Anda di halaman 1dari 21

A.

Siter Callista Roy

Sister Callista Roy adalah suster dari Saint Joseph of Carondet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy
menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys
College di Los Angeles dan Magister Saint in nurshing pada tahun 1966 di
Universitas California Los Angeles. Setelah mendapat gelar perawat Roy memulai
pendidikannya di sosiologi dan menerima gelar di universitas California.

Dalam sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk


mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Roy bekerja sebagai staf
perawat pediatric dan mengumumkan daya lenting dari anak-anak dan
menambahkan respon ke perubahan fisiologis-psikologis. Roy menyesuaikan
model pertama yang di hadirkan dari literatur dalam artikel yang diterbitkan in
nursing outlook pada tahun 1970.

Roy mengasosiasikan ke professor dan ketua dari departemen or nurshing


di Mount Saint Marys College hingga 1982. dari tahun 1983-1985 Roy sebagai
Robert wood Johnson Post Doctoral Fellow di universitas California San
Fransisco sebagai sarjana perawat di Neuroscience. Selama ini Roy melakukan
pencarian pada intervensi perawat bagian luka-luka dan pengalamannya dari
perawat model pada klinik. Pada tahun 1988 Roy baru memulai menyusun lulusan
teori perawat di Sekolah Boston College of Nursing.

Pada tahun 1981 Roy adalah seorang dari Sigma Theta Tau dan Roy pun
menerima hadiah National Founder selama bertahan di Fosterus Proffesional
Nurshing Standars. Prestasinya masuk pada tahun 1984 sebagai kehormatan
dokter dari Humane Letters oleh Alverno College. Pada tahun 1985 mendapat
kehormatan dokter dari timur Michigan University dan pada tahun 1986 A.J.N
menghadiahi buku untuk model adaptasi utama Roy. Roy diakui di dunia siapa
wanita itu ? kepribadian dari Amerika dan sebagai Follow of the American
Academy of Nurshing.
B. Sumber Teori

Teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dariHarry Helson ( 1964 )


seorang ahli fisiologis-psikologis. Harry Helson mengartikan respon adaptif
sebagai
fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang
dibutuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :

1. Focal stimuli : Individu segera menghadap

2. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek


Dari focal stimuli.

3. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.


Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana
menentukan stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif.
Sesuai dengan teori Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif
terhadap perubahan lingkungan.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan


pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif
Helson Roy mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori
dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy
memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran
sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat
mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush
dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk
fungsi aturan mode.

Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai


suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan
penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa
terbantu untuk mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model. Penggunaan
model praktek juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.

Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy


dan profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai
kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari
tubuh manusia dan spiritnya.

Konsep utama dan definisi

Sistem

Sistem adalah seperangkat bagian yang terhubung dengan fungsi secara


keseluruhan untuk yujuan tertentu dan masing-masing bagian memiliki saling
ketergantungan satu sama lain ( Roy & Andrews, 1999, hal 32). Sebagai
tambahan dari sifat keseluruhan dan bagian yang terhubung, sistem juga
memiliki masukan, luaran dan kontrol serta proses umpak balik ( Andrew & Roy,
1991, hal. 71)

Tingkat Adaptasi

Tingkat adaptasi menggambarkan kondisi dari proses kehidupan pada


tiga tingkat yaitu tingkat terpadu, terkompensasi dan dikompromikan ( Roy &
Andrew, 1999, hal 30). Tingkat adaptasi seseorang adalah suatu titik yang
berubah secara terus menerus, dibangun dari stimulus fokal, kontekstual, dan
residual, yang mewakili standar seseorang terhadap suatu rentang stimuli dimana
satu orang dapat berespons dengan respons adaptif yang biasa ( Roy 1984, hal
27-28).

Masalah Adaptif

Masalah adaptasi adalah suatu area masalah yang luas yang berkaitan
dengan adaptasi. Ini menggambarkan kesulitan yang berhubungan dengan
indikator adaptasi positif (Roy & Andrew, 1999, hal. 65). Roy 1984 menyatakan
sebagai berikut:
Pada titik ini dapat dikatakan bahwa perbedaan antara masalah adaptasi dan
diagnosiskeperawatan didasarkan pada pengembangan kerja dalam kedua
bidang ini. Pada titik ini, masalah adaptasi tidak dilihat sebagai area masalah
bagi perawat yang berhubungan dengan sesesorang atau kelompok yang sedang
beradaptasi (dengan masing-masing mode adaptif) (hal. 89-90)

Stimulus Fokal

Stimulus fokal adalah stimulus internal atau eksternal bagi sistem


manusia yang muncul dengan tiba-tiba (Roy & Andrew, 1999, hal. 31)

Stimulus Kontekstual

Stimulus Kontekastual adalah stimulus lainnya yang muncul pada suatu


situasi yang turut menjadi akibat dari stimulus fokal (Roy & Andrew, 1999,
hal.31)

