Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
yang Diampu oleh Bapak Ns. Annas Sumeru, S.Kep. M.Kep., Sp. KMB

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1
Hendra Ari Wibawa
Muhammad Nur Akmal Hidayat
Danang Setiyono
Nok Imroatul Azizah
Ika Wahyuni
Muslihudin
Heri Firmansah
Mohamad Romli

Keperawatan Kelas Kerjasama 2017

KEMENTERIAN PENDIDIKAN TINGGI, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2017

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah.SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini
penulis banyak menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan
keterbatasan penulis sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang
dimiliki penulis maka penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mrnyusun
makalah dengan sebaik-baiknya.
Sebagai manusia penulis menyadarai bahwa penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, amin.

Purwokerto, 05 September 2017

Penyusun,

KELOMPOK 1

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Permasalahan .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
D. Metode Penulisan .................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan ............................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Fraktur ............................................................. 4
1. Pengertian ....................................................................... 4
2. Anatomi Tulang .............................................................. 4
3. Fisiologi Tulang .............................................................. 6
4. Etiologi ............................................................................ 8
5. Manifestasi Klinis ............................................................ 8
6. Klasifikasi Fraktur .......................................................... 9
7. Patofisiologi ................................................................... 10
8. Pathway Keperawatan ................................................... 11
9. Pemeriksaan Diagnostik ................................................. 12
10. Penatalaksanaan Medis ................................................... 13
11. Proses Penyembuhan Tulang .......................................... 16
12. Komplikasi ...................................................................... 17
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur.................. 20
1. Pengkajian ....................................................................... 20
2. Diagnosa Keperawatan ................................................... 34
3. Intervensi Keperawatan .................................................. 35
4. Evaluasi ........................................................................... 40

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................ 41
B. Saran ...................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 42

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bentuk-bentuk tulang


(https://en.wikipedia.org/wiki/Bone#
diunduh 05-09-2017) ........................................................................ 5

Gambar 2 : Anatomi tulang panjang


(https://en.wikipedia.org/wiki/Bone#
diunduh 05-09-2017) ........................................................................ 5

Gambar 3 : Jenis sel tulang tulang


(https://en.wikipedia.org/wiki/Bone#
diunduh 05-09-2017) ........................................................................ 6

Gambar 4 : Potongan melintang pada tulang


(https://en.wikipedia.org/wiki/Bone#
diunduh 05-09-2017) ........................................................................ 7

Gambar 5 : Pathway Keperawatan (Reeves, C. J., 2001 dan Elizabeth. 2000) .. 11

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Hirarki Maslow pemenuhan kebutuhan terdiri dari kebutuhan
biologis, psikologis dan sosialisasi. Kebutuhan tersebut dipenuhi dari tingkat
yang paling dasar ke tingkat yang lebih tinggi. Salah satu yang menjadi
penyebab cedera fisik serta gangguan rasa aman dan nyaman adalah trauma
fisik (fraktur) yang menjadi masalah kesehatan dan sosial yang signifikan.
Perawat sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan diharapkan
mampu untuk mengatasi masalah kesehatan terutama kasus fraktur, karena
perawat berada di samping klien dalam 24 jam dan memiliki banyak
kesempatan untuk menjalin kontrak dan kontak yang lama dengan klien.
Pada kasus fraktur mempunyai efek yang sangat buruk jika terlambat
dalam pengobatan dan perawatannya, yang akan mengakibatkan kecacatan
fisik, oleh karena itu di butuhkan kemampuan perawat untuk memahami dan
memperhatikan prinsip kesterilan dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan fraktur ?
2. Seperti apa anatomi dan fisiologi tulang ?
3. Bagaimana etiologi terjadinya fraktur ?
4. Bagaimana manifestasi klinis fraktur ?
5. Seperti apa patofisiologi terjadinya fraktur ?
6. Apa saja klasifikasi fraktur ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis yang perlu dilakukan pada klien
dengan fraktur ?
8. Bagaimana proses penyembuhan fraktur ?
9. Komplikasi seperti apa yang dapat terjadi pada klien dengan fraktur ?

1
Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed
10. Bagaimana pengkajian keperawatan pada klien dengan fraktur ?
11. Apa diagnosa keperawatan yang muncul dan bagaimana rencana asuhan
keperawatan pada klien dengan fraktur ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan fraktur.
2. Mendeskripsikan seperti apa anatomi dan fisiologi fraktur.
3. Mendeskripsikan etiologi terjadinya fraktur.
4. Mendeskripsikan manifestasi klinis fraktur.
5. Mendeskripsikan patofisiologi terjadinya fraktur.
6. Mendeskripsikan apa saja klasifikasi fraktur.
7. Mendeskripsikan bagaimana penatalaksanaan medis yang perlu dilakukan
pada klien dengan fraktur.
8. Mendeskripsikan bagaimana proses penyembuhan fraktur
9. Mendeskripsikan komplikasi seperti apa yang dapat terjadi pada klien
dengan fraktur.
10. Mendeskripsikan pengkajian pada klien dengan fraktur.
11. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul dan rencana asuhan
keperawatan pada klien dengan fraktur

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan
menggunakan metode pustaka, yang sebagian besar komponen utama makalah
ini dikutip dari literatur yang menunjang keberadaan isi makalah ini.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


