Oleh:
Nama : Faza Haitami
NIM : B1J013067
Rombongan : III
Kelompok : 2
Asisten : Sumana
A. Latar Belakang
B. Tujuan
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Alizarin red adalah cawan petri, bak
preparat, 8 botol sampel, kertas label, spuit injeksi tanpa jarum dan pipet tetes.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Alizarin red adalah ikan Nilem
(Osteochillus hasselti), larutan alkohol 96%, larutan KOH 1%, larutan KOH 2%,
larutan pewarna Alizarin red, akuades, NaCl fisiologis dan larutan penjernih A, B dan
C, tissue.Metode
A. Hasil
(A) (B)
(C) (D)
(E) (F)
(G)
Keterangan:
A. Foto preparat sebelum diberi perlakuan
B. Foto preparat setelah dimasukkan alkohol 96%
C. Foto preparat setelah dimasukkan akuades
D. Foto preparat setelah dimasukkan KOH 1%
E. Foto preparat setelah dimasukkan Alizarin Red
F. Foto preparat setelah dimasukkan Larutan Penjernih B
G. Foto preparat setelah dimasukkan Larutan Penjernih C
H. Gambar tulang ikan sebagai berikut:
Tabel 1. Data Pengamatan Tulang yang Terkalsifikasi
No. Kelompok Tulang yang Terwarnai
1. Kelompok 1 Rongga insang, sirip dada, sirip belakang, tengkorak, rongga
mata, tulang belakang, sirip punggung, sirip ekor.
2. Kelompok 2 Tengkorak, rongga insang, tulang punggung, sirip
punggung, sirip ekor, rongga mata, tulang rusuk, sirip perut.
3. Kelompok 3 Tulang engkorak, sirip dorsal, dan sirip caudal.
4. Kelompok 4 Rongga mata, tengkorak, sirip caudal, tulang rusuk (tidak
terlalu jelas).
5. Kelompok 5 Tengkorak, tulang belakang, rongga mata, tulang rusuk,
rongga insang.
6. Kelompok 6 Rongga mata, Tulang belakang, tulang ekor.
A. Pembahasan
Alizarin sering disebut juga natrium alizarin sulfonat, dengan rumus molekul
C6H7O7SNA, yang merupakan golongan antraquinik dan banyak digunakan dalam
industria (Storer, 1989). Alizarin adalah suatu campuran dapat larut dalam air karena
alasan ini, kita manyatukan suatu water-insoluble format dari indikator ini, Alizarin S-
Ctab Merah pasangan ion lipophilic, yang mana penggunaan di dalam PVC sensor
.Pewarnaan alizarin ini digunakan untuk mendeteksi proses kalsifikasi pada tulang.
Tulang yang diwarnai dengan alizarin red akan berwarna merah tua apabila tulang
tersebut mengalami kalsifikasi. Warna ini akan muncul karena zat warna yang
diberikan terikat oleh kalsium pada matriks tulang. Tulang yang pertama terwarnai
adalah tulang tengkorak (tulang kepala). Tulang tengkorak merupakan tulang dibentuk
dengan cara osifikasi intermembran. Proses ini berasal dari serat kolagen dimasuki zat
ossin (protein tulang), kemudian fibroblast pembentuk mengalami transformasi
menjadi osteoblast dan osteoblast. Osteoblast pembentuk tulang, osteoblast peresap
zat yang akan dirombak menjadi tulang (Kalthoff, 1996).
Proses pewarnaan alizarin dimulai dengan ikan nilem (Osteochilus hasselti),
direndam di dalam air es yang berfungsi untuk melumpuhkan/mematikan ikan,
kemudian direndam dalam alkohol 96% yang berfungsi sebagai fiksatif (untuk
mematikan sel tanpa merusak selnya) sebelum diberi larutan pewarna alizarin red
terlebih dahulu. Setelah 12 jam larutan alkohol diganti dengan akuades selama 10
menit untuk menetralkan, setelah itu diberi larutan KOH 1% yang menyebabkan
jaringan otot menjadi transparan dan skeletonnya terlihat jelas.