Stimulus Residual

Stimulus residual adalah faktor lingkungan dari dalam ataupun bukan


dari dalam sistem manusia yang memiliki dampak tak jelas pada situasi saat ini
(Roy & Andrew, 1999, hal.32)

Proses Koping

Proses koping adalah cara-cara, baik yang bersifat intrinsik atau didapat
dari luar, untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berubah (Roy & Andrew,
1999, hal.31)

Mekanisme Koping Intrinstik

Mekanisme koping intrinstik adalah mekanisme koping yang didapatkan


secara genetik atau secara umum bagi spesies, dan dipandang sebagai proses
otonomis, manusia tidak perlu berpikir untuk menggunakan cara-cara tersebut
(Roy & Andrews, 1999 hal. 46)

Mekanisme Koping yang Didapat

Mekanisme koping yang didapat dikembangkan melalui strategi-strategi


tertentu misalnya belajar pengalaman yang dihadapi.( Roy & Andrews, 1999
hal.46)

Subsistem Kognator

Kognator adalah proses koping utama yang melibatkan sistem saraf,


kimiawi dan hormonal (Roy & Andrews, 1999 hal.31)

Subsistem Regulator

Regulator adalah proses koping utama yang melibatkan sistem syaraf,


kimiawi dan hormonal (Roy & Andrews, 1999 hal.32)

Respons Adaptif

Respons adaptif adalah adalah respons yang meningkatkan integritas


dalam mencapai tujuan sistem manusia (Roy & Andrews, 1999 hal.31)

Respons Inefektif

Respond inefektif adalah respons yang tidak turut meningkatkan integritas


dalam mencapai tujuan sistem manusia (Roy & Andrews, 1999 hal.31)

Proses Kehidupan Terpadu

Proses kehidupan terpadu merujuk pada tingkat adaptasi dimana struktur


dan fungsi dan proses kehidupan bekerjasama sebagai satu kesatuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia (Roy & Andrews, 1999 hal.31)

Mode Fisiologis Fisik

Mode fisiologis adalah berhubungan dengan proses fisik dan kimia yang
terlibat dalam fungsi dari aktivitas organisme hidup (Roy & Andrews, 1999
hal.102). lima kebutuhan yang diindentifikasikan dalam mode fisiologik-fisik
berhubungan dengan kebutuhan dasar integritas fisiologis yaitu: (1) oksigenasi,
(2) nutrisi (3) eliminasi (4) aktivitas dan istirahat dan (5) perlindungan. Mode fisik
adalah suatu cara dimana sistem adaptif manusia secara kolektif terwujud dalam
hubungan adaptasi dengan sumber-sumber operasional dasar, peserta, fasilitas
fisik dan sumber fiskal (Roy & Andrews, 1999 hal.104)

Mode Identitas Konsep Diri Kelompok

Mode identitas konsep diri kelompok adalah salah satu dari tiga mode
psikososial; yang berfokus pada aspek psikologis dan spiritual sistem manusia.
Konsep diri dapat didefinisikan sebagai kumpulan kepercayaan dan perasaan
tentang diri sendiri pada waktu tertentu yang terbentuk dari persepsi internal dan
persepsi dari orang lain (Roy & Andrews, 1999 hal.107)

Komponen konsep diri meliputi: 1. Fisik, diri, termasuk didalamnya


sensasi dan citra tubuh 2. Personal diri, yang mencangkup konsistensi diri ideal
diri atau harapan diri, dan moral etik spiritual diri.

Mode Fungsi Peran

Yaitu satu atau dua mode sosial yang berfokus pada peran seseorang di
masyarakat. Kebutuhan dasar yang mendasari mode fungsi peran adalah integritas
sosial kebutuhan untuk mengetahui bahwa seseorang memiliki suatu hubungan
dengan orang lain, sehingga orang tersebut bertindak berdasarkan hubungan
tersebut (Hill & Roberts, 1981,hal,109-110). Setiap orang memiliki peran
primer,sekunder dan tersier. Peran primer menentukan perilaku utama yang
dimiliki seseorang dalam periode tertentu dikehidupannya. Peran sekunder adalah
peran yang perlu dilakukan untuk melengkapi tugas tahap perkembangan
seseorang serta tugas dari peran primer. (Andrews, 1991 hal.349). Peran tersier
biasanya bersifat sementara dapar dipilih dengan bebas oleh induvidu, dan bisa
mencakup aktivitas, seperti hobi atau klub (Andrews, 1991 hal.349)

Mode Interdependensi

mode interdependensi berfokus pada hubungan yang erat dari orang-


orang yang (secara individu atau kolektif) dan tujuan, struktur, serta
perkembangan mereka. Hubungan dari dasar ini diistilahkan sebagai integritas
hubungan (Roy & Andrews, 1999)

Dua hubungan yang spesifik merupakan fokus dari interdependensi karena


mode ini berlaku pada mode individu-indivdu. Yang pertama adalah hubungan
dengan orang terdekat, yakni seseorang yang dianggap paling penting bagi
individu tersebut. Yang kedua yaitu dengan sistem pendukung yaitu orang lain
yang berkonstribusi terhadap pemenuhan kebutuhan interdependensi (Roy &
Andrews, 1999 hal.112)

Persepsi

Adalah interpretasi dan penilaian yang dilakukan secara sadar terhadap


sebuag stimulus (Pollock, 1993, hal.169)

Asumsi Utama

Berdasarkan teori sistem, sistem adaptif manusia dipandang sebagai bagian


interaktif yang bekerja untuk bekerja dalam satu kesatuan untuk tujuan tertentu.
Sistem adaptif manusia bersifat kompleks, beranekaragam dan berespons terhadap
berbagai stimulus lingkungan untuk mencapai adaptasi.

