Topik 12 Kuliah-Irigasi Tetes - Asep-Prastowo
Topik 12 Kuliah-Irigasi Tetes - Asep-Prastowo
Pendahuluan
Bahan Ajar
1. Pengantar
Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi
(applicator, emission device) yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan
frekuensi yang tinggi (hampir terus-menerus) disekitar perakaran tanaman.Tekanan air
yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati
nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga
irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Pada irigasi tetes, tingkat
kelembaban tanah pada tingkat yang optimum dapat dipertahankan. Sistem irigasi tetes
sering didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per hari). Gambar 1
berikut memperlihatkan tanaman anggur dan tanaman pisang yang diberi air menurut
irigasi tetes.
(A) (B)
Gambar 1. Penerapan irigasi tetes pada tanaman anggur (A) dan tanaman pisang (B)
Irigasi tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1869 dengan menggunakan
pipa tanah liat. Di Amerika, metoda irigasi ini berkembang mulai tahun 1913 dengan
menggunakan pipa berperforasi. Pada tahun 1940-an irigasi tetes banyak digunakan di
rumah-rumah kaca di Inggris. Penerapan irigasi tetes di lapangan kemudian berkembang
di Israel pada tahun 1960-an. Irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
metoda irigasi lainnya, yaitu:
a. Meningkatkan nilai guna air
Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan
dengan metode lainnya. Penghematan air dapat terjadi karena pemberian air yang
bersifat local dan jumlah yang sedikit sehingga akan menekan evaporasi, aliran
permukaan dan perkolasi. Transpirasi dari gulma juga diperkecil karena daerah yang
dibasahi hanya terbatas disekitar tanaman.
b. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes ini dan
kelembaban tanah dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan
tanaman.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian
Pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi,
sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi
pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.
d. Menekan resiko penumpukan garam
Pemberian air yang terus menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari
daerah perakaran.
e. Menekan pertumbuhan gulma
Pemerian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga
pertumbuhan gulma dapat ditekan.
f. Menghemat tenaga kerja
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga
tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan tenaga kerja pada
pekerjaan pemupukan, pemberantasan hama dan penyiangan juga dapat dikurangi.
Sedangkan Kelemahan atau kekurangan dari metode irigasi tetes adalah sebagai berikut:
a. Memerlukan perawatan yang intensif
Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada irigasi
tetes, karena akan mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian air. Untuk itu
diperlukan perawatan yang intesif dari jaringan irigasi tetes agar resiko
penyumbatan dapat diperkecil.
b. Penumpukan garam
Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang
kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi.
c. Membatasi pertumbuhan tanaman
Pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air
bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat.
d. Keterbatasan biaya dan teknik
Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunannya.
Selain itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang, mengoperasikan dan
memeliharanya.
Pemberian air irigasi pada irigasi tetes meliputi beberapa metoda pemberian, yaitu
sebagai berikut:
a. Irigasi tetes (drip irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dalam bentuk
tetesan yang hampir terus menerus di permukaan tanah sekitar daerah perakaran
dengan menggunakan emitter. Debit pemberian sangat rendah, biasanya kurang dari
12l/jam untuk point source emitter atau kurang dari 12l/jam per m untuk line source
emitter.
b. Irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation). Pada metoda ini air irigasi
diberikan menggunakan emitter di bawah permukaan tanah. Debit pemberian pada
metoda irigasi ini sama dengan yang dilakukan pada irigasi tetes.
c. Bubbler irrigation. Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan tanah seperti
aliran kecil menggunakan pipa kecil (small tube) dengan debit sampai dengan 225
l/jam. Untuk mengontrol aliran permukaan (run off) dan erosi, seringkali
dikombinasikan dengan cara penggenangan (basin) dan alur (furrow)
d. Irigasi percik (spray irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dengan
menggunakan penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan tanah. Debit
pemberian irigasi percik sampai dengan 115 l/jam. Pada metoda ini, kehilangan air
karena evaporasi lebih besar dibandingkan dengan metoda irigasi tetes lainnya.
