Anda di halaman 1dari 6

Reseptor Sensorik.

Sebagian besar aktifitas system saraf diawali oleh pengalaman sensorik atau reseptor
sensorik yang terangsang, seperti reseptor visual di mata, reseptor auditorik di telinga, reseptor
taktil di permukaan tubuh, dan reseptor-reseptor lainnnya. Pengalaman sensorik ini dapat
menimbulkan reaksi langsung dari otak, ataupun disimpan di dalam orak sebagai memori
pengalaman selama beberapa menit, beberapa hari, beberapa minggu, atau bahkan beberapa
tahun, sehingga dapat menentukan reaksi tubuh di masa yang mendatang.

System saraf sensorik ini akan menerima informasi sensorik dari reseptor di seluruh
permukaan tubuh dan dari ebebrapa struktur dalam sehingga suatu bagian somatic system
sensorik akan menghantarkan informasi tersebut ke dalam system saraf pusat melalui saraf-saraf
perifer. Kemudian melalui saraf-saraf perifer ini juga akan segera dihantarkan ke berbagai area
sensorik pada semua tingkat medulla spinalis; substantia retikulat dat medulla, pons, dan
mesensefalon; serebelum; thalamus; dan area korteks serebri.
Jenis-jenis reseptor sensorik dan ranfsangan sensorik yang dapat mengenalinya antara
lain yaitu:

Mekanoreseptor mengenali kompresi mekanis atau peregangan pada reseptor atau


jaringan yang terletak berdekatan dengan reseptor.
Kepekaan taktil kulit ujung saraf bebas, ujung akhir yang meluas, ujung menyebar,
ujung Ruffini, ujung berselaput, organ ujung rambut.
Kepekaan jaringan dalam ujung saraf bebas, ujung akhir yang meluas, ujung
menyebar, ujung Ruffini, ujung berselaput, ujung otot.
Pendengaran reseptor suara pada koklea.
Keseimbangan (ekuilibrium) reseptor vestibular.
Tekanan arteri baroreseptor pada sinus karotikus dan aorta.
Termoreseptor mengenali perubahan-perubahan suhu.
Dingin reseptor dingin
Hangat reseptor hangat
Nosiseptor sebagai reseptor nyeri yaitu untuk mengenali kerusakan jaringan yang terjadi.
Rasa sakit ujung saraf bebas
Reseptor elektromagnetik mengenali cahaya yang sampai pada retina mata.
Penglihatan sel-sel batang dan kerucut mata
Kemoreseptor mengenali perubahan kimiawi yang terjadi pada tubuh.
Pengecap reseptor pada taste bud
Penghidu reseptor pada epitel olfaktorius
Oksigen dalam arteri reseptor pada aorta dan badan karotis
Osmolaritas neuron-neuron dalam nuclei supraoptikus
CO2 dalam darah reseptor pada permukaan medulla, aorta, dan badan karotis
Kadar glukosa, asam amino, dan asam lemak reseptor dalam hipotalamus.

Informasi Sensorik.

Informasi sensorik yang diterima akan diolah oleh system saraf untuk kemudian akan
timbul respon motorik dan mental yang sesuai. Dan ternyata, sekitar lebih dari 99 persen seluruh
informasi senssorik dibuang oleh otak karena tidak berhubungan dan tidak penting, misalnya saja
seseorang sama sekali tidak memperharikan bagian tubuh yang bersinggungan dengan pakaian.
Yang diterima hanyalah informasi sensorik yang penting saja. Ketika informasi sensorik yang
penting itu merangsang pikiran, informasi tersebut segera disalurkan ke bagian motorik otak
integral yang sesuai sehingga dapat timbul respons yang diinginkan.

Selain itu, ada juga informasi sensorik yang disimpan untuk control masa mendatang
aktivitas motorik dan untuk dipakai dalam pengolahan berpikir. Sebagian besar penyimpanan ini
terjadi di dalam korteks serebri, dan sebagian kecil juga pada region basal otak dan medulla
spinalis. Sekali disimpan dalam system saraf, memori itu akan menjadi bagian dari mekanisme
pengolahan otak untuk menjadi pemikiran masa depan. Sehingga proses berpikir dalam otak itu
dapat dipakai untuk membandingkan pengalaman sensorik yang baru dengan memori yang sudah
disimpan.

Kerja Sistem Saraf Sensorik.

Dalam kerja system saraf sensorik, ada proses eksitasi dan inhibisi dari neuron postsinaps
system saraf. Proses eksitasi dan inhibisi ini memiliki reseptor-reseptor yang termasuk dalam
reseptor postsinaps. Pentingnya memiliki reseptor eksitasi dan inhibisi ini yaitu memungkinkan
pengendalian kerja saraf dan perangsangannya, juga member dimensi tambahan terhadap fungsi
saraf.