E. Sistematika Penulisan
Makalah yang membahas tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan fraktur ini terdiri dari 3 bab yang terdiri dari :
- Bab I terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
- Bab II terdiri dari : pengertian fraktur, anatomi dan fisiologi tulang,
etiologi fraktur, patofisiologis fraktur, klasifikasi fraktur,
manifestasi klinis fraktur, penatalaksanaan medis, proses
penyembuhan dan komplikasi yang dapat terjadi pada kasus
fraktur. Selain itu yang penting adalah pengkajian pada klien
dengan fraktur, diagnosa keperawatan yang muncul, dan
rencana keperawatan pada klien dengan fraktur.
- Bab III yang berisi kesimpulan dan saran.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Fraktur


1. Pengertian
Menurut Price dan Wilkinson (2006) dalam Nur Arif dan Kusuma
(2013) fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang,
dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
Menurut Sjamsuhidayat (2005) dalam Ningsih (2009) fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
2. Anatomi Tulang
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam bentuk :
a. Tulang panjang (long bone) misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan
humerus. Daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan
dengan garis epifisis disebut metafisis. Di daerah ini sangat sering
ditemukan adanya kelainan atau penyakit karena daerah ini
merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung
pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada
daerah lempeng epifisis akan menyababkan kelainan pertumbuhan
tulang.
b. Tulang pendek (short bone) misalnya tulang-tulang karpal.
c. Tulang pipih (flat bone) misalnya tulang parietal, iga, scapula, dan
pelvis.
d. Tulang tak beraturan (irregular bone) missalnya tulang vertebra.
e. Tulang sesamoid misalnya tulang patela.
f. Tulang sutura (sutura bone) ada di atap tengkorak

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut
korteks dan bagian dalam (endosteum) yang bersifat spongiosa berbentuk
trabekula dan di luarnya dilapisi oleh periosteum. Periosteum pada anak
lebih tebal daripada orang dewasa, yang memungkinkan penyembuhan
tulang pada anak lebih cepat dibandingkan orang dewasa.(Arif muttaqin,
2008:5)

Gambar 1 : Bentuk-bentuk tulang


(https://en.wikipedia.org/wiki/Bone# diunduh 05-09-2017)

Gambar 2 : Anatomi tulang panjang


(https://en.wikipedia.org/wiki/Bone# diunduh 05-09-2017)

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


3. Fisiologi Tulang
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel:
Osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
a. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I
dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid
melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas menyekresikan sejumlah
besar fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah sehingga
kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang
baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah
tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.
b. Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
c. Osteoklas adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti
osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel ini
menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan
beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium
dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

Gambar 3 : Jenis sel tulang


(https://en.wikipedia.org/wiki/Bone# diunduh 05-09-2017)

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan absorpsi
pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada tingkat pertumbuhan
kanak-kanak yang lebih banyak terjadi pembentukan daripada absorpsi
tulang. Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini
membuat tulang dapat berespons terhadap tekanan yang meningkat dan
mencegah terjadi patah tulang.
Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan mekanis
yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga membantu
mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organik
yang sudah tua berdegenerasi sehingga membuat tulang relatif menjadi
lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks
organik baru sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang.(Arif
muttaqin, 2008:9)

Gambar 4 : Potongan melintang pada tulang


(https://en.wikipedia.org/wiki/Bone# diunduh 05-09-2017)

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


4. Etiologi
a. Kekerasan langsung.
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. (Oswari E, 1993)

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari faktur ,menurut Brunner and Suddarth,(2002
: 2358) :
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai almiah yang di rancang utuk meminimalkan gerakan
antar fregmen tulang.
b. Setelah terjadi faraktur, bagian-bagian tidak dapat di gunakan dan
cenderung bergerak secara alamiah (gerak luar biasa) bukanya tetap
rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen tulang pada fraktur
lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun
teraba) ekstermitas yang bisa diketahui membandingkan
ekstermitas yang normal dengan ekstermitas yang tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu samalain sampai
2,5-5 cm (1-2 inchi).
d. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik
tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara
fragmen satu dengan lainnya (uji krepitus dapat mengaibatkan
kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal terjadi sebagai akibat
trauma dari pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.

Menurut Santoso Herman (2000:153) manifestasi klinik dari


fraktur adalah :

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen


tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema.
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.

6. Klasifikasi Fraktur
Menurut Doenges (2000: 761) Fraktur dapat dibagi menjadi 150,
tetapi lima yang utama adalah:
a. Incomplete : fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang
tulang. Salah satu sisi patah; yang lain biasanya hanya bengkok
(greenstik).
b. Complete : garis fraktur melibatkan selurah potongan menyilang dari
tulang, dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
c. Tertutup (Simple) : fraktur tidak meluas melewati kulit.
d. Terbuka (Complete) : fragmen tulang meluas melewati otot dan
kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


e. Patologis : fraktur terjadi pada penyakit tulang dengan tak ada
trauma atau hanya minimal.

7. Patofisiologi

Apabila tulang hidup normal dan mendapat kekerasan yang


cukup menyebabkan patah, maka sel-sel tulang mati. Perdarahan
biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak
di sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak biasanya juga mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul setelah fraktur. Sel-sel
darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan
Sisa sel mati dimulai.

Di tempat patah terbantuk bekuan fibrin (hematom fraktur) dan


berfungsi sebagai jalan untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas
osteoblas segera terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang
disebut kalus. Bekuan fibrin direabsorpsi dan sel-sel tulang baru
secara perlahan-lahan mengalami remodeling untuk tulang sejati.
Tulang sejati menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami
kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan beberapa minggu sampai
beberapa bulan (Corwin,2001: 299).