Adaptasi

Menurut Roy adaptasi mengacu pada suatu proises dan luaran dimana
manusia yang berikir dan merasa, sebagai individu atau kelompok, menggunakan
kesadaran dan pilihan untuk menciptakan keterpaduan antara manusia dan
lingkungan (Roy & Andrews, 1999 hal.30)

Keperawatan

Roy mendefinisikan keperawatan secara luas sebagai "profesi pelayanan


kesehatan yang berfokus pada proses kehidupan manusia beserta polanya dan
menekankan pada promosi kesehatan individu, keluarg, kelompok, dan
masyarakat secara keseluruhan". (Roy & andrew, 1999, hal 4). Secara spesifik,
Roy mendefinisikan keperawatan berdasarkan modelnya sebagai ilmu dan praktik
yang memperluas kemampuan adaptif dan meningkatkan transformasi manusia
dan lingkungan.

Roy membedakan keperawatan sebagai ilmu dengan keperawatan sebagai


disiplin praktis. Keperawatan sebagai ilmu adalah suatu sistem pengembangan
ilmu mengenai manusia yang mengamati, mengklasifikasi, dan menghubungan
proses dimana manusia membawa dampak positif pada status kesehatannya.
Sedangkan keperawatan sebagai disiplin praktis adalah batang tubuh ilmu
keperawatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan penting, yaitu untuk
meningkatkan kemampuan manusia dalam membawa dampak pada kesehatannya
secara positif.

Tujuan dari keperawatan menurut Roy yaitu meningkatkan adaptasi


individu dan kelompok pada keempat mode adaptif, sehingga berkontribusi pada
kesehatan, kualitas hidup, dan meninggal dengan terhormat.

Manusia

Menurut Roy, manusia adalah sistem yang holistik dan adaptif. Sistem
manusia digambarkan sebagai suatu keseluruhan dengan bagian-bagiannya yang
berfungsi sebagai suatu kesatuan untuk tujuan masing-masing. Sistem manusia
meliputi manusia sebagai individu, atau dalam kelompok, termasuk keluarga,
organisasi, konunitas, dan masyarakat sebagai satu keseluruhan. Roy
mendefinisikan manusia sebagai fokus utama keperawatan, sebagai adaptif yang
hidup dan konpleks dengan proses-proses internalnya (kognator & regulator) yang
bekerja untuk mempertahankan adaptasi dalam ke empat mode adaptif (fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan interdepedensi).

Kesehatan

Kesehatan adalah status dan proses ada atau menjadi seseorang yang utuh
dan menyeluruh. Kesehatan mencerminkan adaptasi, yaitu interaksi antara orang
dan lingkungannya. Kesehatan dan penyakit adalah satu dimensi yang tidak dapat
dihindari, dapat saling berdampingan, dari pengalaman hidup seseorang.

Lingkungan
Lingkungan menurut Roy adalah semua kondisi keadaan, dan pengaruh
yang melinkupi dan berdampak pada perkembangan dan perilakku seseorang atau
kelompok, dengan pertimbangan khusus pada hubungan timbal balik antara
manusia dan sumber-sumber bumi yang meliputi stimulus fokal, konstektual, dan
residual. Faktor-faktor dalam lingkungan yang memengaruhi seseorang dapat
dikategorikan sebagai stimulus fokal, konstektual, dan residual.

Penegasan Teoritis

Model Roy berfokus pada konsep adaptasi manusia. Konsep-konsepnya


mengenai keperawatan manudia, kesehatan, dan lingkungan saling berhubungan
dengan adaptasi sebagai konsep sentralnya. Manusia mengalami stimulus
lingkungan secara terus-menerus. Pada akhirnya, manusia memberikan respons
dan adaptasipun terjadi. Respons ini dapat berupa respons adaptif ataupun respons
inefektif. Respons adaptif meningkatkan integritas dan membantu manusia dalam
mencapai tujuan adaptasi yaitu untuk bertahan hidup, tumbuh, berkembang biak,
menguasai, serta transformasi seseorang dan lingkungannya. Sedangkan respon
inefektif gagal meraih tujuan adaptasi tersebut atau bahkan mengancam
pencapaian tujuan.

