D. Identifikasi Masalah
Dari kegiatan praktek skill lapangan di Puskesmas Sungai Besar, maka
dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut;
1. Status Puskesmas masih non BLUD, sehingga dana dan pembiayaan kesehatan
belum dapat sepenuhnya dikelola sendiri oleh Puskesmas.
2. Pembagian jasa pelayanan kapitasi menggunakan sistem poin, sehingga ada
kesenjangan pendapatan antara dokter dan tenaga medis lainnya di Puskesmas.
3. Penetapan kenaikan dan penurunan dana kapitasi oleh tim BPJS kesehatan.
Besaran dana kapitasi ditetapkan berdasarkan kunjungan pasien perbulan, jika
penetapan dana kapitasi lebih kecil dari kunjungan pasien/peserta BPJS
perbulan, dan kunjungan pasien lebih besar dari penetapan dana kapitasi oleh
tim BPJS, maka akan menyebabkan Puskesmas merugi.
4. Pengadaan obat dan bahan habis pakai (BHP) dari Dinkes yang terkadang
lambat, dikarenakan pengadaan tersebut melalui proses lelang dan pembelian
melalui e-katalog. Sehingga sangat memerlukan waktu. Ditambah status
Puskesmas yang non BLUD sehingga tidak berwenang dalam mengelola dan
membeli obat dan BHP tersebut.
Keterangan :
P : Besarnya Masalah (Prevalence)
Berdasarkan tabel penentuan prioritas masalah dengan metode Bryant di atas dapat dibuat
urutan masalah berdasarkan peringkat sebagai berikut :
4. Pengadaan dan distribusi obat dan bahan habis pakai lambat (BHP)
Analisis Masalah :
Dari Dari hasil wawancara dengan kepala Puskesmas Sungai Besar yaitu Pak
Suhartono, SKM. MM. bahwa salah satu masalah internal di Puskesmas Sungai
Besar yaitu lambatnya pengadaan dan distribusi obat dari Dinkes, masalah
tersebut dapat terjadi karena sistem pengadaan obat dan bahan habis pakai
harus melalui pelelangan dan pembelian melalui e-katalog. Pastinya pengadaan
obat tersebut memerlukan waktu sehingga akan terjadinya kekosongan obat
dan BHP jenis tertentu di Puskesmas, terutama reagen untuk pemeriksaan
laboraturium. Akibatnya pelayanan menjadi terganggu dan pasien tidak dapat
menggunakan fasilitas layanan tersebut. Ditambah status Puskesmas yang non
BLUD sehingga ada keterbatasan dalam memanfaatkan dana kapitasi untuk
pembiayaan kesehatan.
Diagram 5.3 Diagram Tulang Ikan (Fish Bone)
Metode
Kebijakan
F. Rekomendasi Pemecahan Masalah
1. Faktor Resiko dan Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 5.16 Faktor Resiko dan Alternatif Pemecahan Masalah Pada Pelaksanaan
Program JKN di Puskesmas Sungai Besar Tahun 2014
N0 Faktor Resiko Pemecahan Masalah
1 DANA
Pemerintah kurang memperhatikan kompensasi atas Menelaah kembali peraturan Permenkes No.19 Tahun 2014,
jasa pelayanan yang diberikan oleh SDM tentang pembagian jasa pelayanan berdasarkan sistem poin,
Kesehatan di PKM karena kompensasi dianggap belum adil bagi sebagian tenaga
medis dan non medis
Beban kerja dan kinerja tenaga medis dan non Menghitung dan menganalisis beban kerja tenaga medis dan
medis tidak diperhitungkan dalam pembagian jasa non medis
pelayanan
3 METODE
Pembagian jasa pelayanan dianalisis berdasarkan Menambahkan Variabel penilaian yang dalam perhitungan
ijazah, dan juga jabatan, tanpa memperhatikan jasa pelayanan kesehatan yaitu dengan menambahkan status
beban kerja dan juga kinerja setiap pegawai di kepegawaian (PNS atau Non PNS), dan lamanya masa kerja
puskesmas
pegawai
4 KEBIJAKAN
Kebijakan Permenkes No. 19 tahun 2014 Tentang Menerbitkan Peraturan daerah oleh masing-masing
Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Pemerintah Daerah. Dengan penambahan point-point
penilaian terhadap kinerja baik kesehatan dan non kesehatan
Tidak ada kebijakan dari pemerintah daerah tentang
besaran nilai kapitasi yang cukup adil bagi SDM
medis dan SDM non medis.
2. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Keterangan :
Berdasarkan nilai skor pada tabel penentuan alternatif pemecahan masalah di atas
diperoleh urutan sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Dalam kegiatan praktek skill lapangan di Puskesmas Sungai
Besar, diketahui bahwa dalam pelaksanaan program JKN berjalan cukup
baik di Puskesmas, kriteria baik tersebut sudah dapat dilihat secara
langsung dari pelaksanaan program, data-data kuantitatif yang telah
dikumpulkan, serta wawancara secara langsung dengan Kepala Puskesmas.
Berjalannya program JKN di Puskesmas tidak lepas dari beberapa faktor
pendukung seperti; fasilitas/sarana yang sudah memadai, tenaga kesehatan
yang cukup dan telah memenuhi syarat, struktur organisasi Puskesmas
yang jelas, serta adanya tim promkes yang dibentuk untuk memberikan
informasi mengenai BPJS kesehatan kepada masyarakat. Selain itu
kepesertaan BPJS semakin meningkat dari tahun ke tahun, pada bulan
desember 2014 peserta BPJS berjumlah 5.919 peserta dan kini meningkat
menjadi 6.062 peserta pada bulan april 2015. Bila dibandingkan dengan
jumlah penduduk, proporsi kepesertaan masih cukup jauh yaitu 36,15%
(6.062) dari jumlah penduduk sebanyak 16.768 jiwa.