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


8. Pathway keperawatan

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi sebagai penunjang adalah pencitraan
menggunakan sinar Rongten (Sinar X). Untuk mendapatkan gambaran
tiga dimensi dari keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, kita
memerlukan dua proyeksi, yaitu AP atau PA dan Lateral. Perlu
disadari bahwa permintaan Sinar X harus atas dasar indikasi
kegunaan.
Selain fofo sinar X polos, mungkin juga diperlukan teknik khusus
seperti : Tomografi, Mielografi, Artografii dan CT Scan.
b. Pemeriksaan laoratorium
1) Kalsium serum dan fosfor meningkat pada tahap penyembuhan
tulang
2) Fosfatase alkali meningkat pada saat kerusaka tulang dan
menunjukan kegiatan osteoblastik daam membentuk tulang
3) Enzim otot seperti Kreatin Kinase, laktat dehidrogenase (LDH5) ,
aspartat amino transferase (AST) dan Aldolase meningkat pada
tahap penyembuhan tulang
c. Pemeriksaan lain-lain
1) Elektromiografi : terdapat kerusakan konduksi syaraf akibat
fraktur
2) MRI : menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur
3) Atroskopi : didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan (Arif muttaqin, 2008:96)
Pemeriksaan laboratorium pada pasien fraktur menurut Doenges (2000:
762) adalah sebagai berikut:

a. Hb (Hemoglobin) mungkin meningkat (Hemokonsentrasi) atau juga


dapat menurun (perdarahan).
b. Leukosit meningkat sebagai respon stress normal setelah trauma.
c. Kreatinin, trauma meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.
d. Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


10. Penatalaksanaan Medis
a. Fraktur terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai pendarahan yang hebat dalam waktu 6 - 8 jam
(golden periode). Kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan :
1) Pembersihan luka
2) Eksisi
3) Hecting situasi
4) Antibiotik
b. Seluruh fraktur
1) Rekognisis /pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan
tindakan selanjutnya.
2) Reduksi / manipulasi / reposisi.
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimum. Dapat juga diartikan reduksi
fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajarannya dan rotasi anatomis (Brunner, 2001).
Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin
untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya
akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada
kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi sulit bila cidera
mulai mengalami penyembuhan.
a) Reduksi tertutup
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan
fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling
berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
Ekstremitas dipertahankan dalam posisi yang
diinginkan,sementara gips, bidai dan alat-alat lain
dipasang dokter. Alat immobilisasi akan menjaga reduksi
dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


Sinar-x dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen
tulang telah dalam kesejajaran yang benar.
b) Traksi
Dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme
otot yang terjadi. Sinar-x digunakan untuk memantau
reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen
tulang,pembentukan kalus akan terlihat ketika tulang
sembuh. Ketika kalus sudah kuat dapat dipasang gips atau
bidai untuk melanjutkan imobilisasi. Jenis-jenis traksi
meliputi skin traksi (buck traction,russel traction,Dunlop
traction) dan traksi skelet yang dipasang langsung pada
tulang dengan menggunakan pin metal atau kawat. Beban
yang digunakan pada traksi skeletal 7-12 Kg untuk
mencapai efek traksi.
c) Reduksi terbuka
Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Alat
fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat paku,
atau batangan logam digunakan untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan
tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan disisi
tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang,alat
tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi
fragmen tulang.
3) Retensi/Immobilisasi
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen
tulang sehingga kembali seperti semula secara optimum.
Setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus diimmobilisasi,
atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan
metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


continue, pin dan teknik gips atau fiksator eksterna. Untuk
fiksasi interna dapat digunakan implant logam yang berperan
sebagai bidai interna untuk mengimmobilisasi fraktur.
4) Rehabilitasi
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan
jaringan lunak seperti fisioterapi untuk mencegah terjadinya
atropi dan kontraktur. Latihan isometrik dan setting otot
diusahakan untuk meminimalkan atrofi jaringan otot dan
meningkatkan peredaran darah.
Reduksi dan immobilisasi harus tetap dipertahankan sesuai
kebutuhan. Status neurovaskuler seperti peredaran darah,
nyeri, perabaan, gerakan dipantau dan ahli bedah ortopedi
diberitahu segera bila ditemukan tanda gangguan
neurovaskuler. Kegelisahan dan ketidaknyamanan dikontrol
dengan berbagai pendekatan, contoh meyakinkan,perubahan
posisi, strategi peredaan nyeri termasuk analgetika.
Partisipasi dalam aktivitas sehari-hari diusahakan untuk
memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri. Pengembalian
bertahap pada aktivitas semula disesuaikan dengan batasan
terapeutika. Biasanya, fiksasi interna memungkinkan
mobilisasi lebih awal. Ahli bedah memperkirakan stabilitas
fiksasi fraktur, menentukan luasnya gerakan dan stress pada
ekstremitas yang diperbolehkan dan menentukan tingkat
aktivitas dan beban berat badan.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


11. Proses Penyembuhan Tulang
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.
Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah
dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang.
Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium
penyembuhan tulang, yaitu:

a. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma


Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah
fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang
yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan
fibroblast. Stadium ini berlangsung 24-48 jam dan perdarahan
berhenti sama sekali.
b. Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi
fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone
marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami
proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan
disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis.
Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang
menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini
berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai,
tergantung frakturnya.
c. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi
oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan
mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal
dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau
bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga
gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah
fraktur menyatu.
d. Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada
garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-
celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini
adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan
sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
e. Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat
dengan bentuk yang b erbeda dengan tulang normal. Dalam waktu
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun terjadi proses pembentukan
dan penyerapan tulang yang terus menerus lamellae yang tebal
akan terbentuk pada sisi dengan tekanan yang tinggi. Rongga
medulla akan terbentuk kembali dan diameter tulang kembali pada
ukuran semula. Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk
semulanya,terutama pada anak-anak. Pada keadaan ini tulang telah
sembuh secara klinis dan radiologis.(Black,J.M,et al,1993 dan
Apley,A.Graham,1993)

