Anda di halaman 1dari 14

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM NEGERI LISABATA

1. Letak Geografis

Negeri Lisabata secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan

Taniwel, terletak di arah utara Kabupaten Seram Bagian Barat. Jarak Negeri

Lisabata ke Kota Kecamatan sekitar 11 Km sedangkan jarak antara Negeri

Lisabata ke Kota Kabupaten sekitar 150 Km. Waktu tempuh dari Negeri Lisabata

ke Kota Kecamatan sekitar 20 menit dengan menggunakan Kenderaan Roda 2

sedangkan waktu tempuh dari Negeri Lisabata ke Kota Kabupaten ditempuh

sekitar 2 jam. Batasbatas Negeri sebagai berikut.

- Sebelah Utara : Laut Seram

- Sebelah Selatan : Hutan

- Sebelah Barat : Desa Nuniali

Sebelah Timur : Desa Wakolo.

Negeri Lisabata secara topografi berupa dataran rendah dan pegunungan

dengan ketinggian antar 0 s/d 700 m di atas permukaan laut, sehingga tergolong

dataran rendah. Suhu di daerah ini cukup bervariasi antara 25 Derajat saat paling

dingin dan 3 derajat saat paling panas. Jenis tanah yang ada di wilayah sebagian

besar adalah tanah Top Soil. Sifat tanah ini hitam yang kaya kandungan

organiknya sehingga cocok dikembangkan untuk lokasi pertanian baik daratan

rendah maupun pegunungan. Sebagian kecil di daerah pegunungan bersifat karang.


Iklim merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan

tanaman. Iklim Negeri Lisabata termasuk dalam daerah dengan tife iklim sedang

dengan perbandingan antara bulan basah dengan bulan kering hampir sama. Nilai

Q antara 60% - 100%. Nilai Q adalah perbandingan antara banyaknya bulan basah

dibagi dengan bulan kering kali 100%.

Berdasarkan data yang peroleh dari lokasi penelitian maka dapat diketahui

jumlah usiah produktif berjumlah 565 jiwa lebih besar dibandingkan dengan usia

anak-anak dan lansia yang berjumlah 969 jiwa. Kenyataan ini menunjukan bahwa

usia produktif yang tersedia biasa mengisi berbagai lapangan kerja diberbagai

sector usaha.

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Data mengenai jumlah penduduk Masyarakat Negeri Lisabata di rinci

menurut jenis kelamin, dapat di lihat pada table berikut ini.

Tabel : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 781

2 Perempuan 753

jumlah 1534

Sumber Data Dari Kantor Desa Lisabata


3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Masyarakat Negeri Lisabata memiliki mata pencaharian yang berbeda-

bada. Berbagai macam ragam masyarakat Lisabata memiliki mata pencaharian

berupa nelayan, petani, pengusaha, buruh bangunan, pegawai negeri dan ABRI.

Hal ini dapat di lihat berdasarkan tabel berikut ini :

Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Jumlah Pekerjaan Banyak Orang

1 Petani 425

2 Nelayan 10

3 Pengusaha 20

4 Buruh bangunan 25

5 Pedagang 35

6 Pegawai Negeri ( Sipil dan 50


ABRI )

Jumlah 560

Sumber Data Dari Kantor Desa Lisabata

Pada umnya di negeri Lisabata mata pencaharian yang paling menonjol

adalah petani, karena dengan berbagai macam hasil hutan mulai dari hasil kelapa,

coklat dan cengke yang merupakan hasil yang paling baik demi memenuhi

kebutuhan mereka dalam kehidupan sehari-hari.


Oleh karena itu bagi masyarakat Negeri Lisabata tanah merupakan suatu

hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, tanah yang merupakan

warisan dari para leluhur terdahulu, selain karena jumlahnya yang terbatas dan

tidak bertambah, namun orang yang membutuhkan tanah terus bertambah. Hal

inilah yang menjadikan tanah mempunyai nilai ekonomis sehingga orang berebut

mendapatkanya sehingga terjadinya kesalah pahaman antara sesama kelompok

keluarga seperti Tanah Budel yang ada di Negeri Lisabata.1

3. Hubungan Kekerabatan

Hubungan kekerabatan adalah salah satu prinsip mendasar untuk

mengelompokan tiap orang ke dalam kelompok sosial, peran kategori dan silsilah.