Irigasi tetes juga dapat dibedakan berdasarkan jenis cucuran air menjadi (Gambar 2):
(a) Air merembes sepanjang pipa lateral (viaflo)
(b) Air menetes atau memancar melalui alat aplikasi yang di pasang pada pipa lateral
(c) Air menetes atau memancar melalui lubang-lubang pada pipa lateral
(1) (2)
(3)
Gambar 2. Viaflo (1), alat aplikasi yang dipasang pada lateral (2)
dan pipa berlubang (3)
Sistem irigasi tetes di lapangan umumnya terdiri dari jalur utama, pipa pembagi,
pipa lateral, alat aplikasi dan sistem pengontrol seperti yang ditunjukkan oleh
Gambar 3. Terdapat berbagai variasi tata-letak (layout) irigasi tetes seperti pada
Gambar 4.
4. Pipa Lateral
Pipa lateral merupakan pipa tempat dipasangnya alat aplikasi, umumnya dari
pipa polyethylene (PE) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7, berdiameter 8
20 mm dan dilengkapi dengan katup pembuang.
Penyambungan pipa lateralpipa pembagi dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti pada Gambar 8.
Gambar 13. Area terbasahkan dengan volume yang sama (12 gal)
Luas daerah terbasahkan oleh sebuah emitter sepanjang bidang horizontal pada
kedalaman 30 cm dari permukaan tanah disebut dengan luasan terbasahkan (wetted
area, Aw). Nilai Aw tergantung kepada laju dan volume pemberian air, serta textur,
struktur, kemiringan dan lapisan-lapisan tanah.
Tabel 1 memberikan nilai perkiraan Aw dari emitter standar 4 l/jam pada berbagai
kedalaman dan tekstur tanah. Luas terbasahkan pada Tabel 3.1 tersebut berdasarkan
kepada bidang persegiempat. Sisi terpanjang merupakan diameter terbasahkan
maksimum yang diharapkan (w), dan sisi terpendek merupakan 80 % dari diameter
terbasahkan maksimum yang diharapkan (Se).
Nilai Pw secara umum berkisar antara 1/3 (33 %) sampai 2/3 (67 %). Pw untuk
daerah yang menerima banyak hujan dan tanah bertekstur sedang sampai berat dapat
lebih kecil dari 33 %. Pw untuk tanaman yang ditanam renggang diusahakan
dibawah 67 % agar daerah antara tanaman cukup kering dan memudahkan
perawatan tanaman. Pw dapat mendekati 100 % untuk tanaman yang ditanam rapat
dengan spasi lateral kurang dari 1.8 m. Gambar 14 menunjukkan pengaruh tata letak
alat aplikasi dengan nilai Pw pada tanaman individual. Nilai Pw dapat dihitung
seperti berikut:
a. Untuk sistem lateral tunggal dan lurus:
N p Se w
Pw = 100 /3/
S p Sr
dimana : Pw : persentase luas tanah yang terbasahkan sepanjang bidang
horizontal 30 cm dibawah permukaan tanah (%), Np : jumlah emitter per
tanaman, Se : spasi emitter (m atau ft), Sp : spasi tanaman (m atau ft), Sr : spasi
barisan tanaman (m atau ft).
Jika Se > Se (yaitu merupakan spasi emitter optimum yang besarnya 80 % dari
perkiraan diameter terbasahkan, Aw)
N p S e ' ( S e '+ w) / 2
Pw = 100 /4/
S p Sr
dimana w adalah lebar terbasahkan yang sama dengan diameter lingkaran
terbasahkan pada emitter tunggal.
Jika Se < Se, maka Se pada persamaan di atas diganti dengan Se
N p [ As + ( S e ' xPS ) / 2]
Pw = 100 /5/
S p Sr
dimana As : luas permukaan tanah yang terbasahkan oleh sprayer, m2 atau ft2
dan PS : keliling area terbasahkan, m atau ft.
Jumlah emitter per tanaman tergantung kepada spasi tanaman dan tingkat area
terbasahkan. Tabel 2 dapat digunakan sebagai pedoman kasar untuk menentukan
spasi emitter.
[
Td = U d 0.1( Pd ) 0.5 ] /6/
Pada saat canopy tanaman sangat sedikit, Pd sama dengan 1 % atau lebih besar dan
Td minimum > 0.1 Ud. Bila canopy semakin meningkat, maka nilai Td akan
mendekati nilai Ud, sehingga pada saat Pd = 100 %, maka Td = Ud. Tanaman buah-
buahan yang matang umumnya mempunyai nilai Pd maksimum = 80 %.