12. Komplikasi
a. Komplikasi Awal
1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang
lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


2) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang
terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh
darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan
yang terlalu kuat.
3) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi
karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning
masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam
darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
takikardi, hipertensi, takipnea, demam.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial)
dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur
terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
5) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang
dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


b. Komplikasi Dalam Waktu Lama
1) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke
tulang.
2) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah
6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang
berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
3) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk
(deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik. (Black, J.M, et al, 1993)

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur
1. Pengkajian
Komponen pengkajian keperawatan komprehensif yang
dilaksanakan oleh perawat secara umum meliputi anamnesis pada klien
dan/atau keluarga, pemeriksaan kesehatan, meninjau catatan/status klien
untuk melihat pemeriksaan diagnostik. Perawat juga berkonsultasi
dengan anggota kesehatan lain dan meninjau literatur yang terkait dengan
keadaan klien.
a) Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, usia (penting karena berhubungan dengan status
anestesi, pemeriksaan diagnostik), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, asurasi kesehatan, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, suku bangsa, tanggal dan jam masuk
rumah sakit (MRS), nomor registrasi, diagnosis medis dan
golongan darah.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering muncul pada klien dengan
gangguan muskuloskeletal adalah nyeri, deformitas,
kekakuan/benjolan, kelemahan otot, gangguan sensibillitas, dan
gangguan atau hilangnya fungsi.
Nyeri
Nyeri pada fraktur bersifat tajam dan menusuk dan dapat
dihilangkan dengan imobilisasi.rasa nyeri berbeda antara
satu individu dengan individu yang lainnya berdasar
ambang nyeri dan toleransi nyeri masing masing
klien.berikut cara mengkaji nyeri dengan menggunakan
PQRST : Provoking Incident yaitu apakah ada peristiwa
yang menjadi faktor penyebab nyeri, apakah nyeri
berkurang dengan istirahat atau dengan imobilisasi,
apakah nyeri bertambah berat jika beraktivitas

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


(aggravation), pada aktivitas mana nyeri bertambah
(apakah saat batuk, bersin, berdiri, berjalan). Pada
umumnya nyeri bertambah berat apabila ada gerakan
setempat dan berkurang apabila istirahat. Quality of Pain
yaitu seperti apa rasa nyeri yang dirasakan, apakah seperti
terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk. Region,
Radiation, Relief yaitu dimana lokasi nyeri, Apakah rasa
sakit bisa mereda, menjalar atau menyebar. Severity
(Scale) of Pain yaitu seberapa hebat rasa nyeri yang
dirasakan klien, dapat berdasarkan skala nyeri dan
menerangkan seberapa hebat rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya. Time yaitu berapa lama nyeri
berlangsung, kapan, Apakah bertambah buruk pada malam
hari atau siang hari.
Deformitas
Deformitas atau kelainan bentuk menimbulkan suatu
keluhan yang menyebabkan klien minta pertolongan
pelayanan kesehatan. Kaji berapa lama keluhan dirasakan,
berobat kemana saja, Adakah perubahan citra diri klien.
Kekakuan/ketidakstabilan sendi.
Kelainan ini bersifat umum atau bersifat lokal pada sendi
sendi tertentu
Pembengkakan/benjolan.
Keluhan ini merupakan suatu tanda adanya bekas trauma,
baik pada sendi, jaringan lunak, atau tulang. Hal yang
perlu ditanyakan adalah lokasi, sudah berapa lama, sudah
berobat kemana.
Kelemahan otot.
Hal yang perlu dikaji adalah waktu dan sifat kelemahan
otot,l okasi dan bagian tubuh yang mengalami kelemahan

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


otot, Apakah disertai dengan kelainan sensorik, adakah
riwayat kelemahan otot akibat pengobatan sebelumnya.
Gangguan sensibilitas.
Keluhan ini muncul apabila terjadi kerusakan saraf pada
upper/lower motor neuron baik lokal maupun
menyeluruh.biasanya klien mengalami parastesia
(perasaan terbakar atau kesemutan dan kebas.
Gangguan atau hilangnya fungsi organ muskuloskeletal.
Hal ini bisa diakibatkan karena adanya nyeri,kekakuan
sendi,atau kelemahan otot.

3) Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang.
Hal yang perlu ditanyakan adalah sebab dari fraktur. Ini
bisa berupa kronologi terjadinya fraktur sehingga bisa
ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh yang
mana yang terkena.
Riwayat penyakit dahulu.
Tanyakan tentang penyakit-penyakit yang dialami
sebelumnya seperti peningkatan kadar gula darah atau
tekanan darah tinggi, riwayat operasi, penggunaan obat-
obatan, ada tidaknya alergi obat.
Riwayat Penyakit keluarga.
Perlu ditanyakan ada tidaknya generasi terdahulu yang
mengalami keluhan yang sama.
Pengkajian psikososial spiritual.
Perawat perlu mengkaji tentang status emosi, kognitif, dan
prilaku klien. Pemeriksaan mental meliputi penampilan,
perilaku, afek, suasana hati, lafal, isi dan kecepatan
berpikir, persepsi dan kognitif.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