Hal ini sangat berkaitan erat dengan silsilah dan asal-usul pembetukan Negeri

Lisabata dan penguasaan tanah secara turun temurun.

Negeri Lisabata terbentuk, berawal dari empat mata rumah adat yang

biasanya di sebut dalam bahasa adat masyarakat Lisabata yaitu ( SOA ). Soa-soa

ini terbentu dari beberapa marga yang merupakan anak adat asli dari Negeri

Lisabata tersebut.

Marga-marga yang tergabung dalam Soa ini antara lain :

1. Soa Pulu

Soa Pulu merupakan Soa dengan kebesarannya sebagai Kapitan terbesar

sekaligus sebagai Tuan Tanah di Negeri Lisabata. Soa Pulu terbentuk

secara turun temurun dan tergabung dari Marga-Marga yakni Marga Pulu

dan marga Pattilow.


1
Hasil wawancara bersama bapak oyang kaisuku dan bapak raja negeri lisabata.6
desember 2016.
2. Soa Kanawai

Soa Kanawai ini merupakan Soa yang cenderung kepada marga lohy

dengan kebesaranya sebagai Panglima Perang sekaligus di berikan gelarnya

yang dalam bahasa adatnya di sebut sebagai Makahity yang artiya siap

mengangkat dan di angkat. Maksudnya bahwa jika dalam pemerintahan

Negeri Lisabata terbentuk maka yang mengatur sistim pemerintahan

tersebut adalah Soa Kanawai. Dan Soa Kanawai ini terbentuk secara turun

temurun antara lain adalah marga Lohy dan marga lohy cenderung

mempunyai peran yang sangat penting dalam mengatur sistim

pemerintahan di Negeri Lisabata.

3. Soa Rumarai

Soa Rumarai ini terbentuk dari marga Assel secara turun temurun yang

dalam gelarnya sebagai Tukang besar yang dalam bahasa adat disebut

sebagai ( Tukang Elake ).

4. Soa Kaisuku

Sedangkan Soa kaisuku ini terbentu secara turun temurun dari marga

kaisuku itu sendiri.

Penguasaan atas tanah Negeri Lisabata pada awalnya terjadi sebelum

terbentuknya Negeri sebagai suatu kesatuan masyarakat di wilayah tersebut. marga

yang pertama kali datang sebelum Negeri Lisabata terbentuk adalah marga Pulu

sebagai marga yang pertama kali datang, Kemudian menjadi tuan tanah dan

menguasai tanah sebagai tempat bermukim dan bercocok tanam. Selanjutnya

datanglah marga-marga lain di wilayah tersebut sehingga membentuk Soa, dimana


setiap marga di dalam Soa tersebut terdiri dari beberapa marga didalam Soa

tersebut, kemudian membuka hutan untuk menjadikan bangunan tempat tinggal

dan bercocok tanam. Demikian seterusya, datanglah marga-marga lainya dan

membentuk Soa sekaligus marga membuka hutan untuk bermukim dan bercocok

tanam. Tanah yang digunakan baik untuk tempat tinggal maupun yang bercocok

tanam, kemudian di kuasai secara bersama-sama oleh marga-marga didalam empat

Soa yang telah terbentuk kemudian dengan kedatangan marga-marga inilah

sehingga terbentuk dalam suatu kesatuan masyarakat Negeri Lisabata.

Dari sejarah singkat kedatangan marga-marga yang kemdian membentuk

dalam suatu kesatuan Soa dan terbentuk empat Soa di Negeri Lisabata maka empat

Soa yang di maksud masing-masing menguasai tanah-tanah yang telah di tempati

sebelum Negeri Lisabata terbentuk. Penguasaan tanah oleh marga-marga didalam

Soa tersebut secara bersama-sama kemudian disebut sebagai tanah Budel atau

tanah bersama.

B. KEDUDUKAN DAN KEPEMILIKAN TANAH ADAT DALAM


MASYARAKAT HUKUM ADAT NEGERI LISABATA

1. Kedudukan Tanah Adat


Ada dua hal yang menyebabkan tanah itu memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam hukum adat yaitu :
a. Karena Sifatnya
Yakni merupakan satu-satunya benda kekayaan yang meski mengalami keadaan
yang bagaimanapun juga, masih bersifat tetap dalam keadaannya, bahkan kadang-
kadang malah menjadi lebih menguntungkan.
b. Karena Fakta
Yaitu suatu kenyataan bahwa tanah itu :
1. merupakan tempat tinggal persekutuan
2. memberikan penghidupan kepada persekutuan
3. merupakan tempat tinggal kepada dayang-dayang pelindung persekutuan
kepada roh para leluhur persekutuan.
4. merupakan tempat dimana para warga persekutuan yang meninggal dunia.

