilahi Telah musnah segala kenyataan-kenyataan,
maka tiada yang dapat bertahan berhadapan dengan
keabadian Mu, dan telah terbentang di hamparan
bagian-bagian yang terakhir, maka tiadalah kuasa
bertahan di hadapan sifay Qiam Mu (berdiri Mu
sendiri).
(50)
Hai hamba! Siapa yang telah paham tentang Ku,
niscaya Ku buat perhitungan kepadanya tentang air
dan jiwa.
(51)
An-Nafri | Maqam maqam mereka yang telah sampai dan 195
Martabat martabatnya
Almawaqif wal Mukhotobat
Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
Hai hamba ! Bila Aku mengajak berkenalan, Aku
hampir tidak lagi menerima suatu uzur (alasan)
apapun.
(52)
Hai hamba! Perkenalan dengan apa yang tak dapat
dikatakan itu sifatnya adalah mengharuskan; dan
perkenalan dengan apa yang dapat dikatakan itu
sifatnya adalah menuntut.
(53)
Tiada perkenalan melainkan dengan karunia dan
anugrah dari Allah, maka bila ia memperkenalkanmu,
niscaya engkau ditegakkan berdiri, apabila engkau
ditegakkan berdiri, niscaya Ia memberikan apa yang
dapat engkau saksikan.
TIADA KETENANGAN TANPA SERTANYA
KEMAAFAN DAN KERAHMATAN
HUBAYA ATAS TULANG BELULANG YANG
REMUK RAPUH DALAM TIMBUNAN TANAH
29 06 - 2013