Kemampuan koping.
Kaji adanya dampak yang muncul akibat sakitnya seperti
takut cacat, cemas, ketidakmampuan melakukan aktivitas
secara optimal dan gangguan citra tubuh. Pengkajian
mengenai mekanisme koping klien selama stress meliputi
kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah
kesehatan, perubahan prilaku akibat stress, sumber koping.
Pengkajian sosio ekonomi spiritual.
Kaji adanya keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit
neurologis dalam hubunganya dengan peran sosial dan
rencana pelayanan yanag akan mendukungan adaptasi
terhadap gangguan neurologis dalam sistem pendukung
individu. Meliputi konsep klien mengenai Tuhan,
identifikasi budaya, pekerjaan dan hubungan keluarga.
Pengertian klien tentang masalah kesehatan.
Meliputi tingkat penerimaan, tingkat intelektual, dan
kemampuan untuk melaksanakan perawatan mandiri.
Pertimbangan pediatrik
Meliputi dampak hospitalisasi pada anak, kaji adanya
ekspresi perasaan anak melalui tingkah laku, libatkan
orangtua dalam pengkajian.
Pertimbangan gerontologik.
Meliputi karakteristik yang normal dan yang menyimpang
dari proses penuaan dan kondisi patologis. Sumber
pendukung utama klien, pengalaman masa lalu, harapan
atau aspirasi klien. pusatkan pengkajian pada kekuatan dan
keterampilan klien bukan kekurangan klien.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus fraktur dibagi menjadi dua, yaitu
pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan
gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan
dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit
tetapi lebih mendalam.
1) Pemeriksaan umum.
Gambaran umum yang bisa didapatkan seperti berikut :
Keadaan umum : baik atau buruknya keadaan, tanda-tanda
vital, berat badan dan tinggi badan.
Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien. Macam
tingkat kesadaran seseorang klien :
Compos Mentis adalah ketika seseorang masih tersadar
penuh.
Apatis adalah yaitu kurangnya respon terhadap keadaan
sekeliling ditandai dengan tidak adanya kontak mata
atau mata terlihat menerawang dan tidak fokus.
Samnolen (letargie) adalah keadaan dimana seseorang
sangat mudah mengantuk dan tidur terus menerus tapi
masih mudah di bangunkan.
Sopor adalah kondisi tidak sadar atau tidur
berkepanjangan tetapi masih memberikan reaksi
terhadap rangsangan.
Delirium adalah penurunan kesadaran disertai
kekacauan motorik dan siklus tidur bangun. klien
tampak gaduh, gelisah, kacau, disorientasi, dan
meronta-meronta.
Semi Koma adalah penurunan kesadaran yang tidak
memberikan respon rangsangan verbal dan tidak dapat

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


di bangunkan sama sekali ( kornea, pupil ) masih baik.
respon nyeri tidak adekuat.
Koma adalah kondisi tidak sadar dan tidak ada reaksi
terhadap rangsangan tertentu.
Penilaian Glasgow Coma Scale (GCS).
Eye (membuka mata) :
4 : Membuka mata dengan spontan.
3 : Membuka mata dengan rangsang suara
(menyuruh klien untuk membuka mata).
2 : Membuka mata dengan rangsang nyeri
(berikan rangsang nyeri, seperti menekan jari
tangan maupun kaki).
1 : Tidak ada respon.

Verbal (respon bicara) :


5 : Bicara dengan biasa.
4 : Bicara ngacau.
3 : Hanya dengan kata kata saja.
2 : Hanya dengan suara.
1 : Tidak ada respon.

Motorik (respon gerakan) :


6 : Mengikuti apa yang diperintah
5 : Melokalisir bagian nyeri (menjauhkan maupun
menjangkau stimulus saat di beri rangsang
nyeri).
4 : Menarik dari nyeri (menghindari /menarik
tubuh menjauhi stimulus saat di beri rangsang
nyeri).
3 : Fleksi abnormal (kedua maupun satu tangan
posisi kaku di atas dada serta kaki jika di beri
rangsang nyeri).
2 : Ekstensi abnormal (kedua maupun satu tangan
ekstensi di sisi tubuh dengan jari mengepal
serta kaki ekstensi jika di beri rangsang nyeri)
1 : Tidak ada respon.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


Skala dihitung dengan cara penjumlahan dari semua respon.
Nilai maksimal GCS adalah 15. Sedangkan nilai minimal
GCS adalah 3. Penjumlahan nilai respon merupakan
asesmen tingkat kategori ketidaksadaran klien, yang sudah
terbagi menjadi :
Ringan : 13 sampai 15 poin.
Moderat : 9 sampai 12 poin.
Berat : 3 sampai 8 poin.
Koma : Nilai < 8 poin
Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang,
berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk.
Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

2) Pengkajian Fisik
a) Sistem Integumen
Kulit
Keadaan kulit = luka ( ), Memar ( ), Gatal ( ),
Turgor = baik ( ), sedang ( ), buruk ( ).
Warna = sianosis ( ), merah ( ), pucat ( ).
Tekstur = halus / lentur ( ), kasar / tebal ( ).
Kelembaban = kering ( ), berkeringat ( ), berminyak ( ).
Kepekaan terhadap sentuhan = baik ( ), sedang ( ),
jelek ( ), hipersensitif ( ).
Penggunaan obat topikal / ramuan = Ya ( ), tidak ( ),
jenis .........
Kuku
Warna dasar = ....................
Sudut kuku dan dasar kuku (N = 1600) = ......................
Keadaan kuku (setelah penekanan 2 3 detik) = ...........