Mekanisme molecular dan membrane pada reseptor eksitasi yaitu sebagai berikut:

Kanal kation yang menghantarkan ion natrium dibatasi oleh muatan negative.
Muatan ini akan menarik muatan ion natrium yang prositif ke dalam kanal ketika diameter
kanal meningkat menjadi ukuran yang lebih besar dari ion natrium yang terhidrasi tersebut.
Tetapi ion negative tersebut menolak ion klorida dan ion negative lain sehingga jalannya
terhambat.
Sedangkan pada kanal anion, ketika diameter kanal menjadi cukup besar, ion klorida berjalan
masuk ke dalam kanal dan melaluinya kea rah yang berlawanan, sedangkan kation dihambat.
Sehingga, bila kanal kation terbuka dan menyebabkan ion natrium yang bermuatan positif
tersebut masuk ke dalam kanal, kanal akan menjadi bermuatan positif, dan muatan positif
dari kanal tersebut akan merangsang neuron yang ditempati teresbut.
Karena itu, substansi transmitter yang membuka kanal kation disebut sebagai transmitter
eksitator, dan proses ini disebut sebagai eksitasi.

Sebaliknya, pada proses inhibisi, akan terjadi pembukaan kanal anion dan penghambatan
pada kanal kation. Sehingga menyebabkan masuknya ion yang bermuatan listrik negative ke
dalam kanal dan akan menghambat neuron. Karena itu, substansi transmitter yang membuka
kanal anion ini disebut transmitter inhibitor.

Perubahan potensial listrik membrane reseptor untuk menimbulkan pengaruh dari


rangsangan reseptor sensorik dapat dirangsang dengan beberapa cara yaitu:
o Dengan perubahan reseptor secara mekanik, yang akan meregangkan reseptor membrane dan
membuka kanal-kanal ion
o Dengan permberian suatu bahan kimia pada membrane
o Dengan mengubah suhu membrane yang nantinya akan mengubah permeabilitas membrane
o Dengan efek radiasi elektromagnetik, seperti cahaya yang diberikan pada reseptor visual
retina.

Hampir seluruh informasi sensorik yang berasal dari segmen somatic tubuh memasuki
medulla spinalis melalui saraf-saraf spinal pada radiks dorsalis. Sinyal sensorik akan dibawa
melalui salah satu dari dua jaras sensorik bolak-balik dari titik masuk ke dalam medulla spinalis
dan ke otak, yaitu system kolumna dorsalis-lemniskus medialis dan system anterolateral.

Sistem kolumna dorsalis-lemniskus medialis akan menjalarkan sinyal naik ke medulla


otak terutama kolumna dorsalis medulla spinalis. Kemudian sinyal yang telah bersinaps dan
menyilang tersebut akan naik melalui lemniskus medialis di batang otak menuju thalamus.
Sistem ini terdiri dari serabut-serabut saraf besar bermielin yang menjalarkan sinyal ke otak
dengan kecepatan 30 sampai 110 m/detik.

Sedangkan sinyal dalam anterolateral sebaliknya, yaitu segera setelah memasuki medulla
spinalis dari radikal saraf spinalis dorsalis, bersinaps di dalam kornu dorsalis substansia grisea
medulla spinalis, lalu menyilang ke sisi yang berlawanan dan naik melalui substansia alba
anterior dan lateral medulla spinalis. Selanjutnya sinyal tersebut akan berakhir pada seluruh
tingkat batang otak yang lebih rendah dan juga di thalamus. Sedangkan system anterolateral ini
terdiri atas serabut saraf bermielin yang lebih kecil yang akan menjalarkan sinyal dengan
kecepatan beberapa meter per detik sampai 40 m/detik.

Jenis-jenis sensasi yang dapat dijalarkan melalui system kolumna dorsalis-lemniskus


medialis yaitu:

Sensasi raba membutuhkan rangsangan dengan serajat lokasi yang tinggi


Sensasi raba membutuhkan penjalaran impuls dengan intensitas gradasi yang halus
Sensasi fasik, misalnya sensasi getaran
Sensasi terhadap sinyal gerakan pada kulit
Sensasi posisi tubuh pada persendian
Sensasi tekan yang berkaitan dengan derajat penentuan intensitas tekanan

Sedangkan jenis-jenis sensasi yang dijalarkan melalui system anterolateral yaitu:

Rasa nyeri
Sensasi termal, meliputi sensasi hangat dan dingin
Sensasi raba dan tekan kasar yang mampu menentukan tempat perabaan kasar pada tempat
penekanan tubuh
Sensasi geli dan gatal
Sensasi seksual

Anda mungkin juga menyukai