Sebagai suatu sistem terbuka, manusia menerima inpit atau stimulus baik
dari lingkungan atau dalam diri sendiri. Tingkat adaptasi ditentukan oleh
kombinasi efek stimulus fokal, konstektual, dan residual. Adaptasi terjadi pada
saat seseorang berespons secara positif terhadap perubahan lingkungan. Respons
adaptif ini meningkatkan integritas seseorang, yang akan membawanya menuju
sehat. Di sisi lain respon inefektif akan mengarah pada gangguan integritas
seseorang.

Terdapat dua subsistem yang saling berhubungan dalam model Roy.


Subsistem proses primer, fungsional, atau kontrol terdiri dari regulator dan
kognator. Sedangkan subsistem sekunder dan efektor terdiri dari empat mode
adaptif berikut :

1) kebutuhan fisiologis
2) konsep diri

3) fungsi peran, dan

4) interdepensi

Roy memandang regulator dan kognator sebagai metode koping.


Subsistem koping regulator, dengan mode adaptif fisiologis, berespon secara
otomatis melalui proses koping neurologis, kimiawi, dan endokrin. Subsistem
kognator dengan mode adaptif konsep diri, interdependensi, dan fungsi peran,
berespon melalui empat saluran kognitif-emosi yaitu pemrosesan informasi yang
diterima, pembelajaran, dan emosi.

Respons terhadap stimulus dilakukan melalui empat mode adaptif.

a. Mode adaptif fisiologis-fisik berhubungan dengan cara manusia berinteraksi


dengan lingkungannya melalui proses-proses fisiologis untuk memenuhi
kebutuhan dasar akan oksigen, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, serta
perlindungan.

b. Mode adaptif konsep diri-identitas kelompok berhubungan dengan kebutuhan


untuk mengetahui siapa diri ini dan bagaimana bertindak dalam masyarakat.

c. Mode adaptif fungsi peran digambarkan sebagai peran primer,sekunder, dan


tersier yang ditampilkan dalam masyarakat.

d. Mode adaptif interdependensi menggambarkan interaksi orang-orang dalam


masyarakat.

Manfaat dari ke empat mode adaptif ini adalah untuk mencapai integritas
fisiologis, psikologis, dan sosial.

Bentuk logis

Teori adaptasi Roy bersifat induktif dalam hal pengembangan keempat


mode adaptif dari pengalaman penelitian dan praktik keperawatan dari Roy
sendiri, para sejawat, dan juga muridnya. Roy membangun kerangka konseptual
adaptasi dan menembangkan model langkah-langkah yang dapat digunakan
perawat dalam proses keperawatannya untuk memberikan asuhan keperawatan
untuk meningkatkan adaptasi dalam situasi sehat dan sakit.

Penerimaan Teori oleh Komunitas Keperawatan

Praktik

Model Adaptasi Roy mengakar secara mendalam di prkatek keperawatan,


dan hal ini, sebagian turut berkontribusi pada keberhasilan teorinya (Fawcett,
2002). Model ini tetap menjadi salah satu kerangka kerja konseptual yang paling
sering digunakan dalam praktik keperawatan secara nasional maupun
internasional (Roy dan Andrews, 1999; Fawcett, 2005).

Model Roy bermanfaat bagi praktik keperawatan karena menguraikan sifat


- sifat dari disiplin ilmu keperawatan dan memberikan arahan untuk praktik,
pendidikan, dan penelitian keperawatan.

Pada awalanya, model Roy dikenal sebagai teori yang berharga untuk
praktik keperawatan karena memiliki tujuan yang spesifik untuk aktifitas dan
menguraikan aktifitas untuk mencapai tujuan tersebut (Dickoff, James, dan
Wiedenbach, 1968a, 1968b).

Pada saat menggunakan proses keperawatan enam langkah Roy, perawat


menampilkan enam fungsi berikut :

1. Mengkaji perilaku yang terwujud dalam empat mode adaptif.


2. Mengkaji stimulus dari perilaku tersebut dan mengkategorikannya menjadi
stimulus fokal, kontekstual, atau residual.
3. Membuat pernyataan atau diagnosis keperawatan dari status adaptif
pasien.
4. Menetapkan tujuan untuk meningkatkan adaptasi.
5. Menerapkan intervensi yang bertujuan mengelola stimulus untuk
meningkatkan adaptasi.
6. Mengevaluasi apakah tujuan adaptalif telah terpenuhi.
Dengan mengubah stimulusnya, bukan pasiennya, perawatlah yang
meningkatkan " interaksi antara manusia dengan lingkungannya, semingga
meningkatkan kesehatan " (Andrews dan Roy, 1986, hal. 51)

Roy dan sejadwatnya telah mengembangkan tipologi diagnosi keperawatan


dari sudut pandang Model Adaptasi Roy ( Roy, 1984; Roy dan Robberts, 1981 ).
Dalam tipologi ini, masalah yang sering terjadi adalah berhubungan dengan
kebutuhan dasar dari ke empat mode adaptif (Andrews dan Roy, 1991).