Untuk satu musim, transpirasi tanaman akan menjadi :
[
Ts = U 0.1( Pd ) 0.5 ] /7/
Kebutuhan air irigasi bersih maksimum per pemberian (aplikasi) adalah sama
dengan MAD (management allowed deficit) dan dihitung dengan persamaan:
MAD Pw
dx = Wa Z /8/
100 100
dimana dx : jumlah air irigasi maksimum per aplikasi (mm), Wa : air tersedia di
dalam tanah (mm/m) dan Z : kedalaman perakaran (m).
Kebutuhan air irigasi keseluruhan (gross) per aplikasi haruslah meliputi kehilangan
air karena perkolasi yang tak dapat dihindarkan. Akan tetapi perkolasi yang berguna
untuk pencucian (leaching) pada daerah arid tidak termasuk kedalam kehilangan air,
yang besarnya dihitung dengan :
Ln LN EC w EC w
LR = = = = /11/
(d n + Ln ) ( Dn + LN ) EC dw 2(max ECe )
dimana LR : nisbah keperluan pencucian yang berupa nisbah antara kedalaman air
untuk pencucian dengan kedalaman air irigasi yang dibutuhkan (ET dan pencucian),
dn : kedalaman air irigasi bersih per aplikasi (mm), Dn : kebutuhan air irigasi bersih
musiman atau tahunan (mm), Ln : kebutuhan air untuk pencucian per aplikasi (mm),
LN : kebutuhan air irigasi musiman atau tahunan (mm), ECw : konduktivitas
elektrik air irigasi (dS/m), ECdw : konduktivitas elektrik air perkolasi (dS/m) dan
max ECe : konduktivitas elektrik maksimum dimana produksi turun menjadi nol
(dS/m).
Pada periode puncak, diperlukan tambahan kebutuhan air karena adanya perkolasi
yang tak dapat dihindarkan dan dinyatakan dengan nisbah transmisi (kedalaman air
irigasi keseluruhan yang dibutuhkan untuk memenuhi transpirasi dibagi dengan
transpirasi). Nisbah transmisi pada periode puncak (Tr) dan musiman (TR) dijelaskan
pada Tabel 3 dan Tabel 5
Nilai TR yang besar pada zona iklim basah juga mencakup kesulitan penjadwalan
irigasi karena hujan. Kebutuhan air keseluruhan ini mencerminkan efisiensi dari
sistem irigasi tetes tersebut. Untuk selama satu musim disebut dengan efisiensi
musiman (Es) dan dhitung dengan:
- Bila perkolasi musiman sama atau lebih kecil daripada kebutuhan pencucian (TR
1.0/(1.0-LRt) :
E s = EU /12/
- Bila perkolasi musiman lebih besar daripada kebutuhan pencucian (TR > 1.0/(1.0-
LRt) :
EU
Es = /13/
TR (1.0 LRt )
Tekstur tanah
Kedalaman perakaran
Sangat kasar Kasar Menengah Halus
- Dangkal : < 0.8 m 1.20 1.10 1.05 1.00
- Menengah : 0.8 1.5 m 1.10 1.05 1.00 1.00
- Dalam : > 1.5 m 1.05 1.00 1.00 1.00
Kedalaman air irigasi keseluruhan per irigasi (dg) dan per musim (Dg) dalam mm
menjadi:
100d nTr
- Untuk Tr 0.9/(1.0-LRt) : dg = .../14/ dan
EU
100 DnTR
Dg = ... /15/
EU
100d n
- Untuk Tr < 0.9/(1.0-LRt) : dg = ... /16/ dan
EU (1.0 LRt )
100 Dn
Dg = ... /17/
EU (1.0 LRt )
Volume air irigasi (l) keseluruhan per tanaman per hari, G, adalah:
dg
G= S p Sr /18/
f'
sedangkan volume air irigasi keseluruhan dalam satu musim (Vs) dalam ha-m
dihitung dengan:
Dg A
Vs = /19/
K
dimana A : luas tanaman, ha dan K : konstanta (=1000)
c. Emitter
Tipe Emitter
Tipe emitter yang utama antara lain adalah long path, short orifice, vortex, pressure
compensating dan porous pipe. Skema dari beberapa tipe emitter tersebut
Emitter juga dapat dibedakan berdasarkan jarak spasi atau debitnya (Gambar 17),
yaitu:
a. Point source emitter. Point source emitter di pasang dengan spasi yang
renggang dan mempunyai debit yang relatif besar. Point source emitter dapat
dipasang dengan pengeluaran (outlet) tunggal, ganda maupun multi.
b. Line source emitter. Line source emitter dipasang dengan spasi yang lebih rapat
dan mempunyai debit yang kecil. Pipa porous dan pipa berlubang juga
dimasukkan pada katagori ini.