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


Adakah trauma akhir-akhir ini ? Kebiasaan menggigit
kuku = Ya ( ), tidak ( ). Keadaan kuku (Panjang /
pendek, kotor / bersih) = .......................
Rambut dan kulit kepala
Keadaan kulit kepala = lesi ( ), gatal ( ), kutu ( ),
ketombe ( ), memar ( ), nyeri ( ), radang ( ).
Keadaan rambut = kering ( ), bercabang ( ),
berminyak ( ), rontok ( ), tebal ( ), tipis ( ),
perubahan warna ( ).
Jenis shampoo yang dipakai ? Memakai Wig ?
b) Sistem Neurologis
Tingkat kesadaran : komposmentis ( ), apatis ( ),
somnolensia ( ), delirium ( ), stupor / semi koma ( ),
koma ( ).
GCS = .................................................
Riwayat trauma ?
Wajah = simetris ( ), asimetris ( ).
Leher = simetris (Ya / tidak), nyeri ( Ya / Tidak), kaku
kuduk (Ya / Tidak)
c) Sistem Penglihatan
Penggunaan alat bantu = kaca mata ( ), lensa kontak ( ).
Posisi mata = enteropian ( ), elektropian ( ), Triakiasis ( ).
Konjungtiva = merah ( ), infeksi atau pus ( ), anemis ( ).
Skelera = putih ( ), ikterik ( ).
Kornea = jernih ( ), radang atau keratitis ( ), edema ( ).
Pupil = Isokor ( ), anisokor ( ), miosis ( ), midriasis ( ),
refleks cahaya ( ) ukuran =...
Gerakan otot mata = nistagmus ( ), strabismus ),
normal ( ).
Medan penglihatan = N ( ), abnormal ( ),

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


Alis mata = simetris ( ), asimetris ( ).
Penyakit mata yang pernah diderita = katarak ( ),
glokoma ( ), trauma ( ).
d) Sistem Pendengaran
Alat bantu pendengaran = ..............................
Daun telinga = normal atau tidak sakit saat digerakan ( ),
sakit saat digerakan ( ), kondisi daun telinga = lesi ( ),
kemerahan ( ), nyeri ( ), tinitus ( ), radang ( ),
gatal ( ),normal ( ).
Serumen = normal ( ), banyak ( ), (Konsistensi, bau,
dll) ...............................
Vertigo (Ya / tidak)
Pemeriksaan weber dan Rinnes = normal ( ), abnormal ( ).
Riwayat penyakit telinga ?
Respon terhadtap bunyi atau suara dan lawan bicara ?
e) Sistem Penciuman
Keadaan hidung = lesi ( ), epistaksis ( ), gatal ( ),
kemerahan ( ), polip ( ), nyeri tekan ( ), radang ( ),
normal ( ).
Bentuk atau ukuran hidung = simetris ( ), asimetris ( ).
Adakah alergi ? dan menggunakan obat-obatan nasal ?
Adakah cairan keluar dari hidung (jumlah, warna,
uni/bilateral) = ...............................
Respon terhadap bau-bauan ? Baik ( ), hiposensistif ( ),
hipersensitif ( ).
f) Sistem Wicara
Kesulitan atau gangguan wicara = normal ( ),
apasia ( ), analrtria ( ), dispasia( ), disartria ( ),

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


g) Sistem Saraf Pusat
Kecemasan = Ya ( ), tidak ( ).
Riwayat kehilangan kesadaran ...............................
Perubahan tingkah laku, orientasi terhadap orang,
tempat dan situasi ...............................
Kemampuan mengingat = memori jangka pendek ( ),
menengah ( ), panjang ( ).
Psiko motor = ataksia ( ), paralisis ( ), tremor, spasma ( ).
h) Sistem Pernafasan
Jalan nafas = bersih ( ), tidak sesak ( ), dengan
aktifitas ( ), tanpa aktifitas ( ).
Menggunakan otot-otot pernafasan ...............................
Kedalaman = dalam ( ), dangkal ( ).
Irama = teratur ( ), tidak teratur ( ).
Batuk = Ya ( ), tidak ( ), produktif ( ), nonproduktif ( ).
Sputum = putih ( ), kuning ( ), hijau ( ).
Konsistensi = kental ( ), encer ( ), ada darah ( ).
Suara nafas = normal ( ), ronchi ( ), wheeze ( ), Krekles ( ).
i) Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer
Irama teratur ( ), tidak teratur ( ).
Denyut = lemah ( ), kuat ( ).
Distensi vena jugularis = Ya ( ), tidak ( ),
Temperatur kulit = hangat ( ), dingin ( ).
Edema Ya ( ), tidak ( ), keterangan ...........
Sirkulasi jantung
Kelainan bunyi jantung = Murmur ( ), gallop ( ),
normal ( ).
Sakit dada Ya ( ), tidak ( ), saat beraktifitas ( ),
tanpa beraktiftas ( ), sifat( ).

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


j) Sistem Gastrointestinal
Mulut dan Faring
Selera makan = baik ( ), mual ( ), muntah ( ).
Hygiene mulut : ...............................
Reflek menelan : ...............................
Gigi / gusi = caries ( ), radang ( ), perdarahan ( ).
Mukosa mulut = warna ............................. lesi ( ),
radang ( ).
Pola kebiasaan = ...............................
Abdomen
Ukuran / kontur = ...............................
Bentuk atau keadaan = simetris ( ), asimetris ( ),
asites ( ), distensi atau regiditas ( ).
Bising usus normal ( ), meningkat ( ), menurun ( ),
keterangan ...............................
Nyeri dan lokasinya ...............................
Rektum = hemoroid ( ), lesi ( ), kemerahan ( ),
abses ( ), nyeri ( ), dll ...............................
Eliminasi usus
Pola kebiasaan
Diare ( ), konstipasi ( ), Platus ( ), melena ( ),
penggunaan laksatif ( ), dll.
k) Sistem Urogenital
Perubahan pola berkemih = retensi ( ), urgensi ( ),
hesistensi ( ), frekuensi...........
Distensi kandung kencing = Ya ( ), tidak ( ).
Keluhan sakit pinggang Ya ( ), tidak ( ).
Pembesaran kelenjar prostat Ya ( ), tidak ( ).
Keadaan genetalia = ...............................