Intervensi keperawatan didaaarkan secara spesifik pada model adaptasi Roy,


tetapi perlu dikembangkan perorganisasian kategori intervensi keperawatan (Roy
dan Roberts, 1981). Perawat memberikan intervensi yang mengubah, menaikkan,
menurunkan, menghilangkan, atau mempertahankan stimulus (Roy dan Andrews,
1999).

Senesac (2003) melakukan telaah literatur sebagai bukti bahwa Model


Adaptasi Roy diterpkan dalam praktik keperawatan. Ia melaporkan bahwa Model
Adaptasi Roy telah digunakan secara luas oleh individu - individu perawat untuk
memahami, merencankan, dan memandu praktik keperawatan bagi pasien -
pasiennya.

Model Adaptasi Roy berguna membantu praktik keperawatan dalam tatanan


institusional. Model ini telah diterpkan di unit perawatan intensif, neonatal, ruang
bedah akut , unit rehabilitasi, dua rumah sakit umum, satu rumh sakit berkapasitas
145 tempat tidur, dan lain - lain ( Roy dan Andrews, 1999).

Weiland (2010) menggambarkan penggunaan Model Adaptasi Roy padan


tatanan perawatan kritis oleh lerawat tingkat lanjutan untuk memasukkan
perawatan spiritual ke dalam perawatan pasien dan keluarganya. Perawatan
spiritual adalah askep yang penting tetapi seringkali terabaikan dalam asuhan
keperawatan pasien di tatanan perawatan kritis.

Model Adaptasi Roy telah diterapkan dalam asuhan keperawatan kelompok


individu pasien. Beragam contoh penerapan Model Adaptasi Roy pada perawatan
perempuan muda yang sedang berusaha berhenti merokok.
Samarel, Rulman, dan Fawcett (2002) mempelajari efek dari dua jenis
dukungan sosial (melalui telepon dan dukungan sosial kelompok) dan pendidikan
tetang adaptasi bagi 125 perwmpuan yang mengalami kanker payudara stadium
awal. Perempuan dalan kelompok eksperimen menerima dukungan sosial dan
pendidikan; perempua di kelempok kontrol yang pertama hanya menerima
dukungan telepon dan pendidikan, sedangkan perempuan dikelompok kontrol
yang kedua hanya menerima pendidikan. Penelitian ini merupakan suatu
gambaran bagaimana Model Adaptasi Roy dapat digunakan untuk memandu
konseptualisasi, telaah pustaka, pembentukan teori dan pengembang intervensi.

Pendidikan

Model Adaptasi Roy mendefinisikan menfaat keperawatan secara khusu


untuk siswa keperawatan, yaitu manfaat keperawatan adalah untuk meningkatkan
adaptasi manusia pada masing - masing mode adaptif pada situasi sehat dan sakit.
Model ini mebedakan ilmu keperawatan dengan kedokteran dengan adanya
muatan area yang diajarkan pada bagian ajar yang terpisah. Roy menekankan
perlunya kolabaorasi, tetapi membedakan tujuan antara perawat dan dokter.

Model Adaptasi Roy telah digunakan di tatanan pendidikan dan memandu


pendidikan keperawatan di Departemen Keperawatan Mount Saint Mary's
College di Los Angeles sejak 1970.

Dobratz (2003) mengevaluasi luaran belajar dari mata ajar penelitian


keperawatan yang dirancang dari sudut pandang Model Adaptasi Roy dan
menggambarkan secara rinci bagaimana mengajarkan muatan teoritis pada siswa
keperawatan senior. Alat yang digunakan semacam skala Likert yang terdiri dari
tujug pernyataan, dengan rentang tidak setuju, setuju, hingga sangat setuju.

Penelitian

Jika suatu penelitian ingin memengaruhi perilaku pata praktisi, maka


penelitian tersebut harus langsung ditujukan untuk menguji dan menguji kembali
teori yang diturunkan dari model konseptual praktik keperawatan. Roy (1984)
telah menyatakn bahwa pengembangan teori dan pengujian teori yang telah
dikembangkan adalah prioritas untama untuk keperawatan. Model ini terus -
menerus menghasilkan hipotesis yang dapat diteliti. Model Adaptasi Roy telah
banyak digunakan untuk memandu pengembangan ilmu melalui riset keperawatan
(Frederickson, 2000).

Roy (1970) telah mengidentifikasi seperangkat konsep yang membentuk


model dimana proses pengamatan dan klasifikasi fakta akan mengarah pada
pembentukan postulat dari model tersebut. Postulat ini berkaitan dengan
terjadinya masalah adaptasi, mekanisme koping, dan intervensi berdasarkan
hukum yang diturunkan dari faktor yang menentukan potensi respons dari
stimulus fokal, kontekstual, dan residual.