Emitter berpengeluaran tunggal dapat untuk mengairi areal yang sempit atau di
pasang disekitar tanaman yang lebih besar seperti emitter berpengeluaran ganda atau
multi. Emitter berpengeluaran ganda umumnya digunakan untuk tanaman perdu dan
emitter berpengeluaran multi untuk tanaman buah-buahan. Tanaman dalam baris
seperti sayuran lebih sesuai menggunakan line source emitter.
Debit Emitter
Debit emitter dihitung dengan persamaan :
a. Untuk orifice emitter :
1
q = 3.6 AC 0 (2 gH ) 2 /20/
Secara empiris debit aliran dari kebanyakan emitter dinyatakan dengan persamaan
:
q = KH x /22/
Nilai k dan x dapat ditentukan dengan mengetahui 2 nilai debit (q1 dan q2) yang
dihasilkan dari 2 tekanan (H1 dan H2) yang berbeda. Nilai dihitung dengan:
log(q1 / q 2 )
x= /23/
log( H 1 / H 2 )
Umumnya, nilai x = 0.5 untuk emitter dengan aliran turbulen (orifice dan nozzle
emitter dan sprayer), x = 0 untuk fully compensating emitter, x = 0.7 0.8 untuk
long path emitter, x = 0.4 untuk vortex emitter dan x = 0.5 0.7 untuk tortuous
path emitter.
Gambar 15.Skema beberapa tipe emitter: (a) orifice emitter, (b) orifice-vortex emitter, (c)
emitter using flexible orifice in series, (d) continuous flow principle for multiple
flexible orifice, (e) ball and slotted seat, (f) long-path emitter small tube, (g) long-
path emitter, (h) compensating long-path emitter, (i) long-path multiple outlet
emitter, (j) groove and flop short-path emitter, (k) groove and disc short-path
emitter (l) twin wall emitter lateral
(q1 + q 2 + ..... + q n nq a ) /( n 1)
2 2 2 2
v= /25/
qa
dimana q1, q2 qn : debit setiap emitter, l/jam, n : jumlah emitter ( 50 buah) dan
qa : debit emitter rata-rata, l/jam.. Nilai v yang disarankan diklasifikasikan seperti
pada Tabel 6 berikut.
(a) (b)
Pada penggunaan emitter yang lebih dari satu untuk setiap tanaman, diterapkan
system coefficient of manufacturing variation, vs, yaitu :
v
vs = /26/
Np
dimana Np : jumlah emitter per tanaman.
Keseragaman Emisi
Keseragaman pemberian air dari setiap emitter pada keseluruhan sistem irigasi tetes
dinyatakan dengan Keseragaman Emisi (Emission Uniformity, EU) yang dihitung
menggunakan persamaan :
qn '
EU = 100 ; atau /27/
qa
1.27 q
EU = 100(1.0 v) min /28/
Np qa
dimana qn : debit rata-rata dari 25 % debit terendah (l/jam), qa : debit rata-rata dari
keseluruhan emitter (l/jam), dan qmin : debit minimum terendah (l/jam).
Keseragaman emisi (EU) yang disarankan oleh ASAE seperti yang disajikan pada
Tabel 7 berikut.
Maximum lama pemberian air per hari haruslah < 90 % dari waktu tersedia (24 jam)
yaitu kurang dari 21.6 jam/hari. Selain itu, sistem haruslah dioperasikan srcara
hampir terus-menerus setidaknya 12 jam/hari.