Mengingat akan fakta yang dimaksud diatas, maka persekutuan dengan


tanah yang didukunginya terdapat hubungan yang sangat erat sekali, hubungan
yang mempunyai sumber serta yang bersifat Religio-magis. Hubungan yang erat
dan bersifat Religio-magis ini menyebabkan persekutuan memperoleh hak untuk
menguasai dan memanfaatkan tanah dimaksud.
Hak persekutuan atas tanah ini di sebutkan hak petuanan atau hak ulayat.
Hak ini oleh van vallehopen disebutkan beschikkingrecht. Istila ini dalam bahasa
Indonesia merupakan suatu pengertian yang baru, beschikkingrecht itu
menggambarkan hubungan antara persekutuan dan tanah itu sendiri. Kini
lazimnya digunakan hak Ulayat sebagai terjemahan beschikkingrecht. Hak ulayat
ini berlaku keluar dan kedalam. Berlaku keluar karena warga persekutuan pada
prinsipnya tidak di perbolehkan turut menggarap tanah yang merupakan wilaya
kekuasaan persekutuan yang bersangkutan, hanya dengan ijin persekutuan dan
kemudian dapat memperoleh kesempatan untuk turut serta menggunakan tanah
wilaya persekutuan. Berlaku kedalam, karena persekutuan sebagai suatu kesatuan,
melakukan hak ulayat dimaksud dengan memetik hasil daripada tanah beserta
segala tumbuhan dan binatang yang hidup di atasnya.
Sebagian besar kehidupan manusia bergantung pada tanah karena tanah
memiliki kedudukan dan manfaat sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini
sangat berhubungan erat dengan tanah-tanah di Negeri Lisabata Kecamatan
Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat. Kedudukan tanah dalam kehidupan
masyarakat Negeri Lisabata sangat penting, ada hal-hal yang menyebabkan tanah
itu memiliki kedudukan dan manfaat yang sangat penting karena sifatnya yakni
merupakan satu-satunya benda kekayaan yang meskipun mengalami keadaan yang
bagaimanapun juga akan tetapi masi bersifat tetap dalam keadaanya bahkan
kadang-kadang menjadi lebih menguntungkan. Faktanya adalah sebagai tempat
bermukim dan bercocok tanam, selain itu juga tanah dapat digunakan sebagai
tempat penguburan ketika manusia meninggal dunia dan dapat dijadikan sebagai
bahan bangunan bagi pembangunan perumahan dan lain-lain.
2. Kedudukan tanah adat dalam perundang-undangan.

Hukum adat merupakan suatu hukum yang tidak tertulis. Hukum adat

berasal dari suatu kebiasaan masyarakat setempat yang di lakukan secara terus

menerus dan kemudian di jadikan sebagai adat istiadat.

Dalam perundang-undangan nomenklatur hukum adat tidak asing lagi ia

dapat ditemukan dalam berbagai perundang-undangan, seperti yang tercantum

dalam A.B (Algemene Bepalingen van Wetgeving = Ketentuan-ketentuan umum

perundang-undangan) Pasal 11 yang menggunakan istilah: Godsdienstige

Wetten, Volksinstelling en Engenbruiken (Peraturan-peraturan, lembaga-lembaga

rakyat dan kebiasaan-kebiasaan).

Dalam rangka membangun hukum tanah nasional, hukum adat merupakan

sumber utama untuk memperoleh bahan-bahannya, berupa konsepsi, asas-asas dan

lembaga-lembaga hukumnya, untuk dirumuskan menjadi norma-norma hukum

yang tertulis, yang disusun menurut system hukum adat.

Meskipun didalam Pasal 3 UUPA terdapat istilah Hak ulayat dan hak-hak

yang serupa dengan itu,, namun pada dasarnya keberadaan UUPA tidak secara

terperinci mendefinisikan apa yang di maksud dengan tanah ulayat. sebagaiman

yang dikemukan oleh Van Vollenhoven bahwa yang dimaksud dengan hak ulayat
adalah beschikingstrecht, menggambarkan hubungan antara masyarakat hukum

adat dengan tanahnya tersebut.