Penelitian Berbasis Praktik

DiMattio dan Tulman (2003) menjabarkan tentang perubahan status


fungsional dan hubungan dari status fungsional pada 61 perempuan selama masa
enam mi nggu pascabedah bypass arteri koroner. Status fungsional diukur pada
minggu ke 2, 4, dan 6 setelah operasi, menggunakan inventori status fungsional
pada profil dampak menua dan penyakit. Informasi ini daqpat membantu
perempuan yang telah menjalani bedah bypass arteri koroner untuk memahami
periode pemulihan dengan lebih baik dan untuk menetapkan tujuan yang lebih
realistis.

Young McCaughan dan kawan-kawan (2003) mempelajari efek program


latihan aerobic terstruktur untuk melatih toleransi, pola tidur, dan kualitas hidup
pada pasien dengan kanker dari sudut pandang Model Adaptasi Roy. Hasil
peneletian menunjukkan peningkatan bermakna pada toleransi latihan, kualitas
tidur subjektif, dan kualitas hidup psikologis serta fisiologis.

Yeh (2000) menguji Model Adaptasi Roy pada sampel yang terdiri 116
anak laki-laki dan perempuan asal Taiwan yang mengalami kanker (usia 7-18
tahun pada saat diagnosis). Pada akhirnya penelitian ini menunjukkan keterkaitan
antara mode adaptif fisiologi (HRQOL fisik), konsep diri (HRQOL penyakit dan
gejala), interdependensi (HRQOL social) dan fungsi peran (HRQOL kognitif).

Woods dan Isenberg (2001) memberikan contoh sintesis teori. Pada


studinya tentang kekerasan dalam rumah tangga dan stress traumatis bagi
perempuan, mereka mengembangkan teori middle-range dengan mensintesis
Model Adaptasi Roy dengan literature terbaru melaporkan tentang kekerasan
dalam rumah tangga dan gangguan stress pascatrauma. Studi ini melaporkan
bahwa terdapat hubungan langsung antara stimulus fokal dan kekerasan seksual,
dan adaptasi dalam ke empat mode adaptif menengahi hubungan antara stimulus
fokal dan stress traumatis.

Chiou (2000) melakukan meta-analisis dari keterkaitan antara keempat


mode adaptif Roy. Menggunakan criteria inklusi dan eksklusi yang didefinisikan
dengan jelas, pencarian literature pada basis data Cumulative Index to Nursing
and Allied Health Literatuse menghasilkan delapan laporan penelitian dengan
sampel yang beragam.

Naumah, Cooley, Fawcett dan McCorkle (1999) mempelajari kualitas


hidup pada 515 pasien dengan kanker. Peneliti ini dengan jelas menetapkan
hubungan teoritis antara konsep teori middle-range, dan indicator empiris.
Temuan in mendukung proporsi model adaptasi Roy bahwa stimulus lingkungan
memengaruhi respons biopsikososial.

Samarel dan kawan-kawan (1998, 1999) menggunakan model Adaptasi


Roy untuk memepekajari persepsi perempuan tentang adaptasi terhadap kanker
payudara dengan sampel 70 perempuan yang ikut serta dalam eksperimen
kelompok dukungan dan edukasi. Peneliti ini melaporkan indicator kualitatif dari
keempat mode adaptif Roy.

Mordcin-Talbort dan kawan-kawan melakukan studi tentang kepercayaan


diri dari sudut pandang Model Adaptasi Roy pada 140 remaja sehat di pelayanan
jiwa. Kepercayaan diri tidak berhubungan secara signifikan dengan kebiasaan
minum alcohol pada orang tua di dua kelompok tersebut.
Mordcin-Talbott, Harisson, Groer, dan Younger (2003) menguji efek
sentuhan lembut manusia pada adatasi bioperilaku dari bayi premature
berdasarkan Model Adaptasi Roy. Menurut Roy, bayi dilahirkan dengan dua mode
adaptif: mode fisiologis dan mode interdependensi. Studi ini mendukung
konsetualisasi Roy dalam adaptasi bayi.

Weiss, Fawcett, dan Aber (2009) menggunakan Model Adaptasi Roy untuk
mempelajari adaptasi pada ibu post partum dengan bedah sesar. Sedangkan Tim
Penelitian Ilmu Keperawatan Universitas Montreal mempelajari adaptasi terhadap
berbagai stimulasi lingkungan. Temuan ini mendukung proposisi Roy bahwa
koping meningkatkan adaptasi. Juga pada DeSanto-Madeya (2009) mengkaji
adaptasi pada individu dengan cedera tulang belakang dan anggota keluarganya
menggunakan Model Adaptasi Roy. Temuan ini berimplikasi penting bagi perawat
yang harus merawat pasien dengan cedera tulang belakang pada tatanan akut
maupun rawat jalan.

Pengembangan Instrumen Penelitian Adaptasi

Model Adaptasi Roy memberikan landasan teoritis bagi pengembangan


sejumlah instrument penelitian. Mordcin-McCarthy, McCue , dan Walker (1997)
menggunakan Model Adaptasi Roy untuk mengembangkan instrument klinis yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi stressor actual dan potensial untuk bayi
premature dan untuk menerapkan perawatan bagi bayi tersebut. Instrumen ini
mengukur tanda-tanda stress, intervensi sentuhan, pngurangan rasa sakit,
pertimbangan lingkungan, status, dan stabilitas.