Jika sistem dibagi menjadi beberapa unit stasiun operasi (Ns), maka lama pemberian
air untuk setiap unit menjadi 21.6/Ns jam. Dengan konsep ini, jumlah unit stasiun
operasi yang diperlukan dapat ditentukan dan kemudian di tentukan nilai Ta dimana
12 jam/hari < Ta < 21.6 jam/hari. Pengambilan keputusan penentuan qa dan Ta
adalah sebagai berikut :
a) Jika Ta 21.6 jam/hari, gunakan satu stasiun operasi, Ns = 1, pilih Ta 21.6
jam/hari, dan sesuaikan besar qa
b) Jika Ta 10.8 jam/hari, gunakan Ns = 2, pilih Ta 10.8 jam/hari, dan sesuaikan
besar qa
c) Jika 12 < Ta < 18 jam/hari, untuk mendapatkan Ta 90 %, pilih emitter lain atau
jumlah emitter per tanaman yang berbeda. Hal ini akan mengurangi biaya
investasi.
Tekanan emitter rata-rata (Ha) yang memberikan debit yang telah ditentukan (qa)
dapat menggunakan spesifikasi dasar dari emitter yang berupa hubungan antara
debit (q) dengan tekanan (H). Ha dihitung dengan :
1/ x
q
H a = H a /30/
q
d. Pipa Lateral
Pipa lateral mengalirkan air dari pipa utama dan pipa pembagi ke alat aplikasi. Pipa
lateral didesain untuk dapat memberikan variasi debit dari alat aplikasi sepanjang
pipa pada tingkat yang dapat diterima. Faktor utama yang menyebabkan variasi
debit dari alat aplikasi sepanjang pipa lateral adalah perbedaan tekanan operasi
sepanjang pipa karena gesekan, kehilangan minor dan perbedaan elevasi.
Banyak sistem mempunyai sepasang pipa lateral, yang memanjang kearah yang
berlawanan dari pipa pembagi. Pada lahan dengan kemiringan searah pipa lateral <
3 %, kedua pipa lateral dapat mempunyai panjang yang sama, karena tekanan
operasi dikedua ujung pipa lateral relatif sama. Pada lahan dengan kemiringan
searah pipa lateral yang besar, pipa lateral menaik (upslope) akan lebih pendek sari
pada pipa lateral menurun (downslope).
Kehilangan tekanan karena gesekan pada pipa plastik halus dengan diameter kurang
dari 125 mm disederhanakan menjadi :
100h f Q1.75
J= =K /32/
L D 4.75
dimana J : gradien kehilangan tekanan, m/100 m, hf : kehilangan tekanan karena
gesekan, m, K : konstanta (7.89 x 107), Q : debit aliran, l/det, L : panjang pipa, m,
dan D : diameter dalam pipa, m.
Nilai J dari pipa polyethylene disajikan pada Tabel 8 dan nilai fe ditentukan
menggunakan Gambar 18 .
Kehilangan tekanan pipa lateral dengan pengeluaran (outlet) yang dipasang pada
spasi tertentu (hf) dan debit yang sama dari setiap pengeluaran ditentukan dengan:
Keller dan Karmelli (1975) menyatakan bahwa kehilangan tekanan di pipa lateral
umumnya sebesar 55 % dari kehilangan tekanan total.
Nq a L qa
Ql = = /36/
60 S e 60
Debit emitter rata-rata dan tekanan operasi rata-rata pada pipa lateral sama dengan
debit emitter rata-rata dan tekanan operasi rata-rata pada sub unit (qa dan Ha). Akan
tetapi tekanan operasi minimum pada ujung pipa lateral (Hn) lebih besar dari pada
tekanan operasi minimum pada sub unit (Hn).
Tekanan operasi pada sub unit tersebut berada pada Hn sampai Hm, yang akan
menghasilkan debit dari qn sampai qm. Ha merupakan tekanan rata-rata yang
memberikan debit emitter rata-rata.
Minimum debit emitter (qn) yang memberikan EU yang sesuai, ditentukan dengan
persamaan EU berdasarkan qa yang telah ditentukan. Kemudian hitung tekanan
minimal (Hn).