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


l) Sistem Muskoskeletal
Kesulitan dalam pergerakan Ya ( ), tidak ( ).
Sakit pada tulang sendi Ya ( ), tidak ( ).
Fraktur Ya ( ), tidak ( ).
Kelainan bentuk tulang atau sendi = kontraktur ( ),
skoliosis ( ), lordosis ( ), kyposis ( ), dll.
m) Sistem Endokrin
Nafas berbau keton Ya ( ), tidak ( ), keringat banyak ( ),
urine banyak ( ), sedikit ( ), hiperkalemia ( ),
polipagi ( ), poliuri ( ), polidipsi ( ),
Gangren =Ya ( ), tidak ( ).
Warna = ...............................
Bau = Ya ( ), tidak ( ).
Eksoptalmus = Ya ( ), tidak ( ).
Pembesaran kelenjar tyroid = Ya ( ), tidak ( ).
n) Sistem Kekebalan Tubuh
BB sebelum sakit ...............................
BB setelah sakit ...............................
Pembesaran kelenjar getah bening = Ya ( ), tidak ( ),

3) Pemeriksaan setempat.
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem
muskuloskeletal adalah :
a) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
Sikatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi).
Fistulae

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hiperpigmentasi.
Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal
yang tidak biasa (abnormal).
Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
b) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada
dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan
informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah perubahan suhu disekitar trauma
(hangat) dan kelembaban kulit. Apabila ada pembengkakan,
apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar
persendian.
Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal,tengah, atau distal).
Otot : tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan
yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain
itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan,
maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,
konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau
permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.
c) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan
dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat
keluhan nyeri pada pergerakan.
Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi
keadaan sebelum dan sesudahnya.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah
pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran
metrik.
Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak
(mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah
gerakan aktif dan pasif. (Reksoprodjo, Soelarto, 1995)
d) Kekuatan Otot
Skala keterangan :
0 : Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak
berkontraksi, bila lengan/ tungkai dilepaskan, akan
jatuh 100% pasif.
1 : Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada
tahanan sewaktu jatuh.
2 : Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan
gaya gravitasi (saja), tapi dengan sentuhan akan jatuh.
3 : Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi
tidak mampu melawan tekan/ dorongan dari pemeriksa.
4 : Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain.
5 : Kekuatan utuh.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus fraktur
antara lain sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma)
ditandai dengan :
Subyektif Obyektif
1. Mengeluh nyeri (pengkajian 1. Tampak meringis
menggunakan skala 2. Bersikap protektif (misal
Numeric scale, Faces Scale) waspada, posisi
menghindar diri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan faktor


risiko : trauma , fraktur, imobilisasi, penekanan misal gips, balutan.
kondisi terkait : fraktur, trauma.
c. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
faktor risiko : trauma.
d. Risiko kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor risiko
: perubahan sirkulasi, proses penuaan, penekanan pada tonjolan
tulang.
e. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor risiko :
perubahan sirkulasi, proses penuaan, penekanan pada tonjolan tulang.
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
Subyektif Obyektif
1. Mengeluh sulit 1. Kekuatan otot menurun
menggerakkan ekstremitas 2. Rentang gerak / ROM
menurun

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


g. Risiko perdarahan berhubungan dengan faktor risiko trauma
h. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan.
i. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi, ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
Subyektif Obyektif
1. Menanyakan masalah yang 1. Menunjukan perilaku
dihadapi sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap
masalah
(sumber : Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 tahun
2017)

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu
mengontrol nyeri / Nyeri berangsur berkurang sampai hilang.
Intervensi yang bisa dilakukan antara lain :
1) Pemberian obat : analgetik
2) Pengurangan kecemasan
3) Manajemen lingkungan : kenyamanan
4) Aplikasi panas / dingin
5) Manajemen pengobatan
6) Manajemen nyeri
7) Pilihan intervensi tambahan : dukungan emosional
8) Humor
9) Terapi musik
10) Pengaturan posisi
11) Terapi relaksasi

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


12) Mendengar aktif
13) Fasilitasi hipnosis diri
14) Peningkatan tidur
15) Sentuhan terapeutik

b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan faktor


risiko : trauma , fraktur, imobilisasi, penekanan misal gips, balutan
kondisi terkait : fraktur, trauma.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
disfungsi neurovaskuler perifer.
Intervensi yang bisa dilakukan antara lain :
1) Perawatan gips : pemeliharaan, basah
2) Perawatan sirkulasi : insufisiensi arteri vena
3) Monitor ekstremitas bawah
4) Monitor neurologi
5) Manajemen sensai perifer
6) Pengecekan kulit

c. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


faktor risiko : trauma.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
gangguan perfusi jaringan perifer.
Intervensi yang bisa dilakukan :
1) Pengecekan kulit
2) Monitor ekstremitas bawah
3) Perawatan tirah baring
4) Manajemen sensasi perifer
5) Pengaturan posisi
6) Pembidaian
7) Monitor tanda-tanda vital