Pengembangan Teori Middle-Range dari Adaptasi

Silva (1986) menunjukkan sejak awal bahwa hanya dengan menggunakan


kerangka kerja konseptual untuk membuat struktur penelitian bukanlah termasuk
pengujian teori. Kesuksesan suatu kerangka konseptual dievaluasi, sebagian,
dengan angka dan Model Adaptasi Roy yang dihasilkannya. Dunn (2004)
melaporkan penggunaan pengurangan teoritis untuk menurunkan teori middle-
range dari Model Adaptasi Roy untuk nyeri kronik. Manifestasi adaptasi terhadap
nyeri kronik adalah akibat nyeri tersebut pada kemampuan fungsional serta
kesejahteraan psikologis dan spiritual.

Jirovec, Jenkina, Isenberg, dan Baiardi (1999) telah mengajukan teori


middle-range tentang control urine yang diturunkan dari Model Adaptasi Roy.
Para peneliti ini melakukan studi kasus sehingga dukungan untuk teori control
urine bersifat terbatas. Teori control urine menggambarkan kompleksitas, sifat
multidimensi, dan holistic dari model adaptasi.

Kesederhanaan

Model Roy meliputi konsep keperawatan, manusia, sehat sakit,


lingkungan, adaptasi dan aktivitas keperawatan.

Keumuman

Ruang lingkup yang luas dari Model Adaptasi Roy adalah suatu kelebihan
karena dapat digunakan untuk membangun teori dan menurunkan teori middle-
range untuk mempelajari fenomena dengan tingkat yang lebih kecil (Reynolds,
1971). Model Roy (Roy & Corliss, 1993) dapat digeneralisasikan ke dalam semua
tatanan praktik keperawatan tetapi dengan lingkup yang lebih terbatas karena
model Roy terutama berhubungan dengan adaptasi manusia lingkungan dari
pasien, di mana informasi tentang perawat tersirat dalam model tersebut.

Aksesibilitas

Konsep Roy yang luas berasal dari teori psikologi, fisiologis, sosiologi,
dan keperawatan. Data empiris menunjukkan bahwa basis teori umum ini
memiliki substansi. Roy (1980) mempelajari dan menganalisis 500 sampel
perilaku pasien yang dikumpulkan oleh mahasiswa keperawatan.
Roy (Roy & McLeod, 1981; Roy & Roberts, 1981) telah mengidentifikasi
berbagai proposisi yang berhubungan dengan mekanisme regulator dan kognator
serta mode konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Banyak dari proposisi
tersebut bersifat pernyataan hubungan dan dapat diuji (Tiedemanm, 1983). Selama
bertahun-tahun, banyak hipotesis yang dapat diuji telah diturunkan dari model
Roy (Hill & Roberts, 1981).
Sifat holistik dari model Roy membantu perawat peneliti dari seluruh
dunia yang tertarik dengan sifat kompleks dari proses adaptif fisiologis dan
psikososial. (Roy, 2011a; 2011b).

Kepentingan
Model Adaptasi Roy memberikan definisi yang jelas tentang proses
keperawatan dan bermanfaat untuk memandu praktik klinis keperawatan. Model
Roy mampu menghasilkan informasi baru melalui uji hipotesis yang diturunkan
dari teori tersebut (Roy, 2011a; Roy & Corliss, 1993; Smith, Garvis & Martinson,
1983).