H s = 2.5( H a H n ) /37/
Untuk mendapatkan keseragaman emisi (EU) yang sesuai, tekanan operasi harus
antara Hn dan (Hn + Hs). Jika Hs yang didapat terlalu kecil untuk mengatasi
gesekan dan perbedaan elevasi, dapat ditempuh beberapa cara, yaitu :
- Ganti emitter dengan nilai x, atau keduanya yang lebih kecil
- Naikkan jumlah emitter per tanaman
- Gunakan emitter lain atau ubah sistem agar diperoleh Ha yang lebih besar
H l = H a + kh f + 0.5El /38/
dimana k : konstanta (0.75 untuk pipa dengan diameter konstant dan 0.63 untuk pipa
dengan dua diameter yang berbeda) dan El : beda elevasi antara pangkal dan ujung
pipa lateral, m.
H l = h f + El = H l H n ' + El /39/
Pipa pembagi juga merupakan pipa dengan pengeluaran banyak seperti pipa lateral.
Pipa pembagi dapat terdiri dari satu, dua, tiga atau empat ukuran pipa. Penggunaan
beberapa ukuran pipa dilakukan untuk menekan biaya investasi dan mengendalikan
variasi tekanan. Kecepatan aliran di pipa pembagi dibatasi sampai sekitar 2 m/detik.
Pipa pembagi dapat dipasang kedua arah (pipa pembagi ganda) atau hanya kesatu
arah (pipa pembagi tunggal) dari pipa utama.
(H m ) a = H s H l /40/
dimana (Hm)a : variasi tekanan yang diijinkan, m, Hs : variasi tekanan subunit
yang diijinkan, m, dan Hl : variasi tekanan sepanjang pipa lateral, m.
2. Panjang pipa
Panjang pipa pembagi tunggal : L = ( N r 0.5) S r /41/
Panjang pipa pembagi ganda : L p = ( N r 1) S r /42/
Dimana L : panjang pipa pembagi tunggal (m), Lp : panjang pipa pembagi ganda
(m), Nr : jumlah lateral pada pipa pembagi, dan Sr : spasi lateral (m).
3. Lokasi pipa utama
Pemasukan (intake) dari pipa pembagi ganda diletakkan pada pipa pembagi yang
mengarah ke atas (uphill) yang mempunyai tekanan minimum. Untuk pipa
pembagi dengan satu ukuran, lokasi pemasukan, Y=x/Lp, merupakan titik tengah
dari pipa yang mengarah ke atas dan ke bawah. Sedangkan untuk pipa pembagi
dengan beberapa ukuran, lokasi pemasukan ditentukan dengan kurva pada
Gambar 21.
(H m ) a + YE (H m ) a (1 Y )E
= /43/
Y (1 Y )
E 2Y 1
= /44/
(H m ) a 2Y (1 Y )
4. Tekanan pemasukan
Tekanan pemasukan untuk subunit persegiempat :
H m = H l + kh f + 0.5El = H l + H ml /45/
dimana Hm : tekanan pemasukan pipa pembagi (m), Hl : tekanan rata-rata
pemasukan pipa letaral (m), Hm-l : jumlah perbedaan tekanan pemasukan pipa
utama dengan tekanan pemasukan rata-rata pipa lateral (m), k : 0.75 untuk pipa
pembagi dengan satu ukuran, 0.63 untuk dua ukuran dan 0.5 untuk tiga atau lebih
ukuran, hf : kehilangan tekanan pada pipa pembagi karena gesekan (m), dan El :
perbedaan elevasi ujung pipa pembagi (+ bila menaik dan bila menurun) (m).
Kehilangan Tekanan
Kehilangan tekanan karena gesekan, hf, untuk pipa PVC dapat ditentukan dengan
menggunakan kurva seperti pada Gambar 22 atau menggunakan persamaan Hazen-
William (persamaan 31)
Gambar 22.
Kehilangan tekanan
pipa PVC
Untuk sub unit yang tdak persegi empat, kehilangan tekanan pada pipa pembagi
ditentukan dengan terlebih dahulu menghitung faktor bentuk, Sf, dengan :
Variasi Tekanan
Variasi tekanan pada pipa pembagi, Hm, untuk pipa yang mendatar atau menaik
(s 0):
H m = h f + s (L / 100) /49/
0.36 L
H m = h f + s 1 . 0
n 100
/50/
dimana s : kemiringan pipa pembagi (+ untuk pipa yang menaik dan untuk pipa
yang menurun), dan n : jumlah ukuran pipa yang digunakan.
f. Pipa Utama
Pada sistem irigasi tetes, umumnya pengendalian debit dan tekanan dilakukan di
pemasukan pipa pembagi. Karena itu, kehilangan tekanan di pipa utama tidak akan
mempengaruhi keseragaman dari sistem, terutama sistem irigasi tetes yang
sederhana dengan satu atau dua sub unit. Penentuan pipa utama berdasarkan
pertimbangan ekonomi (biaya) saja, baik biaya untuk memberi tekanan pada al;iran
aitr maupun biaya untuk investasi pipa.