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


d. Risiko Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor
risiko : perubahan sirkulasi, proses penuaan, penekanan pada
tonjolan tulang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kerusakan
integritas jaringan dapat diminimalisir berangsur sampai menjadi
tidak ada kerusakan.
Intervensi yang bisa dilakukan antara lain :
1) Pengecekan kulit
2) Pencegahan luka tekan
3) Pembidaian
4) Menjahit luka
5) Perawatan traksi / imobilisasi
6) Perawatan luka
7) Irigasi luka
8) Pemberian obat
9) Manajemen obat
10) Monitor tanda-tanda vital
11) Terapi nutrisi

e. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor risiko :


perubahan sirkulasi, proses penuaan, penekanan pada tonjolan
tulang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
kerusakan kulit.
Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan
masalah :
1) Perawatan luka
2) Irigasi luka
3) Pengurangan perdarahan : luka
4) Pengecekan kulit
5) Pembidaian

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


6) Menjahit luka
7) Perawatan traksi / imobilisasi
8) Pembidaian
9) Perlindungan infeksi

f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas


struktur tulang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan mobilitas fisik
klien berangsur berubah dari ketergantungan penuh dengan orang
lain sampai bisa bermobilitas sebagian dibantu atau mandiri.
Intervensi yang bisa dilakukan antara lain :
1) Perawatan tirah baring
2) Terapi latihan : ambulasi, pergerakan sendi, kontrol otot
3) Manajemen nyeri
4) Pengaturan posisi
5) Bantuan perawatan diri
6) Perawatan traksi / imobilisasi
7) Perawatan gips : pemeliharaan, basah
8) Pencegahan jatuh
9) Pengekangan fisik (restrain)
10) Pembidaian

g. Risiko perdarahan berhubungan dengan faktor risiko trauma


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Intervensi yang bisa dilakukan antara lain:
1) Pencegahan perdarahan
2) Pengurangan perdarahan : luka
3) Identifikasi resiko
4) Manajemen terapi trombolitik
5) Pencegahan syok
6) Pencegahan jatuh

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


h. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
infeksi.
Intervensi yang bisa dilakukan antara lain :
1) Perawatan area sayatan
2) Kontrol infeksi
3) Manajemen nutrisi
4) Terapi nutrisi
5) Perawatan luka tekan
6) Identifikasi resiko
7) Pengecekan kulit
8) Perawatan luka
9) Manajemen lingkungan
10) Monitor tanda-tanda vital
11) Irigasi luka
12) Perawatan selang : perkemihan, drain

i. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar


informasi, ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan meningkatnya
pemahaman dan pengetahuan klien tentang penyakit yang
dialaminya.
Intervensi yang bisa dilakukan antara lain :
1) Pendidikan kesehatan
2) Pengajaran : prosedur / perawatan
3) Konseling
4) Dukungan pengambilan keputusan
5) Perencanaan pulang

Sumber : Bulecheck, Gloria M., 2013. Nursing Interventions Classification


(NIC). Mocomedia

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang bisa dilakukan selama memberikan asuhan keperawatan
adalah :
1. Nyeri berangsur berkurang sampai hilang
2. Tidak terjadinya disfungsi neurovaskuler perifer
3. Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan perifer.
4. Kerusakan integritas jaringan dapat diminimalisir berangsur sampai
menjadi tidak ada kerusakan.
5. ngguan integritas kulit (faktor risiko : perubahan sirkulasi, proses
penuaan, penekanan pada tonjolan tulang).
6. Mobilitas fisik klien berangsur berubah dari ketergantungan penuh
dengan orang lain sampai bisa bermobiitas sebagian dibantu atau
mandiri
7. Risiko perdarahan tidak terjadi
8. Infeksi tidak terjadi
9. Meningkatnya pemahaman dan pengetahuan klien tentang penyakit
yang dialaminya.

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


BAB III
PENUTUP

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien dengan fraktur maka sebagai
langkah terakhir dalam penyusunan makalah ini dapat diamil beberapa
kesimpulan dan memberikan saran yang sekiranya dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemberian asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan
fraktur.
A. Kesimpulan
1. Fraktur dapat terjadi pada berbagai macam tulang. Proses penyembuhan
dan penatalaksanaan fraktur tergantung pada jenis dan lokasi fraktur
2. Penatalaksanaan yang tepat dan cepat diperlukan agar tidak terjadi
komplikasi.
3. Fraktur yang terjadi akibat respon patologis, trauma langsung atau tidak
langsung dan tekanan berulang dapat memunculkan beberapa diagnosa
keperawatan baik aktual maupun potensial.

B. Saran
1. Saran untuk perawat pada klien fraktur harus melakukan pengkajian
secara komprehensif mulai anamnesa pada klien dan keluarga,
pemeriksaan fisik dan melihat catatan klien atau rekam medis serta
sebaikanya berkonsultasi dengan anggota tim kesehatan lain dan
meninjau literatur yang terkait kondisi klien.
2. Perawat dalam melakukan diagnosa keperawatan klien prioritas dapat
dipilih untuk masalah yang paling menonjol dan mengakibatkan
maaslaah lain bila tidak diatasi.

41

Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed


DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham.(1995). Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta
:Widya Medika
Black, J.M, et al. (1995). Luckman and Sorensens Medikal Nursing : A Nursing
Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company.
Bulechek, GM, et al. (2016). Nursing Interventions Clasification edisi keenam
Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta : Mocomedia
Corwin,Elizabeth J.(2001).Buku saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
https://en.wikipedia.org/wiki/Bone# diunduh 05-09-2017
Mansjoer, Arif, et al,(2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II. Jakarta :Medika
Aesculapius FKUI
Muttaqin,A.(2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal.Jakarta : EGC
Oswari, E,.(1993). Bedah dan Perawatannya, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
PPNI,Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia Edisi 1, Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Reeves,CJ. (2001). Keperawatan Medikal Bedah.jakarta : Salemba Medika.

42
Makalah Askep Fraktur-Kelompok 1-Keperawatan AJ 2017-Unsoed

Anda mungkin juga menyukai