RINGKASAN
Model Adaptasi Roy telah berpengaruh besar terhadap profesi
keperawatan. Model ini adalah salah satu model yang paling banyak digunakan
untuk memendu penelitian, pendidikan, praktik keperawatan. Model ini juga
diajarkan sebagai bagian dari kurikulum program sarjana, magister dan doktor
keperawatan. Model Adaptasi Roy telah menginspirasi pengembangan banyak
teori middle-range keperawatan dan berbagai adaptasi instrumen. Sister Callista
Roy terus menyempurnakan model adaptasi untuk penelitian, pendidikan dan
praktik keperawatan.
Menurut Roy, manusia adalah sistem adaptif yang holistik dan merupakan
fokus keperawatan. Lingkungan internal dan eksternal terdiri dari semua
fenomena yang mengelilingi sistem adaptif manusia dan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku manusia. Manusia selalu berinteraksi terus menerus
dengan lingkungannya, serta bertukar informasi, materi, dan energi sehingga
manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan adalah
sumber informasi stimulus yang dapat mengancam ataupun meningkatkan
keberadaan seseorang. Untuk dapat bertahan hidup, sistem adaptasi manusia harus
berespons secara positif terhadap stimulus lingkungan. Manusia dapat berespons
secara efektif atau inefektif terhadap stimulus lingkungan. Definisi sehat menurut
Roy adalah menjadi manusia yang terpadu dan utuh.
Tiga jenis stimulus lingkungan dijelaskan dalam Model Adaptasi Roy.
Stimulus Konsektual adalah semua stimulus lain yang muncul pada situasi yang
dapat berkontribusi positif atau negatif pada kekuatan stimulus fokal. Stimulus
residual mempengaruhi stimulus fokal, tetapi efeknya tidak langsung diketahui.
Tiga jenis stimulus ini bersama-sama membentuk tingkat adaptasi. Tingkat
adaptasi seseorang dapat bersifat terpadu, terkompensasi, atau terabaikan.
Mekanisme koping mengacu pada proses dari dalam atau proses yang
dipelajari dari luar yang digunakan seseorang untuk menghadapi stimulus
lingkungan. Mekanisme koping dapat dikategorikan secara luas sebagai subsistem
regulator atau kognator. Subsistem regulator berespons secara otomatis melalui
proses koping neurologis, kimiawi dan endokrin. Subsistem kognator berespons
melalui proses kognitif emosi dari dalam ataupun dari luar yang mencakup
pemrosesan, pembelajaran, penilaian, dan emosi terhadap presepsi dan informasi.
Perilaku yang terwujud dari adaptasi dapat dilihat dalam empat mode
adaptif. Mode fisiologis mengacu pada respons fisik seseorang terhadap
lingkungan, dan kebutuhan. Mode konsep diri mengacu pada pemikiran,
keyakinan, atau perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri pada waktu tertentu.
Kebutuhan dasar dari mode konsep diri adalah integritas pskologis atau spiritual.
Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dari diri sendiri yang terbentuk dari diri
fisik (sensasi tubuh dan citra tubuh) dan diri personal (konsistensi diri, ideal diri,
dan moral etik spiritual diri). Mode fungsi peran mengacu pada peran primer,
sekunder dan tersier yang ditampilkan seseorang dimasyarakat. Kebutuhan dasar
dari mode adaptif interdependensi adalah integritas sosial atau untuk pemberi dan
penerima cinta, rasa hormat dan nilai dari orang terdekat dan sistem pendukung
sosialnya. (Tabel 9-1).
Tujuan Keperawatan adalah untuk meningkatkan respons adaptif. Ini dapat
dicapai melalui 6 langkah proses keperawatan yaitu : pengkajian perilaku,
pengkajian stimulus, diagnosa keperawatan, penetapan tujuan, intervensi dan
evaluasi. Intervensi keperawatan berfokus pada pengelolaan stimulus lingkungan
dengan mengubah, meningkatkan, menurunkan, memindahkan atau
mempertahankan stimulus lingkungan tersebut (Roy & Andrews, 1999, hal 86).
Meleis (1985) mengajukan fokus dari teori keperawatan ke dalam 3 jenis
berikut :
1. Teori yang berfokus pada kebutuhan
2. Teori yang berfokus pada interkasi
3. Teori yang berfokus pada hasil.
Meleis (1985, 2007) mengklasifikasikan mode adaptasi Roy sebagai teori
hasil. Pada penerapan konsep sistem dan adaptasi terhadap manusia sebagai fokus
keperawatan Roy menyampaikan bahwa manusia adalah perangkat untuk praktik,
pendidikan dan penelitian perawat. Konsep Roy tentang manusia dan proses
keperawatan telah berkontribusi pada ilmu dan seni keperawatan. Model adaptasi
Roy layak dipelajari dan dipelajari lebih lanjut oleh perawat pendidik, peneliti
maupun praktisi.
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, H. 1991. The Roy adaptation model :The definitive statement (pp.347-
361). Norwalk, CT : Appleton & Lange.

Andrews, H., & Roy, C. 1986. Essentialis of the Roy adaptation model. Norwalk,
CT : Appleton-Century-Crofts.

Chiou, C. P. 2000. A meta-analysis of the interrelationship between the modes in


Roys adaptation model. Nursing Science Quarterly, 13, 252-258.

Cooley, C.H. 1902. Human nature and social order. New York : Scribners

Dickoff, J., James, P., & Wiedenbach, E. 1968a. Theory in a practice discipline.
Nursing Research, 17, 415-435.

DiMattio, M. J., & Tulman, L. 2003. A longitudinal study of functional status and
correlates following coronary artery bypass graft surgery in women. Nursing
Research, 52, 98-107.

Dobratz,M. C. 2003. Putting the pieces together: Teaching undergraduate research


from a theoritical perspective. Journal of Advanced Nursing, 41, 383-392

Fawcett, J. (2005). Roys adaptation model. In J. Fawcett (Ed.),


Analysis and evaluation of contemporary nursing knowledge: Nursing
models and theories (2nd ed) (pp. 364-437). Philadelphia : F.A. Davis

Hill, B. J., & Roberts, C, S. (1981). Formal theory construction: An example


of the process. In C. Roy & S. L. Roberts (Eds), Theory construction in
nursing: An adaption model. Englewood Cliffs, (NJ): Prentice-Hall.

Anda mungkin juga menyukai