Perendaman ikan nilem di dalam KOH 1% dilakukan selama 3 jam, kemudian
larutan KOH 1% diganti dengan larutan pewarna alizarin red selama 5 jam yang
fungsinya agar skeleton berwarna merah tua atau ungu, Setelah itu diberi penjernih A,
B, dan C masing-masing selama 1 jam, hal ini dilakukan terutama untuk mengurangi
kelebihan pewarna yang masuk ke dalam jaringan otot sehingga otot menjadi tampak
jernih dan transparan. Ikan dipindahkan ke dalam botol jernih yang berisikan larutan
gliserin, fungsi dari larutan gliserin adalah untuk mengawetkan spesimen. Setelah ikan
mujair direndam alkohol 96% selama 12 jam warna tubuh ikan menjadi pucat, namun
setelah direndam akuades selama 10 menit warna tubuh ikan masih terlihat pucat
karena akuades hanya bersifat untuk penetralan dari alkohol. Setelah ikan direndam
KOH 1 % selama 3 jam, tubuh ikan terlihat lebih lunak. Lalu ikan direndam alizarin
red selama 12 jam, terlihat warana alizarin red melekat pada preparat, kemudian ikan
diberi pewarna alizarin red selama 5 jam, terlihat pewarna alizarin red melekat pada
preparat, Setelah diberi larutan penjernih A, ikan mulai terlihat kalsifikasi tulang dan
terlihat limbah berwarna kuning kecoklatan. Setelah pemberian larutan penjernih B,
ikan mulai terlihat kalsifikasi tulang serta sedikit skeleton, limbah berwarna ungu.
Setelah pemberian larutan penjernih C terlihat tulang-tulang yang mulai terlihat jelas..
Dari hasil data pengamatan rombongan III, rata-rata tulang yang terwarnai adalah
tulang belakang, tengkorak, rongga mata, tulang rusuk dan rongga insang, sedangkan
untuk bagian yang tidak terwarnai adalah semua bagian sirip (sirip punggung, sirip
dada, sirip perut, sirip belakang dan sirip ekor) .
Berdasarkan hasil percobaan pada kelompok 2 dapat dilihat bahwa pada ikan
nilem tersebut sudah terjadi kalsifikasi. Terlihat pada ikan tersebut warna kekuningan
yang menandakan telah terjadinya kalsifikasi. Hasil pengamatan tulang yang
mengalami kalsifikasi adalah pada bagian tengkorak, rongga mata, tulang belakang
dan rongga insang, tulang rusuk, sirip ekor, sirip perut. Warna ini muncul karena zat
warna yang diberikan terikat oleh kalsium pada matriks tulang. Namun pada bagian
vertebratanya tidak terwarnai dengan sempurna. Hal ini dikarenakan proses
pengikatan zat warna tidak seimbang antara kalsium dan fosfor sehingga
mempengaruhi penyerapan warna alizarin red pada tulang.
Menurut Wahyu (1982), kalsium unsur yang sangat penting dibutuhkan oleh
tubuh, mineral ini sangat berfungsi dalam metabolisme dan pembentukan tulang,
selain berperan dalam proses osifikasi, mineral kalsium juga dibutuhkan dalam proses
pembekuan darah, kontraksi otot, dan aktivitas enzim.
Matriks tulang mengandung unsur-unsur yang sama seperti jaringan-jaringan
penyambung lainnya, serat-serat dan bahan dasar. Pengendapan matriks ini oleh
osteoblast disebut osifikasi. Pengendapan garam-garam kalsium dalam matriks ini
disebut kalsifikasi (pengapuran), suatu proses yang terjadi normal pada tulang tetapi
dapat terjadi patologis dalam jaringan penyambung lain, seperti tulang rawan dan
dinding pembuluh darah. Jika kalsifikasi belum terjadi dalam matriks tulang, daerah
itu disebut osteoid (Bevelander & Ramaley, 1988).
Kurang maksimalnya pewarnaan tulang dapat disebabkan oleh beberapa faktor
kemungkinan, di antaranya. Kurang lamanya waktu perendaman fetus dalam larutan
KOH 1% dan pewarnaan oleh larutan Alizarin, yang membuat jaringan ototnya tidak
terlalu transparan sehingga menyulitkan larutan pewarna Alizarin terserap pada tulang-
tulang yang mengalami klasifikasi. Komposisi yang terkandung dalam larutan
pewarna Alizarin juga dapat mempengaruhi keberhasilan proses pewarnaan tulang-
tulang yang terkalsifikasi (Mahanthesha et al., 2009).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya lama waktu dari setiap perlakuan harus lebih diperhatikan lagi, agar
mendapatkan hasil pewarnaan tulang yang lebih maksimal.
DAFTAR REFERENSI
Junqueira, L. C., Carneiro, Jose, Kelly R. O. 1992. Basic Histology. 7th ed. Appleton
and Lange, USA.
Mahanthesha K. R., Swamy, B. E. K., Chandra, U., Bodke, Y. D., Pai, K. V. K. and
Sherigara, B. S. 2009. Cyclic voltammetric investigations of Alizarin at carbon
paste electrode using surfactants. Int. J. Electrochem. Sci., 4: 1237 1247.
Puchtler, H., Meloan, S. N., and Terry, M. S. 1968. On the history and mechanism of
Alizarin and Alizarin Red s stains for calcium. The Journal of Histochemistry
and Cytochemistry. Vol. 17. No. 2 : 110-124.
Wahyu, Juju. 1982. Ilmu Nutrisi Unggas. Penerbit Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Yatim, W. 1984. Embriologi. Tarsito, Bandung.