Desain suatu sistem irigasi tetes adalah merupakan integrasi dari komponen-
komponen (emitter, katup, filter, pipa dsb.) menjadi satu susunan sistem, yang
mampu memasok air kepada tanaman sesuai dengan kebutuhan, pada kondisi tanah,
air dan peralatan yang terbatas. Beberapa faktor ekonomi seperti kesesuaian,
investasi awal, tenaga kerja, menjadi kendala bagi desain.
Data yang diperlukan untuk desain irigasi tetes meliputi data air dan lahan, data
tanah dan tanaman serta data emitter. Data tersebut direkap dalam bentuk tabel data
seperti Tabel 11. Untuk mendapatkan desain hidrolika dari jaringan, dilakukan
serangkaian perhitungan seperti penentuan spasi emitter, debit emitter rata-rata,
tekanan emitter rata-rata, variasi tekanan yang diijinkan dan lama operasi.
Perhitungan-perhitungan tersebut seringkali dilakukan secara coba dan salah (trial
and error) dan hasilnya direkap pada tabel faktor desain seperti Tabel 12.
I. PEKERJAAN
II. LAHAN DAN AIR
(a) Jumlah petak
(b) Luas lahan ha A
(c ) Hujan efektif mm Rn
(d) Air tanah tersisa - mm Ms
(e) Suplai air l/det
(f) Water storage - ha - m
(g) Kualitas air dS/m (mmhos/cm) ECw & SAR
(h) Kelas kualitas air
III. TANAH DAN TANAMAN
(a) Tekstur tanah
(b) Air tersedia- mm/m Wa
(c ) Ketebalan tanah m
(d) Soil limitations
(e) Defisit diizinkan - % MAD
(f) Tanaman
(g) Jarak tanam - m x m Sp x Sr
(h) Kedalaman perakaran - m Z
(i) Persentase area tertutupi - % Pd
(i) ET rata-rata- mm/hari Ud
(k) Kebutuhan air musiman U
(l) Rasio kebutuhan pencucian (leaching) LRt
IV. PENETES
(a) Tipe
(b) Outlet per emiter
(c ) Head tekanan - kPa [m] P [H]
(d) Debit @ H - l/jam q
(e) Eksponen debit x
(f) Koefisien peubah v
(g) Koefisien debit Kd
(h) Nilai loss karena sambungan & belokan- m f e
I. PEKERJAAN
II. RANCANGAN PENDAHULUAN
(a) Tata letak penetes
(b) Jarak emiter - m x m Se x Sl
(c ) Jumlah emiter per tanaman Np
(d) Persentase area terbasahi - % Pw
(e) Kedalaman maksimum netto mm dx
(f) Rata-rata transpirasi maksimum - mm/hari Td
(g) Interval maksimum hari fx
(h) Frekuensi irigasi hari f
(i) Kedalaman netto per irigasi - mm dn
(j) Asumsi keseragaman - % EU
(k) Kedalaman gross irigasi - mm d
(l) Kebutuhan air gross per tanaman l/hari G
(m) Waktu irigasi jam Tg
III. RANCANGAN AKHIR
(a) Waktu irigasi jam Tg
*
(b) Interval irigasi hari f
(c ) Kedalaman gross per irigasi - mm d
(d) Debit emiter rata-rata - l/jam aa
(e) Tekanan emiter rata-rata - m Ha
(f) Variasi head emiter diizinkan - m Hs
(g) Jarak emiter - m x m Se x Sl
(h) Persentase area terbasahi - % Pw
(i) Jumlah stasiun Ns
(j) Kapasitas sistem - L/jam Os
(k) Efisiensi per musim - % Es
(l) Irigasi per musim ha m v
(m) Operasi per musim jam at
(n) total head dinamik l - m TDH
(o) Keseragaman aktual - % EU
(p) Jumlah air irigasi netto - mm/jam In
PERTANYAAN:
Daftar Pustaka