Definisi tanah ulayat dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa Tanah Ulayat

adalah sebidang tanah yang di atasnya terdapat hak ulayat dari suatu masyarakat

hukum adat tertentu. Adapun, masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang

yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan

hukum karena kesamaan tempat tingal ataupun atas dasar keturunan.2

Bertitik tolak dari dua system hukum menurut cara pandang yang

konvensional, yaitu system hukum adat dan system hukum nasional. Hal ini

disebabkan oleh karena dua lembaga hukum masyarakat (persekutuan) hukum adat

(adatrechtsgeneenschap) dan hak kolektif masyarakat (persekutuan) hukum atas

tanah (beschikkingsrecht) yang dimasahkan merupakan lembaga hukum menurut

system hukum nasional. Kedua lembaga ini berkaitan dengan hukum pertanahan

yang sejak tahun 1960 telah diundangkan dalam undang-undang Pokok Agraria

(UUPA) yang merupakan prosduk hukum nasional, dan oleh karena itu termasuk

kedalam system hukum nasional. Dengan diundangkannya UUPA dan merupakan

bagian dari system hukum nasional.

Fungsi hukum adat sebagai sumber utama dalam membangun hukum tanah

nasional inilah yang dimaksudkan dalam konsiderans/berpendapat UUPA, bahwa

hukum tanah nasional berdasarkan atas hukum adat. Konsep yang mendasar

2
Suriyaman Mustari Pide, 2014. Hukum Adat Dahulu, kini dan akan datang, (Kencana,
Jakarta: hlm.75
hukum tanah nasional adalah konsepsinya hukum adat, yaitu konsepsi yang

:komunalistik religious, yang memungkinkan penguasaan atas tanah secara

individual, dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung

unsur kebersamaan.

Kalau dalam hukum adat tanah ulayat merupakan tanah bersama para

wagra masyarakat hukum adat yang bersangkutan, dalam rangka hukum tanah

nasional semua tanah dalam wilayah Negara kita adalah tanah bersama rakyat

Indonesia, yang telah bersatu menjadi bangsa Indonesia. Unsur religious dari

konsepsi ini ditunjukkan oleh pernyataan, bahwa Bumi, air, ruang angkasa

Indonesia, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya merupakan

karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia.

Pada dasarnya ketentuan-ketentuan hukum tanah nasional terdiri atas

beberapa sumber hukum, yaitu:

a. Sumber-sumber hukum yang tertulis:

- UUD 1945, khususnya Pasal 33 ayat 3

- UUPA (Undang-Undang No 5 tahun 1960.

- Peraturan-peraturan pelaksana UUPA.

- Peraturan-peraturan lama yang untuk sementara masih berlaku,

berdasarkan ketentuan pasal-pasal peralihan. (ini merpakan bagian hukum

tanah positif, bukan bagian hukum tanah nasional).


b. Sumber-sumber yang tidak tertulis:

- Norma hukum adat yang sudah di jelaskan menurut ketentuan Pasal 5, 56,

dan 58, Undang - Undang Pokok Agraria.

- Hukum kebiasaan baru, termasuk yurisprudensi dan praktik administrasi.3

Sejak kemerdekaan, perselisihan mengenai tanah antara rakyat dan

pemerintah secara umum terjadi karena pandangan yang berbeda mengenai konsep

hak atas tanah. Perbedaan pandangan tersebut bukanlah hal baru karena telah

terjadi sejak masa dahulu. Frekwensi perselisihan semakin meningkat sehubungan

dengan pertumbuhan penduduk , sementara tanah relative tetap terbatas luasnya.

Sebagai akibatnya, terjadi perselisihan antara pemilik perkebunan dan para

petani. Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang

Peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria ( LN. 1960-104, TLN. 2043 ) atau lebih

terkenal dengan nama Undang-Undang Pokok Agraria ( UUPA ), sebagai warisan

hukum tanah pada zaman Hindia Belanda, hukum tanah di Indonesia bersifat

dualisme.

Setelah berlakunya UUPA, sifat dualism hukum tanah itu diganti dengan

unifikasi hukum tanah, artinya memberlakukan satu macam hukum tanah, yaitu

hukum tanah nasional. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan UUPA, yaitu

meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam

3
Dewi Silastri, 2015 Pengantar Hukum Adat,(Pustaka Setia, Bandung ), hlm.100-101
hukum pertanahan. Kesatuan hukum tanah artinya memberlakukan satu macam

hukum tanah (unifikasi hukum) untuk semua tanah yang ada di wilayah Indonesia.