Dalam hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Sungai
Besar, diketahui bahwa dalam pelaksanaan program JKN, ada beberapa
kendala yang menghambat pelaksanaan program JKN di Puskesmas yaitu;
1. Pembagian jasa pelayanan kapitasi berdasarkan sistem poin
2. Status Puskesmas non Badan layanan umum daerah (BLUD)
3. Penetapan kenaikan dan penurunan dana kapitasi oleh tim BPJS
4. Pengadaan dan distribusi obat dan bahan habis pakai lambat (BHP)
Adapun yang menjadi masalah utama dalam pelaksanaan JKN di
Puskesmas Sungai Besar yang diidentifikasi faktor resiko dengan
menggunakan teknik skoring yaitu metode Bryant, maka ditemukan
permasalahan yaitu Pembagian jasa pelayanan berdasarkan sistem poin.
Setelah ditemukan permasalahan utama, maka diidentifikasi dengan
menggunakan diagram tulang ikan (Fish Bone), untuk mengetahui sebab-
sebab terjadinya masalah utama. setelah itu diberikanlah alternatif
pemecahan masalah utama dengan metode Bryant. Adapun rekomendasi
yang dapat diberikan yaitu Menerbitkan Peraturan daerah oleh masing-
masing Pemerintah Daerah. Dengan penambahan point-point penilaian
terhadap kinerja baik kesehatan dan non kesehatan.
B. Saran
1. Puskesmas
- Mengusulkan kepada Pemerintah daerah untuk menjadikan
Puskesmas menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD),
sehingga dana kapitasi dapat dikelola sepenuhnya
- Mengadakan pertemuan dengan para pengambil kebijakan seperti
walikota dan gubernur membahas masalah pembagian jasa pelayanan
nakes yang ditentukan dengan menggunakan sistem poin, yang
bertujuan untuk mengurangi range yang cukup jauh antara dokter dan
nakes lainnya yang dapat menyebabkan kecemburuan dalam
pembagian jasa
- Tim Promosi Kesehatan Puskesmas, agar lebih aktif memberikan
informasi mengenai program JKN kepada masyarakat. Mengingat
proporsi kepesertaan BPJS hanya 36,15% bahkan belum mencapai
setengah atau 50% dari jumlah penduduk
- Menyediakan dan memperbanyak media informasi berupa poster,
brosur, dan spanduk tentang program JKN di Puskesmas. Posisikan
media tersebut di tempat yang strategis dan mudah dibaca oleh
masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas, sehingga alur informasi
dapat berjalan dengan baik
- Menerapkan sistem informasi Puskesmas (SIMPUS), agar pelayanan
dapat dilakukan dengan cepat, sehingga efektif dan efisien bagi
konsumen/pengguna jasa pelayanan. Otomatis juga dapat mendukung
program JKN di Puskesmas
- Menyediakan dana khusus/cadangan untuk pembelian obat atau
bahan habis pakai yang terkadang habis di Puskesmas, dan
pengadaan yang sering terlambat dari Dinas Kesehatan
2. Dinas Kesehatan
- Memperbaiki sistem pengadaan dan distribusi obat ke Puskesmas,
sehingga bila ada permintaan obat dari Puskesmas, maka obat yang
diminta sudah tersedia di gudang logistik obat Dinkes
- Mendukung Perda untuk menjadikan status Puskesmas menjadi
BLUD
3. BPJS Kesehatan
- Membentuk tim pengawas atau monitoring, untuk mengawasi dana
kapitasi yang mengendap sementara di Dinkes, sehingga tidak terjadi
penyimpangan kepada dana tersebut
- Memonitoring program JKN di Puskesmas, apakah sudah berjalan
dengan baik ataukah tidak
- Harus melihat situasi dan kondisi saat ingin menaikkan atau
menurunkan dana kapitasi, agar Puskesmas tidak mengalami
kerugian
4. Pemerintah daerah dan Pemerintah Pusat
- Variabel yang dijadikan tolok ukur pembagian jasa pelayanan sesuai
dengan Permenkes No. 19 Tahun 2014 pasal 4 ayat 2 tidak boleh
hanya didasarkan pada pendidikan dan jam kehadiran pegawai, akan
tetapi harus pula mengacu pada masa kerja, beban kerja, prestasi
kerja (kinerja) dan jabatan
- Menetapkan Puskesmas menjadi Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD), namun jika tidak bisa maka dapat menggunakan alternatif
lain, yaitu Pemberian insentif remunerasi yang berdasar pada kinerja.
Dasar hukum dapat dipayungi oleh peraturan bupati atau bahkan
perda yang dapat digodog bersama dengan legislatif, yaitu pemberian
jasa pelayanan berdasarkan pada rasio utilisasi dan rasio rujukan
puskesmas. Hal ini akan meningkatkan nominal jasa pelayanan
sehingga mengatasi beban kerja petugas kesehatan. Sehingga
walaupun dana kapitasi masih mengendap di kas daerah akan tetapi
kesejahteraan petugas kesehatan dan mutu yankes di puskesmas tetap
meningkat.