Dalam perkembangan hukum tanah nasional terdapat beberapa hal yang

berkaitan dengan perkembangan hukum tanah adat di Indonesia. Hukum adat

sebagai dasar dalam pembuatan hukum tanah nasional. Bahwa hukm adat di pakai

sebagai dasar Hukum Tanah Nasional adalah sesuai dengan kepribadian bangsa

kita, karena Hukum adat adalah hukum asli kita.4

3. Kepemilikan Tanah Budel Di Negeri Lisabata

Masyarakat Negeri Lisabata mengenal tanah Budel ini sejak dahulu kala

setelah datangnya marga-maraga di wilayah persekutuan sebelum terbentuknya

Negeri Lisabata. Tanah Budel merupakan tanah penguasaan bersama yang di

kuasai oleh setiap marga dan dapat di lestarikan secara turun temurun. Tanah budel

di Negeri Lisabata awalnya berasal dari tanah perorangan kemudian diberikan

kepada sekelompok orang dalam penguasaan bersama.

Berbicara mengenai tanah adat tidak dapat dipisahkan dengan sejarah tanah

adatnya juga tidak bisa dilepaskan dengan masyarakat hukum adat selaku pemilik

dari tanah adat tersebut. Dalam hal Status Kepemilikan Tanah Budel Di Negeri

Lisabata Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat, maka seringkali

terjadinya perbedaan pendapat dalam hal penguasaan dan pembagian atas tanah

tersebut. Perbedaan pendat ini berasal dari dua kalangan yakni kalangan muda dan

4
Boedi Harsono, 1994. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jilid 1 Hukum Tanah Nasional, Djambatan,
Jakarta, hlm. 171.
kalangan tua. Kalangan muda yang di maksud adalah kalangan yang mulai

berumur dari dua puluhan sampai pada umur tiga puluhan mereka berpendapat

bahwa tanah-tanah budel ini seharusnya dibagi-bagikan karena mengingan jumlah

penduduk bertambah , pemikiran manusia berkembang, dan berkembang pulalah

sistem , pola, struktur dan tata cara manusia menetukan sikapnya terhadap tanah

maka perluh dibagi-bagikan sehingga tidak lagi menimbulkan konflik dalam hal

penguasaan tanah tersebut. Sementara dalam pendapat dari kalangan tua bahwa

tanah budel ini tidak perlu di bagikan karena mengingat jangan sampai hilangnya

tanah adat, karena jika dibagi-bagikan maka tidak lagi ada tanah adat yang di

warisi secara turun temurun, namun telah berubah menjadi tanah hak milik secara

hukum. Hal ini sangat berdampak negatif bagi setiap tanah Budel yang ada di

Negeri Lisabata karena hilangnya tanah-tanah adat.

Kenyataan tersebut di atas menunjukan bahwa tanah dalam kehidupan

masyarakat Lisabata sangat penting. Hal ini seperti yang terjadi pada tanah-tanah

masyarakat adat di Negeri Lisabata Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian

Barat. Dalam kehidupan masyarakat Lisabata lebih cenderung pada polah

kehidupan bercocok tanam, maka dari itu, pemanfaatan tanah di pergunakan sebaik

mungkin sehingga hasil tanah yang digunakan dapat berguna bagi kelangsungan

hidup dalam kehidupan bermasyarakat. Tanah merupakan benda yang sangat

penting bagi kehidupan masyarakat Lisabata karena dalam polah kehidupannya

bercocok tanam merupakan mata pencaharian pokok dalam melangsungkan

kehidupan mereka sehingga tanah tersebut sangatlah utama bagi kelangsungan

kehidupan masyarakat adat Negeri Lisabata.


Untuk persoalan-persoalan pertanahan, peran pemerintah sangatlah penting

demi tercapainya masyarakat adil dan makmur, sehingga jauh darih masalah

pertanahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat hukum adat Negeri Lisabata

khususnya tanah budel di Negeri Lisabata Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram

Bagian Barat. Sehingga masyarakat Lisabata akan sadar dan dapat mengerti dan

memahami, kepemilikan dan penguasaan tanah secara akurat.

Anda mungkin juga menyukai